Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Riset Kajian Teknologi dan Lingkungan (JRKTL)

||Volume|| I ||Issue|| 1 ||Pages||10-16 ||2018||


p-ISSN: 2621 – 3222 || e-ISSN: 2621 – 301X

 ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH CALON


GURU FISIKA PADA POKOK BAHASAN DINAMIKA
PARTIKEL

Syarif Fitriyanto, Fahmi Yahya, Sri Nurul Walidain


Universitas Samawa, Sumbawa Besar, Indonesia
Email: syarif.fisikaunsa@gmail.com

--------------------------------------------------------ABSTRAK-------------------------------------------------------------
Ilmu dinamika tidak hanya membahas tentang fenomena gerak suatu benda, namun juga membahas tentang faktor
penyebab benda bergerak. Penguasaan konsep dinamika partikel harus diajarkan sebelum mengikuti mata kuliah lanjutan
seperti kajian fisika sekolah, mekanika, gelombang, serta berbagai mata kuliah lanjutan fisika lainnya. Artikel ini
menguraikan tentang tingkat pemahaman mahasiswa dalam memecahkan masalah serta mengetahui kesulitan umum yang
sering terjadi. Subjek penelitian terdiri atas 14 orang mahasiswa jurusan pendidikan fisika UNSA yang telah mengikuti
perkuliahan fisika dasar Tahun Akademik 2016/2017. Analisis dilakukan berdasarkan jawaban mahasiswa terhadap soal
pilihan ganda dan soal uraian yang dikembangkan oleh peneliti dan disesuaikan dengan kurikulum. Hasil analisis
menyimpulkan bahwa level kemampuan pemecahan masalah mahasiswa berada pada level tingkat rendah (low level
thinking). Bila dihubungkan dengan level pengetahuan ranah kognitif dalam taksonomi Bloom, hanya berada pada level
mengingat, memahami, dan menerapkan. Kegagalan mahasiswa dalam memecahkan masalah tersebut disebabkan karena
beberapa faktor diantaranya yaitu kemampuan mengidentifikasi masalah, kemampuan membuat visualisasi, kemampuan
mentransformasikan informasi faktual dalam bentuk persamaan matematis, dan kemampuan mengevaluasi. Khusus pada
keterampilan matematika, kemampuan mahasiswa dalam menjalankan prosedur matematik tergolong rendah. Disarankan
kepada peneliti lanjutan untuk meneliti tentang metode pembelajaran yang dapat diterapkan untuk mengatasi kelemahan
tersebut.

Kata Kunci – Kemampuan Pemecahan Masalah, Dinamika Partikel


------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Diterima: Maret 2018 Dipublikasikan: Mei 2018
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

I. PENDAHULUAN
Sudah selayaknya setiap jenjang pendidikan dengan memperhatikan tingkat perkembangan peserta
di tingkat sekolah dasar maupun sekolah menengah didik.
atas mempunyai seorang guru yang berkualitas. Dalam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
pelakasanaan Sistem Pendidikan Nasional pemerintah (FKIP) sebagai salah satu institusi yang berwewenang
menjamin kualitas guru dengan menetapkan empat mencetak generasi pendidik tentunya mempunyai
kompetensi yang wajib dimiliki, diantaranya: tanggung jawab untuk mewujudkan hal tersebut.
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, Misalnya dengan meyiapkan kurikulum fisika yang
kompetensi sosial, dan kompetensi profesional berorientasi pada penguasaan pengetahuan dan
(Kemendiknas, 2006). Bagi seorang guru fisika, berpengetahuan pedagogik melalui program
kompetensi pedagogik berkaitan dengan pengetahuan pengajaran yang sistematis dan terencana. Untuk
untuk mengidentifikasi kemampuan dan kesulitan mewujudkan hal tersebut, Program Studi Pendidikan
belajar fisika, kemudian menentukan metode dan Fisika di FKIP Universitas Samawa memulai
media pengajaran yang tepat untuk mencapai tujuan pengajaran di tahun pertama dengan memperkenalkan
pembelajaran. Kompetensi kepribadian berkaitan ilmu fisika secara komprehensif melalui buku-buku
dengan sikap dan prilaku baik sebagai seorang guru (text books) fisika universitas. Setelah menguasai ilmu
(panutan), dan kompetensi sosial berkaitan dengan fisika dasar, tahun berikutnya mahasiswa calon guru
kemampuan komunikasi, interaksi, dan sosialisasi fisika mulai memperdalam keilmuannya melalui mata
dengan lingkungan sekitar. Adapun kompetensi kuliah fisika lanjut dengan berbagai macam
profesional berkaitan dengan kemampuan seorang konsentrasi. Selain itu, sebagai bentuk upaya institusi
guru untuk memilih, mengembangkan, dan menyiapkan calon guru profesional di bidang fisika
mengajarkan materi fisika secara kreatif dan inovatif mahasiswa juga diwajibkan untuk mengikuti
perkuliahan Kajian Fisika Sekolah. Mata kuliah

