Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) karakteristik modul pembelajaran biologi berbasis inkuiri
terbimbing disertai interrelationship diagram (ID) pada materi Pencemaran Lingkungan untuk memberdayakan
keterampilan proses sains (KPS) dan kemampuan berpikir interpretasi (KBI) siswa; 2) kelayakan modul
pembelajaran biologi berbasis inkuiri terbimbing disertai ID pada materi Pencemaran Lingkungan untuk
memberdayakan KPS dan KBI siswa; 3) keefektivan modul pembelajaran biologi berbasis inkuiri terbimbing
disertai ID pada materi Pencemaran Lingkungan untuk memberdayakan KPS; dan 4) keefektivan modul
pembelajaran biologi berbasis inkuiri terbimbing disertai ID pada materi Pencemaran Lingkungan untuk
memberdayakan KBI siswa. Penelitian ini menggunakan metode Research and Development (R & D) mengacu
pada model Borg &Gall yang telah dimodifikasi (Emzir, 2012) yaitu 10 tahap. Sampel pengembangan meliputi
sampel uji coba lapangan awal sejumlah 4 validator, sampel uji coba lapangan utama sejumlah 10 siswa dan
sampel uji coba lapangan operasional sejumlah 32 siswa. Instrumen yang digunakan adalah angket, lembar
observasi, wawancara, dan tes. Uji coba lapangan operasional menggunakan one group pretest-posttest design.
Data KPS dan KBI dianalisis dengan uji Wilcoxon dan dihitung dengan gain ternormalisasi. Berdasarkan hasil
penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) karaktristik modul pembelajaran biologi berbasis inkuiri
terbimbing disertai ID pada materi Pencemaran Lingkungan untuk memberdayakan KPS dan KI dengan sintaks:
menyajikan pertanyaan atau masalah, membuat hipotesis, merancang percobaan, melakukan percobaan untuk
memperoleh informasi, mengumpulkan dan menganalisis data dan membuat kesimpulan dengan
mengidentifikasi hubungan sebab akibat melalui ID; 2) Kelayakan modul pembelajaran biologi berbasis inkuiri
terbimbing disertai ID pada materi Pencemaran Lingkungan untuk memberdayakan KPS dan KBI siswa
berdasarkan penilaian dari ahli, praktisi, dan respon siswa yang secara keseluruhan memberikan kategori sangat
baik pada produk pengembangan dan layak digunakan di SMA Kota Madiun; 3) keefektivan modul
pembelajaran biologi berbasis inkuiri terbimbing disertai ID pada materi Pencemaran Lingkungan menunjukkan
peningkatan yang signifikan dalam memberdayakan KPS; dan 4) keefektivan modul pembelajaran biologi
berbasis inkuiri terbimbing disertai ID pada materi Pencemaran Lingkungan menunjukkan peningkatan yang
signifikan dalam memberdayakan KBI siswa.
Kata kunci : modul, inkuiri terbimbing, ID, KPS dan KBI.
122
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 3, 2016 (hal 122-132)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains
ditempuh melalui bidang pendidikan. belajar peserta didik dalam proses pencapaian
Pemerintah telah mengupayakan perbaikan sasaran belajar, yang mencermikan penguasaan
untuk meningkatkan mutu pendidikan pada dan pemahaman terhadap apa yang dipelajari
berbagai jenjang dan jenis untuk mencapai (Mulyasa, 2014).
