Anda di halaman 1dari 8

Pendidikan abad ke-21 sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan dan tuntutan standar kompetensi

terkini. Menurut Framework for 21st Century Learning, siswa harus mempelajari kemampuan yang
sesuai dengan kebutuhan saat ini seperti (a) kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah, (b)
kemampuan berkomunikasi, (c) kemampuan mencipta dan memperbarui, (d) kemampuan bekerja sama,
(e) kemampuan belajar kontekstual, dan (f) kemampuan literasi informasi dan media (Dede, 2009).
Kemampuan tersebut dapat dipenuhi jika siswa memiliki penguasaan konsep yang baik. Penguasaan
konsep siswa dapat diketahui dari respon (jawaban) yang diberikan siswa dalam menyelesaikan soal-soal
fisika. Untuk mengukur penguasaan konsep siswa diperlukan suatu asesmen. Asesmen bermanfaat bagi
guru untuk memberikan gambaran pengetahuan yang dimiliki siswa. Sedangkan bagi siswa, asesmen
bermanfaat sebagai feedback atas pemahaman yang dimilikinya (Siswaningsih, Dwiyanti, & Gumilar,
2013). Asesmen yang dilakukan selama pembelajaran juga berpengaruh pada perilaku siswa (Watling &
Ginsburg, 2019). Asesmen dalam ranah kognitif umumnya dibuat dalam bentuk tes menggunakan
taksonomi bloom. Dimensi struktur proses kognitif menurut taksonomi bloom yang telah direvisi terdiri
dari ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, evaluasi, mencipta (Krathwohl, 2002). Taksonomi bloom
dimanfaatkan guru dalam membuat tes penguasaan konsep siswa. Respon siswa dalam menjawan tes
dapat dianalisis menggunakan taksonomi SOLO (Structure Of Observed Learning Outcomes). Kerangka
kerja dalam taksonomi SOLO dapat menggambarkan kompleksitas respon yang diberikan siswa (Biggs &
Collis, 1989). Taksonomi ini bermanfaat menentukan level respon yang diberikan siswa terhadap suatu
pertanyaan. Taksonomi SOLO dapat dijadikan sebagai alternative bagi guru untuk melakukan analisis
respon belajar siswa. Bigg dan Collis secara khusus mengembangkan taksonomi SOLO untuk mengukur
level respon belajar siswa ke dalam lima tahap/level, yakni level pra-struktural, uni-struktural, multi-
struktural, relasional, dan level abstrak diperluas (Biggs & Collis, 1989). Tingkatan respon berpikir siswa
diibaratkan seperti anak tangga yang harus dipanjat siswa selama pembelajaran. Hal ini sesuai dengan
teori belajar konstruktivisme dimana siswa harus membangun sendiri pengetahuan dibenaknya dan
guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberikan siswa kesempatan untuk
menemukan dan menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan membelajarkan siswa dengan secara sadar
menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberi siswa anak tangga yang
membawa siswa ke pemahaman lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri yang harus memanjatnya.
Penelitian pembelajaran yang menggunakan taksonomi SOLO telah dilakukan pada bidang keilmuan
sains (Fägerstam & Blom, 2013), matematika (Fernández, Nieto, & Mendoza, 2019), dan teknologi
(Higgins, McAvinia, O’Leary, & Ryan, 2019). Namun, penggunakan taksonomi SOLO dalam pembelajaran
fisika masih jarang dilakukan khususnya pada materi suhu dan kalor. Padahal, penerapan taksonomi ini
membantu guru untuk mengetahui level kognitif masingmasing siswa secara objektif dan terhadap siswa
sendiri menbantu mereka untuk menganalisis hasil pekerjaan mereka dan cara memperbaikinya. Tujuan
dari penelitian ini adalah menganalisis respon belajar siswa berdasarkan Taksonomi SOLO (Structure of
Observed Learning Outcomes) pada pembelajaran fisika materi suhu dan kalor di SMA Negeri 3
Samarinda. Materi suhu dan kalor dipilih karena mempunyai karakteristik konseptual analisis yang
memungkinkan siswa untuk mengaitkan konsep fisika dengan gejala yang dialaminya melalui
kemampuan berpikirnya guna menguasai konsep fisika.