10
Jurnal Riset Kajian Teknologi dan Lingkungan (JRKTL)
||Volume|| I ||Issue|| 1 ||Pages||10-16 ||2018||
p-ISSN: 2621 – 3222 || e-ISSN: 2621 – 301X

tersebut merupakan Mata Kuliah Keahlian Program dilakukan Champagne, dkk. (1980), McDermott,
Studi (MKKPS) yang bertujuan untuk mempersiapkan Rosenquist, Zee (1986), dan Rosenblatt & Heckler
calon guru fisika yang menguasai konsep dasar fisika (2011), melaporkan bahwa pada tersebut sering sekali
secara mendalam, menguasai materi fisika sekolah, ditemukan kegagalan dalam perkuliahan disebabkan
mengevaluasi diri, mendiagnosa letak kelemahan karena kesalahan dalam memahami konsep
penguasaan konsep, serta memperbaiki kesalah (miskonsepsi) yang diperoleh dari hasil pengajaran
konsep. Setelah mengikuti perkuliahan tersebut, pada jenjang pendidikan awal.
mahasiswa diharapkan dapat menentukan konsep- Dalam kehidupan sehari-hari setiap manusia
konsep esensial pada berbagai jenjang pendidikan di (peserta didik atau mahasiswa) pasti menjumpai
tingkat sekolah serta menentukan tahapan pengajaran masalah. Perbedaannya adalah masalah yang dihadapi
yang tepat untuk mengajarkan konsep secara benar dan pada bangku kuliah sudah dinyatakan secara eksplisit
utuh tanpa munculnya miskonsepsi. dan terstruktur sedangkan masalah yang dijumpai
Menentukan tahapan dan metode pengajaran dalam kehidupan sehari-hari bersifat implisit dan tidak
yang tepat dapat terwujud bila para calon guru telah terstruktur. Frederiksen (1984), Solso, dkk.
menguasai konsep dasar fisika secara baik, minimal (2007:434), dan Arends (2013:102) mendefinisikan
menguasai konsep-konsep yang telah dibahas pada pemecahan masalah sebagai suatu aktifitas berpikir
perkuliahan Fisika Dasar. Dalam perkuliahan fisika yang terencana, yang diawali dari proses mengingat
dasar mahasiswa diwajibkan menguasai konsep- sampai pada proses pemikiran tingkat tinggi, seperti
konsep dasar fisika sebagai pengetahuan awal sebelum menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta suatu solusi
melanjutkan pada perkuliahan fisika lanjutan. Salah atas masalah yang dijumpai. Oleh karena itu, pada
satu topik atau pokok bahasan yang dianggap sulit setiap jenjang pendidikan selalu ditekankan bahwa
dipahami oleh calon guru fisika dalam setiap tahun komptensi akhir yang akan dimiliki oleh peserta
ajaran adalah topik mengenai Dinamika Partikel. Bila didik/mahasiswa adalah terjadinya peningkatan
diukur capaian pembelajaran mahasiswa (dalam sisi kemampuan pemecahan masalah.
pengetahuan) terhadap topik dalam perkuliahan Pada dasarnya, masalah yang dijumpai oleh
tersebut berdasarkan taksonomi Bloom, mahasiswa peserta didik tidak semuanya sulit, namun tingkat
tidak hanya diharapkan berada pada level memahami kesulitan tersebut selalu bergantung pada aspek
namun juga harus sampai pada level mengevaluasi. pengalaman peserta didik dalam memahami dan
Hal tersebut berarti calon guru fisika tidak hanya menerapkan konsep yang telah dipelajari. Hal tersebut
mampu menerapkan konsep yang diperoleh pada suatu juga dinyatakan oleh Jonassen (1997) yang
masalah, namun juga harus mampu menilai dan menjelaskan bahwa proses pemecahan masalah tidak
mengevaluasi tentang kebenaran atas solusi yang hanya bergantung pada jenis atau tipe masalah yang
diberikan. Dengan demikian, mahasiswa dapat ditemui namun juga bergantung pada pemahaman
dikatakan telah menguasai konsep secara mendalam orang yang memecahkan masalah.
sebagaimana dijelaskan Dirjen Dikti (2014). Pembelajaran di jenjang sekolah ataupun
Kajian tentang penguasaan konsep dinamika perguruan tinggi, diawali dengan pengenalan konsep-
partikel merupakan kajian yang perlu dilakukan konsep pada suatu subtopik tertentu selanjutnya untuk
terhadap mahasiswa yang hendak melanjutkan pada memperdalam pemahaman mahasiswa diminta untuk
mata kuliah lanjutan seperti kajian fisika sekolah, memecahkan masalah. Pada kondisi tersebut, peserta
mekanika, gelombang, serta berbagai mata kuliah didik harus meluangkan tenaga, waktu, dan pikiran
lainnya. Oleh karena itu, setidaknya terdapat dua hal untuk mengenal masalah-masalah yang ditemui
mendasar yang menjadi alasan mengapa analisis kemudian menerapkan konsep-konsep yang telah
kemampuan pemecahan masalah pada pokok bahasan diketahui sebelumnya. Peserta didik atau mahasiswa
dinamika partikel dipandang perlu. Diantaranya yaitu yang berpengalaman (expert) dalam memecahkan
pertama, dengan mengetahui bagaimana pemahaman masalah cenderung mempunyai pola pemecahan yang
mahasiswa terhadap konsep dinamika partikel, dosen berbeda dengan yang tidak berpengalaman (novice).
atau pengajar fisika lanjutan akan memperoleh Perbedaan tersebut tampak pada proses pemecahan
gambaran tentang kemampuan awal mahasiswa. masalah. Kuzzle (2011) dan Fitriyanto (2015)
Menurut Matlin (1994:355) salah satu faktor yang menemukan bahwa pemecah masalah yang expert
dapat mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah mempunyai representasi pemecahan masalah yang
yaitu kedalaman atau keluasan pemahaman peserta lebih sempurna dalam menemukan solusi yang
didik terhadap masalah yang dijumpai. Maka, dengan diharapkan, misalnya untuk memastikan kebenaran
mengetahui hal tersebut pengajar dapat menentukan langkah penyelesaian mahasiswa menggunakan
strategi-strategi khusus untuk membantu peserta didik diagram atau gambar-gambar tertentu untuk
membentuk struktur pemahaman konsep secara benar. merepresentasikan kondisi yang dipikirkan. Hal
Kedua, dinamika partikel merupakan bagian dari sub tersebut dilakukan untuk mempermudah proses
pokok bahasan dalam ilmu mekanika, yang mana berpikir sehingga yakin atas solusi yang diberikan.
menurut beberapa hasil penelitian seperti yang Sebagaimana dijelaskan Reif & Heller (1982) bahwa
11
Jurnal Riset Kajian Teknologi dan Lingkungan (JRKTL)
||Volume|| I ||Issue|| 1 ||Pages||10-16 ||2018||
p-ISSN: 2621 – 3222 || e-ISSN: 2621 – 301X

