Anda di halaman 1dari 173

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu usaha untuk mencerdaskan kehidupan

bangsa dan merupakan suatu kunci pokok untuk mencapai cita-cita. Tanpa

pendidikan tidak mungkin suatu kelompok manusia dapat hidup berkembang

sejalan dengan aspirasi atau cita-cita untuk maju, sejahtera, dan bahagia. Hal ini

sesuai dengan sistem pendidikan nasional bangsa Indonesia yang terdapat dalam

UU No.20 Tahun 2003 yang menyatakan:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Oleh karena itu tanpa peningkatan pendidikan pembangunan bangsa tidak

akan maju. Purwanto (2011: 19) mengatakan :”Pendidikan adalah bimbingan atau

pertolongan yang diberikan pada anak oleh orang dewasa secara sengaja agar anak

menjadi dewasa”. Keluarga dapat juga dikatakan sebagai lembaga pendidikan

yang pertama dan utama bagi anak sebelum ia mengenal lembaga pendidikan

formal (sekolah) dan juga masyarakat. Lembaga pendidikan utama bermakna

1
bahwa baik buruknya pendidikan anak yang diterima disekolah atau masyarakat

sangat dipengaruhi oleh baik buruknya pendidikan yang diterima anak dalam

keluarga.

Fisika merupakan salah satu bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA),

yaitu suatu ilmu yang mempelajari gejala, peristiwa, atau fenomena alam, serta

mengungkap segala rahasia dari hukum semesta. Pelajaran fisika merupakan

pelajaran yang asyik dipelajari, akan tetapi pada pada kenyataannya pelajaran

fisika merupakan pelajaran yang paling menakutkan dan membosankan bagi

siswa. Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh cara belajar yang efektif yang

memprhatikan kondisi yaitu : (1) Kondisi internal yakni kondisi jasmani dan

rohani siswa; (2) Kondisi eksternal yaitu kondisi lingkungan sekitar siswa; (3)

Strategi mengajar yakni jenis upaya mengajar yang meliputi strategi dan metode

yang digunakan guru untuk melakukan kegiatan pembelajaran dan materi-materi

pembelajaran.

Fisika merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari siswa dijenjang

pendidikan formal mulai dari tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) sampai

Sekolah Menengah Atas (SMA) bahkan pada perguruan tinggi. Siswa

beranggapan fisika merupakan satu matapelajaran yang sukar dan harus dihindari.

Penyebab hal ini dikarenakan kurangnya kreatifitas guru dalam menyampaikan

materi fisika kepada siswa. Guru hanya menggunakan satu model saja dalam

proses pembelajaran. Sehingga banyak siswa yang merasa bosan dan takut

terhadap pelajaran fisika. Hal tersebut membuktikan bahwa hasil nilai Ujian

2
Nasional untuk mata pelajaran fisika sangat rendah dibandingkan mata pelajaran

yang lain.

Berdasarkan laporan hasil UN dari Kementrian Pendidikandan


Kebudayaan Badan Penelitiandan Pengembangan Pusat Penilaian
Pendidikan pada tahun 2012 sampai dengan tahun 2014 pada materi
pelajaran Fisika mengalami penurunan yang cukup drastis yaitu, pada
tahun 2012 nilai rata-rata Ujian Nasional (UN) mencapai 71,8 pada tahun
2013 nilai rata-rata Ujian Nasional (UN) mencapai 59,9 pada tahun 2014
nilai rata-rata Ujian Nasional mencapai 65,21
(http://litbang.kemdikbud.go.id)

Slameto (2010; 75) mengatakanbahwa:

Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh carabelajar yang efektif yang


memprhatikan kondisi yaitu: (1) Kondisi internal yakni kondisi jasmani
dan rohani siswa; (2) Kondisi eksternal yaitu kondisil ingkungan
sekitarsiswa; (3) Strategi mengajar yakni jenis upaya mengajar yang
meliputi strategi dan metode yang digunakan guru untuk melakukan
kegiatan pembelajaran dan materi-materi pembelajaran.
Model pembelajaran kooperatiftipe STAD ini merupakan variasi

pembelajaran kooperatif yang paling banyak diteliti. Model ini juga sangat mudah

diadaptasi, telah digunakan dalam mata pelajaran matematika, IPA, IPS, bahasa

Inggris, teknik, dan banyak subjek lainnya, dan pada tinggkat sekolah dasar

sampai perguruantinggi.Menurut Slavin (Rusman, 2012 : 213),

Model STAD (Student Team Achievment Divisions) merupakan variasi


pembelajaran kooperatif yang paling banyak diteliti. Model ini juga sangat
mudah diadaptasi, telah digunakan dalam matematika, IPA, IPS, bahasa
Inggris, teknik dan banyak subjek lainnya, dan pada tingkat sekolah dasar
sampai perguruan tinggi.

Dengan penjelasan diatas maka model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat

meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD semua permasalahan yang sudah dipaparkan diatas dapat

3
teratasi. Model Pembelajaran kooperatif tipe STAD bukan hanya sekedar model

pembelajaran yang diarahkan agar peserta didik dapat mengingat dan memahami

berbagai data, fakta, dan konsep, akan tetapi bagaimana menghadapi dan

memecahkan suatu persoalan dalam interaksi antarasiswa. Model Pembelajaran

kooperatif tipe STAD yang pernah dilakukan oleh peneliti terdahulu, Sinulingga,

(2012) dalam penelitiannya menyimpulkan adaPengaruh Model Pembelajaran

Kooperatif tipe STAD berbasis Mind Mapping terhadap Hasil belajar Siswa pada

Konsep Bunyi di KelasVIII SMP Negri 3 TebingTinggi. Selainitu, berdasarkan

penelitian Yulianto, I (2014) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa ada

pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams-

Achievment Division) dengan metode Active Knowledge Sharing terhadap prestasi

hasil belajar siswa pada materi Alat Optik kelas X di MAN 2 Gresik.

Hasil observasi awal mahasiswa kesekolah SMA Negeri 1 Gomo, bahwa

sarana dan prasarana yang dimiliki dapat membantu proses pelaksanaan

pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Berdasarkan

uraian permasalahan dalam hasil belajar fisika, peneliti termotivasi untuk

melakukan penelitian dengan judul, Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe STAD Terhadap Hasil Belajar Fisika Pada Materi Pokok Besaran dan

Pengukuran Kelas X Semester I di SMA Negeri 1 Gomo T.P. 2017/2018.

4
B. IdentifikasiMasalah

Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran Fisika

2. Cara mengajar gurun yang monoton (tidak bervariasi)

3. Rendahnya minat dan motivasi siswa terhadap pelajaran Fisika

4. Siswa menganggap Fisika merupakan mata pelajaran yang sulit dan selalu

mengarah kepada perhitungan serta rumus-rumus.

C. BatasanMasalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Model pembelajaran yang digunakan selama kegiatan proses belajar mengajar

adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan pembelajaran langsung.

2. Subjek penelitian adalah siswa SMA Negeri 1 Gomo T.P. 2017/2018.

3. Objek penelitian adalah ranah kognitif pada materi hasil belajar siswa pada

materi Besaran dan Pengukura siswa kelas X semester I SMA Negeri 1 Gomo

T.P. 2017/2018.

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagaiberikut:

1. Bagaimana hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran

Kooperatif Tipe STAD pada materi pokok Besaran dan Pengukuran kelas X

semester I SMA Negeri 1 Gomo T.P. 2017/2018?

5
2. Bagaimana hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran

langsung pada materi pokok Besaran dan Pengukuran kelas X semester I

SMA Negeri 1 Gomo T.P. 2017/2018?

3. Apakah ada pengaruh yang signifikan penggunaan model pembelajaran

Kooperatif Tipe STAD pada materi pokok Besaran dan Pengukuran kelas X

semester I SMA Negeri 1 Gomo T.P. 2017/2018?

E. Tujuan penelitian

Tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui hasil belajar siswa yang di ajar dengan model

pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada materi pokok besaran dan

pengukuran kelas X semester I SMA Negeri 1 Gomo T.P 2017/2018

2. Untuk mengetahi hasil belajar siswa yang di ajar dengan model

pembelajaran langsung pada materi pokok besaran dan pengukuran kelas

X semester I SMA Negeri 1 Gomo T.P 2017/2018.

3. Untuk mengetahui pengaruh yang signifikan penggunaan model

pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada meteri pokok besaran dan

pengukuran kelas X semester I SMA Negeri 1 Gomo T.P 2017/2018

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Sebagai pengembangan khusus ilmu yang berhubungan dengan

teori model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan hasil belajar

6
b. Sebagai masukkan bagi peneliti lain untuk meneliti model

pembelajan Kooperatif Tipe STAD

c. Bagi peneliti, dapat lebih memperdalam pengetahuan mengenai

model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk dapat

deterapkan di masa yang akan datang

d. Sebagai bahan referensi bagi penelit selanjutnya

2. Manfaat Praktis

a. Sebagai bahan masukan khususnya bagi guru-guru mata pelajaran

fisika dalam meningkatkan keaktifan dan prestasi siswa dengan

penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dalam

peningkatkan kemamuan berfikir siswa

b. Menciptakan suasana belajar yang lebih kondusif dan aktif

sehingga pembelajaran tidak monoton dan dapat membawa

dampak positif dalam peningkatan hasil belajar siswa.

c. Untuk meningkatkan kemampuan peneliti sebagai calon guru fisika

dalam memilih model pembelajaran yang sesuai dengan kegiatan

belajar mengajar

d. Untuk memenuhi syarat dalam mencapai gelar sarjana.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teoretis

1. Hakekat Belajar dan Mengajar

a. Hakekat Belajar

Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi

yang ada disekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang

diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui pengalaman. Belajar juga

merupakan proses melihat, mengamati dan memahami sesutau. Menurut Dimyati

(2013:7), Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. sebagai

tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu

terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa

memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Menurut Winkel (Purwanto,

2011: 38) “Belajar adalah aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam

interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam

pengetahuan, keterampilan dan sikap”. Perubahan itu diperoleh melalui usaha

(bukan karena kematangan), menetap dalam waktu yang relatif lama dan

merupakan hasil pengalaman.

Lingkungan yang dipelajari oleh siswa berupa keadaan alam, benda-benda,

hewan, tumbuh-tumbuhan, manusia, atau hal-hal yang dijadikan bahan belajar.

8
Tindakan belajar tentang suatu hal tersebut tampak sebagai perilaku belajar yang

tampak dari luar.

Menurut Slameto (2010 : 1),

Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya.

