http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/upej
Analisis Profil Pemahaman Konsep dan Model Mental Siswa di SMA Kesatrian 2
Semarang pada Materi Interferensi dan Difraksi Cahaya
Abstract
This study aimed to determine the profile of students’ understanding of concepts and misconceptions and to
identify the picture of students' mental models in explaining the phenomenon of light interference and diffraction.
The type research is qualitative, and the research method used descriptive qualitative. Data collection techniques
used observations and three tier multiple choices test and semi-structured interviews. The results showed that the
conceptual understanding of students grade XI MIPA 2 at SMA Kesatrian 2 Semarang in the light interference
and diffraction material was included in the conceptual understanding category of 30%, 48% misconception and
22% did not understand the concept. The profile of students' mental models based on Ifenthaler level category in
explaining the material of light interference and diffraction included at the level of the surface. While the type of
mental model is based on the type of Sendur is scientific mental model possessed by students only reached 2.38%.
The remaining 97.62% classified as alternative mental models.
berupa tes formatif berbentuk soal pilihan dengan kategori tinggi, sedang dan rendah
ganda biasa atau uraian sehingga tidak dapat yang diperoleh dari hasil tes diagnostik.
membedakan siswa yang paham konsep, Analisis pemahaman konsep siswa
miskonsepsi dan tidak tidak paham konsep. dilakukan dengan melihat hasil jawaban
Tujuan penelitian ini yaitu: (1) Untuk siswa, selanjutnya hasil tes tersebut
menentukan profil pemahaman konsep siswa dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu
pada materi interferensi dan difraksi cahaya; paham konsep, miskonsepsi dan tidak paham
(2) Untuk menganalisis profil miskonsepsi konsep. Analisis model mental siswa
siswa pada materi interferensi dan difraksi dilakukan melalui analisis deskriptif pada
cahaya; (3) Untuk mengidentifikasi gambaran jawaban siswa. Model mental siswa
model mental siswa dalam menjelaskan dikelompokkan berdasarkan kemiripan
fenomena interferensi dan difraksi cahaya jawaban siswa kedalam empat tipe yaitu;
tidak ada jawaban (No Response, NR),
METODE miskonsepsi khusus pada bagian tertentu
(Specific Misconceptions, SM), benar sebagian
Jenis penelitian ini adalah penelitian (Partially Correct, PC), dan benar secara ilmiah
kualitatif, sedangkan metode penelitian yang (Scientifically Correct, SC). Secara umum tiga
digunakan adalah penelitian deskriptif model mental pertama disebut sebagai model
kualitatif maka data yang didapatkan lebih mental alternatif, sedangkan model mental
lengkap, lebih mendalam, dan bermakna keempat disebut model mental ilmiah atau
sehingga tujuan dalam penelitian ini dapat model konseptual.
tercapai (Sugiyono, 2015). Dalam penelitian
ini, metode penelitian deskriptif ditujukan HASIL DAN PEMBAHASAN
untuk melihat profil pemahaman konsep,
miskonsepsi dan model mental siswa pada Pemahaman Konsep Siswa Secara
materi interferensi dan difraksi cahaya. Keseluruhan
Penelitian ini dilakukan di salah satu Berdasarkan hasil penelitian di kelas XI
sekolah menengah atas di kota semarang yaitu MIPA 2 SMA Kesatrian 2 Semarang dengan
SMA Kesatrian 2 Semarang. Subyek dari jumlah siswa sebanyak 37 siswa bahwa
penelitian ini adalah siswa kelas XI MIPA 2 pemahaman konsep fisika siswa pada materi
pada tahun ajaran 2018/2019 sebanyak 37 interferensi dan difraksi cahaya yaitu
orang. Teknik pengumpulan data pada sejumlah 11 siswa dengan persentase 30%
penelitian ini dilakukan dengan berbagai cara, paham konsep, sejumlah 18 siswa dengan
diantaranya teknik observasi, tes tertulis dan persentase 48% kategori miskonsepsi dan
teknik wawancara. Pengumpulan data pada sejumlah 8 siswa dengan persentase 22%
penelitian ini menggabungkan observasi dan kategori tidak paham konsep.
