Anda di halaman 1dari 7

JPII 2 (1) (2013) 41-47

Jurnal Pendidikan IPA Indonesia


http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jpii

PEMBELAJARAN MATERI EKOSISTEM


DENGAN SOCIO-SCIENTIFIC ISSUES DAN PENGARUHNYA
TERHADAP REFLECTIVE JUDGMENT SISWA

A.W. Subiantoro1*, N.A. Ariyanti1, Sulistyo2


1
Jurusan Pendidikan Biologi, FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta
2
Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta

Diterima: 24 Januari 2013. Disetujui: 3 April 2013. Dipublikasikan: April 2013

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran materi ekosistem berbasis socio-scientific issues
(SSI) terhadap kemampuan reflective judgment siswa kelas X Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah (MMM) Yo-
gyakarta. Berdasarkan ekspresi kemampuan reflective judgment, tampak bahwa ketiga tingkat kemampuan reflective
judgment muncul merata pada diri siswa, meski ada sebagian siswa yang belum mampu mengekspresikannya.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran materi ekosistem berbasis SSI memberi pengaruh
yang lebih baik terhadap perubahan atau peningkatan kemampuan reflective judgment dibanding dengan pembela-
jaran yang biasa diterapkan guru.

ABSTRACT

This study is aimed to know the effect of socio-scientific issues-based instruction on the topic of ecosystem
toward reflective judgment ability of the 10th-grade students of Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogya-
karta. According to the expression of the reflective judgment statements, it showed that three levels of reflective
judgment occured prevalently, although there were some students did not express it. Based on the result of this
study, it can be conclude that socio-scientific issues-based instruction on the topic of ecosystem provides better
influence toward increasing of reflective judgment ability than common instruction that implemented by teacher.

© 2013 Prodi Pendidikan IPA FMIPA UNNES Semarang

Keywords: socio-scientific issues; ecosystem; reflective judgment

PENDAHULUAN lingkungan telah dilakukan, salah satunya mela-


lui program pendidikan lingkungan yang secara
Masalah lingkungan dewasa ini telah yuridis formal didasarkan pada keputusan ber-
menjadi persoalan pelik di tengah masyarakat. sama Menteri Lingkungan Hidup dan Menteri
Beberapa kerusakan lingkungan dengan faktor Pendidikan Nasional (2010). Salah satu tujuan
penyebab seperti meningkatnya jumlah sampah kebijakan ini adalah menumbuhkan dan me-
dan penanggulangan yang tidak komprehensif, ngembangkan pengetahuan, nilai, sikap, perila-
melimpahnya limbah cair rumah tangga dan ku, dan wawasan serta kepedulian lingkungan
industri yang mencemari lingkungan perairan, hidup siswa dan masyarakat, yang ditempuh me-
atau tingginya emisi gas-gas pencemar udara, lalui pengembangan dan pelaksanaan pendidikan
memberi pengaruh besar terhadap kualitas hidup lingkungan hidup yang dilaksanakan pada semua
manusia. Beberapa upaya penanganan persoalan jalur, jenjang dan jenis pendidikan.
Selama ini telah banyak program pendi-
*Alamat korespondensi: dikan lingkungan yang dilaksanakan di sekolah,
E-mail: subiantoro_biounnes@yahoo.com
42 A.W. Subiantoro dkk. / JPII 2 (1) (2013) 41-47

