PENDAHULUAN
bangsa dan merupakan suatu kunci pokok untuk mencapai cita-cita. Tanpa
sejalan dengan aspirasi atau cita-cita untuk maju, sejahtera, dan bahagia. Hal ini
sesuai dengan sistem pendidikan nasional bangsa Indonesia yang terdapat dalam
akan maju. Purwanto (2011: 19) mengatakan :”Pendidikan adalah bimbingan atau
pertolongan yang diberikan pada anak oleh orang dewasa secara sengaja agar anak
yang pertama dan utama bagi anak sebelum ia mengenal lembaga pendidikan
1
bahwa baik buruknya pendidikan anak yang diterima disekolah atau masyarakat
sangat dipengaruhi oleh baik buruknya pendidikan yang diterima anak dalam
keluarga.
Fisika merupakan salah satu bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA),
yaitu suatu ilmu yang mempelajari gejala, peristiwa, atau fenomena alam, serta
pelajaran yang asyik dipelajari, akan tetapi pada pada kenyataannya pelajaran
siswa. Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh cara belajar yang efektif yang
memprhatikan kondisi yaitu : (1) Kondisi internal yakni kondisi jasmani dan
rohani siswa; (2) Kondisi eksternal yaitu kondisi lingkungan sekitar siswa; (3)
Strategi mengajar yakni jenis upaya mengajar yang meliputi strategi dan metode
pembelajaran.
Fisika merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari siswa dijenjang
pendidikan formal mulai dari tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) sampai
beranggapan fisika merupakan satu matapelajaran yang sukar dan harus dihindari.
materi fisika kepada siswa. Guru hanya menggunakan satu model saja dalam
proses pembelajaran. Sehingga banyak siswa yang merasa bosan dan takut
terhadap pelajaran fisika. Hal tersebut membuktikan bahwa hasil nilai Ujian
2
Nasional untuk mata pelajaran fisika sangat rendah dibandingkan mata pelajaran
yang lain.
pembelajaran kooperatif yang paling banyak diteliti. Model ini juga sangat mudah
diadaptasi, telah digunakan dalam mata pelajaran matematika, IPA, IPS, bahasa
Inggris, teknik, dan banyak subjek lainnya, dan pada tinggkat sekolah dasar
Dengan penjelasan diatas maka model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat
kooperatif tipe STAD semua permasalahan yang sudah dipaparkan diatas dapat
3
teratasi. Model Pembelajaran kooperatif tipe STAD bukan hanya sekedar model
pembelajaran yang diarahkan agar peserta didik dapat mengingat dan memahami
berbagai data, fakta, dan konsep, akan tetapi bagaimana menghadapi dan
kooperatif tipe STAD yang pernah dilakukan oleh peneliti terdahulu, Sinulingga,
Kooperatif tipe STAD berbasis Mind Mapping terhadap Hasil belajar Siswa pada
hasil belajar siswa pada materi Alat Optik kelas X di MAN 2 Gresik.
Tipe STAD Terhadap Hasil Belajar Fisika Pada Materi Pokok Besaran dan
4
B. IdentifikasiMasalah
4. Siswa menganggap Fisika merupakan mata pelajaran yang sulit dan selalu
C. BatasanMasalah
3. Objek penelitian adalah ranah kognitif pada materi hasil belajar siswa pada
materi Besaran dan Pengukura siswa kelas X semester I SMA Negeri 1 Gomo
T.P. 2017/2018.
D. Rumusan Masalah
Kooperatif Tipe STAD pada materi pokok Besaran dan Pengukuran kelas X
5
2. Bagaimana hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD pada materi pokok Besaran dan Pengukuran kelas X
E. Tujuan penelitian
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
6
b. Sebagai masukkan bagi peneliti lain untuk meneliti model
2. Manfaat Praktis
belajar mengajar
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teoretis
a. Hakekat Belajar
yang ada disekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang
diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui pengalaman. Belajar juga
(2013:7), Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. sebagai
tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu
terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa
(bukan karena kematangan), menetap dalam waktu yang relatif lama dan
8
Tindakan belajar tentang suatu hal tersebut tampak sebagai perilaku belajar yang
lingkungannya.
Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali, baik sifat
maupun jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri
2006: 9) “Belajar adalah suatu perilaku”. Pada saat orang belajar, maka responnya
menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya menurun.
9
Menurut Dewey (Abdullah, 2014: 31) individu mengalami tiga tahapan
belajar,yaitu:
Dari pendapat para ahli di atas mengenai belajar peneliti menyimpulkan bahwa
b. Hakekat Mengajar
Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan
satu sama lain. Belajar menunjukkan apa yang harus dilakukan seseorang sebagai
menunjukkan apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pengajar. Menurut
bermakna bagi siswa”. Selain itu, Menurut Jhon R.Pancella (Slameto, 2010: 32)
10
interaksi, dan hasil dari keputusan guru adalah jawaban siswa atau sekelompok
berlangsungnya proses belajar. Jika belajar dikatakan milik siswa maka mengajar
kegiatan guru. Dari pendapat para ahli diatas mengenai mengajar, maka peneliti
dapat menyimpulkan bahwa mengajar adalah suatu proses yaitu proses mengatur,
2. Model Pembelajaran
Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari strategi,
metode atau prosedur. Model dimaknakan sebagai suatu objek atau konsep yang
Pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta
didik, di mana antara keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang intens dan
terarah menuju pada suatu target yang telah ditetapkan dan kompetensi yang
kondisi yang mengakibatkan terjadinya proses belajar pada diri peserta didik”.
hakikatnya merupakan suatu proses interaksi antara guru dengan siswa, baik
11
interaksi secara langsung, yaitu dengan menggunakan berbagai media
pembelajaran.
mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Joyce & Weil (dalam Rusman,
2010 : 133) bahwa “model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang
di kelas atau yang lain”. Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya
para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efesien untuk
proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan belajar”. Menurut Abdullah (2014:
dilakukan oleh guru dan peserta didik mulai dari awal pembelajaran
12
b. Sistem sosial
c. Prinsip reaksi
d. Sistem pendukung
e. Dampak
lingkungan belajar.
Pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada strategi, metode, atau
prosedur. Model pengajaran mempunyai empat cirri khusus yang tidak dimiliki
oleh strategi, metode, atau prosedur. Menurut Kardi dan Nur (dalam Shoimin,
13
b. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar(tujuan
pembelajaran yang akan dicapai).
c. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat
dilaksanakn dengan berhasil.
d. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat
tercapai
Dengan memperhatikan teori yang sudah dikemukakan oleh para ahli, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran adalah suatu rencan atau pola yang
maksimal.
Pembelajaran kooperatif tipe STAD ini merupakan salah satu tipe dari model
jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen. Diawali dengan
Pada STAD siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4-5 orang
yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan
suku. Guru menyajikan pelajaran, dan kemudian siswa bekerja dalam tim
mereka memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran
tersebut. Kemudian, seluruh siswa diberikan tes tentang materi tersebut,
pada saat tes ini mereka tidak diperbolehkan saling membantu.
Seperti halnya pembelajaran lainnya, pembelajaran kooperatif tipe STAD ini juga
14
dilaksanakan. Menurut Slavin (dalam Rusman 2012 : 213) menyatakan bahwa “
Gagasan utama di belakang STAD adalah memacu siswa agar saling mendorong
dan membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan yang diajarkan
guru.”
15
Adapun Langkah-langkah model pembelajaran STAD(Rusman, 2012: 215) adalah
sebagai berikut :
b. Pembagian Kelompok
tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pertemuan tersebut serta pentingnya
bantuan bila diperlukan. Kerja tim ini merupakan ciri terpenting dari STAD.
e. Kuis (Evaluasi)
Guru yang mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis tentang materi
masing-masing kelompok.
16
f. Penghargaan Prestasi Tim
Setelah pelaksanaan kuis, guru memeriksa hasil kerja siswa dan diberikan
sebagai berikut:
sebagai berikut:
1) Tahap Persiapan
Apabila siswa tidak habis dibagi empat, maka siswa yang berlebih akan
kelompok baru.
17
2) Peyajian Kelas
a) Kegiatan Kelompok
belajar kooperatif yang terdiri dari empat orang. Kelompok belajar yang telah
sebagai berikut:
masing kelompok.
b) Tes
Tes dikerjakan secara individu yang mencakup semua materi yang telah
dibahas dalam kegiatan pembelajaran. Skor yang diperoleh siswa dalam tes,
c) Penghargaan kelompok
18
d. Kelebihan dan Kelamahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
a. Arah pelajaran akan lebih jelaskarena tahap awal guru terlebih dahulu
kelompok
c. Dalam diskusi adakalanya hanya dikerjakan oleh beberapa siswa saja siswa
19
Shoimin (2014 : 189) juga menyebutkan bahwa model pembelajaran kooperatif
norma-norma kelompok
kelompok
berpendapat
Dengan memperhatikan teori yang sudah dikemukakan oleh para ahli, maka
20
4. Model Pembelajaran Langsung (Direct Intruction)
langsung adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk
menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan
pengetahuan procedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan
Ciri-ciri model pembelajaran langsung menurut Kardi & Nur (Triono 2011:41-42)
Selain itu, juga dalam pengajaran langsung harus memenuhi suatu persyaratan,
antara lain :
21
menyampaikan pelajaran yang ditransformasikan langsung oleh guru kepada
harus seefisien mungkin, sehingga guru dapat merancang dengan tepat waktu yang
digunakan.
kemampuan dasar dan proses perolehan informasitahap demi tahap dan guru lebih
seefisien mungkin.
22
Tabel 2.2.Langkah-langkah model pembelajaran Langsung
sehari-hari.
2014: 125) disajikan dalam 5 (lima) fase yang dapat dilihat pada tabel 2.3;
23
Fase Peran Guru
Fase 1 Menyatakan tujuan pembelajaran
Orientasi pembelajaran
Fase 2 Menjelaskan konsep, keterampilan baru, menyajikan
adalah :
24
a) Guru lebih dapat mengendalikan isi materi dan urutan informasi yang
rendah sekalipun.
pengetahuan dihasilkan.
b) Dapat diterapkan secara efektif dalam kelas yang besar maupun kecil.
diungkapkan.
25
e) Dapat menjadi cara untuk menyampaikan informasi yang banyak dalam
waktu yang relatife singkat yang dapat diakses secara setara oleh seluruh
siswa.
adalah :
pembelajaran ini bergantung pada image guru. Jika guru tidak tampak
terhambat.
c) Jika materi yang disampaikan bersifat kompleks, rinci atau abstrak, model
disampaikan.
26
d) Jika terlalu sering digunakan, model pembelajaran direct instrution
yang perlu diketahui. Hal ini akan menghilangkan rasa tanggung jawab
interpersonal mereka.
pembelajaran ini bergantung pada image guru. Jika guru tidak tampak
terhambat.
27
yang buruk pula dan model pembelajaran langsung membatasi
positif.
5. Metode Pembelajaran
pelajaran yang akan digunakan oleh guru pada saat menyajikan bahan pelajaran,
baik secara individual atau secara kelompok. Di bawah ini akan diuraikan
beberapa metode yang peneliti pakai pada model pembelajaran kooperatif tipe
a. Metode Ceramah
bahan pelajaran didalam kelas secara lisan. Interaksi guru dan siswa banyak
menggunakan bahasa lisan. Dalam metode ceramah ini yang mempunyai peran
utama adalah guru. Adapun kelebihan dan kekurangan metode ceramah menurut
28
c) Ceramah dapat menyajikan materi pelajaran yang luas. Artinya,
a) Materi yang dapat dikuasai siswa sebagai hasil dari ceramah akan
terbatas pada apa yang dikuasai guru. Sebab apa yang diberikan
29
ketajaman menangkap materi pembelajaran melalui
pendengarannya.
siswa mengantuk.
paham.
komunikasi langsung yang bersifat two way traffic sebab pada saat yang sama
terjadi dialog antara guru dan siswa. Adapun kelebihan dan kekurangan metode
30
2) Kekurangan metode Tanya jawab
melainkan akrab.
d) orang.
Metode pemberian tugas adalah cara penyajian bahan pelajaran dimana guru
aktif belajar baik secara individual maupun kelompok. Adapun kelebihan dan
sebagai berikut :
maupun kelompok.
31
b) Dapat mengembangkan kemandirian siswa diluar pengawasan guru.
a) Siswa sulit dikonrol, apakah ia yang mengerjakan tugas atau orang lain.
siswa.
jauh seseorang menguasai bahan yang diajarkan. Hasil belajar dapat dijelaskan
dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”.
Begitu pula dengan kegiatan belajar mengajar, setelah mengalami belajar siswa
Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap
dan tingkah lakunya. Menurut Gronlund (Purwanto, 2009:45) “Hasil belajar yang
32
Setiap manusia mempunyai cara yang khas untuk mengusahakan proses
belajar terjadi dalam dirinya. Individu yang berbeda dapat melakukan proses
belajar dengan kemampuan yang berbeda dalam aspek kognitif, afektif, dan
dalam aspek itu menjadi hasil dari proses belajar. Oleh karenanya hasil belajar
Ranah kognitif menurut Bloom, dkk (Dymiati,dkk 2006 : 26) terdiri dari
metode.
menggunakan prinsip.
33
(4) Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan kedalam
b) Ranah Afektif
Ranah afektif menurut Krathwhol dan Bloom, dkk (Dymiati, 2006; 27)
(3) Penilaian dan penentuan sikap, yang mencakup menerima suatu nilai,
34
nilai dalam suatu skala nilai dan dijadikan pedoman bertindak secara
bertanggung jawab.
c) Ranah Psikomotorik
Menurut Simpson (Dymiati, 2006; 29) terdiri dari tujuh jenis perilaku
dengan tepat.
35
(5) Gerakan kompleks, yang mencakup kemampuan melakukan gerakan
perubahan tingkah laku yang diperoleh siswa setelah mengikuti proses belajar dan
Dimyati (2013: 3) hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak
belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan
proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya
puncak proses belajar. Hasil belajar untuk sebagian adalah berkat tindak guru,
hasil belajar dan jenisnya. Faktor itu dapat digolongkan menjadi dua golongan
36
Faktor intern adalah faktor yang ada pada diri individu yang sedang belajar,
a) Faktor-Faktor Internal
atau ngantuk.
37
(a) Intelegensi. Intelegensi merupakan kecakapan yang terdiri atas
dengan
situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui/menggu
berbuat.
baru.
respons.
3) Faktor Kelelahan
kelelahan rohani.
b) Faktor-Faktor Eksternal
38
Keberhasilan belajar juga sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor dari luar
diri siswa (faktor eksternal). Adapun faktor eksternal yang mempengaruhi proses
belajar dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu faktor keluarga, faktor sekolah, dan
adalah: (a) Cara orang tua Mendidik, (b) Hubungan antara anggota
tidak ada variasi. (f) Hubungan antar guru dengan siswa. Guru
39
yang tidak dapat berinteraksi dengan baik dan akrab dengan
Jika siswa berada pada lingkungan yang baik, terdiri atas orang –
hakikatnya IPA atau sains dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan
sikap ilmiah. Selain itu, IPA atau sains dipandang juga sebagai proses, sebagai
produk, dan sebagai prosedur. IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan yang
bahwa pada hakikatnya IPA atau sains dibangun atas dasar produk ilmiah, proses
ilmiah, dan sikap ilmiah. Selain itu, Collete dan Chiappetta (1994) juga
40
Sebagai proses diartikan, semua kegiatan ilmiah untuk menyempurnakan
produk diartikan sebagai hasil proses, berupa pengetahuan yang diajarkan dalam
cara yang dipakai untuk mengetahui sesuatu (riset pada umumnya) yang lazim
tiga alasan mengapa fisika perlu diajarkan ditingkat sekolah, yaitu; (1) fisika di
pandang sebagai ilmu pengetahuan tentang gejala dan perangai alam, (2) fisika
sipandang sebagai suatu disiplin ilmu kerja, (3) fisika dapat menggali informasi
baru.
Kesimpulan dalam penelitian ini bahwa fisika sebagai salah satu cabang dari
IPA atau sains merupakan ilmu tentang gejala-gejala alam. Dengan mengetahui
fisika, siswa dapat membangun konsep-konsep fisika, teori-teori dan sikap ilmiah
kehidupan sehari-hari.