solusi yang diberikan secara fleksibel dengan mengidentifikasi masalah, yaitu tahapan menemukan
menerapkan berbagai tingkat deskripsi dapat tipe masalah dan tujuan yang diharapkan, (2)
membantu secara efektif untuk menemukan solusi merepresentasikan masalah, yaitu tahap untuk
yang diharapkan. Adapun pemecah masalah yang menemukan berbagai variabel yang berkaitan dengan
novice cenderung mempunyai pola pemecahan masalah, (3) merencankan solusi, yaitu tahap
masalah yang berfokus pada penerapan formula- menentukan strategi dan formula yang digunakan
formula tertentu, akibatnya solusi yang diberikan dalam proses pemecahan masalah, (4) merealisasikan
minim informasi. rencana, tahap menerapkan strategi dan formula untuk
Banyak penelitian yang menjelaskan tentang mencapai tujuan yang telah ditetapkan, (5)
pemecahan masalah, misalnya penelitian yang mengevaluasi rencana, yaitu tahapan terakhir untuk
mengungkap tentang pengaruh suatu model memastikan bahwa solusi yang telah digunakan telah
pembelajaran terhadap kemampuan pemecahan sesuai dengan harapan. Biasanya pada tahap evaluasi
masalah sampai pada perbedaan pola dan tahapan seorang PS yang expert menggunakan berbagai cara
solusi pemecah masalah yang siswa yang expert dan atau representasi untuk memastikan bahwa solusi yang
novice. Menurut Hayes (Solso, 2008:437) terdapat diberikan sudah sesuai dengan yang diharapkan,
beberapa tahapan yang biasa digunakan seorang misalnya dengan menggunakan diagram-diagram atau
problem solver (PS) atau pemecah masalah dalam pernyataan-pernyataan tertentu pada setiap tahapan
proses pemecahan masalah, diantaranya yaitu (1) pemecahan masalah (Gok, 2010).
TABEL I
LEVEL KOGNITIF BESERTA DIMENSINYA

