(INPAFI)
Available online http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/inpafi
e-issn 2549-8258, p-issn 2337-4624
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan model discovery learning
terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok momentum, impuls dan tumbukan. Jenis
penelitian ini adalah quasi experimen dengan populasi seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1
Pancurbatu yang berjumlah 5 kelas. Sampel penelitian ini terdiri dari 2 kelas yang ditentukan
dengan teknik random sampling, yaitu kelas X MIA 5 dengan menggunakan model
pembelajaran discovery dan kelas X MIA 4 dengan menggunakan model pembelajaran
konvensional. Instrumen yang digunakan adalah esai tes sebanyak 5 soal yang telah dilakukan
uji persyaratan tes. Data rata-rata pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah 41,35 dan
41,25. Kedua kelas mempunyai kemampuan awal yang sama. Selanjutanya nilai rata-rata
postes kelas eksperimen 71,48 dan kelas kontrol 54,16. Uji normalitas dan homogenitas
menunjukkan bahwa kedua kelas berdistribusi normal dan homogen. Kemudian uji hipotesis
membuktikan bahwa ada perbedaan yang signifikan akibat pengaruh model pembelajaran
discovery learning terhadap hasil belajar siswa. Akhirnya dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran discovery learning berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok
momentum, impuls dan tumbukan di kelas X semester II SMA Negeri 1 Pancur Batu T.P
2016/2017
ABSTRACT
This study aims to determine the influence of discovery learning model on student’s
achievement of momentum, impuls and collision. The type of this study is quasi experiment
with the population are all the students class X in SMA N I Pancurbatu consist of 5 classes.
Sample of this study cocsists of two classes which is determined by random sampling
technique, namely X MIA-5 by using discovery learning model and X MIA 4 using
conventional learning model. The instrument used is an essay test of 5 questions that have
28
Jurnal Inpafi 6 (4) (2018) : 28-39
been tested test requirements. The average data of experimental class pretest and control class
were 41,35 and 41,25. Both classes have the same initial ability. Furthermore the average
grade of experimental class postes 71.48 and control class 54.16. Normality and homogeneity
tests show that both classes are normal and homogeneous distributed. Then test the
hypothesis proves that there is a significant difference due to the influence of learning
discovery learning model on student learning outcomes. Finally it can be concluded that the
learning discovery learning model influences student learning outcomes on the subject matter
of momentum, impulse and collision in class X second semester SMA Negeri 1 Pancur Batu
T.P 2016/2017.
29
Jujur Monasari Simatupang dan Pintor Simamora : Pengaruh Model Pembelajaran Discovery
Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Momentum, Impusls Dan Tumbukan
Kelas X Semester II Di SMA N 1 Pancurbatu TP. 2016/2017
30
Jurnal Inpafi 6 (4) (2018) : 28-39
31
Jujur Monasari Simatupang dan Pintor Simamora : Pengaruh Model Pembelajaran Discovery
Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Momentum, Impusls Dan Tumbukan
Kelas X Semester II Di SMA N 1 Pancurbatu TP. 2016/2017
32
Jurnal Inpafi 6 (4) (2018) : 28-39
Kedua kelas diberikan perlakuan 41,35 dan tidak ada seorang pun siswa yang
yang berbeda, dan diperoleh data lulus KKM sebesar 70 menjadi 71,48 pada
postes, maka data dianalisis dengan nilai rata- rata postes. Hasil penelitian
melakukan uji t. Hasil analisis data terhadap kelas kontrol dengan
diperoleh besar thitung> ttabel yaitu 6,97 > menggunakan model pembelajaran
1,668 dengan taraf signifikansi 5%. Hal konvensional juga menunjukkan adanya
ini berarti bahwa ada pengaruh yang peningkatan hasil belajar. Hal ini
signifikan dari penerapan model ditunjukkan dengan meningkatnya hasil
pembelajaran discovery terhadap hasil belajar siswa dari nilai rata-rata pretes
belajar siswa pada materi momentum, kelas kontrol sebesar 41,25 dan tidak ada
impuls dan tumbukan pada kelas seorang pun siswa yang mencapai KKM
eksperimen, dengan kata lain Ha sebesar 70 menjadi sebesar 54,16 pada nilai
diterima. Distribusi nilai hasil belajar rata-rata postes.
siswa (postes) disajikan pada Tabel 4 Berdasarkan uraian di atas, maka
hasil penelitian ini menunjukkan adanya
Tabel 4. Distribusi nilai hasil belajar perbedaan model discovery learning
siswa (postes) kelas dengan model pembelajaran konvensional
eksperimen dan kontrol terhadap hasil belajar siswa. Adanya
Kelas Kontrol perbedaan hasil belajar yang signifikan
Kelas Eksperimen
Frek Fre antara kelas ekperimen dan kelas kontrol
̅ ̅ S
Nilai uens 𝑿 S Nilai kue 𝑿 disebabkan oleh penggunaan model
i nsi
discovery learning pada kelas eksperimen.