Slameto (2010 : 2 - 4) juga mengemukakan bahwa,ada beberapa ciri-ciri tingkah

laku dalam belajar, yaitu :

a. Perubahan terjadi secara sadar

b. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional

c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif

d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara.

e. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah.

f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.

Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali, baik sifat

maupun jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri

seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar. Menurut Skinner (Dmyati,

2006: 9) “Belajar adalah suatu perilaku”. Pada saat orang belajar, maka responnya

menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya menurun.

9
Menurut Dewey (Abdullah, 2014: 31) individu mengalami tiga tahapan

belajar,yaitu:

1) Tahap bermain (play) adalah tahapan belajar yang didominasi


pelaksanaan aktivitas untuk memberikan kepuasan (kepuasan dalam
bermain) bagi individu. Melalui proses bermain, peserta didik belajar
mengembangkan berbagai kemampuan dirinya (kognitif, psikomotor, dan
afektif).
2) Tahap bekerja (work) adalah tahapan belajar dimana sebagian besar
aktivitas yang dilakukan adalah suatu pekerjaan untuk mencapai tujuan
atau hasil tertentu.
3) Tahap symbol (symbols) adalah tahapan pelajar yang didominasi
aktivitas yang didasari makna atau nilai tertentu dalam aktivitas tersebut.
Individu dalam tahap ini rela dapat

Dari pendapat para ahli di atas mengenai belajar peneliti menyimpulkan bahwa

belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan.

b. Hakekat Mengajar

Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan

satu sama lain. Belajar menunjukkan apa yang harus dilakukan seseorang sebagai

subjek yang menerima pelajaran (sasaran didik), sedangkan mengajar

menunjukkan apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pengajar. Menurut

Mursell (Slameto, 2010 : 33) “Mengajar digambarkan sebagai Mengorganisasikan

Belajar, sehingga dengan mengorganisasikan itu, belajar menjadi berarti atau

bermakna bagi siswa”. Selain itu, Menurut Jhon R.Pancella (Slameto, 2010: 32)

“Mengajar dapat dilukiskan sebagai membuat keputusan (decision making) dalam

10
interaksi, dan hasil dari keputusan guru adalah jawaban siswa atau sekelompok

siswa, kepada siapa guru berinteraksi”.

Mengajar pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk menciptakan

kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk

berlangsungnya proses belajar. Jika belajar dikatakan milik siswa maka mengajar

kegiatan guru. Dari pendapat para ahli diatas mengenai mengajar, maka peneliti

dapat menyimpulkan bahwa mengajar adalah suatu proses yaitu proses mengatur,

mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar anak didik, sehingga dapat

menumbuhkan, dan mendorong anak didik melakukan proses belajar

2. Model Pembelajaran

Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari strategi,

metode atau prosedur. Model dimaknakan sebagai suatu objek atau konsep yang

digunakan untuk merepressentasikan sesuatu hal. Model merupakan gambaran

sederhana yang dapat menjelaskan objek, sistem atau suatu konsep.

Pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta

didik, di mana antara keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang intens dan

terarah menuju pada suatu target yang telah ditetapkan dan kompetensi yang

diharapkan. Menurut Abdullah (2014 : 40) “Pembelajaran adalah penyediaan

kondisi yang mengakibatkan terjadinya proses belajar pada diri peserta didik”.

Penyediaan kondisi dapat dilakukan dengan bantuan pendidik (guru) atau

ditemukan sendiri oleh individu (belajar secara otodidak). Pembelajaran pada

hakikatnya merupakan suatu proses interaksi antara guru dengan siswa, baik

11
interaksi secara langsung, yaitu dengan menggunakan berbagai media

pembelajaran.

Pembelajaran sering dihadapkan pada masalah-masalah yang sifatnya

kompleks. Masalah yang dimaksud terutama dalam pengajaran. Untuk mengatasi

permasalahan ini, perlu adanya suatu rancangan pembelajaran. Model-model

pembelajaran biasanya disusun berdasarkan berbagai prinsip atau teori

pengetahuan. Model merupakan pola umum perilaku pembelajaran untuk

mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Joyce & Weil (dalam Rusman,

2010 : 133) bahwa “model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang

dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka

panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran

di kelas atau yang lain”. Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya

para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efesien untuk

mencapai tujuan pendidikannya. Menurut Abdullah (2014:89) “Model

pembelajaran merupakan kerangka konseptual berupa pola prosedur sistematik

yang dikembangkan berdasarkan teori dan digunakan dalam mengorganisasikan

proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan belajar”. Menurut Abdullah (2014:

97). Model pembelajaran memiliki tahapan yaitu:

a. Sintaks (fase pembelajaran)

Sintaks adalah tahapan dalam mengimplementasi model dalam kegiatan

pembelajaran. Sintaks menunjukkan kegiatan apa saja yang perlu

dilakukan oleh guru dan peserta didik mulai dari awal pembelajaran

sampai kegiatan akhir

12
b. Sistem sosial

system sosial menggambarkan peran dan hubungan antara guru dan

peserata didik dalam aktivitas pembelajaran.

c. Prinsip reaksi

Prinsip reaksi merupakan informasi bagi guru untuk merespon dan

menghargai apa yang dilakukan oleh peserta didik.

d. Sistem pendukung

Sistem pendukung mendeskripsikan kondisi pendukung yang dibutuhkan

untuk mengimplementasikan model pembelajaran.

e. Dampak

Sebuah model pembelajaran juga memiliki efek atau dampak

instruksional dan pengiring. Dampak instruksional merapakan dampak

langsung yang dihasilkan dari materi dan keterampilan berdasarkan

aktivitas yang dilakukan. Sementara itu dampak pengiring merupakan

dampak tidak langsung yang dihasilkan akibat interaksi dengan

lingkungan belajar.

Pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada strategi, metode, atau

prosedur. Model pengajaran mempunyai empat cirri khusus yang tidak dimiliki

oleh strategi, metode, atau prosedur. Menurut Kardi dan Nur (dalam Shoimin,

2014 : 24) Ciri-ciri tersebut antara lain :

a. Rasional teoritik logis yang disusun oleh para pencipta atau


pengembangnya.

13
b. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar(tujuan
pembelajaran yang akan dicapai).
c. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat
dilaksanakn dengan berhasil.
d. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat
tercapai

Dengan memperhatikan teori yang sudah dikemukakan oleh para ahli, maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran adalah suatu rencan atau pola yang

digunakan di dalam proses belajar mengajar untuk memperoleh hasil yang

maksimal.

3. Model pembelajaran Kooperatif tipe STAD

a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD

Pembelajaran kooperatif tipe STAD ini merupakan salah satu tipe dari model

pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan

jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen. Diawali dengan

penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis,

dan penghargaan kelompok. Slavin (dalam Trianto 2011 : 68 ) menyatakan bahwa

Pada STAD siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4-5 orang
yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan
suku. Guru menyajikan pelajaran, dan kemudian siswa bekerja dalam tim
mereka memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran
tersebut. Kemudian, seluruh siswa diberikan tes tentang materi tersebut,
pada saat tes ini mereka tidak diperbolehkan saling membantu.

Seperti halnya pembelajaran lainnya, pembelajaran kooperatif tipe STAD ini juga

membutuhkan persiapan yang matang sebelum kegiatan pembelajaran

14
dilaksanakan. Menurut Slavin (dalam Rusman 2012 : 213) menyatakan bahwa “

Gagasan utama di belakang STAD adalah memacu siswa agar saling mendorong

dan membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan yang diajarkan

guru.”

b. Langkah-langkah model pembelajaran Kooperatif tipe STAD

Pembelajaran kooperatif tipe STAD ini juga membutuhkan persiapan yang

matang sebelum kegiatan pembelajaran. Adapun langkah-langkah model

pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat dilihat pada table 2.1 ;

Tabel 2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD

Fase Kegiatan Guru


Fase 1
Menyampaikan tujuan Menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai
dan memotivasi siswa pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar
Fase 2
Menyajikan atau Menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan
menyampaikan informasi mendemonstrasikan atau lewat bahan bacaan
Fase 3
Mengorganisasikan siswa Menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk
dalam kelompok- kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar
kelompok belajar melakukan transisi secara efisien
Fase 4
Membimbing kelompok Membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka
bekerja dan belajar mengerjakan tugas mereka
Fase 5 Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah
Evaluasi diajarkan atau masing-masing kelompok mempresentasikan
hasil kerjanya
Fase 6 Mencari cara – cara untuk menghargai baik upaya maupun
Memberikan penghargaan hasil belajar individu dan kelompok
Sumber : (Trianto 2011 : 71)

15
Adapun Langkah-langkah model pembelajaran STAD(Rusman, 2012: 215) adalah

sebagai berikut :

a. Penyampaian Tujuan dan Motivasi

Menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran

tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar.

b. Pembagian Kelompok

Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok, dimana setiap kelompoknya terdiri

dari 4-5 siswa yang memprioritaskan heterogenitas (keragaman) kelas dalam

prestasi akademik, gender/jenis kelamin, rasa tau etnik.

c. Presentasi dari Guru

Guru menyampaikan materi pelajaran dengan terlebih dahulu menjelaskan

tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pertemuan tersebut serta pentingnya

pokok bahasan tersebut dipelajari.

d. Kegiatan Belajar dalam Tim (Kerja Tim)

Siswa belajar dalam kelompok yang telah dibentuk. Guru menyiapkan

lembaran kerja sebagai pedoman bagi kerja kelompok, sehingga semua

anggota menguasai dan masing-masing memberikan kontribusi. Selama tim

bekerja, guru melakukan pengamatan, memberikan bimbingan, dorongan dan

bantuan bila diperlukan. Kerja tim ini merupakan ciri terpenting dari STAD.

e. Kuis (Evaluasi)

Guru yang mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis tentang materi

yang dipelajari dan juga melakukanpenilaian terhadap presentasi hasil kerja

masing-masing kelompok.

16
f. Penghargaan Prestasi Tim

Setelah pelaksanaan kuis, guru memeriksa hasil kerja siswa dan diberikan

angkadengan rentang 0-100. Selanjutnya pemberian penghargaan atas

keberhasilan kelompok dapat dilakukan oleh guru dengan melakukan tahapan

sebagai berikut:

1) Menghitung Skor Individu

2) Menghitung Skor Kelompok

c. Penerapan Model Pembelajaran tipe STAD.