baik yang diprogramkan oleh sekolah sendiri, et.al., 2010). Menurut Sadler (2004a), SSI meru-
oleh yayasan atau lembaga induk sekolah, mau- juk pada persoalan sosial yang dilematis berkai-
pun program kerja sama seperti sekolah adhi wi- tan dengan sains secara konseptual, prosedural
yata. Di Yogyakarta, salah satu sekolah yang maupun teknologik. SSI dapat ditemukan dalam
telah melaksanakan program pendidikan ling- konteks global, seperti isu rekayasa genetik (tera-
kungan adalah Madrasah Mu’allimin Muham- pi gen, kloning atau stem sel) dan masalah ling-
madiyah, Yogyakarta. Program pendidikan ling- kungan seperti pemanasan global dan perubahan
kungan di sekolah ini merupakan program dari iklim (Sadler, 2004a). Di samping itu, SSI juga
Majelis Lingkungan Hidup PP Muhammadiyah dapat bersumber dari masyarakat lokal, seperti
sebagai lembaga induk perguruan Madrasah ter- isu rambut gimbal yang ada di masyarakat Dieng,
sebut, yang dilaksanakan di luar kegiatan intra- Jawa Tengah, atau isu dampak peristiwa erupsi
kurikuler. Gunung Merapi (Subiantoro, 2011).
Pendidikan lingkungan pada dasarnya Merujuk pada Callahan (2009) dan Zeid-
dapat diimplementasikan melalui pembelajaran ler, et.al. (2009), sebagai salah satu target kemam-
biologi. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pen- puan yang dapat dikembangkan lewat pembela-
didikan (KTSP), salah satu tujuan pembelajaran jaran berbasis SSI, reflective judgment merupakan
biologi untuk jenjang SMA/MA adalah mening- kemampuan berpikir kritis reflektif untuk mem-
katkan kesadaran dan peran serta siswa dalam buat keputusan dan pemecahan masalah atas
menjaga kelestarian lingkungan (Permendiknas, dasar pertimbangan tertentu, yang menunjukkan
2006), dan ini selaras dengan tujuan pendidikan tingkat perkembangan literasi seseorang dalam
lingkungan di atas. Berdasarkan KTSP, ruang hal mengumpulkan dan menganalisis informasi
lingkup materi biologi lingkungan tercakup da- atau data dari beragam sumber serta menjadikan-
lam Standar Kompetensi (SK) ke-4, yaitu me- nya dasar membuat keputusan yang bertanggung
nganalisis hubungan antara komponen ekosis- jawab. Terdapat tujuh tingkat kemampuan ref-
tem, perubahan materi dan energi serta peranan lective judgment yang dikelompokkan dalam tiga
manusia dalam keseimbangan ekosistem, yang kategori. Tiga tingkat pertama adalah kategori
dijabarkan dalam empat Kompetensi Dasar (KD) pre-reflective, yang dibatasi oleh satu kebenaran
bagi siswa kelas X. konkrit. Kategori kedua adalah quasi-reflective,
Aspek kontekstualitas sangat diperlukan yang terdiri atas dua tingkat, dibatasi dengan ke-
dalam pembelajaran lingkungan, mengingat tidakpastian pada sistem kepercayaan (belief sys-
lingkup persoalan lingkungan sangat berkaitan tem). Kategori terakhir yaitu kategori reflective,
dengan kehidupan sehari-hari yang tidak sekadar meliputi tingkat 6-7, dicirikan oleh individu yang
melibatkan pengetahuan, tetapi juga memerlu- telah beralih dari sebagai penerima informasi (pa-
kan sikap dan keterampilan untuk menyikapi sif) ke pembuat informasi (aktif). Individu reflec-
dan menyelesaikan masalah lingkungan yang tive menyadari bahwa ilmu pengetahuannya da-
ada. Dengan demikian, pembelajaran lingkungan pat berkembang seiring hadirnya fakta-fakta atau
hendaknya dirancang dan diimplementasikan bukti-bukti lain, serta mampu menginterpretasi
melalui strategi yang dapat memenuhi kebutuhan dan menganalisisnya menjadi dasar ilmu penge-
kontekstualitas tersebut sehingga siswa dapat ber- tahuan yang menyatu (kohesif).
hadapan dengan masalah nyata di lingkungan- Penelitian ikhwal pembelajaran sains ber-
nya untuk mendukung pembentukan pengeta- basis SSI dan pengaruhnya terhadap hasil belajar
huan, nilai, sikap, serta keterampilan mengambil siswa telah banyak dilakukan, terutama dalam
keputusan memecahkan masalah. Strategi pem- lingkup internasional (misal: Sadler & Donnel-
belajaran yang potensial untuk diterapkan adalah ly, 2006; Zeidler, et.al., 2009; Nuangchalerm &
pembelajaran berbasis socio-scientific issues (SSI). Kwanthong, 2010). Meski masih terbatas, studi
Tidak hanya berperan dalam memenuhi perihal potensi SSI dalam pembelajaran biologi
kontekstualitas pembelajaran sains, SSI adalah juga telah dilakukan di Indonesia. Berkaitan de-
strategi yang bertujuan untuk menstimulasi per- ngan bahan ajar, Subiantoro dan Fatkhurohman
kembangan intelektual, moral dan etika, serta (2009) mengidentifikasi munculnya keterampilan
kesadaran perihal hubungan antara sains den- berpikir kritis siswa melalui pembelajaran biologi
gan kehidupan sosial (Zeidler, et.al., 2005; Nu- menggunakan media koran dengan isu penipisan
angchalerm, 2010). SSI merupakan representasi lapisan ozon dan membangun tanpa gas rumah
isu-isu atau persoalan dalam kehidupan sosial kaca. Penelitian Herlanti, et.al (2012) mengung-
yang secara konseptual berkaitan erat dengan kapkan adanya pencapaian level argumentasi
sains (Anagun & Ozden, 2010) dengan solu- tertinggi pada diri mahasiswa dari diskusi isu po-
si jawaban yang relatif atau tidak pasti (Topcu, lemik bakteri E. sakazakii melalui weblog secara
A.W. Subiantoro dkk. / JPII 2 (1) (2013) 41-47 43

