Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Inovasi Pembelajaran Fisika

(INPAFI)
Available online http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/inpafi
e-issn 2549-8258, p-issn 2337-4624

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING


TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK
MOMENTUM, IMPUSLS DAN TUMBUKAN KELAS X SEMESTER II
DI SMA N 1 PANCURBATU TP. 2016/2017

Jujur Monasari Simatupang dan Pintor Simamora


Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan
monasari46@gmail.com, pintor_fisika@yahoo.co.id
Diterima: September 2018. Disetujui: Oktober 2018. Dipublikasikan: Nopember 2018

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan model discovery learning
terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok momentum, impuls dan tumbukan. Jenis
penelitian ini adalah quasi experimen dengan populasi seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1
Pancurbatu yang berjumlah 5 kelas. Sampel penelitian ini terdiri dari 2 kelas yang ditentukan
dengan teknik random sampling, yaitu kelas X MIA 5 dengan menggunakan model
pembelajaran discovery dan kelas X MIA 4 dengan menggunakan model pembelajaran
konvensional. Instrumen yang digunakan adalah esai tes sebanyak 5 soal yang telah dilakukan
uji persyaratan tes. Data rata-rata pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah 41,35 dan
41,25. Kedua kelas mempunyai kemampuan awal yang sama. Selanjutanya nilai rata-rata
postes kelas eksperimen 71,48 dan kelas kontrol 54,16. Uji normalitas dan homogenitas
menunjukkan bahwa kedua kelas berdistribusi normal dan homogen. Kemudian uji hipotesis
membuktikan bahwa ada perbedaan yang signifikan akibat pengaruh model pembelajaran
discovery learning terhadap hasil belajar siswa. Akhirnya dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran discovery learning berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok
momentum, impuls dan tumbukan di kelas X semester II SMA Negeri 1 Pancur Batu T.P
2016/2017

Kata Kunci : discovery learning, hasil belajar

ABSTRACT

This study aims to determine the influence of discovery learning model on student’s
achievement of momentum, impuls and collision. The type of this study is quasi experiment
with the population are all the students class X in SMA N I Pancurbatu consist of 5 classes.
Sample of this study cocsists of two classes which is determined by random sampling
technique, namely X MIA-5 by using discovery learning model and X MIA 4 using
conventional learning model. The instrument used is an essay test of 5 questions that have

28
Jurnal Inpafi 6 (4) (2018) : 28-39

been tested test requirements. The average data of experimental class pretest and control class
were 41,35 and 41,25. Both classes have the same initial ability. Furthermore the average
grade of experimental class postes 71.48 and control class 54.16. Normality and homogeneity
tests show that both classes are normal and homogeneous distributed. Then test the
hypothesis proves that there is a significant difference due to the influence of learning
discovery learning model on student learning outcomes. Finally it can be concluded that the
learning discovery learning model influences student learning outcomes on the subject matter
of momentum, impulse and collision in class X second semester SMA Negeri 1 Pancur Batu
T.P 2016/2017.

Keywords: discovery learning, learning outcomes

PENDAHULUAN teknologi berhubungan dengan Ilmu


Pengetahuan Alam (IPA) yang didalamnya
Pendidikan merupakan faktor termasuk fisika. Fisika merupakan suatu
yang sangat penting bagi kehidupan Ilmu pengetahuan yang mempelajari
manusia. Melalui pendidikan, manusia gejala-gejala alam dan interaksinya yang
akan tumbuh dan berkembang sebagai dapat dianfaatkan oleh manusia dan dalam
pribadi yang utuh. Pendidikan memegang keperluan hidupnya. Fisika merupakan
peranan yang sangat penting dalam objek mata pelajaran yang lebih
mempersiapkan manusia yang berkualitas menitikberatkan pada pemahaman
bagi pembangunan negara. Menurut daripada penghafalan siswa terhadap
Sanjaya (2011:2) pendidikan adalah usaha materi.
sadar dan terencana untuk mewujudkan Fisika sebagai cabang Ilmu
suasana belajar dan proses pembelajaran Pengetahuan Alam (IPA) merupakan
agar peserta didik secara aktif objek mata pelajaran yang menarik dan
mengembangkan potensi dirinya untuk lebih banyak memerlukan pemahaman
memiliki kekuatan spritual keagamaan, daripada penghafalan. Kegiatan
pengendalian diri, kepribadian, pembelajaran fisika lebih menekankan
kecerdasan dan akhlak mulia, serta pada pemberian langsung untuk
keterampilan yang diperlukan dirinya, meningkatkan kompetensi agar siswa
masyarakat, bangsa, dan negara. mampu berpikir kritis dan sistematis dalam
Pendidikan juga sangat erat memahami konsep fisika, sehingga siswa
kaitannya dengan Iptek. Berkembangnya memperoleh pemahaman yang benar
pendidikan sudah pasti akan berpengaruh tentang fisika. Pemahaman yang benar
terhadap perkembangan Ilmu akan pelajaran fisika sangat berpengaruh
Pengetahuan dan Teknologi. Pesatnya terhadap hasil belajar siswa. Fakta di
perkembangan Ilmu pengetahuan dan lapangan menunjukkan bahwa aktivitas
Teknologi sekarang ini tidak dapat terlepas siswa dalam pelajaran fisika masih sangat
dari kemajuan Ilmu fisika yang banyak kurang.
menghasilkan temuan baru dalam bidang Berdasarkan hasil wawancara yang
sains dan teknologi. Fisika dalam hal ini dilakukan dengan salah seorang guru
ditempatkan sebagai salah satu mata bidang studi Fisika kelas X di SMA N 1
pelajaran yang penting karena salah satu Pancurbatu mengatakan bahwa kendala
syarat penguasaan ilmu pengetahuan dan dalam kegiatan belajar megajar fisika di