41
memperlihatkan bahwa belajar berkelompok dengan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD, secara kognitif dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan
N Nama
Judul Peneliti Sumber Hasil Penelitian
o Peneliti
1 Teguh Febri EfekModel Pembelajaran Jurnal Model pembelajaran
Sudarma Kooperatif tipe STAD Online kooperatif tipe STAD
berbasis Just-In Time Pendidikan berbasis JiTT lebih baik
Teaching Terhadap Hasil Fisika. dalam meningkatkan
Belajar Fisika pada (ISSN 2301- hasil belajar fisika.
Materi Kuliah Fisika 7651)
Sekolah di Jurusan Fisika
FMIPA Unimed
2 U. Nugroho Penerapan Pembelajaran Jurnal Penerapan metode
Kooperatif tipe STAD Pendidikan pembelajaran kooperatif
berorientasi Keterampilan Fisika tipe STAD berorientasi
Proses Indonesia 5 keterampilan proses
(2009) : dapat meningkatkan
108-112 pemahaman siswa dalam
(ISSN 1693- mata pelajaran Fisika.
1246)
3 Abdul Azis Penerapan Model Jurnal Penerapan model
Pembelajaran kooperatif Pendidikan pembelajaran kooperatif
dengan memanfaatkan Fisika dengan memanfaatkan
Alat Peraga Sains Fisika Indonesia alat peraga sederhana
(Materi Tata Surya) untuk Vol. 4 No.2, pada tata surya, dapat
Meningkatkan hasil Juli 2006 meningkatkan hasil
belajar dan Kerjasama belajar siswa, baik secara
Siswa kognitif, afektif, maupun
psikomotorik serta
kemampuan kerjasama
siswa.
Pengaruh Penerapan Jurnal Penerapan Model
4 Ismiarti Model Pembelajaran Inovasi Pembelajaran Kooperatif
Ferda Kooperatif tipe STAD Pendidikan tipe STAD (Student
Yuliantono (Student Teams- Fisika. Vol. Teams-Achievment
Achievment Division) 03 No. 02 Division) dengan metode
dengan Metode Active Tahun 2014, Active Knowledge
42
Knowledge Sharing hal. 111-118 Sharing berpengaruh
terhadap Prestasi Belajar (ISSN : positif terhadap prestasi
siswa pada materi alat 2302-4496) belajar siswa.
Optik kelas X di MAN 2
Gresik.
5. Karya Pengaruh Model Jurnal Model pembelajaran
Sinulingga Pembelajran Kooperatif Online kooperatif tipe STAD
tipe STAD berbasis Mind Pendidikan berbasis Mind Mapping
Mapping terhadap Hasil Fisika Vol. berpengaruh terhadap
Belajar Siswa pada 01, Juni hasil belajar Fisika
Konsep Bunyi di kelas 2012 (ISSN :
VIII SMP Negri 3 Tebing 23012-7651)
Tinggi.
Sumber : Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia
B. Kerangka Konseptual
kerja sama, berinteraksi dengan orang lain dan melatih rasa percaya diri untuk
pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar siswa pada materi
Besaran dan pengukuran, peneliti terlebih dahulu melakukan uji coba instrument
tes. Uji coba intrumen tes ini dilakukan kepada siswa kelas XI semester I SMA
Besaran dan Pengukuran. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dari lima pilihan, empat sebagai fungsi pengecoh dan 1 sebagai jawaban benar.
Sebelum instrument tes diuji coba kepada siswa kelas XI IPA peneliti terlebih
dahulu memvalidkan soal kepada ahli fisika yaitu dosen fisika Universitas
Darma Agung.
43
Setelah soal selesai divalidkan peneliti menganalisis instrumen tes tersebut
untuk menghitung validitas tes, realibilitas tes, tingkat kesukaran, dan daya
kelas penelitian secara acak (cluster random sampling). Cluster random sampling
ini bertujuan agar setiap anggota populasi mempunyai peluang yang sama untuk
dipilih menjadi anggota sampel. Peneliti melakukan nya dengan cara pengundian,
setiap anggota populasi diberi nomor terlebih dahulu, sesuai dengan jumlah kelas
kotak. Langkah berikutnya peneliti mengambil salah satu nomor yang ada
didalam kotak tersebut. Nomor yang terpilih pertama dijadikan sampel untuk
kelas eksperimen, dan nomor yang terpilih kedua dijadikan untuk sampel kelas
pembelajaran kooperatif tipe STAD, dan kelas kontrol akan diajarkan dengan
kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan soal yang telah divalidkan. Pretes
merupakan data hasil belajar awal yang menjadi acuan peneliti dalam melakukan
baku, uji normalitas, uji homogenitas, dan uji kesamaan rata-rata pretes (uji t 2
pihak) pada taraf α = 0,05, dimana tujuan uji kesamaan rata-rata pretes (uji t 2
pihak) untuk melihat sama tidaknya kemampuan awal siswa pada materi Besaran
44
Langkah berikutnya, peneliti melakukan proses belajar mengajar pada kedua
kelompok sampel yang dipilih, dimana pada kelas eksperimen diberi perlakuan
dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan pada kelas kontrol diberi
dengan perlakuan yang berbeda, peneliti melakukan postes kepada kedua kelas
untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah diberi perlakuan yang berbeda.
Tujuan dilakukannya postes adalah untuk melihat rata-rata simpangan baku, uji
normalitas, uji homogenitas, dan uji kesamaan rata-rata postes (uji t 1 pihak) pada
taraf α = 0,05, dimana tujuan uji kesamaan rata-rata postes (uji t 1 pihak) untuk
kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar siswa pada materi Besaran dan
Setelah itu peneliti melakukan uji hipotesis antara kelas eksperimen dan
rata-rata postes siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Apabila hasil uji
ini tidak sama dan nilai rata-rata hasil belajar model pembelajaran STAD lebih
hipotesis dengan duji beda satu pihak untuk melihat apakah ada pengaruh
C. Hipotesis Penelitian
45
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
2017/2018.
T.P. 2017/2018.
BAB III
METODE PENELITIAN
T.P. 2017/2018, yang beralamat di Jln. Bawaluo No. 1 Desa Sifaoroasi Gomo.
46
B. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Negeri 1 Gomo T.P. 2017/2018. Populasi penelitian ini terdiri dari 6 kelas yang
2. Sampel
sampel dipilih secara acak dengan teknik cluster random sampling. Sampel dalam
peneltian ini terdiri dari dua kelas. X-1 kelas sebagai kelas kontrol, yang diajar
dengan model pembelajaran langsung. Dan X-2 kelas lagi sebagai kelas
C. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini ada dua variabel yaitu: variabel bebas adalah Model
terikat adalah hasil belajar fisika pada materi pokok besaran dan pengukuran kelas
47
pembelajaran kooperatif tipe STAD ini berpusat pada siswa, dan guru
3. Hasil belajar adalah kemampuan kognitif siswa yang diperoleh dari hasil
eksperimen ini adalah hasil belajar siswa yang diperoleh oleh peneliti berasalkan
dalam memperoleh hasil belajar siswa secara spesifik. Tujuan digunakan nya jenis
penelitian quasi eksperimen ini adalah untuk menyelidiki ada tidaknya hubungan
sebab akibat serta berapa besar hubungan sebab akibat tersebut dengan
diambil dalam penelitian ini dibagi atas dua kelas, yaitu kelas eksperimen dan
kelas kontrol, kedua kelas ini mendapat perlakuan yang berbeda.Kelas eksperimen
diberikan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, dan kelas kontrol diberikan
48
Desain penelitian adalah pola atau gambaran penelitian yang dilakukan
hasil belajar fisika siswa dengan memberikan tes pada kedua kelas sebelum dan
sesudah diberi perlakuan.Adapun desain penelitian dapat dilihat pada tabel 3.1.
Keterangan :
F. Prosedur Penelitian
1. Tahap Persiapan :
a. Observasi ke sekolah
1) Validatas
2) Reabilitas
49
3) Daya Beda
4) Tingkat Kesukaran
2. Tahap Pelaksanaan :
1. Kelas Eksperimen
2. Kelas Kontrol
50
Tahapan Persiapan Observasi
Instrumen Penelitian
Pretes
Perlakuan Pembelajaran
Postes
51
G. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah objektif tes yang
sebagai fungsi pengecoh dan 1 sebagai jawaban benar.Setiap jawaban yang benar
Tabel 3.2 Tabel Spesifikasi Tes Kemampuan Hasil Belajar Fisika Siswa pada
Materi Pokok Besaran dan pengukuran
Tingkat kemampuan kognitif
Indikator Jlh
C1 C2 C3 C4 C5 C6
Menjelaskan konsep pengukuran,
2 3 - 5 1,6 4
dimensi suatu besaran
Mampu mengukur panjang
menggunakan mistar, jangka sorong
- - - 7 - - -
dan mikrometer sekrup dengan tepat
dan teliti
Menentukan ketelitian dan ketepatan
- - - 8 - -
beberapa alat ukur panjang
Menyajikan data hasil pengukuran
- 9 - - - - -
tunggal beserta ketidakpastiannya
Melakukan pengukuran panjang
- 10 - - - - -
menggunakan alat ukur yang sesuai
Menjelaskan kesalahan dan
ketidakpastian pengukuran berulang - - 20 11 - - -
pada pengukuran massa dan waktu
Menentukan ketidakpastian
12,
pengukuran sesuai percobaan yang - - - - -
18
dilakukan
Menentukan operasi-operasi dalam 13,
- - 14 - - -
angka penting dan Pengukuran 19
Menentukan angka penting hasil 15,
pengukuran - - - 16, - - -
17,
Total 1 3 5 7 3 1 20
52
Selanjutnya jumlah skor dari setiap siswa dikonversikan ke dalam bentuk nilai,
Uji coba instrumen dimaksudkan untuk mendapatkan alat atau tes yang
valid sehingga tes tersebut dapat digunakan untuk mengukur kemampuan siswa.
sebagai berikut:
digunakan untuk mengetahui validitas tes ini adalah teknik koefisien korelasi
Biserial, yaitu :
M p −M t P
γpbi =
St √q
(Arikunto, 2013 : 93)
dimana :
53
n Σ y 2−( Σ y )2
St =
n(n−1)
Keterangan :
ᵞpbi = koefisien kolerasi biserial
Mp = rerata skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang dicari
validitasnya
54
Tabel 3.3. Rincian Pehitungan Validitas Tes
Dari hasil uji validitas yang telah dilakukan didapatkan bahwa dari 25 instrumen
yang diujikan terdapat 20 insrtrumen yang valid dan 5 instrumen yang tidak valid.
55
Untuk menguji reliabilitas tes digunakan rumus KR-20 sebagai berikut:
S 2−∑ pq
r 11
n
= n−1
( S2 )
(Arikunto,2013:115 )
Keterangan :
r 11 = Reliabilitas tes
n = Jumlah item
S2 = Varians total
S2 = Σ X 2−¿ ¿ ¿ (Arikunto,
2013 : 112)
Keterangan :
S2 = Varians skor
N = sampel
56
4) 0,61 < r11 ≤ 0,80 kategori tinggi
5) 0,81 < r11 ≤ 1,00 kategori sangat tinggi
Harga rtabel diperoleh dari daftar r produk moment dengan α = 0.05, jika harga r hitung
adalah 0,74 dan rtabel adalah 0.44 maka diperoleh rhitung > rtabel atau 0.74 > 0.44. jadi
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar.
Untuk menentukan tingkat kesukaran tes atau indeks kesukaran tes dicari dengan
rumus:
B
P = JS ( Arikunto, 2013:223)
Keterangan:
P = Indeks kesukaran
B = Banyak siswa menjawab benar
57
Tabel 3.4. Rincian Tingkat Keukaran Intrumen Tes
No Item B JS P Status
1 23 40 0,575 Sedang
2 22 40 0,55 Sedang
3 18 40 0,45 Sedang
4 27 40 0,675 Sedang
5 28 40 0,70 Mudah
6 23 40 0,575 Sedang
7 17 40 0,425 Sedang
8 34 40 0,85 Mudah
9 26 40 0,65 Sedang
10 18 40 0,45 Sedang
11 28 40 0,70 Mudah
12 23 40 0,575 Sedang
13 8 40 0,20 Sukar
14 21 40 0,525 Sedang
15 25 40 0,625 Sedang
16 26 40 0,65 Sedang
17 20 40 0,50 Sedang
18 25 40 0,625 Sedang
19 28 40 0,70 Mudah
20 25 40 0,625 Sedang
21 13 40 0,325 Sedang
22 12 40 0,30 Sukar
23 13 40 0,33 Sedang
24 26 40 0,65 Sedang
25 10 40 0,25 Sukar
Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa dari 25 soal yang diujikan
58
4. Daya Pembeda Tes
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan siswa
BA BB
D= − =P A−P B ( Arikunto,2013:228 )
J A JB
Keterangan: :
D = Daya Pembeda
JA = Banyaknya peserta kelompok atas
JB = Banyaknya peserta kelompok bawah
PA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
Adapun rincian perhitungan daya pembeda instrument tes dapat dilihat pada
Tabel 3.4;
59
Tabel 3.4. Rincian Perhitungan Daya Pembeda Soal
Secara keseluruhan, daya pembeda intrumen tes memiliki daya pembeda cukup.
Lampiran 8.
60
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji
persyaratan analisis data dalam hal ini dihitung uji normalitas dan uji homogenitas
X = ∑ X ………………………………………………(Sudjana,
N
2012:67)
S=
√ N ∑ Xi 2 −( ∑ Xi )
N ( N−1 )
. .. .. . .. .. . .. .. . .. .. .. . .. .. . .. .. . .. .. . .. .. . .. ..(Sudjana 2012:94 )
Keterangan :
X = Rata-Rata skor
Xi = Jumlah skor
N = Jumlah subjek
S = Standar deviasi
2. Uji Normalitas
tiap variabel penelitian, uji yang dipakai adalah uji Lilliefors. Langkah- langkah
yang dilakukan untuk uji normalitas adalah sebagai berikut (Sudjana, 2012: 466 ):
61
a. Pengamatan X1, X2, …., Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, ….,
Xi− X́
Zndenganmenggunakan rumus Zi = ( X́ dan S masing-masing
S
b. Untuk tiap bilangan baku ini dan menggunakan daftar distribusi normal
Z
c. Selanjutnya dihitung proporsi Z 1 , Z 2 , ..., n yang lebih kecil
banyaknya Z 1 , Z 2 .. . .. . Z n ≤Z i
S ( Zi )=
maka: n
3. Uji Homogenitas
rumus :
62
varians terbesar
F=
varians terkecil
J. Pengujian Hipotesis
Ha :
X1 ≠ X2 Kemampuan awal siswa pada kelas eksperimen dan kelas
HO :
X1 = X2 Kemampuan awal siswa pada kelas eksperimen dan kelas
Apabila data penelitian berdistribusi normal dan homogen maka untuk menguji
63
X̄ 1 − X̄ 2
1 1
t=
S
√ +
n1 n2 .........................................................(Sudjana, 2012: 239)
( n1 −1 ) S 12 + ( n2 −1 ) S 22
S2 = n1 +n2 −2 ...................................(Sudjana, 2012: 239)
−t 1 < t <t 1
1− α 1− α
Kriteria pengujian adalah : terima H O jika 2 2 dimana
t
1−
1
2
α
didapat dari daftar distribusi t dengan dk = n 1+n2-2 dan α = 0 ,05 .
−t 1 < t <t 1
1− α 1− α
2 2 , atau nilai t hitung yang diperoleh berada diantara
−t 1 t 1
1− α 1− α
2 dan 2 , maka H0 diterima. Dapat diambil kesimpulan bahwa
siswa pada kelas eksperimen. Jika pengolahan data menunjukkan nilai t hitung
−t 1 t 1
1− α 1− α
tidak berada diantara 2 dan 2 , H0 ditolak dan terima Ha, dapat
digunakan untuk mengetahui pengaruh dari suatu perlakuan. Hipotesis yang diuji
berbentuk :
64
Ha :
X1 > X 2 Ada pengaruh yang signifikan penggunaan model
T.P. 2015/2016
HO :
X 1 ≤X 2 Tidak ada pengaruh yang signifikan penggunaan model
2015/2016.
X̄ 1 − X̄ 2
1 1
t=
s
√ +
n1 n2 .......................................................(Sudjana, 2012: 239)
( n1 −1 ) s 12 + ( n2 −1 ) s 22
s2 = n1 +n2 −2 ....................................(Sudjana, 2012: 239)
Keterangan :
t =Distribusi t
65
n1 = Jumlah siswa kelas eksperimen
s 2=
1 Varians kelas eksperimen
s
22 = Varians kelas kontrol
BAB IV
A. Hasil Penelitian
Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah nilai hasil belajar siswa
pada materi pokok Besaran dan Pengukuran di kelas X SMA Negeri 1 Gomo T.P.
