Anda di halaman 1dari 14

Peta konsep unik sebagai media belajar pokok bahasan

termodinamika dalam upaya peningkatan prestasi belajar


siswa
Istikaroh
Guru Fisika, SMAN Plandaan Jombang, Jl.Raya Bangsri No 38 Plandaan, Jombang, 61456, Indonesia

[1]E-mail: istikaroh5@gmail.com

Abstract
This research was made with the main objective to improve Student Achievement in Thermodynamics concepts,
the author uses learning media of unique concept maps in the discussion of Thermodynamics in Class XI IPS-1
semester 2 SMA Negeri Plandaan, Jombang Regency, 2017-2018 academic year. On the basis of each student
has differences in physical aspects, thinking patterns and ways of responding or studying physics subject matter.
In physics learning there are positive and negative learning activities. Positive learning activities are
characterized by many students who actively ask questions, actively answer questions, actively respond to
collaborative activities, actively read reference books and actively do exercises or assignments. the downside.
By using a unique concept map media to explain the discussion of thermodynamics where schools do not yet
have tools for practicum, it can actually improve student achieve
Keywords: Unique concept map for achievement

Abstrak
Dengan tujuan utama untuk meningkatan Prestasi Belajar Siswa pada konsep Termodinamika penulis
menggunakan media belajar peta konsep unikpada bahasan Termodinamika di Kelas XI IPS-1 semester 2
SMA Negeri Plandaan Kabupaten Jombang tahun Pelajaran 2017-2018. Atas dasar Setiap siswa memiliki
perbedaan dalam aspek fisik, pola berpikir dan cara-cara merespon atau mempelajari materi pelajaran
fisika.dalam pemblajaran fisika terdapat aktifitas belajar positif dan negative. Aktifitsas belajar positif ditandai
dengan banyaknyasiswa yang aktif bertanya, aktif menjawab pertanyaanaktif menanggapiaktif bekerjasama,
aktif membaca buku referensidan aktif mengerjakan latihan atau tugas.. Oleh karena itu saeorang guru harus
pandai dalam menggunakan metoda pembelajaran yang atepat agar aktifitas belajar positif siswa lebih doinan
daripada aktifitas belajar negatifnya. Dengan menggunakan media peta konsep unik untuk menjelaskan bahasan
termodinamika dimana sekolah belum memiliki alat untuk praktikum ternyata bisa meningkatkan prestasi
belajar siswa.
Kata Kunci: Peta konsep unik untuk prestasi

1. Pendahuluan

Seiring dengan perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat. Di era
globalisasi seperti saat ini semua Negara dituntutmemiliki kualitas dan kuantitas sumber daya
manusia yang mumpuni dan memadai secara teoritis dan praktis.
Ditetapkannya Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional dan Undang-undang No. 10 Tahun 2005 tentang Standart Nasional Pendidikan
membawa implikasi terhadap sistem dan penyelenggaraan sistem pendidikan termasuk
pengembangan dan pelaksanaan kurikulum. Kebijakan pemerintah tersebut mengamanatkan
kepada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah untuk mengembangkan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP)[1]
Dalam pembelajaran baik menggunakan kurikulum KTSP maupun K-13 semua
menggunakan acuan kriteria, maksudnya hasil yang dicapai peserta didik dibandingkan dengan
kriteria atau standart yang ditetapkan yang disebut dengan KKM(Kriteria Ketuntasan Minimal).
Apabila peserta didik telah mencapai standart kompetensi yang ditetapkan, ia dinyatakan lulus
pada mata pelajaran tertentu. Apabila peserta didik belum mencapai standart, ia harus mengikuti
program remidial/perbaikan sehingga mencapai ketuntasan minimal yang ditetapkan.
Seperti diketahui bersama bahwa Mata Pelajaran Fisika adalah salah satu cabang dari Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA). Yang didalamnya mempelajari konsep-konsep ilmiah yang tentu saja
sering kali menggunakan prosedur-prosedur ilmiah dalam proses pembelajarannya. Selain selama
dalam pelajaran itu melibatkan rumus-rumus juga konsep-konsep yang perlu diingat atau dihafal
untuk difahami. Sedangkan konsep yang dipelajari kadang bersifat konkrit tapi adakalanya
bersifat abstrak. Seperti halnya pada pokok bahasan Termodinamika. Yang sebagian besar isinya
adalah teori-teori yang harus difahami atau bahkan dihafal.
Jika untuk lebih memahami rumus-rumus dan aplikasinya (soal-soal hitungan anak-anak
bisa diajak sering berlatih dengan memberikan baik tugas mandiri terstruktur maupun tidak
terstruktur maka untuk yang teoritis pperlu pemahan lewat penelitian jika bisa atau membaca
berulang-ulang. Salah satu cara yang akan digunakan oleh peneliti adalah dengan memberi tugas
terstruktur pada siswa untuk membuat peta konsep.
Berdasarkan nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah, untuk mata
pelajaran fisika adalah 70,0. Nilai ini termasuk tinggi untuk kategori siswa kelas XI dengan input
siswa yang berada pada urutan ke-12 dari seluruh SMA Negeri se Kabupaten Jombang, sehingga
diperlukan suatu format/model pembelajaran yang tepat agar kriteria ketuntasan minimal tersebut
dapat dipenuhi.
Penggunaan model dan metode pembelajaran yang tepat untuk setiap pokok bahasan
sangat mempengaruhi pemahaman siswa terhadap pokok bahasan tersebut. Saat ini siswa SMAN
Plandaan, khususnya kelas XI IPS-1kurang memperhatikan materi yang diajarkan( misalnya
dapat dilihat ada beberapa anak yang menyandarkan kepalanya di meja atau sebagian lagi asyik
mengobrol dengan temannya) ditakutkan akan terjadi keacenderunang paenurunan prestasi
belajarnya. Dari hasil pengamatan guru fisika, ada 50% dari 31 siswa yang ada cenderung
menurun prestasinya. Dan ini disadari guru, karena mungkin untuk sub bahassan tertentu kita
membutuhkan metode tertentu juga.
Melihat kondisi seperti ini tentunya harus ada perubahan proses pembelajaran yang harus
dilakukan. Karena kalau dipaksakan untuk meneruskan menggunakan proses yang sama yang
selama ini diterapkan, bukan tidak mungkin prestasi belajar siswa akan semakin menurun, yang
dapat berdampak pada prestasi kognitifnya.
Pemilihan proses pembelajaranpun dilakukan dilakukan, dan pilihan jatuh pada
penggunaan pemberian tugas peta konsep (Mind Mapp) pada siswa sebagai media pembelajaran.
Bukan tanpa alasan jika dipilih model tersebut. Berdasarkan pengamatan saya sebagai guru
kecenderungan (antusiasme) para siswa untuk mengerjakan tugas-tugas seni budaya atau pra
karya itu sangat tinggi. Bahkan sering kali saya jumpai anak-anak menggunakan jam mata
pelajaran lain untuk mengerakan tugas tersebut. Dengan memberikan tugas peta konsep ini
diharapkan para siswa merasa terpicu semangatnya untuk belajar lebih dalam lagi sehingga tidak
ditemui lagi siswa yang menyandarkan kepala di bangku atau siswa yang mengobrol sendiri
disaat jam pelajaran berlangsung.

