PENDAHULUAN
1
Seli Yuliawati, 2016
PROFIL MISKONSEPSI SISWA SMA DI KOTA BANDUNG PADA MATERI GAYA ANTARMOLEKUL
MENGGUNAKAN TES DIAGNOSTIK BERBASIS PIKTORIAL
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2
tier adalah salah satu tes diagnostik yang berbentuk pilihan ganda dua tingkat,
tingkat atau tier pertama memuat pilihan jawaban dari stem atau kalimat yang
belum lengkap dan tier kedua berupa pilihan alasan yang berhubungan dengan
jawaban pada tier pertama. Dari beberapa teknik identifikasi miskonsepsi yang
telah disebutkan, teknik yang paling sering digunakan untuk mengidentifikasi
miskonsepsi siswa menurut Peterson, Treagust dan Kabapinar (dalam Nyachwaya
dkk., 2011, hlm. 124) adalah tes diagnostik pilihan ganda two-tier. Teknik ini
dinilai lebih efisien karena dapat menilai sampel dalam jumlah yang besar pada
satu waktu.
Penelitian mengenai pengembangan tes diagnostik pilihan ganda two-tier
telah dilakukan pada beberapa materi kimia, yaitu pada materi ikatan kovalen
(Goh, dkk, 1992), energi ionisasi (Tan dkk., 2005), reaksi kimia (Chandrasegaran
dkk., 2007), pemisahan materi (Tüysüz, 2009), asam-basa (Bayrak, 2013),
geometri molekul (Adhiya, 2014), klasifikasi materi (Kurnia 2014), dan hidrolisis
garam (Nurpertiwi, 2014). Selain tes diagnostik pilihan ganda two-tier yang
berbentuk narasi atau teks, telah dikembangkan pula tes diagnostik pilihan ganda
two-tier yang berbasis piktorial, yaitu pada materi asam-basa (Dewi, 2015), gaya
antarmolekul (Ismayanti, 2015), dan larutan elektrolit dan nonelektrolit (Rofifah,
2015). Tes yang berbasis piktorial memiliki keunggulan lebih dibandingkan
dengan tes berupa narasi. Strernberg (dalam Edens dan Potter, 2001, hlm. 218)
menyatakan bahwa merepresentasikan konsep sains secara visual melalui gambar
yang dilengkapi dengan teks adalah proses elaboratif yang mencakup multipel
representasi yang mempengaruhi kedalaman konsep.
Demircioğlu, dkk. (2013, hlm. 185) dalam jurnalnya menyebutkan bahwa
telah banyak penelitian yang menunjukkan sebagian besar siswa mengalami
kesulitan dalam memahami konsep kimia dan mengalami miskonsepsi. Salah satu
materi kimia yang dianggap cukup sulit dipahami siswa adalah materi gaya
antarmolekul. Gaya antarmolekul termasuk ke dalam konsep dasar kimia sehingga
materi ini menjadi materi dasar atau prasyarat yang harus dipahami sebelum
melanjutkan ke materi selanjutnya. Untuk memahami gaya antarmolekul, siswa
harus memiliki model mental mengenai materi yang terdiri dari partikel-partikel,
seperti atom, molekul, dan ion. Pemahaman mengenai gaya antarmolekul dapat
membantu dalam memprediksi sejumlah sifat fisik senyawa, seperti titik didih
relatif, dan perubahan keadaan materi (Schmidt, dkk., 2009, hlm. 265). Salah satu
contoh fenomena yang dapat dijelaskan melalui materi gaya antarmolekul adalah
mengenai titik didih air. Air dapat mendidih di suhu yang cukup tinggi (100 oC, 1
atm) padahal ukuran molekul air sangat kecil jika dibandingkan dengan molekul
lainnya.
Berbagai hasil penelitian menyebutkan bahwa miskonsepsi yang dialami
siswa sering terjadi pada representasi submikroskopis karena sifatnya yang
abstrak. Siswa tidak dapat menarik hubungan antara hal yang diamati
menggunakan panca indera (representasi makroskopis) dengan perilaku partikel-
partikel setiap zat dalam tingkat molekuler (representasi submikroskopis). Hal ini
dapat disebabkan kurangnya pengetahuan konseptual dan kemampuan visual-
spasial siswa. Selain berasal dari siswa, miskonsepsi dapat terjadi karena guru
yang tidak dapat menerapkan multipel representasi dengan mempertautkan satu
level dengan level lainnya. Akibatnya, siswa seringkali tidak dapat memahami
keterkaitan antara tiga level representasi meskipun mereka mungkin mengetahui
kimia pada tiga level tersebut dan pada akhirnya akan mengalami
miskonsepsi.(Chandrasegaran dkk., 2007, hlm. 294).