2017/2018 yaitu nilai belajar siswa pada kelas eksperimen yang menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan pada kelas kontrol menggunakan
model pembelajaran langsung. Penelitian ini dilakukan pada dua kelas yana terdiri
dari kelas eksperimen dengan jumlah 30 orang dan kelas kontrol dengan jumlah
30 orang.
66
1. Data Hasil Penelitian
Data dideskripsikan pada penelitian ini meliputi data hasil belajar fisika
siswa pada materi pokok Besaran dan Pengukuran, yang diberikan perlakuan
berbeda yaitu :
kelas kontrol.
Oleh sebab itu sebelum kedua kelas diterapkan perlakuan yang berbeda
,maka kedua kelas terlebih dahulu diberikan pretes yang bertujuan untuk
mengetahui kemampuan awal belajar siswa pada masing – masing kelas. Secara
ringkas data hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel 4.1;
Data nilai pretes kelas eksperimen Data nilai pretes kelas kontrol
N Nilai Frekuensi
o
x̄ S Nilai Frekuensi
x̄ S
1 30 5 30 5
2 35 5 35 4
3 40 4 40 6
4 45 8 42,66 9,07 45 9 41,66 7,69
5 50 3 50 3
6 55 3 55 3
7 60 2
Jumlah 30 Jumla 30
siswa siswa
Adapun diagram batang nilai pretes kelas eksperimen dan kontrol dapat dilihat
67
9
9 8
8
7 6
6 5 5 5
Frekuensi Kelas 5 4 4
Eksperimen 4 3 3 3 3
Frekuensi Kelas 3 2
Kontrol
2
1
0
30 35 40 45 50 55 60
Gambar 4.1. Diagram Batang Nilai Pretes Kelas Eksperimen dan kontrol
langsung. Adapun hasil belajar postes dapat dilihat pada Tabel 4.1;
Data nilai postes kelas eksperimen Data nilai postes kelas control
No Nilai Frekuen
si x̄S Nilai Frekuen
si x̄ S
1 55 2 40 3
2 60 2 45 5
3 65 3 50 5
4 70 6 55 3
5 75 6 60 3
6 80 5 74,16 10,09 65 4 57,50 12,43
7 85 3 70 2
8 90 2 75 3
9 95 1 80 2
Jumlah 30 Jumlah 30
siswa siswa
Adapun diagram batang nilai postes kelas eksperimen dan kontrol dapat dilihat
68
6 6
6
5 5 5
5
4
Frekuensi 4
Kelas 3 3 3 3 3 3
Eksperimen 3
2 2 2 2 2
Frkuensi 2
Kelas 1
Kontrol
1
0
40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95
Gambar 4.2. Diagram Batang Nilai Postes Kelas Eksperimen dan kontrol
Uji persyaratan analisis data meliputi uji normalitas data pretes dan
bahwa nilai pretes dan postest kedua kelompok sampel memiliki data yang normal
atau Lhitung < Ltabel pada taraf signifikan 0,05 dan N=30. Hasil uji normalitas pretes
Tabel 4.3. ringkasan perhitungan uji normalitas data pretes dan postes
No Data Kelas Lhitung Ltabel Kesimpulan
1 Pretes Eksperimen 0,1475 Normal
2 Pretes Kontrol 0,1336 0,1610 Normal
3 Postes Model STAD 0,1014 Normal
4 Postes Model DI 0,1591 Normal
mengetahui apakah kelompok sampel berasal dari populasi yang homogen atau
tidak. Dari hasil uji homogenitas diperoleh nilai Fhitung =1,39 pada pretes, dan
Fhitung =1,51 pada postes. Sedangkan Ftabel =1,86. Karena Fhitung< Ftabel maka data
69
pretes dan postes kedua sampel homogen. Secara ringkas hasil perhitungan uji
Dari tabel 4.3. dan 4.4. di atas dapat disimpulkan bahwa data penelitian
hasil perhitungan pada lampiran 13 diperoleh thitung = 0,475 harga ini dibandingkan
dengan ttabel dengan taraf nyata 0,05 dengan dk = 58 maka diperoleh ttabel = 2,002,
dengan demikian thitung < ttabel maka dapat dinyatakan bahwa kemampuan awal
kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok Besaran dan
Setelah uji persyaratan analisis data dilakukan dan memenuhi syarat maka
dengan menggunakan uji t satu pihak, dari hasil perhitungan pada lampiran 13
70
diperoleh thitung = 5,886, harga ini dibandingkan dengan tabel nilai persentil untuk
demikian thitung > ttabel. Artinya bahwa kelompok siswa yang diajar dengan
belajar yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok siswa yang diajar dengan
hasil belajar divalidkan dengan 25 soal setelah diujikan hanya 20 soal yang
pretes terlebih dahulu untuk melihat apakah kemampuan awal kedua kelas adalah
sama. Dilihat dari skor pretes kelas eksperimen diperoleh skor rata – ratanya
42,66 dengan standar deviasi 9,07 dan untuk kelas kontrol diperoleh skor rata –
ratanya 41,66 dengan standar deviasi 7,69. Dari hasil perhitungan diperoleh t hitung
= 0,475 dan t tabel =2,002. Karena t hitung < t tabel maka dapat disimpulkan bahwa
kemampuan awal kedua kelas adalah sama. Kemudian peneliti melakukan proses
kooperatif tipe STAD dan untuk kelas kontrol digunakan model pembelajaran
71
menjadi enam kelompok yang terdiri dari lima orang siswa setiap kelompok,
kelamin, suku dan agama. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota
saling kerja sama dan membantu memahami suatu bahan pembelajaran artinya
belajar belum selesai jika salah satu teman dalam tim kelompok belum menguasai
belajaran belajar.
Setelah diberi perlakuan yang berbeda diperoleh nilai rata – rata postes
kelas eksperimen adalah 74,16 dengan standar deviasi 10,09. Sedangkan untuk
kelas kontrol diperoleh nilai rata – rata adalah 57,50 dengan standar deviasi 12,43.
Dari nilai rata – rata postes terlihat bahwa hasil belajar siswa sesudah diberi
perlakuan yang berbeda menunjukkan nilai rata – rata postes kelas eksperimen
lebih tinggi dibanding dengan nilai rata – rata kelas control. Dari hasil uji
statistika uji t diperoleh harga t hitung = 5,886 dan t tabel = 1,671 pada taraf signifikan
= 0,05 dan dk = 58. Karena t hitung >t , maka dapat disimpulkan bahwa ada
tabel
terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok Besaran dan Pengukuran.
dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa diberi kesempatan untuk
saling membagi ide – ide, berinteraksi, kerja sama yang terjalin erat dengan
diterima dari teman yang sudah terlebih dahulu menguasai materi. Dengan tipe
72
ini, siswa belajar melaksanakan tanggung jawab pribadinya dengan rekan – rekan
pendapatnya masing – masing. Jadi hasil belajar siswa yang diajar dengan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih baik dari pada hasil belajar yang diajar
khususnya pada materi pokok Besaran dan Pengukuran, siswa masih kurang
percaya diri dan kurang mengerti bagaimana cara mempresentasikan hasil diskusi
siswa yang lain masih ada yang ribut, peneliti membutuhkan waktu yang lama dan
BAB V
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa data dan uji statistik yang dilakukan dalam
1. Nilai rata-rata hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD pada materi pokok Besaran dan Pengukuran di kelas X
73
2. Nilai rata-rata hasil belajar siswa yang diajar dengan model pengajaran
tipe STAD terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok Besaran dan
ini dapat dibuktikkan Dari hasil uji statistika uji t diperoleh harga t hitung =
5,886 dan t tabel = 1,671 pada taraf signifikan = 0,05 dan dk = 58. Karena t
B. Saran
kooperatif tipe STAD sebagai salah satu upaya untuk mengaktifkan siswa
74
belajar, menambah kreativitas dan semangat belajar siswa serta meningkatkan
DAFTAR PUSTAKA
75
Kanginan, M. 2006. Fisika Untuk SMA Kelas X. Jakarta :Erlangga
Pribadi, B.A. 2009. Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta Dian Rakyat
Sardiman. 2009. Iteraksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo
Persada
Sanjaya, W. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta : Kencana.
Sudarma. 2013. Efek Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD berbasis Just-In
Time Teaching terhadap Hasil belajar Fisika pada Mata Kuliah Fisika
Sekolah di Jurusan Fisika FMIPA Unimed. Vol 2.
http://journal.Unimed.ac.id. Juni 2013
76
77
Lampiran 1. Silabus Penelitian
78
Aloka
si
Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Sumber Belajar
Wakt
u
79
80
Lampiran 2. RPP
A. Kompetensi Inti
KI 1: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya(religius)
KI 2: Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,
peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan
pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial
dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.(sikap)
KI 3: Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian
yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah(pengtahuan)
KI 4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah
secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan
(keterampilan proses)
B. Kompetensi Dasar
81
C. Indikator
Pertemuan pertama:
3.1.1. Menjelaskan konsep pengukuran, dimensi suatu besaran
3.1.2. Mampu mengukur panjang menggunakan mistar, jangka sorong dan
mikrometer sekrup dengan tepat dan teliti
3.1.3. Menentukan ketelitian dan ketepatan beberapa alat ukur panjang
3.1.4. Menyajikan data hasil pengukuran tunggal beserta ketidakpastiannya
4.1.1. Melakukan pengukuran panjang menggunakan alat ukur yang sesuai
Pertemua Pendekata
Model Pembelajaran Metode
n n
I Scientific Student and Diskusi/Tanya
explaining jawab/praktek
II Scientific Student and Diskusi/tanya
explaining jawab/praktek
III Scientific Student and Diskusi/tanya
explaining jawab/praktek
E. Materi Pembelajaran
1. Fakta
a. Orang menimbang massa dengan neraca
b. Orang mengukur panjang jalan dengan roll meter
c. Mengukur waktu menggunakan stopwatch pada lomba lari
d. Mengukur diameter kunci menggunakan jangka sorong
2. Konsep
a. Alat ukur
b. Ketepatan dan ketelitian
c. Kesalahan pengukuran
d. Angka penting
3. Prinsip
a. Penulisan hasil pengukuran
b. Menentukan ketelitian, kesalahan/ketidakpastian pengukuran
c. Penggunaan aturan angka penting
4. Prosedur
a. Langkah-langkah melakukan pengukuran panjang, massa, dan waktu
b. Penyajian dan pengolahan data
c. Percobaan pengukuran massa jenis kelereng dan balok
82
83
Kelas Eksperimen (kelompok model pembelajaran student explaining and facilitator
Kegiatan Metode Alokasi
Kegiatan Fase
Guru Siswa Pembelajaran Waktu
Awal 1. Menyampaikan tujuan 1.Membuka pelajaran dan mengucapkan 1. Mendengarkan dan mengucapkan Ceramah 10’
dan memotivasi siswa salam serta mengecek kehadiran siswa salam kepada guru.
2.Apersepsi: 2. Memberikan tanggapan terhadap Tanya jawab
1) Pada saat kalian di SMP sudah pertanyaan guru.
mempelajari tentang macam-macam
besaran fisika. Coba sebutkan contoh
dari pengukuran tersebut?
2) Sekarang coba sebutkan besaran apa
saja yang termasuk dalam
pengukuran ?
3) Apakah kalian sudah pernah
mengukur tinggi badan atau
menggunakan stopwatch saat di
SMP?
3. Menyampaikan tujuan pembelajaran
yang akan dicapai dan menyampaikan 3. Mendengarkan guru ceramah
cakupan materi yang akan dipelajari.
1) Mampu mengukur panjang
menggunakan mistar, jangka sorong
dan mikrometer sekrup dengan tepat
dan teliti
2) Menentukan ketelitian dan ketepatan
beberapa alat ukur panjang
3) Menyajikan data hasil pengukuran
tunggal beserta ketidakpastiannya
Inti 2. Menyampaikan Guru mengulas materi konsep pengukuran Mendengarkan guru ceramah 15’
informasi serta tambahan materi dimensi pada
besaran-besaran tersebut.
84
3. Mengorganisir peserta 1. Peserta didik dibagi menjadi menjadi 1. Mendengarkan dan melaksanakan Ceramah 10’
didik ke dalam kelompok-kelompok dan tiap intruksi dari guru.
kelompok kooperatif kelompok berjumlah 4-5 orang.
2. Peserta didik membagi tugas dalam 2. Memilih anggotanya masing-masing Parktik
kelompok untuk melakukan sesuai dengan instruksi dari guru.
pengukuran (menentukan teman yang
mengukur benda sesuai alat ukurnya
masing-masing)
4. Membimbing 1. Guru membimbing cara penggunaan 1. Mendengarkan arahan dan penjelasan Ceramah 30’
kelompok bekerja dan alat ukur panjang,massa, waktu. dari guru.
belajar 2. Guru menjealskan cara menggunakan 2. Peserta didik menyimak penjelasan Ceramah
alat ukur yang digunakan pada dari guru.
percobaan Ceramah
3. Peserta didik mengamati skala alat 3. Peserta didik menyimak penjelasan
ukur panjang yang disediakan untuk dari guru tentang skala alat ukur
percobaan yaitu mistar, jangka sorong, panjang yang disediakan untuk Ceramah
dan mikrometer sekrup. percobaan yaitu mistar, jangka
sorong, dan mikrometer sekrup
4. Guru bertanya tentang perbedaan 4. Peserta didik berdiskusi dan
ketelitian dan ketidakpastian ketiga alat menjawab pertanyaan guru tentang
ukur tersebut ketelitian dan ketidakpastian ketiga Tanya jawab
alat ukur tersebut.
5. Siswa dipancing untuk bertanya 5. Berfikir dan memahami pertanyaan
tentang perbedaan ketelitian dan guru tentang tentang perbedaan
ketidakpastian ketiga alat ukur. ketelitian dan ketidakpastian ketiga Tanya jawan
alat ukur
5. Evaluasi 1. Guru menginstruksikan Peserta didik 1. Peserta didik berdiskusi bersama Diskusi 40’
berdiskusi bersama kelompok mereka kelompok mereka masing-masing
masing-masing untuk melakukan untuk melakukan percobaan sesuai
percobaan sesuai LKS 01. LKS 01.
2. Guru menginstruksikan Peserta didik 2. Peserta didik melakukan percobaan
85
melakukan percobaan tentang tentang pengukuran panjang dengan Praktik
pengukuran panjang dengan menggunakan alat ukur panjang
menggunakan alat ukur panjang yang yang memiliki ketelitian yang
memiliki ketelitian yang berbeda. berbeda.
3. Guru menginstruksikan Peserta didik 3. Peserta didik mengamati pembacaan Praktik
mengamati pembacaan skala hasil skala hasil pengukuran oleh masing-
pengukuran oleh masing-masing alat masing alat ukur yang digunakan
ukur yang digunakan
4. Guru menginstruksikan Peserta didik 4. Peserta didik menentukan hasil Praktik
menentukan hasil pengukuran diameter pengukuran diameter kelereng,
kelereng, panjang pensil, diameter panjang pensil, diameter kawat, dn
kawat, dn tebal buku fisika tebal buku fisika
5. Guru menginstruksikan Peserta didik 5. Peserta didik mengolah hasil Penugasan
mengolah hasil pengukuran yang pengukuran yang dilengkapi dengan
dilengkapi dengan ketidakpastian ketidakpastian masing-masing alat
masing-masing alat ukur panjang ukur panjang
6. Guru menginstruksikan Perwakilan 6. Perwakilan dari tiap Penugasan
dari tiap kelompok menyampaikan kelompok menyampaikan
hasil pengukuran panjang pada LKS hasil pengukuran panjang pada LKS
01 tentang ketelitian alat ukur yang 01 tentang ketelitian alat ukur yang
berbeda dan penyebabnya berbeda dan penyebabnya
7. Guru menginstruksikan Kelompok lain 7. Kelompok lain menanggapi Tanya jawab
menanggapi presentasi kelompok yang presentasi kelompok yang
bersangkutan bersangkutan
8. Guru menginstruksikan Peserta didik 8. Peserta didik megerjakan soal Penugasan
megerjakan soal berkaitan dengan berkaitan dengan dimensi besaran
dimensi besaran turunan dan turunan dan pengukuran.
pengukuran.
