JUDUL
Profil Model Mental Siswa pada Materi Sistem Koloid
B. LATAR BELAKANG
Kimia adalah salah satu cabang ilmu yang penting dalam sains karena dengan
memahami kimia orang bisa mengerti apa yang terjadi di sekitar mereka (Sirhan, 2007).
Kimia sebagai ilmu seringkali didominasi oleh penggunaan model dalam menjelaskan
suatu teori, memprediksikan fenomena, memahami reaksi-reaksi kimia, bahkan untuk
menjelaskan fakta yang ada (Coll & Taylor, 2002). Vosniadou (2007) mengungkapkan
model merupakan sumber dari kekuatan penjelasan dan prediksi serta dapat digunakan
untuk mengusulkan hipotesis baru dan tambahan dalam penemuan-penemuan di bidang
sains. Oleh Karena itu, penggunaan model dalam mengungkapkan teori-teori sains
sangatlah penting karena model bisa digunakan sebagai salah satu instrumen dalam
membangun suatu teori.
Untuk mengungkapkan kimia secara lebih utuh, para ahli mengusulkan tiga level
representasi yang saling terkait dalam mengungkapkan fenomena kimia (Chandrasegaran,
Treagust, & Mocerino, 2007). Ketiga level representasi ini adalah: (1) level makroskopik
yang menjelaskan tentang fenomena kimia yang dapat terlihat secara kasat mata dan
dapat langsung teramati, misalnya perubahan warna, perubahan suhu, perubahan wujud,
dan lain-lain, (2) level submikroskopik yang menjelaskan ilmu kimia dari tingkat
partikulatnya. Representasi ini tidak akan teramati langsung oleh siswa dengan mata
telanjang, karena representasi ini menjelaskan mengenai interaksi antar molekul yang
terjadi pada suatu reaksi, bagaimana keadaan atom, ion, dan molekulnya, serta lain
sebagainya, (3) level simbolik, menjelaskan dengan menggunakan simbol-simbol yang
terdapat di kimia, persamaan reaksi, diagram tingkat energi, diagram fasa, dan lain-lain.
Salah satu hal yang menjadi kesulitan siswa dalam memahami materi kimia adalah
tingkatan dalam merepresentasikan fenomena kimia itu sendiri. Pemahaman siswa yang
tidak mendalam mengenai penggunaan tiga level representasi akan menyebabkan
kebingungan bagi siswa dalam menguasai ilmu kimia. Ketika siswa mengamati
perubahan kimia secara makroskopik, siswa dituntut harus bisa menjelaskan fenomena
tersebut menggunakan level submikroskopiknya, dari level submikroskopik ini nantinya
fenomena tersebut diterjemahkan ke dalam simbol dan persamaan reaksi. Saat ketiga
representasi bertingkat ini digunakan secara bersamaan, umumnya siswa cenderung
mengalami kesulitan menjelaskan fenomena kimia tersebut pada level submikroskopik
dan simbolik karena kedua representasi ini tidak secara langsung dapat diamati (Gabel
1998; Chandrasegaran, Treagust, & Mocerino, 2007).
Beberapa penelitian mengungkapkan sebagian besar siswa mampu menjawab soal
kimia dengan benar tanpa mengetahui dan menggunakan konsep yang dimilikinya
(Islahiah, 2012). Sebuah studi yang dilakukan oleh Boo (1998) memperlihatkan hasil
bahwa siswa kelas XII di Singapura dapat memberikan jawaban yang benar untuk
pertanyaan tertentu tanpa memahami konsep kimia yang mendasarinya. Dalam tesisnya
Andari (2010) menyampaikan bahwa siswa dengan tingkat kemampuan tinggi, sedang,
dan rendah tidak memperlihatkan kemampuan yang berbeda dalam menggunakan model
mikroskopik. Penelitian Islahiah (2012) memberikan hasil yang sama. Sebagian besar
siswa SMA kelas X dan XI masih memiliki pemahaman yang sangat sederhana terutama
pada level sub-mikrosopik dan simbolik.
Hasil dari semua penelitian di atas secara tidak langsung mengungkapkan bahwa
pemahaman ilmu kimia secara utuh akan sangat diperlukan untuk bisa menyelesaikan
soal-soal kimia pada level analisis atau pada level yang lebih tinggi. Namun Coll (2002)
menemukan bahwa kebanyakan siswa masih belum memahami kimia secara utuh.