Penerapan STAD dalam proses pembelajaran dilaksanakan melalui tahap

sebagai berikut:

1) Tahap Persiapan

Pada tahapan persiapan guru melakukan beberapa langkah sebagai berikut:

a. Memiliki materi pokok

Materi dalam penelitian ini adalah Besaran dan pengukuran.

b. Untuk masing-masing siswa diberi soal yang sama.

c. Menentukan skor dasar individu skor dasar merupakan tes individu

hasil evaluasi pada materi pokok sebelum besaran dan pengukuran.

d. Membentuk kelompok-kelompok kooperatif

Kelompok kooperatif dipilih secara heterogen yang berjumlah empat

orang, terdiri dari siswa yang berkemampuan tinggi, sedang , rendah .

Apabila siswa tidak habis dibagi empat, maka siswa yang berlebih akan

dimasukkan ke salah satu kelompok yang telah dibentuk / membentuk

kelompok baru.

17
2) Peyajian Kelas

Penyajian kelas dimulai dari pendahuluan. Pendahuluan menekankan apa

yang akan dipelajari. Selanjutnya siswa melanjutkan dengan kegiatan kelompok.

a) Kegiatan Kelompok

Sebelum kegiatan kelompok dimulai, terlebih dahulu dibentuk kelompok

belajar kooperatif yang terdiri dari empat orang. Kelompok belajar yang telah

disusun dapat segera diinformasikaan kepada siswa sebelum dilaksanakan

pembelajaran kooperatif STAD. Adapun kegiatan kelompok yang dilakukan

sebagai berikut:

1) Guru memberikan materi yang akan di ajarkan kepada siswa.

2) Guru memberikaan soal kepada siswa untuk dikerjakan dalam  masing –

masing kelompok.

3) Siswa bekerja dalam kelompok dengan anggota masing – masing untuk

menyelesaikan tugas yang di berikan.

b) Tes

Tes dikerjakan secara individu yang mencakup semua materi yang telah

dibahas dalam kegiatan pembelajaran. Skor yang diperoleh siswa dalam tes,

selanjutnya diproses untuk menentukan nilai perkembangan individu dan akan

disumbangkan sebagai skor kelompok.

c) Penghargaan kelompok

18
d. Kelebihan dan Kelamahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Istarani (2011 : 20) menyebutkan bahwa model pembelajaran kooperatif

tipe STAD memiliki kelebihan dan kelemahan sebagai berikut:

1. Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD

a. Arah pelajaran akan lebih jelaskarena tahap awal guru terlebih dahulu

menjelaskan uraian materi yang dipelajari

b. Membuat suasana belajar lebih menyenangkan karena siswa dikelompokkan

dalam kelompok yang heterogen

c. Pembelajaran lebih terarah sebab guru terlebih dahulu menyajikan materi

sebelum tugas kelompok dimulai

d. Dapat meningkatkan kerjasama diantara siswa, sebab dalam

pembelajarannya siswa diberikan kesempatan untuk berdiskusi dalam suatu

kelompok

e. Dapat meningkatkan semangat peserta didik

f. Dapat Mengetahui kemampuan siswa dalam menyerap materi ajar.

2. Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD yaitu:

a. Tidak mudah bagi guru dalam menentukan kelompok yang hiterogen

b. Karena kelompok ini bersifat hiterogen,maka adanya ketidak cocok diantara

siswa dalam satu kelompok.

c. Dalam diskusi adakalanya hanya dikerjakan oleh beberapa siswa saja siswa

yang lain hanya sebagai pelengkap saja.

d. Dalam mengevaluasi seringkali siswa mencontek dari temanya.

19
Shoimin (2014 : 189) juga menyebutkan bahwa model pembelajaran kooperatif

tipe STAD memiliki kelebihan dan kelemahan sebagai berikut :

1. Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

a. Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi

norma-norma kelompok

b. Siswa aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil bersama

c. Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan

kelompok

d. Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam

berpendapat

e. Meningkatkan kecakapan individu

f. Meningkatkan kecakapan kelompok

g. Tidak bersifat kompetitif

h. Tidak memiliki rasa dendam

2. Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

a. Membutuhkan kemampuan khusus sehingga tidak semua guru dapat

melakukan pembelajaran kooperatif

b. Menuntut sifat tertentu dari siswa, misalnya sifat suka bekerjasama

Dengan memperhatikan teori yang sudah dikemukakan oleh para ahli, maka

peneliti mengambil kesimpulan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD

adalah model pembelajaran kooperatif yang memiliki kelebihan yang dapat

meningkatkan minat siswa dalam menerima pelajaran.

20
4. Model Pembelajaran Langsung (Direct Intruction)

a. Pengertian Model Pembelajaran Langsung

Pembelajaran Langsung adalah suatu model pengajaran yang bersifat

teacher center. Menurut Arends (Triono 2011 : 41) , Model pembelajaran

langsung adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk

menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan

pengetahuan procedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan

pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah.

Ciri-ciri model pembelajaran langsung menurut Kardi & Nur (Triono 2011:41-42)

adalah sebagai berikut :

a. Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa termasuk

prosedur penilaian belajar.

b. Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran, dan

c. System pengelolaan dan lingkungan belajar model yang diperlukan agar

kegiatan pembelajaran tertentu dapat berlangsung secara berhasil.

Selain itu, juga dalam pengajaran langsung harus memenuhi suatu persyaratan,

antara lain :

a. Ada alat yang akan didemonstrasikan

b. Harus mengikuti tingkah laku mengajar (sintaks)

Adapun model pembelajaran langsung menurut Kardi (Trianto, 2011: 43)

“Pengajaran langsung dapat berbentuk ceramah, demonstrasi, pelatihan atau

praktik, dan kerja kelompok”. Pengajaran langsung digunakan untuk

21
menyampaikan pelajaran yang ditransformasikan langsung oleh guru kepada

siswa. Penyusunan waktu yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran

harus seefisien mungkin, sehingga guru dapat merancang dengan tepat waktu yang

digunakan.

Dengan memperhatikan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan

bahwa Pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang memiliki

tahapan-tahapan dalam penerarapannya. Dalam model pengajaran langsung, siswa

dititikberatkan pada suatu bentuk pembelajaran yangmembantu siswa mempelajari

kemampuan dasar dan proses perolehan informasitahap demi tahap dan guru lebih

banyak memberikan informasi kepada siswa dengan menggunakan waktu

seefisien mungkin.

b. Langkah-Langkah Model PembelajaranLangsung(Direct Instruction)

Langkah-langkah yang digunakan dalam pembelajaran langsung dapat

dilihat pada table 2.2.;

22
Tabel 2.2.Langkah-langkah model pembelajaran Langsung

Fase Peran Guru


Fase 1 Guru menjelaskan TPK, informasi latar

Menyampaikan tujuan dan belakang pelajaran, pentingnya pelajaran,

mempersiapkan siswa mempersiapkan siswa belajar.


Fase2 Guru mendemonstrasikan ketrampilan

Mendemonstrasikan pengetahuan dengan benar, atau menyajikan informasi

dan keterampilan tahap demi tahap.


Fase 3 Guru merencanakan dan memberikan

Membimbing pelatihan bimbingan pelatihan awal.


Fase 4 Mencek apakah siswa telah berhasil

Mengecek pemahaman dan melakukan tugas dengan baik,

memberikan umpan balik memberikan umpan balik.


Fase 5 Guru mempersiapkan kesempatan

Memberikan kesempatan untuk melakukan pelatihan lanjutan, dengan

pelatihan lanjutan dan penerapan. perhatian khusus pada penerapan kepada

situasi lebih kompleks dalam kehidupan

sehari-hari.

Sumber :Kardi & Nur (Trianto, 2011 : 43)

Sintaks model pembelajaran langsung menurut Kardi dan Nur (Abdullah,

2014: 125) disajikan dalam 5 (lima) fase yang dapat dilihat pada tabel 2.3;

Tabel 2.3. Sintaks Model Pembelajaran Langsung

23
Fase Peran Guru
Fase 1 Menyatakan tujuan pembelajaran

Orientasi pembelajaran
Fase 2 Menjelaskan konsep, keterampilan baru, menyajikan

Penyajian materi demonstrasi atau contoh, identifikasi langkah-

langkah keterampilan atau diskusi tentang konsep,

dan mengecek pemahaman peserta didik.


Fase 3 Guru memandu peserta didik melalui contoh latihan,

Latihan terstruktur peserta didik mengerjakan latihan secara

berkelompok, dan guru memberikan umpan balik.


Fase 4 Peserta didik mengikuti latihan dengan bimbingan

Membimbing pelatihan guru dan guru menilai kemampuan peserta didik.


Fase 5 Peserta didik melakukan latihan tanpa bantuan guru

Latihan mandiri dan guru melakukan evaluasi.


Sumber : Abdullah (2014: 125)

c. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Langsung


1) Kelebihan Model Pembelajaran Langsung
Banyak yang menjadi kelebihan dari model ini. Menurut Shoimin

(2014:66) menjelaskan bahwa kelebihan dari model pembelajaran langsung

adalah :

24
a) Guru lebih dapat mengendalikan isi materi dan urutan informasi yang

diterima oleh siswa sehingga dapat mempertahankan fokus mengenai apa

yang harus dicapai oleh siswa.

b) Merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep dan

keterampilan-keterampilan yang eksplisit kepada siswa yang berprestasi

rendah sekalipun.

c) Dapat digunakan untuk membangun model pembelajaran dalam bidang

studi tertentu. Guru dapat menunjukkan bagaimana suatu permasalahan

dapat didekati, bagaimana informasi dianalisis, dan bagaimana suatu

pengetahuan dihasilkan.

Model Direct Instruction, memiliki kelebihan. Menurut(Jauhari, 2011: 49).

Adapun kelebihan dari model pembelajaran langsung adalah :

a) Dengan modelDirect Instruction guru mengendalikan isi materi dan

urutan informasi yang diterima oleh siswa sehingga dapat

mempertahankan fokus mengenai apa yang harus dicapai oleh siswa.

b) Dapat diterapkan secara efektif dalam kelas yang besar maupun kecil.

c) Dapat digunakan untuk menekankan poin–poin penting atau kesulitan

yang mungkin dihadapi siswa sehingga hal–hal tersebut dapat

diungkapkan.

d) Dapat menjadi cara yang efektif untuk mengajarkan informasi dan

pengetahuan faktual yang sangat terstruktur.

25
e) Dapat menjadi cara untuk menyampaikan informasi yang banyak dalam

waktu yang relatife singkat yang dapat diakses secara setara oleh seluruh

siswa.

f) Memungkinkan guru untuk menyampaikan ketertarikan pribadi

mengenai mata pelajaran (melalui presentasi yang antusias) yang dapat

merangsang ketertarikan dan antusiasme siswa.