tujuan pendidikan nasional. Pada tataran dunia, Proses yang terjadi dalam pendidikan
the international bereau of education akan bermuara pada proses belajar. Belajar
UNESCO (united nation educational scientific merupakan hal yang inheren dengan
and cultural organization), menetapkan pendidikan. Belajar menurut pandangan
ketentuan mengenai tujuan pendidikan untuk psikologis dapat diartikan sebagai suatu proses
abad 21. Menurut UNESCO pendidikan untuk memperoleh perubahan tingkah laku,
diharapkan dapat memberikan keempatan bagi baik dalam ranah kognitif, afektif, maupun
pebelajar untuk mengalami 4 pilar pendidikan psikomotorik yang digunakan untuk
(dalam Rohman dan Muslim, 2014). Pertama, memperoleh respon yang dibutuhkan untuk
learning to to learn yang memuat bagaimana melakukan proses interaksi dengan lingkungan
cara peserta didik untuk menggali informasi secara efisien (Chasiyah, 2009). Perubahan
yang ada disekitarnya dari banyaknya yang terjadi dalam proses belajar tersebut
informasi yang ada. Kedua, learning to be bersifat konstan dan berbekas (Winkel, 1996).
yaitu peserta didik mengenali dirinya dan Belajar akan lebih bermakna jika anak
dapat menyesuaikan diri dengan mengalami apa yang dipelajarinya, bukan
lingkungannya. Ketiga, learning to do yaitu mengetahuinya (Trianto, 2013). Belajar
berupa perbuatan atau aktivitas untuk membuat hakikatnya merupakan proses yang ditandai
gagasan yang bersangkutan dengan sainstek. oleh adanya suatu perubahan pada diri
Keempat, learning to be together memuat seseorang. Perubahan yang terjadi sebagai
bagaimana kita hidup dalam masyarakat yang hasil dari proses belajar dapat dilihat dari
saling bergantung satu dengan yang lain, berbagai bentuk seperti perubahan
sehingga mampu menghargai orang lain dan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah
saling bekerja sama serta tetap mampu laku, kecakapan, keterampilan dan
bersaing secara sehat. kemampuan, serta perubahan pada aspek
Tuntutan SDM abad 21 relevan dengan lainnya yang ada dalam diri seseorang yang
Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 yang sedang belajar.
merupakan hasil pembaruan dari kurikulum Sains (IPA) merupakan pengetahuan
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tersebut yang kebenarannya sudah diujicobakan dengan
menghendaki adanya peningkatan dan metode ilmiah secara empiris. Sains memiliki
keseimbangan soft skills dan hard skills (yang karakteristik yang unik yang membedakannya
meliputi aspek kompetensi sikap, dengan ilmu pengetahuan lainnya. Keunikan
keterampilan, dan pengetahuan), belajar tidak tersebut yang sering juga disebut sebagai
hanya terjadi di dalam kelas tetapi bisa di hakikat sains. Hakikat sains menurut Carin dan
lingkungan sekolah dan masyarakat (guru Sund (dalam Astuti, 2012) meliputi aspek
bukan satu-satunya sumber), pergeseran dari sikap, proses dan produk. Sains sebagai sikap
penilaian melalui tes (mengukur kompetensi meliputi rasa ingin tahu tentang benda,
pengetahuan berdasarkan hasil saja), menuju fenomena alam, amkhluk hidup, serta
penilaian otentik (mengukur semua hubungan sebab akibat (kausalitas) yang
kompetensi sikap, keterampilan, dan menimbulkan masalah baru, dan dapat
pengetahuan berdasarkan proses dan hasil) dan dipecahkan melalui prosedur yang benar. Sains
menggunakan pendekatan sains dalam proses sebagai proses mencakup prosedur pemecahan
pembelajaran (mengamati, menanya, mencoba, masalah melalui metode ilmiah. Metode ilmiah
mengolah, menyajikan, menyimpulkan, meliputi penyusunan hipotesis, perancangan
mencipta) untuk semua mata pelajaran percobaan, evaluasi, pengukuran dan
(Bioners, 2013). Kurikulum 2013 penarikan kesimpulan. Sains sebagai produk
memungkinkan para guru untuk menilai hasil berupa fakta, konsep, prinsip, teori dan hukum.
