ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran materi ekosistem berbasis socio-scientific issues
(SSI) terhadap kemampuan reflective judgment siswa kelas X Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah (MMM) Yo-
gyakarta. Berdasarkan ekspresi kemampuan reflective judgment, tampak bahwa ketiga tingkat kemampuan reflective
judgment muncul merata pada diri siswa, meski ada sebagian siswa yang belum mampu mengekspresikannya.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran materi ekosistem berbasis SSI memberi pengaruh
yang lebih baik terhadap perubahan atau peningkatan kemampuan reflective judgment dibanding dengan pembela-
jaran yang biasa diterapkan guru.
ABSTRACT
This study is aimed to know the effect of socio-scientific issues-based instruction on the topic of ecosystem
toward reflective judgment ability of the 10th-grade students of Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogya-
karta. According to the expression of the reflective judgment statements, it showed that three levels of reflective
judgment occured prevalently, although there were some students did not express it. Based on the result of this
study, it can be conclude that socio-scientific issues-based instruction on the topic of ecosystem provides better
influence toward increasing of reflective judgment ability than common instruction that implemented by teacher.
baik yang diprogramkan oleh sekolah sendiri, et.al., 2010). Menurut Sadler (2004a), SSI meru-
oleh yayasan atau lembaga induk sekolah, mau- juk pada persoalan sosial yang dilematis berkai-
pun program kerja sama seperti sekolah adhi wi- tan dengan sains secara konseptual, prosedural
yata. Di Yogyakarta, salah satu sekolah yang maupun teknologik. SSI dapat ditemukan dalam
telah melaksanakan program pendidikan ling- konteks global, seperti isu rekayasa genetik (tera-
kungan adalah Madrasah Mu’allimin Muham- pi gen, kloning atau stem sel) dan masalah ling-
madiyah, Yogyakarta. Program pendidikan ling- kungan seperti pemanasan global dan perubahan
kungan di sekolah ini merupakan program dari iklim (Sadler, 2004a). Di samping itu, SSI juga
Majelis Lingkungan Hidup PP Muhammadiyah dapat bersumber dari masyarakat lokal, seperti
sebagai lembaga induk perguruan Madrasah ter- isu rambut gimbal yang ada di masyarakat Dieng,
sebut, yang dilaksanakan di luar kegiatan intra- Jawa Tengah, atau isu dampak peristiwa erupsi
kurikuler. Gunung Merapi (Subiantoro, 2011).
Pendidikan lingkungan pada dasarnya Merujuk pada Callahan (2009) dan Zeid-
dapat diimplementasikan melalui pembelajaran ler, et.al. (2009), sebagai salah satu target kemam-
biologi. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pen- puan yang dapat dikembangkan lewat pembela-
didikan (KTSP), salah satu tujuan pembelajaran jaran berbasis SSI, reflective judgment merupakan
biologi untuk jenjang SMA/MA adalah mening- kemampuan berpikir kritis reflektif untuk mem-
katkan kesadaran dan peran serta siswa dalam buat keputusan dan pemecahan masalah atas
menjaga kelestarian lingkungan (Permendiknas, dasar pertimbangan tertentu, yang menunjukkan
2006), dan ini selaras dengan tujuan pendidikan tingkat perkembangan literasi seseorang dalam
lingkungan di atas. Berdasarkan KTSP, ruang hal mengumpulkan dan menganalisis informasi
lingkup materi biologi lingkungan tercakup da- atau data dari beragam sumber serta menjadikan-
lam Standar Kompetensi (SK) ke-4, yaitu me- nya dasar membuat keputusan yang bertanggung
nganalisis hubungan antara komponen ekosis- jawab. Terdapat tujuh tingkat kemampuan ref-
tem, perubahan materi dan energi serta peranan lective judgment yang dikelompokkan dalam tiga
manusia dalam keseimbangan ekosistem, yang kategori. Tiga tingkat pertama adalah kategori
dijabarkan dalam empat Kompetensi Dasar (KD) pre-reflective, yang dibatasi oleh satu kebenaran
bagi siswa kelas X. konkrit. Kategori kedua adalah quasi-reflective,
Aspek kontekstualitas sangat diperlukan yang terdiri atas dua tingkat, dibatasi dengan ke-
dalam pembelajaran lingkungan, mengingat tidakpastian pada sistem kepercayaan (belief sys-
lingkup persoalan lingkungan sangat berkaitan tem). Kategori terakhir yaitu kategori reflective,
dengan kehidupan sehari-hari yang tidak sekadar meliputi tingkat 6-7, dicirikan oleh individu yang
melibatkan pengetahuan, tetapi juga memerlu- telah beralih dari sebagai penerima informasi (pa-
kan sikap dan keterampilan untuk menyikapi sif) ke pembuat informasi (aktif). Individu reflec-
dan menyelesaikan masalah lingkungan yang tive menyadari bahwa ilmu pengetahuannya da-
ada. Dengan demikian, pembelajaran lingkungan pat berkembang seiring hadirnya fakta-fakta atau
hendaknya dirancang dan diimplementasikan bukti-bukti lain, serta mampu menginterpretasi
melalui strategi yang dapat memenuhi kebutuhan dan menganalisisnya menjadi dasar ilmu penge-
kontekstualitas tersebut sehingga siswa dapat ber- tahuan yang menyatu (kohesif).
