Anda di halaman 1dari 9

Learning loss(kehilangan pembelajaran) adalah kondisi hilangnya pengetahuan dan

keterampilan dalam perkembangan akademis yang terjadi karena terhentinya pembelajaran


dalam dunia pendidikan. Menurut The Education and Development Forum mengartikan
bahwa learning loss adalah situasi dimana peserta didik kehilangan pengetahuan dan
keterampilan baik umum atau khusus atau kemunduran secara akademis, yang terjadi
karena kesenjangan yang berkepanjangan atau ketidakberlangsungannya proses pendidikan.
Berdasarkan artikel tersebut, penyebab terjadiya learning loss adalah
1. terjadi karena terhentinya pembelajaran dalam dunia pendidikan karena adanya pandemi
covid 19.Anak sekolah melakukan pembelajaran secara online. Dalam pembelajaran online
peserta didik belajar di rumah via wa, zoom, google meet, google classroom dan
sebagainya. Selama pandemi COVID-19, kegiatan pendidikan secara tatap muka di
sekolah beralih menjadi pembelajaran secara online atau daring. Kondisi inilah
yang memicu terjadinya learning loss pada sebagian peserta didik.
2.Jangka waktu liburan terlampau lama, peserta didik akan melupakan mengenai hal-
hal terkait sekolah, sehingga berpotensi menyebabkan learning loss.
3.Peserta didik mengalami Gap-Year tinggal kelas dalam durasi tertentu sehingga memori
peserta didik mengenai materi pelajaran di sekolah akan memudar.
4. Cuti / Putus Sekolah mengakibatkan peserta didik tidak menerima pendidikan yang layak
dan benar selama durasi waktu tertentu sehingga kemampuan peserta didik dalam
belajarpun akan berkurang.
5.Pengajaran yang Kurang Efektif. Peserta didik yang memiliki pengajar dengan kualitas
yang tak bagus serta cara mengajar yang kurang efektif menyebabkan peserta didik relatif
sulit dalam mencapai tingkat pemahaman tertentu.
Penyebab lain learning loss berdasarkan artikel https://wartaguru.id/apakah-itu-learning-
loss-dan-penyebabnya/ yaitu
1. Kebijakan Pembelajaran Jarak Jauh yang Sifatnya Insidental. Adanya kebijakan peralihan
Pembelajaran Tatap Muka Menjadi Pembelajaran Jarak Jauh secara mendadak menjadikan
keseluruhan satuan pendidikan harus segera menyiapkan beragam administrasi pendidikan
yang tidak bisa dilakukan dengan mudah, keterbatasan dukungan jaringan dari
orangtua ,Sehingga banyak peserta didik yang merasa kurang dalam menerima
pembelajaran.
2. Tempat dan Waktu Belajar yang Terbatas
Adanya keterbatasan waktu maupun tempat juga menjadi kendala berpengaruh terjadinya
learning loss. Hal ini terjadi lantaran kebijakan belajar online akan meniadakan waktu untuk
praktikum, belajar bersama dan mengasah keterampilan.
3. Minimnya Pengetahuan akan Teknologi
Teknologi hal yang tak terpisahkan dari kehidupan termasuk pendidikan. Namun berbanding
terbalik dengan fakta bahwa masih banyak guru, peserta didik bahkan orang tua tak
memahami penggunaan teknologi.
4. Jaringan Akses Internet yang Tidak Merata. Padahal tekonologi merupakan jantungnya
pembelajaran pada saat pertemuan virtual/daring berlangsung. Banyak peserta didik yang
belum bisa mengakses internet, sehingga terkendala pembelajaran online.