50 3 35 2
55 1 40 2 Model discovery learning yang memiliki
60 6 45 2 sintaks-sintaks atau fase-fase dalam
1
65 2 50 10 9,
71, 1, pembelajaran yang tidak dimiliki oleh
70 9 55 9 54,16 81
48 6
75 2 5 60 6 pembelajaran konvensional. Model
80 8 65 3
85 2 80 2 discovery learning menekankan kepada
90 4 proses keterlibatan siswa secara penuh
Jumlah 37 Jum 36
lah untuk dapat menemukan materi yang
dipelajari dan menghubungkannya dengan
B. Pembahasan situasi kehidupan nyata sehingga
Hasil penelitian menunjukkan mendorong siswa untuk dapat
bahwa ada pengaruh yang signifikan menerapkannya dalam kehidupan sehari-
menggunakan model discovery learning hari, dalam proses pembelajaran discovery
terhadap hasil belajar siswa pada materi learning siswa tidak hanya berperan
pokok momentum, impuls dan tumbukan sebagai penerima pelajaran melalui
kelas X Semester II di SMA N 1 penjelasan guru secara verbal, tetapi siswa
Pancurbatu. Hasil penelitian terhadap berperan untuk menemukan sendiri inti
kelas eksperimen menggunakan model dari materi pelajaran. Keaktifan siswa
discovery learning terhadap hasil belajar dalam pembelajaran dengan menggunakan
siswa pada materi pokok momentum, model discovery learning merupakan
impuls dan tumbukan menunjukkan suatu proses yang bermula dari tahap
adanya peningkatan hasil belajar yang stimulasi, identifikasi masalah,
signifikan. Hal ini ditunjukkan dengan pengumpulan data, pengolahan data,
meningkatnya hasil belajar siswa dari nilai verifikasi dan generalisasi. Langkah-
rata-rata pretes kelas eksperimen sebesar
33
Jujur Monasari Simatupang dan Pintor Simamora : Pengaruh Model Pembelajaran Discovery
Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Momentum, Impusls Dan Tumbukan
Kelas X Semester II Di SMA N 1 Pancurbatu TP. 2016/2017
34
Jurnal Inpafi 6 (4) (2018) : 28-39
memakai cara dengan apa yang disebutnya mengerjakan soal. Pernyataan ini
discovery learning, yaitu murid didukung oleh Sardiman dalam jurnal
mengorganisasikan bahan yang dipelajari Siahaan dan Bakri, 2016, dalam
dengan suatu bentuk akhir. Karakteristik mengaplikasikan model discovery
model ini adalah siswa dapat learning guru berperan sebagai
mengorganisasi sendiri pengetahuan, pembimbing dengan memberikan
memahami konsep, arti, dan hubungan kesempatan kepada siswa untuk belajar
melalui proses intuitif dan akhirnya secara aktif sebagaimana pendapat bahwa
sampai kepada suatu kesimpulan. guru harus dapat membimbing dan
Perbandingannya dengan kelas kontrol mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai
yang menerapkan model pembelajaran dengan tujuan. Inti dari penerapan
konvensional adalah, peneliti lebih discovery learning adalah penyajian
banyak mencatat materi pembelajaran pembelajaran yang tidak utuh dan
daripada menjelaskan kepada siswa modifikasi permasalahan oleh guru.
bagaimana supaya siswa lebih paham Discovery learning sendiri merupakan
dengan pelajaran. Akibatnya, siswa model pembelajaran yang mengutamakan
monoton mencatat apa yang dicatat guru pemberian kesempatan seluasnya kepada
di papan tulis tanpa paham dengan makna siswa untuk mengeksplorasi secara aktif
dari yang ditulisnya tersebut. Hal ini dalam setiap kegiatan pembelajarannya.