hadapan dengan masalah nyata di lingkungan- Penelitian ikhwal pembelajaran sains ber-
nya untuk mendukung pembentukan pengeta- basis SSI dan pengaruhnya terhadap hasil belajar
huan, nilai, sikap, serta keterampilan mengambil siswa telah banyak dilakukan, terutama dalam
keputusan memecahkan masalah. Strategi pem- lingkup internasional (misal: Sadler & Donnel-
belajaran yang potensial untuk diterapkan adalah ly, 2006; Zeidler, et.al., 2009; Nuangchalerm &
pembelajaran berbasis socio-scientific issues (SSI). Kwanthong, 2010). Meski masih terbatas, studi
Tidak hanya berperan dalam memenuhi perihal potensi SSI dalam pembelajaran biologi
kontekstualitas pembelajaran sains, SSI adalah juga telah dilakukan di Indonesia. Berkaitan de-
strategi yang bertujuan untuk menstimulasi per- ngan bahan ajar, Subiantoro dan Fatkhurohman
kembangan intelektual, moral dan etika, serta (2009) mengidentifikasi munculnya keterampilan
kesadaran perihal hubungan antara sains den- berpikir kritis siswa melalui pembelajaran biologi
gan kehidupan sosial (Zeidler, et.al., 2005; Nu- menggunakan media koran dengan isu penipisan
angchalerm, 2010). SSI merupakan representasi lapisan ozon dan membangun tanpa gas rumah
isu-isu atau persoalan dalam kehidupan sosial kaca. Penelitian Herlanti, et.al (2012) mengung-
yang secara konseptual berkaitan erat dengan kapkan adanya pencapaian level argumentasi
sains (Anagun & Ozden, 2010) dengan solu- tertinggi pada diri mahasiswa dari diskusi isu po-
si jawaban yang relatif atau tidak pasti (Topcu, lemik bakteri E. sakazakii melalui weblog secara
A.W. Subiantoro dkk. / JPII 2 (1) (2013) 41-47 43
sosial, meski secara individual pencapaiannya saintifik (SSI) yang dipelajari meliputi isu erupsi
tergolong sedang. Merapi dan masalah sumberdaya air, yang dio-
Beberapa studi di atas menggambarkan rientasikan bagi KD pertama. Sedangkan untuk
potensi SSI untuk memenuhi kebutuhan konteks- KD kedua, isu yang dikaji adalah persitiwa efek
tualitas pembelajaran serta kecenderungan pen- rumah kaca dan pemanasan global. Namun de-
garuh positif pembelajaran berbasis SSI terhadap mikian, untuk mengungkap kemampuan reflecti-
hasil belajar siswa. Berdasarkan hal tersebut, pe- ve judgment subyek penelitian, rumusan isu yang
nelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagai- dipersoalkan (stand point) dalam perangkat tes
mana pengaruh pembelajaran materi ekosistem persuasive essay assignment tidak dipisah untuk
berbasis SSI terhadap kemampuan reflective jud- kedua isu tersebut, melainkan dalam satu rumu-
gment siswa kelas X Madrasah Mu’allimin Mu- san: “Apa yang sebaiknya atau dapat dilakukan
hammadiyah (MMM) Yogyakarta. untuk menghadapi masalah dampak erupsi Me-
rapi terhadap sumber sumberdaya air serta peris-
METODE tiwa pemanasan global?”