Bertolak dari hasil belajar yang jelek juga semangat belajar siswa yang kurang pada bahasan
Termodinamika, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut :
Apakah pemberian tugas peta konsep unik dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa KELAS XI
IPS-1Mata Pelajaran Fisika Pokok Bahasan Termodinamika Sma Negeri Plandaan?
Berdasarkan pertanyaan penelitian di atas maka dapat dikemukakan tujuan penelitian yaitu :
1. Memperbaiki proses belajar mengajar.
2. Memperbaiki kinerja guru.
3. Meningkatkan prestasi belajar siswa dikelas XI IPS-1SMA Negeri Plandaan pada mata
pelajaran Fisika Pokok Bahasan Termodinamika.
Dengan tercapainya tujuan penelitian di atas, maka manfaat yang diharapkan adalah sebagai
berikut :
1. Terjadi perbaikan proses belajar mengajar.
2. Terjadi perbaikan kinerja guru.
3. Terjadi peningkatkan prestasi belajar siswa dikelas XI IPS-1 SMA Negeri Plandaan pada
mata pelajaran Fisika Pokok Bahasan Termodinamika
Penelitian ini dilakukan pada semester 2 tahun pelajaran 2017-2018di kelas XI IPS-1SMA
Negeri Plandaan, untuk mata pelajaran Fisika pokok bahasan Termodinamika. Penelitian
dilakukan lebih dari 1 kali pertemuan, masing-masing 2 jam pelajaran (2 x 45 menit). Jika
dianggap sudah tercapai tujuannya, maka Proses Belajar Mengajar dapat menggunakan model
pembelajaran ini. Dan tentunya masih harus terus mengamati perpembangan prestasi belajar
siswa agar dapat mengambil tindakan kelas selanjutnya.

