“OPTIKA GEOMETRIS”
OLEH :
KELOMPOK IV
1. ELYANA (41533210 )
JURUSAN FISIKA
MEDAN
2016/2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Fisika merupakan bagian dari ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan
mencari tahu tentang fenomena alam secara sistematis, sehingga proses
pembelajarannya bukan hanya sekedar penguasaan kumpulan pengetahuan yang
berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan
suatu proses penemuan. Pembelajaran fisika dapat dikatakan berhasil apabila
suatu proses pembelajaran berpusat pada mahasiswa. Pembelajaran yang berpusat
pada siswa, yaitu pembelajaran yang memberikan kesempatan dan fasilitas untuk
membangun sendiri pengetahuannya sehingga mereka akan memperoleh
pemahaman yang mendalam dan mengarahkan siswa untuk aktif dalam
melakukan aktivitas ilmiah sehingga mampu menemukan serta memahami konsep
fisika.
Saat ini mata pelajaran Fisika dianggap sebagai momok yang mengerikan,
sehingga tidak jarang nilai mahasisiswa rendah pada mata pelajaran optika
geometris. Hal ini, sesuai data pengisian angket pada Fisika Dik A 2015, bahwa
kemampuan yang dimiliki mahasiswa khususnya dalam mata pelajaran Optika
Geometris sangat bervariasi. Ada yang mendapat nilai terendah 25 dan nilai
tertinggi 75 (hasil angket). Kemampuan ini menyangkut kemampuan untuk
mengingat kembali, menginterpretasikan informasi, memahami makna simbol,
menalar, memecahkan masalah, dan masih banyak lagi. Sikap dan perangai
mahasiswa pun beraneka ragam, baik dalam menanggapi pembelajaran pada
umumnya maupun Fisika pada khususnya. Demikian pula minat dan emosinya.
Berbagai hal yang menyangkut siswa tersebut juga berkembang bersama
lingkungan belajarnya, baik yang langsung maupun tidak langsung yang dirasakan
oleh mahasiswa. Metodologi pembelajaran, bahan ajar, sumber belajar, media, dan
situasi kelas juga membantu memberikan dorongan maupun hambatan dalam
siswa belajar.
Berdasarkan beberapa uraian di atas, maka penulis mengangkat sebuah
penelitian dengan judul “Tingkat Kemampuan Mahasiswa Fisika dalam Mata
Pelajaran Optika Geometris”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. Bagaimanakah pemahaman mahasiswa pada materi Otika Geometris Fisika
Dik A 2015 jika ditinjau dari hasil tes essay ?
b. Apa penyebab rendahnya pemahaman yang dialami oleh mahasiswa pada
pokok bahasan Optika Geometris pada Fisika Dik A 2015 ?
C. Tujuan Penelitian
Adapun penulis memiliki beberapa tujuan dalam penyusunan mini riset ini,
yaitu sebagai berikut.
a) Untuk mengetahui pemahaman mahasiswa materi Optika Geometris pada
Fisika Dik A 2015 jika ditinjau dari hasil tes essay.
b) Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab rendahnya pemahaman
mahasiswa materi Optika Geometris pada Fisika Dik A 2015.
c) Untuk mengetahui solusi yang dapat digunakan untuk mengatasi
rendahnya pemahaman mahasiswa materi Optika Geometris pada Fisika
Dik A 2015.
D. Manfaat Penelitian
Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat yang berarti
bagi semua pihak, antara lain:
1. Mahasiswa, dapat mengetahui sejauh mana mahasiswa tersebut memahami
konsep optika geometris.
2. Dosen, dapat memberikan informasi kepadadosen mengenai rendahnya
pemahaman pada optika geometris yang dialami oleh mahasiswa. Informasi ini
dapat dijadikan bahan masukan bagi dosen untuk mengetahui cara
mengidentifikasi dan menganalisis miskonsepsi sehingga dapat mengubah
miskonsepsi mahasiswa menuju konsep ilmiah dan dapat memilih model
pembelajaran atau strategi pembelajaran yang tepat agar dalam proses
pembelajaran tidak terjadi kurangnya pemahaman mahasiswapada materi Optika
Geometris.
3. Peneliti, dapat menambah wawasan peneliti terkait pelaksanaan pembelajaran
sebagai bekal menuju dunia kerja kelak sebagai seorang pendidik dan dapat
dijadikan pembelajaran yang bermakna bagi peneliti untuk lebih berhati-hati
dalam mengajarkan konsep fisika ketika nanti menjadi seorang guru.
