Anda di halaman 1dari 15

BAHASA KARYA TULIS ILMIAH

penggunaannya bahasa Indonesia memiliki ragam ,


seperti ragam resmi /formal dan ragam takresmi
(Disiapkan untuk kegiatan Penyusunan Kurikulum
/nonformal; ragam baku dan takbaku atau subbaku;
dan Garis-Garis Besar Program Pembelajaran
serta ragam cakapan dan tulisan. Keberagaman
(GBPP) Diklat Penulisan Karya Ilmiah, Perpustakaan pemakaiaan bahasa Indonesia itu menimbulkan
Nasional RI)
konsep dalam berbahasa Indonesia yang dikenal
dengan konsep baik dan benar.
Oleh: Djumariam, M.Ed.
Bahasa karya tulis ilmiah merupakan ragam
bahasa tulis yang tergolong ke dalam bahasa resmi
atau formal dan baku. Dengan demikian, karya tulis
1. Makna Bahasa bagi Seorang Penulis
ilmiah sepatutnya didasarkan pada acuan
Bahasa, dalam ilmu linguistik, sebagaimana
kebahasaan yang juga formal dan baku. Oleh
pengertian yang tertulis dalam Kamus Besar
karena itu, dalam uraian selanjutnya akan disajikan
Bahasa Indonesia, adalah sistem lambing bunyi beberapa permasalahan bahasa yang bersifat baku
yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu dan formal, antara lain mengenai pilihan kata,
masyarakat untuk bekerja sama , berinteraksi,
kalimat, dan paragraf/alinea. Namun,
dan mengidentifikasikan diri (KBBI, 2002:88).
sebelumnya akan diuraikan pengertian beberapa
Sementara itu, istilah bahasa tulis dimaknai
konsep peristilahan yang bekaitan dengan karya
sebagai ragam bahasa baku yang digunakan
tulis ilmiah sebagai berikut.
sebagai sarana komunikasi secara tertulis (KBBI,
: Kata ini bersinonim dengan
2002:89). Ragam bahasa ini dikenal juga dengan Karya tulis
kata/istilah karangan atau tulisan
istilah ragam tulis.
yang bermakna, antara lain hasil
Jika kita mengacu pada penggalan kalimat di
pekerjaan menulis (Mustakim, 1993:
atas, sebagai sarana komunikasi untuk
1) dan hasil mengarang; cerita;
bahasa, maka dapat kita simpulkan bahwa
buah pena (KBBI, 2002:506). Dalam
bahasa merupakan sarana atau alat yang
pengertian istilah ini tersirat
digunakan seseorang untuk berkomunikasi
penulisan hasil observasi, baik
dengan orang lain agar dapat dipahami
berupa penelitian fisik maupun
maksudnya.
tinjauan pustaka, atau hasil imajinasi
penulis.
Pemakaian bahasa dalam tulisan berbahasa
Indonesia, untuk jenis karya tulis apa pun, pada
Baik dan benar
: Istilah ini digunakan dalam
dasarnya harus mengacu atau merujuk kaidah
konsep pemakaian bahasa Indonesia
bahasa yang sama, yakni tata bahasa Indonesia
di kalangan masyarakat. Bahasa yang
dan pedoman ejaan bahasa Indonesia. Kedua
digunakan secara benar adalah
sumber acuan tersebut merupakan kumpulan
bahasa yang sesuai dengan
kaidah berbahasa Indonesia bagi pengguna bahasa
aturan/kaidah kebahasaan yang
Indonesia dalam kegiatan tulis-menulis.
berlaku dalam bahasa Indonesia.
A. Pendahuluan

Sementara itu, bahasa yang


Bahasa Indonesia digunakan dengan maksud
digunakan secara baik adalah bahasa
bermacam-macam bagi kalangan yang bermacamyang ditempatkan secara benar
macam pula. Berdasarkan peruntukannya, bahasa
sesuai dengan kondisi lingkungan si
Indonesia digunakan oleh berbagai kalangan,
penutur ataupun penulis.
seperti masyarakat kedokteran, masyarakat
hukum, dan masyarakat profesional lainnya.
Baku dan takbaku: Istilah ini sejalan dengan
Kemudian, berdasarkan pemakaian dan
pemahaman istilah formal dan
1

nonformal yang mengacu pada suatu


keadaan atau situasi tertentu.
Misalnya, situasi dalam sebuah
pertemuan ilmiah adalah formal,
sedangkan situasi pertemuan arisan
adalah nonformal.

untuk berjalan atau untuk memegang


sesuatu.)
Bandingkan dengan:
2) Kaki tangan gembong perampok itu juga sudah
tertangkap.