Data kemampuan reflective judgment yang
Penelitian ini merupakan penelitian kuasi diekspresikan siswa masing-masing kelompok
eksperimen dengan desain non-equivalent con- penelitian dianalisis secara deskriptif berdasar-
trol group. Subyek penelitian adalah dua kelas kan rubrik model reflective judgment (Callahan,
siswa kelas X Madrasah Mu’allimin Muhamma- 2009) untuk dapat menggambarkan tingkat pen-
diyah Yogyakarta, yang dipilih dari enam kelas capaiannya. Sedangkan perbedaan kemampuan
yang ada tanpa randomisasi, dimana satu kelas reflective judgment antar kelompok penelitian dia-
menjadi kelompok perlakuan dan satu kelas lain- nalisis dengan uji anakova. Selain kemampuan
nya menjadi kelompok pembanding (kontrol). reflective judgment, proses pembelajaran yang ber-
Desain penelitian ini digambarkan dalam Tabel langsung pada masing-masing kelompok peneliti-
1. an juga dianalisis secara deskriptif.
Tabel 2. Kemampuan Reflective Judgment Berdasarkan Tingkat untuk Tiap Kelompok Penelitian
Tabel 3. Contoh Ungkapan tiap Tingkat Kemampuan Reflective Judgment Sebelum dan Setelah
Pembelajaran
melakukan percobaan tentang efek rumah kaca belum cukup mendukung untuk dapat menye-
tersebut amat menarik bagi mereka. lesaikan persoalan yang ada di LKS. Jawaban-ja-
Ada hal-hal yang tampak menjadi kenda- waban siswa yang tertuang di dalam LKS belum
la dalam proses pembelajaran pada kelas perla- menunjukkan pemikiran yang mendalam atas
kuan. Pertama, siswa tampak canggung untuk persoalan yang dikaji. Begitu juga untuk topik
mengikuti proses pembelajaran dengan strategi kedua tentang peristiwa efek rumah kaca dan pe-
berbasis SSI. Kebiasaan siswa belajar dengan manasan global. Meski siswa tidak asing dengan
strategi yang diterapkan guru, membuat mere- istilah global warming, namun pemahaman me-
ka tidak mudah atau lambat merespon skenario reka ternyata masih terbatas tentang isu ini. Pada
pembelajaran SSI yang diimplementasikan, se- penelitian ini siswa belum mampu mengelabora-
hingga waktu pembelajaran menjadi kurang op- si data hasil percobaan tentang efek rumah kaca
timal. Misalnya, saat mereka melaksanakan ke- melalui analisis yang mendalam untuk mempe-
giatan percobaan dimana siswa kurang adaptif roleh pengertian (konsep) yang utuh dan tepat.
dalam memahami petunjuk kegiatan dalam LKS. Di sisi lain, keterbatasan waktu pembelajaran
Kedua, karena baru dikenal, guru belum mam- menjadi faktor penghambat pula, sehingga guru
pu secara optimal menerapkan strategi berbasis tidak berkesempatan memberi konfirmasi kaji-
SSI. Guru tampak kurang lancar memfasilitasi an materi secara tuntas. Kebiasaan siswa belajar
kegiatan belajar dan mengelaborasi tahap-tahap dengan lebih banyak mendengar atau menyimak
pembelajaran dan interaksi guru dengan siswa penjelasan guru dengan kesempatan yang sedikit
menjadi kurang optimal. Ketiga, siswa sedikit untuk melakukan kajian referensi, menyebabkan
mengalami kesulitan memahami dan mengerja- siswa enggan membaca bahan materi (hand-out)
kan LKS. Substansi materi kajian tampak men- pembelajaran yang diberikan. Hanya sebagian
jadi faktor penghambat tersebut. Pada topik per- kecil siswa yang membaca dengan cermat, se-
tama, siswa diinisiasi untuk melakukan analisis dangkan yang lainnya sebatas membaca bagian-
terhadap fakta-fakta peristiwa erupsi, kaitannya bagian tertentu untuk mencari jawaban persoalan
dengan dinamika ekosistem dan sumberdaya yang didiskusikan dalam LKS. Hal ini memberi
khususnya sumberdaya air. Meski hal ini menarik pengaruh pada tidak utuh atau tuntasnya perole-
bagi siswa, namun kemampuan analisis mereka han pengertian dan pengetahuan pada diri siswa.
