Anda di halaman 1dari 7

CiE 7 (1) (2018)

Chemistry in Education
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/chemined

PENGARUH PENGGUNAAN MODUL KIMIA REDOKS TERHADAP


KEMAMPUAN METAKOGNISI SISWA
Dita Setya Hertiana, Sri Haryani, Nanik Wijayati

Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang


Gedung D6 Lt. 2 Kampus Sekaran Gunungpati Telp. 8508112 Semarang 50229

Info Artikel Abstrak


Diterima 15 Juni 2017 Metakognisi mempunyai peran penting dalam mengatur dan mengontrol proses-proses
Disetujui 20 Agustus 2017 kognitif seseorang dalam belajar dan berpikir, sehingga belajar dan berpikir yang
Dipublikasikan 04 April dilakukan oleh seseorang menjadi lebih efektif dan efisien. Penelitian ini bertujuan
2018
untuk menemukan ada tidaknya pengaruh positif penggunaan modul kimia terhadap
Keywords: kemampuan metakognisi siswa. Penelitian dilaksanakan di SMA N 1 Petarukan pada
metakognisi; modul; reaksi
tanggal 14 Februari – 10 Maret 2017. Teknik sampling digunakan cluster ramdom
oksidasi; reduksi.
sampling, kelas X MIPA 3 sebagai kelas eksperimen dan kelas X MIPA 4 sebagai kelas
kontrol. Kemampuan metakognisi siswa diukur dari kemampuan siswa dalam
menjawab soal uraian dengan indikator metakognisi serta melalui angket metakognisi
siswa. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain posttest only
control design. Hasil posttest menunjukkan bahwa rata-rata nilai kelas eksperimen dan
kelas kontrol berturut-turut sebesar 69,38 dan 58,15. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa ttabel 1,99 sedangkan thitung 5,23 lebih besar dari ttabel pada taraf signifikansi 5%
dengan korelasi biserial sebesar 0,51 (kategori sedang). Berdasarkan analisis yang
dilakukan, dapat disimpulkan bahwa penerapan penggunaan modul kimia
berpengaruh positif terhadap kemampuan metakognisi siswa.

Abstract
Metacognition has an important role in regulating and controlling one's cognitive processes in
learning and thinking, so that learning and thinking is done by someone to be more effective and
efficient. The aim of this study is to know whether or not there is a positive influence of chemist
module to the students metacognition ability. This research was conducted in SMA N 1
Petarukan on February 14 - March 10, 2017. Sampling technique that being used in this study
was cluster random sampling, grade X MIPA 3 as the experiment class and grade X MIPA 4 as
the control class. The students metacognition ability is measured by the students ability to answer
the description with metacognition indicator as well as through a questionnaire of student
metacognition. This study used experimental method with posttest only control design. The
posttest result showed that the average of experiment class and control class was in the amount of
69,38 and 58,15. The result of this study showed that the t-table was 1,99 while the t-obtained
was 5,23 larger than the t-table in the significane level of 5% with a biserial correlation of 0,51
(medium category). Based on the analisys that have been done, it could be concluded that the
implementation of the use of chemist module positive influenced the students metacognition
ability.