sosial, meski secara individual pencapaiannya saintifik (SSI) yang dipelajari meliputi isu erupsi
tergolong sedang. Merapi dan masalah sumberdaya air, yang dio-
Beberapa studi di atas menggambarkan rientasikan bagi KD pertama. Sedangkan untuk
potensi SSI untuk memenuhi kebutuhan konteks- KD kedua, isu yang dikaji adalah persitiwa efek
tualitas pembelajaran serta kecenderungan pen- rumah kaca dan pemanasan global. Namun de-
garuh positif pembelajaran berbasis SSI terhadap mikian, untuk mengungkap kemampuan reflecti-
hasil belajar siswa. Berdasarkan hal tersebut, pe- ve judgment subyek penelitian, rumusan isu yang
nelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagai- dipersoalkan (stand point) dalam perangkat tes
mana pengaruh pembelajaran materi ekosistem persuasive essay assignment tidak dipisah untuk
berbasis SSI terhadap kemampuan reflective jud- kedua isu tersebut, melainkan dalam satu rumu-
gment siswa kelas X Madrasah Mu’allimin Mu- san: “Apa yang sebaiknya atau dapat dilakukan
hammadiyah (MMM) Yogyakarta. untuk menghadapi masalah dampak erupsi Me-
rapi terhadap sumber sumberdaya air serta peris-
METODE tiwa pemanasan global?”
Data kemampuan reflective judgment yang
Penelitian ini merupakan penelitian kuasi diekspresikan siswa masing-masing kelompok
eksperimen dengan desain non-equivalent con- penelitian dianalisis secara deskriptif berdasar-
trol group. Subyek penelitian adalah dua kelas kan rubrik model reflective judgment (Callahan,
siswa kelas X Madrasah Mu’allimin Muhamma- 2009) untuk dapat menggambarkan tingkat pen-
diyah Yogyakarta, yang dipilih dari enam kelas capaiannya. Sedangkan perbedaan kemampuan
yang ada tanpa randomisasi, dimana satu kelas reflective judgment antar kelompok penelitian dia-
menjadi kelompok perlakuan dan satu kelas lain- nalisis dengan uji anakova. Selain kemampuan
nya menjadi kelompok pembanding (kontrol). reflective judgment, proses pembelajaran yang ber-
Desain penelitian ini digambarkan dalam Tabel langsung pada masing-masing kelompok peneliti-
1. an juga dianalisis secara deskriptif.