hasil tes yang diperkuat dengan wawancara Tingginya persentase siswa yang
sehingga teruji kreadibilitasnya. mengalami miskonsepsi disebabkan karena
Instrumen yang digunakan adalah tes siswa sendiri. Dimana siswa tidak mampu
diagnostik three tiers multiple choice, lembar mengabstraksikan konsep dengan tepat dan
validasi soal dan lembar wawancara. Tes sebagian besar siswa sudah melupakan materi
diagnostik didefinisikan sebagai tes yang yang sebelumnya mereka telah pelajari.
digunakan untuk mengetahui kelemahan- Selain itu miskonsepsi pada siswa juga
kelemahan siswa agar dapat diberikan disebabkan oleh kesalahan siswa dalam
perlakukan yang tepat (Arikunto, 2006). membangun konsep berdasarkan teori yang
Pemilihan responden wawancara sebanyak 12 diterimanya dari pengalaman dan
orang dipilih secara purposive sampling, interaksinya dengan lingkungan. Sehingga,
berdasarkan tingkat pemahaman siswa konsep yang dimiliki siswa tidak sesuai
29
Wafi Lutfia/ Unnes Physics Education Journal 9 (1) (2020)
dengan pengertian ilmiah/ pengertian para interferensi dalam kehidupan sehari- hari.
ahli. Pada soal nomor 11 mengenai konsep
persamaan matematis untuk difraksi
Pemahaman Konsep Pada Setiap Butir Soal minimum. Sedangkan miskonsepsi paling
Berdasarkan data yang diperoleh dari sedikit terdapat pada soal nomor 4 mengenai
hasil analisis jawaban siswa dapat diketahui perhitungan jarak kedua celah ganda pada
bahwa tingkat pemahaman yang dimiliki peristiwa interferensi sebesar 8%.
siswa pada masing- masing indikator soal Pada soal nomor 4 ini siswa yang paham
yang diberikan menunjukan hasil yang konsep cukup banyak sekitar 81% dari 37
berbeda-beda. Setelah dilakukan analisis siswa. Berikutnya mengenai miskonsepsi yang
persentase kategori paham konsep, kategori cukup tinggi juga ditemukan pada soal nomor
miskonsepsi dan kategori tidak paham 2 mengenai konsep syarat-syarat terjadinya
konsep pada 15 butir soal three tiers multiple peristiwa interferensi yaitu sekitar 11%
choices. siswa paham konsep, 65% siswa
Data yang diperolah dari hasil penelitian mengalami miskonsepsi dan 24% siswa yang
yaitu miskonsepsi yang paling banyak yaitu tidak paham konsep. Soal nomor 10 terdapat
78 % terdapat pada soal nomor 1 dan nomor 62% siswa yang miskonsepsi mengenai
11. Soal nomor 1 mengenai konsep peristiwa konsep penambahan jarak kedua celah.
90
80
Persentase Kategori (%)
70
60
50
40
30
20
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Nomor Soal
Gambar 1. Persentase pemahaman konsep, mikonsepsi dan tidak paham konsep setiap butir soal
30
Wafi Lutfia/ Unnes Physics Education Journal 9 (1) (2020)
80
70
Persentase Kategori (%) 60
50
40
30
20
10
0
1 2 3 4 5 6 7
Nomor Indikator
tidak paham konsep pada indikator yang paham konsep memiliki selisih yang
menjelaskan terjadinya interferensi pada tidak terlalu jauh.