© 2018 Universitas Negeri Semarang



Alamat korespondensi: ISSN 2252-6609
E-mail: ditasetyahertiana@gmail.com

32
Dita Setya Hertiana dkk. / Chemistry in Education 7 (1) (2018)

Pendahuluan taksonomi Bloom setelah faktual, konseptual, dan


prosedural (Lee & Baylor, 2006). Menurut Slavin,
Pembelajaran melalui pendekatan saintifik sebagaimana dikutip oleh Danial (2010)
adalah pembelajaran yang dirancang sedemikian mengatakan bahwa metakognisi adalah
rupa agar siswa secara aktif mengonstruksi konsep, pengetahuan tentang pembelajaran diri sendiri atau
hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan pengetahuan cara belajar. Selain itu, menurut
mengamati (untuk mengidentifikasi atau Flavell, sebagaimana dikutip oleh Haryani (2012:
menemukan masalah), merumuskan masalah, 49), menyatakan bahwa metakognisi didefinisikan
mengajukan atau merumuskan hipotesis, sebagai pengetahuan dan kognisi tentang objek-
mengumpulkan data dengan berbagai teknik, objek kognitif, yaitu tentang segala sesuatu yang
menganalisis data, menarik kesimpulan dan berhubungan dengan kognitif. Metakognisi dapat
menulis artikel ilmiah, dan untuk mengembangkan dikatakan sebagai kemampuan berpikir tentang
karakter siswa (Rahmawati & Haryani, 2015). berpikir. Pengetahuan metakognisi merupakan
Pendidikan masa kini mencoba membantu siswa pengetahuan yang diperoleh siswa tentang proses-
belajar untuk mengorganisasi dan mengkonstruksi proses kognitif, yaitu pengetahuan yang bisa
pendapat, merumuskan masalah, menyusun digunakan untuk mengontrol proses-proses kognitif
hipotesis, dan mencari pembuktian sendiri (student (Arslan, 2015). Metakognisi dikembangkan melalui
centered) (Saptorini, 2010). Pola pembelajaran yang proses berpikir seseorang atau mengendalikan
diterapkan selama ini masih didominasi paradigma proses berpikir ketika seseorang melakukan suatu
teaching (teacher-centered) dan nonkontruktivistik kegiatan (keterampilan proses) yang pada akhirnya
bukan paradigma learning (students-centered), akan menghasilkan kemampuan berpikir yang
sehingga pembelajaran menjadi kurang efektif dan kreatif (Mawaddah, Suyitno, & Kartono, 2015).
tidak terkontruksi dengan baik (Danial, 2010). Guru perlu menciptakan lingkungan yang
Proses pembelajaran terkadang terdapat mampu merangsang siswa kreatif dengan
kesalahan konsep pada informasi yang diperoleh menjadikan siswa sebagai pusat kegiatan dalam
siswa, informasi yang dimaksud oleh guru tidak proses pembelajaran (Prytula, 2012). Pembelajaran
seperti informasi yang ada di dalam benak siswa. mandiri dari literatur ilmu pendidikan untuk
Terkait dengan hal tersebut, metakognisi dapat meringkas dan menggambarkan metode
memantau tahap berpikir siswa agar dapat pembelajaran yang efektif dan pengembangan
merefleksi cara berpikir dan hasil berpikirnya pemahaman metakognitif (Schraw, Crippen, &
seperti pada penelitian-penelitian terdahulu. Hartley, 2006). Proses pembelajaran diperlukan
Metakognisi mempunyai peran penting dalam untuk kemampuan mempelajari kimia secara
proses pembelajaran. Siswa akan sadar tentang mendalam untuk menarik perhatian dan
proses berpikirnya dan mengevaluasi dirinya meningkatkan minat peserta didik terhadap kimia.
sendiri terhadap hasil proses berpikirnya, sehingga Pembelajaran sains dengan menggunakan bahan
hal tersebut akan memperkecil kesalahan siswa ajar modul akan sangat bermanfaat bagi guru sains
dalam menyelesaikan masalah (Rompayom, dalam menyampaikan materi kepada siswa. Siswa
Tambunchong, Wongyounoi, & Dechsri, 2010). lebih kreatif dalam mengembangkan dirinya,
Metakognisi berhubungan dengan berpikir siswa kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik,
tentang berpikir siswa sendiri dan kemampuan siswa akan lebih banyak mendapatkan kesempatan
siswa menggunakan strategi-strategi belajar tertentu untuk belajar secara mandiri, mengurangi
dengan tepat. Metakognisi juga berhubungan ketergantungan terhadap kehadiran guru sains, dan
dengan cara berpikir siswa tentang berpikirnya siswa juga akan mendapatkan kemudahan dalam
sendiri dan kemampuan mereka dalam memilih mempelajari setiap kompetensi yang harus
strategi yang tepat untuk memecahkan masalah. Ini dikuasainya (Lestari, Widoretno, & Nurmiyati,
menunjukkan adanya perbedaan dalam 2014).
penggunaan pola berpikir sebagai wujud aktivitas Sebuah modul akan bermakna, apabila siswa
kognisi dan metakognisi (Haryani, 2012). dapat dengan mudah menggunakannya.
Metakognisi merupakan aspek pengetahuan Pembelajaran dengan modul memungkinkan siswa
yang paling tinggi tingkatannya dalam revisi yang memiliki kecepatan tinggi dalam belajar akan