Mereka masih menggunakan model yang sederhana terutama dalam menjelaskan konsep
ikatan kimia. Representasi ide individual yang digunakan untuk mendeskripsikan dan
menjelaskan suatu fenomena dikenal sebagai model mental (Jansoon, 2009).
Sejatinya, model mental yang dimiliki siswa terus meningkat menuju pemahaman
yang utuh seiring peningkatan jenjang pendidikannya. Hal ini menjadi alasan pentingnya
guru untuk memahami model mental siswanya, sebab guru harus mengajar dengan model
mental yang sesuai dengan tingkat pendidikan siswa (Johnson-Laird, 1983; Vosniadou,
1994; Coll, 2002). Dengan mengetahui model mental siswa, guru bisa merancang
lingkungan belajar yang kondusif, yang bisa mendukung tercapainya pemahaman siswa
yang utuh mengenai konsep kimia (Jonassen, 1994; Nguyen et al, 2008).
Model mental seorang siswa tidak dapat ditentukan dengan mudah karena model
mental yang dimiliki siswa tidak bisa ditentukan secara tepat, sebab model mental siswa
dibangun dalam konteks sosial (Coll, 2002). Artinya masing-masing siswa memiliki
model mental yang berbeda, sehingga setiap siswa bisa memecahkan suatu masalah yang
sama dengan cara dan pendekatan yang berbeda (Ellis& Maidan-Gilad dalam Nguyen et
al, 2008). Apalagi selama ini tes yang dikembangkan belum dapat mengungkapkan model
mental yang dimiliki siswa. Sehingga pengembangan alat evaluasi berupa tes diagnostik
yang dapat mengungkapkan model mental siswa sangat penting. Salah satu cara yang
1. Sebagai alternatif bagi guru dalam mengembangkan tes diagnostik model mental
pada pembelajaran kimia.
2. Sebagai referensi bagi peneliti lainnya dalam mengembangkan instrumen penelitian
mengenai tes diagnostik model mental.
G. TINJAUAN PUSTAKA
1.
siswa
dan
siswa
telah
mengalami
sebelumnya.
Jansoon
(2009)
c. Model konsensus (Concensus Model) adalah model yang diajukan oleh para
ilmuwan dan sudah disepakati oleh kelompok ilmuwan tersebut.
d. Model pengajaran (Teaching Model) adalah penjelasan mengenai konsepkonsep yang ada di dalam model konsesus yang diajarkan guru kepada siswa.
Keempat model tersebut digambar dalam sebuah diagram sebagai berikut:
Model
Pengajaran
Siswa Belajar
Model
Ekspresi
Model
Mental
dan Memahami
Model
Konsensus
Gambar 2. Keterkaitan Empat Tipe Model
Model mental adalah salah satu bentuk citra mental yang mewakili mental
konstruksi seseorang (Johnson-Laird, 1983; Islahiah 2012). Menurut Piaget dan
Inhelder (1974; Islahiah 2012) dan Ausubel (1968; Islahiah 2012) telah menekankan
bahwa pembangunan mental sangat bergantung pada mental gambar individu pada
saat mereka mempelajari konsep baru.
Beberapa istilah yang dikemukakan oleh Norman (1983a; Stagger, 1992)
terkait dengan konsep model mental, yaitu:
1. Sistem target merupakan sistem yang digunakan atau dipelajari oleh pengguna.
2. Model/konsep target adalah model yang dimiliki oleh guru atau ilmuwan yang
akurat dan lengkap dalam suatu sistem target.
3. Sistem gambar adalah ungkapan dalam menggambarkan sesuatu pada
pembelajar.
4. Pengguna model mental pada sistem target.
5. Model mental ilmuwan adalah model yang berkaitan dengan sistem target.
Model
Mental
individu
biasanya
diungkapkan
dengan
cara
fenomena yang diberikan, dan deskrpsi verbal dari wawancara (Wang, 2007). Karena
data dari sebuah model mental adalah kompleks, penelitian mengenai model mental
seharusnya memanfaatkan beberapa data untuk mengetahui profil model mental
siswa sari beberapa aspek.
Tes diagnostik adalah tes untuk mengetahui kesulitan belajar siswa yang
secara terus menerus ada padanya. Tes diagnostik model mental merupakan salah
satu alat untuk dapat melihat bagaimana profil model mental siswa. Tes diagnostik
yang selama ini diberikan berupa tes dengan analisis yang menuntut tingkat berpikir
siswa, dengan memadukan ketiga level representasi. Setelah itu dilakukan kajian,
apakah siswa dapat mempertautkan ketiganya atau tidak.