4. Lembaga, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi dan
rujukan bagi penelitian-penelitian selanjutnya serta menumbuhkan persepsi
pentingnya memahami konsep dibalik rumus-rumus fisika.
BAB III
KERANGKA PEMIKIRAN / GAMBARAN UMUM
A. Uraian Permasalahan
Salah satu masalah pendidikan yang dihadapi di Unimed saat ini adalah
rendahnya kualitas pendidikan mulai dari mahasiswa stambuk 2015 . Hal ini
terlihat pada hasil yang dicapai mahasiswa pada angket soal mini riset khususnya
Fisika Dik A 2015. Hasil tes yang dilakukan tentang materi Optika Geometris
yang diperoleh mahasiswa yang tergolong rendah dari Fisika Dika A 2015 yang
ada di Unimed pada tahun 2017 adalah : Soal nomor 1 terdapat 9 orang
mahasiswa yang menjawab benar, Soal nomor 2 terdapat 5 orang mahasiswa yang
menjawab benar, Soal nomor 3 terdapat 7 orang mahasiswa yang menjawab benar,
Soal nomor 4 terdapat 5 orang mahasiswa yang menjawab benar, Soal nomor 5
terdapat 3 orang mahasiswa yang menjawab benar, Soal nomor 6 terdapat 8 orang
mahasiswa yang menjawab benar, Soal nomor 7 terdapat 6 orang mahasiswa yang
menjawab benar, Soal nomor 8 terdapat 5 orang mahasiswa yang menjawab
benar. Hal ini menandakan kualitas pendidikan mata pelajaran fisika di jurusan
Fisika masih rendah, karena belum mencapai ketuntasan belajar yang kami
syaratkan. Dalam tes ini , laki - laki mendapat nilai rata-rata yang paling rendah
dibandingkan dengan perempuan.
Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi optika Geometris
sudah banyak dilakukan secara intensif indikator-indikator peningkatan mutu
pendidikan diantaranya pengembangan kurikulum nasional dan lokal , pengadaan
buku dan alat pelajaran, pengadaan dan perbaikan sarana dan prasarana
pendidikan, dan peningkatan mutu manajemen kampus. Namun demikian,
berbagai indikator mutu pendidikan yang dilakukan belum menunjukkan
peningkatan kualitas yang berarti.
Gejala umum yang tampak adalah tidak adanya peningkatan yang berarti pada
mahasiswa. Gardner (1999a; 1999b) mengatakan bahwa penghalang utama bagi
pemahaman bagi siswa sehingga mereka merasa kesulitan menguasai isi materi
pelajaran, dapat disebabkan oleh tiga faktor, (1) pemilihan metode pembelajaran
yang kurang tepat dan kebanyakan berorientasi pada unitary ways of knowing, (2)
substansi kurikulum yang tidak mengacu kepada kebermanfaatannya bagi siswa di
masa yang akan datang, dan (3) perumusan tujuan pembelajaran yang tidak
berfokus pada pemahaman yang dapat mendemonstrasikan aktivitas yang dapat
dilihat, dikritik, dan diperbaiki.
Kesalahan yang bersifat teknis dan substansial ini, di samping menghambat
pemahaman, juga berpeluang menimbulkan salah pemahaman (misunderstanding)
atau miskonsepsi (misconception) di kalangan para mahasiswa.
Salah satu faktor penyebab rendahnya tingkat pemahaman mahasiswa
terhadap konsep optika geometris berasal dari faktor internal. Faktor internal
tersebut adalah pola belajar yang bersifat hafalan belaka, bertahan pada pola pikir
intuitif, menerapkan pengetahuan sehari-hari mereka dalam kasus-kasus yang
bersifat ilmiah, bertahan dengan miskonsepsi-miskonsepsi yang dibawanya sejak
duduk di bangku pendidikan yang lebih rendah bahkan yang telah bercokol di
otaknya sejak masa kanak-kanak. Pola-pola pikir tersebut sering memperkuat
miskonsepsi dan bahkan akan menimbulkan miskonsepsi baru. Berdasarkan
temuan-temuan di atas mencirikan bahwa proses pengajaran pada materi optika
Geometris di perkuliahan belum optimal.
