ABSTRACT
Metacognition is one of the factors that influence academic achievement. This study aims
to 1) produce physics-based metacognition module on material elasticity and simple harmonic
motion, 2) determine the quality of metacognition-based physics modules in the subject matter
of elasticity and simple harmonic motion, and 3) determine students’ response to metacognition-
based physics modules in the subject matter elasticity and simple harmonic motion.
This Research is the R & D with model 4-D, which define, design, develop, and disseminate.
Results of this study are: 1) has been generated based physics modules metacognition in the
subject matter of elasticity and simple harmonic motion, 2) quality of metacognition-based
physics modules in the subject matter of elasticity and simple harmonic motion very well. 3)
students’ response to metacognition-based module is also very good
ABSTRAK
Metakognisi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi akademik. Penelitian
ini bertujuan untuk 1) menghasilkan modul fisika berbasis metakognisi pada materi elastisitas
dan gerak harmonik sederhana; 2) mengetahui kualitas modul fisika berbasis metakognisi pada
materi pokok elastisitas dan gerak harmonik sederhana; dan 3) mengetahui respon siswa terhadap
modul fisika berbasis metakognisi pada materi pokok elastisitas dan gerak harmonik sederhana.
Penelitian ini merupakan penelitian R & D yang mengadaptasi prosedur pengembangan perangkat
model 4-D, yakni define, design, develop, dan disseminate. Hasil penelitian ini antara lain: 1) telah
dihasilkan modul fisika berbasis metakognisi pada materi pokok elastisitas dan gerak harmonik
sederhana; 2) kualitas modul fisika berbasis metakognisi pada materi pokok elastisitas dan gerak
harmonik sederhana sangat baik 3) respon siswa terhadap modul fisika berbasis metakognisi
juga sangat baik.
Kata Kunci: modul fisika, metakognisi, elastisitas dan gerak harmonik sederhana.
187
Jurnal Psikologi Integratif, Vol. 1, No. 1, Desember 2013, Halaman 187 - 195
nisi menduduki peringkat pertama dari 200 memberi alasan mengapa melakukan pemeca-
faktor yang mempengaruhi hasil pendidikan. han masalah dengan cara yang ditempuhnya,
Metakognisi adalah kemampuan untuk men- memonitor proses belajar dan kemajuannya ke
gaitkan pesan penting dengan pengetahuan arah tujuan saat melaksanakan rencana, serta
sebelumnya, menarik kesimpulan, dan me- mengevaluasi apa yang sudah dilakukan (Tolga
mantau atau menilai kinerja pribadi yang Gok, 2010). Proses-proses tersebut merupakan
ditunjukkan ketika proses belajar. Selain itu, proses metakognisi. Metakognisi membantu
pembelajaran berbasis metakognisi membantu siswa mengkonstruksi pengetahuan, mengap-
penyelesaian masalah secara efektif (David- likasikan konsep fisika, menyelesiakan per-
son, Deuser, & Stenberg dalam Manavipour, masalahan fisika, dan memperdalam konsep
2012) dan membantu menyusun konsep yang fisika. Kipnis dan Hofstein dalam Simanjuntak
tepat (Georghiades, 2000). (2012) menyatakan pada pembelajaran sains
Fisika merupakan sains atau ilmu penge- ditemukan bahwa proses-proses metakognisi
tahuan paling fundamental karena merupa- memberikan pelajaran yang penuh arti atau be-
kan dasar dari semua bidang sains (Tipler, lajar dengan mengembangkan pemahaman.