29
Jujur Monasari Simatupang dan Pintor Simamora : Pengaruh Model Pembelajaran Discovery
Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Momentum, Impusls Dan Tumbukan
Kelas X Semester II Di SMA N 1 Pancurbatu TP. 2016/2017

SMA Negeri 1 Pancurbatu adalah tidak rendah. Model pembelajaran discovery


siapnya siswa dalam mengikuti proses learning
pembelajaran fisika sehingga memicu Melalui model pembelajaran
rendahnya aktivitas siswa dalam discovery learning, permasalahan tersebut
mempelajari pelajaran fisika akibatnya diharapkan dapat teratasi hal ini
siswa seringkali mengalami kebingungan didasarkan karena model pembelajaran
dalam menyelesaikan soal-soal fisika. discovery learning : Hosnan (2014: 282)
Siswa hanya dapat mengingat soal-soal di discovery learning adalah suatu model
saat hari itu saja tetapi jika tiba saat ujian untuk mengembangkan cara belajar siswa
mereka tidak bisa mengerjakan soal-soal aktif menemukan sendiri, menyelidiki
kembali. Hal ini membuat siswa hanya sendiri, maka hasil yang diperoleh akan
menghafal rumus dan bukan memahami setia dan tahan lama dalam ingatan, tidak
konsep fisika untuk menyelesaikan soal akan mudah dilupakan oleh siswa. Anak
saat menghadapi ujian. Hal tersebut juga juga bisa belajar berpikir analisis dan
mempengaruhi hasil belajar siswa dalam mencoba memecahkan sendiri masalah
proses belajar mengajar khususnya mata yang dihadapi dengan belajar penemuan.
pelajaran fisika yang masih belum Melalui model pembelajaran ini, siswa
mencapai KKM. KKM untuk mata diharapkan menemukan sendiri dan
pelajaran Fisika di SMA N 1 Pancurbatu mentransformasikan informasi kompleks,
adalah 70, sementara banyak siswa yang mengecek informasi baru dengan yang
memperoleh nilai di bawah 70. Kendala sudah ada dalam ingatannya, dan
lain yang dihadapi saat proses melakukan pengembangan menjadi
pembelajaran fisika yaitu siswa mudah informasi atau kemampuan yang sesuai
lupa terhadap materi fisika yang dengan lingkungan dan zaman, tempat dan
diterangkan oleh guru. Siswa hanya waktu ia hidup. Model pembelajaran
mengingat pelajaran fisika pada saat discovery learning berpengaruh terhadap
diterangkan saja, dan ketika diberikan soal, hasil belajar siswa, dimana dengan
siswa dominan lupa dan kesulitan saat diterapkannya model pembelajaran
mengerjakannya. discovery learning, siswa akan aktif
Berkaitan dengan uraian tersebut, menemukan dan menyelidiki sendiri
maka perlu dipikirkan cara dan strategi konsep pembelajaran yang diajarkan guru
untuk mengatasi permasalahan di atas. sehingga hasil yang diperoleh siswa akan
Salah satu model yang cocok diterapkan tahan lama dalam ingatannya dan tidak
dalam belajar fisika adalah model mudah dilupakan. Konsep pembelajaran
discovery learning. Alasan ini didasarkan yang telah mereka ingat akan berpengaruh
pada latar belakang masalah yang telah terhadap hasil belajarnya. Misalnya, ketika
dikemukakan sebelumnya yakni siswa menghadapi ujian siswa tidak lagi
hanya mampu mengingat konsep fisika kebingungan dalam menghapal rumus
pada saat diterangkan saja dan proses fisika karena konsep pembelajaran telah
pembelajaran hanya menekankan pada mereka ingat sebelumnya. Mengetahui
ingatan dan pemahaman materi pelajaran konsep lebih mudah dari menghapal
saja, sehingga kegiatan berpikir tidak rumus-rumus fisika. Penelitian mengenai
dioptimalkan. Akibatnya, pengetahuan model pembelajaran discovery learning
yang terbentuk tidak tahan lama yang sudah pernah diteliti oleh peneliti
berdampak pada hasil belajar siswa yang sebelumnya. Bahrani (2015) sebelum
diberikan perlakuan rata-rata pretes