Ismayanti pada tahun 2015 telah melakukan penelitian mengenai
pengembangan tes diagnostik pilihan ganda two-tier berbasis piktorial pada materi
gaya antarmolekul. Penelitian tersebut menghasilkan delapan butir soal yang telah
valid dan reliabel yang ditunjukkan dengan nilai CVR, yaitu sebesar 1 untuk
setiap soal dan dengan nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,755. Tes yang
dikembangkan Ismayanti dinamakan tes DIRGA (diagnostik pilihan ganda two-
tier berbasis piktorial gaya antarmolekul). Tes ini berbentuk pilihan berganda two-
tier berbasis piktorial dengan tier pertama terdiri dari empat pilihan jawaban dan
tier kedua terdiri dari empat pilihan alasan. Piktorial dalam tes ini terdapat pada
stem atau tier pertama sementara pilihan alasan pada tier kedua berupa
narasi/teks. Tes yang dikembangkan mencakup 8 konsep yaitu, konsep gaya
antarmolekul, ikatan hidrogen, hubungan gaya antarmolekul dengan perubahan
wujud senyawa, kekuatan ikatan hidrogen, gaya London, jenis gaya antarmolekul,
ikatan hidrogen pada molekul air, dan hubungan gaya antarmolekul dengan titik
didih. Analisis miskonsepsi merujuk pada kunci determinasi yang disusun
berdasarkan pola respon siswa.
Ismayanti (2015) hanya menguji coba terbatas tes diagnostik pilihan ganda
two-tier berbasis piktorial pada materi gaya antarmolekul yang dikembangkannya
pada 40 siswa di salah satu Madrasah Aliyah di Kota Majalengka, miskonsepsi
yang teridentifikasi hanya mewakili cakupan wilayah yang sempit dan tidak
menutup kemungkinan adanya perbedaan miskonsepsi yang teridentifikasi di
sekolah lain atau di wilayah lain. Oleh karena itu, diperlukan adanya penelitian
lanjutan untuk mengimplementasikan instrumen tes diagnostik pilihan ganda two-
tier yang telah dikembangkan ini secara lebih luas. Hal ini bertujuan untuk
memperoleh profil atau gambaran mengenai miskonsepsi siswa pada materi gaya
antarmolekul yang lebih variatif. Berdasarkan hal tersebut, penulis melakukan
sebuah penelitian lanjutan dari penelitian yang telah dilakukan Ismayanti (2015),
penelitian lanjutan tersebut yaitu mengenai profil miskonsepsi siswa pada materi
gaya antarmolekul di suatu daerah menggunakan instrumen tes diagnostik yang
telah dikembangkan oleh Ismayanti (2015).
Penelitian mengenai profil miskonsepsi sebelumnya telah beberapa kali
dilakukan pada materi yang berbeda, yaitu pada materi hidrokarbon (Rahmawati,
2014), asam-basa (Nabila, 2015), dan larutan penyangga (Hasanah, 2015). Agar
hasil penelitian mengenai profil miskonsepsi ini dapat digeneralisasikan, maka
partisipan yang dibutuhkan dalam penelitian ini harus dalam jumlah yang besar
dan lokasi penelitian yang dipilih harus dalam cakupan wilayah yang luas. Lokasi
penelitian yang dipilih adalah Rayon H di Kota Bandung, Jawa Barat. Sistem
rayonisasi di Kota Bandung untuk wilayah sekolah baik SD, SMP, ataupun SMA
negeri mulai diterapkan di Kota Bandung pada tahun 2014. Terdapat delapan
rayon untuk tingkat SMA, setiap rayonnya mencakup beberapa kecamatan. Rayon
H sendiri mencakup sembilan kecamatan. Dari rayon H, akan dipilih tiga SMA
negeri yang akan dijadikan sebagai partisipan penelitian.
1. Miskonsepsi apa saja yang dialami siswa SMA kelas XI di Rayon H Kota
Bandung pada materi gaya antarmolekul menggunakan tes diagnostik pilihan
ganda two-tier berbasis piktorial?
2. Apakah terdapat perbedaan miskonsepsi siswa SMA kelas XI yang
teridentifikasi menggunakan tes diagnostik pilihan ganda two-tier berbasis
piktorial pada materi gaya antarmolekul di sekolah tinggi, sedang dan rendah di
Rayon H Kota Bandung?
3. Apakah terdapat perbedaan miskonsepsi siswa SMA kelas XI di Rayon H Kota
Bandung pada materi gaya antarmolekul menggunakan tes diagnostik pilihan
ganda two-tier berbasis piktorial berdasarkan perbedaan gender?
C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah diperlukan agar penelitian lebih terarah. Pembatasan
masalah pada penelitian ini diantaranya:
1. Konsep yang akan diidentifikasi miskonsepsinya adalah mengenai definisi
gaya antarmolekul, ikatan hidrogen, hubungan gaya antarmolekul dengan
perubahan wujud senyawa, kekuatan ikatan hidrogen, gaya London, jenis
gaya antarmolekul, ikatan hidrogen pada molekul air, dan hubungan gaya
antarmolekul dengan titik didih.