No. Level Kognitif Dimensi Level Berpikir


1. Mengingat Mengenali (recognizing) dan mengingat kembali
(remember) (recalling)
2. Memahami Menafsirkan (interpreting), memberi contoh
(understand) (exampling), meringkas (summarizing), menarik
Lower level thinking
inferensi (inferring), membandingkan
(comparing), dan menjelaskan (explaining)
3. Menerapkan (Apply) Menjalankan (executing), mengimplementasikan
dan (implementing)
4. Menganalisis menguraikan (differentiating), mengorganisir
(Analyze) (organizing), dan menemukan makna tersirat
(attributing)
5. Mengevaluasi Memeriksa (checking) dan mengkritik High level thinking
(evaluate) (critiquing)
6. Mencipta (create) merumuskan (generating), merencanakan
(planning), dan memproduksi (producing)

Pentingnya pengembangan kemampuan


pemecahan masalah dalam pembelajaran fisika perlu II. METODE PENELITIAN
didefinisikan secara khusus untuk memahami level
Lokasi penelitian dilakukan di Universitas
berpikir mahasiswa. Hal tersebut disebabkan karena
Samawa Sumbawa Besar. Sampel penelitian adalah
tidak semua PS mempunyai keterampilan kognitif
mahasiswa calon guru fisika yang telah menempuh
yang sama. Salah satu tolok ukur keterampilan kognitif
mata kuliah Fisika Dasar tahun akademik 2016/2017.
yang sudah dikenal cukup lama adalah Taksonomi
Dengan demikian, pengambilan sampel dilakukan
Bloom. Di dalam taksonomi Bloom telah
dengan teknik sampling jenuh (Sugiyono, 2013:126).
dikategorikan beberapa tingkat kemampuan kognitif
Metode pengumpulan data dilakukan dengan
menjadi enam tingkatan, yaitu mengingat (remember),
memberikan tes kepada subjek penelitian. Tes yang
memahami (understand), menerapkan (apply), analisis
digunakan terdiri atas dua jenis yaitu pilihan ganda
(analyze), evaluasi (evaluate), dan mencipta (create).
dan uraian tentang materi dinamika partikel. Tes
Untuk memudahkan para praktisi pendidikan,
pilihan ganda ditujukan untuk mengukur penguasaan
Krathwohl (2002) telah menguraikan setiap level
materi hanya pada level berpikir tingkat rendah (lower
dalam taksonomi Bloom tersebut menjadi beberapa
level thinking), sedangkan soal uraian diberikan untuk
dimensi. Berikut dijabarkan masing-masing contoh
mengukur level berpikir tingkat tinggi (hight level
kasus pada masing-masing level dan dimensi.
thinking). Tes yang dikembangkan oleh peneliti,
sebelumnya telah disesuaikan dengan muatan
kurikulum dalam mata kuliah fisika dasar. Oleh karena
12
Jurnal Riset Kajian Teknologi dan Lingkungan (JRKTL)
||Volume|| I ||Issue|| 1 ||Pages||10-16 ||2018||
p-ISSN: 2621 – 3222 || e-ISSN: 2621 – 301X