Fisika merupakan paduan antara analisis deduktif dan proses induktif dengan
mengandalkan dukungan pengamatan empiris berdasar pada panca indera sebagai dasar validitas
prinsip yang dikembangkan. Sebagai hulunya ilmu, fisika merupakan basis untuk ilmu
pengetahuan alam yang lain seperti kimia, biologi serta mempunyai hilir ilmu seperti geofisika,
meterologi, astronomi, oscanografi dan beberapa disiplin ilmu lain yang terkait[2].
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Thomas dan Melaughim (1997) dalam Muhammad
(2003), “Physical Science is the study of matter and energy”. Hal ini berarti bahwa dalam fisika
merupakan studi tentang zat dan energi.
Pengertian media pembelajaran menurut beberapa ahli[3] :
2A. Media
a. Arif, S Sadirman ( 1984)
Berpendapat bahwa “ Media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan
pesan serta merangsang siswa untuk belajar seperti film, buku dan kaset”.
b. Gagne (1990)
Berpendapat bahwa “ Kondisi yang berbasis media melipti jenis penyajian
yang disampaikan kepada para pembelajar dengan penjadwalan, pengurutan dan
pengorganisasian”.
c. Ali (1992)
Ali menyatakan bahwa “ Media adalah jenis komponen dalam lingkungan
siswa yang dapat memberikan rangsangan untuk belajar”.
d. Heinich, Molenida, dan Russel (1993).
Berpendapat bahwa “ teknologi atau media pembelajaran sebagai penerapan
ilmiah tentang proses belajar pada manusia dalam tugas praktis belajar mengajar”
e. Miarso (2004)
Berpendapat bahwa “ Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang
digunakan untuk menyalurkan pesan serta dapat merangsang pikiran, gagasan,
perasaan, perhatian, dan kemauan si pembelajar sehingga dapat endorong terjadinya
proses belajar”.
Jenis Media menurut para ahli
a. Herry (2007; 6.31)
Media pembelajaran yang dapat digunakan oeh guru disekolah, yaitu:
1. Media visual
Yaitu media yang hanya dapat dilihat dengan menggunakan indera yang daat
diproyeksikan dan media yang tidak dapat diproyeksikan (non projekted visual)
2. Median audio
Yaitu media yang mengandung pesan dalam bentuk auditif yang dapat
merangsang ikiran, perasaan perhatian dan kemauan para siswa untuk mempelajari
bahan ajar dan seterusnya
3. Media audio visual
Yaitu merupakan median kombinasi dari media audio dan media visual atau
disebut juga media pandang dengar.
b. Heinich and Molenda (2009)
Ada 6 jenis media yaitu:
1. Teks. Merupakan elemen dasar dalam menyampaikan suatu informasi yang
mempunyai berbagai jenis dan bentuk tulisan yang berupaya memberi daya tarik
dalam penyampaian informasi.
2. Median audio. Membantu menyampaikan maklukat dengan lebih berkesan dan
membantu meningkatkan daya tarikan terhadap sesuatu persembahan. Jenis audio
termasuk suara latar, musik atau rekaman suara, dan lainnya.
3. Media visual. Media yang memberkan rangsangan-rangsangan visual seperti
gambar/ photo, sketsa, diagram, bagan, grafik, kartun, poster, apan bulatin, dan
lainnya.
4. Media proyeksi gerak. Termasuk didalamnya film gerak, film gelang, program TV,
video kaset (Cd, VCD atau DVD)
5. Benda – benda tiruan/ miniatur. Termasuk didalamnya benda-benda tiga dimensi
yang dapat diraba oleh siswa. Model ini dipakai untuk mengatasi leterbatasan baik
obyek maupun stuasi
6. Manusia. Termasuk didalamnya guru, siswa ataupun siapa saja yang terlibat dalam
proses pembelajaran.
Manfaat Media Pembelajaran
a. Manfaat media pembelajaran bagi guru: memberikan pedoman, arah untuk mencapai
tujuan. Menjelaskan struktur dan urutan pembelajaran dengan baik, emberikan
kerangka secara sitematis, memudahkan kmembali pengajaran bagi proses belajar
mengajar, membntu kecermatan, ketelitian, dalam penyajian dan pembelajaran,
membangkitkan rasa percaya diri seorang pengajar dan meningkatkan kualitas
pembelajaran.
b. Manfaat media pembelajaran bagi pembelajar (siswa): meningkatkan motivasi belajar
mengajar, memberikan dan meningkatkan variasi belajar pembelajaran, memberikan
struktur materi pembelajaran, memberikan inti informasi pembelajaran, merangsang
pembeajar untuk berpikir dan beranalisis, menciptakan situasi belajar yang tanpa
tekanan.
Alasan menggunakan media
1. Demonstration
Dalam hal ini media dapat digunakan sebagai alat untuk mendemonstrasikan sebuah
konsep, alat, objek, kegunaan, cara mengoperasikan dan lain-lain. Media berfungsi
sebagai alat peraga pembelajaran, misalnya seorang dosen sedang menerangkan
teknik mengoperasikan Over Head Proyektor (OHP)
2. Familiarity
Yang dimaksud adalah penggunaan media dengan alaan sudah terbiasa dengan lat
tersebut atau merasa sudah menguasai atau menggunakan media lain belum tentu bisa
menggunakan atau mengoperasikan.
3. Clarity
Untuk lebih memperjelas pesan pembelajaran dan memberikan penjelasan yang lebih
konkrit
4. Active Learning
Dalam hal ini siswa dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaranbaik secara
fisik,mental dan emosional. Dalam prakteknya guru tidak bisa membuat siswa aktif
hanya dngan metode ceramah atau tanya jawabdan lainlain namun diperlukan media
untuk menarik minat atau gairah belajar siswa.
Peta Konsep
peta konsep adalah alat pemikir visual yang bisa diterapkan pada semua fungsi
kognitif, terutama memori, pembelajaran, kreatifitas, terutama memori pembelajaran,
kreatifitas dan analisis.Peta Konsep adalah kombinasi yang berbeda antara citra, warna dan
pengaturan spasial visual. Peta konsep menggunakan kata kunci yang akan memicu otak
untuk memunculkan gagasan lebh lanjut. Peta konsep bisa dibuat dengan cara manual atau
dengan aplikasi[3]
Menurut Muhammad fadhil Risyad (2017): peta konsep adalah alternatif otak untuk
berfikir pada garis yang linier. Peta konsep bisa jadi cara termudah untuk menaruh informasi
dan mengeluarkan informasi dari otak kita. Ini merupakan cara yang efektif dan kreatif untuk
berfikir.
Yang dimaksud dengan bagan menurut rahadi (2002:29) yaitu: “ fungsi bagan (peta
konsep) bagan /peta Konsep adalah untuk menyajikan ide-ide atau konsep yang yang sulit
sehingga lebih mudah dicerna oleh siswa . bagan mampu meringkas butir-butir penting dari
suatu penyajian”.
Dari pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa media bagan adalah media tulis yang
dapat dengan mudah membantu siswa memahami hal yang sulit, melalui ringkasan konsep
yang rinci, sehingga siswa dapat mencerna dengan cepat sajian yang disampaikan guru.
Bagan juga dapat berbentuk peta konsep sehingga guru dapat menyampaikan materi yang
sulit secara ringkas dan siswa cepat mengerti.