30
Jurnal Inpafi 6 (4) (2018) : 28-39

sebesar 45,83 dan setelah diberikan observasi aktivitas yang dikembangkan


perlakuan rata-rata postes siswa sebesar peneliti sendiri dengan memadupadankan
75,33. Hal ini berarti bahwa model fase-fase discovery learning.
pembelajaran discovery learning dapat Menurut Hosnan( 2014:289)
dikatakan efektif didalam pembelajaran langkah-langkah operasional (sintaks)
tersebut. Begitu juga pada penelitian model pembelajaran discovery learning
Habibi (2015) menggunakan model terdiri dari: (1) stimulasi; (2) identifikasi
pembelajaran discovery learning sebesar masalah; (3) pengumpulan data; (4)
75,83 (sedang) dengan kriteria tuntas, pengolahan data; (5) pembuktian; (6)
dimana 80% siswa yang tuntas dan 20% menarik kesimpulan. Aktivitas belajar
siswa yang tidak tuntas. yang baik menurut Paul Diedrich
(Sardiman, 2007) meliputi : Visual
METODE PENELITIAN activities, Oral activities, Listening
activities, Writing activities, Drawing
Penelitian ini menggunakan activities, Motor activities, Mental
metode quasi eksperimen dengan desain activities, dan Emotional activities.
two group pre-test dan pos-test. Populasi Desain penelitian ini dengan two
dalam penelitian ini adalah seluruh siswa group pretest-postest design dapat dilihat
kelas X SMA Negeri 1 Pancurbatu pada pada Tabel 1.
semester genap T.P. 2016/2017 yang terdiri
dari 5 kelas. Tabel 1 : Two Group Pretest-Postest
Sampel dalam penelitian ini terdiri dari 2 Design
kelas dimana pengambilan sampel dalam Prete Poste
penelitian ini dipilih secara acak yaitu Kelas Perlakuan
s s
dengan menggunakan random sampling Eksperime T1 X T2
yakni setiap kelas populasi berhak
n
memiliki kesempatan untuk menjadi
Kontrol T1 Y T2
sampel penelitian.
Keterangan:
Satu kelas dijadikan sebagai kelas
T1 : Pemberian tes awal (pretes)
eksperimen yaitu kelas yang diberikan
T2 : Pemberian tes akhir (postes)
perlakuan dengan menerapkan model
X : Perlakuan dengan model
pembelajaran discovery dan satu kelas lagi
pembelajaran discovery
dijadikan sebagai kelas kontrol dengan
Y : Perlakuan dengan
menerapkan model pembelajaran
modelpembelajaran konvensional
konvensional. Adapun kelas yang
dijadikan sebagai kelas eksperimen adalah
Hasil pretes yang diperoleh
kelas X MIA-5 dengan jumlah siswa 37
dilakukan uji normalitas, uji homogenitas
orang dan kelas kontrolnya adalah kelas X
dan uji kesamaan rata-rata (ujit) untuk
MIA-4, dengan jumlah siswa adalah 36
mengetahui apakah data berdistribusi
orang.
normal, homogen dan tidak ada perbedaan
Instrumen yang digunakan dalam
yang signifikan antara kemampuan awal
penelitian ini adalah tes esai berjumlah 5
kedua kelas. Selanjutnya kedua kelas diberi
soal untuk pretes dan postes yang
perlakuan yang berbeda dan postes diakhir
sebelumnya telah divalidasi oleh tiga orang
pembelajaran.Hasil postes yang diperoleh
validator. Selain tes hasil belajar,
dilakukani uji t satu pihak untuk melihat
instrumen yang digunakan adalah lembar

31
Jujur Monasari Simatupang dan Pintor Simamora : Pengaruh Model Pembelajaran Discovery
Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Momentum, Impusls Dan Tumbukan
Kelas X Semester II Di SMA N 1 Pancurbatu TP. 2016/2017