3.
Larutan sejati
Koloid
Suspensi kasar
10-8 10-7
10-6 10-4
10-3 10-1
Fasa campuran
Satu fasa
Satu fasa
Polifasa
transparan
Tidak transparan
Tidak terpisahkan
Tidak terpisahkan
Terpisahkan
Kestabilan larutan
Sangat stabil
Beragam
Tidak stabil
Sama seperti larutan, fasa terdispersi dan medium pendispersi pada koloid
juga bisa berupa fasa cair, gas, dan padat. Berdasarkan fasa terdispersi dan medium
Medium
Wujud koloid
Contoh
terdispersi
pendispersi
Gas
Cair
Busa
Gas
Padat
Busa padat
Cair
Gas
Aerosol cair
Cair
Cair
Emulsi
Cair
Padat
Emulsi padat
Padat
Gas
Aerosol padat
Asap, debu
Padat
Cair
Sol
Padat
Padat
Sol padat
2. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap
a. Tahap awal
1. Menentukan pokok bahasan kimia yang akan diteliti
2. Analisis standar isi berdasarkan kurikulum dan analisis konten dari berbagai
macam buku teks
3. Mengembangkan konsep-konsep penting yang sesuai dengan indkator.
4. Pembuatan instrumen tes diagnostik model mental berupa pilihan ganda twotier
5. Validasi instrumen dari ahli dan uji coba keterbacaan pada siswa kelas XII.
b. Tahap pelaksanaan
Pengambilan data yaitu pelaksanaan tes diagnostik model mental
c. Tahap akhir
Pengolahan data hasil penelitian berupa analisis data untuk memperoleh gambaran
mengenai model mental siswa pada konsep yang ditanyakan
3. Subjek Penelitian
Penelitian ini melibatkan siswa kelas XII di salah satu SMA di Kota Bandung yang
telah mempelajari materi sistem koloid sebagai subjek penelitian.
4. Alur Penelitian
Berikut ini penjelasan alur penelitian yang digunakan dalam penelitian ini:
1. Penelitian diawali dengan menetukan pokok bahasan yang akan diteliti. Pokok
bahasan yang diteliti akhirnya dipilih materi sistem koloid.
2. Selanjutnya dilakukan analisis standar isi pada pokok bahasan sistem koloid dan
menganalisis materi dari berbagai macam buku teks berdasarkan kajian
intertekstualitas ilmu kimia. Untuk indikatornya sendiri, digunakan indikator yang
sudah divalidasi pada skripsi Tesa Andini (2010). Kegiatan ini menghasilkan
poin-poin dan konsep-konsep penting yang sesuai indikator sebagai acuan
pembuatan tes diagnostik.
3. Selanjutnya yaitu pembuatan tes diagnostik. Tes diagnostik disusun dengan tipe
pilihan ganda two-tier. Instrumen yang dipilih dianalisis berdasarkan penelitianpenelitian model mental yang pernah dilakukan.
4. Kegiatan selanjutnya yaitu validasi instrumen penelitian. Validasi oleh ahli
dilakukan dengan memperhatikan dua aspek, yaitu kesesuaian pertanyaan dengan
indikator dan kesesuaian jawaban dengan pertanyaan. Sedangkan aspek
Pembuatan instrumen
tes diagnostik model
mental
Penentuan konsep-konsep
penting yang sesuai indikator
Revisi instrumen
penelitian
Validasi Instrumen
Tidak
Uji coba
Ya
Pengambilan Data
Pengumpulan Data
Analisis Data
5. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes diagnostik model
mental dengan format pilihan ganda two-tier. Penelitian ini berupa penyajian
fenomena yang kerap terjadi dalam kehidupan siswa yang berkaitan dengan sistem
koloid. Soal-soal disusun dengan memerhatikan aspek intertekstualitas kimia yaitu
level makroskopik, sub-mikroskopik, dan simbolik. Sehingga diharapkan dari hasil
tes ini dapat diperoleh informasi apakah model mental yang dimiliki siswa kelas XII
yang diteliti ini utuh atau tidak. Sejatinya penelitian ini dimulai dengan menguji
kesesuaian antara indikator dan konsep koloid itu sendiri, namun penelitian ini
menggunakan indikator yang sudah divalidasi sebelumnya dalam skripsi Tesa
Andini, 2010 (Tabel 3).