Pemilihan ini ditujukan agar siswa lebih mudah mengenal dan memahami hal yang
sulit ( Zanwir 2011).
Hasil Belajar
Pengertian dari Hasil Belajar adalah suatu hasil nyata yang dicapai oleh siswa dalam
usaha menguasai kecakapan jasmani dan rohani di sekolah yang diwujudkan dalam bentuk
rapot pada setiap semester. Untuk mengetahui perkembangan sampai dimana kemampuan
siswa maka harus dilakukan evaluasi
Tabel 1. Langkah-langkah pembelajaran
Fase Tingkah laku guru
Fase-1 Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran
Menyampaikan tujuan dan yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan
memotivasi siwa memotivasi siswa belajar.
Fase-2 Guru menyiapkan buku-buku sebagai sumber
Menyajikan informasi belajar/ bahan bacaan
Fase-3 Guru menjelskan kepada siswa bagaimana
Mengorganisasikan siswa ke caranya membentuk kelompok belajar dan
dalam kelompok-kelompok membantu setiap kelompok agar melakukan
belajar transisi secara efisien.
Fase-4 Guru membimbing kelompok-kelompok belajar
Membimbing kelompok bekerja pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
dan belajar
Fase-5 Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi
Evaluasi yang telah dipelajari atau masing-masing
kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
Fase-6 Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik
Memberikan penghargaan upaya maupun hasil belajar individu dan atau
kelompok.

Kerangka Berpikir
HARAPAN KENYATAAN
Kondisi Ideal Kondisi Riil

MASALAH
Kesenjangan Antara Harapan
dan Kenyataan

Penelitian Lalu Yang Teori


Mendukung

HIPOTESIS KERJA
Jawaban Sementara Terhadaap
Masalah
Gambar 1. Skema peta konsep
Kondisi Ideal
Diharapkan hasil belajar siswa pada pemahaman konsep Termodinamika siswa kelas
XI IPS-1 SMA Negeri Plandaan Jombang dapat mencapai hasil diatas KKM yaitu 70,0 atau
mengalami peningkatan hasil belajar siawa.

Kondisi Real
Kenyataan yang diperoleh hasil belajar siswa pada pemahaman konsep
Termodinamika siswa kelas XI IPS-1 SMA Negeri Plandaan Jombang masih banyak yang
medapat nilai dibawah KKM yaitu 70,0.

Hipotesis Tindakan
Dengan adanya pemberian tugas peta konsep unik dapat meningkatkan hasil belajar
siswa kelas XI IPS-1 SMAN Plandaan Jombang

2. METODE PENELITIAN

Tempat Penelitian
Kelas XI IPS-1 SMA Negeri Plandaan.
Waktu Penelitian
.Penelitian dilakukan mulai bulan Mei sampai dengan Juni 2018
Peneliti
Penelitian dilakukan oleh guru yang bersangkutan (peneliti sendiri)
Biaya Penelitian
Fotokopy naskah Rp. 60.000
Kertas HVS 1 rim Rp. 40.000
Lain-lain Rp. 100.000
Jumlah Rp. 200.000
Sasaran Penelitian
Sasaran penelitian adalah siswa Kelas XI IPS-1 SMA Negeri Plandaan sejumlah 31
siswa.

Sumber Data
Sumber data diperoleh dari dari subjek penelitian yaitu siswa Kelas XI IPS-1 SMA
Negeri Plandaan sejumlah 31 siswa. Sumber data lain adalah guru mata pelajaran fisika kelas
XI IPS-1 SMAN Plandaan.