itu, instrumen soal yang diberikan telah valid. Adapun III. HASIL DAN PEMBAHASAN
lama waktu pengerjaan soal, dibatasi selama seratus
A. Kemampuan Pemecahan Masalah
menit atau sama dengan 2 SKS mata kuliah.
Analisis kemampuan pemecahan masalah
Teknik analisis data yang digunakan adalah
dalam penelitian ini dilakukan melalui dua cara yaitu,
teknik analisis kualitatif, yang dibantu dengan
melalui tes pilihan ganda dan tes uraian. Tes pilihan
menggunakan data persentase kemampuan pemecahan
ganda dimaksudkan untuk mengukur kemampuan
masalah. Selain itu, jenis pertanyaan yang diberikan
pemecahan pada level berpikir tingkat rendah dan tes
pada tes telah disesuaikan dengan aspek kognitif
uraian untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat
menurut Taksonomi Bloom, sehingga hasil tes
tinggi. Dalam Tabel 2 disajikan persentase pencapaian
pemecahan masalah yang diberikan juga dapat
pada masing-masing indikator dalam pokok bahasan
digunakan untuk mengetahui level kemampuan
dinamika partikel
pemecahan masalah.
TABEL III
HASIL ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DALAM POKOK BAHASAN DINAMIKA PARTIKEL

No. Indikator Persentase Pencapaian


1 Mendeskripsikan hukum I Newton 44,6 %
2 Mendeskripsikan hukum II Newton 46,2 %
3 Mendeskripsikan hukum III Newton 51,3 %
4 Menerapkan Hukum-hukum Newton pada peristiwa yang terjadi pada 51,3 %
kehidupan sehari-hari
5 Menentukan gaya berat dan aplikasinya pada kejadian dalam kehidupan 38,5 %
sehari-hari
6 Mendeskripsikan konsep gaya sentripetal pada gerak melingkar beraturan 15,4 %
7 Menganalisis secara kuantitatif untuk persoalan-persoalan dinamika sederhana 23,1 %
pada bidang miring
Rata-Rata 38,6 %

secara sempurna, dan kesulitan memahami aspek


Berdasarkan data yang ditampilkan dalam visual
Tabel 2, kemampuan mendeskripsikan Hukum III Perhatikanlah gambar berikut!
Newton dan menerapkan hukum Newton pada
peristiwa sehari-hari merupakan indikator yang paling
dikuasai oleh mahasiswa yaitu mencapai 51,3%.
Sebagian mahasiswa sudah mengenal berbagai
peristiwa yang berkaitan dengan aplikasi hukum
Newton. Dengan demikian, secara langsung Tentukan besar resultan gaya dan arah perpindahan
mahasiswa tentu sudah mengetahui definisi konseptual benda pada gambar tersebut!
tentang hukum I, II, dan III Newton. Namun,
Gambar 1. Bentuk butir soal untuk mengukur kemampuan
berdasarkan hasil analisis lembar jawaban, ditemukan
pemecahan masalah level berpikir tingkat rendah
banyak mahasiswa yang gagal menyelesaikan soal
dengan nilai tidak sempurna. Hal tersebut Gambar 1 merupakan salah satu bentuk
mengindikasikan bahwa terdapat faktor yang pertanyaan pada level menerapkan (apply), dimana
menyebabkan mahasiswa gagal dalam menerapkan mahasiswa paling banyak menjawab benar. Dalam
pengetahuan yang dimiliki. Matlin (1994) menjelaskan kasus tersebut, mahasiswa diminta untuk memberikan
bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat penafsiran terhadap arah perpindahan benda melalui
mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah, penerapan hukum II Newton. Sebelum memberikan
diantaranya yaitu minimnya pengalaman dalam panfsiran, tentunya mahasiswa harus mampu
menyelesaikan masalah, efikasi diri, kemampuan mengingat persamaan matematis hukum II Newton dan
mengidentifikasi masalah, kemampuan menggunakan melakukan operasi matematik sederhana. Bila hal
simbol, kemampuan mengidentifikasi tujuan dan tersebut dapat dilakukan secara benar, maka dengan
menilai kebenaran solusi yang dibuat, serta wawasan mudah dapat ditafsirkan arah perpindahan benda.
terhadap masalah (Syarif, 2016). Selain itu, Garnett Setelah dilakukan analisis lembar jawaban,
(1998) juga menjelaskan bahwa kesulitan belajar dapat kemampuan pemecahan masalah mahasiswa sangat
disebabkan karena lima faktor, yaitu lemah dalam beragam. Sebagian besar mahasiswa sudah mampu
perhitungan, kesulitan mentransfer pengetahuan, mengidentifikasi jenis persoalan yang dihadapi,
membuat koneksi, memahami bahasa matematik menentukan jenis konsep-konsep yang berkaitan
dengan masalah, dan menentukan persamaan yang
13
Jurnal Riset Kajian Teknologi dan Lingkungan (JRKTL)
||Volume|| I ||Issue|| 1 ||Pages||10-16 ||2018||
p-ISSN: 2621 – 3222 || e-ISSN: 2621 – 301X