lapisan tipis berturut- turut sebesar 67%, 14% Hal ini dikarenakan sebagian siswa yang
dan 19%. Hasil tersebut menunjukkan salah dalam menentukan nilai orde
bahwa pemahaman konsep siswa sudah interferensi, hal tersebut menunjukan bahwa
cukup bagus yaitu di atas 60%, meskipun ada siswa belum memahami makna dari soal yang
beberapa yang masih mengalami miskonsepsi ditanyakan, dan juga siswa tidak menentukan
dan tidak paham konsep. lebar celah sebelum menentukan jarak antar
Siswa yang mengalami miskonsepsi garis terang kedua sehingga siswa tidak bisa
dikarenakan ketidaktepatan siswa dalam menemukan jawaban yang tepat.
memilih jawaban pada bagian inti dan alasan
namun siswa yakin dengan jawaban yang F. Indikator Menjelaskan Interferensi dan
dipilihnya. Kesalahan yang dialami oleh siswa Difraksi Secara Bersamaan
antara lain siswa kesulitan dalam menentukan Secara keseluruhan, persentase siswa
orde interferensi dan besarnya sudut. Hal ini yang paham konsep, miskonsepsi dan tidak
dikarenakana pada soal tidak dituliskan paham konsep pada indikator menjelaskan
dengan angka. interferensi dan difraksi secara bersamaan
berturut-turut sebesar 54%, 16% dan 30%.
D. Indikator Menjelaskan Pengertian Berdasarkan analisis jawaban siswa diperoleh
Difraksi Cahaya kesimpulan bahwa pemahaman konsep siswa
Secara keseluruhan, persentase jumlah sudah cukup bagus, yaitu 54%, namun
siswa yang paham konsep, miskonsepsi dan terdapat beberapa siswa yang mengalami
tidak paham konsep pada indikator miskonsepsi dan tidak paham konsep.
menjelaskan pengertian difraksi berturut- Miskonsepsi yang terjadi dikarenakan
turut sebesar 27%, 58,7% dan 14%. siswa kesulitan dalam memahami soal
Persentase siswa yang mengalami interferensi dan difraksi cahaya yang terjadi
miskonsepsi menunjukan persentase yang secara bersamaan, dan juga siswa tidak
paling tinggi yaitu sebesar 57%. mengatahui rumus perbandingan antara
Miskonsepsi yang dialami siswa ini peristiwa interferensi dan difraksi cahaya. Hal
disebabkan karena siswa intuisi dalam ini mengakibatkan siswa tidak dapat
kehidupan sehari-hari, namun ada juga yang menjawab soal pada bagian inti dan bagian
disebabkan karena siswa masih bingung alasan yang padahal saling berhubungan atau
dalam membedakan peristiwa interferensi keduanya saling terkait.
dan difraksi cahaya . Hal ini disebabkan siswa
hanya mengahafal pengertian dari difraksi Model Mental
cahaya, namun pada saat pelaksanaan tes Profil model mental siswa pada materi
siswa lupa, sehingga keliru dalam memilih interferensi dan difraksi cahaya ini
jawaban. mendeskripsikan bagaimana gambaran
umum hasil penelitian berupa pemahaman
E. Indikator Menjekaskan Difraksi Pada konsep yang dimiliki siswa. Berdasarkan hasil
Celah Sempit analisis data diperoleh model mental siswa
Secara keseluruhan, persentase jumlah hanya 2,38% tergolong model mental
siswa yang paham konsep, miskonsepsi dan konseptual, serta sisanya sebanyak 4,76%
tidak paham konsep pada indikator tidak memberikan respon; 41,67% mengalami
menjelaskan difraksi pada celah sempit miskonsepsi khusus dan 51,19% benar
berturut-turut sebesar 37%, 42% dan 21%. sebagian. Data tersebut menunjukan model
Berdasarkan hasil tersebut persentase siswa mental siswa kelas XI MIPA 2 pada materi
yang mengalami miskonsepsi dengan siswa interferensi dan difraksi cahaya sebagian
besar dalam bentuk model mental alternatif.