123
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 3, 2016 (hal 122-132)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains
Aplikasi pada aspek produk dapat berupa 2013, sehingga bahan ajar dihaparapkan
penerapan metode ilmiah dalam kehidupan mampu mengembangkan KPS dan
sehari-hari. Biologi merupakan salah satu kemampuan berpikir kritis siswa. Guru perlu
bagian dari sains yang memiliki kajian cukup untuk memahami karakteristik materi, peserta
luas karena terdiri dari berbagai konsep didik dan metodologi pembelajaran terutama
tentang kehidupan. Berdasarkan kenyataan ini berkaitan pemilihan model-model
guru harus dapat mengupayakan dan pembelajaran inovatif sebagaimana
menanamkan kepada siswa untuk mempelajari diamanahkan dalam Kurikulum 2013. Upaya
biologi dengan memahami konsep-konsep untuk mendorong siswa dalam memahami
yang ada. konsep-konsep yang disampaikan guru dapat
Menurut Daryanto dan Rahardjo melalui model pembelajaran yang dapat
(2012) mengajar merupakan kegiatan mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari.
membimbing kegiatan belajar siswa sehingga Menurut Trianto (2013) kenyataan
ia mau belajar. Dengan demikian, aktivitas yang ditemukan di lapangan peserta didik
siswa sangat diperlukan dalam kegiatan belajar hanya menghafal konsep untuk mencapai
mengajar, sehingga siswalah yang seharusnya tujuan pembelajaran dan cenderung kurang
banyak aktif sebab siswa sebagai subjek didik mampu menggunakan konsep-konsep biologi
adalah yang merecanakan dan ia sendiri yang untuk memcahkan masalah dalam kehidupan
melakukan kegiatan belajar. Soemosasmito nyata. Sebagian besar peserta didik masih
(dalam Trianto, 2011) mengemukakan bahwa kurang mampu menghubungkan antara
guru yang efektif adalah guru yang dapat pengetahuan yang telah mereka peroleh
menemukan cara dan selalu berusaha agar dengan mengaplikasikan pengetahuannya pada
peserta didiknya terlibat secara tepat dalam kondisi atau situasi yang baru. Akibatnya
proses pembelajaran dengan prestasi akademis peserta didik kurang memahami sains dengan
yang tinggi serta tidak ada unsur paksaan, baik.
negatif atau bahkan hukuman. Konteks penguasaan sains
Pembelajaran biologi hendaknya perlu menunjukkan bahwa kemampuan siswa
dikembalikan sesuai dengan hakikat aslinya Indonesia pada bidang sains masih kurang dari
yaitu pada hakikat sains dimana pembelajaran harapan, hal tersebut diperkuat dengan hasil
berorientasi pada aspek produk, proses, dan studi PISA (Programme for Internasional
sikap. Menurut pandangan konstruktivisme Student Assessment) dan TIMMS (Trends in
keberhasilan belajar sains tidak hanya Internasional Mathematics and Sciences
bergantung pada kondisi belajar tetapi juga Study). Hasil studi PISA (2009) menunjukkan
kemampuan awal siswa. Implikasi dari bahwa kemampuan literasi sains siswa
pandangan konstruktivisme tersebut adalah Indonesia masih sangat rendah, terbukti
bahwa pengetahuan tidak bisa ditransfer secara dengan skor literasi sains 383 dan menduduki
utuh dari guru ke siswa melainkan harus peringkat ke-60 dari 65 negara peserta. Hasil
melalui proses pengalaman nyata yang dilalui studi PISA (2012) menunjukkan skor literasi
oleh siswa (Rustaman, 2005). sains siswa Indonesia yang turun yaitu dengan
Menurut Sungkono, dkk. (2003), salah skor 382 dan menempati peringkat 64 dari 65
satu kompetensi yang perlu dimiliki seorang negara peserta (dalam Nurfuadah, 2013). Hasil
guru dalam melaksanakan tugasnya adalah studi TIMMS (2011) menunjukkan bahwa
mengembangkan bahan ajar. Pengembangan prestasi sains siswa Indonesia berada di urutan
bahan ajar penting dilakukan guru agar ke-40 dengan skor 406 dari 42 negara peserta.