akan digunakan. Namun, secara bersamaan sebagian ketercapaian ketuntasan pada level berpikir tingkat
besar mahasiswa juga gagal dalam menyelesaikan tinggi.
operasi matematik, khususnya yang melibatkan vektor
dan trigonometri. Hal tersebut menunjukkan bahwa B. Letak Kesulitan Pemecahan Masalah
mahasiswa mampu untuk melakukan operasi hitung Pokok bahasan dinamika partikel tidak hanya
dan membuat koneksi antara angka dengan simbol- membahas tentang gerak dan perpindahan, namun juga
simbol besaran fisika. Namun, khusus pada persolan membahas tentang faktor yang menyebabkan benda
yang melibatkan aspek visual, misalnya bergerak. Dalam menyelesaikan kasus-kasus yang
menggambarkan arah besaran vektor pada bidang berkaitan, tidak hanya dibutuhkan keterampilan
miring rata-rata mahasiswa mengalami kegagalan matematik, namun juga keterampilan visual dan
(lihat gambar 2). Hal tersebut semakin menguatkan keterampilan memahami bahasa (verbal).
temuan Meltzer (2002) dan Erfan & Ratu (2017) yang Untuk memahami lebih jauh tentang letak
menjelaskan bahwa terdapat korelasi positif antara kesulitan mahasiswa dalam memecahkan persoalan
pencapaian hasil belajar fisika dengan keterampilan dinamika partikel, peneliti telah memberikan tes
matematika. berupa soal uraian pada level berpikir tingkat tinggi.
Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran
mendalam terkait penguasaan materi dinamika
partikel. Melihat hasil tes pilihan ganda yang hanya
berfokus untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat
rendah (lower level thinking), dapat dipastikan hasil
tes uraian yang sebelumnya bertujuan untuk mengukur
kemampuan pemecahan masalah pada level berpikir
Gambar 2. Analisis diagram vektor pada bidang miring tingkat tinggi (hight level thinking) tidak lebih baik
dari hasil tes sebelumnya. Namun, hasil tes uraian ini
Selain itu, mahasiswa hanya berhasil digunakan sebagai rekaman tentang pola pemahaman
menyelesaikan langkah pemecahan masalah pada mahasiswa terkait materi pokok dinamika partikel.
kasus gerak lurus. Adapun untuk kasus yang berkaitan Setelah dilakukan analisis terhadap langkah
dengan gerak melingkar rata-rata mahasiswa gagal pemecahan masalah dalam beberapa pertanyaan yang
menjawab dengan benar. Hal tersebut dapat dilihat diberikan, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan
pada Tabel 2, dimana kemampuan untuk mahasiswa gagal menjawab secara sempurna,
mendeskripsikan gaya sentripetal pada gerak diantaranya yaitu:
melingkar beraturan memperoleh persentase 1. Mengidentifikasi
pencapaian yang paling rendah bila dibandingkan Sebuah kotak 10 kg terletak pada lantai licin. Kotak
dengan indikator pencapaian lainnya. tersebut ditarik dengan gaya 50 N (lihat gambar di
bawah).
F
15%
37o
Tidak Tuntas
Tuntas
85%
Jika mula-mula kotak diam, berapakah jarak yang
telah ditempuh kotak setelah ditarik selama 5
sekon? (sin 37o = 0,6).
Gambar 3. Persentase pencapaian kemampuan pemecahan masalah Gambar 4. Kasus sebuah benda yang melakukan perpindahan
pokok bahasan dinamika partikel setelah diberikan gaya (F)