Cara mengatasi learning loss


Berdasarkan artilkel tersebut cara mengatasi learning loss adalah
1. Pemulihan pembelajaran
a. melalui Angelia Iyeng, Teacher Upskilling Lead Zenius Education guna
mencapai target mempertahankan visi misi sekolah dan mempersiapkan peserta
didik agar bisa hidup sehat pasca pandemi ,
b. perpustakaan dan aplikasi belajar harus dijaga dan dipelihara
Melalui perpustakaan dan aplikasi belajar, peserta didik bisa mendapatkan referensi
dari berbagai media. Tujuanya agar peserta didik tersebut tidak mengandalkan dari
gurunya saja. Mereka juga bisa mendapatkan pengetahuan dari berbagai media.
c. orang tua harus dirangkul tidak boleh acuh tak acuh harus peduli terhadap kondisi
lingkungan. orang tua juga harus bisa kritis terhadap kondisi sekolah, dan harus
mendukung kebijakan sekolah. sekolah harus bisa memberikan informasi yang
akurat terkait apapun yang terjadi di lapangan kepada pihak pemerintah agar dapat
segera dicarikan solusinya.
2. sekolah perlu memfasilitasi tenaga kependidikannya dengan teknologi.
Masih banyak guru yang belum menguasai teknologi dalam melaksanakan pembelajaran
daring,sekolah perlu melengkapi sarana prasarana juga harus meningkatkan kemampuannya
dalam menerapkan teknologi pembelajaran..
3. mencanangkan Kurikulum Merdeka
kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam ,konten lebih optimal
agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan
kompetensi. Guru memiliki keleluasaan untuk memilih berbagai perangkat ajar sehingga
pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat peserta didik.
1. Teori belajar kognitif adalah teori yang dipakai untuk menjabarkan proses mental dan
bagaimana seseorang/peserta didik bisa terpengaruh oleh faktor internal dan eksternal
untuk menghasilkan pembelajaran dalam dirinya sendiri. Kemudian mengolahnya menjadi
pengetahuan baru berdasarkan apa yang telah dipelajarinya.
Maksudnya adalah, teori ini menyatakan bahwa peserta didik pada saat pembelajaran
dilaksanakan memiliki keterampilan, pengetahuan, ingatan dan informasi mereka sendiri
yang berasal/telah di pelajari.
Kemudian saat mempelajari sesuatu yang baru, peserta didik akan memproses dan
membangun pemahaman mereka sendiri mengenai suatu topik berdasarkan pengalaman
dan pengetahuan mereka.
Pengalaman saya mengimplementasikan teori belajar kognitif dalam kegiatan
pembelajaran adalah
a. Kegiatan pendahuluan
Pada kegiatan apprersepsi dengan memberikan pertanyaan pemantik.Guru mengaktifkan
pengetahauan awal peserta didik dan dapat merangsang aktivitas peserta didik dalam
belajar.
b. Kegiatan pembelajaran aktif
- Peserta didik berdiskusi dengan saling memberikan pertanyaan, pemecahan masalah
dan memberikan solusi dari masalah. Saat peserta didik diberi sebuah pertanyaan,
maka akan bisa menyelami sebuah makna lebih dalam. Pertanyaan yang didasari oleh
respon peserta didik terhadap sesuatu bisa membantu mereka memperdalam sebuah
teori sehingga mereka bisa lebih memahami proses pemikiran dan pemahaman
mereka sendiri.( https://www.tripven.com/teori-belajar-kognitif/)
- Pembelajaran berbasis projeck
Pengalaman Pembelajaran projeck di kelas 6 salah satunya adalah pembuatan model
tata surya. Peserta didik menerapkan pengetahuan untuk merancang model tata
surya,gerhana bulan dan matahari. Melalui pembelajaran ini, memberi pengalaman
belajar yang bermakna bagi peserta didik. Pengalaman belajar serta konsepnya
dibangun berdasarkan produk yang dihasilkan dalam proses yang dilakukan.
- Pembelajaran inquiri dan penelitian
Melalui pendekatan inkuiri dapat meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam
memproses , menemukan dan mencari sendiri dari materi pelajaran. Sehingga
mengurangi ketergantungan peserta didik terhadap guru dalam mendapatkan
pengalaman belajarnya
Peserta didik diberikan gambar-gambar tumbuhan dan hewan, kemudian dimnta
untuk menemukan cara perkembangbiakannya baik secara vegetatif dan genertif.
Peserta didik menemukan sendiri pengaruh cahaya matahari terhadap pertumbuhan
tanaman melalui eksperimen.
c. Penggunaan media pembelajaran
Menurut peaget peserta didik kelas 6 masuk dalam tahap operasional konkret,
sehingga membutuhkan media pembelajaran konkrit seperti globe, anatomi tubuh,
model tata surya, bangun ruang, dll, Mereka kurang bisa melakukan hal yang bersifat
abstrak.