Tabel 1. Gambaran Desain Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN

Pretes Perlakuan Postes Pembelajaran pada kelas pembanding di-


laksanakan dengan strategi dan perangkat pem-
Kelompok
Ox X1 Oy belajaran yang biasanya diterapkan guru, yaitu
perlakuan
dengan diskusi informatif yang dilanjutkan de-
Kelompok ngan latihan soal. Untuk kelas perlakuan, stra-
Ox X2 Oy
pembanding tegi pembelajaran dengan socio-scientific issues
Keterangan: difasilitasi dengan lembar kegiatan siswa (LKS).
Ox : kemampuan awal sebelum pembelajaran (diukur Pada topik pertama, kegiatan pembelajaran be-
dengan pretes)
rupa diskusi kelompok perihal dampak peristiwa
Oy : kemampuan akhir setelah pembelajaran (diukur
dengan postes) erupsi Merapi khususnya terhadap sumberdaya
X1 : pembelajaran biologi berbasis SSI. air. Sedangkan untuk topik kedua, siswa melaku-
X2 : pembelajaran biologi dengan strategi yang biasa kan percobaan tentang peristiwa efek rumah kaca
digunakan guru. yang dilanjutkan dengan diskusi dan klarifikasi.
Aktivitas siswa pada kelas kontrol lebih
Instrumen penelitian terdiri atas 1) pe- aktif saat mengerjakan soal-soal latihan dengan
rangkat pembelajaran, 2) perangkat tes reflective berdiskusi satu sama lain. Sebaliknya, saat guru
judgment menggunakan tes persuasive essay as- menerangkan materi pelajaran, mereka cen-
signment (Callahan, 2009), dan 3) lembar pen- derung diam memperhatikan penjelasan yang
gamatan kegiatan pembelajaran. Ruang lingkup disampaikan guru. Cakupan materi pelajaran
materi pembelajaran merupakan materi untuk yang dijelaskan guru lebih banyak bersumber
kompetensi dasar (KD) 4.1 Mendeskripsikan pe- dari buku pelajaran, meski guru tidak bergantung
ran komponen ekosistem dalam aliran energi dan sekali dengan buku saat menjelaskan. Berbeda
daur biogeokimia serta pemanfaatan komponen dengan kelas kontrol, intensitas aktivitas siswa
ekosistem bagi kehidupan dan 4.2 Menjelaskan pada kelas perlakuan cenderung lebih tinggi.
keterkaitan antara kegiatan manusia dengan ma- Khusus pada pembelajaran topik kedua, tampak
salah perusakan/ pencemaran lingkungan dan motivasi siswa yang besar saat melakukan perco-
pelestarian lingkungan. baan. Mereka berpendapat bahwa karena jarang
Untuk kelompok perlakuan, isu-isu sosio- sekali melakukan percobaan, maka kesempatan
44 A.W. Subiantoro dkk. / JPII 2 (1) (2013) 41-47

Tabel 2. Kemampuan Reflective Judgment Berdasarkan Tingkat untuk Tiap Kelompok Penelitian

Kelompok Sebaran kemampuan reflective judgment tiap kategori (%)


Pre-reflektif Kuasi-reflektif Reflektif Tidak muncul
Kontrol 22 24 19 35
Perlakuan 20 24 24 32

Tabel 3. Contoh Ungkapan tiap Tingkat Kemampuan Reflective Judgment Sebelum dan Setelah
Pembelajaran

Tingkat Sebelum pembelajaran Setelah pembelajaran


Pre-reflektif Tidak muncul Sebaiknya kita hadapi saja, karena erupsi atau
pemenasan global itu merupakan peristiwa yang
tidak bisa dihindari bagi manusia.
Kuasi Tidak muncul Menanam kembali daerah yang terkena erupsi;
reflektif memperlambat bertambahnya gas rumah kaca ke
atmosfer.
Reflektif Tidak muncul Menanam banyak tanaman/pohon di sekitar
lereang Merapi agar bisa menyimpan banyak
cadangan air;

Mencegah pemanasan global Menggunakan alat-alat yang tidak mengandung


gas rumah kaca atau non-CFC sehingga tidak
menyebabkan penipisan lapisan ozon.