ada tidaknya pengaruh penerapan model


pembelajaran discovery. Hasil pretes siswa di kelas
eksperimen dan kelas kontrol kemudian
HASIL DAN PEMBAHASAN dianalisis berupa uji normalitas dengan uji
liliefors, uji homogenitas data pretes
A. Hasil Penelitian dengan uji F, dan uji t. Hasil uji normalitas
Tahap awal penelitian, kedua kelas data pretes kedua kelas diperoleh Lhitung<
yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol Ltabel pada taraf signifikan 0,05, kelas
diberikan pretes yang bertujuan untuk eksperimen (0,1001 < 0,1476) dan kelas
melihat kemampuan awal belajar siswa kontrol (0,1115 < 0,1476) yang
pada kedua kelas tersebut. Berdasarkan menunjukkan bahwa data pretes dari
data penelitian diperoleh nilai rata-rata kedua kelas berdistribusi normal, dan dari
pretes siswa kelas eksperimen sebelum hasil uji homogenitas diperoleh Fhitung< Ftabel
diberi perlakuan sebesar 41,35 dengan (1,012 < 1,776) yang menunjukkan bahwa
standar deviasi 8,94, sedangkan kelas sampel yang digunakan dalam penelitian
kontrol diperoleh nilai rata-rata pretes ini dinyatakan homogen atau dapat
siswa 41,25 dengan standar deviasi 8,89. mewakili seluruh populasi yang ada.
Kedua kelas diberikan perlakuan yang Perhitungan data dengan
berbeda, yaitu menerapkan model menggunakan uji t, pretes kelas
pembelajaran discovery pada kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh
eksperimen dan model pembelajaran thitung = 0,05 dan ttabel untuk α = 0,05 adalah
konvensional pada kelas kontrol, kedua 1,66 dimana thitung<ttabel yang artinya Ho
kelas selanjutnya diberikan postes yang diterima dan Ha ditolak, sehingga dapat
bertujuan untuk melihat kemampuan diperoleh kesimpulan bahwa kelas
akhir belajar siswa pada kedua kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki
tersebut. Berdasarkan data kemampuan awal yang sama. Tabel
penelitian,diperoleh nilai rata-rata postes distribusi nilai pretes siswa disajikan pada
siswa kelas eksperimen sebesar 71,48 Tabel 3.
dengan standar deviasi 11,65, sedangkan Tabel 3 : Distribusi Nilai Pretes Siswa Kelas
kelas kontrol diperoleh nilai rata-rata Eksperimen Dan Kelas Kontrol
postes siswa 54,16 dengan standar deviasi Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
9,81. Hasil penelitian ditunjukkan pada
Fre ̅
𝑿 S Freku ̅
𝑿 S
Tabel 2.
Tabel 2 :Hasil Pretes dan Postes Kelas Nilai ku- -ensi
Eksperimen dan Kelas Kontrol ensi
Kelas Kelas Kontrol 20 1 1
Statistik Eksperimen 25 2 2
Pretes Postes Pretes Postes 30 2 2
Nilai 35 7 6
60 90 60 80 40 8 41,35 8,94 9 41,25 8,89
Tertinggi
Nilai 45 7 7
Terenda 20 50 20 35 50 7 6
h 55 2 2
Rata-rata 41,35 71,48 41,25 54,16 60 1 1
Standar Jumlah 37 36
8,94 11,65 8,89 9,81
Deviasi

32
Jurnal Inpafi 6 (4) (2018) : 28-39

Kedua kelas diberikan perlakuan 41,35 dan tidak ada seorang pun siswa yang
yang berbeda, dan diperoleh data lulus KKM sebesar 70 menjadi 71,48 pada
postes, maka data dianalisis dengan nilai rata- rata postes. Hasil penelitian
melakukan uji t. Hasil analisis data terhadap kelas kontrol dengan
diperoleh besar thitung> ttabel yaitu 6,97 > menggunakan model pembelajaran
1,668 dengan taraf signifikansi 5%. Hal konvensional juga menunjukkan adanya
ini berarti bahwa ada pengaruh yang peningkatan hasil belajar. Hal ini
signifikan dari penerapan model ditunjukkan dengan meningkatnya hasil
pembelajaran discovery terhadap hasil belajar siswa dari nilai rata-rata pretes
belajar siswa pada materi momentum, kelas kontrol sebesar 41,25 dan tidak ada
impuls dan tumbukan pada kelas seorang pun siswa yang mencapai KKM
eksperimen, dengan kata lain Ha sebesar 70 menjadi sebesar 54,16 pada nilai
diterima. Distribusi nilai hasil belajar rata-rata postes.
siswa (postes) disajikan pada Tabel 4 Berdasarkan uraian di atas, maka
hasil penelitian ini menunjukkan adanya
Tabel 4. Distribusi nilai hasil belajar perbedaan model discovery learning
siswa (postes) kelas dengan model pembelajaran konvensional
eksperimen dan kontrol terhadap hasil belajar siswa. Adanya
Kelas Kontrol perbedaan hasil belajar yang signifikan
Kelas Eksperimen
Frek Fre antara kelas ekperimen dan kelas kontrol
̅ ̅ S
Nilai uens 𝑿 S Nilai kue 𝑿 disebabkan oleh penggunaan model
i nsi
discovery learning pada kelas eksperimen.
50 3 35 2
55 1 40 2 Model discovery learning yang memiliki
60 6 45 2 sintaks-sintaks atau fase-fase dalam
1
65 2 50 10 9,
71, 1, pembelajaran yang tidak dimiliki oleh
70 9 55 9 54,16 81
48 6
75 2 5 60 6 pembelajaran konvensional. Model
80 8 65 3
85 2 80 2 discovery learning menekankan kepada
90 4 proses keterlibatan siswa secara penuh
Jumlah 37 Jum 36
lah untuk dapat menemukan materi yang
dipelajari dan menghubungkannya dengan
B. Pembahasan situasi kehidupan nyata sehingga
Hasil penelitian menunjukkan mendorong siswa untuk dapat
bahwa ada pengaruh yang signifikan menerapkannya dalam kehidupan sehari-
menggunakan model discovery learning hari, dalam proses pembelajaran discovery
terhadap hasil belajar siswa pada materi learning siswa tidak hanya berperan
pokok momentum, impuls dan tumbukan sebagai penerima pelajaran melalui
kelas X Semester II di SMA N 1 penjelasan guru secara verbal, tetapi siswa
Pancurbatu. Hasil penelitian terhadap berperan untuk menemukan sendiri inti
kelas eksperimen menggunakan model dari materi pelajaran. Keaktifan siswa
discovery learning terhadap hasil belajar dalam pembelajaran dengan menggunakan
siswa pada materi pokok momentum, model discovery learning merupakan
impuls dan tumbukan menunjukkan suatu proses yang bermula dari tahap
adanya peningkatan hasil belajar yang stimulasi, identifikasi masalah,
signifikan. Hal ini ditunjukkan dengan pengumpulan data, pengolahan data,
meningkatnya hasil belajar siswa dari nilai verifikasi dan generalisasi. Langkah-
rata-rata pretes kelas eksperimen sebesar