Kegagalan mahasiswa dalam menguasai ilmu Dalam menyelesaikan persoalan tersebut,


matematik dan penguasaan konsep berpengaruh terlebih dahulu mahasiswa harus mengenali bahwa
terhadap persentase ketuntasan pencapaian pada kasus tersebut melibatkan konsep gerak lurus berubah
pokok bahasan dinamika partikel. Bila dirata-ratakan beraturan (GLBB). Namun, karena dalam persamaan
ketuntasan capaian seluruh indikator dapat dikatakan gerak lurus melibatkan besaran percepatan (a), terlebih
mahasiswa belum tuntas dalam memahami materi dahulu mahasiswa harus menentukan nilai percepatan
dinamika partikel. Selain itu, rendahnya ketercapaian melalui aplikasi hukum II Newton (ƩF=m.a).
ketuntasan pemecahan masalah pada level berpikir Berdasarkan hasil analisis, beberapa mahasiswa hanya
tingkat rendah sangat berhubungan dengan menuliskan persamaan dan tidak tuntas mengerjakan
hingga menemukan solusi akhir yang diharapkan.
14
Jurnal Riset Kajian Teknologi dan Lingkungan (JRKTL)
||Volume|| I ||Issue|| 1 ||Pages||10-16 ||2018||
p-ISSN: 2621 – 3222 || e-ISSN: 2621 – 301X

Rata-rata mahasiswa tidak memahami bahwa bersaran Mentransformasikan informasi faktual dalam
gaya (F) adalah vektor, dimana nilainya bekerja pada bentuk persamaan matematis
arah vertikal (Fy) atau horizontal (Fx). Akibatnya, nilai Setelah menentukan nilai gaya dalam arah x
nilai percepatan (a) yang digunakan dalam proses dan menentukan besar percepatan yang dialami benda,
hitungan menjadi salah. selanjutnya adalah mensubstitusikan nilai percepatan
2. Membuat Visualisasi (a) ke dalam persamaan gerak lurus berubah beraturan
Dalam menyelesaikan peristiwa pada contoh 1 2
kasus tersebut, percepatan dapat diperoleh dengan S  v0 t  at
benar bila mahasiswa dapat membuat atau (GLBB). 2 . Salah satu informasi
menggambarkan visualisasi berupa arah vektor gaya faktual dalam kasus tersebut adalah kondisi awal
dalam dua dimensi, yaitu x dan y. benda berada dalam kondisi diam dan benda berada
Fy= F sin Ɵ
pada lantai yang kondisinya licin. Sehingga nilai
kecepatan awal (v0 = 0) dan gaya gesek permukaan
F Fx = F cos Ɵ latai terhadap benda diabaikan.
37
o
3. Mengevaluasi
Evaluasi akhir atas solusi yang diperoleh
mempunyai peran penting untuk memperlihatkan
kebenaran atas kesimpulan yang diambil. Untuk
Gambar 5. Diagram gaya yang bekerja pada benda
mengidentifikasi apakah mahasiswa melakukan
Dengan demikian untuk menentukan nilai percepatan,
evaluasi terhadap keputusan atau solusi yang
hukum II Newton dapat dituliskan sebagai berikut:
diberikan, peneliti memberikan satu pertanyaan uraian
 F  ma   F x  ma untuk memberikan penilaian terhadap pernyataan yang
Adapun nilai Fy = 0, karena benda hanya diberikan oleh seorang siswa (lihat Gambar 6).
melakukan perpindahan dalam arah x.

Berikut adalah beberapa posisi benda yang diletakkan pada bidang miring! Masing – masing benda
mempunyai jarak tempuh (s) yang sama.

s
s h s h
h
30o 45o 60o

a) b) c)
Seorang siswa menyimpulkan bahwa benda pada gambar (c) akan menyentuh permukaan lantai lebih dahulu
dibandingkan dengan benda pada gambar (a) dan (b). Apakah pernyataan siswa tersebut benar? Tuliskan
alasan Anda untuk menjelaskan hal tersebut!
Gambar 6. Salah satu butir soal untuk mengukur kemampuan evaluasi (evaluate)