melakukan percobaan tentang efek rumah kaca belum cukup mendukung untuk dapat menye-
tersebut amat menarik bagi mereka. lesaikan persoalan yang ada di LKS. Jawaban-ja-
Ada hal-hal yang tampak menjadi kenda- waban siswa yang tertuang di dalam LKS belum
la dalam proses pembelajaran pada kelas perla- menunjukkan pemikiran yang mendalam atas
kuan. Pertama, siswa tampak canggung untuk persoalan yang dikaji. Begitu juga untuk topik
mengikuti proses pembelajaran dengan strategi kedua tentang peristiwa efek rumah kaca dan pe-
berbasis SSI. Kebiasaan siswa belajar dengan manasan global. Meski siswa tidak asing dengan
strategi yang diterapkan guru, membuat mere- istilah global warming, namun pemahaman me-
ka tidak mudah atau lambat merespon skenario reka ternyata masih terbatas tentang isu ini. Pada
pembelajaran SSI yang diimplementasikan, se- penelitian ini siswa belum mampu mengelabora-
hingga waktu pembelajaran menjadi kurang op- si data hasil percobaan tentang efek rumah kaca
timal. Misalnya, saat mereka melaksanakan ke- melalui analisis yang mendalam untuk mempe-
giatan percobaan dimana siswa kurang adaptif roleh pengertian (konsep) yang utuh dan tepat.
dalam memahami petunjuk kegiatan dalam LKS. Di sisi lain, keterbatasan waktu pembelajaran
Kedua, karena baru dikenal, guru belum mam- menjadi faktor penghambat pula, sehingga guru
pu secara optimal menerapkan strategi berbasis tidak berkesempatan memberi konfirmasi kaji-
SSI. Guru tampak kurang lancar memfasilitasi an materi secara tuntas. Kebiasaan siswa belajar
kegiatan belajar dan mengelaborasi tahap-tahap dengan lebih banyak mendengar atau menyimak
pembelajaran dan interaksi guru dengan siswa penjelasan guru dengan kesempatan yang sedikit
menjadi kurang optimal. Ketiga, siswa sedikit untuk melakukan kajian referensi, menyebabkan
mengalami kesulitan memahami dan mengerja- siswa enggan membaca bahan materi (hand-out)
kan LKS. Substansi materi kajian tampak men- pembelajaran yang diberikan. Hanya sebagian
jadi faktor penghambat tersebut. Pada topik per- kecil siswa yang membaca dengan cermat, se-
tama, siswa diinisiasi untuk melakukan analisis dangkan yang lainnya sebatas membaca bagian-
terhadap fakta-fakta peristiwa erupsi, kaitannya bagian tertentu untuk mencari jawaban persoalan
dengan dinamika ekosistem dan sumberdaya yang didiskusikan dalam LKS. Hal ini memberi
khususnya sumberdaya air. Meski hal ini menarik pengaruh pada tidak utuh atau tuntasnya perole-
bagi siswa, namun kemampuan analisis mereka han pengertian dan pengetahuan pada diri siswa.
A.W. Subiantoro dkk. / JPII 2 (1) (2013) 41-47 45

Tabel 4. Hasil Uji Anakova Kemampuan Reflective Judgment antar Kelompok Penelitian

Tests of Between-Subjects Effects


Dependent Variable:PostRJ
Type III Sum of Partial Eta
Source df Mean Square F Sig.
Squares Squared
Corrected Model 1639.925a 2 819.962 3.332 .045 .129
Intercept 8383.626 1 8383.626 34.072 .000 .431
PretRJ 1534.904 1 1534.904 6.238 .016 .122
Strategi 1139.627 1 1139.627 4.632 .037 .093
Error 11072.388 45 246.053
Total 60909.000 48
Corrected Total 12712.312 47