33
Jujur Monasari Simatupang dan Pintor Simamora : Pengaruh Model Pembelajaran Discovery
Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Momentum, Impusls Dan Tumbukan
Kelas X Semester II Di SMA N 1 Pancurbatu TP. 2016/2017

langkah pembelajaran tersebut mendorong kontrol yang menggunakan model


siswa untuk lebih aktif di dalam kelas. pembelajaran konvensional, siswa
dominan mendengarkan penjelasan dari
Ditinjau dari hasil belajar siswa
guru saja. Peneliti menjelasakan seluruh
yang diperoleh selama penelitian, ranah
materi pembelajaran dan siswa
kognitif C1, C2, C3, C4 dan C5, dalam
mendengarkan apa yang dijelaskan oleh
ranah kognitif C1 (mengingat) selama
peneliti. Hal ini membuat siswa hanya
penelitian, peneliti tidak secara langsung
menerima apa yang dijelaskan peneliti
menyebutkan pokok-pokok permasalahan
tanpa mencoba memikirkannya terlebih
yang relevan dengan materi pembelajaran,
dahulu sehingga apa yang didengarkan
melainkan peneliti menggali pengetahuan
mereka mudah lupa dan tidak tahan lama
siswa, memotivasi siswa untuk berpikir
dalam ingatan mereka. Hal ini didukung
aktif supaya dapat menemukan sendiri
oleh pendapat Febbivoyna dkk dalam
pokok permasalahan tersebut. Hal ini
jurnal penelitian yang berjudul pengaruh
memacu siswa agar terbiasa menemukan
model discovery learning terhadap prestasi
sendiri dan hasil yang ditemukannya tahan
belajar fisika siswa kelas X SMA N 2 Batu
lama alam ingatan dan tidak mudah lupa.
yang menyatakan bahwa pada kegiatan
Hal ini didukung oleh pendapat Kadri dan
inti pembelajaran, siswa yang dibelajarkan
Rahmawati, 2015 dalam jurnal penelitian
secara konvensional menerima semua
yang menyatakan bahwa model discovery
informasi dari guru. Kegiatan inti
learning adalah suatu model untuk
pembelajaran cenderung monoton karena
mengembangkan cara belajar siswa aktif
guru sering memberi penjelasan dan
dengan menemukan sendiri informasi
contoh soal. Hal tersebut menyebabkan
maka hasil yang diperoleh tidak mudah
siswa kurang dapat memaknai materi yang
dilupakan siswa. Model discovery learning
dipelajarinya.
membuat siswa lebih aktif dalam belajar,
Ranah kognitif C2 menuntut siswa
karena dengan model ini maka
agar dapat menunjukkan bahwa mereka
pengetahuan dan keterampilan yang
telah memahami dan mempunyai
diperoleh oleh siswa diharapkan bukan
pengertian yang memadai untuk
hasil mengingat seperangkat fakta-fakta,
mengorganisasikan dan menyusun materi-
tetapi hasil dari menemukan sendiri.
materi yang telah diketahui. Selama
Model ini juga membuat siswa dapat
penelitian peneliti mengidentifikasi
bekerja sama dalam kelompok. Tingkat
masalah materi pembelajaran yang relevan
pemahaman yang diperoleh siswa lebih
dengan kehidupan sehari-hari supaya
mendalam karena siswa terlibat langsung
siswa lebih mudah memahami materi
dalam proses menemukan jawaban
pelajaran yang disampaikan oleh peneliti.
terhadap persoalan yang ada dan langsung
Hal ini didukung oleh jurnal penelitian
mempraktekkannya sehingga proses
yang menyatakan bahwa model discovery
pembelajaran lebih efektif dan efesien.
learning merupakan model pembelajaran
Perbandingan antara kelas eksperimen
yang mendorong siswa untuk mengajukan
yang menggunakan model discovery
pertanyaan dan menarik kesimpulan dari
learning dengan kelas kontrol yang
prinsip-prinsip umum praktis contoh
menggunakan model pembelajaran
pengalaman. Hal yang menjadi dasar
konvensional dalam ranah kognitif C1
Jerome Bruner ialah pendapat Piaget yang
adalah, kelas eksperimen lebih meningkat
menyatakan anak harus berperan secara
daripada kelas kontrol karena pada kelas
aktif di dalam belajar di kelas. Bruner