Berkaitan dengan proses pembelajaran fisika di kuliah, ada beberapa
faktor yang diduga kuat mempengaruhi secara signifikan rendahnya pemahaman
konsep mahasiswa antara lain : 1) pembelajaran konsep masih didasarkan pada
asumsi bahwa pengetahuan dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran dosen ke
pikiran mahasiswa, 2) pembelajaran sering mengabaikan strategi konflik kognitif
3) pembelajaran sering mengabaikan penerapan strategi pembelajaran perubahan
konseptual, 4) pembelajaran konsep-konsep fisika sering bersifat dekontekstual.
5) pembelajaran yang bertumpu pada konsep role learning yang hanya
mentoleransi respon-respon yang bersifat konvergen, 6) pembelajaran belum
menerapkan secara optimal model belajar kooperatif Dalam rangka mengatasi
kesulitan-kesulitan yang dialami mahasiswa dalam pemahaman konsep Optika
Geometris diperlukan suatu pendekatan yang dapat merubah pola pikir mahasiswa
dari sifat pasif ke sifat aktif yaitu pembelajaran dengan pendekatan konstruktivis.
Dalam pembelajaran konstruktivis, siswa akan mengkonstruksi pengetahuannya,
lebih mudah menemukan dan memahami pemecahan konsep-konsep yang sulit
jika mereka saling mendiskusikan masalah yang dihadapinya dengan temannya
(Slavin, 1995).
B. Subjek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di program studi Fisika pada semester IV, Mei
tahun 2017. Populasi penelitian ini adalah mahasiswa program studi Fisika yang
menempuh mata kuliah Gelombang dan Optik. Dalam hal ini terdapat satu kelas,
yaitu kelas Fisika Dik A sebanyak 15 orang. Fisika Dik A merupakan mahasiswa
regular.
2 Daulat X X X X -
3 Desima Manurung X - X X X
4 Dini Juliani - - - X X
5 Eko Situmorang - X - - X -
6 Etika Ritonga X - - - X
7 Genesis Tarmizi - - X X -
8 Hery Sihotang X X - - X -
9 Heryadik Simatupang X - - X X -
10 Martin Siagian - - X X
11 Neni Astika - X - - -
12 Nova Sinulingga - X X -
13 Feryana Banuarea X - X - -
14 R.Haris S Purba X - - - X
15 Siti Aisah - - - X
BAB III
METODE PENELITIAN
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah adalah mahasiswa program studi Fisika yang
menempuh mata kuliah Gelombang dan Optik. Dalam hal ini yaitu kelas Fisika
Dik A sebanyak 15 orang. Fisika Dik A merupakan mahasiswa regular.
A. 1. ANALISIS PEMBAHASAN
Kemampuan memahami yang diukur dalam penelitian ini adalah kemampuan
memahami (understand) yang ada pada materi optika geometris. Dikarenakan
penelitian ini bertujuan untuk menentukan profil kemampuan memahami
mahasiswa maka hasil penelitian berupa persentase siswa yang menjawab benar
pada tiap proses kognitif yang ada di dalam kemampuan memahami yang dapat
dilihat pada Tabel 2.
TABEL.2. HASIL PEMAHAMAN MAHASISWA PADA MATERI OPTIKA
GEOMETRIS
NO NAMA MAHASISWA SOAL
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Armila Rahny X X -
2 Daulat X X X X -
3 Desima Manurung X - X X X
4 Dini Juliani - - - X X
5 Eko Situmorang - X - - X -
6 Etika Ritonga X - - - X
7 Genesis Tarmizi - - X X -
8 Hery Sihotang X X - - X -
9 Heryadik Simatupang X - - X X -
10 Martin Siagian - - X X
11 Neni Astika - X - - -
12 Nova Sinulingga - X X -
13 Feryana Banuarea X - X - -
14 R.Haris S Purba X - - - X
15 Siti Aisah - - - X
Catt :
= jika benar ( memahami konsep)
X = jika salah (miskonsepsi / tahu konsep tapi salah)
- = tidak dijawab (tidak tahu konsep)
Berdasarkan data pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa kelas Fisika Dik A
2015, jumlah siswa yang menjawab benar pada soal yang dilihat pada tabel 2
sebanyak 9 orang menjawab benar soal nomor 1 dari 15 mahasiswa yang
dilakukan tes kemampuan memahami. Sehingga persentasi mahasiswa yang
memahami konsep adalah 93,3 %. Terlihat bahwa kemampuan siswa dalam
memahami materi Cermin Datar sudah baik.