33
Dita Setya Hertiana dkk. / Chemistry in Education 7 (1) (2018)

lebih cepat menyelesaikan satu atau lebih praktikum siswa, dan lembar diskusi siswa.
kompetensi dasar (KD) dibandingkan dengan siswa Kemampuan metakognisi siswa diukur dari
lainnya. Modul harus menggambarkan KD yang kemampuan siswa dalam menjawab soal uraian
akan dicapai oleh siswa, disajikan dengan dengan indikator metakognisi serta melalui angket
menggunakan bahasa yang baik, menarik, dan tanggapan siswa. Data penelitian kemampuan
dilengkapi dengan ilustrasi (Wenno, 2010). metakognisi dianalisis secara statistik parametrik
Penggunaan modul pada pembelajaran yang yaitu dihitung dengan uji t.
menyajikan contoh nyata dalam kehidupan sehari-
hari berkaitan dengan topik pelajaran mampu Hasil dan Pembahasan
membantu mengembangkan kesadaran
metakognisi dan membantu menguasai konsep Uji ada tidaknya pengaruh penggunaan
baru yang dipelajari (Salleh & Zakaria, 2012). modul terhadap kemampuan metakognisi siswa
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui disajikan pada Tabel 1. Penggunaan modul
apakah terdapat pengaruh pada penggunaan modul ternyata berpengaruh terhadap kemampuan
kimia terhadap kemampuan metakognisi siswa. metakognisi siswa.
Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa
Metode Penelitian rata-rata nilai kelas eksperimen lebih tinggi dari
pada kelas kontrol. Besarnya korelasi biserial
Penelitian dilakukan dan dilaksanakan di menunjukkan harga rb sebesar 0,51 (korelasi
SMA N 1 Petarukan. Objek dari penelitian ini sedang) sehingga besarnya koefisien determinasi
adalah siswa kelas X MIPA semester genap yang atau pengaruh variabel bebas terhadap variabel
terdiri dari dua kelas MIPA. Rancangan penelitian terikat dapat diketahui sebesar 26,00%.
yang digunakan dalam penelitian eksperimen ini Soal posttest yang diberikan kepada siswa
adalah Posttest Only Control Design. Pemilihan terintegrasi dengan indikator kompetensi dan
sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknik indikator metakognisi. Indikator kemampuan
Cluster Random Sampling. Penelitian dilakukan pada metakognisi yang dikembangkan yaitu (1)
tahun ajaran 2016/2017 selama bulan Februari- menyatakan tujuan; (2) mengetahui tentang apa
Maret 2017. Variabel bebas dalam penelitian ini dan bagaimana; (3) mengidentifikasi informasi; (4)
adalah penggunaan modul kimia dan pendekatan memilih operasi yang dipakai; (5) menggunakan
saintifik, sedangkan variabel terikatnya adalah operasi yang sama untuk masalah lain; (6)
kemampuan metakognisi yang dilihat dari hasil mengevaluasi prosedur; dan (7) memutuskan
posttest penguasaan konsep dan angket. Teknik operasi yang paling sesuai dipelajari. Kemampuan
pengumpulan data dilakukan dengan tes dan metakognisi siswa dilihat dari kemampuan
angket metakognisi siswa. Bentuk instrumen yang mengerjakan soal uraian, dan dianalisis pencapaian
digunakan berupa soal tes pemahaman konsep indikator metakognisinya. Hasil analisis
berindikator metakognisi dan angket metakognisi pencapaian indikator metakognisi ditunjukkan
siswa, serta perangkat pembelajaran yang meliputi pada Tabel 2.
silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, lembar