Dalam kasus tersebut, mahasiswa diminta lebih tinggi dibandingkan dengan gambar a dan b. Bila
untuk memberikan penilaian terhadap pernyataan dirumuskan dalam bentuk kalimat sederhana “waktu
seorang siswa yang didukung dengan pernyataan logis, tempuh benda pada bidang miring bergantung pada
misalnya melalui pendekatan multiple representasi ketinggian benda, bukan pada sudut yang dibentuk
(grafis, matematis, & verbal) oleh bidang”. Hal tersebut tentu tidak benar, dimana
Percepatan (a) benda bergantung pada besar sebelumnya telah diketahui bahwa sudut kemiringan
sudut lintasan (ɵ). Sehingga, walaupun panjang bidang menentukan percepatan benda berpindah.
lintasan sama, dan kondisi bidang lintasan sama-sama
licin, maka waktu yang dibutuhkan hanya bergantung IV. KESIMPULAN
pada besar sudut. Dalam kasus tersebut massa benda
Berdasarkan data yang telah diperoleh,
diabaikan, karena tidak terjadi gaya gesek antara
kemampuan pemecahan masalah mahasiswa program
benda dengan permukaan lantai.
studi pendidikan fisika berada pada level rendah
Berdasarkan hasil analisis terhadap lembar
dengan porsentase ketuntasan capaian 38,6 %. Hasil
jawaban yang diperoleh, rata-rata mahasiswa memilih
analisis menunjukkan bahwa terdapat lima faktor yang
option c dengan alasan, posisi benda pada gambar c
15
Jurnal Riset Kajian Teknologi dan Lingkungan (JRKTL)
||Volume|| I ||Issue|| 1 ||Pages||10-16 ||2018||
p-ISSN: 2621 – 3222 || e-ISSN: 2621 – 301X

menjadi kendala utama pemecahan masalah Education – IΣJMΣ. 8 (1): 20-140. Tersedia di:
mahasiswa yaitu, kemampuan mengidentifikasi http://www.iejme.com/012013/d2.pdf. [07 Maret
masalah, kemampuan membuat visualisasi, 2015].
kemampuan mentransformasikan informasi faktual [8] Meltzer, D. E. (2002). The Relationship between
dalam bentuk persamaan matematis, dan kemampuan Matematics Preparation and Conceptual Learning
mengevaluasi. Khusus pada keterampilan matematika, Gains in Physics: A Possible “Hidden Variable”
kemampuan mahasiswa dalam menjalankan prosedur in Diagnostic Pre Test Score. Am. J. Phys. 70 ~
matematika tergolong rendah, oleh karena itu 12! December 2002.
dibutuhkan strategi pembelajaran tertentu untuk [9] Reif, F & Heller, J. I .1982. Knowledge structure
merangsang aktifitas berpikir matematis. and problem solving in physics. Educational
Dengan adanya hasil analisis ini, diharapkan Psychologist, 17(2): 102-127.
agar dalam pembelajaran lanjutan dosen atau tenaga
pengajar di bidang fisika untuk dapat menggunakan
pendekatan multiple representasi sebagai salah satu
solusi pembelajaran. Melalui pendekatan tersebut,
mahasiswa dapat terlatih untuk mengidentifikasi
persoalan fisika dengan berbagai pendekatan yang
komprehensif. Selain itu, kajian ini juga diharapkan
dapat memberikan manfaat bagi dosen ilmu fisika
matematika, agar dalam proses pembelajaran tidak
hanya fokus membahas persoalan yang terdapat pada
buku teks, namun juga perlu menggunakan pendekatan
kontekstual sebagai materi pokok kajian matematika.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Erfan, M., & Ratu, T. (2017, August 23).
IDENTIFIKASI KESULITAN BELAJAR
MAHASISWA PADA MATERI
ELEKTRODINAMIKA DITINJAU DARI
KEMAMPUAN MATEMATIKA.
http://doi.org/10.17605/OSF.IO/E8AK9
[2] Frederiksen, N. 1984. Implication of Cognitive
Theory for Instruction in Problem Solving.
Review of Educational Research, 54(3), 363-407.
[3] Fitriyanto, S. (2016). Peran Metakognisi untuk
Mendukung Kemampuan Pemecahan Masalah
dalam Pembelajaran Fisika. Prosiding Seminar
Nasional “Revitalisasi Budaya Lokal dalam
Menghadapi Tantangan Pendidikan pada Era
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)”.
Sumbawa Besar.
[4] Gok, T. 2010. In General Assessment of Problem
Solving Processes and Metacognition in Physics
Education. Eurasian Journal of Physics and
Chemistry Education. 2 (2): 110-122.
[5] Garnett, K. (1998). Math Learning Disabilities.
Division for Learning Disabilities Journal of
CEC, November 1998. LD Online.
http://www.ldonline.org/ld_indepth/math_skills/g
arnett.html [1 Juni 2013]
[6] Krathwohl, D. R. 2002. A Revision of Bloom’s
Taxonomy: An Overview. Theory into Practice.
41 (4): 212-218.
[7] Kuzle, A. 2013. Patterns of Metacognitive
Behavior During Mathematics Problem-Solving
in a Dynamic Geometry Environment.
International Electronic Journal of Mathematics

16

Anda mungkin juga menyukai