Seperti halnya pada nomor satu ini mereka menjawab secara logika, tidak
berdasarkan konsep. Sedangkan kami menggunakan konsep yaitu dengan
penyelesaian sebagai berikut :
1. Penyelesaian :
Dik : V = a m/s
Dit : Besar dan arah gerak bayangannya =……?
Jawab :
Pada cermin datar berlaku bahwa jarak benda ke cermin sama dengan
jarak bayangan ke cermin (s = s’)
Bila cermin digeser sejauh x menjauhi benda, maka jarak bayangan tentu
akan menjadi bertambah sejauh 2x (searah dengan pergeseran cermin).
Berdasarkan pada persamaan GLB, berlaku :
S = v.t
Disini jarak (s) sebanding (berbanding lurus) dengan kecepatan (v).
Jadi, bila cermin digeser dengan kecepatan sebesar a maka akan menyebabkan
kecepatan bayangan sebesar 2a (searah juga dengan arah kecepatan cermin).
Namun meskipun dengan logika, jawaban mereka tetap benar. Jadi kami
mengapresiasi jawaban mahasiswa tersebut. Sebagian lagi mahasiswa yang kami
teliti banyak yang menjawab langsung memberikan jawaban perhitunang tanpa
ada rumus dasar dalam pengerjaannya. Sama halnya pada soal- soal yang lainnya
mereka ada yang menjawab benar sesuai dengan landasan jawaban yang kami
miliki, adaa juga yang menjawab benar namun dengan cara yang berbeda.
Dari tabel 2 tersebut dapat kita lihat juga bahwa mahasiswa yang menjawab pada
soal nomor 2 sebanyak 5 orang. Sehingga persentasi mahasiswa yang memahami
konsep adalah 33,3 %. Terlihat bahwa mahasiswa dalam memahami konsep
Optika Geometris khususnya pada sub bab Cermin cekung masih minim. Pada
soal nomor 3 mahasiswa yang menjawab benar hanya 7 orang, sehingga
persentasenya adalah 46,6 %. Dan soal nomor 4 yang menjawab benar hanya 5
orang dengan persentase 33,33 %. Selanjutnya soal nomor 5 hanya dapat dijawab
oleh 3 orang. Dengan persentase 20 %. Dan soal nomor 6 dapat dijawab oleh 8
orang. Dengan persentase yang memahami konsep adalah 53,3 %. Dan soal
nomor 7 dapat dijawab oleh 6 orang. Dan soal terakhir yaitu nomor 8 dapat
dijawab oleh 5 0rang, dengan persentase 33,33 %. Dari persentase data diatas
dapat kita simpulkan bahwa mahasiswa masih kurang memahami konsep tentang
materi Optika Geometris. Banyak ditemukan mahasiswa yang masih miskonsepsi
dengan materi Optika Geometris. Dan lebih mirisnya lagi mahasiswa Fisika Dik A
banyak yang tidak tahu tentang konsep Optika Geometris. Padahal pada semester
ini mereka sudah mempelajari mata kuliah Gelombang dan Optik. Mestinya
pembelajaran di perkuliahan lebih diarahkan ke pembelajaran yang meningkatkan
pemahaman dan rasa ingin tahu mahasiswa. Walaupun tidak menutup
kemungkinan bahwa pembelajaran fisika juga memerlukan hitungan dalam
memperkirakan suatu kondisi. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Fatmawati
(2015) pembelajaran fisika diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga
dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih
mendalam tentang fenomena alam sekitar. Menindaklanjuti hal ini, adanya profil
tentang kemampuan memahami materi Optika Geometris, diharapkan dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran di perkuliahan.
1 1 1
= +
f s s'
1 1 1
= +
30 s −3 s
Sehingga s = 20 cm
Maka Herman harus berdiri 20 cm di depan cermin
(b) Jika diinginkan bayangan dapat ditangkap pada layar, maka bayangan
nyata, yang berarti s ' bernilai positif sehingga s ' =+3 s .
Berdasarkan persamaan
1 1 1
= +
f s s'
1 1 1
= +
30 s 3 s
Sehingga s = 40 cm
Jadi, Herman harus menjauhi cermin sehingga jaraknya ke cermin menjadi 40
cm.
Dari tabel ini dapat kita simpulkan bahwa siswa perempuan lebih paham
tentang konsep Optika Geometris dibandingkan mahasiswa laki – laki.