Teknik dan Alat Pengumpulan Data


Teknik dan pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi
dan tes.
Observasi
Observasi peneliti di sini adalah observasi langsung. Yang dimaksud observasi
langsung adalah peneliti melihat dan mengamati sendiri perilaku siswa yang berkaitan
dengan tindakan yang diberikan. Hasil kegiatan observasi ini disesuaikan dengan lembar
observasi yang kemudian disajikan dalam bentuk rekaman data atau catatan lapangan.
Tes
Tes adalah setiap bahan tertulis yang digunakan sebagai alat ukur untuk menguji
kemampuan siswa dalam memahami pelajaran yang disampaikan. Dalam penelitian ini
pemberian tes dimaksudkan untuk mengukur hasil belajar siswa pada ranah kognitif. Tes
yang dilaksanakan pada penelitian ini adalah tes awal dan akhir pembelajaran.
Tes awal pembelajaran digunakan untuk mengetahui kemampuan awal siswa dan
kesiapan siswa dalam mengikuti proses belajar yang akan berlangsung. Sedangkan tes
akhir digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa siswa dalam menyerap pelajaran
yang telah disampaikan guru dalam proses belajar mengajar yang telah berlangsung.
Kemudian tes awal dan akhir diambil selisihnya. Data selisih tadi akan dibawa untuk
dibandingan dengan hasil selisih dari tes awal dan akhir pada PBM selanjutnya.
Jenis dan bobot soal dibuat sama dengan tujuan agar diketahun peningkatan hasil belajar
yang terjadi.

Validasi Data
Pengecekan validasi data menggunakan teknik teknik ketekunan pengamatan.
Moleong (2000:177) menyatakan ”ketekunan pengamatan bermaksud menemukan
ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang
sedang dicari dan kemudian memusadkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Oleh
karena itu teknik ketekunan pengamatan dilakukan dengan cara peneliti berpartisiasi pada
setiap proses belajar mengajar dan melakukan pengamatan dengan teliti. Hasil pengamatan
selanjutnya dicatat dalam catatan lapangan. Dari catatan lapangan ini dapat diketahui,
gejala-gejala apa yang sering muncul dan menonjol. Gejala-gejala yang sering muncul dan
menonjol ini kemudian disebut Temuan Penelitian.”

ANALISIS DATA
Reduksi data merupakan kegiatan memilih data dengan tepat. Data tersebut
diklasifikasikan dengan cara memberi kode.
Berikut pengkodean yang dilakukan:
Kode : J : Jurnal
O: observasi
Langkah selanjutnya adalah data disederhanakan dengan menonjolkan hal-hal penting
yang berkaitan dengan fokus penelitian. Data yang sudah disederhanakan selanjutnya
disajikan dalam bentuk paparan data yang kemudian ditarik simpulan.

INDIKATOR KINERJA
Lembar pengamatan pengelolaan kelas
Untuk mengetahui prestasi siswa, kualitas pembelajaran dan suasana kelas dilakukan
dengan mengamati kelas setiap kali tatap muka. Pengamatan dilakukan dengan
menggunakan lembar pengamatan yang meliputi lembar pengamatan prestasi guru dan
siswa, sedangkan untuk mengetahui reliabilitas dilakukan uji instrumen melalui
implementasi perangkat pembelajaran, dengan menggunakan rumus :

R = 100
(1− A−B
A+B ) [4]Dengan keterangan :
R : Reliabilitas ( reliabilitas tercapai jika R≥ 0,75 )
A : Frekwensi aspek tingkah laku yang teramati oleh pengamat yang memberikan
frekwensi tinggi.
B : Frekwensi aspek tingkah laku yang teramati oleh pengamat yang memberikan
frekwensi rendah.
Lembar pengamatan prestasi siswa
Lembar prestasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar bertujuan untuk merekam
prestasi siswa selama KBM berlangsung. Pengamatan dilakukan oleh dua orang
pengamat yang dilakukan secara bersamaan sejak dimulai kegiatan
pembelajaran.
Untuk mencari reliabilitas digunakan rumus berikut ini:

R = 100
(1− A−B
A+ B )
Dengan keterangan :
R = Reliabilitas (apabila > 0,75 atau > 75 %).
A = Frekuensi aspek tingkah laku yang teramati oleh pengamat yang
memberikan frekuensi tinggi.
B =Frekuensi aspek tingkah laku yang teramati oleh pengamat yang
memberikan frekuensi rendah

a) Pengamatan dilakukan oleh satu pengamat tentang tingkah laku yang sama pada
saat yang sama .
b) Mendefinisikan dengan jelas setiap tingkah laku yang diamati.