34
Jurnal Inpafi 6 (4) (2018) : 28-39

memakai cara dengan apa yang disebutnya mengerjakan soal. Pernyataan ini
discovery learning, yaitu murid didukung oleh Sardiman dalam jurnal
mengorganisasikan bahan yang dipelajari Siahaan dan Bakri, 2016, dalam
dengan suatu bentuk akhir. Karakteristik mengaplikasikan model discovery
model ini adalah siswa dapat learning guru berperan sebagai
mengorganisasi sendiri pengetahuan, pembimbing dengan memberikan
memahami konsep, arti, dan hubungan kesempatan kepada siswa untuk belajar
melalui proses intuitif dan akhirnya secara aktif sebagaimana pendapat bahwa
sampai kepada suatu kesimpulan. guru harus dapat membimbing dan
Perbandingannya dengan kelas kontrol mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai
yang menerapkan model pembelajaran dengan tujuan. Inti dari penerapan
konvensional adalah, peneliti lebih discovery learning adalah penyajian
banyak mencatat materi pembelajaran pembelajaran yang tidak utuh dan
daripada menjelaskan kepada siswa modifikasi permasalahan oleh guru.
bagaimana supaya siswa lebih paham Discovery learning sendiri merupakan
dengan pelajaran. Akibatnya, siswa model pembelajaran yang mengutamakan
monoton mencatat apa yang dicatat guru pemberian kesempatan seluasnya kepada
di papan tulis tanpa paham dengan makna siswa untuk mengeksplorasi secara aktif
dari yang ditulisnya tersebut. Hal ini dalam setiap kegiatan pembelajarannya.
menyebabkan siswa tidak banyak Model ini menggeser paradigma teacher
memahami materi pelajaran yang centered menjadi student centered. Peran
disampaikan, sehingga menyebabkan guru justru menjadi lebih banyak,
tingkat pemahaman kelas eksperimen terutama dalam mendesain dan
lebih tinggi dibandingkan tingkat membimbing siswa agar pembelajaran
pemahaman kelas kontrol. dengan model discovery learning dapat
Ranah kognitif C3 mencakup terlaksana sesuai harapan, siswa
penggunaan suatu prosedur untuk membangun secara mandiri konsep dan
menyelesaikan masalah atau mengerjakan pengetahuan. Perbandingannya dengan
tugas, hal ini sangat erat dengan kelas kontrol yang menerapkan model
pengetahuan prosedural. Selama pembelajaran konvensional adalah,
penelitian di dalam kelas eksperimen, peneliti membimbing siswa untuk
peneliti mengajari praktikum yang mengerjakan latihan di depan kelas dan
berhubungan dengan materi pembelajaran mengerjakan soal. Hal ini membuat siswa
agar siswa memperoleh penerapan lebih cepat dalam mengerjakan soal dan
langsung dari materi yang kita ajarkan. Hal latihan yang diberikan guru. Pernyataan
ini memang membuat siswa kreatif dan ini sependapat dengan Febbivoyna dkk,
aktif dalam melakukan percoban serta dalam jurnal penelitian yang berjudul
pengolahan data, tetapi dalam sintaks pengaruh model discovery learning
model discovery learning, guru tidak terhadap prestasi belajar fisika siswa kelas
bekerja banyak artinya guru tidak banyak X SMA N 02 batu yang menyatakan bahwa
menjelaskan materi pembelajaran. Proses “pada akhir pembelajaran, siswa yang
pembelajaran berpusat pada guru tidak dibelajarkan secara konvensional diberi
pada siswa. siswa harus dituntut lebih tugas yang harus dikumpulkan pada
banyak bekerja secara mandiri. Inilah yang pertemuan berikutnya. Tugas berupa soal-
menyebabkan siswa tidak tergolong aktif soal latihan. Siswa dapat mengerjakan
dalam hal mengerjakan masalah atau

35
Jujur Monasari Simatupang dan Pintor Simamora : Pengaruh Model Pembelajaran Discovery
Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Momentum, Impusls Dan Tumbukan
Kelas X Semester II Di SMA N 1 Pancurbatu TP. 2016/2017