Perbedaan pemahaman konsep mahasiswa pada kedua sampel dapat
dipengaruhi oleh faktor kelupaan pada mahasiswa. Irwanto menyatakan bahwa
informasi yang disimpan dalam memori dalam jangka panjang dapat berpindah ke
memori jangka pendek sehingga kelupaan dapat terjadi. Hal tersebut merupakan
faktor yang dapat mempengaruhi retensi (daya ingat) mahasiswa. Berkaitan
dengan hal tersebut, menurut Crossgroven dan Novakjika retensi dapat
ditingkatkan, maka dapat menghindari terjadinya miskonsepsi. Retensi dapat
ditingkatkan dengan penggunaan strategi pembelajaran aktif dan pembelajaran
bermakna dapat melibatkan siswa yang secara aktif dalam mencari hubungan
antara pengetahuan yang ada sebelumnya dan pengetahuan baru.
Berdasarkan hasil penelitian, pemahaman konsep mahasiswa Fisika Dik A
2015 masuk pada kategori rendah sebagaimana menurut Arikunto pemahaman
siswa 0-40 % masuk dalam kategori rendah, 41-60% masuk dalam kategori
cukup, persentase pemahaman siswa 61-80% masuk dalam kategori tinggi.
Dari data diatas dapat diambil rata – rata skor yang dicapai mahasiswa
bergolongan darah A adalah 3.25, sedangkan yang bergolongan B adalah 4.96,
yang bergolongan darah AB mendapatkan skor 3,85, dan yang bergolongan darah
O memperoleh skor 4.74.
Berdasarkan data ini dapat kita simpulkan bahwa mahasiswa yang lebih
memahami konsep Optika Geometris adalah mahasiswa bergolongan darah B.
Data ini dihitung berdasarkan rata – rata nilai mahasiswa.
C. KELEMAHAN PENELITIAN
Dengan menggunakan penelitian berupa angket soal essay susah untuk
menilai kemampuan mahasiswa. Karena penilaian setiap orang berbeda –
beda. Akibatnya banyak kesalahan dalam menentukan persentase
kemampuan mahasiswa. Dan juga dengan sampel yang sedikit tidak dapat
menentukan rata – rata kemampuan mahasiswa secara keseluruhan. Dalam
hal ini juga kami susah untuk membuktikan kemampuan setiap orang.
Karena kami hanya mencari rata – rata kemampuan mahasiswa keseluruhan
( kami tidak meninjau kemampuan tiap mahasiswa).
BAB V
KESIMPULAN DAN PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa mahasiswa Fisika Dik A 2015 sebagian
besar belum memahami konsep tentang Optika Geometris. Dimana dilihat dari
jawaban angket soal berupa essay tes yang kami sebarkan. Rendahnya tingkat
pemahaman mahasiswa dipengaruhi oleh jenis kelamin, tempat tinggal (prkotaan
atau pedesaan), serta gologan darah.
Perbedaan pemahaman konsep mahasiswa pada kedua sampel dapat dipengaruhi
oleh faktor kelupaan pada mahasiswa. Irwanto menyatakan bahwa informasi yang
disimpan dalam memori dalam jangka panjang dapat berpindah ke memori jangka
pendek sehingga kelupaan dapat terjadi.
Stategi yang tepat dalam meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam
memahami konsep Optika Geometris : Menggunakan strategi pembelajaran
remedial dan penayangan media pembelajaran.
B. Saran
1. Sebaiknya dosen lebih memperhatikan konsep awal mahasiswa saat akan
memberikan konsep baru kepada mahasiswa, sehingga tidak terjadi
miskonsepsi dan menjadikan penghambat bagi mahasiswa dalam memahami
materi selanjutnya. Dari hasil penelitian diketahui bahwa siswa tidak dapat
terlepas dari miskonsepsi dan kurang memahami. Penelitian ini perlu
dikembangkan agar kita lebih menetahui sejauh mana pengetahuan
mahasiswa mengenai materi fisika.
2. Pembelajaran remidiasi sebaiknya dilaksanakan dengan jumlah mahasiswa
yang tidak terlalu besar, karena dengan jumlah siswa yang besar dosen akan
kesulitan dalam mengontrol setiap siswa dan memastikan setiap mahasiswa
sudah paham atau belum.
DAFTAR PUSTAKA
Kusyanti, R. N. T. 2013. Pemahaman Konsep Siswa setelah Menggunakan Media
Pembelajaran Animasi Fisika yang tidak Sesuai. Berkala Fisika Indonesia.
Yogyakarta. Vol 5 No. 1, 20-24