9. Guru membuat konsep pengukuran dan 9. Siswa manulis pemaparan guru Penugasan
prinsip-prinsip dalam pengukuran dan tentang membuat konsep
dimensi. pengukuran dan prinsip-prinsip
86
10. Guru bersama peserta dalam pengukuran dan dimensi.
didik menyimpulkan ketelitian dan 10. Bersama sama dengan guru Tanya jawab
penggunaan beberapa alat ukur menyimpulkan ketelitian dan
penggunaan beberapa alat ukur
Penutup 6. Memberikan 1. Guru memberikan penghargaan kepada 1. Mendengarkan pengumuman dari Ceramah 10’
penghargaan kelompok terbaik guru tentang kelompok terbaik
2. Memberikan tugas untuk membaca 2. Peserta didik merangkum konsep Penugasan 10’
materi pengukuran berulang. pengukuran dan prinsip-prinsip dalam
3. Doa dan salam penutup penutup pengukuran dan dimensi
pembelajaran
87
atau percobaanmengukur panjang bimbingan dengan guru tanya jawab
menggunakan mistar, jangka sorong
dan mikrometer sekrup dengan tepat
dan teliti.
4. Mengecek pemahaman 1. Guru memberi pertanyaan setelah 1. Siswa menjawab pertanyaan guru Latihan dan 15’
dan member umpan balik pelatihan awal dilakukan untuk tanya jawab
mengetahui tingkat pemahaman siswa
2. Guru memberi respon terhadap jawaban
siswa 2. Siswa mendengarkan guru
Penutu 5. Memberikan kesempatan 1. Guru memberikan kesempatan kepada 1. Siswa mengerjakan latihan, Ceramah 10’
p untukpelatihan lanjutan siswa untuk latihan mandiri dan
dan penerapan melakukan percobaan serta
penerapannya dalam kehidupan sehari-
hari
2. Guru memberikan pekerjaan rumah 2. Siswa mencatat tugas dari guru Penugasan
kepada siswa
3. Guru menutup pelajaran dan 3. Siswa menjawab salam dari guru Tanya jawab
memberikan salam penutup
88
G. Sumber Belajar
Pertemua Alat dan bahan Sumber belajar
n
I Mistar/meteran, 1. Indrajit,Didit.2007. Mudah dan aktif belajar
micrometer sekrup, jangka Fisika. Bandung : Setia Purna Inves
sorong, kelereng, pensil baru, 2. Saripudin,A.dkk.2009.Praktis Belajar Fisika
kawat dan,buku fisika untuk Kelas X.Jakarta: Visindo Media Persada
II Kelereng, , stopwatch, meteran, 3. Besaran dan satuan, alat ukur tersedia di
neraca ohaus, busur derajat, 4. Pengukuran tersedia
statip di http://fisikawanhijau.blogspot.co.id
III Jangka sorong, neraca ohaus, 5. Sutiagah, A.2013. Teknik Kelistrikan dan
balok,kelereng Elektronika Instrumentasi.Buku Ajar SMA
H. Penilaian
1. Penilaian Kognitif (KI. III)
1) Teknik penilaian : Tes Tertulis
2) Bentuk instrumen : Soal essay
3) Instrumen : (terlampir)
4) Panduan penskoran/ bobot : (terlampir)
5) Rekapan penilaian : (terlampir)
2. Penilaian psikomotor (KI. IV)
1) Teknik penilaian : Observasi
2) Bentuk instrumen : Lembar observasi
3) Instrumen : (terlampir)
4) Panduan penskoran/ bobot : (terlampir)
d. Rekapan penilaian
89
MATERI PEMBELAJARAN
Perbedaan mendasar antara besaran pokok dan besaran turunan adalah pada
satuannya. Pada besaran pokok satuannya telah ditetapkan lebih dulu sedangkan
besaran turunan satuannya merupakan turunan dari 1 atau lebih satuan besaran
pokok. Analogi besaran pokok dan besaran turunan adalah seperti pada sebuah
pakaian. Kancing, benang, kain adalah bahan utama dari pakaian (disebut besaran
90
pokok) sedangkan kemeja, celana, jaket adalah produk dari bahan tadi (besaran
turunan)
Satuan
Setiap besaran umumnya memilki satuan. Agar terjadi keseragaman dalam dunia
ilmu pengetahuan dan pendidikan, dibuatlah suatu perjanjian internasional tentang
penggunaan dari satuan Sistem Internasional (SI). SI merupakan satuan resmi
yang disepakati para ilmuwan dan ahli pendidikan untuk digunakan dalam
penelitian dan pengajaran.
Satuan Panjang
Panjang adalah jarak antara dua titik di dalam ruang. Lebar, tinggi, jari-jari
lingkaran termasuk dalam besaran panjang. Dalam SI satuan panjang adalah
meter.Standar panjang internasional yang pertama adalah sebuah batang terbuat
dari bahan campuran platina
iridium, dan di simpan di the international Bureau of Weight and Measures.
Tahun 1960 para ahli menetapkanbahwa satu meter sama dengan 1.650.763,73
kali panjang gelombang pancaran sinar jingga-merah dari atom kripton-86 dalam
ruang hampa. Alat ukur panjang adalah mistar, jangka sorong, dan mikrometer
sekrup. Pada mikrometer sekrup mempunyai tingkat ketelitian 0,01 mm
sedangkan jangka sorong mempunyai tingkat ketelitian 0,1 mm .
Satuan Massa
Satu kilogram standar adalah massa dari
sebuah model silinder platina iridium
yang aslinya disimpan di Lembaga Berat
dan Ukuran International di Sevres.
Standar sekunder dikirim ke berbagai
negara dan massa-massa benda yang
lainnya ditentukan dengan menggunakan
teknik neraca berlengan sama.
Satuan Waktu
Satuan waktu dalam SI adalah sekon. Pada mulanya satuan waktu didasarkan pada
waktu perputaran bumi mengelilingi sumbunya. Untuk mendapatkan pengukuran
waktu yang lebih teliti, sekarang orang menggunakan jam atom. Jam ini diatur
oleh gerakan atom tertentu (misalnya atom Cesium) dimana 1 detik adalah
9.192.631.770 periode getaran atom cesium-133.
TAHUKAH ANDA?
91
PENGUKURAN
Pentingnya Satuan
Pada 23 september 1999 mars climate orbiter (pesawat antariksa yang
mengorbit planet mars) secara tiba-tiba menghilang. Pengatur nasa di
Jet Propulsion Laboratory (laboratorium pendorong jet) telah mengirim
iunstruksi numerik yang salah. Sebagai agen pemerintah, NASA
bekerja dalam satuan SI (dimana gaya dinyatakan dalam newton),
tetapi kontraktor, Lockheed Martin Astronoutics, bekerja dalam satuan
US Customary, memberikan data gaya dorong dalam pound. Pesawat
antariksa seharga 125 juta dolar (1,125 triliun rupiah) itu akhirnya
hancur di planet mars hanya gara-gara kesalahan menerjemahkan
satuan dari data numerik yang diberikan. Karena itu ketika anda
menampilkan nilai numerik dari suatu besaran fisika, selalu lengkapi
dengan satauan yang sesuai di samping angkanya.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering melakukan
pengukuran terhadap sesuatu. Baik pengukuran eksak
ataupun non-eksak. Pengukuran eksak dilakukan dengan
menggunakan alat ukur, seperti mistar, neraca, dan
termometer. Sedangkan pengukuran non-eksak dilakukan
tanpa menggunakan alat ukur. Contoh pengukuran non-
eksak misalnya, mengukur cantik atau tidaknya seseorang.
Dalam belajar fisika pun, kita tidak akan lepas dari pengukuran. Lalu, apa yang
dimaksud dengan pengukuran? Pengukuran didefinisikan sebagai suatu kegiatan
membandingkan suatu besaran dengan besaran standar yang sudah ditetapkan
sebagai satuan. Contoh alat ukur besaran standar adalah mistar, neraca,
stopwatch, termometer, dan amperemeter.
Mengukur Panjang
Pernahkan Anda mengukur panjang pensil atau pulpen? Alat ukur apa yang Anda
gunakan saat mengukur kedua benda tersebut? Tentu Anda menggunakan mistar
bukan? Akan tetapi, jika Anda mengukur besarnya sebuah sudut, tentunya Anda
tidak dapat menggunakan mistar, Anda harus menggunakan busur derajat.
Kemudian tiimbul pertanyaan, dapatkah Anda mengukur tebal selembar kertas
dengan menggunakan mistar? Untuk mengukur tebal selembar kertas, Anda juga
membutuhkan alat ukur panjang, tetapi harus sesuai dengan tingkat ketelitian
yang dibutuhkan. Dengan demikian, pemilihan dan penyiapan alat ukur harus
sesuai dengan fungsi, keperluan, dan tingkat ketelitiannya.
Pada dasarnya, kita telah mengetahui cara mengukur panjang suatu benda dengan
menggunakan mistar. Perhatikan pengukuran panjang ruas garis AB pada gambar
berikut.
Berdasarkan gambar diatas, kita memperoleh panjang ruas garis AB adalah 8,5
cm.
Contoh pengukuran dengan mistar:
93
Digunakan untuk megukur suatu obyek yang tidak bisa dilakukan dengan mistar,
misalnya karena ukurannya terlalu panjang atau bentuknya tidak lurus.
Mempunyai tingkat ketelitian sampai dengan 1 mm.
Jangka Sorong
Pernahkah Anda mengukur diameter kelereng? Dapatkah pengukuran tersebut
menggunakan mistar? Penggunaan mistar untuk mengukur diameter kelereng
akan menyulitkan dan menghasilkan hasil yang kurang akurat. Untuk mengukur
diameter kelereng tersebut dapat digunakan jangka sorong.
94
Jangka sorong terdiri atas dua bagian, yaitu rahang tetap yang memuat skala
utama dan rahang geser (sorong) yang memuat skala nonius. Sepuluh skala utama
memiliki panjang 1 cm sedangkan sepuluh skala nonius memiliki panjang 0,9 cm.
Skala terkecil jangka sorong adalah 0,1 mm. Sehingga, ketelitian jangka sorong
ialah
1
×0,1 mm=0,05 mm
2
Mikrometer Sekrup
Mikrometer sekrup
merupakan alat
untuk mengukur
panjang suatu benda
yang lebih teliti
daripada mistar
maupun jangka
sorong. Biasanya
mikrometer sekrup digunakan untuk mengukur ketebalan kertas atau rambut.
Mikrometer sekrup mempunyai dua skala seperti pada jangka sorong, yaitu skala
utama dan skala nonius. Skala utama (skala tetap) ditunjukkan oleh selubung pada
lingkaran dalam, sedangkan skala nonius (skala putar) ditunjukkan oleh selubung
pada lingkaran luar. Jika selubung luar diputar satu kali lingkaran penuh, maka
skala utama akan berubah 0,5 mm. Selubung luar memiliki 50 skala, maka 1 skala
pada selubung luar sama dengan jarak putar rahang geser sejauh 0,5 mm / 50 =
0,01 mm yang merupakan skala terkecil pada mikrometer sekrup. Sehingga
ketelitian mikrometer sekrup ialah
95
1
×0,01 mm=0,005 mm
2
Mengukur Massa
Alat untuk mengukur besaran massa dikenal dengan neraca. Namun, kita lebih
sering menyebutnya dengan timbangan.
Gambar disamping memperlihatkan jenis-jenis neraca, neraca O’hauss, neraca
badan, neraca pegas, dan neraca digital.
Masing-masing neraca memiliki skala
terkecil yang berbeda-beda. Neraca
badan memiliki skala terkecil 1 kg,
neraca pegas 1 gr, dan neraca O;hauss
0,1 gr.
Neraca O’hauss adalah neraca yang
sering digunakan dalam laboratorium.
Ada empat macam prinsip kerja neraca,
yaitu:
Prinsip kesetimbangan gaya gravitasi,
contoh neraca sama lengan
Prinsip kesetimbangan momen gaya, contoh neraca dacin
Prinsip kesetimbangan gaya elastis, contoh neraca pegas untuk menimbang bahan-
bahan baku
Prinsip inersia (kelembaman), contoh neraca inersia
Mengukur Waktu
Untuk mengukur waktu kita dapat menggunakan alat ukur seperti jam tangan, jam
dinding, dan stopwatch. Alat ukur stopwatch memiliki ketelitian yang lebih teliti
daripada jam biasa. Stopwatch biasa digunakan untuk mengukur waktu yang
relatif singkat., seperti mengukur periode ayunan dan gerak jatuh bebas.
96
Contoh Soal
97
Menentukan banyak angka penting yang paling sedikit dibelakang koma
diantara angka yang dikurangi.4,551 gram memiliki tiga angka penting
dibelakang koma (angka 5, 5, dan 1).
1,21 gram memiliki dua angka penting dibelakang koma (angka 2 dan 1) Jadi
yang paling sedikit adalah dua angka penting dibelakang koma sehingga
hasilnya harus memiliki angka penting dibelakang koma sebanyak dua angka.
Angka 3,341 gram dibulatkan menjadi 3,34 gram.
I. TUJUAN
1. Mampu menggunakan jangka sorong sebagai alat ukur dasar
2. Mampu menggunakan micrometer sekrup sebagai alat ukur dasar
3. Mengenal skala nonius jangka sorong dan micrometer sekrup
98
4. Mengenal batas ketelitian jangka sorong dan micrometer sekrup serta
dapat menggunakannya dalam perhitungan.
III.TEORI RINGKAS
A. Jangka Sorong
Jangka sorong memiliki bagian utama yang disebut rahang tetap dimana
terdapat skala utama dan rahang geser dimana terdapat skala nonius atau
vernier.
Nonius yang panjangnya 9 mm dibagi atas 10 skala, sehingga beda satu
skala nonius dengan satu skala utama adalah 0,1mm. Nilai 0,1mm
merupakan batas ketelitian jangka sorong.
99
Gambar diatas adalah contoh hasil pengukuran dengan jangka sorong,
Skala utama = 2,5 cm Skala nonius = (4 x 0,1) mm = 0,04 cm Hasil
pengukuran = 2,54 cm Angka 4 nonius segaris dengan skala utama, jadi
angka inilah yang dikalikan dg batas ketelitian, kemudian dijumlahkan
hasilnya dg hasil skala utama.
B. Mikroter Sekrup
Mikrometer sekrup memiliki skala utama dan selubung luar yang memiliki
skala putar sebagai nonius. Batas ketelitian micrometer sekrup 0,01 mm.
TABEL A
Nonius
No Benda Skala Utama
(x batas ketelitian)
………………………….. cm …………… x …………. mm
1. Kelereng …………………………… cm …………… x …………. mm
…………………………… cm …………… x …………. mm
2. Potongan Besi ………………………….. cm …………… x …………. mm
100
…………………………… cm …………… x …………. mm
…………………………… cm …………… x …………. mm
………………………….. cm …………… x …………. mm
Cincin
…………………………… cm …………… x …………. mm
(diameter luar)
…………………………… cm …………… x …………. mm
3.
………………………….. cm …………… x …………. mm
Cincin
…………………………… cm …………… x …………. mm
(diameter luar)
…………………………… cm …………… x …………. mm
B. Mukrometer Sekrup
1. Ambilah peluru, lalu ukur diameternya dengan micrometer sekrup.
Amati skala utamanya, catat dalam table B, ulangi pengukuran sampai
3 kali.
TABEL B.
101
2. Amati skala nonius, cari angka yang berimpit dengan garis tengah
skala utama, catat hasilnya dalam table B, kalikan juga dengan batas
ketelitian micrometer. Ulangi pengukuran sebanyak 3 kali.