menyebabkan siswa tidak banyak Model ini menggeser paradigma teacher
memahami materi pelajaran yang centered menjadi student centered. Peran
disampaikan, sehingga menyebabkan guru justru menjadi lebih banyak,
tingkat pemahaman kelas eksperimen terutama dalam mendesain dan
lebih tinggi dibandingkan tingkat membimbing siswa agar pembelajaran
pemahaman kelas kontrol. dengan model discovery learning dapat
Ranah kognitif C3 mencakup terlaksana sesuai harapan, siswa
penggunaan suatu prosedur untuk membangun secara mandiri konsep dan
menyelesaikan masalah atau mengerjakan pengetahuan. Perbandingannya dengan
tugas, hal ini sangat erat dengan kelas kontrol yang menerapkan model
pengetahuan prosedural. Selama pembelajaran konvensional adalah,
penelitian di dalam kelas eksperimen, peneliti membimbing siswa untuk
peneliti mengajari praktikum yang mengerjakan latihan di depan kelas dan
berhubungan dengan materi pembelajaran mengerjakan soal. Hal ini membuat siswa
agar siswa memperoleh penerapan lebih cepat dalam mengerjakan soal dan
langsung dari materi yang kita ajarkan. Hal latihan yang diberikan guru. Pernyataan
ini memang membuat siswa kreatif dan ini sependapat dengan Febbivoyna dkk,
aktif dalam melakukan percoban serta dalam jurnal penelitian yang berjudul
pengolahan data, tetapi dalam sintaks pengaruh model discovery learning
model discovery learning, guru tidak terhadap prestasi belajar fisika siswa kelas
bekerja banyak artinya guru tidak banyak X SMA N 02 batu yang menyatakan bahwa
menjelaskan materi pembelajaran. Proses “pada akhir pembelajaran, siswa yang
pembelajaran berpusat pada guru tidak dibelajarkan secara konvensional diberi
pada siswa. siswa harus dituntut lebih tugas yang harus dikumpulkan pada
banyak bekerja secara mandiri. Inilah yang pertemuan berikutnya. Tugas berupa soal-
menyebabkan siswa tidak tergolong aktif soal latihan. Siswa dapat mengerjakan
dalam hal mengerjakan masalah atau
35
Jujur Monasari Simatupang dan Pintor Simamora : Pengaruh Model Pembelajaran Discovery
Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Momentum, Impusls Dan Tumbukan
Kelas X Semester II Di SMA N 1 Pancurbatu TP. 2016/2017
soal, karena siswa telah dilatih untuk Sintesis atau evaluasi merupakan suatu
mengerjakan soal-soal latihan. proses yang memadukan bagian-bagian
Ranah kognitif C4 merupakan atau unsur-unsur secara logis, sehingga
analisis menguraikan suatu permasalahan terbentuk menjadi suatu pola yang
atau obyek ke unsur-unsurnya dan berstruktur atau berbentuk pola baru.
menentukan bagaimana saling keterkaitan Selama penelitian dalam kelas eksperimen,
antar unsur-unsur tersebut. Selama pada fase verivication (pembuktian) di
penelitian dalam kelas eksperimen, kelas eksperimen, siswa diajak untuk
peneliti membuat perbandingan antara berfikir kritis supaya dapat membuktikan
keterkaitan dua objek yang relevan dengan apakah hasil yang diperoleh sesuai dengan
materi pembelajaran yang diajarkan oleh teori yang ada. Apabila siswa sudah bisa
guru. Perbandingan ini dibuat agar siswa membuktikan kesesuaian atau ketepatan
dapat melihat keterkaitan antara dua objek antara hasil yang diperoleh dengan teori
yang dibandingkan tersebut dan dapat yang ada, maka siswa mampu
memecahkan permasalahan yang terdapat mengevaluasi secara logis.
dalam dua objek tersebut. Hal ini membuat Perbandingannya dengan kelas kontrol
siswa dapat menganalisis permasalahan yang diterapkan dengan model
yang ada serta mengerti bagaimana pembelajaran konvensional adalah,
menentukan keterkaitan antara unsur- pelajaran dominan berpusat pada guru,
unsur yang dibandingkan. Pernyataan ini sehingga siswa tidak banyak berfikir yang
didukung oleh pendapat Wenning, 2011 menyebabkan mereka tidak dapat
yang menyatakan bahwa “siswa yang mengevaluasi materi pelajaran.