soal, karena siswa telah dilatih untuk Sintesis atau evaluasi merupakan suatu
mengerjakan soal-soal latihan. proses yang memadukan bagian-bagian
Ranah kognitif C4 merupakan atau unsur-unsur secara logis, sehingga
analisis menguraikan suatu permasalahan terbentuk menjadi suatu pola yang
atau obyek ke unsur-unsurnya dan berstruktur atau berbentuk pola baru.
menentukan bagaimana saling keterkaitan Selama penelitian dalam kelas eksperimen,
antar unsur-unsur tersebut. Selama pada fase verivication (pembuktian) di
penelitian dalam kelas eksperimen, kelas eksperimen, siswa diajak untuk
peneliti membuat perbandingan antara berfikir kritis supaya dapat membuktikan
keterkaitan dua objek yang relevan dengan apakah hasil yang diperoleh sesuai dengan
materi pembelajaran yang diajarkan oleh teori yang ada. Apabila siswa sudah bisa
guru. Perbandingan ini dibuat agar siswa membuktikan kesesuaian atau ketepatan
dapat melihat keterkaitan antara dua objek antara hasil yang diperoleh dengan teori
yang dibandingkan tersebut dan dapat yang ada, maka siswa mampu
memecahkan permasalahan yang terdapat mengevaluasi secara logis.
dalam dua objek tersebut. Hal ini membuat Perbandingannya dengan kelas kontrol
siswa dapat menganalisis permasalahan yang diterapkan dengan model
yang ada serta mengerti bagaimana pembelajaran konvensional adalah,
menentukan keterkaitan antara unsur- pelajaran dominan berpusat pada guru,
unsur yang dibandingkan. Pernyataan ini sehingga siswa tidak banyak berfikir yang
didukung oleh pendapat Wenning, 2011 menyebabkan mereka tidak dapat
yang menyatakan bahwa “siswa yang mengevaluasi materi pelajaran.
belajar dengan model discovery learning Hasil pengamatan yang dilakukan
akan melalui serangkaian tahap oleh observer diperoleh bahwa aktivitas
pembelajaran penemuan terstruktur belajar siswa mengalami peningkatan
sehingga siswa dapat lebih mengingat, yang positif. Pertemuan I memiliki nilai
memahami, menerapkan, dan aktivitas sebesar 43,46. Pelaksanaan
menganalisis materi yang dipelajari. penelitian pada pertemuan yang pertama,
Tahapan pembelajaran yang sistematis, peserta didik masih belum terbiasa dengan
akan membantu siswa mengembangkan model pembelajaran discovery learning
kemampuan berpikir secara mandiri sehingga intruksi dan motivasi diberikan
daripada pembelajaran yang hanya peneliti kurang dimengerti oleh beberapa
mendengarkan atau membaca saja. peserta didik. Peneliti terus memberikan
Perbandingannya dengan kelas kontrol intruksi dan arahan kepada siswa hingga
yang dibelajarkan dengan model siswa paham dan termotivasi
pembelajaran konvensional adalah, melaksanakan tugas kelompok dan
peneliti dalam sintaks memberikan tanggung jawab mereka dalam
penjelasan materi kepada siswa tidak pembelajaran. Pertemuan II memiliki
membuat perbandingan antar dua objek peningkatan hasil belajar siswa menjadi
yang relevan dengan materi pembelajaran, 62,04 dan pertemuan III sebesar 83,33.
sehingga siswa tidak paham dalam hal Peneliti menjalankan sintaks model
menganalisis unsur-unsur yang ada dalam discovery learning. Sintaks yang pertama
kedua objek tersebut. yaitu pemberian rangsangan, peneliti
Ranah kognitif C5 adalah memberikan motivasi sebelum
kemampuan berfikir yang merupakan pembelajaran dimulai. Tahap selanjutnya
kebalikan dari proses berfikir analisis. yaitu identifikasi masalah, peneliti

36
Jurnal Inpafi 6 (4) (2018) : 28-39

mengajak siswa untuk berfikir mengenai A. Kesimpulan


masalah-masalah yang relevan dengan Berdasarkan data hasil
kehidupan sehari-hari, pada tahap ini penelitian yang diperoleh dan
tingkat berpikir siswa mulai diuji. Tahap analisa data serta pengujian
selanjutnya yaitu pengumpulan data, hipotesis maka dapat disimpulkan
peneliti mengajak siswa untuk praktikum, bahwa penerapan model
dari data praktikum tersebut siswa diajak pembelajaran discovery dapat
untuk mengumpulkan data. Tahap meningkatkan hasil belajar siswa.
selanjutnya adalah pengolahan data, Model discovery yang diterapkan
dimana data yang telah dikumpulkan oleh juga mengajak siswa untuk terlibat
siswa diolah lagi berdasarkan prosedur aktif dalam kegiatan pembelajaran,
yang tersedia. Tahap pambuktian yaitu, sehingga aktivitas belajar siswa
siswa membuktikan data yang diolah meningkat dengan kategori aktif.
mereka dengan teori yang sebenarnya
apakah sesuai atau tidak. Tahap terakhir B. Saran
adalah penarikan kesimpulan, pada tahap Bagi para peneliti selanjutnya yang
ini siswa menarik kesimpulan dari apa ingin menggunakan model
yang telah mereka kerjakan. Peneliti pembelajaran discovery learning
menjalankan sintaks tersebut pada setiap sebaiknya mempersiapkan
pertemuan dengan sub topik materi yang masalah-masalah dalam
berbeda. kehidupan sehari-hari yang
Beberapa temuan penelitian yang menarik dan terkait pada materi
relevan dengan penelitian ini antara lain pelajaran sehingga siswa akan
adalah Bahrani (2015) terdapat pengaruh tertarik mengikuti pelajaran.
pada hasil belajar siswa dengan
menggunakan model discovery learning. DAFTAR PUSTAKA
Hal ini ditunjukkan dari nilai rata-rata
pretes belajar siswa yang diajar sebesar Arikunto, S., (2013), Dasar-dasar Evaluasi
4,29 dan hasil postes sebesar 6,29. Model Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta.
pembelajaran konvensional menunjukkan
bahwa nilai rata-tara pretes siswa sebesar Aziz, A., Rokhmat, J., dan Kosim., (2015),
4,03 dan postes sebesar 5,64. Peningkatan Pengaruh Model Pembelajaran
hasil belajar menggunakan model Berbasis Masalah Dengan Metode
discovery learning lebih baik disebabkan Eksperimen Terhadap Hasil
model discovery learning ini dapat Belajar Fisika Siswa Kelas X SMA
memotivasi siswa untuk lebih aktif saat N 1 Gunungsari Kabupaten
pelaksanaan proses pembelajaran. Siswa Lombok Barat Tahun 2014/2015,
saling berdiskusi dalam mengerjakan dan Jurnal Pendidikan Fisika dan
memecahkan permasalahan yang ada pada Teknologi 1(3) : 202
LKS saat siswa belajar dalam kelompok dan
menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Damayanti, S.Q., dan Mahardika, I.K.,
guru pada materi momentum, impuls dan (2016), Penerapan Model
tumbukan terlihat siswa aktif dalam Discovery Learning Berbantuan
mengambil peran dalam pelaksanaannya. Media Animasi Macromedia
Flash disertai LKS yang
KESIMPULAN DAN SARAN Terintegrasi dengan