3. Ambil potongan kawat, lakukan pengukaran seperti langkah 1 dan 2.
Lembar Jawaban
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
102
A. Kompetensi Inti
KI 1: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya(religius)
KI 2: Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,
peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan
pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial
dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.(sikap)
KI 3: Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian
yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah(pengtahuan)
KI 4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah
secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan
(keterampilan proses)
B. Kompetensi Dasar
C. Indikator
Pertemuan Kedua:
3.1.5. Menjelaskan kesalahan dan ketidakpastian pengukuran berulang pada
pengukuran massa dan waktu
3.1.6. Menentukan ketidakpastian pengukuran sesuai percobaan yang dilakukan
4.1.2. Menentukan massa bola tenis dan waktu bola yang berayun sebanyak 10
kali getaran
D. Pendekatan /Model /Metoda Pembelajaran
Pertemua Pendekata
Model Pembelajaran Metode
n n
I Scientific Student and Diskusi/Tanya
explaining jawab/praktek
II Scientific Student and Diskusi/tanya
explaining jawab/praktek
III Scientific Student and Diskusi/tanya
explaining jawab/praktek
103
E. Materi Pembelajaran
1. Fakta
a. Orang menimbang massa dengan neraca
b. Orang mengukur panjang jalan dengan roll meter
c. Mengukur waktu menggunakan stopwatch pada lomba lari
d. Mengukur diameter kunci menggunakan jangka sorong
2. Konsep
a. Alat ukur
b. Ketepatan dan ketelitian
c. Kesalahan pengukuran
d. Angka penting
3. Prinsip
a. Penulisan hasil pengukuran
b. Menentukan ketelitian, kesalahan/ketidakpastian pengukuran
c. Penggunaan aturan angka penting
4. Prosedur
a. Langkah-langkah melakukan pengukuran panjang, massa, dan waktu
b. Penyajian dan pengolahan data
c. Percobaan pengukuran massa jenis kelereng dan balok
104
Kelas Eksperimen (kelompok model pembelajaran student explaining and facilitator
Kegiatan Metode Alokasi
Kegiatan Fase
Guru Siswa Pembelajaran Waktu
Awal 1. Menyampaikan 1. Membuka pelajaran dan mengucapkan 1. Mendengarkan dan mengucapkan Ceramah 10’
tujuan dan salam serta mengecek kehadiran siswa salam kepada guru.
memotivasi siswa 2. Apersepsi: 2. Memberikan tanggapan terhadap Tanya jawab
1) Sekarang coba sebutkan pertanyaan guru.
perbedaan mistar, jangka sorong
dan mikrometer sekrup dengan
tepat?
2) Coba anda sebutkan ketelitian dan
ketepatan beberapa alat ukur
panjang?
3. Menyampaikan tujuan pembelajaran 3. Mendengarkan guru Ceramah
yang akan dicapai dan menyampaikan
cakupan materi yang akan dipelajari.
1) Menjelaskan kesalahan dan
ketidakpastian pengukuran
berulang pada pengukuran massa
dan waktu
2) Menentukan ketidakpastian
pengukuran sesuai percobaan yang
dilakukan
Inti 2. Menyampaikan Guru mengulas materi kesalahan dan Mendengarkan guru Ceramah 15’
informasi ketidakpastian pengukuran berulang pada
pengukuran massa dan waktu dan serta
tambahan materi dimensi pada besaran-
besaran tersebut.
3. Mengorganisir peserta 1. Peserta didik dibagi menjadi menjadi 1. Mendengarkan dan melaksanakan Ceramah 10’
didik ke dalam kelompok-kelompok dan tiap kelompok intruksi dari guru.
kelompok kooperatif berjumlah 4-5 orang.
105
2. Peserta didik membagi tugas dalam 2. Memilih anggotanya masing-masing Parktik
kelompok untuk melakukan sesuai dengan instruksi dari guru.
pengukuran (menentukan teman yang
mengukur benda sesuai alat ukurnya
masing-masing)
4. Membimbing 1. Guru membimbing cara penggunaan 1. Mendengarkan arahan dan penjelasan Ceramah 30’
kelompok bekerja dan alat ukur panjang,massa, waktu. dari guru.
belajar 2. Guru menjealskan cara menggunakan 2. Peserta didik menyimak penjelasan Ceramah
alat ukur yang digunakan pada dari guru.
percobaan
3. Guru membuat parktikum kelompok 3. Peserta didik menyimak penjelasan Ceramah
Menentukan massa bola tenis dan dari guru tentang Menentukan massa
waktu bola yang berayun. bola tenis dan waktu bola yang
berayun
4. Guru bertanya tentang p kesalahan dan 4. Peserta didik berdiskusi dan Ceramah
ketidakpastian pengukuran berulang menjawab pertanyaan guru tentang
pada pengukuran massa dan waktu kesalahan dan ketidakpastian
pengukuran berulang pada
pengukuran massa dan waktu
5. Siswa dipancing untuk bertanya 5. Berfikir dan memahami pertanyaan Tanya jawab
tentang ketidakpastian pengukuran guru tentang tentang ketidakpastian
sesuai percobaan yang dilakukan pengukuran sesuai percobaan yang
dilakukan
5. Evaluasi 1. Guru menginstruksikan Peserta didik 1. Peserta didik berdiskusi bersama Diskusi 40’
berdiskusi bersama kelompok mereka kelompok mereka masing-masing
masing-masing untuk melakukan untuk melakukan percobaan sesuai
percobaan sesuai LKS 02. LKS 02.
2. Guru menginstruksikan peserta didik 2. Peserta didik melakukan percobaan Praktik
melakukan percobaan tentang massa tentang massa bola tenis dan waktu
bola tenis dan waktu bola yang bola yang berayun sebanyak 10 kali
berayun sebanyak 10 kali getaran. getaran .
106
3. Guru menginstruksikan Peserta didik 3. Peserta didik mengamati pembacaan Praktik
mengamati pembacaan skala hasil skala hasil pengukuran oleh masing-
pengukuran oleh masing-masing alat masing alat ukur yang digunakan
ukur yang digunakan
4. Guru menginstruksikan Peserta didik 4. Peserta didik menentukan hasil Praktik
menentukan hasil pengukuran diameter praktik tentang massa bola tenis dan
kelereng, panjang pensil, diameter waktu bola yang berayun sebanyak
kawat, dn tebal buku fisika 10 kali getaran hasil pengukuran
yang dilengkapi dengan
ketidakpastian alat ukur panjang
5. Guru menginstruksikan Perwakilan 5. Perwakilan dari tiap Penugasan
dari tiap kelompok menyampaikan kelompok menyampaikan
hasil pengukuran panjang pada LKS hasil pengukuran panjang pada LKS
02 tentang massa bola tenis dan waktu 01 tentang ketelitian alat ukur yang
bola yang berayun sebanyak 10 kali berbeda dan penyebabnya
getaran
6. Guru menginstruksikan Kelompok lain 6. Kelompok lain menanggapi Tanya jawab
menanggapi presentasi kelompok yang presentasi kelompok yang
bersangkutan bersangkutan
7. Guru menginstruksikan Peserta didik 7. Peserta didik megerjakan soal Penugasan
megerjakan soal berkaitan dengan berkaitan kesalahan dan
kesalahan dan ketidakpastian ketidakpastian pengukuran berulang
pengukuran berulang pada pengukuran pada pengukuran massa dan waktu.
massa dan waktu. Penugasan
8. Guru membuat konsep pengukuran dan 8. Siswa manulis pemaparan guru
prinsip-prinsip dalam massa bola tenis tentang membuat konsep
dan waktu bola yang berayun sebanyak pengukuran dan prinsip-prinsip
10 kali getaran dalam pengukuran dan dimensi. Tanya jawab
9. Guru bersama peserta 9. Bersama sama dengan guru
didik menyimpulkan materi percobaan menyimpulkan materi pembelajaran
yang dilakukan dan percobaan yang dilakukan
107
Penutup 6. Memberikan 1. Guru memberikan penghargaan kepada 1. Mendengarkan pengumuman dari Ceramah 10’
penghargaan kelompok terbaik guru tentang kelompok terbaik
2. Memberikan tugas untuk membaca 2. Peserta didik merangkum konsep Penugasan 10’
materi pengukuran berulang. pengukuran dan prinsip-prinsip
3. Doa dan salam penutup penutup dalam pengukuran dan dimensi
pembelajaran
108
2. Guru memberi respon jawaban siswa 2. Siswa mendengarkan guru
Penutu 5. Memberikan kesempatan 1. Guru memberikan kesempatan kepada 1. Siswa mengerjakan latihan, Ceramah 10’
p untukpelatihan lanjutan siswa untuk latihan mandiri dan
dan penerapan melakukan percobaan massa bola tenis
dan waktu bola yang berayun sebanyak
10 kali getaran
2. Guru memberikan pekerjaan rumah 2. Siswa mencatat tugas dari guru Penugasan
kepada siswa
3. Guru menutup pelajaran dan 3. Siswa menjawab salam dari guru Tanya jawab
memberikan salam penutup
109
G. Sumber Belajar
Pertemua Alat dan bahan Sumber belajar
n
I Mistar/meteran, 1. Indrajit,Didit.2007. Mudah dan aktif belajar
micrometer sekrup, jangka Fisika. Bandung : Setia Purna Inves
sorong, kelereng, pensil baru, 2. Saripudin,A.dkk.2009.Praktis Belajar Fisika
kawat dan,buku fisika untuk Kelas X.Jakarta: Visindo Media Persada
II Kelereng, , stopwatch, meteran, 3. Besaran dan satuan, alat ukur tersedia di
neraca ohaus, busur derajat, 4. Pengukuran tersedia
statip di http://fisikawanhijau.blogspot.co.id
III Jangka sorong, neraca ohaus, 5. Sutiagah, A.2013. Teknik Kelistrikan dan
balok,kelereng Elektronika Instrumentasi.Buku Ajar SMA
H. Penilaian
1. Penilaian Kognitif (KI. III)
1) Teknik penilaian : Tes Tertulis
2) Bentuk instrumen : Soal essay
3) Instrumen : (terlampir)
4) Panduan penskoran/ bobot : (terlampir)
5) Rekapan penilaian : (terlampir)
2. Penilaian psikomotor (KI. IV)
1) Teknik penilaian : Observasi
2) Bentuk instrumen : Lembar observasi
3) Instrumen : (terlampir)
4) Panduan penskoran/ bobot : (terlampir)
5) Rekapan penilaian
110
LEMBAR KERJA SISWA
MENGUKUR MASSA
Tujuan :
Mengukur besaran massa dengan berbagai alat ukur massa
(neraca/timbangan)
Alat dan bahan
1. Neraca lengan
2. Neraca pegas
3. Koin/benda yang akan diukur
4. Kawat tembaga
5. Kertas
Teori dasar
Di lingkunagn sekitar, kita sering mendapati berbagai kegiatan menimbang massa
benda, seperti menimbang telur, beras, kapasitas muatan truk, bahkan menimbang
emas. Semua kegiatan tersebut menggunaka alat ukur yang berbeda. Namun pada
hakekaktnya semua kegiatan ini merupakan pengukuran massa. Masing-masing
pengukuran membutuhkan ketelitian yang berbeda sehingga alat ukur yang di
gunakan berbeda pula (Nursyamsudin,2004)
Cara kerja
Mengukur massa benda dengan neraca pegas
timbanglah massa benda/koin dengan cara mengaitkan pada neraca pegas lihat
nilai yang tertera pada neraca pegas, lalu tulis pada tebel data pengamatan. Ulangi
sampai 10 kali pengulangan dengan orang yang berbeda. Ulangi langkah a
sampai c dengan kawat tembaga dan kertas.
111
2. Hasil pengukuran massa benda dengan neraca lengan
Pengukuran ke Benda/koin Kawat tembaga Kertas
(m ± ∆m) gr (m ± ∆m) gr (m ± ∆m) gr
1
2
3
4
5
Rata-rata
Ketidakpastian
pengukuran
Error
∑ xi Δx=
∑ |x i− x|
x=
n n
Dengan x = rata-rata hasil pengukuran
∆x = ketidak pastian pengukuran
∑ xi = jumlah data hasil pengukuran
n = banyaknya pengulangan
Jawab.
VII. Kesimpulan
112
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN III
A. Kompetensi Inti
KI 1: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya(religius)
KI 2: Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,
peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan
pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial
dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.(sikap)
KI 3: Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian
yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah(pengtahuan)
KI 4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah
secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan
(keterampilan proses)
B. Kompetensi Dasar
C. Indikator
Pertemuan ketiga:
3.1.7. Menjelaskan operasi-operasi dalam angka penting
3.1.8. Menentukan angka penting hasil pengukuran
4.1.3 Menentukan massa jenis kelereng dan balok dengan aturan operasi angka
penting
113
D. Pendekatan /Model /Metoda Pembelajaran
Pertemua Pendekata
Model Pembelajaran Metode
n n
I Scientific Student and Diskusi/Tanya
explaining jawab/praktek
II Scientific Student and Diskusi/tanya
explaining jawab/praktek
III Scientific Student and Diskusi/tanya
explaining jawab/praktek
E. Materi Pembelajaran
6. Fakta
a. Orang menimbang massa dengan neraca
b. Orang mengukur panjang jalan dengan roll meter
c. Mengukur waktu menggunakan stopwatch pada lomba lari
d. Mengukur diameter kunci menggunakan jangka sorong
7. Konsep
a. Alat ukur
b. Ketepatan dan ketelitian
c. Kesalahan pengukuran
d. Angka penting
8. Prinsip
a. Penulisan hasil pengukuran
b. Menentukan ketelitian, kesalahan/ketidakpastian pengukuran
c. Penggunaan aturan angka penting
9. Prosedur
a. Langkah-langkah melakukan pengukuran panjang, massa, dan waktu
b. Penyajian dan pengolahan data
c. Percobaan pengukuran massa jenis kelereng dan balok
114
Kelas Eksperimen (kelompok model pembelajaran student explaining and facilitator
Kegiatan Metode Alokasi
Kegiatan Fase
Guru Siswa Pembelajaran Waktu
Awal 1. Menyampaikan tujuan 1. Membuka pelajaran dan mengucapkan 1. Mendengarkan dan mengucapkan Ceramah 10’
dan memotivasi siswa salam serta mengecek kehadiran siswa salam kepada guru.
2. Apersepsi: 2. Memberikan tanggapan terhadap Tanya jawab
1) Sekarang coba sebutkan pertanyaan guru.
perbedaan mistar, jangka sorong
dan mikrometer sekrup dengan
tepat?
2) Coba anda sebutkan ketelitian dan
ketepatan beberapa alat ukur
panjang?
3. Menyampaikan tujuan pembelajaran 3. Mendengarkan guru Ceramah
yang akan dicapai dan menyampaikan
cakupan materi yang akan dipelajari.
1) Menjelaskan kesalahan dan
ketidakpastian pengukuran
berulang pada pengukuran massa
dan waktu
2) Menentukan ketidakpastian
pengukuran sesuai percobaan
yang dilakukan
Inti 2. Menyampaikan Guru mengulas materi Menjelaskan Mendengarkan guru Ceramah 15’
informasi operasi-operasi dalam angka penting dan
Menentukan angka penting hasil
pengukuran
3. Mengorganisir peserta 1. Peserta didik dibagi menjadi menjadi 3. Mendengarkan dan melaksanakan Ceramah 10’
didik ke dalam kelompok-kelompok dan tiap intruksi dari guru.
kelompok kooperatif kelompok berjumlah 4-5 orang.
2. Peserta didik membagi tugas dalam 4. Memilih anggotanya masing-masing Parktik
115
kelompok untuk melakukan sesuai dengan instruksi dari guru.
pengukuran (menentukan teman yang
mengukur benda sesuai alat ukurnya
masing-masing)
4. Membimbing 1. Guru membimbing operasi-operasi 1. Mendengarkan arahan dan Ceramah 30’
kelompok bekerja dan dalam angka penting. penjelasan dari guru
belajar 2. Guru menjealskan angka penting hasil 2. Peserta didik menyimak penjelasan Ceramah
pengukuran dari guru.
116
ukur yang digunakan
4. Guru menginstruksikan Peserta didik 4. Peserta didik menentukan hasil Praktik
menentukan hasil pengukuran angka praktik tentang angka penting dan
penting dan angka penting hasil angka penting hasil pengukuran
pengukuran
117
Kelas Kontrol (kelompok model pembelajaran Langsung)
Kegiatan Metode Alokasi
Tahap Fase
Guru Siswa Pembelajaran Waktu
Awal 1.Menyampaikan tujuan 1. Guru menyapa siswa dan membuka 1. Siswa menjawab salam guru Ceramah 5’
dan mempersiapkan pembelajaran
siswa 2. Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai 2. Siswa mendengarkan guru Ceramah
dan memotivasi siswa 3. Mendengarkan instruksi guru Ceramah
3. Guru menyiapkan siswa untuk tentang pembelajaran
belajar
Inti 2. Mendemonstrasikan 1. Guru menjelaskan operasi-operasi 1. Siswa mendengarkan penjelasan Ceramah 40’
pengetahuan dan dalam angka penting dan angka dari guru.
keterampilan penting hasil pengukuran
2. Guru menjelaskan tentang angka 2. Siswa mendengarkan penjelasan Ceramah
penting hasil pengukuran dari guru.