Fisika merupakan ilmu yang mempelajari tentang gejala alam dan bagaimana gejala-gejala alam dapat
terjadi. Fisika adalah ilmu yang tidak hanya mengenai teori dan rumus yang perlu dihafal, tetapi juga
menjelaskan interaksi atau fenomena gejala alam yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Penguasaan
konsep sangat penting dipelajari untuk menjelaskan fenomena gejala alam yang terjadi dalam
kehidupan sehari-hari. Akan tetapi, berdasarkan penelitian Sari et al., (2013), fisika dalam
pembelajarannya disekolah masih dianggap menjadi mata pelajaran yang sulit untuk dikuasai oleh siswa.
Pentingnya penguasaan konsep dalam pembelajaran fisika dapat meningkatkan kemampuan dalam
berintelekual, membantu dalam proses memecahkan permasalahan, serta dapat menimbulkan
pembelajaran yang lebih bermakna. Penguasaan konsep merupakan kemampuan siswa dalam
memahami makna secara ilmiah baik teori maupun penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Penguasaan konsep yang rendah terjadi karena kesulitan menguasai konsep fisika. Hal ini diperkuat oleh
pernyataan Rusilowati (2006) kesulitan menguasai konsep fisika disebabkan oleh beberapa faktor yaitu
kurangnya penguasaan konsep, kemampuan matematis, dan kemampuan mengkonversi satuan.
Kesulitan menguasai konsep fisika terjadi terutama pada konsepkonsep fisika yang masih abstrak
(Suparno, 2013), salah satunya adalah teori kinetik gas. Teori kinetik gas merupakan materi fisika yang
mempelajari sifat-sifat gas berdasarkan kelakuan atom penyusun gas yang bergerak acak (Giancoli,
2001). Berdasarkan Nilai Ujian Nasional (UN) beberapa SMA di Kabupaten Jember pada mata pelajaran
fisika mayoritas sekolah SMA mengalami penurunan dari tahun sebelumnya (Puspendik, 2017), padahal
teori kinetik gas sebagai salah satu materi yang muncul dalam Ujian Nasional. Oleh karena itu
penguasaan konsep teori kinetik sangat penting dalam pembelajaran fisika. Namun, belum banyak data
empirik terkait penguasaan konsep teori siswa pada materi kinetik gas. Penguasaan konsep yang telah di

Penguasaan konsep didasarkan dari respon siswa dalam menyelesaikan soal yaitu Taksonomi The
Structure of Observed Learning Outcome (SOLO). Menurut Hamdani (2009) taksonomi SOLO dapat
merespon atau menjawab soal-soal yang disajikan. Taksonomi SOLO memiliki karakter berfikir kritis dan
pemecahan masalah serta memungkinkan evaluasi pembelajaran yang berjenjang sesuai dengan
kemampuan peserta didik. Penguasaan konsep menggunakan taksonomi SOLO sangat menarik untuk
digunakan dalam pembelajaran di sekolah, karena penguasaan konsep tersebut dapat menuntut siswa
memberikan beberapa alternatif jawaban. Menurut Asikin (2002), taksonomi SOLO pada kemampuan
level multistruktural memberikan peluang untuk selalu berpikir alternatif, kemampuan level relasional
dapat membandingkan suatu alternatif dengan alternatif lainnya, dan kemampuan level abstrak
diperluas dapat memberikan peluang untuk memberikan suatu yang baru dan berbeda dari biasanya.
Artinya taksonomi ini dapat menuntut siswa pada kemampuan kognitif tingkat tinggi. Berdasarkan latar
belakang diatas, rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana penguasaan konsep teori kinetik gas
menggunakan taksonomi SOLO pada siswa SMAN 1 Jember. Tujuan dari penelitian ini adalah
menganalisis penguasaan konsep teori kinetik gas menggunakan taksonomi SOLO pada siswa SMA di
Jember.