Tabel 1. Hasil Uji Ada Tidaknya Pengaruh

Kelas Rerata Varians Dk thitung ttabel Kriteria

Eksperimen 69,38 180,04


78 5,23 1,99 Ada Pengaruh
Kontrol 58,15 204,59

34
Dita Setya Hertiana dkk. / Chemistry in Education 7 (1) (2018)

Tabel 2. Hasil Analisis Pencapaian Indikator Metakognisi


No. Eksperimen Kontrol
Indikator Rata- Rata-
Keterangan Keterangan
rata rata
1 Menyatakan tujuan 4,50 Indikator tercapai 4,07 Indikator tercapai
2 Mengetahui tentang apa Sebagian indikator Sebagian kecil
3,35 2,60
dan bagaimana tercapai indikator tercapai
3 Mengidentifikasi Sebagian indikator Sebagian
3,75 3,28
informasi tercapai indikator tercapai
4 Memilih Sebagian indikator Sebagian
operasi/prosedur yang 3,37 tercapai 3,05 indikator tercapai
dipakai
5 Menggunakan Sebagian kecil Sebagian kecil
operasi/prosedur yang 2,52 indikator tercapai 2,36 indikator tercapai
sama untuk masalah lain
6 Mengevaluasi prosedur Sebagian kecil Sebagian kecil
2,60 2,40
indikator tercapai indikator tercapai
7 Memutuskan operasi Sebagian indikator Sebagian kecil
3,42 2,47
yang paling sesuai tercapai indikator tercapai

Indikator menyatakan tujuan, kelas Indikator memilih operasi/prosedur yang


eksperimen dan kontrol mencapai kategori dipakai menunjukkan bahwa pada kelas
indikator tercapai. Hasil analisis pencapaian eksperimen mencapai sebagian indikator. Siswa
indikator menunjukkan bahwa kedua kelas dapat pada kelas eksperimen mempunyai banyak
mencapai indikator menyatakan tujuan. Kelas kesempatan untuk mencari informasi dan memilih
eksperimen memperoleh skor lebih tinggi dari pada informasi yang dibutuhkan. Mengidentifikasi
kelas kontrol, hal ini dikarenakan kelas eksperimen informasi merupakan proses yang harus dilakukan
sudah terbiasa mengerjakan soal latihan yang siswa agar dapat memilih prosedur yang digunakan
terdapat di modul. Sejalan dengan penelitian untuk menyelesaikan masalah lain (Nuryana &
Rompayom, Tambunchong, Wongyounoi, dan Sugiarto, 2012). Indikator metakognisi
Dechsri (2010) menyatakan bahwa metakognisi menggunakan operasi/prosedur yang sama untuk
penting bagi belajar siswa karena mempengaruhi masalah lain menunjukkan bahwa pada kelas
bagaimana siswa menerapkan apa yang telah eksperimen dan kontrol mempunyai kemampuan
mereka pelajari untuk memecahkan masalah. yang sama yaitu sebagian kecil indikator tercapai.
Penelitian dari S. R. Yunus, I. G. M. Sanjaya Proses latihan terstruktur dan latihan terbimbing
(2013) yang secara keseluruhan penggunaan modul yang dilakukan guru selama pembelajaran
dalam proses pembelajaran memberikan pengaruh membantu siswa memahami langkah-langkah dan
positif terhadap hasil belajar siswa. urutan operasi yang digunakan dalam
Indikator kedua, mengetahui tentang apa menyelesaikan soal (Ikayanti & Sugiarto, 2012).
dan bagaimana kelas eksperimen dalam kategori Indikator metakognisi mengevaluasi
sebagian indikator tercapai dan kelas kontrol dalam prosedur kelas eksperimen dan kelas kontrol
kategori sebagian kecil indikator tercapai. Hal ini mempunyai skor yang tidak jauh berbeda yaitu
menunjukkan siswa kelas eksperimen lebih dapat pada taraf sebagian indikator tercapai. Indikator
mengetahui tentang apa dan bagaimana karena metakognisi memutuskan operasi yang paling
dalam proses pembelajaran menggunakan modul sesuai menunjukkan bahwa pada pada kelas
merangsang siswa untuk berpikir kritis dan mencari eksperimen dalam kriteria sebagian indikator
jawaban yang tepat (Rahmawati & Haryani, 2015). tercapai dan kelas kontrol dalam kriteria sebagian
Indikator ketiga, mengidentifikasi informasi kecil indikator tercapai. Hal ini menunjukkan
menunjukkan bahwa kedua kelas dapat mencapai bahwa pembelajaran dengan penggunaan modul
sebagian indikator mengidentifikasi informasi. berpengaruh terhadap kemampuan metakognisi