Formal dan informal: Situasi formal atau resmi


(Kata kaki tangan pada kalimat di atas
menuntut penggunaan bahasa yang
berarti para pembantu atau anak buah.)
bersifat baku, sedangkan komunikasi
dalam situasi informal atau takresmi Tujuan diksi atau pilihan kata adalah
mempercermat pengungkapan gagasan. Di
dapat berlangsung melalui bahasa
yang bersifat nonbaku atau subbaku. samping itu, pilihan kata juga menjadikan bahasa
yang digunakan lebih hidup, menarik, dan tidak
Karya tulis ilmiah: Segala sesuatu yang tertulis dan membosankan.
bersifat ilmiah, lazimnya disampaikan
Pilihan kata didasarkan atas tiga tolok ukur:
melalui media bahasa yang resmi,
ketepatan, kebenaran, dan kelaziman. (1) Memilih
formal, serta bahasa yang baku.
kata secara tepat memungkinkan orang dengan
Termasuk ke dalam golongan karya
cepat memahami apa yang dimaksud penulis. Jika
tulis ilmiah adalah skripsi, tesis,
dalam suatu pekerjaan seseorang harus
disertasi, laporan ilmiah, laporan
berhadapan dengan banyak orang dan ketika
teknis, tinjauan pustaka, dan
orang itu harus menggunakan bahasa untuk
sebagainya.
berkomunikasi dengan mereka, memilih kata
secara tepat akan membuat pekerjaan lebih efisien.
Misalnya, mengacuhkan vs mempedulikan; semua
B. Diksi atau Pilihan Kata
vs seluruh; mengerti vs mengetahui; latihan vs
pelatihan. (2) Aspek kebenaran menyangkut
Diksi adalah pilihan kata yang tepat dan selaras
untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh pelafalan, pengejaan, dan pembentukan kata.
efek tertentu seperti yang diharapkan (KBBI, 2002: Pelafalan berkaitan dengan pemakaian bahasa
lisan. Pengejaan adalah penulisan kata yang sesuai
264). Orang yang akan menyatakan pikiran atau
dengan aturan tata tulis yang berlaku.
gagasannya dengan bahasa, baik lisan maupun
Pembentukan kata menyangkut kaidah tata bahasa,
tulisan, biasanya menimbang-nimbang dulu kata
terutama dalam masalah pembentukan kata jadian.
apa yang sebaiknya digunakan. Hasilnya dapat
dilihat pada bahasa yang digunakan orang itu. Jika (3) Kelaziman menggunakan bentuk bahasa
tertentu terjadi karena pemakaian yang berulanggagasannya dapat dipahami dengan cepat dan
ulang. Misalnya, selamat pagi atau selamat malam
tepat, dapat dikatakan bahwa pilihan kata orang
yang harus dipilih seorang penyiar pada pukul
itu baik. Keberhasilan sebuah karangan memang
00.00.
banyak ditentukan oleh mutu pilihan kata yang
digunakan penulisnya. Dengan kata lain,
penguasaan diksi seseorang sangat berpengaruh
pada kualitas isi karya tulisnya. Sebagai contoh
dapat dilihat dua contoh kalimat berikut ini.
1) Amir membersihkan kaki tangannya yang kotor.

(Kata kaki tangan pada kalimat di atas


artinya anggota tubuh yang biasa dipakai

Dari aspek makna pilihan kata dapat dikenali dua


hal berikut. (1) Sinonim, yaitu seperangkat kata
yang mempunyai makna yang bermiripan, seperti
kawan, sahabat, teman, dan mitra; beberapa jenis
pertemuan, seperti rapat, rapat umum, sidang,
musyawarah, konferensi, kongres, muktamar,
seminar, simposium, diskusi panel, lokakarya, dan
sarasehan; serta penggunaan kata untuk, agar, dan
2

supaya yang menyatakan tujuan, alasan, atau


maksud suatu tindakan dilakukan. (2) Makna
denotasi (lugas dan konvensional) dan konotasi
(tautan pikiran yang menimbulkan nilai rasa pada
seseorang), makna umum (mempunyai acuan yang
lebih luas: unggas) dan khusus (mengacu pada
benda yang lebih khusus: itik).
Dalam pilihan bentuk bahasa, penulis dihadapkan
pada bentuk-bentuk bahasa yang beasal dari
bahasa lain, baik bahasa asing maupun bahasa
daerah di Indonesia. Contoh: trend, enter, save
(Inggris); ketemu, ketukar (bahasa daerah). Selain
itu, harus diperhatikan bentuk-bentuk ubahan yang
dibakukan, seperti menyolok mencolok;
pengrajin perajin; pengrusak perusak;
menghimbaumengimbau.

C. Kalimat
Menuliskan sebuah karya ilmiah bukanlah sekadar
memindahkan hasil penelitian atau pengamatan
dalam bentuk untaian kalimat, melainkan
menyajikannya secara keseluruhan telitian atau
kajian serta amatan tersebut dari latar belakang
sampai simpulan atau saran secara runtut dalam
kalimat-kalimat yang logis dan berterima.

Kalimat adalah satuan bahasa yang secara


relatif berdiri sendiri, yang mempunyai bagianbagian yang disebut klausa atau anak kalimat.
Klausa atau anak kalimat adalah satuan bahasa
yang terdiri atas dua kata, atau lebih, yang
memiliki unsur predikasi (sebutan). Kalimat yang
baik harus memiliki unsur-unsur lengkap, sekurangDiksi atau pilihan kata banyak dilakukan pada jeniskurangnya unsur subjek dan predikat. Sebuah
jenis kelompok kata yang tergolong dalam:
kalimat yang lengkap biasanya iterdiri atas unsur
subjek/pokok kalimat, predikat/sebutan,
Eufemisme: ungkapan yang lebih halus sebagai
objek/penderita, dan keterangan.
pengganti ungkapan yang dirasakan kasar, yang
dianggap merugikan atau tidak menyenangkan,
Berbeda dari tulisan non-ilmiah, tulisan
misalnya mati meninggal dunia; buta
ilmiah dihasilkan dari untaian kalimat yang disusun
tunanetra; kenaikan (harga) penyesuaian
secara cermat, serasi, komposisi tepat, bernalar,
(harga); pelacur pekerja seks komersial (PSK),
dan efektif. Sementara itu, kalimat yang cermat
tuna susila.
disusun dengan memperhatikan aspek pilihan kata
atau diksi dan pembentukan kata. Jika kedua aspek
itu diabaikan, kalimat tersebut kemungkinan
menjadi tidak bernalar. Selain itu, kalimat yang
disusun itu pun jadi rancu atau kacau dan susunan
katanya tidak teratur sehingga informasi yang ingin
Jargon: kosakata khusus yang digunakan di bidang disampaikan kepada pembaca tidak dapat
dipahami. Hal tersebut harus dihindari penulis. Jika
kehidupan (lingkungan) tertentu, misalnya
dilihat dari segi penataan gagasan, kerancuan
osteoporosis di bidang kedokteran lebih dikenal
sebuah kalimat terjadi karena adanya dua gagasan
masyarakat dengan istilah penyakit tulang.
yang digabungkan dalam satu ungkapan.
Bahasa Figuratif: gaya bahasa yang digambarkan Sebaliknya, jika dilihat dari segi struktur/bentuknya,
sebagai cara yang tidak seperti yang tertulis untuk kerancuan itu terjadi karena penggabungan dua
menyatakan pengertian. Gaya bahasa tulisan
struktur ke dalam satu struktur. Perhatikan contoh
banyak diwarnai dengan bahasa figuratif yang
kalimat berikut.
berupa metafora, seperti contoh kalimat beikut.
Klise: ungkapan atau gagasan yang terlalu sering
digunakan, misalnya pahlawan tanpa tanda jasa;
soko guru pendidikan adalah ungkapan klise di
bidang pendidikan.