Kemampuan analisis merupakan salah satu hal yang penting dalam menyelesaikan permasalahan soal
fisika. Hal ini dikarenakan fisika merupakan salah satu kajian keilmuan yang menitikberatkan pada
analisis fenomenafenomena alam dalam kehidupan sehari-hari. Soal-soal fisika yang dikembangkan
tentunya tidak hanya dalam ranah pengetahuan dan pemahaman, namun ke tingkat yang lebih tinggi
yaitu ranah analisis sampai mencipta sehingga mampu membentuk kemampuan bernalar pada diri
mahasiswa.Proses evaluasi dilakukan guna mencapai tujuan pendidikan yang telah dilakukan. Evaluasi
pada ranah kognitif dapat dilakukan dengan menggunakan tes baik secara lisan atau tetulis. Hasil
evaluasi dapat dijadikan dasar dalam mengukur peserta didik memahami materi yang telah diterima.
Berdasarkan hasil PISA tahun 2015 khususnya dalam bidang sains, kemampuan peserta didik di
Indonesia dalam menyelesaikan soal masih tergolong rendahyaitu menduduki peringkat ke 62 dari 70
negara yang diteliti dengan nilai rata-rata 403(OECD, 2016).Hasil evaluasi dari PISA masih sesuai
dengankenyataan sekarang. Berdasarkan hasil observasi, evaluasi yang telah dikembangkan dalam
pembelajaran IPA khususnya fisika masih bertujuan untuk mengetahui benar atau salah dalam
menyelesaikan persoalan fisika, belum menekankan pada cara berpikir mahasiswa yang dilihat dari
respon mahasiswa dalam menjawab.Selain itu bentuk soal yang biasadigunakan adalah pada level
pengetahuan sampai aplikasi. Sehingga hal tersebut kurang memberikan tantangan bagi mahasiswa
dalam menyesaikan persoalan fisika. Salah satu materi IPA yang memerlukan analisis tingkat tinggi
adalah konsep gelombang. Berdasarkan interview, konsep gelombang merupakan salah satu konsep
yang sulit untuk dipahami. Alasan yang paling banyak dikemukakan adalah konsep gelombang memiliki
banyak representasi yaitu gambar, tabel, persamaan matematis, dan verbal yang berbentuk peristiwa
sehari-hari. Sebagai contoh pada gelombang bunyi mahasiswa masih merasa kesulitan dalam
menentukan persamaan efek doppler. Sebagian besar mahasiswa masih bingung ketika mengaplikasikan
soal ke persamaan matematis.Menggambar sinar-sinar istimewa pada cermin dan lensa masih
diperlukan pemahaman yang tinggi. Oleh karena itu, diperlukan latihan dan mengerjakan tugas secara
konsisten dengan menggunakan bentuk soal yang bersifat analisis. Karena pada dasarnya IPA khususnya
fisika merupakan konsep-konsep yang berhubungan dengan fenomena sehari-hari, sehingga diperlukan
bentuk soal yang berhubungan dengan analisis fenomena sehari-hari. Terlebih bagi calon pendidik di
Sekolah Dasar yang akan mengajarkan materi IPA perlu ditekankan dapat menghubungkan konsep IPA
dengan kehidupan sehari-hari.