1998). Fisika berhubungan dengan materi Hasil wawancara dengan guru fisika
dan energi; hukum-hukum yang mengatur menunjukkan bahwa proses belajar mengajar
gerakan partikel dan gelombang; interaksi fisika di kelas belum menerapkan upaya pen-
antar partikel; sifat-sifat molekul, atom, dan genalan metakognisi secara optimal. Menurut
inti; dan sistem-sistem berskala lebih besar guru metakognisi merupakan hal yang sulit
seperti gas, cair, dan padat. Hollabaugh dalam untuk diakses meskipun diakui sangat penting
Sears & Zemansky (2002) menyatakan fisika keberadaannya. Guru mengalami kesulitan
meliputi hal yang besar dan yang kecil, yang dalam menerapkan metakognisi secara kon-
lama dan yang baru. Dari atom sampai galaksi, sisten di dalam kelas. Penyebab utamanya
dari rangkaian listrik ke aerodinamika, fisika adalah tuntutan yang diberikan kepada guru
menjadi bagian dari kehidupan kita sehari- agar mampu membawa semua siswa menca-
hari. Akan tetapi, fisika dianggap sebagai salah pai target ketuntasan materi fisika, sedangkan
satu mata pelajaran yang sulit oleh sebagian waktu belajar/kegiatan tatap muka di dalam
besar siswa. Hal ini dikarenakan fisika mem- kelas terbatas. Sehingga, fokus kegiatan
butuhkan matematika yang rumit (Nashon, belajar mengajar seringkali didominasi oleh
dalam Campbell, 2007); materi yang terlalu penyampaian informasi sebanyak-banyaknya,
banyak, bergantung pada buku teks, abstrak tanpa memberikan kesempatan kepada siswa
dan kompleks (Sheppard dan Robin, dalam untuk mengkonstruksi pengetahuannya send-
Campbell, 2007); membutuhkan kegiatan iri. Joyce dan Marsha (1996) menyebutkan
laboratorium dan sering terjadi miskonsepsi bahwa dalam metakognisi ada proses “letting
(Heller & Heller, 1999). the student in on the secret” sehingga siswa
Berdasarkan karakteristik fisika, belajar dapat membangun sendiri pengetahuan dan
fisika bukan hanya mencari jalan penyelesa- kemampuan mereka, memutuskan strategi
ian dari persamaan, tetapi juga belajar mend- belajar apa yang akan digunakan, pemecahan
eskripsikan, belajar tentang suatu fenomena, masalah, dan menemukan sendiri ilmu yang
dan memahami bagaimana sistem fisika ber- akan dipelajari. Berdasarkan hasil wawan-
langsung. Peserta didik membutuhkan penge- cara tersebut dapat disimpulkan bahwa guru
tahuan tentang apa yang diketahui dan tidak mengalami kesulitan untuk menerapkan meta-
diketahui, bagaimana memecahkan masalah, kognisi pada pembelajaran fisika, sehingga
membuat perencanaan pemecahan masalah, metakognisi sangat terbatas penerapannya
membuat tahap-tahap pemecahan masalah, dalam kegiatan belajar siswa di kelas.
188
Pengembangan Modul Fisika Berbasis Metakognisi pada Materi Pokok Elastisitas ... (Winarti dan Affa Ardhi Saputri)
189
Jurnal Psikologi Integratif, Vol. 1, No. 1, Desember 2013, Halaman 187 - 195
yang berarti mengetahui (to know) dan men- pengetahuan tentang proses-proses kognitif,
genal (to recognize). Kognisi disebut juga pengetahuan yang dapat dipakai untuk men-
gejala-gejala pengenalan, merupakan “the act gontrol proses kognitif. b. Pengalaman atau
or proses of knowing including both aware- regulasi metakognitif (metacognitive expe-
ness and judgement”, sedangkan kemampuan riences or regulation). Merupakan proses-
metakognisi mencakup aspek kognisi (kun- proses yang dapat diterapkan untuk mengon-
todjojo, 2009:1). trol aktivitas-aktivitas kognitif dan mencapai
Konsep metakognisi pertama kali diper- tujuan-tujuan kognitif. Jacob secara lebih
kenalkan oleh John Flavell pada tahun 1976 rinci menjabarkan metakognisi terdiri dari 4
(Malone, 2007: 7). Flavell mendefinisikan komponen (Rahmayani, 2009: 15).
metakognisisebagai pengetahuan tentang Tujuan metakognitif (metacognitive
objek-objek kognitif, yaitu tentang segala ses- goals)
uatu yang berhubungan dengan kognisi. Dika- 1. Mengembangkan kebiasaan mengelola
langan para ahli psikologi timbul perdebatan diri dalam memonitor dan meningkatkan
pada pendefinisian dari istilah metakognisi. kemampuan belajar.