3. Membimbing pelatihan Guru memberi bimbingan pelatihan Siswa mengikuti pelatihan dengan Latihan dan tanya 20’
awal atau percobaan massa bola tenis bimbingan dengan guru jawab
dan waktu bola yang berayun
sebanyak 10 kali getaran
4. Mengecek pemahaman 1. Guru memberi pertanyaan setelah 1. Siswa menjawab pertanyaan guru Latihan dan tanya 15’
dan member umpan balik pelatihan awal dilakukan untuk jawab
mengetahui tingkat pemahaman
siswa 2. Siswa mendengarkan guru
2. Guru memberi respon jawaban
siswa
Penutup 5. Memberikan kesempatan 1. Guru memberikan kesempatan 1. Siswa mengerjakan latihan dan Ceramah dan praktik 10’
untukpelatihan lanjutan kepada siswa untuk latihan mandiri praktikum
dan penerapan dan melakukan percobaan massa
jenis kelereng dan balok dengan
118
aturan operasi angka penting
2. Guru memberikan pekerjaan rumah 2. Siswa mencatat tugas dari guru Penugasan
kepada siswa
3. Guru menutup pelajaran dan 3. Siswa menjawab salam dari guru Tanya jawab
memberikan salam penutup
119
G. Sumber Belajar
Pertemua Alat dan bahan Sumber belajar
n
I Mistar/meteran, 1. Indrajit,Didit.2007. Mudah dan aktif belajar
micrometer sekrup, jangka Fisika. Bandung : Setia Purna Inves
sorong, kelereng, pensil baru, 2. Saripudin,A.dkk.2009.Praktis Belajar Fisika
kawat dan,buku fisika untuk Kelas X.Jakarta: Visindo Media Persada
II Kelereng, , stopwatch, meteran, 3. Besaran dan satuan, alat ukur tersedia di
neraca ohaus, busur derajat, 4. Pengukuran tersedia
statip di http://fisikawanhijau.blogspot.co.id
III Jangka sorong, neraca ohaus, 5. Sutiagah, A.2013. Teknik Kelistrikan dan
balok,kelereng Elektronika Instrumentasi.Buku Ajar SMA
H. Penilaian
3. Penilaian Kognitif (KI. III)
1) Teknik penilaian : Tes Tertulis
2) Bentuk instrumen : Soal essay
3) Instrumen : (terlampir)
4) Panduan penskoran/ bobot : (terlampir)
5) Rekapan penilaian : (terlampir)
4. Penilaian psikomotor (KI. IV)
1) Teknik penilaian : Observasi
2) Bentuk instrumen : Lembar observasi
3) Instrumen : (terlampir)
4) Panduan penskoran/ bobot : (terlampir)
d. Rekapan penilaian
120
MATERI PEMBELAJARAN
ANGKA PENTING
Dalam kehidupan sehari-hari, terkadang perubahan kecil pada angka tidak terlalu
berpengaruh. Namun, dalam fisika terutama penelitian dan pengukuran mengenai
atom, perubahan angka sangat berarti. Perubahan angka dapat menebabkan
perbedaan jenis dan kuantitas yang diamati. Oleh karena itu, cara penulisan angka
hasil pengukuran sangatlah penting untuk dipahami. Semua angka yang diperoleh
dari hasil pengukuran yang terdiri dari angka eksak dan satu angka terakhir yang
diragukan merupakan angka penting. Dalam penulisan angka penting, terdapat
lima aturan yang menentukan suatu angka termasuk angka penting atau bukan.
Angka penting adalah angka yang didapat dari hasil pengukuran yang terdiri dari
angka pasti dan angka taksiran.
Semua angka-angka hasil pengukuran adalah bagian dari angka penting. Namun,
tidak semua angka hasil pengukuran merupakan angka penting. Berikut ini
merupakan aturan penulisan nilai dari hasil pengukuran. Semua angka bukan nol
merupakan angka penting. Jadi, 548 memiliki 3 angka penting dan 1,871 memiliki
4 angka penting. Angka nol yang terletak di antara dua angka bukan nol termasuk
angka penting. Jadi, 2,022 memiliki 4 angka penting. Angka nol yang terletak di
sebelah kanan tanda koma dan angka bukan nol termasuk angka penting.
Misalnya 4,500, memiliki 3 angka penting. Angka nol yang terletak di sebelah kiri
angka bukan nol, baik yang terletak di sebelah kiri maupun di sebelah kanan koma
desimal, bukan angka penting. Jadi, 0,63 memiliki 2 angka penting dan 0,008
memiliki 1 angka penting.
Penjumlahan dan Pengurangan
Oprasi penjumlahan dan pengurangan angka-angka penting, hasilnya hanya boleh
mengandung satu angka taksiran ( angka yang diragukan ).
Contoh :
Jumlahkan 363,219 kg, 6,43 kg dan 16,5 kg
363,219 9 angka taksiran
6,43 3 angka taksiran
16,5 5 angka taksiran +
386,149 dibulatkan 386,1 karena hanya boleh mengandung satu angka taksiran
121
54,350 x 103 = dibulatkan 54,4 x 103 ,karena hanya boleh mengandung satu angka
dan dalam notasi ilmiah di tulis 5,44 x 104
Jika bilangannya berupa desimal (ada tanda koma), angka nol disebelah kanan
angka bukan nol yang pertama adalah angka penting.
Jika bilangannya tanpa ada tanda koma, angka nol disebelah kanan angka bukan
nol yang pertama adalah bukan angka penting.
122
Penjumlahan dan pengurangan angka penting.
Aturan penulisan hasilnya adalah memiliki banyak angka penting dibelakang
koma yang yang paling sedikit diantara angka-angka yang dijumlahkan atau
dikurangkan.
123
d. 3,40 cm
e. 3,4 cm
Pembahasan:
Hitung terlebih dahulu dua angka tersebut dengan cara biasa.
Pembahasan:
Hitung terlebih dahulu dua angka tersebut dengan cara biasa.
Menentukan banyak angka penting yang paling sedikit dibelakang koma diantara
angka yang dikurangi. 4,551 gram memiliki tiga angka penting dibelakang koma
(angka 5, 5, dan 1). 1,21 gram memiliki dua angka penting dibelakang koma
(angka 2 dan 1). Jadi yang paling sedikit adalah dua angka penting dibelakang
koma sehingga hasilnya harus memiliki angka penting dibelakang koma sebanyak
dua angka. Angka 3,341 gram dibulatkan menjadi 3,34 gram.
124
LEMBAR KERJA SISWA
ANGKA PENTING
3. Dalam pengukuran panjang, lebar, dan tinggi sebuah balok diperoleh data
seperti diatas. Tentukanlah :
125
a. Keliling balok dengan hasil pengukuran menggunakan mistar = 36,8 cm
b. Keliling balok dengan hasil pengukuran menggunakan jangka sorong =
37,048cm
c. Luas balok dengan hasil pengukuran menggunakan mistar = 46,8= 47
d. Luas balok dengan hasil pengukuran menggunakan jangka sorong =
47,430904 =47,43
e. Volume balok dengan hasil pengukuran menggunakan mistar =18.144 = 18
f. Volume balok dengan hasil pengukuran menggunakan jangka sorong =
18,51
Selisih massa logam dan kertas dengan menggunakan neraca Ohauss = 294,35
Kesimpulan:
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
126
Lampiran 3. Kisi-Kisi Instrumen Tes
No Indikator Soal Koognitif Penyelesaian Jawaban
1 Menjelaskan Diantara kelompok besaran berikut, C1 Penyelesaian: B
konsep yang termasuk kelompok besaran Yang termasuk besaran pokok adalah panjang, massa, waktu,
pengukuran, pokok dalam Sistem Internasional kuat arus listrik, suhu, jumlah zat dan intensitas cahaya.
dimensi suatu adalah .
besaran A. panjang, luas, waktu, jumlah zat
B. kuat arus, intersitas cahaya, suhu,
waktu
C. volume, suhu, massa, kuat arus
D. kuat arus, panjang, massa, tekanan
E. intensitas cahaya, kecepatan,
percepatan, waktu
Dimensi daya adalah…. C3 Penyelesaian; E
A.MLT-3 Satuan daya adalah watt. Karena watt = Joule/Second dan
B.MLT-2 joule + N x m,
C.ML2T-1 maka,
D.ML2T-2
E.ML2T -3
127
A. MLTN -1ɵ-1
B. ML-2TN-1ɵ-1
C. ML-2T-2N-1ɵ-1 Maka dimensi dari R adalah
D. ML2T2N-1ɵ-1 Dimana M adalah dimensi dari massa, T adalah dimensi dari
E. MLT-2Nɵ-1 waktu, N adalah dimensi darijumlah pertikel zat dan ɵ adalah
dimensi dari Intensitas cahaya
Alat ukur manakah yang cocok untuk C2 Penyelesaian; B
digunakan mengukur diameter dalam Alat ukur yang cocok digunakan untuk mengukur diameter tutup
tutup botol…. botol adalah jangka sorong.
A. mistar
B. jangka sorong
C. mikrometer sekrup
D. neraca
E. rollmeter
Rumus dimensi momentum adalah. C3 Penyelesaian; C
A.MLT2
B.ML-1T Satuan momentum adalah
C.MLT-1
= MLT-1
D.ML-2T2
E.ML-1T-1
Dimensi dari berat jenis adalah…. C3 Penyelesaian; D
A. ML-1T-4
B. M2LT-2 Satuan dari berat jenis adalah , karena:
C. ML-2T-1
D. ML-2T-2
E. MLT-2 Jadi dimensi dari berat jenis adalah ML -2T -2
Radius sebuah bola pejal 6,50 cm. C3 Penyelesaian: D
Berapakah luas permukaan dan
volume bola! r bola =
128
A. 143,722 cm3
Lpermukaan bola =
B. 143,7 cm3
C. 143,70 cm3
D. 143,72 cm3 Vbola pejal =
E. 143,72 cm2 luas permukaan dan volume bola adalah 143,72 cm3
Satuan tekanan jika dinyatakan dalam C3 Penyelesaian; D
Sistem Internasional (SI) adalah….
A. kg.m.s Satuan tekanan dalam Sistem Internasional adalah kg.m -1.s-2.
B. kg.m.s-1
C. kg.m-1.s-1
D. kg.m-1.s-2
E. kg.m-2.s-2
C5 Penyelesaian C
Suatu fungsi , dengan
satuan dari A, B, C dan D berturut- maka dimensi dari E adalah ML-2 dengan M adalah dimensi
turut adalah S-1, m, N dan m2, maka massa dan L adalah dimensi panjang
dimensi dari E adalah….
2 Mampu menguku Pengukuran menggunakan mikrometer C2 Penyelesaian; D
r panjang sekrup diperoleh hasil sebagai berikut: Dimensi besaran ML-1T-2.
menggunakan A. gaya M = kg
mistar, jangka B. energi L=m
sorong dan T=s
C. daya
mikrometer sekrup ML-1T-2 = kg.m-1.s-2 ini adalah satuan dari tekanan.
dengan tepat dan D. tekanan
teliti E. momentum
3 Menentukan Dari hasil pengukuran panjang batang C3 Penyelesaian; B
ketelitian dan baja dan besi masing-masing 1,257 m p = p1 + p2
ketepatan dan 4,12 m, Jika kedua batang P = 1,257 m + 4,12 m
beberapa alat ukur disambung, maka berdasarkan aturan P = 5,377 m
panjang penulisan angka penting, panjangnya Menurut penulisan angka penting p = 5,38 m.
129
adalah ….
A. 5,380 m
B. 5,38 m
C. 5,377 m
D. 5,370 m
E. 5,37 m
130
E. 2 ± 0,0005 cm = (2 ± 0,05) cm.
penulisan yang lengkap dengan ketidakpastiannya adalah (2 ±
0,05) cm.
Dari hasil pengukuran panjang, lebar C3 Penyelesaian; A
dan tinggi suatu balok adalah 5,70 cm, L=pxlxt
2,45 cm dan 1,62 cm. Volume balok = 5,70 cm x 2,45 cm x 1,62 cm
dari hasil pengukuran tersebut adalah . = 22,6233 cm3
A. 22,6 cm3 Menurut penulisan angka penting adalah 22,6 cm3.
B. 22,60 cm3
C. 22,62 cm3
D. 22,623 cm3
E. 23,00 cm3
5 Melakukan Hasil pengukuran panjang dan lebar C3 Penyelesaian; A
pengukuran suatu ruangan adalah 3,8 m dan 3,2 m. L=pxl
panjang Luas ruangan itu menurut aturan =3,8 m x 3,2 m
menggunakan alat penulisan angka penting adalah . = 12,16m2
ukur yang sesuai A. 12 m2 Menurut penulisan angka penting adalah 12 m2.
B. 12,1 m2
C. 12,16 m2
D. 12,20 m2
E. 12,2 m2
6 Menjelaskan Massa suatu benda 125 gram dan C3 Penyelesaian; C
kesalahan dan volumenya 0,625 liter, maka massa
ketidakpastian jenisnya jika dinyatakan dalam SI
pengukuran adalah ….
berulang pada A. 500 kg.m-3
pengukuran massa B. 250 kg.m-3
dan waktu C. 200 kg.m-3
D. 0,5 kg.m-3
E. 0,005 kg.m-3
131
Periode planet Merkurius adalah 88 C4 Penyelesaian: E
hari. Nyatakan periode dalam jam, 1 jam = 60 menit
menit, dan detik! 1 menit = 60 detik
A. 2.112 jam, 2.27 X 104 menit, 1 hari = 24 jam = 1.440 menit = 86.400 detik.
7,6 x 106 detik 1 hari = 24 jam ⇒88 hari = 88 x 24 jam = 2.112 jam.
B. 2.112 jam, 2.27 X 105 menit, 1 hari = 1.440 menit ⇒88 hari = 88 x 1.440 menit = 126.720
7,6 x 10-6 detik menit = 1,27 x 105 menit.
C. 2.12 jam, 2.27 X 105 menit, 1 hari = 86.400 detik⇒88 hari = 88 x 86.400 detik = 7.603.200
7,6 x 106 detik detik = 7,6 x 106 detik.
D. 2.112 jam, 2.277 X 105 menit, Periode dalam Jam adalah 2.112
7,6 x 106 detik Periode dalam Menit adalah 1,27 x 105 menit.
E. 2.112 jam, 2.27 X 105 menit, Periode dalam Detik adalah 7,6 x 106 detik
7,6 x 106 detik
Massa kosong sebuah tangki adalah C3 Penyelesaian: B
3,66 kg. Ketika diisi air sampai
ketinggian tertentu, massanya menjadi
51,7 kg. Berapakah massa air dalam Menurut penulisan angka penting mair adalah 48,0 kg.
tangki tersebut? Massa air dalam tangki tersebut adalah 48,0 kg.
A. 48,00 kg
B. 48,0 kg
C. 48 kg
D. 48 N
E. 48,0 N
Berikut ini yang termasuk dalam C1 Penyelesaian; D
kelompok besaran turunan adalah…. kata kecuali diatas mengacu pada yang buka besaran turunan,
A. kecepatan, percepatan, waktu jadi yang dimaksud dari soal ini adalah besaran pokok jadi
jawabannya luas, volume, kecepatan
B. panjang, berat, waktu
C. tekanan, jumlah zat, waktu
D. luas, volume, kecepatan
132
E. panjang, massa, gaya
Besar massa jenis raksa ialah 13,6 C3 Penyelesaian; E
gram/cm3. Dalam Sistem
Internasional (SI) besarnya adalah….
A. 1,36 kg/m3
B. 13,6 kg/m3
C. 136 kg/m3
D. 1.360 kg/m3
E. 13.600 kg/m3
133
A. K
e
s
a
l
a
han paralaks merupakan kesalahan
baca yang terjadi karena kurang
tepat menempatkan posisi
pandangan mata saat melihat
angka pengukuran
B. Kesalahan paralaks merupakan
kesalahan baca yang terjadi karena
kesalahan alat angka pengukuran
C. Kesalahan paralaks merupakan
kesalahan baca yang terjadi karena
ketelitian pembacaan alat karena
cahaya yang tidak maksimal
D. Kesalahan paralaks merupakan
kesalahan baca yang terjadi karena
posisi penempatan alat yang
ditempatkan tidak sesuai untuk
kegunaan yang diperlukan
E. Kesalahan paralaks merupakan
kesalahan yang terjadi karena
ketidakmahiran pengguna alat
dalam mengoperasikan, sehingga
tidak berfungsi dengan baik
Seorang anak membeli gula di warung C6 Penyelesaian: B
dan mengatakan, “berat gula yang Pernyataan tersebut salah karena berat memiliki satuan N yaitu
134
dibeli adalah 1 kg.” benarkah newton, sedangkan kilogram adalah satuan dari massa.
pernyataan anak itu?Berikan
alasanmu!