Tugas kemanusiaan dalam satu jabatan ialah untuk


mengelola sejumlah manusia memerlukan keprihatinan
serta dedikasi yang tangguh.

Berhati-hatilah dengannya. Dia itu ular berbisa.

Kalimat di atas terdiri atas 3 bagian, yaitu (1)


tugas kemanusiaan dalam satu jabatan, (2)
ialah untuk mengelola sejumlah manusia, dan
(3) memerlukan keprihatinan serta dedikasi
yang tangguh. Ketiga bagian itu tidak jelas
hubungannya. Berikut ubahan kalimat tersebut
yang memperlihatkan adanya hubungan
antarbagian secara lebih jelas.
1.

Tugas kemanusiaan dalam satu jabatan yang


memerlukan keprihatinan serta dedikasi yang
tangguh ialah pengelolaan sejumlah manusia.

2.

Tugas kemanusiaan dalam satu jabatan, yakni


pengelolaan sejumlah manusia, memerlukan
keprihatinan serta dedikasi yang tangguh.

3.

Tugas kemanusiaan dalam satu jabatan ialah


pengelolaan sejumlah manusia . Hal itu
memerlukan keprihatinan serta dedikasi yang
tangguh.

ganti serta, dalam batas tertentu, antara kata


benda dan kata kerja. Contoh:
Kegiatannya meliputi pembelian buku, membuat
katalog, dan mengatur peminjaman buku.

Pada contoh kalimat di atas, ketidakserasian ada


pada bentuk kata pembelian (buku), membuat
(katalog), dan mengatur (peminjaman buku).
Agar serasi, ketiga kata itu dapat diubah
menjadi kata benda semua dengan memberikan
imbuhan peng--an atau mengubahnya
menjadi kata kerja semua dengan memberikan
imbuhan meng-. Dengan demikian, ubahannya
menjadi kalimat sebagai berikut.
Kegiatannya meliputi pembelian buku, pembuatan
katalog, dan pengaturan peminjaman buku.
Kegiatannya ialah membeli buku, membuat katalog,
dan mengatur peminjaman buku.

Pembuatan kalimat harus memperhatikan juga


aspek keserasiannya, yakni keserasian
antarsatuan (subjek, predikat, objek,
keterangan), keserasian dalam bentuk,
keserasian dalam makna, dan keserasian dalam
perincian pilhan.

Keserasian dalam makna dapat dilihat pada


contoh berikut.
Dia berpukul-pukulan.
Mereka berpukul-pukulan.

(Kata dia sebagai pelaku pada kalimat pertama


tidak tepat karena tidak serasi dengan kata
berpukul-pukulan, yang lazim terjadi antara dua
pelaku atau lebih. Jadi, pilihan yang tepat adalah
mereka.)

Keserasian antarsatuan memberikan


keleluasaan bagi penulis untuk menetapkan
satuan yang wajib hadir dan satuan yang
takwajib hadir dalam kalimat. Misalnya:
Mereka menghadiri pertemuan itu kemarin sore.

Bu Fatimah menceraikan suaminya.

Mungkin saja mereka menghadiri pertemuan itu


kemarin sore.

Bu Fatimah menuntut cerai suaminya.

Kata menceraikan dalam bahasa dan budaya


Indonesia dilakukan oleh pria. Seorang pria
dapat menceraikan seorang wanita, tetapi
seorang wanita menuntut cerai atau minta cerai
dari suaminya.

Unsur wajib kalimat di atas adalah mereka


menghadiri pertemuan itu, sedangkan unsur
mungkin saja dan kemarin sore merupakan
unsur yang takwajib.
Keserasian bentuk terjadi pada bentuk dan
pilihan kata pembangun kalimat. Bentuk kata
ditentukan oleh imbuhan yang berupa awalan
dan akhiran. Pembentukan kata berimbuhan ini
sangat berperan dalam menentukan keserasian
yang menjadi tuntutan di antara unsur-unsur
kalimat, khususnya antara kata benda dan kata

Keserasian dalam perincian dapat dilihat pada


contoh kalimat berikut.

Pemasangan telepon akan menyebabkan


a.

melancarkan tugas

b.
c.

untuk menambah wibawa

jika

kalau
dengan

meningkatnya pengeluaran

Perincian dalam kalimat di atas jelas sekali tidak Ungkapan/kata penghubung antarkalimat berfungsi
menghubungkan sebuah kalimat dengan kalimat
serasi. Untuk menyerasikannya, kalimat
lainnya. Oleh karena itu, kata penghubung
tersebut dapat diubah sebagai beikut.
antarkalimat harus ditulis dengan huruf awal kapital
Pemasangan telepon akan menyebabkan
diikuti tanda koma. Di dalam kalimat, kata
penghubung ini menempati posisi awal dan
a. kelancaran
berhubungan dengan kalimat sebelumnya. Contoh:
b.

wibawa

c.

pengeluaran

Akan tetapi,
Sehubungan dengan itu,

Contoh berikut memperlihatkan perincian yang


baik dan serasi walaupun perinciannya tidak
sejenis.