A.W. Subiantoro dkk. / JPII 2 (1) (2013) 41-47 45
Tabel 4. Hasil Uji Anakova Kemampuan Reflective Judgment antar Kelompok Penelitian
Perolehan skor rata-rata kemampuan ref- Sadler & Zeidler, 2005; Sadler & Donnelly, 2006).
lective judgment sebelum pembelajaran untuk Berdasarkan kedua tinjauan tersebut, keterampi-
masing-masing kelas kontrol dan kelas perlakuan lan argumentatif yang digunakan siswa dalam
adalah 28,27 dan 6,85. Sedangkan skor rata-rata mengungkapkan pendapat atau keputusannya
setelah pembelajaran untuk tiap kelas masing- terhadap isu sosiosains yang dihadapinya sa-
masing 30,65 dan 33,63. Berdasarkan analisis ngat berkaitan dengan proses perolehan penge-
jawaban, sebaran kategori kemampuan reflective tahuan atau pemahaman siswa yang melibatkan
judgment untuk masing-masing kelompok pene- keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher order
litian tersaji dalam Tabel 2. Ungkapan reflective thinking), khususnya keterampilan berpikir kritis.
judgment yang diekspresikan siswa kelompok per- Sebagaimana yang diungkap Simonneaux & Si-
lakuan beberapa contohnya tersaji dalam Tabel monneaux (2012), pengembangan atau pemben-
3. Sedangkan hasil uji anakova untuk mengukur tukan keterampilan berpikir kritis berkaitan de-
perbedaan kemampuan reflective judgment antara ngan kontekstualitas persoalan dalam SSI sebagai
kelas kontrol dan kelas perlakuan tersaji dalam jembatan antara fakta atau konsep ilmiah sains
Tabel 4. dengan tujuan pembelajaran sains.
Berdasarkan data perolehan skor rata-rata Berdasarkan pengamatan proses pembela-
kemampuan reflective judgment, tampak adanya jaran pada kelas perlakuan, peluang untuk me-
peningkatan kemampuan reflective judgment baik latih keterampilan berpikir kritis muncul lewat
untuk kelompok pembanding maupun kelompok LKS yang diberikan. Melalui LKS, siswa diini-
perlakuan. Kemampuan reflective judgment awal siasi untuk melakukan analisis kritis terhadap
siswa kelompok perlakuan jauh lebih kecil diban- persoalan dan fakta yang disajikan, yaitu perihal
ding kelompok pembanding, namun perubahan fenomena erupsi Gunung Merapi pada topik I,
atau peningkatan yang ditunjukkan siswa kelom- khususnya terhadap isu manajemen sumberdaya
pok perlakuan lebih menyolok. Berdasarkan ana- air dan isu pemanasan global pada topik II. Siswa
lisis kovarian, nilai signifikansi yang diperoleh juga diajak berlatih mengungkap pandangan kri-
menunjukkan bahwa kemampuan reflective judg- tisnya dalam mengungkap bagaimana persoalan-
ment siswa kelompok perlakuan berbeda signifi- persoalan sosial yang berkaitan dengan kedua isu
kan dengan siswa kelompok pembanding. tersebut dan bagaimana alternatif solusi yang da-
Strategi SSI yang diterapkan pada kelom- pat mereka rumuskan. Kontekstualitas persoalan
pok perlakuan menghadirkan aktivitas belajar yang tersaji dalam LKS melalui isu lokal seper-
memberi kesempatan siswa untuk belajar pro- ti erupsi Gunung Merapi atau isu global seperti
ses berpikir dalam rangka mengkritisi isu ber- pemanasan global, memberi peluang bagi siswa
basis fakta/data yang ada (Nuangchalerm & untuk melakukan negosiasi antara pengetahuan
Kwuanthong, 2010; Wongsri & Nuangchalerm, ilmiahnya dengan pendapat yang akan diambil-
2010). Kaitannya dengan keterampilan menang- nya, yang lantas berpengaruh pada perkemban-
gapi atau membuat keputusan atas persoalan gan epistemologi keilmuannya (Zeidler, et.al.,
sosio-sains, SSI memberi peluang situasi belajar 2009). Di samping itu, senada dengan (Martell,
kontekstual untuk dapat mengembangkan kete- et.al., 2012), aktivitas belajar berbasis konteks da-
rampilan argumentatif, penalaran moral (moral lam penelitian ini menjadi penyokong bagi kesa-
reasoning), dan informal reasoning (Sadler, 2004b; daran dan apresiasi siswa.