37
Jujur Monasari Simatupang dan Pintor Simamora : Pengaruh Model Pembelajaran Discovery
Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Momentum, Impusls Dan Tumbukan
Kelas X Semester II Di SMA N 1 Pancurbatu TP. 2016/2017

Multirepresentasi dalam Sanjaya, W., (2012), Kurikulum


Pembelajaran Fisika di SMA, Pembelajaran Berorientasi
Jurnal Penelitian & Standar Proses Pendidikan,
Pengembangan Pendidikan Prenada Media Group, Jakarta.
Fisika 4(4) : 357-364
Dimyati, dan Mudjiono, (2013), Belajar Sarojo, G.A., (2002), Seri Fisika Dasar
dan Pembelajaran, Rineka Cipta, Mekanika, Salemba Teknika,
Jakarta. Jakarta.

Halliday, dan Resnick, (2010), Fisika Dasar Siahaan, B.Z., dan Bakri, F., (2016),
Jilid 1, Erlangga: Jakarta Pengembangan Model
Pembelajaran Discovery
Hosnan, M., (2014), Pendekatan Saintifik Learning Pada Kegiatan
dan Kotnekstual dalam Pembelajaran Fisika SMA, Jurnal
Pembelajaran Abad 21, Ghalia Penelitian & Pengembangan
Indonesia, Bogor. Pendidikan Fisika : 207-208
Indarti, Nugroho, A., dan Syifa, N.H,
(2016), Fisika untuk SMA Kelas Slameto, (2013), Belajar dan Faktor-faktor
X, Mediatama, Surakarta. yang Mempengaruhinya,
Rhineka Cipta, Jakarta
Joyce, B., dan Weil, M., (2009), Models of Suardin., (2015), Penereapan Model
Teaching, Pustaka Pelajar, Discovery Learning Pada Materi
Yogyakarta. Sistem Pencernaan untuk
Kadri, M. dan Rahmawati, M., (2015), Meningkatkan Hasil Belajar
Pengaruh Model Pembelajaran Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2
Discovery Learning terhadap Labuan, Jurnal Kreatif Tadulako
Hasil Belajar Siswa pada Materi Online 4(3) : 255
Pokok Suhu dan Kalor, Jurnal
Penelitian & Pengembangan Sudjana, (2009), Metode Statistika, Tarsito,
Pendidikan Fisika 1(1) : 29-33 Bandung.
Mantik, Y.I., Wiyanto., dan Rusilowati, A.,
(2013), Pengembangan Supiyanto, (2007), Fisika untuk SMA Kelas
Perangkat Pembelajaran Gerak XI, Phibeta, Jakarta.
Lurus SMA Dengan Metode
Eksperimen Bervisi Karakter, Trianto, (2014), Mendesain Model
Innovative Journal of Curriculum Pembelajaran Inovatif –
and Educational Technology 2(1) Progresif, Kencana Prenada
: 152 Media Group, Surabaya.
Rusman, (2013), Model-model
Pembelajaran, Raja Grafindo Yusuf, M. dan Wulan, A.R., (2015),
Persada, Jakarta. Penerapan Model Pembelajaran
Discovery learning
Sagala, S., (2012), Konsep dan Makna Menggunakan Pembelajaran
Pembelajaran, Alfabeta, Bandung. Tipe Shared dan Webbed untuk
Meningkatkan Keterampilan
Proses Sains, Jurnal Penelitian &

38
Jurnal Inpafi 6 (4) (2018) : 28-39

Pengembangan Pendidikan
Fisika 1(2) : 19-26

39

Anda mungkin juga menyukai