Meskipun demikian,
Oleh karena itu,
Sebaliknya,
Namun,

Komunikasi adalah hubungan yang dilakukan


a.

dengan telepon

b.

untuk mendapatkan informasi

c.

oleh dua pihak atau lebih

Jadi,
Dengan demikian,
Di sisi lain,
Sementara itu,

Dalam menyusun kalimat, seorang penulis perlu


mengetahui dan memahami penggunaan
ungkapan/kata penghubung intrakalimat dan
ungkapan/kata penghubung antarkalimat.
Ungkapan/kata penghubung intrakalimat adalah
ungkapan atau kata dalam sebuah kalimat yang
berfungsi menghubungkan bagian/unsur kalimat
yang satu dengan bagian/unsur kalimat lainnya.
Ungkapan atau kata penghubung tersebut tidak
pernah digunakan pada awal sebuah kalimat,
kecuali jika kata itu digunakan pada anak kalimat
yang mendahului induk kalimat. Oleh karena itu,
kata-kata yang tergolong dalam ungkapan/kata
penghubung itu tidak pernah/tidak boleh ditulis
dengan huruf kapital. Contoh:
dan

yang
karena

bahwa

agar
sehingga

serta

, sedangkan
, tetapi

Akibatnya,
Untuk itu,
Di samping itu,
itu,

Selain

Karena karya tulis ilmiah menuntut bahasa yang


resmi dan baku, bahasa karya tulis haruslah
dibangun atas dasar kalimat-kalimat efektif. Kalimat
efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan
gagasan pemakaiannya secara tepat dan dapat
dipahami secara tepat pula.

D. Paragraf/Alinea
Dalam seitap tulisan akan ditemukan pembagian
tulisan itu dalam satuan-satuan kelompok kalimat
yang wujudnya ditandai dengan spasi atau
indensi /takuk sebagai pemisah dari kelompok
kalimat sebelumnya. Kalimat-kalimat yang terdapat
dalam setiap kelompok saling berhubungan dan
bersama-sama menjelaskan satu kesatuan pikiran
5

tahun 1996. 3) Akan tetapi, kemampuannya itu


tidak berlangsung lama karena tahun 1997,
bersamaan dengan bergejolaknya nilai tukar
rupiah, sebagian besar hasil produksinya
kembali tidak terserap oleh pasar. 4) Akibatnya,
perusahaan itu merugi 1,5 hingga 2 miliar
rupiah pada tahun ini. 5) Sekarang bahkan
perusahaan itu nyaris tidak dapat memikul
biaya produksinya yang amat tinggi,
sementara daya serap pasar terhadap hasil
produksinya pun amat rendah. 6) Itulah
sebabnya ia memutuskan menghentikan
produksi untuk sementara waktu.

yang sejalan dengan ide atau gagasan keseluruhan


tulisan. Kelompok kalimat tersebut dikenal dengan
istilah paragraf atau alinea.
Setiap paragraf harus memiliki gagasan
utama, baik diutarakan dalam kalimat topik
maupun kalimat biasa yang mendukung
keseluruhan isi paragraf itu. Berikut adalah contoh
paragraf yang memiliki gagasan utama meskipun
tidak memiliki kalimat topik.
Sebuah kasur busa yang sudah tipis tergelar di pojok
ruangan di bawah jendela yang sudah retak kacanya.
Di sebelah kanannya ada sebuah meja kecilpasti
terbuat dari tripleksyang digunakan sebagai meja
belajar sekaligus meja makan. Di sisi lainnya, berdiri
sebuah lemari plastik yang tampaknya masih baru. Ia
sendiri telah berhari-hari tergolek di atas kasur busa itu
sambil mendengarkan musik keroncong mengalun dari
radio kaset kecil kesayangannya.

Kalimat 1)5) pada paragraf di atas


merupakan sebab penghentian produksi
untuk sementara. Kalimat 6) merupakan
simpulan yang berisi akibat dari kejadian
yang diungkapkan pada kalimat 1)5).
Berikut diuraikan tentang ciri-ciri paragraf
yang baik.

Paragraf di atas tidak memiliki kalimat topik, tetapi


tetap menunjukkan adanya saling kait antara satu
kalimat dan kalimat lainnya. Berikut ini adalah
contoh paragraf yang memiliki kalimat topik.

1. Kesatuan
Kesatuan hanya akan terbentuk apabila
informasi dalam paragraf tetap
dikendalikan oleh satu gagasan utama.
Perhatikan contoh berikut.

1) Banyak petani yang merasa puas dengan


kenaikan harga jual gabah kering giling tahun
ini. 2) Mereka mengekspresikan kegembiraannya itu
dengan mengadakan pesta panen yang agak
berlebihan. 3) Siangnya beberapa kelompok reog
didatangkan dari Ponorogo dan disuruh main sambil
diarak keliling kampung. 4) Malam harinya, wayang
kulit yang menjadi kesenian leluhur desa itu digelar
semalam suntuk. 5) Tanpa harus diminta, setiap warga
seolah berlomba-lomba menyumbangkan sedikit hasil
buminya untuk dijadikan makanan di pesta itu.

1) Kota Yogyakarta dikenal juga sebagai kota


pelajar. 2) Tanah di sekitarnya sangat
subur. 3) Banyak pendatang baru yang
datang untuk mencari pekerjaan. 4) Pada
malam hari banyakj orang berjalan-jalan di
sepanjang Jalan Malioboro untuk
menghirup udara malam.

Kalimat 1) adalah kalimat topik, tetapi


tidak didukung oleh kalimat-kalimat
berikutnya yang dapat memperlihatkan
keutuhan paragraf. Penjelasan lebih lanjut
tentang Yogyakarta sebagai kota pelajar
tidak ditemukan.