pembelajaran lebih efektif, efisien, serta sesuai Skors tes sains siswa Indonesia turun 21 angka
dengan kompetensi yang ingin dicapai. Bahan dibandingkan TIMSS (2007) (dalam
ajar sains sebaiknya juga dapat mengacu pada Napitupulu, 2012). Hasil studi PISA dan
hakikat sains, yaitu bahan ajar yang dapat TIMMS menunjukkan bahwa tingkat
mencakup aspek sikap, proses dan produk. Hal pencapaian prestasi belajar siswa Indonesia di
tersebut juga relevan dengan tujuan Kurikulum bidang sains menurun. Siswa Indonesia masih
124
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 3, 2016 (hal 122-132)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains
dominan dalam level rendah atau lebih pada dalam menyusun soal tes ada pada level C1-
kemampuan menghafal dalam pembelajaran C2, sehingga kurang dapat memberdayakan
sains. kemampuan berpikir siswa. Penggunaan teknik
Rendahnya kemampuan sains juga pemetaan berupa bagan masih belum efektif,
terjadi di SMA Negeri 2 Madiun. Menurut data sehingga siswa mengalami kesulitan dalam
analisis Ujian Nasional (UN) daya serap siswa memahami konsep.
SMA Negeri 2 Madiun, kompetensi dasar yang Berdasarkan hasil analisis terhadap
mengalami penurunan pencapaian daya serap bahan ajar diketahui bahwa buku ajar yang
UN adalah menganalisis data perubahan digunakan oleh guru merupakan buku yang
lingkungan dan dampak dari perubahan beredar di pasaran, sedangkan RPP dibuat oleh
tersebut bagi kehidupan yaitu sebesar 88,33% guru biologi sendiri. Bahan ajar hanya
pada tahun 2011/ 2012 dan 76,13% pada tahun berisikan kumpulan materi dan latihan-latihan
2012/ 2013. Materi Pencemaran Lingkungan soal, sehingga kurang dapat mendorong siswa
merupakan materi yang diajarkan di kelas X untuk menemukan konsep sendiri dan
semester 2. Berdasarkan hasil analisis 8 SNP mengakibatan siswa belum mampu
(standar nasional pendidikan) yang dilakukan menghubungkan konsep. Bahan ajar yang
di SMA Negeri 2 Madiun diperoleh komponen digunakan hanya berfokus pada penjabaran
standar yang paling banyak memiliki gap konsep-konsep materi secara teoritis dan
adalah standar proses sebesar 3,24%, sehingga belum melibatkan siswa untuk mencoba
proses pembelajaran perlu ditingkatkan agar mengumpulkan bukti-bukti kebenaran dari
lebih baik. teori. Bahan ajar cenderung mendorong siswa
Berdasarkan hasil observasi terhadap belajar dengan cara hafalan dan belum
proses pembelajaran di SMA Negeri 2 Madiun mengarahkan siswa untuk menemukan konsep
menunjukkan bahwa metode yang paling melalui kegiatan praktikum. Bahan ajar dicetak
sering digunakan guru dalam pembelajaran pada kertas buram dan tidak berwarna,
adalah metode ceramah, diskusi dan tanya sehingga membuat siswa kurang tertarik dalam
jawab. Hal tersebut diperkuat oleh hasil belajar. Bahan ajar berisi beberapa gambar
wawancara dengan siswa yang menyatakan yang kurang relevan dengan materi, sehingga
bahwa cara guru mengajar di kelas adalah kurang mendukung pemahaman materi siswa.