2) Kekurangan Model Pembelajaran Langsung

Model Direct Instruction, memiliki kekurangan. Menurut Shoimin

(2014: 67), menjelaskan bahwa kekurangan dari model pembelajaran langsung

adalah :

a) Karena guru memainkan peranan pusat dalam model ini, kesuksesan

pembelajaran ini bergantung pada image guru. Jika guru tidak tampak

siap, berpengetahuan, percaya diri, antusias dan terstruktur, siswa dapat

menjadi bosan, teralihkan perhatiannya sehingga pembelajaran akan

terhambat.

b) Sangat bergantung pada gaya komunikasi guru. Komukator yang kurang

baik cenderung menjadikan pembelajaran yang kuran baik pula.

c) Jika materi yang disampaikan bersifat kompleks, rinci atau abstrak, model

pembelajaran direct instruction mungkin tidak dapat memberikan siswa

kesempatan yang cukup untuk memproses dan memahami informasi yang

disampaikan.

26
d) Jika terlalu sering digunakan, model pembelajaran direct instrution

akan membuat siswa percaya bahwa guru akan memberitahu siswa semua

yang perlu diketahui. Hal ini akan menghilangkan rasa tanggung jawab

mengenai pembelajaran siswa itu sendiri.

Model Direct Instruction, memiliki kekurangan. Menurut (Jauhari, 2011:51).

Adapun kekurangan dari model pembelajaran langsung adalah :

a) Model Direct Instruction bersandar pada kemampuan siswa untuk

mengasimilasikan informasi melalui kegiatan mendengarkan,

mengamati, dan mencatat.

b) Dalam modelDirect Instruction, sulit untuk mengatasi perbedaan

dalam hal kemampuan, pengetahuan awal, tingkat pembelajaran dan

pemahaman, gaya belajar, atau ketertarikan siswa.

c) Karena siswa hanya memiliki sedikit kesempatan untuk terlibat secara

aktif, sulit bagi siswa untuk mengembangkan kterampilan sosial dan

interpersonal mereka.

d) Karena guru memainkan peran pusat dalam model ini, kesuksesan

pembelajaran ini bergantung pada image guru. Jika guru tidak tampak

siap, berpengetahuan, percaya diri, antusias, dan terstruktur, siswa dapat

menjadi bosan, teralihkan perhatiannya, dan pembelajaran mereka akan

terhambat.

e) Model Direct Instructionsangat bergantung pada gaya komunikasi

guru. Komunikator yang buruk cenderung menghasilkan pembelajaran

27
yang buruk pula dan model pembelajaran langsung membatasi

kesempatan guru untuk menampilkan banyak perilaku komunikasi

positif.

5. Metode Pembelajaran

Metode Pembelajaran adalah cara-cara atau teknik penyajian bahan

pelajaran yang akan digunakan oleh guru pada saat menyajikan bahan pelajaran,

baik secara individual atau secara kelompok. Di bawah ini akan diuraikan

beberapa metode yang peneliti pakai pada model pembelajaran kooperatif tipe

STAD dan model pembelajaran langsung, yaitu :

a. Metode Ceramah

Metode ceramah adalah metode yang dikukan guru dalam menyampaikan

bahan pelajaran didalam kelas secara lisan. Interaksi guru dan siswa banyak

menggunakan bahasa lisan. Dalam metode ceramah ini yang mempunyai peran

utama adalah guru. Adapun kelebihan dan kekurangan metode ceramah menurut

Djamarah ( 2006 : 50) adalah sebagai berikut :

1) Kelebihan metode ceramah

b) Ceramah merupakan metode yang “murah” dan “mudah” untuk

dilakukan. Di maksudkan murah karena proses ceramah tidak

memerlukan peralatan-peralatan yang lengkap. Sedangkan mudah,

karena hanya mengandalkan suara guru, dengan demikian tidak

terlalu memerlukan persiapan yang rumit.

28
c) Ceramah dapat menyajikan materi pelajaran yang luas. Artinya,

materi pelajaran yang banyak dapat dirangkum atau dijelaskan

pokok-pokonya oleh guru dalam waktu singkat.

d) Ceramah dapat memberikan pokok-pokok materi yang perlu

ditonjolkan. Artinya, guru dapat mengatur pokok-pokok materi

yang mana yang perlu ditekankan sesuai dengan kebutuhan dan

tujuan yang ingin dicapai.

e) Guru dapat mengontrol keadaan kelas, oleh karena sepenuhnya

kelas merupakan tanggung jawab guru yang memberikan ceramah.

f) Organisasi kelas dengan menggunakan ceramah dapat diatur

menjadi lebih sederhana dan tidak memerlukan setting kelas yang

beragam, atau tidak memerlukan persiapan-persiapan yang rumit.

Asal siswa dapat menempati tempat duduk untuk mendengarkan

guru, maka ceramah sudah dapat dilakukan.

2) Kekurangan metode ceramah

a) Materi yang dapat dikuasai siswa sebagai hasil dari ceramah akan

terbatas pada apa yang dikuasai guru. Sebab apa yang diberikan

guru adalah apa yang dikuasainya., sehingga apa yang dikuasai

siswa pun akan tergantung pada apa yang dikuasai guru.

b) Dalam proses penyajiannya guru hanya mengandalkan kemempuan

auditifnya (mendengar). Sedangkan disadari bahwa setiap siswa

memiliki kemampuan yang berbeda-beda, termasuk dalam

29
ketajaman menangkap materi pembelajaran melalui

pendengarannya.

c) Guru yang kurang memiliki kemampuan bertutur yang baik,

ceramah dapat membosankan. Secara fisik siswa dalam kelas,

namun secara mental siswa sama sekali tidak mengikuti jalannya

proses pembelajaran, pikirannya melayang kemana-mana, atau

siswa mengantuk.

d) Melalui ceramah, sangat sulit untuk mengetahui apakah seluruh

siswa sudah mengerti apa yang dijelaskan. Walaupun siswa telah

diberi kesempatan untuk bertanya, dan tidak seorangpun yang

bertanya, semua itu tidak menjamin siswa seluruhnya sudah

paham.

b. Metode Tanya Jawab

Metode Tanya jawab adalah metode mengajar yang memungkinkan terjadinya

komunikasi langsung yang bersifat two way traffic sebab pada saat yang sama

terjadi dialog antara guru dan siswa. Adapun kelebihan dan kekurangan metode

Tanya jawab menurut Djamarah (2006 : 53), adalah sebagai berikut:

1) Kelebihan metode Tanya jawab

a) Pertanyaan dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa.

b) Merangsang siswa untuk melatih dan mengembangkan daya piker.

c) Mengembangkan keberanian dan keterampilan siswa dalam

menjawab dan mengungkapkan pendapat.

30
2) Kekurangan metode Tanya jawab

a) Siswa merasa takut, apabila guru kurang dapat mendorong siswa

untuk berani, dengan menciptakan suasana yang tidak tegang

melainkan akrab.

b) Tidak mudah membuat pertanyaan yang sesuai dengan tingkat

berpikir dan mudah dipahami siswa.

c) Waktu sering banyak terbuang, terutama apabila siswa tidak dapat

menjawab pertanyaan sampai tiga

d) orang.

e) Dalam jumlah siswa yang tidak banyak mungkin cukup waktu

untuk memberikan pertanyaan kepada setiap siswa.

c. Metode Pemberian Tugas

Metode pemberian tugas adalah cara penyajian bahan pelajaran dimana guru

memberikan tugas tertentu agar murid melakukan kegiatan belajar, kemudian

harus dipertanggungjawabkannya. Tugas tersebut dapat merangsang anak untuk

aktif belajar baik secara individual maupun kelompok. Adapun kelebihan dan

kekurangan metode pemberian tugas menurut Djamarah (2006 : 52) adalah

sebagai berikut :

1) Kelebihan metode pemberian tugas

a) Lebih merangsang siswa dalam melakukan aktivitas belajar individual

maupun kelompok.

31
b) Dapat mengembangkan kemandirian siswa diluar pengawasan guru.

c) Dapat membina tanggung jawab dan disiplin siswa.

d) Dapat mengembangkan kreatifitas siswa.

2) Kekurangan metode pemberian tugas

a) Siswa sulit dikonrol, apakah ia yang mengerjakan tugas atau orang lain.

b) Khusus untuk tugas kelompok,tidak jarang yang aktif yang mengerjakan

dan menyelesaikannya adalah anggota tertentu saja, sedangkan anggota

lain tidak berpartisipasi dengan baik.

c) Tidak mudah memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan individu

siswa.

6. Hasil Belajar Fisika

1) Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa

jauh seseorang menguasai bahan yang diajarkan. Hasil belajar dapat dijelaskan

dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”.

Pengertian hasil menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu

aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional.

Begitu pula dengan kegiatan belajar mengajar, setelah mengalami belajar siswa

berubah perilakunya dibanding sebelumnya. Menurut Winkel (Purwanto,2009:45)

Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap

dan tingkah lakunya. Menurut Gronlund (Purwanto, 2009:45) “Hasil belajar yang

diukur merefleksikan tujuan pengajaran”

32
Setiap manusia mempunyai cara yang khas untuk mengusahakan proses

belajar terjadi dalam dirinya. Individu yang berbeda dapat melakukan proses

belajar dengan kemampuan yang berbeda dalam aspek kognitif, afektif, dan

psikomotorik.Belajar dimaksudkan untuk menimbulkan perubahan perilaku yaitu

perubahan dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Perubahan-perubahan

dalam aspek itu menjadi hasil dari proses belajar. Oleh karenanya hasil belajar

dapat berupa perubahan dalam kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik,

tergantung dari tujuan pengajarannya.

Berikut penjelasan dari ketiga ranah tersebut yaitu:

a) Ranah kognitif (Pengetahuan)

Ranah kognitif menurut Bloom, dkk (Dymiati,dkk 2006 : 26) terdiri dari

enam jenis perilaku yaitu :

(1) Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah

dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan

dengan fakta, peristiwa, pengertian, kaidah, teori, prinsip, atau

metode.

(2) Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna

tentang  hal yang dipelajari.

(3) Penerapan. Mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah

untuk  menghadapi masalah yang nyata dan baru, misalnya

menggunakan prinsip.

33
(4) Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan kedalam

bagian- bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan

baik.  Misalnya mengurangi masalah menjadi bagian yang telah kecil.\

(5) Sintesis,mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru misalnya

kemampuan menyusun suatu program kerja.