46 A.W. Subiantoro dkk. / JPII 2 (1) (2013) 41-47
with their Environment: The Impact of an Knowledge and Morality. International Journal
Urban Ecology Course on Student Content of Science Education. Vol 28 (12): 1463-1488.
Knowledge, Environmental Attitudes and Re- Simonneaux, Jean & L. Simonneaux. 2012. Educa-
sponsible Behaviors. Journal of Research in Sci- tional Configurations for Teaching Environ-
ence Education. Vol 42 (5): 1007-1026. mental Socioscientific Issues Within The Per-
Nuangchalerm, P. 2009. Development of Socioscien- spective of Sustainability. Journal of Research in
tific Issues-based Teaching for Preservice Sci- Science Education. Vol 42 (1): 75-94.
ence Teachers. Journal of Social Science. Vol 5 Subiantoro, Agung W. & B. Fatkhurohman. 2009. Ket-
(3): 239-243. erampilan Berpikir Kritis Siswa dalam Pembe-
Nuangchalerm, Prasart. 2010. Engaging Students to lajaran Biologi Menggunakan Media Koran.
Perceive Nature of Science Through Sociosci- Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains. Vol. 14
entific Issues-Based Instruction. European Jour- (2): 111-114.
nal of Social Sciences. Vol 13 (1): 34-37. Subiantoro, Agung W. 2011. Socioscientific Issues and
Nuangchalerm, Prasart & B. Kwuanthong. 2010. Its Potency on Biology Instruction for Charac-
Teaching “Global Warming” through Sociosci- ter Education in Indonesia. Proceeding of The
entific Issues-based Instruction. Journal of Asian 4th International Conference on Science and Math-
Social Science. Vol 6 (8): 42-47. ematics Education; “Transforming School Science
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional. 2006. Kuri- and Mathematics Education in the 21st Century”.
kulum Tingkat Satuan Pendidikan Mata Pelajaran SEAMEO RECSAM, Malaysia, 15-17 Novem-
Biologi untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Ma- ber 2011.
drasah Aliyah (MA). Jakarta: Kementerian Pen- Topcu, M.S, et.al. 2010. Preservice Science Teachers’
didikan Nasional. Informal Reasoning about Socioscientific Is-
Sadler, Troy D. 2004a. Moral Sensitivity and Its Con- sues: The Influence of Issue Context. Interna-
tribution to the Resolution of Socio-scientific tional Journal of Science Education. Vol 32 (18):
Issues. Journal of Moral Education. Vol 33 (3): 2475-2495.
339-358. Wongsri, P & P. Nuangchalerm. 2010. Learning Out-
Sadler, T.D. 2004b. Informal Reasoning Regarding comes between Socioscientific Issues-based
Socioscientific Issues: A Critical Review of Re- Learning and Conventional Learning Activi-
search. Journal of Research in Science Teaching. ties. Journal of Social Science. Vol 6 (2): 240-243.
Vol 41 (5): 513–536. Zeidler, D.L., et.al. 2005. Beyond STS: A Research-
Sadler, T.D. & D.L. Zeidler. 2005. Patterns of Informal Based Framework for Socioscientific Issues
Reasoning in the Context of Socioscientific Education. Journal of Science Education. Vol 89
Decision Making. Journal of Research in Science (3): 357-377.
Teaching. Vol 42 (1): 112–138. Zeidler, D.L., et. al. 2009. Advancing Reflective judgment
Sadler, Troy D. & Lisa A. Donnelly. 2006. Sociosci- through Socio-scientific Issues. Journal of Re-
entific Argumentation: The Effect of Content search in Science Education. Vol 46 (1): 74-101.