Kalimat topik yang terletak di awal paragraf


diperjelas oleh kalimat 2), yaitu rasa puas yang
diekspresikan dengan pesta yang agak berlebihan.
Keberlebihan pesta itu dijelaskan dalam kalimatkalimat berikutnya.
Kalimat topik dalam paragraf dapat terletak
di awal, tengah, atau akhir paragraf. Berikut
adalah contoh kalimat topik yang terletak
pada akhir paragraf.

2. Kepaduan
Kepaduan antarkalimat yang mendukung
gagasan utama paragraf ditentukan oleh
jalinan kalimat yang logis dan sesuai
dengan kaidah pengalimatan bahasa
Indonesia. Contoh:

1) Pada awal tahun 1990, omset perusahaan


yang dipimpinnya masih berada jauh di bawah
permintaan pasar. 2) Perusahaannya baru
mulai dapat memenuhi permintaan pasar pada

1) Terjadi sedikit ketidaksepahaman antara


kedua kakakku suami istri ketika
merundingkan rencana khitanan untuk
anak mereka. 2) Kakakku perempuan
berpendapat saudara-saudara dari desa
tidak perlu dibei tahu, kecuali kakak
kandung ketiga. 3) Alasannya, akan sangat
repot menyediakan tempat tidur, makan,
dan sebagainya. 4) Sebaliknya, kakak
iparku berpendapat meraka harus
diundang demi mempererat persaudaraan.

dialirkan. Dengan demikian, nyamuknyamuk itu tidak akan mempunyai sarang


untuk berkembang biak.

(Paragraf ini cukup tuntas dalam


mengemukakan gagasan utama yang
terurai dalam kalimat topik awal.)
4. Ketaatasasan (konsistensi) dalam sudut
pandang
Hal ini bergantung pada sikap penulis
dalam menentukan target pembacanya,
misalnya ketentuan tentang penggunaan
kata sapaan: Anda atau pembaca ,
penulis atau saaya, kami, kita, dan
sebagainya.

3. Ketuntasan
Ketuntasan sebuah paragraf ditandai
dengan tercakupnya semua yang
diperlukan untuk mendukung gagasan
utama. Hal ini berarti bahwa sebuah
paragraf yang baik telah dikembangkan
sedemikian rupa sehingga pembaca tidak
bertanya-tanya tentang maksud
penulisan paragraf tersebut. Berikut
adalah contoh paragraf yang tidak
tuntas .

5. Keruntutan
Keruntutan sebuah paragraf ditandai oleh
cara penyajian informasi yang urut dan tidak
melompat-lompat. Penyajian informasi yang
urut akan memudahkan pembaca mengikuti
jalan pikiran penulis. Perhatikan contoh
berikut.

Ada beberapa cara yang dapat digunakan


untuk mencegah penyebaran demam
berdarah. Pertama, memberantas tempat
berkembang-biaknya nyamuk demam
berdarah. Seperti kita ketahui bersama,
nyamuk demam berdarah biasanya
berkembang biak di air yang menggenang.
Oleh karena itu, benda-benda yang dapat
menampung air harus dikubur dalam
tanah, bak-bak penampungan air harus
ditutup rapat, dan selokan-selokan yang
mampat harus dialirkan. Dengan demikian,
nyamuk-nyamuk itu tidak akan mempunyai
sarang untuk berkembang biak.

Kini semua orang sepakat bahwa renovasi


gedung SD yang bocor itu harus dibiayai oleh
dana gotong-royong POMG dan bantuan dana
pemerintah. Pada awal rapat tadi gagasan yang
muncul sebaliknya.Biaya utama dusulkan dari
pemerintah, sedangkan dana POMG hanyalah
sekadar untuk membantu saja. Rapat mulai
memanas ketika salah seorang wali murid
melontarkan gagasan yang berbalikan.
Alasannya, dalam waktu dekat, sekolah itu
memerlukan dana yang amat besar untuk
membangun gedung baru. Untuk itu, hanya
dana pemerintah yang diharapkan di sana. Jadi,
untuk merenovasi gedung SD yang bocor itu
dirasa tidak perlu dibebankan pula pada
pemerintah. Setelah rapat diistirahatkan
sebentar untuk minum kopi, barulah mereka
sepakat atas usul baru itu.

(Paragraf ini tidak tuntas karena kata


pertama pada kalimat ke-2 menuntut
kata kedua, dan seterusnya.)
Salah satu cara mencegah penyebaran
demam berdarah, yaitu memberantas
tempat berkembang biak nyamuk
demam berdarah. Seperti kita ketahui
bersama, nyamuk demam berdarah
biasanya berkembang biak di air yang
menggenang. Oleh karena itu, bendabenda yang dapat menampung air harus
dikubur dalam tanah, bak-bak
penampungan air harus ditutup rapat, dan
selokan-selokan yang mampat harus

Keruntutan paragraf di atas ditandai oleh


kata-kata kini, pada awal rapat tadi, ketika
salah seorang wali murid, dan setelah rapat
diistirahatkan sebentar. Urutan waktu yang
digunakan bertipe kilas balik, yaitu dimulai
dari informasi mutakhir yang ditunjukkan
7

dengan kata kini pada kalimat pertama,


disusul informasi-informasi berikutnya.

2. Penulisan Huruf Kapital

E. Ejaan
Penerapan ejaan dan pemakaian tanda baca
sangat menentukan keberhasilan sebuah
karya tulis. Oleh karena itu, seorang penulis
harus
ekstra
hati-hati
di
dalam
menerapkannya.
Sebuah karya tulis, dari jenis karya tulis apa
pun, tidak akan menjadi apik dan anggun
tanpa dibumbui oleh penerapan ejaan yang
berlaku dalam bahasa Indonesia. Peraturan
ejaan ini terhimpun dalam satu buku
pedoman yang terdiri atas 4 bab dan 33
kaidah. Beberapa masalah yang menarik
dalam peraturan ejaan ini, antara lain
sebagai berikut.