A. Pernyataan tersebut slah karena
berat memiliki satuan W yaitu
newton
B. Pernyataan tersebut salah karena
berat memiliki satuan N yaitu
newton
C. Pernyataan tersebut salah karena
berat memiliki satuan N yaitu
jumlah zat
D. Pernyataan tersebut benar karena
berat memiliki satuan kg yaitu
newton
E. Pernyataan tersebut salah karena
berat memiliki satuan kg yaitu
newton
Sekarung beras massanya 1,3 kuintal. C2 Penyelesaian E
Berpakah massa beras dalam ton, Jawab 1 ton = 1000 kg
kilogram, dan pound! 1 kuintal = 100 kg
A. 0.13 ton, 130 kg, 286 pouns 1 pound = 0,4536 kg
B. 0.13 ton, 130 kg, 286 pouns Karena 1 ton 1000 kg, maka 1 kuintal =
C. 130 ton, 286 kg, 130 pouns
D. 0.130 ton, 130 kg, 286 pouns Karena 1 kuintal = 100 kg, maka 1,3 kuintal = 1,3 x 100 kg =
E. 0.13 ton, 130 kg, 286 pouns 130 kg.
135
massa beras dalam kilogram adalah 130 kg
massa beras dalam pound adalah 286
7 Menentukan Hasil dari pengukuran gambar C4 Penyelesaian C
ketidakpastian dibawah ini adalah..... Dari gambar terlihat bahwa skala utama dari micrometer sekrup
pengukuran sesuai adalah 4 mm dan skala noniusnya menunjukkan angka 30, maka
percobaan yang Skala utama = 4 mm
dilakukan Skala nonius = 30 x 0,01
= 0,30 mm
Hasil pengukuran = 4 mm + 0,30 mm
= 4,30 mm.
Besaran yang memiliki dimensi ML- Hasil dari pengukuran gambar tersebut adalah 4,30 mm.
1T-2 adalah besaran….
A. 4,25 mm
B. 4,28 mm
C. 4,30 mm
D. 4,32 mm
E. 4,35 mm
8 Menentukan Hasil pengukuran pelat seng panjang C3 Penyelesaian; D
operasi-operasi 1,50 cm dan lebarnya 1,20 cm. Luas L=pxl
dalam angka pelat seng menurut aturan penulisan =1,50 cm x 1,20 cm
penting dan angka penting adalah …. = 1,800 cm2
Pengukuran A. 1,8012 cm2 Menurut penulisan angka penting adalah 1,80 cm2.
B. 1,801 cm2
C. 1,800 cm2
D. 1,80 cm2
E. 1,8 cm2
Lima siswa mengukur panjang C5 Penyelesaian: D
sebatang kayu dengan sebuah mistar. Dilihat dari data diatas data yang terbanyak adalah 63,66 cm,
Hasil pengukuran mereka dinyatakan kita anggap bahwa hasil tersebut merupakan hasil yang benar
sebagai berikut: 63,65 cm, 63,64 cm, jadi hasil yang mendekati 63,66 cm yaitu 63,65 cm, 63, 64 cm
136
63,58 cm, 63,66 cm, dan 63,66 cm. juga dianggap benar.
seorang siswa melakukan kesalahan Maka yang hasilnya paling jauh adalah hasil pengukuran yang
membaca alat ukur. Siswa yang salah yaitu 63,58 cm.
manakah itu? Dengan menghilangkan Dengan menghilang 63,58 cm maka rata-rata yang diperoleh
data yang salah, Berapakah panjang adalah 63,655 cm.
rata-rata batang kayu! Menurut aturan angka penting maka hasil rata-rata yang
A. 63,6 cm diperoleh adalah 63,66 cm.
B. 63,655 cm
C. 63,65 cm
D. 63,66 cm
E. 63,70 cm
Berikut hasil pengukuran dengan C2 Penyelesaian: C
mikrometer sekrup. Jika diketahui SU Skala utama ( SU ) =5
= 5, SN = 14 maka hasil pengukuran Skala nonius ( SN ) = 14
(mm) yang diperoleh adalah.... HP (hasil pengukuran) = SU=SN.Nst
A. 5,14 ± 0,1 mm. = 5 + 14 ± 0,01
B. 5,14 ± 0,001 mm. = 5,14 ± 0,01mm
C. 5,14 ± 0,01 mm. maka hasil pengukuran yang diperoleh adalah
D. 5,14 ± 0,01 cm. = 5,14 ± 0,01 mm.
E. 5,14 ± 0,01 dm.
9 Menentukan angka Hasil pengukuran panjang dan lebar C3 Penyelesaian; E
penting hasil suatu persegi panjang masing-masing L=pxl
pengukuran 12,61 cm dan 5,2 cm. Menurut aturan =12,61 cm x 5,2 cm
penulisan angka penting, luas = 65,572 cm2
bangunan tersebut adalah …. Menurut penulisan angka penting hasil dari perkalian harus
A. 65 cm2 dibulatkan sehinnga memiliki angka penting sebanyak faktor
B. 65,572 cm2 tersedikit angka pentingnya menjadi 66 cm2.
C. 65,275 cm2
D. 65,60 cm2
E. 66 cm2
137
Jarak antar dua titik adalah 80 cm C2 Penyelesaian: C
dengan menngunakan mistar panjang. 1 km = 100000 cm
Jarak tersebut jika diubah dalam mm 80 cm = 80/100000 km = 8.10-4 km = 0,8 m
adalah..... 8.10-4 km = 0,8 m
a b 0,8 m = 8 dm
80 cm 0,8 dm = 800 mm
A. 8 mm Jarak tersebut jika diubah dalam mm adalah 800 mm
B. 80 mm
C. 800 mm
D. 8000 mm
E. 80000 mm
138
Lampiran 4. Instrumen Tes Penelitian
139
7. Radius sebuah bola pejal 6,50 cm. Berapakah luas permukaan dan volume bola!
F. 143,722 cm3
G. 143,7 cm3
H. 143,70 cm3
I. 143,72 cm3
J. 143,72 cm2
8. Satuan tekanan jika dinyatakan dalam Sistem Internasional (SI) adalah….
A. kg.m.s
B. kg.m.s-1
C. kg.m-1.s-1
D. kg.m-1.s-2
E. kg.m-2.s-2
140
ruangan itu menurut aturan penulisan angka penting adalah .
A. 12 m2
B. 12,1 m2
C. 12,16 m2
D. 12,20 m2
E. 12,2 m2
14. Massa suatu benda 125 gram dan volumenya 0,625 liter, maka massa jenisnya jika
dinyatakan dalam SI adalah ….
A. 500 kg.m-3
B. 250 kg.m-3
C. 200 kg.m-3
D. 0,5 kg.m-3
E. 0,005 kg.m-3
15. Periode planet Merkurius adalah 88 hari. Nyatakan periode dalam jam, menit, dan
detik!
A. 2.112 jam, 2.27 X 104 menit, 7,6 x 106 detik
B. 2.112 jam, 2.27 X 105 menit, 7,6 x 10-6 detik
C. 2.12 jam, 2.27 X 105 menit, 7,6 x 106 detik
D. 2.112 jam, 2.277 X 105 menit, 7,6 x 106 detik
E. 2.112 jam, 2.27 X 105 menit, 7,6 x 106 detik
16. Massa kosong sebuah tangki adalah 3,66 kg. Ketika diisi air sampai ketinggian
tertentu, massanya menjadi 51,7 kg. Berapakah massa air dalam tangki tersebut?
F. 48,00 kg
G. 48,0 kg
H. 48 kg
I. 48 N
J. 48,0 N
17. Pada hukum Boyle jika P adalah tekanan dan V adalah volume maka dimensi k
adalah….
A. daya
B. usaha
C. momentum linear
D. suhu
E. konstanta pegas
18. Dari gambar di bawah ini, cara pembacaan a dan c merupakan kesalahan....
141
A. Kesalahan paralaks merupakan kesalahan baca yang terjadi karena kurang tepat
menempatkan posisi pandangan mata saat melihat angka pengukuran
B. Kesalahan paralaks merupakan kesalahan baca yang terjadi karena kesalahan alat
angka pengukuran
C. Kesalahan paralaks merupakan kesalahan baca yang terjadi karena ketelitian
pembacaan alat karena cahaya yang tidak maksimal
D. Kesalahan paralaks merupakan kesalahan baca yang terjadi karena posisi penempatan
alat yang ditempatkan tidak sesuai untuk kegunaan yang diperlukan
E. Kesalahan paralaks merupakan kesalahan yang terjadi karena ketidakmahiran
pengguna alat dalam mengoperasikan, sehingga tidak berfungsi dengan baik
19. Seorang anak membeli gula di warung dan mengatakan, “berat gula yang dibeli
adalah 1 kg.” benarkah pernyataan anak itu?Berikan alasanmu!
A. Pernyataan tersebut slah karena berat memiliki satuan W yaitu newton
B. Pernyataan tersebut salah karena berat memiliki satuan N yaitu newton
C. Pernyataan tersebut salah karena berat memiliki satuan N yaitu jumlah zat
D. Pernyataan tersebut benar karena berat memiliki satuan kg yaitu newton
E. Pernyataan tersebut salah karena berat memiliki satuan kg yaitu newton
20. Sekarung beras massanya 1,3 kuintal. Berpakah massa beras dalam ton, kilogram,
dan pound!
A. 0.13 ton, 130 kg, 286 pouns
B. 0.13 ton, 130 kg, 286 pouns
C. 130 ton, 286 kg, 130 pouns
D. 0.130 ton, 130 kg, 286 pouns
E. 0.13 ton, 130 kg, 286 pouns
Hasil dari pengukuran gambar dibawah ini adalah.....
142
E. 1,8 cm2
23. Lima siswa mengukur panjang sebatang kayu dengan sebuah mistar. Hasil
pengukuran mereka dinyatakan sebagai berikut: 63,65 cm, 63,64 cm, 63,58 cm,
63,66 cm, dan 63,66 cm. seorang siswa melakukan kesalahan membaca alat ukur.
Siswa yang manakah itu? Dengan menghilangkan data yang salah, Berapakah
panjang rata-rata batang kayu!
A. 63,6 cm
B. 63,655 cm
C. 63,65 cm
D. 63,66 cm
E. 63,70 cm
24. Berikut hasil pengukuran dengan mikrometer sekrup. Jika diketahui SU = 5, SN =
14 maka hasil pengukuran (mm) yang diperoleh adalah....
A. 5,14 ± 0,1 mm.
B. 5,14 ± 0,001 mm.
C. 5,14 ± 0,01 mm.
D. 5,14 ± 0,01 cm.
E. 5,14 ± 0,01 dm.
25. Jarak antar dua titik adalah 80 cm dengan menngunakan mistar panjang. Jarak
tersebut jika diubah dalam mm adalah.....
a b
80 cm
A. 8 mm
B. 80 mm
C. 800 mm
D. 8000 mm
E. 80000 mm
=====Selamat bekerja000oo=====
143
N ΣXY −( ΣX ) ( ΣY )
rxy =
√¿ ¿ ¿
40 ( 347 )− ( 23 ) (539)
rxy =
√¿ ¿ ¿
13880−12397
rxy = ( 920−529 ) ( 322360−290521 )
√ ¿
¿
1483
1483
rxy = ( 391 ) ( 31839 ) =
√ ¿
¿ √ 12449049
1483
rxy =
3528
rxy = 0.42
ΣX = 22 ΣX2 = 22 ΣY = 539
ΣXY = 338 ΣY2 = 8059 N = 40
Maka validitas item no 2 adalah :
N ΣXY −( ΣX ) ( ΣY )
rxy =
√¿ ¿ ¿
40 ( 338 )−( 22 ) (539)
rxy =
√¿ ¿ ¿
13520−11858
rxy =
( 880−484 ) (322360−290521)
1662 1662
rxy = =
( 396 ) (31839) √ 12608244
1662
rxy =
3550
rxy = 0,47
rhitung = 0,42 dan pada α = 0.05 di dapat harga r tabel = 0.312. jadi soal no 1
dinyatakan valid dengan rhitung > rtabel ( 0,42 > 0.312).
dengan cara yang sama diperoleh harga – harga rhitung seperti tabel berikut ini :
Tabel Hasil Perhitungan Uji Validitas Tes
No Soal rhitung rtabel Keterangan
1 0,42 0,312 Valid
144
2 0,47 0,312 Valid
3 0,44 0,312 Valid
4 0,28 0,312 Tidak Valid
5 0,39 0,312 Valid
6 0,44 0,312 Valid
7 0,37 0,312 Valid
8 0,30 0,312 Tidak Valid
9 0,40 0,312 Valid
10 0,42 0,312 Valid
11 0,314 0,312 Valid
12 0,43 0,312 Valid
13 0,38 0,312 Valid
14 0,38 0,312 Valid
15 0,37 0,312 Valid
16 1,47 0,312 Valid
17 0,40 0,312 Valid
18 0,38 0,312 Valid
19 0,39 0,312 Valid
20 0,37 0,312 Valid
21 0,29 0,312 Tidak Valid
22 0,22 0,312 Tidak Valid
23 0,44 0,312 Valid
24 0,47 0,312 Valid
25 0,28 0,312 Tidak Valid
Dari hasil uji validitas yang telah dilakukan didapatkan bahwa dari 25 instrumen
yang diujikan terdapat 20 insrtrumen yang valid dan 5 instrumen yang tidak valid.
145
n S 2−∑ pq
r 11 = ( )(
n−1 S2 )
Sebelum menghitung reliabilitas tes, terlebih dahulu dicari varians total dengan
menggunakan persamaan:
2
2 (∑ Y )
∑Y −
n
S2 =
n
Dari data uji instrument diperoleh:
Y = 539 Y2 = 8059 pq = 5,58 n = 40
Sehingga dapat dihitung
( 539 ) 2
8059−
40
S2 =
40
8059−7263
S2 =
40
796
S2 =
40
S2 = 19,89
Sehingga reabilitas tes adalah:
n S 2−∑ pq
r 11 = ( )(
n−1 S2 )
40 19 . 89−5, 58
r 11 = ( )(
40−1 19 , 89 )
r11 = 0.74
Harga rtabel diperoleh dari daftar r produk moment dengan α = 0.05, jika harga r hitung
adalah 0,74 dan rtabel adalah 0.44 maka diperoleh rhitung > rtabel atau 0.74 > 0.44. jadi
dapat disimpulkan soal secara keseluruhan adalah reliabel
Lampiran 7. Perhitungan Tingkat Kesukaran Tes
Perhitungan Taraf kesukaran dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
B
P=
JS
Keterangan :
146
P = indeks kesukaran
B = banyak siswa yang menjawab soal itu dengan betul
J = jumlah seluruh siswa yang mengikuti tes
Besar indeks kesukaran berada antara 0,00 - 1,0. Kriteria tingkat
kesukaran soal (P) sebagai berikut:
Antara : 0,00 - 0,30 = soal tergolong sukar
0,31 - 0,70 = soal sedang
0,71 - 1,00 = soal tergolong mudah
Dari lampiran 7 diperoleh taraf kesukaran untuk item nomor 1 sebagai berikut:
B
P=
JS
23
P= =0 ,575
40
Soal no 1 termasuk kategori sedang. demikian untuk selanjutnya didapat tingkat
kesukaran untuk setiap item seperti pada tabel dibawah ini:
147
Tabel Tingkat Kesukaran Tes
No Item B JS P Status
1 23 40 0,575 Sedang
2 22 40 0,55 Sedang
3 18 40 0,45 Sedang
4 27 40 0,675 Sedang
5 28 40 0,70 Mudah
6 23 40 0,575 Sedang
7 17 40 0,425 Sedang
8 34 40 0,85 Mudah
9 26 40 0,65 Sedang
10 18 40 0,45 Sedang
11 28 40 0,70 Mudah
12 23 40 0,575 Sedang
13 8 40 0,20 Sukar
14 21 40 0,525 Sedang
15 25 40 0,625 Sedang
16 26 40 0,65 Sedang
17 20 40 0,50 Sedang
18 25 40 0,625 Sedang
19 28 40 0,70 Mudah
20 25 40 0,625 Sedang
21 13 40 0,325 Sedang
22 12 40 0,30 Sukar
23 13 40 0,33 Sedang
24 26 40 0,65 Sedang
25 10 40 0,25 Sukar
Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa dari 25 soal yang diujikan
terdapat 4 soal yang dikategorikan mudah, 18 soal dikategorikan sedang dan 3
soal dikategorikan sukar.