Analisis cara berpikir mahasiswa dalam menyelesaikan permasalah fisika dapat diukur dengan
menggunakan taksonomi SOLO. Taksonomi SOLO dapat mengklasifikasikan cara berpikir peserta didik
yang terdiri dari lima levelyang dikembangkan oleh Biggs dan Collis tahun 1982 yaitu level prastruktural,
unistruktural, multistruktural, relational, dan extended abstract. Klasifikasi ini didasarkan pada
keragaman cara berpikir peserta didik dalam menyelesaikan pemecahan masalah ketika merespon soal
yang disajikan. Taksonomi SOLO dapat digunakan untuk mengevaluasi konten materi apapun. Namun,
banyak penelitian yang memberikan bukti bahwa Taksonomi SOLO mampu mendukung dalam
mengevaluasi materi matematika,sains, dan teknologi (Athanassions, 2011). Rosyida Ekawati, dkk (2013)
dalam penelitiannya menghasilkan peserta didik memiliki level yang paling rendah adalah extended
abstract yaitu sebesar 6,67% dan hanya peserta didik kelompok atas yang memiliki level ini. Extended
abstract level merupakan level yang paling tinggi dalam Taksomi SOLO.Untuk dapat mencapai level ini
peserta didik perlu memahamai masalah, menggunakan data/informasi yang digunakan untuk
menyelesaikan masalah dan tepat dalam melakukan perhitungan. Penelitian Athanassions (2011)
menghasilkan bahwa setengah peserta didik dalam sampel cenderung dalam level prestruktural,
unistruktural, dan multiskruktural dalam menyelesaikan pemrograman komputer danTaksonomi SOLO
terbukti ampuh dalam menjelaskan kemampuan mental peserta didik. Level prastruktural
mengindikasikan bahwa peserta didik tidak memahami konsep atau tidak mampu menjawab dengan
benar. Level unistruktural, peserta didik hanya mampu menganalisis satu aspek dari soal yang ada, dan
multistruktural, peserta didik mampu menganalisis beberapa aspek dari soal yang ada. Hamdani (2009)
membedakan Taksonomi SOLO dengan Taksonomi BLOOM yang biasa digunakan sebagai acuan untuk
mengembangkan lembar evaluasi aspek kognitif. Pengklasifikasian hasil belajar peserta didik
berdasarkan cara berpikir peserta didik dapat menggunakan Taksonomi BLOOM, namun untuk
mengetahui klasifikasi cara berpikir peserta didik yang dilihat dari respon jawaban ketika memberikan
perlakuan untuk membaca dan menjawab pertanyaan soal digunakan Taksonomi SOLO.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode analisis deskribtif ,yang menggunakan 26 mahasisawa
Pendidikan Fisika TA 2018 sebagai subyek penelitian , Instrumen yang digunakan adalag lembar
tes konsep Induksi Elektromagnetik, Metode dan instrumen penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah tes diagnostik berupa soal uraian penguasaan konsep yang mengacu pada
indikator penguasaan konsep dari taksonomi SOLO. Menurut Biggs (1999) penguasaan konsep
menggunakan taksonomi SOLO berdasarkan respon jawaban siswa antara lain level prastruktural
(P), level unistruktural (U), level multistruktural (M), level relasional (R), dan level abstrak
diperluas (E). Tes uraian yang diberikan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh
mana penguasaan konsep siswa menggunakan taksonomi SOLO. Tes diagnostik dalam
penelitian ini terdiri dari 8 butir soal . Tabel 1. Merupakan kriteria soal yang berbasis taksonomi
solo :
Tabel 1. Kriteria Soal Berbasis Taksonomi SOLO
Taksonomi Kriteria Soal
Solo
Unistruktural Terdapat dua buah informasi yang termuat dalam soal , namun untuk
mendapatkan penyelesaian akhir hanya menggunakan satu informasi.
Informasi tersebut bias langsung di gunakan untuk mendapatkan jawaban
akhir.
Multistruktura Terdapat dua atau lebih informasi dalam soal yang bisa langsung digunakan
l untuk mendapatkan jawaban akhir.
Relasional Semua informasi untuk mendapatkan jawaban akhir terdapat dalam soal
tetapi tidak dapat langsung digunakan sehingga sisa harus menghubungkan
informasi-informasi yang tersedia , menggunakan prinsip dan konsep untuk
mendapatkan informasi baru , informasi atau data baru ini kemudian dapat
digunakan untuk mendapatkan jawaban akhir.
Extended Semua informasi yang di perlukan untuk menjawab pertanyaan tersedia di
abstrak dalam soal belum bisa digunakan untuk mendapatkan jawaban akhir . di
perlukan peinsip umum yang abstrak atau hipotesis untuk mendapatkan
informasi atau data baru , informasi atau data baru ini kemuadian disintesa
untuk mendapatkan jawaban akhir.
(sumber : Diadaptasi dari Biggs dalam Nurul dan Waro, 2015)
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil dari respon siswa dalam
menjawab tes yang diberikan, kemudian dianalisis dengan menghitung persentase dari masing-
masing soal dan kedelapan soal yang diberikan. Untuk menghitung persentase skor penguasaan
konsep menggunakan rumus persentase berikut:
Ni
I i= ×100 %
M
Keterangan:
I i= Persentase penguasaan konsep level i
N i= Banyaknya scor yang di peroleh siswa pada soal level i
M = Total scor maksimum pada soal level i
i = Level SOLO yaitu U, M, R, dan E.
Untuk menganalisis kriteriakualitas jawaban mahasiswa menggunakan Table 2.
Table 2. Kriteria Respon Kualitas Jawaban Mahasiswa
Rata-Rata Skor (%) Kriteria
>75 - 100 Sangat baik ( SB)
>50 - 75 Baik (B)
>25 -50 Tidak baik (TB)
0 - 25 Sangat tidak baik (STB)