Yang dimaksud dengan nama diri


adalah nama yang dipakai untuk
menyebut diri seseorang (sesuatu
yang diperlakukan sebagai seseorang);
nama seseorang (sesuatu yang
diperlakukan sebagai nama
seseorang). Nama diri dapat
diberikan pada nama-nama geografis,
seperti sungai, gunung, dan jalan.
Nama diri juga dipakai untuk nama
badan hukum, judul dokumen, dan
sebagainya. Contoh:

Nama orang
Suryana

Nama dokumen
Undang Dasar 1945

: Undang-

Nama resmi badan, lembaga pemerintah,


dokumen resmi, dan judul karangan,
buku, majalah, dan surat kabar ditulis
dengan awal huruf kapital untuk setiap
unsur katanya, kecuali kata penghubung.
Contoh:
Lembaga Administrsi Negara; Perusahaan
Listrik Negara
Garis-Garis Besar Haluan Negara

Singkatan nama gelar yang diikuti nama


orang dan singkatan sapaan ditulis
dengan awal huruf kapital dan diakhiri
dengan tanda titik ( Dr. Hasan Alwi;
Atikah, S.H.; Sdr.; Dok.).

: Mulyadi, Sujono,
: PT Papan

Penulisan nama jabatan dan pangkat


yang diikuti nama orang diawali dengan
huruf kapital (Profesor Zaenal Arifin,
Presiden Yudhoyono).

Inti Sari; Mingguan Terbit

: Cimanuk,

Nama badaan hukum


Sejahtera

Penulisan huruf kapital menyangkut


penulisan nama, baik nama orang,
geografis, waktu, gelar, pangkat, maupun
nama-nama lainnya. Beberapa kaidah
mengatur penulisan kalimat, petikan
langsung, ungkapan keagamaan, dan kata
penunjuk hubungan kekerabatan lainnya.
Gelar kehormatan, keturunan, dan
keagamaan diawali dengan huruf kapital
hanya bila diikuti nama orang (Haji Romli,
Sultan Hamengku Buwono).

1. Penulisan Nama Diri

Nama geografis
Jakarta, Jalan Juanda

Pemakaian ejaan lebih banyak ditekankan


pada pemakaian huruf kapital. Penulis
harus mampu memutuskan kapan sebuah
kata harus diawali huruf kapital dan
kapan harus diawali huruf kecil.

Penulisan kata ganti penunjuk


kekerabatan yang dipakai sebagai
sapaan, ditulis dengan awal huruf kapital
8

(Bapak, Paman, Ibu, Kakak, Mbak, dan


sebagainya).

3. Pemakaian Tanda Baca


Sejumlah
tanda
baca
ditetapkan
pemakaiannya dan harus diikuti dan
dipahami sebagaimana aturannya. Di luar
itu, pengarang mempunyai kebebasan
akan
menggunakan
atau
tidak
menggunakan tanda baca sebagai sarana
penguat uraiannya. Pada yang akhir ini
penulis hendaknya memanfaatkan tanda
baca secara hemat dan hati-hati. Tanda
baca harus digunakan jika kehadirannya
akan memperjelas kalimat. Tanda baca
juga dipakai untuk melambatkan tempo
dengan maksud memberi penekanan
pada unsur uraian.
Ada dua kelompok tanda baca yang
tugasnya
sama
dan
pemakaiannya
bergantung
pada
pilihan
penulis.
Kelompok pertama adalah koma, titik
koma, dan titik sebagai tanda pemisah
unsur uraian. Pemisahan yang lemah
ditandai dengan tanda koma, pemisahan
yang penuh dengan tanda titik, dan di
antara kedua itu tetapi lebih dekat pada
titik dengan titik koma.
Kelompok kedua adalah sepasang
koma, tanda kurung, dan tanda pisah
sebagai pengapit unsur uraian. Sepasang
koma menonjolkan unsur yang diapitnya;
tanda pisah lebih menonjolkannya lagi,
sedangkan tanda kurung kebalikannya
menempatkan kedudukan unsur menjadi
kurang penting dalam penuturan.
Tanda baca yang menjadi penanda
berakhirnya sebuah kalimat adalah tanda
titik (.), tanda tanya (?), tanda seru (!),
tanda pisah (__)untuk menunjukkan
kalimat yang terputus, dan tanda elipsis
() untuk menunjukkan kalimat yang
tidak lengkap.
9

Tanda baca berikut merupakan tandatanda baca yang terdapat di dalam


kalimat untuk memisahkan atau menarik
perhatian pada unsur kalimat: tanda
koma (,), tanda titik koma (;), tanda titik
dua
(:)mengarahkan
perhaian
pada
bagian kalimat yang mengikutinya, dan
tanda hubung (_).
Tanda kurung (()) dipakai untuk
mengapit keterangan yang disisipkan ke
dalam kalimat.
Tanda kurung siku ([]) dipakai untuk
mengapit keterangan yang disisipkan ke
dalam kutipan atau mengapit unsur
dalam kalimat, yang berada dalam
kurung.
Tanda kutip tunggal () mengapit
kutipan, judul artikel, dan lain-lain, dan
kata atau kelompok kata yang dipinjam
dari bidang pengetahuan lain atau yang
dipakai dalam arti khusus.
Tanda kutip ganda () mengapit
kutipan dan lain-lain yang terdapat dalam
suatu kutipan.
F. Komposisi
Dilihat dari maknanya, kata komposisi dalam
KBBI 2002 mengandung pengertian
susunan, tata susun, dan teknik
menyusun karangan agar diperoleh cerita
(uraian, penjelasan, dan sebagainya) yang
indah, selaras, dan mudah dipahami.
Komposisi tulisan meliputi tata susun kalimat
dalam paragraf dan tata susun paragraf
dalam karya tulis secara keseluruhan.
Komposisi mencakupi juga penempatan
informasi tentang sumber bacaan, ilustrasi,
dan lampiran.
Komposisi dapat digambarkan secara ringkas
dalam bentuk ragangan isi atau daftar isi
sebagaimana contoh berikut.