Tes Hasil Belajar Produk, Proses dan Psikomotor


Untuk mengetahui indeks mengenai kepekaan terhadap efek-efek
pembelajaran digunakan rumus sebagai berikut:
R A RB
− =P A−P B
S = T T (Grounlund, 1985:256)

Keterangan :
S = Sensitivitas efek pembelajaran untuk setiap butir soal
RA = Jumlah siswa yang menjawab benar butir soal sesudah pengajaran.
RB = Jumlah siswa yang menjawab benar butir soal sebelum pengajaran.
T = Jumlah siswa yang mengikuti tes
Pa = Proporsi jawaban benar uji akhir.
Pb = Proporsi jawaban benar uji awal.
Indeks butir soal yang efektif akan terdapat diantara 0,00 dan 1,00.
Nilai positif yang lebih besar menyatakan butir soal yang lebih besar kepekaannya
terhadap efek-efek pembelajaran. Butir soal yang mempunyai sensitivitas > 0,30,
maka butir soal tersebut peka terhadap efek-efek pembelajaran (Aiken, 1997:69).

Prosedur Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas, yaitu suatu
penelitian yang dilakukan dikelas karena adanya permasalahan yang umumnya terdapat di kelas
itu. Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini
menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam Arikunto Suharsimi,
2002), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus berikutnya. Setiap siklus meliputi
planning (rencana), action (tindakan), observasi (pengamatan) dan reflection (refleksi).
1. Tahap Perencanaan (plan)
Sebelum mengadakan penelitian menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana
tindakan termasuk di dalamnya instrument penelitian dan perangkat pembelajaran.
2. Tahap Kegiatan dan Pengamatan (action and observation) Meliputi
tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun
pemahaman konsep peserta didik serta mengamati hasil atau dampak dari diterapkannya
metode pembelajaran kooperatif model TPS Dengan tugas Rumah .
3. Refleksi
Peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang
dilakukan berdasarkan lembar pengamatan.

Penelitian tindakan kelas dalam penelitian ini dilakukan dalam 3 siklus. Adapun tahapan
pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang digambarkan dalam diagram berikut:
Plan
Reflection

Action/
Siklus 1
Observation

Revised Plan

Reflection

Action/
Siklus 2

Observation
Revised Plan

Reflection

Siklus 3
Action/

Observation

Revised
Gambar 2. Diagram action research

Prosedur dan langkah-langkah penelitian tindakan kelas[5]:


1) Menyusun proposal penelitian
Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan adalah menyusun perangkat
pembelajaran, menyusun instrumen untuk mengumpulkan data, memvalidasi perangkat
pembelajaran, dan melakukan simulasi perangkat pembelajaran.
2) Melaksanakan penelitian tindakan kelas
Pada tahap ini dilakukan pengambilan data melalui hasil belajar siswa (nilai)
pada suatu pokok bahasan tertentu yang biasanya kurang memuaskan, penyajian materi
sesuai instrumen pembelajaran di kelas, test akhir di kelas untuk mengetahui hasil
belajar siswa setelah dilakukan tindakan oleh peneliti, menemukan kendala-kendala
yang muncul selama pembelajaran dan memperbaiki tindakan yang dilakukan jika
hasilnya masih belum sesuai dengan yang diharapkan.

3) Menyusun laporan penelitian


Setelah semua data terkumpul, peneliti melakukan analisa data , kemudian membuat
kesimpulan yang nantinya keseluruhan tulisan disajikan dalam bentuk laporan penelitian.

Pelaksanaan Tindakan
Dalam penelitian ini akan dilakukan tindakan per siklus sebagai berikut:
Membuat instrument Melaksanakan KBM
penelitian sesuai skenario dalam
RPP

Mengamati pelaksanaan
Melakukan analisa data KBM dan mencatat
kendala-kendala yang ada

Refleksi hasil penelitian Pengulangan siklus jika


hasil belum sesuai dengan
yang diharapkan

Pengamatan
Data penelitian diambil melalui nilai ( hasil belajar siswa ) kognitif , psikomotor dan
afektif selama pembelajaran berlangsung.

Refleksi
Pada tahap ini peneliti bersama partner melakukan diskusi tentang sejauh mana
peningkatan hasil belajar siswa setelah mendapat tindakan pembelajaran dengan model
kooperatif type investigasi kelompok. Penelitian akan dilanjutkan ke siklus berikutnya jika
dianggap peningkatan hasil belajar siswa masih kurang memuaskan, artinya hanya sedikit
siswa yang mengalami peningkatan hasil belajar.

Jadwal Penelitian
Mei Juni
No Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4
1 Perencanaan
2 Pelaksanaan
3 Evaluasi
4 Pengumpulan data
5 Analisis data
6 Pelaporan hasil

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Data Hasil Evaluasi
Tabel 2. Hasil penelitian