Hasil dan Pembahasan


Hasil yang dibahas berdasarkan tujuan penelitian ini adalah menganalisis penguasaan konsep
siswa menggunakan taksonomi SOLO. Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data
kuantitatif . Data kualitatif yaitu hasil tes diagnostik,. Hasil persentase penguasaan konsep siswa
pada dapat dilihat dari masing-masing soal dan kedelapan soal dapat dilihat dari tabel berikut:
Table 3. Hasil Persentase Penguasaan Konsep Siswa
N Soal
Nama
O 1 2 3 4 5 6 7 8
Level Solo U U M M R R E E
1 Adinda Maidiana Ariyanti 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 0%
2 Alisya Riska Milenia
Putri 100% 100% 100% 100% 100% 20% 41,2% 58,8%
3 Stefani Amabel Putri 100% 100% 100% 100% 100% 100% 23,5% 23,5%
4 Amirul Aziz Ansari Muda 100% 100% 40% 100% 100% 100% 100% 58,8%
5 Aulia Agustina 100% 100% 100% 60% 100% 100% 23,5% 23,5%
6 Bunga Lili Anisa 100% 100% 100% 100% 100% 20% 100% 58,8%
7 Edo Meidiyantoro 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 58,8%
8 Erni Mahrita 100% 100% 100% 100% 100% 100% 23,5% 100%
9 Ferawati 100% 100% 100% 100% 100% 20% 23,5% 23,5%
10 Indri Setyowati 100% 100% 40% 100% 26,6% 100% 23,5% 0%
11 Siti Rahmah 100% 100% 40% 100% 100% 100% 100% 58,8%
12 Siti Walimah 100% 100% 40% 100% 100% 100% 23,5% 23,5%
13 M. Jiddan M.M 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
14 Maria Fatima N .M .U 100% 100% 40% 100% 100% 100% 100% 58,8%
15 Misna Wati 100% 100% 100% 100% 100% 100% 23,5% 100%
16 Nida Supiyati 100% 100% 100% 100% 100% 100% 23,5% 23,5%
17 Nurliana 100% 37,5% 40% 100% 100% 100% 23,5% 23,5%
18 Nur Sida Ummi 100% 100% 100% 100% 100% 100% 23,5% 100%
19 Rahmawati 100% 100% 100% 100% 100% 20% 23,5% 0%
20 Siti Mahmudah 100% 100% 100% 100% 100% 100% 23,5% 23,5%
21 Siri Maisarah 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 23,5%
22 Sri Rahmadayanti 100% 100% 100% 100% 100% 100% 23,5% 100%
23 Syafriansah 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 58,8%
24 Julissa Ruri A. 37,5% 37,5% 100% 100% 100% 20% 23,5% 23,5%
25 Thalhah Al Fayyedi 100% 100% 100% 40% 100% 100% 23,5% 23,5%
26 Puspa meliana 100% 37,5% 40% 100% 100% 100% 100% 23,5%
Rata-rata 97,6% 92,8% 83,8% 96,1% 97,2% 84,6% 53,6% 45,0%
Keterangan Sangat baik Sangat baik Sangat baik Tidak baik