Judul: PEMBUATAN DAN PENGGUNAAN


PAPAN PARTIKEL DI JAKARTA SAAT INI

1.4Populasi dan Sampel


1.5Metode dan Teknik

Contoh Ragangan:
Pembuatan dan Penggunaan Papan Partikel

BAB II PEMBUATAN DAN PENGGUNAAN PAPAN


PARTIKEL

1. Pengenalan Papan Partikel

2.1 Pengenalan Papan Partikel

1.1Jenis Papan Partikel

2.1.1 Jenis Papan Partikel

1.2Sifat Papan Partikel

2.1.2 Sifat Papan Partikel

2. Pembuatan Papan Partikel

2.2 Pembuatan Papan Partikel

2.1Bahan Baku

2.2.1 Bahan Baku

2.2Proses Pembuatan

2.2.2 Proses Pembuatan

2.3Teknik Pembuatan

2.2.3 Teknik Pembuatan

3. Penggunaan Papan Partikel

2.3 Penggunaan Papan Partikel

3.1Tempat Penggunaan Papan Partikel

2.3.1 Tempat Penggunaan Papan Partikel

3.2Keuntungan Penggunaan Papan Partikel

2.3,2 Keuntungan Penggunaan Papan Partikel

3.3-----------------------------------------------------

2.3.3 ---------------------------------------------------

3.4-----------------------------------------------------

2.3.4 ---------------------------------------------------BAB III SIMPULAN DAN SARAN

Contoh Daftar Isi:

3.1Simpulan

Pembuatan dan Penggunaan Papan Partikel


di Jakarta Saat Ini

3.2Saran
DAFTAR PUSTAKA

PRAKATA/KATA PENGANTAR

LAMPIRAN

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR

Tata cara penomoran dalam sebuah


karangan memiliki gaya lain, selain gaya
seperti contoh di atas. Gaya itu, dapat juga
dilihat pada contoh berikut.

BAB I PENDAHULUAN

BAB III. Departemen Dalam Negeri

DAFTAR TABEL

1.1Latar Belakang dan Masalah

A. Direktorat Jenderal Pembangunan


Masyrakat Desa

1.2Ruang Lingkup
1.3Anggapan Dasar, Hipotesis, dan Kerangka
Teori
10

B. Direktorat Jenderal Agraria

1. Sub-Direktorat Bimbingan
Masyarakat

penulisan karya tulis lainnya. Yang


membedakannya dari tulisan lain adalah
pilihan kata, struktur yang digunakan, dan
gaya penulisan yang disesuaikan dengan
target pembacanya. Keapikan dan
keanggunan bahasa karya tulis ilmiah dapat
dilihat pada mutu penerapan ejaannya.

2. Sub-Direktorat Kesehatan Tanaman


3. ----------------------------------------------BAB IV Departemen Luar Negeri
A. Direktorat Jenderal Kerja Sama Luar
Negeri

===030407===

1. Direktorat Kerja Sama Pendidikan

Sumber Rujukan:

2. Direktorat Kerja Sama


Ketenagakerjaan

Alwi , Hasan. Ed. Paragraf: Bahan Penyuluhan


Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa.

a. Sub-Direktorat Pengiriman
Tenaga Kerja

Alwi, Hasan, C. Ruddyanto, dan M. Djasmin


Nasution. 1991. Bentuk dan Pilihan Kata. Jakarta:
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

b. Sub-Direktorat Kesejahteraan
Tenaga Kerja Indonesia

Arifin, E. Zaenal. 1987. Penulisan Karangan Ilmiah


dengan Bahasa Indonesia yang Benar. Jakarta:
Mediyatama Sarana Perkasa.

1) Seksi Jaminan Sosial Tenaga


Kerja Indonesia
2) Seksi Pemulangan Tenaga
Kerja
3) ----------------------------------------B. Direktorat Jenderal Keimigrasian

Catatan:

Atar Semi, M. 1990. Menulis Efektif. Padang:


Angkasa Raya.
Atmawati, Dwi. 2004. Paragraf, Penyuluhan
Bahasa Indonesia bagi Guru SLTP Bidang Studi NonBahasa Indonesia Kabupaten Kebumen, 89
September.
Brotowidjoyo, Mukayat D. 1985. Penulisan
Karangan Ilmiah. Jakarta: Akademika Pressindo.

1. Tanda titik tidak dipakai di belakang


angka atau huruf dalam suatu bagan atau
Hasjim, Nafron dan Amran Tasai. 1992. Komposisi
ikhtisar jika angka atau huruf itu
dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan
merupakan yang terakhir dalam derean
dan Pengembangan Bahasa.
angka dan huruf.
Klitgaard, S.A. 1983. Pegangan Pengarang: Petua
2. Penomoran yang menggunakan digit tidak
dan Proses. Diterjemahkan dan dipadankan oleh
boleh dicampur dengan nomor atau huruf
Hasrom bin Haron. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa
dalam gaya lainnya.
dan Pustaka.

G. Simpulan
Bahasa karya tulis ilmiah tidak ubahnya
seperti bahasa yang digunakan dalam

Mappatoto, Andi Baso. 1992. Teknik Penulisan


Feature (Karangan Khas). Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.

11

McCall, John. 1989. How to Write Themes & Essays. merupakan jawaban atas perta-nyaan Masalah apa yang
akan ditulis? Atau Hendak menulis tentang apa?
Rev. by Harry Teitelbaum. New York, USA:
Macmillan.
Mustakim. 1993. Penggunaan Bahasa yang Efektif
dalam Karya Tulis. Jakarta: Akademika Pressindo.
Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia. 2001.
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan. Jakarta: Pusat Bahasa.