Hal ini berakibat bahwa metakognisi tidak 2. Mengembangkan kebiasaan untuk ber-
selalu sama di dalam berbagai bidang pene- pikir secara konstruktif.
litian psikologi, dan juga tidak dapat diterap- 3. Mengembangkan kebiasaan untuk ber-
kan pada satu bidang psikologi saja. Namun, tanya.
pengertian metakognisi yang dikemukakan
oleh para peneliti bidang psikologi mem- Modul
berikan penekanan pada kesadaran berpikir Salah satu bahan ajar cetak yang masih
seseorang tentang proses berpikirnya. Wel- bertahan penggunaannya dan mampu bersa-
man (1985) dalam Usman Mulbar (2008: 4) ing dengan bahan ajar lain sampai saat ini
menyatakan bahwa “Metacognition is a form adalah modul. Modul merupakan bahan ajar
of cognition, a second or higher order thingk- cetak yang dirancang untuk dapat dipelajari
ing process wich involves active control over secara mandiri oleh siswa (Depdiknas, 2008:
cognitive processes. It can be simply define 3). Modul disebut juga mediauntuk belajar
as thinking or as a person’s cognition about mandiri karena didalamnya telah dilengkapi
cognition”. Metakognisi sebagai suatu bentuk petunjuk untuk belajar sendiri. Artinya, siswa
kognisi, atau proses berpikir dua tingkat atau dapat melakukan kegiatan belajar tanpa kehad-
lebih yang meibatkan pengendalian terhadap iran pengajar secara langsung. Bahasa, pola,
aktivitas kognitif. Karena itu, metakognisi dan sifat kelengkapan lainnya yang terdapat
dapat dikatakan sebagai berpikir seseorang dalam modul ini diatur sehingga seolah-olah
tentang berpikirnya sendiri atau kognisi merupakan “bahasa pengajar” atau bahasa
seseorang tentang kognisinya sendiri. Selain guru yang sedang memberikan pengajaran
itu, metakognisi melibatkan pengetahuan kepada murid-muridnya. Maka dari itulah,
dan kesadaran seseorang tantang aktivitas media ini sering disebut bahan instruksional
kognitifnya sendiri atau segala sesuatu yang mandiri. Pengajar tidak secara langsung
berhubungan dengan aktivitas kognitifnya memberi pelajaran atau mengajarkan sesuatu
(Livingston, 1997: kepada para siswa dengan tatap muka, tetapi
Dalam Livingston (1997: 1) Flavell mem- cukup dengan modul-modul ini.
bagi metakognisi menjadi dua komponen Sebuah modul bisa dikatakan baik dan
penting, yaitu: a. Pengetahuan metakognitif menarik apabila terdapat karakteristik sebagai
(metacognitive knowledge). Pengetahuan berikut (Depdiknas, 2008: 3-5):
metakognitif menunjuk pada diperolehnya
190
Pengembangan Modul Fisika Berbasis Metakognisi pada Materi Pokok Elastisitas ... (Winarti dan Affa Ardhi Saputri)
Pada tahap ini dihasilkan desain awal modul 4. Elaborasi termuat dalam setian kegia-
berdasarkan rubrik penyusunan modul yang tan belajar siswa.
telah disusun. 5. Penggunaan dan pemilihan prosedur
Validasi produk bertujuan untuk mendap- penyelesaian masalah yang tepat, ter-
atkan masukan dari validator baik kebenaran muat dalam uraian persamaan, contoh
materinya maupun bentuk dan format draft soal, dan latihan soal.
modul sebagai media pembelajaran yang baik. b. Pengalaman metakognitif
Setelah divalidasi dan direvisi produk dinilai 1. Merencanakan aktivitas belajar, dit-
untuk mendapatkan penilaian dari ahli materi, erapkan pada bagian rencana belajar
ahli media, dan guru fisika SMA/MA me- siswa.
nyangkut kualitas modul. Modul yang sudah 2. Merangkum informasi yang sudah
dinilai memasuki tahap selanjutnya yaitu uji dipelajari, diterapkan pada jurnal
coba siswa. Uji coba dilakukan kepada siswa belajar.
kelas XI IPA melalui dua tahap. Yang pertama 3. Refleksi siswa, diterapkan pada jurnal
adalah uji coba terbatas untuk mendapatkan belajar.
gambaran awal tentang respon siswa terhadap Indikator metakognisi menurut Simon &
modul yang sudah dihasilkan. Hasil uji terba- Brown yang diterapkan dalam modul ada-
tas digunakan sebagai bahan masukan untuk lah:
menyempurnakan modul. Kedua uji coba a. Pengetahuan metakognitif
luas untuk mengetahui respon siswa terhadap 1. Memberi contoh, diterapkan dalam
modul. Jika terdapat kekurangan dilakukan uraian materi, latihan, dan tugas.
revisi pada Modul. Hasil revisi ini merupakan 2. Mengetahui perbedaan, diterapkan da-
produk akhir. lam uraian materi, latihan, dan tugas.