Berdasarkan data pada Tabel 3 dapat diketahui bahwa hasil penguasaan konsep siswa
menggunakan taksonomi SOLO pada siswa SMA Negeri 1 Jember berturut-turut dari level
terendah sampai dengan yang tertinggi dari kedelapan soal adalah 24% berada pada level
prastruktural, 8% berada pada level unistruktural, 14% berada pada level multistruktural, 32%
berada pada level relasional, dan 22% berada pada level abstrak diperluas.
Pada level unistruktural siswa menggunakan informasi yang diberikan dengan benar,
siswa dapat menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan dalam soal sebanyak 8%. Hal yang
sama diungkapkan Ekawati (2013) siswa pada level unistruktural hanya menggunakan informasi
yang diberikan. Hasil tersebut didukung dengan hasil wawancara siswa pada level unistruktural
cenderung memahami maksud dari soal, namun bingung menyelesaikan permasalahan yang ada
pada soal, sehingga siswa hanya menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan pada soal.
Pada level multistruktural menggunakan dua informasi atau lebih dalam penyelesaiannya
hanya dapat mengerjakan pada satu tahap penyelesaian dengan benar sebanyak 14%. Hal ini
sesuai dengan yang diungkapkan oleh Ekawati (2013) yang menyatakan bahwa siswa pada level
multistruktural siswa mampu memahami masalah dan merencanakan penyelesaian, tetapi proses
yang dilakukan untuk menyelesaikan masalah kurang tepat. Hasil tersebut didukung dengan hasil
wawancara siswa pada level multistruktural dapat memahami maksud dari soal, hanya saja siswa
hanya mampu menyelesaikan satu langkah dari tahapan penyelesaian dan salah pada tahap
berikutnya.
Pada level relasional mengaitkan konsep atau proses sehingga semua informasi terhubung
secara relevan dan diperoleh kesimpulan yang relevan sebanyak 32%, hasil tersebut didukung
dengan hasil wawancara yang menyatakan bahwa siswa mampu memahami maksud dari soal
dan dapat merencanakan bagaimana menyelesaikan masalah dan melaksanakan perencanaan, dan
pada level abstrak diperluas siswa dapat menggunakan beberapa data, sehingga dapat menarik
kesimpulan yang relevan dan mendapatkan pengetahuan lain sebanyak 22%. Hasil tersebut
sesuai dengan hasil wawancara siswa dapat memahami maksud dari soal dan dapat menarik
kesimpulan dan dapat membuat generalisasi pada pengetahuan yang lain, dan meninjau kembali
jawaban sesuai permintaan pada soal.
Berdasarkan persentase penguasaan konsep menggunakan taksonomi SOLO dari level
terendah sampai dengan tertinggi dapat diketahui bahwa penguasaan konsep siswa akan berbeda
antara konsep yang satu dengan konsep yang lainnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Biggs dan
Collis (1982) yang menyatakan bahwa level penguasaan konsep dalam merespon jawaban siswa
berbeda-beda. Jadi, dapat dikatakan bahwa penguasaan konsep siswa dapat berbeda antara
masalah atau konsep yang satu dengan yang lain. Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa
memperlihatkan penguasaan konsep yang berbeda untuk tugas yang berbeda.

Pembahasan

Respon belajar siswa pada pokok bahasan suhu dan kalor selanjutnya dianalisis untuk setiap level
taksonomi SOLO pada setiap pertemuan. Berikut merupakan data respon belajar siswa pada setiap
pertemuan:

Level Unistruktural Soal dengan level unistruktural adalah kriteria soal dengan menggunakan sebuah
informasi yang jelas dan lansung dari teks soal. Menurut Gilbert (2004), pada level ini beberapa
informasi yang diberikan relevan tetapi hanya berisi satu informasi. Level ini meminta siswa agar dapat
mengidentifikasikan, mengingat dan melakukan percobaan sederhana. Level ini terdapat pada soal no 1
dan 2. Pada soal nomor 1 siswa diminta menghitung konversi skala termometer. Berdasarkan Tabel 3,
hanya 1 siswa yang tidak dapat mengkonversi suhu dari skala celcius ke reamur. Sedangkan pada soal
nomor 2, terdapat 7 siswa yang tidak dapat menentukan arah angin ddi daratan dan lautan
menggunakan konsep konveksi. Secara keseluruhan lembar posttest siswa menunjukkan siswa telah
memahami makna suhu walaupun masih dalam level dasar, mengkonversi suhu, menentukan jumlah
kalor yang terdapat pada suatu zat, namun masih terdapat beberapa siswa hanya menghapal makna
dari konveksi sehingga mengalami kendala ketika soal tersebut dibuat dengan versi yang berbeda. Jika
dirata-ratakan maka level unistruktural yang telah dicapai siswa adalah 87,35% dan masuk dalam
kategori baik sekali.