(6) Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang

beberapa  hal berdasarkan kriteria tertentu. Misalnya, kemampuan

menilai hasil  karangan.

b) Ranah Afektif

Ranah afektif menurut Krathwhol dan Bloom, dkk (Dymiati, 2006; 27)

terdiri dari lima perilaku-perilaku yaitu sebagai berikut :

(1) Penerimaan, yang mencakup kepekaan tentang hal tertentu dan

kesediaan memperhatikan hal tersebut. Misalnya, kemampuan

mengakui adanya perbedaan-perbedaan.

(2) Partisipasi,yang mencakup kerelaan, kesediaan memperhatikan, dan    

berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Misalnya, mematuhi aturan, dan

berpartisipasi dalam suatu kegiatan.

(3) Penilaian dan penentuan sikap, yang mencakup menerima suatu nilai,

menghargai, mengakui, dan menentukan sikap. Misalnya, menerima

suatu   pendapat orang lain.

(4) Organisasi,yang mencakup kemampuan membentuk suatu system

nilai  sebagai pedoman dan pegangan hidup. Misalnya, menempatkan

34
nilai  dalam suatu skala nilai dan dijadikan pedoman bertindak secara

bertanggung jawab.

(5) Pembentukan pola hidup, yang mencakup kemampuan menghayati

nilai   dan membentuk nya menjadi pola nilai kehidupan pribadi.

Misalnya,   kemampuan mempertimbangkan dan menunjukkan

tindakan yang   berdisiplin.

c) Ranah Psikomotorik

Menurut Simpson (Dymiati, 2006; 29) terdiri dari tujuh jenis perilaku

yaitu sebagai berikut :

(1) Persepsi, yang mencakup kemampuan yang memilah-milahkan

(mendeskriminasikan) hal-hal secara khas, dan menyadari adanya

perbedaan yang khas tersebut. Misalnya, pemilihan warna, angka

6(enam) dan 9 (Sembilan) huruf b dan d.

(2) Kesiapan, yang mencakup kemampuan penempatan diri

dalam keadaan dimana akan terjadi suatu gerakan atau

rangkaian gerakan.        Kemampuan ini mencakup jasmani dan

rohani. Misalnya, posisi        start lomba lari.

(3) Gerakan terbimbing, mencakup kemampuan melakukan gerakan

sesuai contoh, atau gerakan peniruan. Misalnya, meniru gerak tari

membuat lingkaran diatas pola.

(4) Gerakan yang terbiasa, mencakup kemampuan melakukan gerakan-

gerakan tanpa contoh. Misalnya, melakukan lompat tinggi

dengan tepat.

35
(5) Gerakan kompleks, yang mencakup kemampuan melakukan gerakan

atau keterampilan yang terdiri dari banyak tahap, secara lancer,

efisien, dan tepat. Misalnya, bongkar pasang peralatan secara tepat.

(6) Penyesuaian pola gerakan, yang mencakup kemampuan mengadakan

perubahan dan penyesuaian pola gerak-gerik dengan persyaratan

khusus  yang berlaku. Misalnya, keterampilan bertanding.

(7) Kreativitas,mencakup kemampuan melahirkan pola gerak-gerak yang

baru atas dasar prakarsa sendiri. Misalnya, kemampuan        membuat

tari kreasi baru.

Kesimpulan dalam penelitian ini bahwa hasil belajar adalah adalah

perubahan tingkah laku yang diperoleh siswa setelah mengikuti proses belajar dan

pembelajaran yang berlangsung secara efektif. Perubahan tersebut meliputi

kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik.

2) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Dimyati (2013: 3) hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak

belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan

proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya

puncak proses belajar. Hasil belajar untuk sebagian adalah berkat tindak guru,

suatu pencapaian tujuan pengajaran. Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi

hasil belajar dan jenisnya. Faktor itu dapat digolongkan menjadi dua golongan

yaitu faktor intern dan faktor ekstern.

36
Faktor intern adalah faktor yang ada pada diri individu yang sedang belajar,

sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada diluar individu.

a) Faktor-Faktor Internal

Slameto (2010:54) menyatakan bahwa faktor internal terbagi menjadi tiga

faktor, yaitu : faktor jasmaniah, faktor psikologi, dan faktor kelelahan.

(1) Faktor Jasmaniah

Faktor keadaan jasmani atau faktor psikologis sangat berpengaruh

terhadap proses maupun prestasi belajar anak. Yang termasuk faktor

jasmani adalah sebagai berikut :

(a) Faktor Kesehatan

Faktor belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan

seseorang terganggu. Badan yang tidak sehat akan

mengakibatkan kurangnya semangat di dalam belajar, pusing

atau ngantuk.

(b) Faktor Cacat Tubuh

Segala hal yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna

mengenai tubuh atau fisik disebut cacat tubuh, misalnya buta,

tuli, bisu      atau pincang. Cacat tubuh ini akan sangat

mempengaruhi proses belajar      seseorang.

(2) Faktor Psikologis

Ada beberapa faktor psikologis yang dapat mempengaruhi proses

belajar siswa. Faktor – faktor tersebut yaitu :

37
(a) Intelegensi. Intelegensi merupakan kecakapan yang terdiri atas

tiga  jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan

dengan

situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui/menggu

nak an k    onsep – konsep yang abstrak secara    efektif

mengetahui  relasi    dan    mempelajarinya dengan cepat.

(b) Motif. Motif merupakan daya penggerak atau pendorong untuk

berbuat.

(c) Minat. Minat merupakan kecenderungan yang tetap untuk

memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan.

(d) Emosi . Emosi yang mendalam akan mengurangi konsentrasi

dalam belajar dan akan mengganggu serta menghambat belajar.

(e) Bakat. Bakat merupakan kemampuan untuk belajar.

(f) Kematangan. Suatu fase dalam pertumbuhan seseorang, adalah

saat alat – alat tubuh sudah siap untuk menerima kecakapan

baru.

(g) Kesiapan. Kesiapan merupakan kesediaan untuk memberi

respons.

3) Faktor Kelelahan

Faktor kelelahan dibagi menjadi dua, yaitu kelelahan jasmani dan

kelelahan rohani.

b) Faktor-Faktor Eksternal

38
Keberhasilan belajar juga sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor dari luar

diri siswa (faktor eksternal). Adapun faktor eksternal yang mempengaruhi proses

belajar dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu faktor keluarga, faktor sekolah, dan

faktor masyarakat (Slameto, 2010:55).

(1) Faktor Keluarga

Faktor keluarga merupakan faktor yang sangat mempengaruhi

proses belajar anak karena anak lebih banyak berinteraksi di dalam

keluarga daripada di sekolah. Yang termasuk faktor keluarga

adalah: (a) Cara orang tua Mendidik, (b) Hubungan antara anggota

keluarga, (c) Suasana rumah, (d) Keadaan ekonomi keluarga

(2) Faktor Sekolah

Di antara faktor – faktor sekolah yang dapat mempengaruhi proses

belajar anak adalah :

(a) Faktor kurikulum. Kurikulum adalah sejumlah mata ajaran yang

harus ditempuh dan dipelajari oleh siswa untuk memperoleh

sejumlah pengetahuan, (b) Keadaan gedung, (c) Waktu sekolah.

Waktu sekolah merupakan waktu saat berlangsungnya kegiatan

pembelajaran. (d) Alat pelajaran. Tersedianya alat maupun

media dalam proses pembelajaran akan dapat mempermudah

pemahaman siswa pada teori yang sedang dipelajarinya. (e)

Metode Pembelajaran. Penggunaan metode yang monoton

dalam pembelajaran akan menyebabkan siswa cepat jenuh sebab

tidak ada variasi. (f) Hubungan antar guru dengan siswa. Guru

39
yang tidak dapat berinteraksi dengan baik dan akrab dengan

siswa menyebabkan proses pembelajaran kurang lancar. (g)

Hubungan antar siswa dengan siswa. Guru perlu membina

semua siswa berupa pembimbingan dan penyuluhan agar setiap

siswa dapat berinteraksi dengan baik, antara siswa yang satu

dengan siswa yang lainnya

(3) Faktor Masyarakat

Jika siswa berada pada lingkungan yang baik, terdiri atas orang –

orang yang terpelajar, berbudi pekerti baik, akan berpengaruh baik

bagi siswa sehingga dapat menjadi pendorong untuk belajar lebih

giat dan berbuat seperti orang yang berada di lingkungannya.

7. Hakekat Pembelajaran Fisika

Marsetio Donosepoeto (Susanto, 2013: 16) mengatakan bahwa pada

hakikatnya IPA atau sains dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan

sikap ilmiah. Selain itu, IPA atau sains dipandang juga sebagai proses, sebagai

produk, dan sebagai prosedur. IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan yang

tersusun secara sistematik, yang di dalam penggunaannya secara umum terbatas

pada gejala-gejala alam. Marsetio Donosepoeto (susanto, 2013: 16) mengatakan

bahwa pada hakikatnya IPA atau sains dibangun atas dasar produk ilmiah, proses

ilmiah, dan sikap ilmiah. Selain itu, Collete dan Chiappetta (1994) juga

menyatakan bahwa “sains pada hakekatnya merupakan sebuah kumpulan

pengetahuan (a body of knowledge), cara atau jalan berpikir (a way of thinking)

dan cara untuk penyelidikan (a way of investigating).

40
Sebagai proses diartikan, semua kegiatan ilmiah untuk menyempurnakan

pengetahuan tentang alam maupun untuk menemukan pengetahuan baru. Sebagai

produk diartikan sebagai hasil proses, berupa pengetahuan yang diajarkan dalam

sekolah atau di luar sekolah ataupun bacaan untuk penyebaran ataupun

dissiminasi pengetahuan. Sebagai prosedur dimaksudkan adalah metodologi atau

cara yang dipakai untuk mengetahui sesuatu (riset pada umumnya) yang lazim

disebut metode ilmiah.

Fisika lahir dan berkembang lewat langkah-langkah observasi, perumusan

masalah, penyusunan hipotesis. Pengujian hipotesis melalui eksperimen,

penarikan kesimpulan, serta penemuan teori dan konsep. Sekurang-kurangnya ada

tiga alasan mengapa fisika perlu diajarkan ditingkat sekolah, yaitu; (1) fisika di

pandang sebagai ilmu pengetahuan tentang gejala dan perangai alam, (2) fisika

sipandang sebagai suatu disiplin ilmu kerja, (3) fisika dapat menggali informasi

baru.