32
Wafi Lutfia/ Unnes Physics Education Journal 9 (1) (2020)
33
Wafi Lutfia/ Unnes Physics Education Journal 9 (1) (2020)
Miskonsepsi yang paling banyak yaitu 78% tingkatan surface. Tipe model mental yang
terdapat pada soal nomor 1 dan nomor 11. mengindisikan profil pemahaman konsep
Soal nomor 1 berkaitan dengan konsep berdasarkan kategori Sendur yaitu model
persitiwa interferensi dalam kehidupan mental ilmiah (Scientifically Correct, SC) yang
sehari-hari dan soal nomor 11 mengenai dimiliki siswa hanya mencapai 2,38%. Sisanya
konsep persamaan matematis untuk difraksi sebanyak 97,62% tergolong model mental
minimum. (3) Profil model mental siswa kelas alternatif. Terdiri atas 4,76% model mental
XI MIPA 2 di SMA Kesatrian 2 Semarang pada tipe NR (No Response), 41,67% model mental
materi interferensi dan difraksi cahaya tipe SM (Specific Misconceptions), dan 51,19%
berdasarkan tahapan metode SMD ( Surface, model mental tipe PC (Partially Correct).
Matching, and Deep Structure) termasuk pada
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2006). Dasar- Dasar Evaluasi Rahayu, S. (2013). Identifikasi Model Mental Siswa
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Kelas X SMAN 5 Yogyakarta Pada Materi
Hukum Newton Tentang Gerak.
Ifenthaler, D., Pirnay-Dummer, P., & Spector, J. M. Skripsi.Yogyakarta: Universitas Islam
(2008). Understanding Models for Kalijaga.
Learning and Instruction. New York:
Springer Science & Business Media, LLC. Rian, P. (2018). Kajian Literatur: Model Mental dan
Metode Evaluasinya. Jurnal pendidikan
Jansoon, N. Coll, R.k., & Somsook, E. Sains (JPS): Pascasarjana Universitas
(2009).“Understanding Mental Models Negeri Malang.
of Dilution in Thai Students”.
International Journal of Environmental & Saputri, D. R. (2017). Pengembangan Instrumen
Science Education. 4(2), 147-168. Penilaian Kemampuan Berpikir Kritis
Menggunakan Multi Representasi pada
Lin, J.W and Chiu, M.H . (2007). Exploring the Materi Gelombang. Skripsi. Jurusan
characteristics and Diverse Source of Fisika: Fakultas Matematika dan Ilmu
Students Mental models of Acid and Pengetahuan.
Based. International Journal Of
Science Education 25 (2) 771-803. Sendur, G., Toprak, M., & Pekmez, E. (4 Februari
https://www.tandfonline.com/doi/abs 2019). Analyzing of students’
/10.1080/09500690600855559. misconceptions about chemical
equilibrium. Makalah disajikan pada
Listiana, D. (2017). Analisis Pemahaman Diagram International Conference on New
Dan Grafik Materi Fisika Pada Siswa Trends in Education and Their
SMA. Skripsi. Semarang: UNNES. Implications, Antalya (Turkey).
Liu, Z., & Stasko, J. (2010). Mental Models,Visual Sudjana. (2011). Penilaian Hasil Proses Belajar
Reasoning, and Interaction in Mengajar. Bandung: Remaja
Information Visualization: A Top-Down Rosdakarya.
Perspective. IEEE Transactions on
Visualization and Computer Graphics. Suwarna. (2013). Analisis Miskonsepsi Siswa SMA
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed Kelas X pada Mata Pelajaran Fisika
/20975137 melalui CRI (Certainty of Response
Index) Termodifikasi. Jurnal Laporan
Nersessian, N. J. (2007). Mental Modeling in Lemlit Analisis Miskonsepsi Dosen
Conceptual Change Nancy J. Pendidikan Fisika FITK UIN Syarif
Hidayatullah. 5(2): 221.
Nersessian College of Computing Georgia Institute
of Technology.
34
Wafi Lutfia/ Unnes Physics Education Journal 9 (1) (2020)
35