Perolehan skor rata-rata kemampuan ref- Sadler & Zeidler, 2005; Sadler & Donnelly, 2006).
lective judgment sebelum pembelajaran untuk Berdasarkan kedua tinjauan tersebut, keterampi-
masing-masing kelas kontrol dan kelas perlakuan lan argumentatif yang digunakan siswa dalam
adalah 28,27 dan 6,85. Sedangkan skor rata-rata mengungkapkan pendapat atau keputusannya
setelah pembelajaran untuk tiap kelas masing- terhadap isu sosiosains yang dihadapinya sa-
masing 30,65 dan 33,63. Berdasarkan analisis ngat berkaitan dengan proses perolehan penge-
jawaban, sebaran kategori kemampuan reflective tahuan atau pemahaman siswa yang melibatkan
judgment untuk masing-masing kelompok pene- keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher order
litian tersaji dalam Tabel 2. Ungkapan reflective thinking), khususnya keterampilan berpikir kritis.
judgment yang diekspresikan siswa kelompok per- Sebagaimana yang diungkap Simonneaux & Si-
lakuan beberapa contohnya tersaji dalam Tabel monneaux (2012), pengembangan atau pemben-
3. Sedangkan hasil uji anakova untuk mengukur tukan keterampilan berpikir kritis berkaitan de-
perbedaan kemampuan reflective judgment antara ngan kontekstualitas persoalan dalam SSI sebagai
kelas kontrol dan kelas perlakuan tersaji dalam jembatan antara fakta atau konsep ilmiah sains
Tabel 4. dengan tujuan pembelajaran sains.
Berdasarkan data perolehan skor rata-rata Berdasarkan pengamatan proses pembela-
kemampuan reflective judgment, tampak adanya jaran pada kelas perlakuan, peluang untuk me-
peningkatan kemampuan reflective judgment baik latih keterampilan berpikir kritis muncul lewat
untuk kelompok pembanding maupun kelompok LKS yang diberikan. Melalui LKS, siswa diini-
perlakuan. Kemampuan reflective judgment awal siasi untuk melakukan analisis kritis terhadap
siswa kelompok perlakuan jauh lebih kecil diban- persoalan dan fakta yang disajikan, yaitu perihal
ding kelompok pembanding, namun perubahan fenomena erupsi Gunung Merapi pada topik I,
atau peningkatan yang ditunjukkan siswa kelom- khususnya terhadap isu manajemen sumberdaya
pok perlakuan lebih menyolok. Berdasarkan ana- air dan isu pemanasan global pada topik II. Siswa
lisis kovarian, nilai signifikansi yang diperoleh juga diajak berlatih mengungkap pandangan kri-
menunjukkan bahwa kemampuan reflective judg- tisnya dalam mengungkap bagaimana persoalan-
ment siswa kelompok perlakuan berbeda signifi- persoalan sosial yang berkaitan dengan kedua isu
kan dengan siswa kelompok pembanding. tersebut dan bagaimana alternatif solusi yang da-
Strategi SSI yang diterapkan pada kelom- pat mereka rumuskan. Kontekstualitas persoalan
pok perlakuan menghadirkan aktivitas belajar yang tersaji dalam LKS melalui isu lokal seper-
memberi kesempatan siswa untuk belajar pro- ti erupsi Gunung Merapi atau isu global seperti
ses berpikir dalam rangka mengkritisi isu ber- pemanasan global, memberi peluang bagi siswa
basis fakta/data yang ada (Nuangchalerm & untuk melakukan negosiasi antara pengetahuan
Kwuanthong, 2010; Wongsri & Nuangchalerm, ilmiahnya dengan pendapat yang akan diambil-
2010). Kaitannya dengan keterampilan menang- nya, yang lantas berpengaruh pada perkemban-
gapi atau membuat keputusan atas persoalan gan epistemologi keilmuannya (Zeidler, et.al.,
sosio-sains, SSI memberi peluang situasi belajar 2009). Di samping itu, senada dengan (Martell,
kontekstual untuk dapat mengembangkan kete- et.al., 2012), aktivitas belajar berbasis konteks da-
rampilan argumentatif, penalaran moral (moral lam penelitian ini menjadi penyokong bagi kesa-
reasoning), dan informal reasoning (Sadler, 2004b; daran dan apresiasi siswa.
46 A.W. Subiantoro dkk. / JPII 2 (1) (2013) 41-47

Meski menunjukkan adanya perubahan dibutuhkan untuk mengelaborasi bukti-bukti se-