belajar dengan model discovery learning Hasil pengamatan yang dilakukan
akan melalui serangkaian tahap oleh observer diperoleh bahwa aktivitas
pembelajaran penemuan terstruktur belajar siswa mengalami peningkatan
sehingga siswa dapat lebih mengingat, yang positif. Pertemuan I memiliki nilai
memahami, menerapkan, dan aktivitas sebesar 43,46. Pelaksanaan
menganalisis materi yang dipelajari. penelitian pada pertemuan yang pertama,
Tahapan pembelajaran yang sistematis, peserta didik masih belum terbiasa dengan
akan membantu siswa mengembangkan model pembelajaran discovery learning
kemampuan berpikir secara mandiri sehingga intruksi dan motivasi diberikan
daripada pembelajaran yang hanya peneliti kurang dimengerti oleh beberapa
mendengarkan atau membaca saja. peserta didik. Peneliti terus memberikan
Perbandingannya dengan kelas kontrol intruksi dan arahan kepada siswa hingga
yang dibelajarkan dengan model siswa paham dan termotivasi
pembelajaran konvensional adalah, melaksanakan tugas kelompok dan
peneliti dalam sintaks memberikan tanggung jawab mereka dalam
penjelasan materi kepada siswa tidak pembelajaran. Pertemuan II memiliki
membuat perbandingan antar dua objek peningkatan hasil belajar siswa menjadi
yang relevan dengan materi pembelajaran, 62,04 dan pertemuan III sebesar 83,33.
sehingga siswa tidak paham dalam hal Peneliti menjalankan sintaks model
menganalisis unsur-unsur yang ada dalam discovery learning. Sintaks yang pertama
kedua objek tersebut. yaitu pemberian rangsangan, peneliti
Ranah kognitif C5 adalah memberikan motivasi sebelum
kemampuan berfikir yang merupakan pembelajaran dimulai. Tahap selanjutnya
kebalikan dari proses berfikir analisis. yaitu identifikasi masalah, peneliti
36
Jurnal Inpafi 6 (4) (2018) : 28-39
37
Jujur Monasari Simatupang dan Pintor Simamora : Pengaruh Model Pembelajaran Discovery
Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Momentum, Impusls Dan Tumbukan
Kelas X Semester II Di SMA N 1 Pancurbatu TP. 2016/2017
Halliday, dan Resnick, (2010), Fisika Dasar Siahaan, B.Z., dan Bakri, F., (2016),
Jilid 1, Erlangga: Jakarta Pengembangan Model
Pembelajaran Discovery
Hosnan, M., (2014), Pendekatan Saintifik Learning Pada Kegiatan
dan Kotnekstual dalam Pembelajaran Fisika SMA, Jurnal
Pembelajaran Abad 21, Ghalia Penelitian & Pengembangan
Indonesia, Bogor. Pendidikan Fisika : 207-208
Indarti, Nugroho, A., dan Syifa, N.H,
(2016), Fisika untuk SMA Kelas Slameto, (2013), Belajar dan Faktor-faktor
X, Mediatama, Surakarta. yang Mempengaruhinya,
Rhineka Cipta, Jakarta
Joyce, B., dan Weil, M., (2009), Models of Suardin., (2015), Penereapan Model
Teaching, Pustaka Pelajar, Discovery Learning Pada Materi
Yogyakarta. Sistem Pencernaan untuk
Kadri, M. dan Rahmawati, M., (2015), Meningkatkan Hasil Belajar
Pengaruh Model Pembelajaran Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2
Discovery Learning terhadap Labuan, Jurnal Kreatif Tadulako
Hasil Belajar Siswa pada Materi Online 4(3) : 255
Pokok Suhu dan Kalor, Jurnal
Penelitian & Pengembangan Sudjana, (2009), Metode Statistika, Tarsito,
Pendidikan Fisika 1(1) : 29-33 Bandung.
Mantik, Y.I., Wiyanto., dan Rusilowati, A.,
(2013), Pengembangan Supiyanto, (2007), Fisika untuk SMA Kelas
Perangkat Pembelajaran Gerak XI, Phibeta, Jakarta.
Lurus SMA Dengan Metode
Eksperimen Bervisi Karakter, Trianto, (2014), Mendesain Model
Innovative Journal of Curriculum Pembelajaran Inovatif –
and Educational Technology 2(1) Progresif, Kencana Prenada
: 152 Media Group, Surabaya.
Rusman, (2013), Model-model
Pembelajaran, Raja Grafindo Yusuf, M. dan Wulan, A.R., (2015),
Persada, Jakarta. Penerapan Model Pembelajaran
Discovery learning
Sagala, S., (2012), Konsep dan Makna Menggunakan Pembelajaran
Pembelajaran, Alfabeta, Bandung. Tipe Shared dan Webbed untuk
Meningkatkan Keterampilan
Proses Sains, Jurnal Penelitian &
38
Jurnal Inpafi 6 (4) (2018) : 28-39
Pengembangan Pendidikan
Fisika 1(2) : 19-26
39