Topik yang dipilih harus berada di sekitar Anda; menarik


perhatian Anda; terpusat pada satu lingkup yang terbatas;
memiliki data dan fakta yang objektif; harus Anda ketahui
prinsip ilmiahnya; harus memiliki sumber acuan/bahan
kepustakaan

Pinney, Thomas. 1977. A Short Handbook and Style Judul karangan adalah penjabaran dari topik. Jika
dibandingkan dengan topik, judul lebih spesifik dan sering
Sheet. New York, Chicago, San Francisco; Atlanta:
menyirat-kan permasalahan yang akan dibahas.
Harcourt Brace Jovanovich.
Razak, Abdul. 1985. Kalimat Efektif: Struktur, Gaya,
dan Variasi. Jakarta: Gramedia.
Sudjiman, Panuti dan Dendy Sugono. 1998.
Petunjuk Penulisan Karya Ilmiah. Jakarta: Kelompok
24 Pengajar Bahasa Indonesia.
Sutarsih. 2004. Kalimat"Penyuluhan Bahasa
Indonesia bagi Guru SLTP Bidang Studi Non-Bahasa
Indonesia Kabupaten Kebumen, 89 September.
Tarigan, Djago. 1981. Membina Keterampilan
Menulis Paragraf dan Pengembangannya.
Bandung: Angkasa.

Judul karangan sebaiknya singkat dan padat, menarik


perhatian, serta menggambarkan garis besar pembahasan.
Topik dan judul dapat memiliki persama-an dalam hal
sama-sama dapat menjadi judul karangan. Namun, antara
keduanya terdapat perbedaan;
Topik adalah payung besar yang bersifat umum dan
belum menggambarkan sudut pandang penulisnya;
sedangkan judul lebih spesifik dan telah mengandung
permasala-han yang lebih jelas dan menggambarkan sudut
pandang penulisnya.

Dalam menentukan judul, dapat ditempuh dengan


Walija. 1996. Mengolah Gagasan Menjadi Karangan. melontarkan pertanyaan masalah apa, mengapa,
Jakarta: Panebar Aksaara.
bagaimana, di mana, dan kapan. Contoh:
Wiyanto, Asul. 2004. Terampil Menulis Paragraf.
Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.

Industri metanol
Mengembang -------pengembangan
Di Pulau Bunyu
Tahun 2000-an

DASAR-DASAR PENULISAN KARANGAN ILMIAH Fakultas Arsitektur


Tahap Persiapan
1. Pemilihan topik/masalah
Topik
: Polusi air
2. Penentuan judul
3. Pembuatan rangka karangan/ragangan
Judul
: Pengendalian Polusi Air di Perairan
Topik: pokok pembicaraan.
Sungai Musi
Topik karangan adalah suatu hal yang
akan dikerjakan menjadi karangan. Topik karangan

Fakultas Pertanian
12

Topik : Produksi Cengkeh

1.3 Kerangka Teori

Judul : Peningkatan Produksi Cengkeh di Sulawesi

1.4 Sumber data

Utara dengan Cara Pemupukan.


Pembuatan Kerangka Karangan (outline)

1.5 Cara Pengumpulan Data


BAB II METODE HIDROPONIK

Pada prinsipnya adalah proses penggolongan dan


penataan berbagai fakta menjadi kesatuan yang
berpautan.
Langkah-Langkah:
menentukan judul bab dan judul anak bab
(jdul bab dan juudl anak bab ini merupakan
pecahan masalah dari judul karangan yang
ditentukan.

2.1 Metode Kultur Air


2.2 Metode Kultur pasir
2.3 Metode Kultur Agragate
BAB III LOKASI HIDROPONIK
3.1 Hidrponik di halaman
3.2 Hidrpoponik di Kebun

Apa yang akan dilakukan dengan judul itu?


Masalah apa saja yang akan dibicarakan di bawah
judul itu?

BAB IV MENANGGULANGI KESULITAN


4.1
4.2

HIDROPONIK BERCOCOK TANAM TANPA TANAH

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

PRAKATA

5.1 Simpulan

DAFTAR ISI

5.2 Saran

DAFTAR TABEL

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR BAGAN

LAMPIRAN

Apa yang akan dilakukan dengan judul itu?

Gabungan Angka dan Huruf

Masalah apa saja yang akan dibicarakan di bawah


judul itu?

I ..

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Masalah
1.1.1 Latar Belakang

A. .
1. ..
a. .
1) ..

1.1.2 Masalah
1.2Tujuan Pembahasan
I .
13

A. ..

2.2 .

B. ..

2.2.1 .

1. ..
2. .

2.2.2 .
2.3 ..
2.3.1 ..

II ..

2.3.2

A. ..
1. .
2. ..

KONVENSI NASKAH KARANGAN ILMIAH


BENTUK KARANGAN ILMIAH

a) .

a. perwajahan

b) ..
B. ..

b. penomoran halaman
BAGIAN-BAGIAN KARANGAN ILMIAH

I. .

a. judul karangan

II.

b. judul bab

A.

c. judul anak bab

1. ..

d. judul tabel, grafik, bagan, gambar

2. .

e. daftar pustaka, dan

B.
Angka Arab (digit)
I ..

f. lampiran
Perwajahan adalah tata letak unsur-unsur karangan
ilmiah dan aturan penulisan (keindahan dan
estetika naskah).
a) Kertas

1.1 .
1.1.1 ..

1. pias atas 4 cm

1.1.1.1 ..

2. pias bawah 3 cm
3. pias kiri 4 cm, dan
4. pias kanan 2,5 cm

II ..
2.1

Tajuk Prakata, Ucapan Terima Kasih, Daftar Isi, Bab I


14

Pendahuluan, Bab 2 Analisis, Bab 3 Simpulan, Daftar


Pustaka, dan Lampiran dituliskan dengan huruf kapital.

CREATIVE BY
BANDI PN.

15

Anda mungkin juga menyukai