atau perkembangan, beberapa kendala selama bagai dasar pengetahuan dan keputusan. Meski
proses pembelajaran berpengaruh pada belum menunjukkan adanya perbedaan peningkatan ke-
optimalnya interaksi belajar yang terjadi dan mampuan, hal inilah yang menjadi faktor belum
menyebabkan terbatasnya kemunculan kemam- utuhnya kemampuan reflective judgment pada diri
puan berpikir kritis siswa. Faktor penyebab ke- siswa, sehingga perolehan rata-rata skor kemam-
terbatasan kemampuan berpikir kritis ini adalah puan reflective judgment mereka tidak maksimal.
kebiasaan pola belajar siswa yang selama ini me-
reka alami. Minimnya peluang bagi mereka un- PENUTUP
tuk belajar berdasarkan dan atau mengelaborasi
fakta, persoalan dan data (secara kontekstual) Berdasarkan hasil penelitian dapat disim-
menyebabkan keterampilan berpikir kritis mere- pulkan bahwa meski belum menunjukkan penca-
ka kurang terlatih. Padahal keterampilan berpikir paian kemampuan reflective judgment yang mak-
kritis merupakan kemampuan dasar untuk dapat simal, pembelajaran materi ekosistem berbasis
membuat keputusan reflektif (reflective judgment). SSI memberi pengaruh yang lebih baik terhadap
Di samping itu, kendala yang muncul pada pihak perubahan atau peningkatan kemampuan reflecti-
guru juga ikut memberi kontribusi pada belum ve judgment dibanding dengan pembelajaran yang
optimalnya hasil yang diperoleh. Untuk menga- tidak berbasis SSI.
jar berbasis SSI secara efektif, guru memerlukan Beberapa rekomendasi dapat dirumuskan
sumberdaya seperti pengetahuan materi subyek dari temuan penelitian ini. Pertama, perlunya
yang baik dan pengalaman implementasi strategi upaya sosialisasi strategi pembelajaran biologi
yang relevan (Nuangchalerm, 2009; Nuangcha- berbasis SSI kepada guru-guru biologi SMA/MA
lerm & Kwuanthong, 2010). khususnya, agar mereka lebih memahami dan
Pada Tabel 2, terlihat bahwa sebagian mampu menerapkannya dalam pembelajaran.
siswa baik pada kelas perlakuan maupun kelas Kedua, eksplorasi isu-isu sosiosaintifik (SSI) yang
pembanding, tidak mampu mengungkapkan ke- relevan dengan kebutuhan pembelajaran biolo-
putusan reflektifnya. Berdasarkan ekspresi ke- gi, baik dalam lingkup lokal, nasional, maupun
mampuan reflective judgment yang muncul dari global, perlu dilakukan untuk mendukung imple-
siswa kelas perlakuan, tampak bahwa ketiga ting- mentasi pembelajaran biologi berbasis SSI. Keti-
kat kemampuan reflective judgment muncul merata ga, optimalisasi hasil penelitian ini perlu diting-
pada diri siswa. Hal yang sedikit berbeda terjadi katkan melalui penelitian lanjut dalam skala yang
pada siswa kelas pembanding, dimana kategori lebih luas, terutama dalam upaya meminimalkan
pre-reflective dan quasi-reflective lebih banyak di- beberapa hambatan yang ditemukan serta dalam
banding siswa dengan kategori reflective. Namun konteks populasi subyek penelitian.
demikian, mencermati contoh kutipan ungkapan
reflective judgment (tabel 3) tergambar adanya pe- DAFTAR PUSTAKA
rubahan atau kemajuan pemikiran kritis siswa
kelompok perlakuan dalam mengungkapkan Anagun, Sengul S. & M. Ozden. 2010. Teacher Can-
keputusan reflektifnya. Hal ini mencerminkan didates’ Perceptions Regarding Socio-scientific
adanya pengaruh strategi pembelajaran berbasis issues and Their Competencies in Using Socio-
scientific issues in Science and Technology In-
SSI yang difasilitiasi dengan LKS, dimana pola
struction. Journal of Procedia Social and Behav-
pembelajaran ini menyediakan peluang bagi sis- ioral Science. Vol 9: 981-985.
wa untuk melatih kemampuan analisisnya ter- Callahan, Brendan E. 2009. Enhancing Nature of Science
hadap informasi atau fakta ilmiah dalam rangka Understanding, Reflective judgment, and Argumen-
memecahkan masalah atau isu terkait. Hal ini se- tation through Socio-scientific Issues. (Disserta-
suai dengan target strategi pembelajaran berbasis tion). Florida: University of South Florida.
SSI. Herlanti, Y., et.al. 2012. Kualitas Argumentasi pada
Menurut Zeidler et.al. (2009), keterbatasan Diskusi Isu Sosiosaintifik Mikrobiologi Me-
kemampuan berpikir kritis siswa yang tidak ber- lalui Weblog. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia.
Vol 1 (2): 168-177.
kembang optimal selama pembelajaran merupa-
Kementerian Negara Lingkungan Hidup. 2010. Ke-
kan ciri dari kategori pre-reflective dan quasi-reflec- sepakatan Bersama antara Menteri Negara Ling-
tive. Individu pre-reflective tidak mampu menguji kungan Hidup dengan Menteri Pendidikan Nasi-
bukti-bukti atau fakta-fakta kontradiktif yang di- onal No.03/MENLH/02/2010 tentang Pendidikan
mungkinkan mengubah otoritas kebenaran tung- Lingkungan Hidup. Jakarta: Kementerian Nega-
gal mereka. Sedangkan individu yang tergolong ra Lingkungan Hidup.
quasi reflective tidak memiliki pemikiran kritis yang Martell, E.A.H., et.al. 2012. Connecting Urban Youth
A.W. Subiantoro dkk. / JPII 2 (1) (2013) 41-47 47