2. Kelebihan dan kekurangan teori kognitif


a. Kelebihan
- Aktivitas dalam belajar akan lebih aktif, mandiri dan inovatif.
Peserta didik menjadi lebih aktif dan kreatif karena peserta didik tidak hanya pasif
duduk diam memperhatikan guru, mereka menerima pengetahuan sembari
memikirkan sebuah gagasan untuk mengimplementasikan pengetahuan tersebut.
Peserta didik harus lebih kreatif karena mereka tidak hanya menanggapi dan
menerima stimulus, tetapi mengolah informasi dan berpikir untuk menghasilkan ide
dan mengembangkan pengetahuan.
- Membantu peserta didik memahami materi pelajaran lebih mudah
Guru hanya memberikan dasar-dasar dari materi yang diajarkan unruk
pengembangan dan kelanjutannya deserahkan pada peserta didik, pendidik
memantau, dan menjelaskan dari alur pengembangan materi yang telah diberikan.
- Melatih peserta didik berpikir kritis; anak-anak bisa berpikir kritis dalam memecahkan
masalah, memahami materi dan contoh melalui hasil analisis, observasi dan
pemahaman terhadap aktivitasnya sendiri.
- Belajar bertanggung jawab
Melalui Teori kognitif meningkatkan kemandirian dan meningkatkan kreativitas
peserta didik, mereka bertanggung jawab atas tugas yang dilaksanakan misalnya
pembuatan laporan, tugas projeck, dll
- Memaksimalkan daya ingat
Perkembangan persepsi motorik anak dalam pembelajaran kognitif salah satunya
menekankan daya ingat peserta didik untuk selalu mengingat materi yang diberikan
b. Kekurangan
- Tidak semua pendidikan sesuai dengan teori kognitif
Tidak semua teori dan tingkatan pendidikan dapat dipraktikkan dengan teori kognitif,
ada beberapa materi yang sulit dipahami jika menggunakan pembelajaran kognitif.
Sehingga guru mengganti teori belajar kognitif dengan teori belajar lain yang
berkaitan dengan materi dan tingkatan peserta didik.
- Tidak semua peserta didik memiliki daya ingat yang sama
Teori kognitif lebih menekankan pada kemampuan daya ingat peserta didik, teori
kognitif menganggap semua peserta didik memiliki kemampuan daya ingat yang
sama.Padahal kemampuan dan daya ingat peserta didik berbeda.
- tidak memperhatikan cara peserta didik dalam mengeksplorasi atau mengembangkan
pengetahuan dan cara-cara peserta didiknya dalam mencarinya, karena pada
dasarnya masing-masing peserta didik memiliki cara yang berbeda-beda (diferensiasi)
- Peserta didik tidak sepenuhnya memahami materi yang diajarkan
Apabila dalam pengajaran hanya menggunakan metode kognitif, maka dipastikan
peserta didik tidak akan mengerti sepenuhnya materi yang diberikan, karena mereka
juga membutuhkan penerapan/praktik.
Tutorial pada sesi ke-3 difokuskan pada pemantapan pemahaman Saudara tentang Proses
Penyusunan Kebijakan Pendidikan Nasional.

Untuk itu, diskusi pada sesi ini akan mengacu pada pertanyaan: Bagaimana
penyusunan kebijakan pendidikan nasional sehingga kebijakan tesebut dapat diterapkan di
lapangan?

Kebijakan pendidikan adalah apa yang dikatakan (diputuskan) dan dilakukan oleh
pemerintah dalam bidang pendidikan. Baik keputusan maupun tindakan pemerintah
berkaitan dengan pilihan-pilihan investasi pendidikan yang berkontribusi paling besar bagi
peserta didik dan bagi masyarakat.
kebijakan pendidkaan merupakan suatu keputusan yang berhubungan dengan memecahkan
permasalahan yang berhubungan dengan sistem pendidikan. Ada beberapa pendekatan
yang digunakan dalam penyusunan kebijakan pendidikan nasonal. Adapun Pendekatan
dalam penyusunan kebijakan nasional yaitu:
1. Pendekatan Social Demand Approach (kebutuhan sosial)
Yaitu suatu pendekatan dalam perumusan kebijakan pendidikan berdasar pada aspirasi,
tuntutan, serta kepentingan yang disuarakan oleh masyarakan
2. Pendekatan Man-Power Approach
Yaitu menitikberatkan pada pertimbangan yang bersifat rasional dalam rangka
menciptakan ketersediaan sumberdaya manusia yang memadai di masyarakat. Tidak
melihat apakah ada permintaan dari masyarakat atau tidak, apakah masyarakat
menuntut untuk dibuatkan suatu kebijakan pendidikan atau tidak, tetapi yang
terpenting adalah dari sudut pandang pengambil kebijakan. Pemerintah sebagai
pemimpin yang berwenang merumuskan suatu kebijakan memiliki legitimasi kuat untuk
merumuskan kebijakan pendidikan.
Proses perumusan kebijakan pendidikan Nasional melalui 3 tahap yaitu :
1. Formulasi
Pada tahap ini dengan mengidentifikasi Sumber-sumber berbagai permasalahan/isu-isu
kebijakan pendidikan, Identifikasi permasalahan/isu-isu kebijakan pendidikan, Seleksi
permasalahan/ isu-isu kebijakan pendidikan, perumusan kebijakan pendidikan kemudian
Penetapan kebijakan pendidikan
2. Implementasi
Tahapan implementasi merupakan saran untuk melakukan uji kelayakan pilihan yang
dipilih secara nyata. Pada tahapan sebelumnya kebijakan masih dalam bentuk pemikran
sedangkan pada tahapan implementasi ini kebijakan dapat dilaksanakan secara nyata.
3. Evaluasi
Pada tahapan ini berusaha untuk menemukan jawaban mengenai sejauh mana kebijakan
yang dipilih berhasil. Pada tahapan ini dilakukan pengukuran dengaan indikator yang
telah dilakukan.
Proses perumusan kebijakan yang efektif harus memperhatikan keselarasan antara
usulan kebijakan dengan agenda dan strategi besar pemerintah. Melalui konsultasi dan
interaksi, tahapan perumusan kebijakan menekankan konsistensi sehingga kebijakan
yang baru tidak bertentangan dengan agenda dan program pemerintah yang sedang
dilaksanakan.
Dalam penyusunan kebijakan pendidikan nasional dibutuhkan :
1. Penyusunan Naskah akademik ( urgensi, konsepsi, landasan,alas hukum, prinsip dan
norma-norma yang dituangkan dalam bentuk pasal)
2. Rancangan Undang-undang
Naskah akademik merupakan peta tentang berbagai hal atau permasalahan yang
ingin di pecahakan melalui Undang-undang yang akan dbentuk/disahkan.
3. Renstra Kemendiknas untuk digunakan sebagai pedoman dalam rangka pencapaian
tujuan pendidikan nasional
https://www.rikaariyani.com/2018/03/proses-perumusan-kebijakan-pendidikan.html
Pendapat tentang kesamaan/perbedaan permasalahan dan metode kedua
artikel serta dan alasan yang tepat dan logis (skor maksimum 50).