dengan menerangkan di depan kelas dan Bahan ajar yang digunakan kurang dilengkapi
presentasi dengan power point, sehingga dalam dengan contoh yang dikaitkan dengan
proses pembelajaran guru yang aktif kehidupan sehari-hari, sehingga siswa
menjelaskan sedangkan siswa cederung pasif kesulitan memahami konsep untuk diterapkan
mendengarkan guru. Intensitas kegiatan dalam peristiwa yang terjadi disekitarnya. Hal
praktikum dalam proses pembelajaran masih tesebut diperkuat dengan hasil wawancara
rendah. Pembelajaran teori tanpa melakukan dengan siswa yang menyatakan bahwa siswa
praktikum membuat KPS siswa tidak lebih mudah memahami materi bila dikaitkan
terlatihkan, sehingga kurang terberdayakan dengan kahidupan sehari-hari. Bahan ajar
secara maksimal. Hasil tes terhadap KPS siswa didominasi oleh tulisan dan kurangnya gambar
kelas X MIA 4 SMA Negeri 2 Madiun yang mampu merepresentasikan isi materi.
menunjukkan bahwa keterampilan mengamati Latihan soal yang ada pada buku ajar
siswa sebesar 61,72%, menafsirkan sebesar didominasi oleh soal pada level C1-C2.
53,13%, mengelompokkan sebesar 62,50%, Persentase untuk latihan soal pada level C1-C2
memprediksi sebesar 56,25%, merumuskan adalah 65,43%, sedangkan latihan soal pada
masalah sebesar 53,13%, membuat hipotesis level C3-C6 sebesar 34,57%. Hasil analisis
56,25%, mengajukan pertanyaan sebesar tersebut menunjukkan bahwa buku ajar kurang
46,88%, merencanakan percobaan sebesar dapat melatihkan kemampuan berpikir kritis
59,90%, menggunakan alat dan bahan sebesar siswa. Berdasakan latihan soal pada level C3-
62,50%, mengkomunikasikan sebesar 56,25%, C6 dapat diketahui persentase pada masing-
dan menerapkan konsep sebesar 43,75%. Guru masing aspek kemampuan berpikir kritis,
125
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 3, 2016 (hal 122-132)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains
yaitu: KBI sebesar 4,44%, analisis sebesar Inkuiri terbimbing dipilih sebagai
11,11%, evaluasi sebesar 15,56%, menarik model pembelajaran dalam mengembangkan
kesimpulan sebesar 6,67%, kemampuan modul karena permasalahan yang dijumpai di
menerangkan sebesar 17,78%, dan SMA N 2 Madiun adalah pembelajaran yang
kemampuan pengaturan diri sebesar 6,67%. masih didominasi dengan metode ceramah,
KBI merupakan aspek berpikir kritis dengan sehingga siswa perlu dilatihkan untuk
persentase yang rendah. Pada KBI siswa melakukan proses sains dengan bimbingan
mengalami kesulitan untuk memahami guru terlebih dahulu. Proses pemecahan
informasi yang disajikan dalam bentuk tabel, masalah yang ada pada model inkuiri
diagram maupun bagan bahkan pada soal terbimbing di dalamnya terdapat proses
dalam bentuk cerita. berpikir kritis. Berpikir kritis dapat memberi
Berdasarkan hasil analisis kebutuhan kesempatan kepada siswa untuk dapat
awal dapat diketahui adanya kesenjangan (gap) memahami masalah secara lebih terarah dan
antara kondisi ideal dan fakta yang dijumpai di sistematis. kritis dan pemecahan masalah
lapangan. Kualitas proses pembelajaran dapat merupakan hal yang sangat penting dalam
ditingkatakan melalui banyak cara, salah satu aspek pembelajaran abad 21 (Sardone dan
alternatif yang dapat digunakan adalah dengan Scherer, 2010). Inkuiri terbimbing dengan
cara mengembangkan bahan ajar. Bedasarkan sintaksnya mampu melatihkan KPS dan KBI
permasalahan tersebut maka perlu siswa. Inkuiri mempunyai efektifitas tinggi
dikembangkan sebuah buku ajar yang bersifat sebagai metode pembelajaran yang membantu
mandiri serta dapat memberdayakan KPS, KBI siswa dalam menemukan konsep dan
siswa dan siswa mampu menghubungkan menggunakan KPS sehingga banyak
konsep dengan menggunakan suatu teknik direkomendasikan, meskipun pemahaman dan
pemetaan. Salah satu model pembelajaran penerapan mengenai metode tersebut guru
yang berpotensi dapat melatihkan siswa untuk masih sangat kurang (Yager, 2008).