NAMA Siklus 1 Siklus 2


AMELIA NUR AINI 75 78
AMELIA SUCIATI 72 75
ANDRA FAREZA PRAMADANI 75 78
APRISTA FRANSY DIANA 75 78
ARADEA FRIDA AWAL NURI 72 75
DEVY PRAMESTI PUTRI 75 78
DOVA ALICA NOVANANDA 75 78
ELSA VITA SARI 75 78
FAIZ TEDDY SAPUTRO 72 75
FEBI NUR ISNAINI 72 75
GIGIK SUGIARTO 75 78
ILHAM FERRI PRADHANA 72 75
LAYLI INDAH R 72 75
LESTARI SUSILAWATI 75 78
LEXY ARDYLIAN PERDANA 77 80
MERITA DWI NIKASARI 75 78
MOCHAMMAD SAMBUDI 77 80
MUHAMMAD NAUVAL
75
MAULANA R. 72
NENI NOVI NUR`AINI 72 75
NIKMATUS SYARIFAH 75 78
NILA ANGGI ASTUTI 72 75
NININ ELVINA 75 78
NURUL HUDA 75 78
PRAYOGO PANGESTU 72 75
PUTRI KURNIAWATI 72 75
RIYAN ADIT THIAN 75 78
SEFHIA YUNIAR TANDHAYU 77 80
SHELA RAHMAWATI 72 75
SINTIA DWI FEBRIANTI 72 75
SRI NUR FADLILA 75 78
WALDI ABROR 72 75
YOLLANDA ADIANSYAH
78
AGNESTYA 75
SKOR 2364 2460
SKOR MAKS 3500 3500
% KETUNTASAN 67,5 70,3

PENGOLAHAN DATA
Tabel 3. Pengolahan data
Siklus Siklus RATA-
NAMA 1 2 2        
AMELIA NUR AINI 75 78 76,5 -3,4 11,56 -3,5 12,25
AMELIA SUCIATI 72 75 73,5 -0,4 0,16 -0,5 0,25
ANDRA FAREZA
78 76,5 -3,4 -3,5
PRAMADANI 75 11,56 12,25
APRISTA FRANSY
78 76,5 -3,4 -3,5
DIANA 75 11,56 12,25
ARADEA FRIDA
75 73,5 -0,4 -0,5
AWAL NURI 72 0,16 0,25
DEVY PRAMESTI
78 76,5 -3,4 -3,5
PUTRI 75 11,56 12,25
DOVA ALICA
78 76,5 -3,4 -3,5
NOVANANDA 75 11,56 12,25
ELSA VITA SARI 75 78 76,5 -3,4 11,56 -3,5 12,25
FAIZ TEDDY
75 73,5 -0,4 -0,5
SAPUTRO 72 0,16 0,25
FEBI NUR ISNAINI 72 75 73,5 -0,4 0,16 -0,5 0,25
GIGIK SUGIARTO 75 78 76,5 -3,4 11,56 -3,5 12,25
ILHAM FERRI
75 73,5 -0,4 -0,5
PRADHANA 72 0,16 0,25
LAYLI INDAH R 72 75 73,5 -0,4 0,16 -0,5 0,25
LESTARI
78 76,5 -3,4 -3,5
SUSILAWATI 75 11,56 12,25
LEXY ARDYLIAN
80 78,5 -5,4 -5,5
PERDANA 77 29,16 30,25
MERITA DWI
78 76,5 -3,4 -3,5
NIKASARI 75 11,56 12,25
MOCHAMMAD
80 78,5 -5,4 -5,5
SAMBUDI 77 29,16 30,25
MUHAMMAD
NAUVAL 75 73,5 -0,4 -0,5
MAULANA R. 72 0,16 0,25
NENI NOVI
75 73,5 -0,4 -0,5
NUR`AINI 72 0,16 0,25
NIKMATUS
78 76,5 -3,4 -3,5
SYARIFAH 75 11,56 12,25
NILA ANGGI
75 73,5 -0,4 -0,5
ASTUTI 72 0,16 0,25
NININ ELVINA 75 78 76,5 -3,4 11,56 -3,5 12,25
NURUL HUDA 75 78 76,5 -3,4 11,56 -3,5 12,25
PRAYOGO
75 73,5 -0,4 -0,5
PANGESTU 72 0,16 0,25
PUTRI
75 73,5 -0,4 -0,5
KURNIAWATI 72 0,16 0,25
RIYAN ADIT
78 76,5 -3,4 -3,5
THIAN 75 11,56 12,25
SEFHIA YUNIAR
80 78,5 -5,4 -5,5
TANDHAYU 77 29,16 30,25
SHELA
75 73,5 -0,4 -0,5
RAHMAWATI 72 0,16 0,25
SINTIA DWI
75 73,5 -0,4 -0,5
FEBRIANTI 72 0,16 0,25
SRI NUR FADLILA 75 78 76,5 -3,4 11,56 -3,5 12,25
WALDI ABROR 72 75 73,5 -0,4 0,16 -0,5 0,25
YOLLANDA
ADIANSYAH 78 76,5 -3,4 -3,5
AGNESTYA 75 11,56 12,25
8,42424
SKOR 73,1
2364 2460   7,9733333   2
0,26325
SKOR MAKS 3500  
3500   0,2491667   8
0,51308
% KETUNTASAN
67,5 70,3     0,499166   6

Grafik Data hasil tes 1 dan tes 2 terlihat pada Gambar 3.