Kesimpulan dalam penelitian ini bahwa fisika sebagai salah satu cabang dari

IPA atau sains merupakan ilmu tentang gejala-gejala alam. Dengan mengetahui

fisika, siswa dapat membangun konsep-konsep fisika, teori-teori dan sikap ilmiah

siswa. Sehingga, siswa dalam pembelajaran lebih aktif untuk menemukan,

menerapkan sendiri ide-idenya dan siswa dapat mengaplikasikannya dalam

kehidupan sehari-hari.

8. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Penelitian terdahulu telah banyak menunjukkan dampak positif dari

implementasi hasil belajar bagi siswa. Hasil penelitian di bawah ini

41
memperlihatkan bahwa belajar berkelompok dengan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD, secara kognitif dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan

juga memudahkan siswa dalam mengkonstruksi suatu pengetahuan yang

dipelajari.Penelitian relevan yang telah dilakukan berhubungan dengan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat dilihat pada Tabel 2.4 :

Tabel 2.4. Penelitian Terdahulu Dengan Menggunakan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe STAD

N Nama
Judul Peneliti Sumber Hasil Penelitian
o Peneliti
1 Teguh Febri EfekModel Pembelajaran Jurnal Model pembelajaran
Sudarma Kooperatif tipe STAD Online kooperatif tipe STAD
berbasis Just-In Time Pendidikan berbasis JiTT lebih baik
Teaching Terhadap Hasil Fisika. dalam meningkatkan
Belajar Fisika pada (ISSN 2301- hasil belajar fisika.
Materi Kuliah Fisika 7651)
Sekolah di Jurusan Fisika
FMIPA Unimed
2 U. Nugroho Penerapan Pembelajaran Jurnal Penerapan metode
Kooperatif tipe STAD Pendidikan pembelajaran kooperatif
berorientasi Keterampilan Fisika tipe STAD berorientasi
Proses Indonesia 5 keterampilan proses
(2009) : dapat meningkatkan
108-112 pemahaman siswa dalam
(ISSN 1693- mata pelajaran Fisika.
1246)
3 Abdul Azis Penerapan Model Jurnal Penerapan model
Pembelajaran kooperatif Pendidikan pembelajaran kooperatif
dengan memanfaatkan Fisika dengan memanfaatkan
Alat Peraga Sains Fisika Indonesia alat peraga sederhana
(Materi Tata Surya) untuk Vol. 4 No.2, pada tata surya, dapat
Meningkatkan hasil Juli 2006 meningkatkan hasil
belajar dan Kerjasama belajar siswa, baik secara
Siswa kognitif, afektif, maupun
psikomotorik serta
kemampuan kerjasama
siswa.
Pengaruh Penerapan Jurnal Penerapan Model
4 Ismiarti Model Pembelajaran Inovasi Pembelajaran Kooperatif
Ferda Kooperatif tipe STAD Pendidikan tipe STAD (Student
Yuliantono (Student Teams- Fisika. Vol. Teams-Achievment
Achievment Division) 03 No. 02 Division) dengan metode
dengan Metode Active Tahun 2014, Active Knowledge

42
Knowledge Sharing hal. 111-118 Sharing berpengaruh
terhadap Prestasi Belajar (ISSN : positif terhadap prestasi
siswa pada materi alat 2302-4496) belajar siswa.
Optik kelas X di MAN 2
Gresik.
5. Karya Pengaruh Model Jurnal Model pembelajaran
Sinulingga Pembelajran Kooperatif Online kooperatif tipe STAD
tipe STAD berbasis Mind Pendidikan berbasis Mind Mapping
Mapping terhadap Hasil Fisika Vol. berpengaruh terhadap
Belajar Siswa pada 01, Juni hasil belajar Fisika
Konsep Bunyi di kelas 2012 (ISSN :
VIII SMP Negri 3 Tebing 23012-7651)
Tinggi.
Sumber : Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia

9. Materi Pembelajaran Besaran dan pengukuran

B. Kerangka Konseptual

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini cukup baik untuk di

kembangkan dalam dunia pendidikan untuk memberikan rasa tanggung jawab,

kerja sama, berinteraksi dengan orang lain dan melatih rasa percaya diri untuk

menyampaikan pendapat. Sebelum dilakukan proses pembelajaran dengan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar siswa pada materi

Besaran dan pengukuran, peneliti terlebih dahulu melakukan uji coba instrument

tes. Uji coba intrumen tes ini dilakukan kepada siswa kelas XI semester I SMA

Negeri 1 Gomo T.P. 2017/2018 yang sebelumnya pernah mempelajari materi

Besaran dan Pengukuran. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

berbentuk pilihan berganda sebanyak 30 soal. Penyusunan instrumen tes terdiri

dari lima pilihan, empat sebagai fungsi pengecoh dan 1 sebagai jawaban benar.

Sebelum instrument tes diuji coba kepada siswa kelas XI IPA peneliti terlebih

dahulu memvalidkan soal kepada ahli fisika yaitu dosen fisika Universitas

Darma Agung.

43
Setelah soal selesai divalidkan peneliti menganalisis instrumen tes tersebut

untuk menghitung validitas tes, realibilitas tes, tingkat kesukaran, dan daya

pembeda.Kemudian peneliti menarik kesimpulan dari hasil analisis instrumen tes

tersebut.Apabila instrumen tes tersebut sudah valid, maka peneliti menentukan

kelas penelitian secara acak (cluster random sampling). Cluster random sampling

ini bertujuan agar setiap anggota populasi mempunyai peluang yang sama untuk

dipilih menjadi anggota sampel. Peneliti melakukan nya dengan cara pengundian,

setiap anggota populasi diberi nomor terlebih dahulu, sesuai dengan jumlah kelas

populasi. Setelah itu peneliti memasukkan nomor-nomor nya kedalam sebuah

kotak. Langkah berikutnya peneliti mengambil salah satu nomor yang ada

didalam kotak tersebut. Nomor yang terpilih pertama dijadikan sampel untuk

kelas eksperimen, dan nomor yang terpilih kedua dijadikan untuk sampel kelas

kontrol. Dimana, pada kelas eksperimen akan diajarkan dengan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD, dan kelas kontrol akan diajarkan dengan

model pembelajaran langsung.

Langkah berikutnya, peneliti melakukan pretes kepada kedua kelas, yaitu

kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan soal yang telah divalidkan. Pretes

merupakan data hasil belajar awal yang menjadi acuan peneliti dalam melakukan

penelitian. Tujuan dilakukannya pretes adalah untuk melihat rata-rata simpangan

baku, uji normalitas, uji homogenitas, dan uji kesamaan rata-rata pretes (uji t 2

pihak) pada taraf α = 0,05, dimana tujuan uji kesamaan rata-rata pretes (uji t 2

pihak) untuk melihat sama tidaknya kemampuan awal siswa pada materi Besaran

dan Pengukuran di kelas X semester I SMA Negeri 1 Gomo T.P. 2017/2018.

44
Langkah berikutnya, peneliti melakukan proses belajar mengajar pada kedua

kelompok sampel yang dipilih, dimana pada kelas eksperimen diberi perlakuan

dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan pada kelas kontrol diberi

perlakuan dengan pembelajaran langsung.Banyaknya pertemuan dengan masing-

masing model tiga kali pertemuan.

Setelah peneliti melakukan proses belajar mengajar kepada kedua kelas

dengan perlakuan yang berbeda, peneliti melakukan postes kepada kedua kelas

untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah diberi perlakuan yang berbeda.

Tujuan dilakukannya postes adalah untuk melihat rata-rata simpangan baku, uji

normalitas, uji homogenitas, dan uji kesamaan rata-rata postes (uji t 1 pihak) pada

taraf α = 0,05, dimana tujuan uji kesamaan rata-rata postes (uji t 1 pihak) untuk

melihat ada tidaknya pengaruh yang signifikan dari model pembelajaran

kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar siswa pada materi Besaran dan

Pengukuran di kelas X semester I SMA Negeri 1 Gomo T.P. 2017/2018.

Setelah itu peneliti melakukan uji hipotesis antara kelas eksperimen dan

kelas kontrol untuk menentukan normalitas, homogenitas, dan perbedaan nilai

rata-rata postes siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Apabila hasil uji

ini tidak sama dan nilai rata-rata hasil belajar model pembelajaran STAD lebih

tinggi dari rata-rata model pembelajaran langsung, selanjutnya melakukan uji

hipotesis dengan duji beda satu pihak untuk melihat apakah ada pengaruh

model pembelajaran STAD terhadap hasil belajar siswa pada materi besaran dan

pengukuran di kelas X semester I SMA Negeri 1 Gomo T.P. 2017/2018

C. Hipotesis Penelitian

45
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Hipotesis Alternatif (Ha) : Ada pengaruh yang signifikan penggunaan model

pembelajaran Kooperatif tipe STAD terhadap hasil

belajar siswa pada besaran dan pengukuran di kelas

X semester I SMA Negeri 1 Gomo T.P.

2017/2018.

Hipotesis Nihil (Ho) : Tidak Ada pengaruh yang signifikan penggunaan

model pembelajaran Kooperatif tipe STAD

terhadap hasil belajar siswa pada pengukuran dan

satuan di kelas X semester I SMA Negeri 1 Gomo

T.P. 2017/2018.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian telah dilaksanakan di SMA Negeri 1 Gomo kelas X semester I

T.P. 2017/2018, yang beralamat di Jln. Bawaluo No. 1 Desa Sifaoroasi Gomo.

Waktu penelitian dijadwalkan pada bulan Juli- Agustus 2017.

46
B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi dalam penelitian adalah seluruh siswa kelas X semester I SMA

Negeri 1 Gomo T.P. 2017/2018. Populasi penelitian ini terdiri dari 6 kelas yang

berjumlah 180 orang.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini diambil dari populasi penelitian. Pemilihan

sampel dipilih secara acak dengan teknik cluster random sampling. Sampel dalam

peneltian ini terdiri dari dua kelas. X-1 kelas sebagai kelas kontrol, yang diajar

dengan model pembelajaran langsung. Dan X-2 kelas lagi sebagai kelas

eksperimen yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

C. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini ada dua variabel yaitu: variabel bebas adalah Model

pembelajaran kooperatif tipe STADdan Model Direct Instruction, dan variabel

terikat adalah hasil belajar fisika pada materi pokok besaran dan pengukuran kelas

X SMA Negeri 1 Gomo T.P. 2017/2018.

D. Defenisi Operasional Penelitian

Defenisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah :

1. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dalam penerapannya

memenuhi sintaks adalah salah satu tipe dari model pembelajaran

kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah

anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen. Model

47
pembelajaran kooperatif tipe STAD ini berpusat pada siswa, dan guru

sebagai fasilitator dalam pembelajaran.