memahami materi dengan melalui pengalaman Kegiatan menghubungkan konsep
nyata dan dapat memberdayakan KPS serta memerlukan suatu teknik pemetaan yang
berpikir kritis pada aspek KBI siswa adalah sesuai dengan materi, sehingga dapat
melalui model inkuiri terbimbing. Menurut memudahkan siswa dalam memahami materi
Brickman et al. (2009) melalui metode inkuiri tersebut. Salah satu teknik pemetaan yang
terbimbing terlihat bahwa siswa dalam inkuiri sesuai dengan materi Pencemaran Lingkungan
laboratorium menunjukkan peningkatan yang adalah dengan interrelationship diagram (ID).
signifikan pada KPS siswa. Kazempour (2013) ID merupakan suatu cara yang dapat
melakukan penelitian dengan hasil yang digunakan untuk mengidentifikasi hubungan
menujukkan bahwa secara umum sebab akibat yang terdapat dalam suatu
pembelajaran berbasis inkuiri berpengaruh permasalahan yang kritis (Dogget, 2005). ID
pada kemampuan berpikir kritis siswa. Lucia sangat sesuai dengan materi Pencemaran
(2014) mengemukakan bahwa inkuiri berbasis Lingkungan karena dengan ID dapat
pembelajaran lingkungan akan sangat diidentifikasi sebab terjadinya pencemaran dan
berakitan dengan kemampuan berpikir kritis, akibat yang ditimbulkannya. Kekurangan
sehingga dapat membantu siswa menjadi penggunaan teknik ID adalah siswa kurang
masyarakat global. Menurut Dewan Riset terbiasa dengan teknik ini karena guru sering
Nasional tahun 2000 (dalam Rooney, 2012) menggunakan teknik pemetaan dalam bentuk
inkuiri mempunyai empat tipe utama yaitu bagan.
inkuiri terstruktur (structured inquiry), inkuiri Bahan ajar yang bersifat mandiri dapat
terbimbing (guided inquiry), inkuiri bebas atau berupa modul pembelajaran. Modul adalah
terbuka (open-ended inquiry), dan salah satu bentuk bahan ajar yang dikemas
penggabungan inkuiri secara berurutan secara utuh dan sistematis, di dalamnya
(coupled inquiry respectively). memuat seperangkat pengalaman belajar yang
terencana dan didesain untuk membantu
126
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 3, 2016 (hal 122-132)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains
peserta didik menguasai tujuan belajar yang pada model Borg &Gall yang telah
spesifik (Depdiknas, 2008). Modul biologi dimodifikasi (Emzir, 2012) yaitu 10 tahap.
berbasis inkuiri terbimbing disertai ID Sampel pengembangan meliputi sampel uji
bertujuan agar siswa dapat belajar lebih coba lapangan awal sejumlah 4 validator,
mandiri sesuai dengan petunjuk-petunjuk yang sampel uji coba lapangan utama sejumlah 10
ada. Modul berbasis inkuiri terbimbing disertai siswa dan sampel uji coba lapangan
ID yang diterapkan pada materi pencemaran operasional sejumlah 32 siswa SMA Negeri 2
linkungan merupakan modul yang Madiun Tahun Pelajaran 2013/2014. Instrumen
menekankan penemuan konsep melalui yang digunakan adalah angket, lembar
pemecahan masalah sehari-hari dengan observasi, wawancara, dan tes. Uji coba
sintaks: merumuskan masalah, membuat lapangan operasional menggunakan one group
hipotesis, merancang percobaan, melakukan pretest-posttest design. Data KPS dan KBI
percobaan, mengumpulkan dan menganalisis dianalisis dengan uji Wilcoxon dan dihitung
data dan membuat kesimpulan dengan dengan gain ternormalisasi.
mengidentifikasi hubungan sebab akibat
melalui ID. Tugas guru hanya sebagai
motivator dan pembimbing siswa yang Hasil penelitian dan Pembahasan
mengalami kesulitan agar siswa dapat terarah
Deskripsi Hasil Prosedur Pengembangan
dalam proses menemukan konsep melalui
Modul
pemecahan masalah.