100
90
80
70
60
50 Tes 1
40 Tes 2
30
20
10
0
1 4 7 1 0 1 3 16 19 2 2 2 5 28 31
Gambar 3. Grafik Data Hasil Tes 1 dan Tes 2

Dari Gambar 3 terlihat bahwa skor hasil tes 2 lebih tinggi dari skor tes 1. Ini menunjukkan
bahwa terjadi peningkatan skor tes. Hasil statistik deskriptif dari data tes 1 dan tes 2 terdapat pada
Tabel 2.
Tabel 4. Statistik Deskriptif data Tes 1 dan Tes 2

Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
tes1 32 43 83 65,03 8,619
tes2 32 50 86 70,69 9,355
Valid N (listwise) 32

Hasil statistik deskriptif pada Tabel 4 menunjukkan bahwa rerata skor tes 2 lebih tinggi
dibandingkan dengan skor tes 1, yaitu 70,69 dibanding 65,03. Jika dilihat dari nilai rerata maka dapat
disimpulkan bahwa ada peningkatan skor hasil tes akibat penerapan strategi Peta Konsep unik pada
materi Termodinamika. Apakah peningkatan rerata ini terjadi secara signifikan, maka perlu
dibuktikan dengan uji statistik paired samples t-test. Hasil uji paired samples t-test terdapat pada
Tabel 2

Tabel 5. Paired Samples t-test

Paired Differences t df Sig.


Mean Std. Std. 95% Confidence (2-
Deviatio Error Interval of the tailed)
n Mean Difference
Lower Upper
Pair 1 tes1 - tes2 -5,656 11,158 1,972 -9,679 -1,634 -2,868 31 ,007

Dari tabel 5 diperoleh angka signifikansi (2-tailed) sebesar 0,007. Angka tersebut lebih kecil
dari 0,05. Artinya, terdapat perbedaan yang nyata (signifikan) antara skor tes 1 dengan tes 2. Karena
rerata skor tes 2 lebih tinggi dibandingkan tes 1, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan strategi
pembelajaran Peta konsep Unik dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.

4. KESIMPULAN DAN SARAN


KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data penelitian perangkat pembelajaran Fisika dengan konsep
TERMODINAMIKA di SMAN Plandaan Jombang yang dilakukan dengan dua diklus dapat
disimpulkan :
1. Secara umum kemampuan Guru dalam mengelola pembelajaran Peta konsep Unikadalah
baik. Guru mampu mengoperasikan perangkat pembelajaran dan alokasi waktu yang sesuai
dengan skenario sehingga membuat siswa lebih antusias mengikuti pembelajaran.
2. Menurut data hasil pengolahan diskriptif tentang respon siswa dalam KBM menunjukkan
bahwa terbesar guru digunakan untuk membimbing siswa, mendorong dan melatih
kemampuan kooperatif dan ketrampilan proses, sedang waktu sebanyak siswa digunakan
untuk mengerjakan LKS dalam kelompok belajar, diskusi antar siswa dan guru dengan
demikian secara umum proses pembelajaran ini berpusat pada siswa sehingga siswa merasa
senang mengikuti KBM.
3. Pada pembelajaran dengan metode pemberian tugas peta konsep unik terjadi peningkatan
minat dan hasil belajar siswa dari kedua siklus.

SARAN
1. Karena berdasarkan hasil penelitian metode ini cukup bermanfaat terutama untuk
kemampuan belajar siswa maka akan lebih baik jika model ini bisa dikembangkan bagi guru
–guru yang lain baik Guru Mapel Fisika ataupun bukan
2. Peneliti sadar bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan dan penyusunan Laporan ini
oleh sebab itu saran yang membangun sangatlah kami tunggu

DAFTAR RUJUKAN

[1] M. ALI AMIRUDDIN, “Sisdiknas uu no.20 tahun 2003,” 05:22:10 UTC, Accessed: Aug.
30, 2020. [Online]. Available: https://www.slideshare.net/M_AliAmiruddin/sisdiknas-uu-
no20-tahun-2003-21250823.
[2] “Hakikat Fisika - Fisika Kelas 10,” Quipper Blog, Sep. 26, 2019.
https://www.quipper.com/id/blog/mapel/fisika/hakikat-fisika-fisika-kelas-10/ (accessed
Aug. 30, 2020).
[3] “Pengertian Media Pembelajaran Menurut Para Ahli dan Secara Umum.”
https://www.zonareferensi.com/pengertian-media-pembelajaran/ (accessed Aug. 30,
2020).
[4] “Full Text PDF.” Accessed: Aug. 30, 2020. [Online]. Available:
https://journal.trunojoyo.ac.id/nser/article/download/6240/3928.
[5] S. Arifin, Y. Hidayati, A. Y. R. Wulandari, and M. Ahied, “UJI KELAYAKAN BUKU
AJAR BERBASIS AYAT AL-QUR’AN PADA MATERI TATA SURYA,” Natural
Science Education Research, vol. 2, no. 2, Art. no. 2, Nov. 2019.
[6] “Tidak Hanya di Bidang Pendidikan, Peta Konsep Berguna Dalam Banyak Hal,” Lifepal
Media, Nov. 26, 2019. https://lifepal.co.id/media/peta-konsep/ (accessed Aug. 30, 2020).

Anda mungkin juga menyukai