2. Model pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang dirancang

khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan

pengetahuan deklaratif dan pengetahuan yang prosedural yang terstruktur

dengan baik, yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan bertahap,

selangkah demi selangkah. Model pembelajaran langsung ini lebih

terpusat pada guru.

3. Hasil belajar adalah kemampuan kognitif siswa yang diperoleh dari hasil

belajar siswa pada materi pokok besaran dan pengukuran.

E. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimen.Dimana jenis penelitian quasi

eksperimen ini adalah hasil belajar siswa yang diperoleh oleh peneliti berasalkan

dari kemampuan kognitif saja, tanpa mengidentifikasi faktor-faktor luar penyebab

dalam memperoleh hasil belajar siswa secara spesifik. Tujuan digunakan nya jenis

penelitian quasi eksperimen ini adalah untuk menyelidiki ada tidaknya hubungan

sebab akibat serta berapa besar hubungan sebab akibat tersebut dengan

caramemberikan perlakuan-perlakuan tertentu pada beberapa kelompok

eksperimenteal dan menyediakan control untuk perbandingan. Sampel yang

diambil dalam penelitian ini dibagi atas dua kelas, yaitu kelas eksperimen dan

kelas kontrol, kedua kelas ini mendapat perlakuan yang berbeda.Kelas eksperimen

diberikan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, dan kelas kontrol diberikan

model pembelajaran langsung.

48
Desain penelitian adalah pola atau gambaran penelitian yang dilakukan

peneliti.Desain penelitian ini menggunakan model group pretest – posttest

desaign berdasarkan tabel.Desain ini digunakan untuk mengetahui kemampuan

hasil belajar fisika siswa dengan memberikan tes pada kedua kelas sebelum dan

sesudah diberi perlakuan.Adapun desain penelitian dapat dilihat pada tabel 3.1.

Tabel 3.1.Two Group Pretest – Posttest Design.

Kelas Pretes Perlakuan Postes


Eksperimen T1 X1 T2
Kontrol T1 X2 T2
Sumber : (di adopsi dari Arikunto)

Keterangan :

T1 = Pemberian Tes Awal (Pretes)

T2 = Pemberian Tes Akhir (Postes)

X1 = Pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

X2 = Pembelajaran menggunakan model pembelajaran langsung

F. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian merupakan langkah-langkah yang harus dilaksanakan

peneliti dalam suatu penelitian. Langkah-langkah yang akan ditempuh dalam

melaksanakan dalam penelitian ini adalah:

1. Tahap Persiapan :

a. Observasi ke sekolah

b. Mempersiapkan instrumen penelitian

c. Melakukan uji coba instrumen penelitian

1) Validatas

2) Reabilitas

49
3) Daya Beda

4) Tingkat Kesukaran

2. Tahap Pelaksanaan :

a. Melakukan kelompok sampel

b. Melakukan postes untuk kelompok sampel

c. Menganalisis hasil belajar pretes yaitu rata-ra, Standar deviasi, Lo, F

d. Melakukan hipotesis awal (kesamaan rata-rat pretes)

e. Memberikan perlakuan pembelajaran

1. Kelas Eksperimen

2. Kelas Kontrol

f. Melakukan postes untuk kelompok kelas model pembelajaran

g. Menganalisis hasil belajar postes yaitu rata-rata, standar deviasi, Lo, F

h. Melakukan pengujian hipotesis akhir

3. Tahap Penutup , yaitu menyimpulkan hasil penelitian

Adapun prosedur penelitian yang dirangkum pada bagan dapat

dilihat pada gambar 3.1.

50
Tahapan Persiapan Observasi

Instrumen Penelitian

Uji Coba Intsrumen

Tahapan Pelaksanaan Sampel Penelitian

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Pretes

Uji Kesamaan Rata-rata Pretes

Perlakuan Pembelajaran

Kelompok Model STAD Kelompok Model Direct Instruction

Postes

Uji Kesamaan Rata-rata Postes

Tahapan Akhir Kesimpulan

Gambar 3.1.Prosedur Penelitian

51
G. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah objektif tes yang

berbentuk pilihan berganda.Penyusunan instrument tes terdiri dari 5 pilihan, 4

sebagai fungsi pengecoh dan 1 sebagai jawaban benar.Setiap jawaban yang benar

dalam 1 soal diberikan nilai 4.

Instrumen tes yang disusun memenuhi spesifikasi atau butir-butir tes

mengikuti taksonomi bloom yang lama, dimana C1 adalah pengetahuan, C2 adalah

pemahaman, C3 adalah penerapan, C4 adalah analisis, C5 adalah sintesis, dan C6

adalah evaluasi. Jumlah instrumen yang valid sebanyak 20 soal. Adapun

spesifikasi instrument dapat dilihat pada tabel 3.2.

Tabel 3.2 Tabel Spesifikasi Tes Kemampuan Hasil Belajar Fisika Siswa pada
Materi Pokok Besaran dan pengukuran
Tingkat kemampuan kognitif
Indikator Jlh
C1 C2 C3 C4 C5 C6
Menjelaskan konsep pengukuran,
2 3 - 5 1,6 4
dimensi suatu besaran
Mampu  mengukur panjang
menggunakan mistar, jangka sorong
- - - 7 - - -
dan mikrometer sekrup dengan tepat
dan teliti
Menentukan ketelitian dan ketepatan
- - - 8 - -
beberapa alat ukur panjang
Menyajikan data hasil pengukuran
- 9 - - - - -
tunggal beserta ketidakpastiannya
Melakukan pengukuran panjang
- 10 - - - - -
menggunakan alat ukur yang sesuai
Menjelaskan kesalahan dan
ketidakpastian pengukuran berulang - - 20 11 - - -
pada pengukuran massa dan waktu
Menentukan ketidakpastian
12,
pengukuran sesuai percobaan yang - - - - -
18
dilakukan
Menentukan operasi-operasi dalam 13,
- - 14 - - -
angka penting dan Pengukuran 19
Menentukan angka penting hasil 15,
pengukuran - - - 16, - - -
17,
Total 1 3 5 7 3 1 20

52
Selanjutnya jumlah skor dari setiap siswa dikonversikan ke dalam bentuk nilai,

dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Skor yang di perole h


Nilai ¿ x 100 (Arikunto, 2012 : 67)
Skor maksimum

Kategori hasil belajar siswa adalah sebagai berikut :

a. Hasil belajar 81-100 kategori sangat baik

b. Hasil belajar 71-80 kategori baik

c. Hasil belajar 61-70 kategori cukup baik

d. Hasil belajar 56-60 kategori kurang baik

e. Hasil belajar 0-55 kategori sangat kurang

H. Uji Coba Instrumen Penelitian

Uji coba instrumen dimaksudkan untuk mendapatkan alat atau tes yang

valid sehingga tes tersebut dapat digunakan untuk mengukur kemampuan siswa.

Sebelum digunakan data untuk megumpulkan tes maka digunakan kriteria

sebagai berikut:

1. Uji Validitas Instrumen

Validitas yang digunakan adalah validitas ramalan, sedangkan teknik yang

digunakan untuk mengetahui validitas tes ini adalah teknik koefisien korelasi

Biserial, yaitu :

M p −M t P
γpbi =
St √q
(Arikunto, 2013 : 93)

dimana :

53
n Σ y 2−( Σ y )2
St =
n(n−1)

banyaknya siswa yang menjawab benar


P=
jumlah seluruh siswa

Keterangan :
ᵞpbi = koefisien kolerasi biserial

Mp = rerata skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang dicari
validitasnya

Mt = rerata skor total

St = standar deviasi dari skor total

p = proporsi siswa yang menjawab benar

q = proporsi siswa yang menjawab salah

Dengan kategori pengujian sebagai berikut :


1) 0,00 < rpbi ≤ 0,20 kategori sangat rendah
2) 0,21 < rpbi≤ 0,40 kategori rendah
3) 0,41 < rpbi ≤ 0,60 kategori cukup
4) 0,61 < rpbi≤ 0,80 kategori tinggi
5) 0,81 < rpbi≤ 1,00 kategori sangat tinggi
Kriteria pengujian validitas instrumen adalah :

1) Jika ᵞpbi> rtabel (pada α = 0,05) disimpulkan valid

2) Jika ᵞpbi<rtabel (pada α = 0,05) disimpulkan tidak valid

Hasil perhitungan uji validitasdaapt dilihat pada Tabel 3.2.

54
Tabel 3.3. Rincian Pehitungan Validitas Tes

No Soal rhitung rtabel Keterangan


1 0,42 0,312 Valid
2 0,47 0,312 Valid
3 0,44 0,312 Valid
4 0,28 0,312 Tidak Valid
5 0,39 0,312 Valid
6 0,44 0,312 Valid
7 0,37 0,312 Valid
8 0,30 0,312 Tidak Valid
9 0,40 0,312 Valid
10 0,42 0,312 Valid
11 0,314 0,312 Valid
12 0,43 0,312 Valid
13 0,38 0,312 Valid
14 0,38 0,312 Valid
15 0,37 0,312 Valid
16 1,47 0,312 Valid
17 0,40 0,312 Valid
18 0,38 0,312 Valid
19 0,39 0,312 Valid
20 0,37 0,312 Valid
21 0,29 0,312 Tidak Valid
22 0,22 0,312 Tidak Valid
23 0,44 0,312 Valid
24 0,47 0,312 Valid
25 0,28 0,312 Tidak Valid

Dari hasil uji validitas yang telah dilakukan didapatkan bahwa dari 25 instrumen

yang diujikan terdapat 20 insrtrumen yang valid dan 5 instrumen yang tidak valid.

Perhitungan pengujian validitas tes dapat dilihat pada Lampiran 5.