148
Lampiran 8. Perhitungan Daya Pembeda Tes
Untuk menghitung daya beda digunakan rumus:
BA BB
D= − =PA−PB
JA JB
Dimana:
D = Daya Beda
JA = Banyak peserta kelompok atas
JB = Banyak peserta kelompok bawah
BA = Banyak peserta kelompok atas yang menjawab benar
BB = Banyak peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Dibawah ini disajikan perhitungan daya beda untuk butir soal nomor 1:
BA = 15 JA= 20
BB = 8 JB= 20
BA BB 15 8
D= − D= −
JA JB 20 20
7
D=
20
D = 0,35
Dengan cara yang sama diperoleh daya pembeda tiap-tiap item, sebagaimana
tertera pada tabel berikut:
149
DAYA PEMBEDA SOAL
Tabel. Daya Beda Setiap Butir soal
150
Nilai Hasil Belajar Kelas X-1
No Nama siswa Pretes Postes
(X) X2 (X) X2
1 Abdian Ningsih Lase 45 2025 55 3025
2 Acep Memori Saro Hia 35 1225 70 4900
3 Aduhusi Tafonao 55 3025 85 7225
4 Bebali Lase 40 1600 75 5625
5 Buala Naso Nduru 45 2025 70 4900
6 Bilman Nivosasi Telaumbanua 35 1225 65 4225
7 Cipto Novantri Lase 45 2025 80 6400
8 Citra Bundasari Sadawa 60 3600 90 8100
9 Celia Rosintan Tafonao 45 2025 65 4225
10 Erman Darius Sadawa 45 2025 70 4900
11 Firman Putra Giawa 30 900 80 6400
12 Forman tri Sisokhi Druru 50 2500 65 4225
13 Ga Timbowo Ziliwu 45 2025 70 4900
14 Gasamano Lase 45 2025 80 6400
15 Hasrat Laumano Lase 60 3600 95 9025
16 Hakil Son Niato Tafonao 50 2500 80 6400
17 Herman Faoziduhi Lase 35 1225 75 5625
18 Hiskia Nofa Uri Laia 45 2025 70 4900
19 Idaman Hati Lase 35 1225 75 5625
20 Ignal Rinaldin Hulu 30 900 55 3025
21 Irman Putri Hulu 40 1600 75 5625
22 Irnan Tri Wuria Hia 50 2500 85 7225
23 Ingati Zebua 55 3025 75 5625
24 Michael Faatulo Hia 40 1600 70 4900
25 Martmilang Gea 30 900 85 7225
26 Notarius Telaumbanua 40 1600 75 5625
27 Nita Tani Ari Lase 55 3025 90 8100
28 Oswal Adroita Zebua 30 900 60 3600
29 Optianus Lase 35 1225 80 6400
30 Odaligo Druru 30 900 60 3600
Jumlah 1280 5700 2225 167975
Rata- rata 42,66 74,16
Standar deviasi 9,07 10,09
Varians 82,29 101,86
Maksimum 60 95
Minimum 30 55
151
N Nama siswa Pretes Postes
o (X) X 2
(X) X2
1 Admadro Faozisokhi Lase 45 2025 60 3600
2 Astri Marmilang Gea 40 1600 55 3025
3 Arofaudo Hia 45 2025 65 4225
4 Charlie Kristoper Hia 50 2500 60 3600
5 Dela Putrawan Mondrofa 45 2025 65 4225
6 Damai Susila Zebua 30 900 50 2500
7 Damanotona Tafonao 50 2500 45 2025
8 Erman Darius Sadawa 35 1225 60 3600
9 Gissel Martningsih Telaumbanua 50 2500 75 5625
10 Hizara Arota Laoli 35 1225 80 6400
11 Horia Maniawa Telaumbanua 40 1600 45 2025
12 Ismail Faozan 45 2025 65 4225
13 Juwita Rosmawati druru 35 1225 40 1600
14 Jernihwati Loahambowo 45 2025 45 2025
15 Jasni Astuti Hia 30 900 40 1600
16 Juliaman Christian 45 2025 50 2500
17 Juniarman Gori 30 900 50 2500
18 Kristiani Nonisari Lase 45 2025 75 5625
19 Krisman Faozanolo Boulolo 30 900 70 4900
20 Klarita Zebua 40 1600 65 4225
21 Kafaria Sisia Laia 30 900 55 3025
22 Kamiaro Jilao Lase 40 1600 45 2025
23 Kella Tafanao 45 2025 55 3025
24 Kasiria Omasio Telaumbanua 55 3025 80 6400
25 Lelly Dwi Jayanti Lase 35 1225 40 1600
26 Linarso Sobowo Hia 40 1600 50 2500
27 Lina Sudarwati Telaumbanua 55 3025 45 2025
28 Lince Sartika Boulolo 40 1600 70 4900
29 Leonarno Fanos Hia 55 3025 75 5625
30 Oramano Tafonao 45 2025 50 2500
Jumlah 1250 53800 1725 103675
Rata- rata 41,66 57,50
Standar Deviasi 7.69 12,43
Varians 59,16 154,74
Maksimum 55 80
Minimum 30 40
152
Lampiran 10. Perhitungan Nilai Rata – Rata, Standar Deviasi dan Varians Pretes
Dan Postes Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol
x̄ 1 =
∑ x 1 = 1280 = 42 , 66
n 30
Untuk standar deviasi:
2
S1 = √ n (∑ x ) − ( ∑ x )
12
n (n − 1)
1
( 30 ) ( 57000 ) − ( 1280 )2
S1 = √ 30 ( 30 − 1 )
S1 = √ 82,298
S1 = 9,07
Varians = SD2
= 9,072
= 82,29
2. Nilai Postes
X1 = 2225 X2 = 167975 n = 30
Maka skor rata – ratanya:
x̄ 1 =
∑ x 1 = 2225 = 74 , 16
n 30
Untuk Standar deviasi:
2
S1 = √ n (∑ x ) − ( ∑ x )
12
n (n − 1)
1
153
( 30 ) ( 167975 ) − ( 2225 )2
S1 = √ 30 ( 30 − 1 )
S1 = √ 101,86
S1 = 10,09
Varians = SD2
= 10,0922
= 101,86
B. Nilai Rata-Rata, Standar Deviasi Dan Varians Kelas Kontrol
1. Pretest
Dari perhitungan pada lampiran diperoleh nilai:
X2 = 1250 X2 = 53800 n = 30
Maka skor rata – ratanya:
x̄ 1 =
∑ x 1 = 1250 = 41 , 66
n 30
Untuk standar deviasi:
2
S1 = √ n (∑ x ) − ( ∑ x )
12
n (n − 1)
1
( 30 ) ( 53800 ) − ( 1250 )2
S1 = √ 30 ( 30 − 1 )
S1 = √ 59,195
S1 = 7,69
Varians = SD2
= 7,692
= 59,19
154
2. Nilai Postes
X1 = 1725 X2 = 103675 n = 30
Maka skor rata – ratanya:
x̄ 1 =
∑ x 1 = 1725 = 57 , 5
n 30
Untuk Standar deviasi:
2
S1 = √ n (∑ x ) − ( ∑ x )
12
n (n − 1)
1
( 30 ) ( 103675 ) − ( 1725 )2
S1 = √ 30 ( 30 − 1 )
S1 = √ 154,74
S1 = 12,43
Varians = SD2
= 12,432
= 154,74
155
Lampiran 11. Pengujian Normalitas Data
No
. Xi Fi Fk Zi F(Zi) S(Zi) | F(Zi) - S(Zi) |
1 30 5 5 -1,39 0,0823 0,1666 0,0843
2 35 5 10 -0,84 0,2004 0,3333 0,1329
3 40 4 14 -0,29 0,6141 0,4666 0,1475
4 45 8 22 0,25 0,5967 0,7333 0,1366
5 50 3 25 0,80 0,7881 0,8333 0.0452
6 55 3 28 1,36 0,9131 0,9333 0.0202
7 60 2 30 1,91 0,9719 1,0000 0,0281
∑ x =1280 L0 0,1475
N = 30 Ltabel 0,161
x̄ 1 = 42 , 66
S = 9,07
Kesimpulan: Lo < L tabel =0,1475 < 0,161, maka data pretes kelas eksperimen
berdistribusi normal
No
. Xi Fi Fk Zi F(Zi) S(Zi) | F(Zi) - S(Zi) |
1 55 2 2 -1,89 0,0294 0,0666 0,0372
2 60 2 4 -1,40 0,0808 0,1333 0,0525
3 65 3 7 -0,90 0,1841 0,2333 0,0492
4 70 6 13 -0,41 0,3409 0,4333 0,0924
5 75 6 19 0,08 0,5319 0,6333 0,1014
6 80 5 24 0,57 0,7157 0,8000 0,0843
7 85 3 27 1,07 0,8577 0,9000 0,0423
8 90 2 29 1,56 0,9406 0,9666 0,0260
9 95 1 30 2,06 0,9803 1,0000 0,0197
∑ x =2225 L0 0,1014
N = 30 Ltabel 0,161
x̄ 1 = 74,16
S = 10,09
Kesimpulan: Lo < L tabel =0,1014 < 0,161, maka data postes kelas eksperimen
berdistribusi normal
156
3. Normalitas Pretes Kelas Kontrol
No
. Xi Fi Fk Zi F(Zi) S(Zi) | F(Zi) - S(Zi) |
1 30 5 5 -1,51 0,0655 0,1666 0,1011
2 35 4 9 -0,86 0,1949 0,3000 0,1051
3 40 6 15 -0,21 0,4168 0,5000 0,0832
4 45 9 24 0,43 0,6664 0,8000 0,1336
5 50 3 27 1,08 0,8599 0,9000 0.0401
6 55 3 30 1,73 0,9582 1,0000 0.0418
∑ x =1250 L0 0,1336
N = 30 Ltabel 0,161
x̄ 1 = 41 , 66
S = 7,69
Kesimpulan: Lo < L tabel =0,1336 < 0,161, maka data pretes kelas eksperimen
berdistribusi normal
No
. Xi Fi Fk Zi F(Zi) S(Zi) | F(Zi) - S(Zi) |
1 40 3 3 -1,40 0,0808 0,1000 0,0192
2 45 5 8 -1,00 0,1587 0,2666 0,1078
3 50 5 13 -0,60 0,2742 0,4333 0,1591
4 55 3 16 -0,20 0,4207 0,5333 0,1126
5 60 3 19 0,20 0,5793 0,6333 0.0540
6 65 4 23 0,60 0,7258 0,7666 0.0408
7 70 2 25 1,00 0,8413 0,8333 0,0080
8 75 3 28 1,40 0,9192 0.9333 0.0141
9 80 2 30 1,80 0,9641 1,0000 0,0359
∑ x =1725 L0 0,1591
N = 30 Ltabel 0,161
x̄ 1 = 57 ,50
S = 12,43
Kesimpulan: Lo < L tabel =0,1591 < 0,161, maka data postes kelas eksperimen
berdistribusi normal
157
0,886 0,886
= = 0,161
Ltabel = √30 5,477
x 1 − x̄ 1 30 − 42,66
= −1,39
Zi = S = 9,07
F (Zi) diperoleh dari tabel, kurva normal.
F (Zi) = F (-1,82) = 0,0823
Fkum
S (Zi) = sampel
5
= 0, 1666
S (Zi) = 30
| F(Zi) - S(Zi) |= 0,0823-0,1666
=0.0843
158
Lampiran 12. Pengujian Homogenitas Data
varians terbesar
rumus: Fhitung = varians terkecil
1. Homogenitas Data Pretes
Dari analisis data kelompok eksperimen dan kelas kontrol diperoleh:
Varians data pretes kelas eksperimen : S2 = 82,29
Varians data pretes kelas kontrol : S2 = 59,19
Maka :
varians terbesar
Fhitung = varians terkecil
82,29
Fhitung = 59,19
Fhitung = 1,39
Dari daftar distribusi F, nilai Ftabel untuk α =0.01, dengan dk penyebut (n-1) = 29
Dan dk pembilang (n-1) = 29 tidak diketahui, maka nilai F tabel diperoleh dengan
interpolasi sebagai berikut :
Harga Ftabel :
α = 0,01
dk pembilang = (30-1) = 29 (dk berada di antara 24 dan 30)
dk penyebut = (30-1) = 29
F0,05(24,29) = 1,90
F0,05 (30,29) = 1,85
Maka :
29−24
Ftabel = F0,05(24,29) + (F0,05 (30,29) - F0,05(24,29)
30−24
= 1,90 + (0,8333)(1,85-1,90)
= 1,90 + (0,8333)(-0,05)
159
= 1,90 – 0,04
= 1,86
Karena Fhitung < Ftabel (1,39 < 1,86) maka dapat disimpulkan bahwa data pretest
dari kedua kelas tersebut memiliki varian yang seragam (homogen).
160
Karena Fhitung < Ftabel (1,51 < 1,86) maka dapat disimpulkan bahwa data pretes dari
kedua kelas tersebut memiliki varian yang seragam (homogen).
Lampiran 13. Perhitungan Uji Hipotesis
Perhitungan uji pretes kelas eksperimen dan kelas control dari perhitungan
sebelumnya diperoleh:
x̄ 1 = 42,66 (nilai rata – rata pretes kelas eksperimen)
( 30 − 1 ) ( 82 , 29 ) + ( 30 − 1 ) ( 59 ,19 )
S2 = 30 + 30 − 2
2386 ,642+ 1716 , 655
S2 = 60 − 2
4103 , 297
S2 = 58
S2 = 70,7465
S = √ 70,7465
S = 8,411
x̄ 1 − x̄2
1 1
t=
S
√ +
n1 n2
161
42,66-41,66
1 1
t=
8,411
√ +
30 30
1
t = 8,411 √ 0,03 + 0 ,03
1 1
t= 8 , 411 ( 0, 25 ) = 2,102
t = 0,475
maka thitung = 0,475
Karena ttabel untuk α = 0,05 dan dk = (n1 + n2) – 2 = (30 + 30) – 2 = 58 berada
diantara dk = 40 dan 60 maka ttabel dihitung dengan interpolasi linier yaitu:
Untuk dk = 40 dan α = 0,05 didapat t (1 – ½ α) = t (1 – 1/2 . 0,05) = t (0,975) = 2,02
Untuk dk = 60 dan α = 0,05 didapat t (1 – ½ α) = t (1 – 1/2 . 0,05) = t (0,975) = 2,00
58 − 40
(2 ,00 − 2,02 )
Maka t tabel = 2,02 + 60 − 40
t tabel = 2,02 + 0,9 (-0,02)
t tabel = 2,02 – 0,018
t tabel = 2,002
Dari hasil perhitungan terlihat bahwa t hitung <t tabel karena t hitung = 0,475 < t tabel =
2,002, yang menyatakan bahwa kemampuan awal (sebelum diberi pengajaran)
kedua kelas adalah sama.
162
n1 = 30 (jumlah siswa kelas eksperimen)
n2 = 30 (jumlah siswa kelas kontrol)
Varians gabungan:
( n1 − 1 ) S1 2 + ( n2 − 1 ) S2 2
S2 = n1 + n2 − 2
( 30 − 1 ) ( 101 , 86 ) + ( 30 − 1 ) ( 154 , 74 )
S2 = 30 + 30 − 2
2954 ,143+ 4487 ,489
S2 = 60 − 2
7441 ,632
S2 = 58
S2 = 128,304
S = √ 128,304
S = 11,327
x̄ 1 − x̄2
1 1
t=
S
√ +
n1 n2
74,16-57,50
1 1
t=
11,327
√ +
30 30
16,66
t = 11,327 √ 0,03 + 0,03
16,66 16,66
t = 11,327 ( 0 ,25 ) = 2,83
t = 5,886
maka thitung = 5,886
Karena ttabel untuk α = 0,05 dan dk = (n1 + n2) – 2 = (30 + 30) – 2 = 58 berada
diantara dk = 40 dan 60 maka ttabel dihitung dengan interpolasi linier yaitu:
Untuk dk = 40 dan α = 0,05 didapat t (1 – α) = t (1 – 0,05) = t (0,95) = 1,68
Untuk dk = 60 dan α = 0,05 didapat t (1 – α) = t (1 – 0,05) = t (0,95) = 1,67
163
58 − 40
(1,68 − 1,67 )
Maka t tabel = 1,68 + 60 − 40
t tabel = 1,68 + 0,9 (-0,01)
t tabel = 1,68 – 0,009
t tabel = 1,671
Dari hasil perhitungan terlihat bahwa t hitung = 5,886 > t tabel = 1,671, maka dapat
disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada pengaruh model
pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar siswa pada materi
pokok Besaran dan Pengukuran di kelas X SMA Negeri 1 Gomo T.P 2017/2018.
164
Dokumentasi Penelitian
165
166
167
168
169
170
171
172
173