35
Dita Setya Hertiana dkk. / Chemistry in Education 7 (1) (2018)

siswa dalam mencari informasi yang dibutuhkan, indikator kemampuan metakognisi kelas
siswa terbiasa untuk merancang prosedur untuk eksperimen lebih besar daripada rata-rata tiap
menyelesaikan suatu masalah. Pembelajaran indikator kemampuan metakognisi kelas kontrol.
dengan menggunakan media berupa modul Grafik komponen indikator metakognisi terdapat
berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa pada Gambar 1.
(S. R. Yunus, I. G. M. Sanjaya, 2013). Kemampuan metakognisi siswa setiap
Iin dan Sugiarto (2012) menyatakan bahwa indikator kelas eksperimen lebih tinggi daripada
terdapat keterkaitan yang erat antara hasil belajar kelas kontrol. Indikator 1 “Menyatakan Tujuan”,
dengan keterampilan metakognisi, dan keduanya merupakan indikator dengan ketercapaian tertinggi
merupakan satu rangkaian yang tidak terpisahkan. baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol.
Pada penerapannya dalam kegiatan belajar atau Indikator menyatakan tujuan didapatkan kelas
pemecahan masalah, proses kognitif dan eksperimen dengan persentase 90%, sedangkan
metakognitif dapat berlangsung secara bersama pada kelas kontrol sebesar 81,4%. Indikator 5,
atau beriringan, yang saling menunjang satu sama menggunakan operasi yang sama untuk masalah
lain. Danial (2010) menyatakan bahwa jika lain didapatkan persentase kelas eksperimen
keterampilan metakognisi meningkat, maka sebesar 50,4%, sedangkan pada kelas kontrol
penguasaan konsep juga cenderung meningkat. sebesar 47,2%. Indikator 5 merupakan indikator
Analisis setiap indikator metakognisi dapat dengan kertercapaian terendah baik pada kelas
disajikan melalui grafik, sehingga terlihat eksperimen maupun kelas kontrol.
perbedaan persentase hasil nilai posttest antara kelas Analisis deskriptif metakognisi yaitu melalui
eksperimen dan kelas kontrol pada setiap angket metakognisi siswa (Iin & Sugiarto, 2012).
indikatornya. Berdasarkan persentase setiap Angket metakognisi siswa pada penelitian ini
indikator kelas eksperimen memperoleh persentase adalah untuk mengukur kemampuan metakognisi
yang lebih tinggi dibanding kelas kontrol, sehingga siswa baik pada kelas eksperimen maupun kelas
dapat disimpulkan rata-rata persentase setiap kontrol (Fitriana & Haryani, 2016). Angket

100 Eksperimen Kontrol


90
Pencapaian Indikator Metakognisi

80
dalam persentase (%)

70
60
50
40
30
20
10
0
1 2 3 4 5 6 7
Komponen Indikator Metakognisi

Gambar 1. Komponen Indikator Metakognisi dengan Persentase


Keterangan:
1. Menyatakan tujuan 5. Menggunakan operasi/prosedur
2. Mengetahui tentang apa dan yang sama untuk masalah lain
bagaimana 6. Mengevaluasi prosedur
3. Mengidentifikasi informasi 7. Memutuskan operasi yang
4. Memilih operasi/prosedur yang dipakai paling sesuai