Modul berbasis inkuiri terbimbing disertai
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu
ID pada materi Pencemaran Lingkungan
dilakukan penelitian dengan judul sebagai
merupakan modul yang dikembangkan
berikut: ” Pengembangan Modul Pembelajaran
berdasarkan tahap pengembangan Borg and
Biologi Berbasis Inkuiri Terbimbing Disertai
Gall (1983) (dalam Emzir, 2012) yang telah
ID Pada Materi Pencemaran Lingkungan
dimodifikasi. Pengembangan modul dilakukan
Untuk Memberdayakan Ketrampilan Proses
melalui beberapa tahap yaitu:
Sains dan Kemampuan Berpikir Interpretasi
1. Tahap Pengumpulan Data
Siswa”. Tujuan penelitian pengembangan ini
Pengumpulan data merupakan proses yang
adalah untuk mengetahui: 1) karakteristik
dilaksanakan sebelum pembuatan produk yang
modul pembelajaran biologi berbasis inkuiri
terdiri dari tahap:
terbimbing disertai interrelationship diagram
a. Mengkaji Kurikulum
(ID) pada materi Pencemaran Lingkungan
Tahap mengkaji kurikulum merupakan usaha
untuk memberdayakan keterampilan proses
yang dilakukan untuk mengetahui kurikulum
sains (KPS) dan kemampuan berpikir
yang diberlakukan di SMA Negeri 2 Madiun.
interpretasi (KBI) siswa; 2) kelayakan modul
Tahap tersebut dilakukan dengan wawancara
pembelajaran biologi berbasis inkuiri
pada guru biologi di SMA Negeri 2 Madiun.
terbimbing disertai ID pada materi Pencemaran
Berdasarkan analisis kurikulum dapat
Lingkungan untuk memberdayakan KPS dan
diketahui bahwa SMA Negeri 2 Madiun
KBI siswa; 3) keefektivan modul pembelajaran
merupakan salah satu sekolah menengah yang
biologi berbasis inkuiri terbimbing disertai ID
telah menggunakan Kurikulum 2013.
pada materi Pencemaran Lingkungan untuk
b. Mengidentifikasi Materi
memberdayakan KPS; dan 4) keefektivan
Pemilihan materi dalam penelitian dan
modul pembelajaran biologi berbasis inkuiri
pengembangan ditentukan berdasarkan kondisi
terbimbing disertai ID pada materi Pencemaran
sekolah yang mengacu pada hasil Ujian
Lingkungan untuk memberdayakan KBI siswa.
Nasional (UN). Hasil analisis UN disajikan
pada Tabel 1.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode
Research And Development (R & D) mengacu
127
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 3, 2016 (hal 122-132)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains
Tabel 1. Analisis Hasil UN SMA Negeri 2 Madiun dilakukan kepada responden 5 siswa kelas X
Tahun
Kemampuan uji
Pelajaran
Persentase (%) dan 2 guru biologi kelas X. Hasil yang
Menjelaskan keterkaitan 2011/2012 88,33 diperoleh dari wawancara digunakan sebagai
antara kegiatan manusia data pendukung untuk data observasi dan
dengan masalah
perubahan/pencemaran angket.
lingkungan. 2012/2013 76,13 d. Studi Literatur
Studi literatur dilakukan untuk
Berdasarkan Tabel 4.1 diketahui bahwa menganalisis apa yang dibutuhkan dalam
hasil UN Tahun Pelajaran 2012/2013 pembelajaran biologi dan untuk mengetahui
mengalami penuruanan dari hasil UN Tahun solusi yang dapat mengatasi permasalahan
Pelajaran 2011/2012 pada materi Pencemaran yang terdapat dalam proses pembelajaran.