Level Multistruktural Soal dengan level multistruktural menggunakan 2 informasi atau lebih dan terpisah
yang termuat dalam teks soal. Menurut Gilbert (2004), pada level ini respon yang diberikan lebih dari
satu infomasi yang relevan, tetapi tidak berhubungan satu sama lain. Semua informasi atau data yang
diperlukan dapat segera digunakan untuk mendapatkan penyelesaian. Ciri-ciri soal ini ialah membilang,
megurutkan, menjelaskan dan menggabungkan. Siswa diharapkan dapat menggunakan beberapa
penggal informasi walaupun belum membentuk pemahaman yang komprehensif. Soal di level ini
meminta siswa untuk menjelaskan fungsi celah yang terdapat pada sambungan rel kereta api.
Persentase rata-rata level multistruktural yang dicapai siswa adalah 88% dan masuk dalam kategori baik
sekali. Hal ini mengartikan bahwa siswa telah mampu untuk menjelaskan konsep, mengerti mengerti
maksud dari konsep tersebut dan menerjemahkan dengan bahasanya sendiri mengenai konsep yang
diajarkan.

Level Relasional Soal dengan level relasional merupakan kategori soal yang menggunakan suatu
pemahaman dari dua atau lebih informasi pada teks dan mengaitnya dengan kesatuan yang padu.
Respon yang diberikan lebih dari satu informasi dan berhubungan dengan menggunakan gagasan atau
hipotesis yang sama tetapi kurang kritis (Gilbert, 2004). Ciri dari level ini ialah membandingkan,
membedakan, menganalisis, mengaplikiasi dan menghubungkan. Jika siswa telah mencapai level
relasional maka siswa dapat menghubungkan antar fakta dengan teori serta tindakan dan tujuan. Siswa
mampu memadukan beberapa informasi terpisah dan menghasilkan penyelesaian. Pada level ini, siswa
diminta menghitung suhu campuran menggunakan persamaan Azas Black. Jika dirata-ratakan maka
persentase siswa yang mencapai level relasional adalah 64,1% dan masuk dalam kategori cukup.

dan Woro. (2015). Pengembangan Instrumen Evaluasi Berbasis Taksonomi SOLO untuk Menentukan
Profil Kemampuan Siswa dalam Menyelesaikan Masalah Fluida Statis. Jurnal Inovasi Pendidikan
Fisika, .Vol. 04 No. 03 45-49

Skor
Skor Per Nomor Soal
NO Nama Total
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Adinda Maidiana Ariyanti 8 8 10 10 15 15 17 0 83
2 Alisya Riska Milenia Putri 8 8 10 10 15 3 7 10 71
3 Stefani Amabel Putri 8 8 10 10 15 15 4 4 74
4 Amirul Aziz Ansari Muda 8 8 4 10 15 15 17 10 87
5 Aulia Agustina 8 8 10 6 15 15 4 4 70
6 Bunga Lili Anisa 8 8 10 10 15 3 17 10 81
7 Edo Meidiyantoro 8 8 10 10 15 15 17 10 93
8 Erni Mahrita 8 8 10 10 15 15 4 17 87
9 Ferawati 8 8 10 10 15 3 4 4 62
10 Indri Setyowati 8 8 4 10 4 15 4 0 53
11 Siti Rahmah 8 8 4 10 15 15 17 10 87
12 Siti Walimah 8 8 4 10 15 15 4 4 68
13 M. Jiddan M.M 8 8 10 10 15 15 17 17 100
14 Maria Fatima N .M .U 8 8 4 10 15 15 17 10 87
15 Misna Wati 8 8 10 10 15 15 4 17 87
16 Nida Supiyati 8 8 10 10 15 15 4 4 74
17 Nurliana 8 3 4 10 15 15 4 4 63
18 Nur Sida Ummi 8 8 10 10 15 15 4 17 87
19 Rahmawati 8 8 10 10 15 3 4 0 58
20 Siti Mahmudah 8 8 10 10 15 15 4 4 74
21 Siri Maisarah 8 8 10 10 15 15 17 4 87
22 Sri Rahmadayanti 8 8 10 10 15 15 4 17 87
23 Syafriansah 8 8 10 10 15 15 17 10 93
24 Julissa Ruri A. 3 3 10 10 15 3 4 4 52
25 Thalhah Al Fayyedi 8 8 10 4 15 15 4 4 68
26 Puspa meliana 8 3 4 10 15 15 17 4 76

Anda mungkin juga menyukai