Perangkat instrumen dalam penyusunan tes diagnostik ini adalah:
a. Tabel Validasi Kesesuaian Indikator-Pertanyaan
Pada instrumen ini terdapat beberapa kolom yang isinya adalah indikator yang
telah dikembangkan dengan pertanyaan yang telah dibuat dimana pertanyaan
tersebut disusun berdasarkan analisis intertekstualitas ilmu kimia. Kemudian
terdapat kolom untuk menyatakan valid tidaknya. Yaitu berdasarkan kesesuaian.
Di akhir kolom terdapat kolom perbaikan.
b. Tabel Validasi Pertanyaan-Jawaban
Pada instrumen ini terdapat beberapa kolom yang isinya pertanyaan yang telah
dibuat dimana pertanyaan tersebut disusun berdasarkan analisis intertekstualitas
ilmu kimia dengan jawaban yang memerhatikan aspek intertekstualitas juga.
Jawaban ini sebagai acuan standar yang merupakan judgement ahli. Kemudian
terdapat kolom untuk menyatakan valid tidaknya. Yaitu berdasarkan kesesuaian.
Di akhir kolom terdapat kolom perbaikan.
Konsep
jenis
pendispersi.
terdipersi
dan
medium
pendispersi.
3. Menjelaskan
sifat-sifat
koloid.
4. Menjelaskan
pemurnian
proses
dan
destabilisasi koloid.
5. Menjelaskan
proses
cara kondensasi.
larutan.
6. Menjelaskan
proses
cara dispersi.
larutan.
Pembuatan
koloid
dengan
cara
dipersi
dapat
100%
I. JADWAL PENELITIAN
Pelaksanaan bulan keNo
Jenis Kegiatan
1
1
Pembuatan Laporan
Daftar Pustaka
Andari, Mia. (2012). Analisis Profil Model Mental Siswa SMA Dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhiny Pada Topik Larutan Penyangga. Tesis Program Studi Pendidikan IPA
SPs UPI: tidak diterbitkan.
Andini, Tesa. (2010). Pengembangan Strategi Pembelajaran Intertekstual pada Materi
Pokok Sistem Koloid SMA Kelas XI. Skripsi Jurusan pendidikan Kimia FPMIPA UPI:
tidak diterbitkan.
Arikunto, Suharsimi. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi
Aksara.
Boo, H. K. (1998). Students Understanding of Chemical Bonds and the Energetics of
Chemical Reaction. Journal of Research in Science Teaching. 35(5): 569-581.
Bungin. B. (2007). Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan publik, dan Ilmu
Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Chandrasegaran, A. L., David F. Treagust, and Mauro Mocerino. (2007). The Development
Of A Two-Tier Multiple-Choice Diagnostic Instrument For Evaluating Secondary School
Students Ability To Describe And Explain Chemical Reactions Using Multiple Levels Of
Representation. Chemistry Educational Research and Practice, 8 (3), 293-307.
Coll, Richard K. and Neil Taylor. (2002), Mental Models In Chemistry: Senior Chemistry
Students Mental Models of Chemical Bonding. Journal of Chemistry Education:
Research and Practical in Europe, Vol. 3, No. 2, pp. 175-184.
de Berg, Kevin. (2011). A study of first-year chemistry students understanding of solution
concentration at the tertiary level. Chemistry Education Research and Practice, 2012,
13, 8-16
Firman, Harry. (2006). Penilaian Hasil Belajar dalam Pengajaran Kimia. Bandung : Jurusan
Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.
Gilbert. J. K. and Treagust. D. (2009). Multiple Representation in Chemical Education.
Springer.
Islahiah, Novianti. (2012). Profil Model Mental Siswa Pada Pokok Bahasan Kesetimbangan
Kimia. Skripsi Jurusan pendidikan Kimia FPMIPA UPI: tidak diterbitkan.
Nguyen. T. et al. (2008). First year Bachelor of Education students mental models of
themselves as learners. Australia: James Cook University.
Purnamasari, Rose. (2012). Tes Diagnostik Two-Tier Multiple Choice Kelarutan dan Ksp.
Skripsi Jurusan pendidikan Kimia FPMIPA UPI: tidak diterbitkan.