with their Environment: The Impact of an Knowledge and Morality. International Journal
Urban Ecology Course on Student Content of Science Education. Vol 28 (12): 1463-1488.
Knowledge, Environmental Attitudes and Re- Simonneaux, Jean & L. Simonneaux. 2012. Educa-
sponsible Behaviors. Journal of Research in Sci- tional Configurations for Teaching Environ-
ence Education. Vol 42 (5): 1007-1026. mental Socioscientific Issues Within The Per-
Nuangchalerm, P. 2009. Development of Socioscien- spective of Sustainability. Journal of Research in
tific Issues-based Teaching for Preservice Sci- Science Education. Vol 42 (1): 75-94.
ence Teachers. Journal of Social Science. Vol 5 Subiantoro, Agung W. & B. Fatkhurohman. 2009. Ket-
(3): 239-243. erampilan Berpikir Kritis Siswa dalam Pembe-
Nuangchalerm, Prasart. 2010. Engaging Students to lajaran Biologi Menggunakan Media Koran.
Perceive Nature of Science Through Sociosci- Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains. Vol. 14
entific Issues-Based Instruction. European Jour- (2): 111-114.
nal of Social Sciences. Vol 13 (1): 34-37. Subiantoro, Agung W. 2011. Socioscientific Issues and
Nuangchalerm, Prasart & B. Kwuanthong. 2010. Its Potency on Biology Instruction for Charac-
Teaching “Global Warming” through Sociosci- ter Education in Indonesia. Proceeding of The
entific Issues-based Instruction. Journal of Asian 4th International Conference on Science and Math-
Social Science. Vol 6 (8): 42-47. ematics Education; “Transforming School Science
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional. 2006. Kuri- and Mathematics Education in the 21st Century”.
kulum Tingkat Satuan Pendidikan Mata Pelajaran SEAMEO RECSAM, Malaysia, 15-17 Novem-
Biologi untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Ma- ber 2011.
drasah Aliyah (MA). Jakarta: Kementerian Pen- Topcu, M.S, et.al. 2010. Preservice Science Teachers’
didikan Nasional. Informal Reasoning about Socioscientific Is-
Sadler, Troy D. 2004a. Moral Sensitivity and Its Con- sues: The Influence of Issue Context. Interna-
tribution to the Resolution of Socio-scientific tional Journal of Science Education. Vol 32 (18):
Issues. Journal of Moral Education. Vol 33 (3): 2475-2495.
339-358. Wongsri, P & P. Nuangchalerm. 2010. Learning Out-
Sadler, T.D. 2004b. Informal Reasoning Regarding comes between Socioscientific Issues-based
Socioscientific Issues: A Critical Review of Re- Learning and Conventional Learning Activi-
search. Journal of Research in Science Teaching. ties. Journal of Social Science. Vol 6 (2): 240-243.
Vol 41 (5): 513–536. Zeidler, D.L., et.al. 2005. Beyond STS: A Research-
Sadler, T.D. & D.L. Zeidler. 2005. Patterns of Informal Based Framework for Socioscientific Issues
Reasoning in the Context of Socioscientific Education. Journal of Science Education. Vol 89
Decision Making. Journal of Research in Science (3): 357-377.
Teaching. Vol 42 (1): 112–138. Zeidler, D.L., et. al. 2009. Advancing Reflective judgment
Sadler, Troy D. & Lisa A. Donnelly. 2006. Sociosci- through Socio-scientific Issues. Journal of Re-
entific Argumentation: The Effect of Content search in Science Education. Vol 46 (1): 74-101.

Anda mungkin juga menyukai