36
Dita Setya Hertiana dkk. / Chemistry in Education 7 (1) (2018)

90 Eksperimen Kontrol

80
Presentase Respon Siswa dalam (%)

70
60
50
40
30
20
10
0
1 2 3 4 5 6 7
Indikator Metakognisi

Gambar 2. Presentase Angket Metakognisi Siswa


Keterangan:
1. Menyatakan tujuan 5. Menggunakan operasi/prosedur
2. Mengetahui tentang apa dan yang sama untuk masalah lain
bagaimana 6. Mengevaluasi prosedur
3. Mengidentifikasi informasi 7. Memutuskan operasi yang
4. Memilih operasi/prosedur yang dipakai paling sesuai

diberikan saat pembelajaran telah selesai. Analisis ketercapaian terendah kelas eksperimen dan
setiap butir angket metakognisi dapat disajikan indikator 5 merupakan indikator dengan
melalui grafik, sehingga terlihat perbedaan ketercapaian terendah kelas kontrol.
persentase respon siswa antara kelas eksperimen Analisis angket metakognisi siswa
dan kelas kontrol. Berdasarkan persentase setiap menunjukkan bahwa siswa pada kelas eksperimen
indikator kelas eksperimen memperoleh persentase lebih memahami tujuan pembelajaran, memahami
yang lebih tinggi dibanding kelas kontrol, sehingga konsep-konsep yang dipelajari serta dapat memilih
dapat disimpulkan rata-rata presentase setiap butir langkah-langkah yang digunakan untuk
angket kemampuan metakognisi kelas eksperimen menyelesaikan soal (Rahmawati & Haryani, 2015).
lebih besar daripada rata-rata tiap butir angket Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan
kemampuan metakognisi kelas kontrol. Grafik metakognisi kelas eksperimen lebih baik daripada
komponen angket metakognisi siawa terdapat pada kelas kontrol. Sejalan dengan penelitian
Gambar 2. Rompayom, Tambunchong, Wongyounoi, dan
Berdasarkan analisis angket metakognisi Dechsri (2010) dan Prytula (2012) bahwa
siswa, kemampuan metakognisi siswa setiap kemampuan metakognisi dapat menuntun siswa
indikator kelas eksperimen lebih tinggi daripada menerapkan apa yang telah mereka pelajari untuk
kelas kontrol. Berdasarkan Gambar 2, indikator memecahkan masalah.
menyatakan tujuan merupakan indikator dengan Penelitian ini tidak akan berjalan dengan
ketercapaian tertinggi pada kelas eksperimen lancar tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh
sebesar 82%, sedangkan pada kelas kontrol karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih
indikator mengetahui tentang apa dan bagaimana kepada semua pihak yang telah membantu dalam
merupakan ketercapaian tertinggi sebesar 78%. penelitian ini.
Indikator 4 merupakan indikator dengan