2. Tes diagnostik yang digunakan adalah tes diagnostik pilihan ganda two-tier
berbasis piktorial yang telah dikembangkan oleh Ismayanti (2015). Tes ini
terdiri dari 8 butir soal yang telah valid dan reliabel.
3. Bentuk piktorial pada tes hanya terdapat pada tier pertama.
4. Rayon atau wilayah di Kota Bandung yang digunakan sebagai tempat
penelitian adalah Rayon H yang mencakup sembilan kecamatan dengan lima
SMA negeri di dalamnya dan dipilih tiga SMA yang mewakili tiga kategori
yang berbeda.
5. Partisipan dalam penelitian ini adalah siswa SMA kelas XI yang telah
mempelajari materi gaya antarmolekul pada semester 1 kelas X di sekolah
kategori tinggi, sedang dan rendah di rayon H Kota Bandung yang dipilih
berdasarkan passing grade (PG) tiga tahun terakhir (2014, 2015, dan 2016).
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah penelitian yang telah
dipaparkan, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui profil miskonsepsi siswa SMA kelas XI di rayon H Kota Bandung
pada materi gaya antarmolekul.
E. Manfaat Penelitian
Dengan dilakukannya penelitian ini, manfaat yang diperoleh adalah
sebagai berikut:
1. Bagi guru
a. Guru memiliki informasi miskonsepsi secara lebih spesifik pada materi
gaya antarmolekul untuk dirujuk dalam membuat strategi pembelajaran
yang dapat menghindari timbulnya miskonsepsi.
b. Guru memiliki alternatif melakukan penilaian hasil belajar untuk
menganalisis miskonsepsi siswa.
2. Bagi siswa
a. Siswa dapat mengetahui miskonsepsi-miskonsepsi yang dialami pada
materi gaya antarmolekul.
b. Melatih siswa untuk tidak terbiasa menebak jawaban jika menghadapi soal
berbentuk pilihan ganda.yang dirasa sulit untuk menentukan jawabannya.
3. Bagi peneliti lain dapat dijadikan sumber informasi untuk melakukan
penelitian mengenai pengembangan instrumen tes diagnostik atau profil
miskonsepsi terhadap materi lain kimia lainnya.
F. Definisi Istilah
1. Profil adalah grafik atau ikhtisar yang memberikan fakta tentang hal-hal
khusus (KBBI).
2. Miskonsepsi adalah konsepsi siswa yang dibangun dari pengalamannya
sehari-hari yang tidak sesuai dengan konsep ilmiah (Dahar, 2013, hlm. 153).
3. Tes adalah alat atau prosedur yang dipergunakan dalam rangka pengukuran
dan penilaian (Sudijono, 2011, hlm. 66).
4. Tes diagnostik adalah suatu tes yang dipergunakan untuk menentukan secara
tepat kelemahan-kelemahan yang dihadapi murid pada suatu mata pelajaran
tertentu (Suharno, 1984, hlm. 28).
5. Tes diagnostik pilihan ganda two-tier merupakan bentuk tes pilihan ganda
yang dikombinasikan dengan pilihan jawaban dan alasan tertutup. Pada
model ini, setiap butir soal terdiri dari dua tingkat soal dengan pilihan pada
tier pertama untuk menentukan pengetahuan faktual atau konseptual dan
pilihan pada tier kedua digunakan untuk mengetahui alasan dibalik pilihan
tier pertama. (Treagust, 2006, hlm. 3).
6. Piktorial berasal dari kata “picture” yang dapat diartikan sebagai segala
sesuatu yang dituangkan dalam bentuk gambar (Tavassoli dkk., 2013, hlm.
553).
7. Tes piktorial adalah tes yang melibatkan gambar atau representasi yang
dibuat dengan makna tertentu untuk menggambarkan orang, sesuatu, dan
tempat (Abadzivor, 2006, hlm. 9).
8. Gaya antarmolekul (atau disebut juga nonbonding force) adalah gaya tarik-
menarik elektrostatik antara molekul sebagai hasil dari muatan parsial
(Silberberg, M.S., 2007, hlm. 358).
lingkup materi gaya antarmolekul dan kajian miskonsepsi pada materi gaya
antarmolekul. Bab III terdiri dari metode penelitian, partisipan dan tempat
penelitian, prosedur penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data
dan teknik pengolahan data. Bab IV yaitu temuan dan pembahasan yang
mencakup miskonsepsi siswa SMA kelas XI pada materi gaya antarmolekul;
perbedaan miskonsepsi siswa kelas XI pada materi gaya antarmolekul di sekolah
kategori tinggi, sedang, dan rendah di Rayon H Kota Bandung; perbedaan
miskonsepsi siswa kelas XI pada materi gaya antarmolekul berdasarkan gender.
Bab V terdiri dari simpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan, implikasi
dan rekomendasi untuk penelitian selanjutnya.