2. Pendapat tentang apakah Artikel 1 dan Artikel 2 tersebut memenuhi atau


tidak memenuhi persyaratan (dari aspek jumlah variabel dan atau kedalaman
dan keluasan bahasan) sebagai karya mahasiswa S2 yang bersumber dari
Tesis (skor maksimum 50).

Artikel 1
Judul : Efektivitas Penggunaan Multimedia dalam Pembelajaran IPA di SD
Tujuan : untuk mengetahui tingkat efektivitas penggunaan multimedia dalam
pembelajaran IPA tema 7 sub tema 3 materi kalor di kelas V SDN Lamper Tengah
Jenis Penelitian : Kuantitastif
Desain Penelitian: True Experimental Design dengan bentuk Control Group pre-test-post-
test
Variabel bebas : penggunaan multimedia dengan indikator pelaksanaan pembelajaran IPA
Variabel terikat: Hasil belajar IPA tema 7 sub tema 3 materi kalor
Sumber dan analisis data : Tes dan rumus t-test
Hasil analisis data hasil belajar IPA tema 7 sub tema 3 materi kalor menunjukkan
penggunaan multimedia sangat efektif hal ini berdasarkan uji perbedaan rata-rata
menunjukkan sig = p-value 0,000. Nilai tersebut kurang dari 0,05 (0,000 < 0,05).
Kesimpulan : penggunaan multimedia efektif dalam meningkatkan pembelajaran IPA
kelas V SDN Lamper Tengah 02 Semarang (berdasarkan hasil uji t-test)

Artikel 2
Judul : Penguatan Pendidikan Karakter di SD
Tujuan Penelitan : (1) mendeskripsikan strategi dan impelementasi penguatan pendidikan
karakter berbasis kelas di SD Muhammadiyah 08 Dau dan MI Miftahul Ulum Sudimoro (2)
Menjelaskan strategi dan impelementasi penguatan pendidikan karakter berbasis budaya
di SD Muhammadiyah 08 Dau dan MI Miftahul Ulum Sudimoro (3) Mendeskripsikan
faktor pendukung dan penghambat keberhasilan penguatan pendidikan karakter di SD
Muhammadiyah 08 Dau dan MI Miftahul Ulum Sudimoro.
Jenis penelitian : kualitatif
Desain penelitian : penelitian studi kasus
Pada artikel 2 Tidak dijelaskan jenis varabel.
Karena pada Penelitian kualitatif tidak harus mendesain seluruh aspek dari penelitian
sebelumnya. Hal ini berarti peneliti tidak harus menentukan variabel, mengukur variabel,
mengajukan hipotesis, dan tidak menggunakan analisis statistis.
Teknik pengumpulan data : Data dikumpulkan melalui wawancara, observasi, dan
dokumentasi
Analisis data : analisis data Miles dan Huberman
Kesimpulan/hasil penelitian :
Hasil penelitian berdasarkan hasil Data yang diperoleh dan dianalisis dalam table yang
menjadi focus masalah baik dalam siklus I dan Siklus II

Kelayakan artikel 1 dan artikel 2 sebagai karya mahasiswa S2


Menurut saya, kedua artikel tersebut memenuhi kelayakan sebagai karya mahasiswa S2.
Karena memenuhi langkah-langkah yang harus ditempuh dalam penelitian, baik
penelitian kuantitatif maupun penelitian kualitatif. Yaitu dimulai dari identifkasi
masalah,merumuskan masalah,meninjau literature, mengumpulkan data, menganalisis,
menafsirkan data dan hasil penelitian(kesimpulan)

Anda mungkin juga menyukai