Lingkungan sebesar 12,23%. Studi literatur dilakukan dengan
c. Studi Lapangan mengidentifikasi pembelajaran biologi yang
Studi lapangan merupakan kegiatan meliputi KI, KD, alokasi waktu, bahan ajar
yang dilaksanakan untuk mengetahui kondisi yang digunakan serta sumber lain yang
sekolah. Berdasarkan hasil yang diperoleh digunakan sebagai penunjang pembelajaran.
pada tahap studi lapangan dapat dijelaskan Studi literatur yang dilakukan sebagai awalan
sebagai berikut: adalah studi kurikulum. Kurikulum yang
1) Observasi digunakan adalah Kurikulum 2013.
Observasi dilakukan terhadap wakil
kepala sekolah bagian kurikulum dan guru 2. Tahap Perencanaan
mata pelajaran biologi dilakukan untuk Berdasarkan hasil studi pada tahap
mengetahui informasi tentang delapan pengumpulan data, maka dapat dilakukan
komponen Standar Nasional Pendidikan (SNP) perencanaan pembelajaran untuk menyusun
dan komponen sekolah di SMA Negeri 2 produk sebagai berikut:
Madiun. Nilai persentase gap terbesar ada pada a. Kurikulum yang diterapkan di SMA
komponen standar proses dengan persentase Negeri 2 Madiun adalah Kurikulum 2013.
sebesar 3,24%. Standar proses tersebut b. Perumusan indikator pencapaian
merupakan standar yang berkaitan dengan kompetensi.
proses pembelajaran dalam kelas. Observasi c. Bahan kajian yang dikembangkan adalah
dilakukan juga untuk mengidentifikasi buku Kompetensi Dasar 3.10 yaitu
ajar yang digunakan di SMA Negeri 2 Madiun. menganalisis data perubahan lingkungan
2) Angket dan dampak dari perubahan-perubahan
Studi lapangan juga dilakukan dengan tersebut bagi kehidupan.
menggunakan angket. Data angket diperoleh d. Bahan ajar dikembangkan berdasarkan
dari guru mata pelajaran biologi kelas X dan karakteristik pengembangan bahan ajar
siswa kelas X. Berdasarkan angket analisis serta sesuai dengan rencana pelaksanaan
kebutuhan terhadap guru dapat diketahui pembelajaran (RPP) kurikulum 2013.
bahwa perangkat pembelajarn yang biasa Bahan ajar yang dikembangkan berupa
digunakan oleh guru disusun oleh forum guru modul yang mencakup kegiatan belajar
yaitu musyawarah guru mata pelajaran siswa yang disusun secara terstruktur dan
(MGMP). Evaluasi hasil belajar aspek kognitif sistematis yang dapat menuntun siswa
yang diukur masih didominasi oleh soal yang agar mampu belajar mandiri.
ada pada tingkat C1-C2, sementara soal padda e. Model pembelajaran yang digunakan
tingkat C3-C6 masih belum mendapatkan porsi adalah inkuiri terbimbing yang menuntun
yang cukup. siswa untuk merumuskan masalah
3) Wawancara berdasarkan wacana yang diberikan oleh
Studi lapangan diperoleh pula dengan guru, menentukan hipotesis percobaan,
menggunakan lembar wawancara yang merancang percobaan sesuai hipotesis
diberikan kepada responden. Wawancara yang telah ditentukan kemudian
128
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 3, 2016 (hal 122-132)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains
129
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 3, 2016 (hal 122-132)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains
130
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 3, 2016 (hal 122-132)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains
131
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 3, 2016 (hal 122-132)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains
132