3. Mengetahui perbandingan antara yang
HASIL satu dengan yang lain, diterapkan da-
Penelitian ini telah berhasil menghasilkan lam uraian materi, latihan, dan tugas.
produk berupa modul fisika berbasis meta- 4. Mengetahui langkah-langkah apa yang
kognisi. Materi pokok yang disajikan dalam akan dilakukan dalam penyelidikan,
modul adalah elastisitas dan gerak harmonik diterapkan dalam eksperimen seder-
sederhana. Fokus pengembangan modul hana, latihan, dan tugas.
adalah pada pengetahuan metakognitif dan 5. Mengetahui alasan mengapa melaku-
keterampilan metakognitif. Berikut indikator- kan sesuatu, diterapkan dalam eksperi-
indikator metakognisi yang dikembangkan men sederhana, latihan, dan tugas.
dalam modul. b. Pengalaman metakognitif
a. Pengetahuan metakognitif 1. Memprediksi jawaban sementara
1. Mengidentifikasi sifat atau ciri masalah dari masalah yang dihadapi sebelum
diterapkan dalam uraian materi. melakukan penyelidikan lebih lanjut,
2. Mengkonstruksi hubungan antara diterapkan dalam eksperimen seder-
pengetahuan yang telah dipelajari hana, latihan, dan tugas.
dengan pengetahuan sebelumnya dit- 2. Mengurutkan tahap-tahap yang akan
erapkan dalam penyampaian uraian dilakukan dalam pemecahan masalah,
materi. diterapkan dalam eksperimen seder-
3. Menggunakan pengalaman sehari- hana, latihan, dan tugas.
hari (kontekstual) diterapkan dalam 3. Mengecek jawaban dari hasil penye-
penyampaian materi dan sekilas info lidikan, diterapkan dalam eksperimen
fisika. sederhana, latihan, dan tugas.
192
Pengembangan Modul Fisika Berbasis Metakognisi pada Materi Pokok Elastisitas ... (Winarti dan Affa Ardhi Saputri)
4. Memperbaiki kesalahan, diterapkan rata 22,82 atau 82,99% dari skor ideal.
dalam eksperimen sederhana, latihan, Tanggapan siswa terhadap modul fisika
dan tugas. berbasis metakognisi sangat baik dilihat dari
5. Menilai pencapaian tujuan, diterapkan komentar pada lembar masukan untuk siswa.
dalam jurnal belajar. Sebagai kesimpulannya, diberikan dua pilihan
6. Membuat kesimpulan, diterapkan da- terhadap modul fisika berbasis metakognisi
lam jurnal belajar. yang telah dihasilkan. Pilihan tersebut adalah
Semua indikator metakognisi menurut menarik dan tidak menarik. Seluruh siswa baik
Simon & Brown digunakan sebagai tujuan uji coba terbatas maupun uji coba luas yang
pembelajaran dalam setiap unit kegiatan berjumlah 64 orang memilih opsi menarik.
belajar.
Berdasarkan hasil penilaian oleh 2 orang
ahli materi, kualitas modul fisika berbasis
metakognisi pada materi pokok elastisitas
dan gerak harmonik sederhana dikategorikan
memiliki kualitas Sangat Baik (SB) dengan
persentase keidealan sebesar 93,75%, Sangat
Baik (SB) dengan persentase keidealan sebesar
95,63% berdasarkan 2 orang ahli media, dan
Sangat Baik (SB) dengan persentase keidealan
sebesar 80,25% menurut guru fisika SMA.
Gambar 2. Respon Siswa terhadap Modul
Metakognisi
193
Jurnal Psikologi Integratif, Vol. 1, No. 1, Desember 2013, Halaman 187 - 195
194
Pengembangan Modul Fisika Berbasis Metakognisi pada Materi Pokok Elastisitas ... (Winarti dan Affa Ardhi Saputri)
195