37
Dita Setya Hertiana dkk. / Chemistry in Education 7 (1) (2018)

Simpulan Nuryana, E. & B. Sugiarto. 2012. Hubungan


Keterampilan Metakognisi dengan Hasil Belajar
Berdasarkan hasil penelitian dapat Siswa pada Materi Reaksi Reduksi Oksidasi
Kelas X1 SMA Negeri 3 Sidoarjo. Unesa Journal
disimpulkan bahwa penggunaan modul kimia
Of Chemical Education. 1(1): 83-91.
berpengaruh terhadap kemampuan metakognisi
Prytula, M. P. (2012). Teacher metacognition within the
siswa dengan besarnya koefisien korelasi biserial professional learning community. International
0,51 (korelasi sedang) sebesar 26,00%. Education Studies, 5(4), 112–121.
https://doi.org/10.5539/ies.v5n4p112
Daftar Pustaka Rahmawati, Y., & Haryani, S. (2015). Penerapan Model
Pembelajaran Berbasis Proyek Untuk
Arslan, S. (2015). Investigating Predictive role of Critical Meningkatkan Keterampilan Metakognitif, Jurnal
Thinking on Metacognition with Structural Inovasi Pendidikan Kimia, 9(2), 1596–1606.
Equation Modeling. The Malaysian Online Journal Rompayom, P., Tambunchong, C., Wongyounoi, S., &
of Educational Science, 3(2). Dechsri, P. (2010). The Development of
Danial, M. (2010). Pengaruh Strategi PBL Terhadap Metacognitive Inventory to Measure Students’
Keterampilan Metakognisi dan Respon Metacognitive Knowledge Related to Chemical
Mahasiswa The Effects of PBL Strategy to Bonding Conceptions. … (Journal Online. Http://
Students Metacognition Skill and Respon. …, (Iaea), 1–7. Retrieved from
Chemica, 11, 1–10. http://selectscore.com/fullpaper/221.pdf
Fitriana, M. & Haryani, S. (2016). Meningkatkan S. R. Yunus, I. G. M. Sanjaya, B. J. (2013). Jurnal
Metakognisi Siswa SMA, 10(1), 1702–1711. Pendidikan IPA Indonesia. Jurnal Pendidikan IPA
Haryani, S. (2012). Membangun Metakognisi dan Karakter Indonesia, 2(2), 203–208.
Calon Guru Melalui Pembelajaran Praktikum Kimia https://doi.org/10.15294/jpii.v4i2.4179
Analitik Berbasis Masalah. Salleh, T. S. A., & Zakaria, E. (2012). Module for
Iin, Y., & Sugiarto, B. (2012). Korelasi Antara learning integral calculus with maple: Lecturers’
Keterampilan Metakognitif Dengan Hasil Belajar views. Turkish Online Journal of Educational
Siswa Di Sman 1 Dawarblandong, Mojokerto. Technology, 11(3), 234–245.
Unesa Journal of Chemical Education, 1(2), 78–83. Saptorini, S. (2010). Pengembangan Model
Ikayanti, S., & Sugiarto, B. (2012). the Influence of Pembelajaran Berbasis Inkuiri sebagai Upaya
Metacognitive Knowledge To Student Learning Peningkatan Kemampuan Inkuiri Guru Kimia di
Outcomes on Salt Hydrolysis Matter in Xi Kabupaten Demak. Rekayasa, 8(2). Retrieved
Science 4 Rsbi Sman Mojoagung Jombang, 1(1), from http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php
204–211. /rekayasa/article/view/303
Lee, M., & Baylor, a L. (2006). Designing Schraw, G., Crippen, K. J., & Hartley, K. (2006).
Metacognitive Maps for Web-Based Learning Promoting self-regulation in science education:
Disorientation and Metacognition in Web-Based Metacognition as part of a broader perspective on
Learning Environments The Underlying learning. Research in Science Education, 36(1–2),
Metacognitive Principles of a Metacognitive 111–139. https://doi.org/10.1007/s11165-005-
Map. Educational Technology & Society, 9, 344–348. 3917-8
Lestari, W. F., Widoretno, S., & Nurmiyati. (2014). Wenno, I. H. (2010). Pengembangan model modul IPA
Pengembangan Modul Berbasis Research untuk berbasis problem solving method berdasarkan
Meningkatkan Pemahaman Konsep dan karakteristik siswa dalam pembelajaran di
Kemampuan Metakognisi Siswa Kelas X pada SMP/MTs. Cakrawala Pendidikan, 2, 176–188.
Topik Ekosistem di SMA Negeri 1 Karanganyar
Tahun Pelajaran 2013/2014. Bio Pedagogi. 3(2):
54-6.
Mawaddah, N., Suyitno, H., & Kartono. (2015). Model
Pembelajaran Discovery Learning Dengan
Pendekatan Metakognitif Untuk Meningkatkan
Metakognisi Dan Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematis. Unnes Journal of Mathematics Education
Research, 4(1), 10–17.

38

Anda mungkin juga menyukai