2. Uji Reliabilitas Instrumen

55
Untuk menguji reliabilitas tes digunakan rumus KR-20 sebagai berikut:

S 2−∑ pq
r 11
n
= n−1
( S2 )
(Arikunto,2013:115 )

Keterangan :

r 11 = Reliabilitas tes

n = Jumlah item

S2 = Varians total

P =Proporsisiswa yang menjawab item dengan benar

q =Proporsi siswa yang menjawab item denga salah (q = 1-p)

Σpq = jumlah hasil perkalian antara p dan q

Terlebih dahulu dihitung harga varians dengan rumus:

S2 = Σ X 2−¿ ¿ ¿ (Arikunto,

2013 : 112)

Keterangan :
S2 = Varians skor

Σx = jumlah skor total

Σx2 = jumlah kuadrat skor

N = sampel

Dengan kategori pengujian sebagai berikut :

1) 0,00 < r11 ≤ 0,20 kategori sangat rendah


2) 0,21 < r11 ≤ 0,40 kategori rendah
3) 0,41 < r11 ≤ 0,60 kategori cukup

56
4) 0,61 < r11 ≤ 0,80 kategori tinggi
5) 0,81 < r11 ≤ 1,00 kategori sangat tinggi
Harga rtabel diperoleh dari daftar r produk moment dengan α = 0.05, jika harga r hitung

adalah 0,74 dan rtabel adalah 0.44 maka diperoleh rhitung > rtabel atau 0.74 > 0.44. jadi

dapat disimpulkan soal secara keseluruhan adalah reliable. Perhitungan pengujian

reliabilitas intsrumen tes dapat dilihat pada Lampiran 6.

3. Tingkat Kesukaran Tes

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar.

Untuk menentukan tingkat kesukaran tes atau indeks kesukaran tes dicari dengan

rumus:

B
P = JS ( Arikunto, 2013:223)

Keterangan:

P = Indeks kesukaran

B = Banyak siswa menjawab benar

JS = Jumlah seluruh peserta tes

Adapun kategori tingkat kesukaran tes adalah;

1) P = 0,00 – 0,30 : soal sukar

2) P = 0,31 – 0,70 : soal sedang

3) P = 0,71 – 1,00 : soal mudah

Adapun rincian perhitungan tingkat kesukaran masing-masing instrument tes

dapat dilihat pada Tabel 3.3;

57
Tabel 3.4. Rincian Tingkat Keukaran Intrumen Tes

No Item B JS P Status
1 23 40 0,575 Sedang
2 22 40 0,55 Sedang
3 18 40 0,45 Sedang
4 27 40 0,675 Sedang
5 28 40 0,70 Mudah
6 23 40 0,575 Sedang
7 17 40 0,425 Sedang
8 34 40 0,85 Mudah
9 26 40 0,65 Sedang
10 18 40 0,45 Sedang
11 28 40 0,70 Mudah
12 23 40 0,575 Sedang
13 8 40 0,20 Sukar
14 21 40 0,525 Sedang
15 25 40 0,625 Sedang
16 26 40 0,65 Sedang
17 20 40 0,50 Sedang
18 25 40 0,625 Sedang
19 28 40 0,70 Mudah
20 25 40 0,625 Sedang
21 13 40 0,325 Sedang
22 12 40 0,30 Sukar
23 13 40 0,33 Sedang
24 26 40 0,65 Sedang
25 10 40 0,25 Sukar

Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa dari 25 soal yang diujikan

terdapat 4 soal yang dikategorikan mudah, 18 soal dikategorikan sedang dan 3

soal dikategorikan suka. Perhitungan pengujian tingkat kesukaran intsrumen tes

dapat dilihat pada Lampiran 7.

58
4. Daya Pembeda Tes

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan siswa

yang pintar (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang kurang pintar

(berkemampuan rendah). Daya pembeda tes objektif dapat ditentukan sebagai

dengan rumus sebagai berikut:

BA BB
D= − =P A−P B ( Arikunto,2013:228 )
J A JB

Keterangan: :

D = Daya Pembeda

BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menyelesaikan soal dengan benar

BB =Banyaknya peserta kelompok bawah yang menyelesaikan soal dengan benar

JA = Banyaknya peserta kelompok atas

JB = Banyaknya peserta kelompok bawah

PA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

PB = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Adapun klasifikasi daya pembeda adalah;

1) 0,0 ≤ D ≤ 0,20 : soal jelek (poor)

2) 0,20 ≤ D ≤ 0,40 : soal cukup (satisfactory)

3) 0,40 ≤ D ≤ 0,70 : soal baik (good)

4) 0,70 ≤ D ≤ 1,00 : soal baik sekali (excellent)

Adapun rincian perhitungan daya pembeda instrument tes dapat dilihat pada

Tabel 3.4;

59
Tabel 3.4. Rincian Perhitungan Daya Pembeda Soal

No PA PB Daya Pembeda Keterangan


1 0.75 0.40 0.35 Cukup
2 0.85 0.25 0.60 Baik
3 0.60 0.30 0.30 Cukup
4 0.70 0.65 0.05 Jelek
5 0.85 0.55 0.30 Cukup
6 0.75 0.40 0.35 Cukup
7 0.50 0.40 0.10 Jelek
8 0.95 0.75 0.20 Jelek
9 0.85 0.45 0.40 Cukup
10 0.60 0.30 0.30 Cukup
11 0.75 0.65 0.10 Jelek
12 0.70 0.45 0.25 Cukup
13 0.40 0.10 0.30 Cukup
14 0.70 0.40 0.30 Cukup
15 0.75 0.50 0.25 Cukup
16 0.90 0.40 0.50 Baik
17 0.60 0.40 0.20 Jelek
18 0.85 0.40 0.45 Baik
19 0.85 0.55 0.30 Cukup
20 0.80 0.45 0.35 Cukup
21 0.40 0.30 0.10 Jelek
22 0.35 0.25 0.10 Jelek
23 0.45 0.20 0.25 Cukup
24 0.80 0.50 0.30 Cukup
25 0.40 0.10 0.30 Cukup

Secara keseluruhan, daya pembeda intrumen tes memiliki daya pembeda cukup.

Perhitungan pengujian tingkat kesukaran intsrumen tes dapat dilihat pada

Lampiran 8.

I. Teknik Analisis Data

60
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji

persyaratan analisis data dalam hal ini dihitung uji normalitas dan uji homogenitas

data. Adapun langkah-langkah yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Menghitung Mean dan Simpangan Baku

a. Untuk menentukan nilai rata-rata digunakan rumus, yaitu:

X = ∑ X ………………………………………………(Sudjana,
N

2012:67)

b. Untuk menghitung simpangan baku (s) digunakan rumus, yaitu:

S=
√ N ∑ Xi 2 −( ∑ Xi )
N ( N−1 )
. .. .. . .. .. . .. .. . .. .. .. . .. .. . .. .. . .. .. . .. .. . .. ..(Sudjana 2012:94 )

Keterangan :

X = Rata-Rata skor

Xi = Jumlah skor

N = Jumlah subjek

S = Standar deviasi

2. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal tidaknya data penelitian

tiap variabel penelitian, uji yang dipakai adalah uji Lilliefors. Langkah- langkah

yang dilakukan untuk uji normalitas adalah sebagai berikut (Sudjana, 2012: 466 ):

61
a. Pengamatan X1, X2, …., Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, ….,

Xi− X́
Zndenganmenggunakan rumus Zi = ( X́ dan S masing-masing
S

merupakan rata-rata dan simpangan baku sampel).

b. Untuk tiap bilangan baku ini dan menggunakan daftar distribusi normal

baku, kemudian dihitung peluang F ( Zi )=P ( Z≤Zi ) .

Z
c. Selanjutnya dihitung proporsi Z 1 , Z 2 , ..., n yang lebih kecil

atau sama dengan


Z i . Jika proporsi ini dinyatakan oleh S ( Zi ) ;

banyaknya Z 1 , Z 2 .. . .. . Z n ≤Z i
S ( Zi )=
maka: n

d. Hitung selisih F (Zi) – S (Zi) kemudian mengambil harga mutlak.

e. Ambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih

tersebut, sebutkan harga terbesar ini Lo. Untuk menerima atau menolak

hipotesis dibandingkan Lo dengan nilai kritis L yang diambil dari daftar

Lilliefors dengan taraf nyata α = 0,05. Dengan kriteria :

1) Jika Lo < L tabel, maka berdistribusi normal

2) Jika Lo > L tabel, maka tidak berdistribusi normal

3. Uji Homogenitas

Uji homogenitas data populasi digunakan uji kesamaan variansdengan

rumus :

62
varians terbesar
F=
varians terkecil

....................................................(Sudjana, 2012: 250)

Kriteria pengujian adalah tolak


H o hanya jika Fhitung ≥ F α ( v1 , v2
1/2

)maka kedua sampel mempunyai varians yang berbeda. Dengan F1/2 ( v 1 , v 2 )

didapat dari daftar distribusi dengan F1/2 α ( v 1 , v 2 ), sedangkan dk v1

dan v2 masing-masing sesuai dengan dk pembilang dan penyebut, dengan

α = 0,10 ( α = taraf nyata untuk pengujian). Dengan Kriteria Pengujian:

a) Ho diterima jika F≤ F1/2 α ( v 1 , v 2 )

b) Ho ditolak jika F≥ F1/2 α ( v 1 , v 2 )

J. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan dengan dua cara yaitu :

1. Uji kesamaan rata-rata pretes (uji t dua pihak)

Uji t dua pihak digunakan untuk mengetahui kesamaan kemampuan awal

siswa pada kedua kelompok sampel. Hipotesis yang diuji berbentuk :

Ha :
X1 ≠ X2 Kemampuan awal siswa pada kelas eksperimen dan kelas

kontrol adalah tidak sama.

HO :
X1 = X2 Kemampuan awal siswa pada kelas eksperimen dan kelas

kontrol adalah sama.

Apabila data penelitian berdistribusi normal dan homogen maka untuk menguji

hipotesis menggunakan uji t dengan rumus , yaitu :

63
X̄ 1 − X̄ 2
1 1
t=
S
√ +
n1 n2 .........................................................(Sudjana, 2012: 239)

Dimana S adalah varians gabungan yang dihitung dengan rumus :

( n1 −1 ) S 12 + ( n2 −1 ) S 22
S2 = n1 +n2 −2 ...................................(Sudjana, 2012: 239)

−t 1 < t <t 1
1− α 1− α
Kriteria pengujian adalah : terima H O jika 2 2 dimana

t
1−
1
2
α
didapat dari daftar distribusi t dengan dk = n 1+n2-2 dan α = 0 ,05 .

Untuk harga t lainnya HO ditolak. Jika pengolahan data menunjukkan bahwa

−t 1 < t <t 1
1− α 1− α
2 2 , atau nilai t hitung yang diperoleh berada diantara

−t 1 t 1
1− α 1− α
2 dan 2 , maka H0 diterima. Dapat diambil kesimpulan bahwa

kemampuan awal siswa pada kelas eksperimen sama dengan kemampuan awal

siswa pada kelas eksperimen. Jika pengolahan data menunjukkan nilai t hitung

−t 1 t 1
1− α 1− α
tidak berada diantara 2 dan 2 , H0 ditolak dan terima Ha, dapat

dimabil kesimpulan bahwa kemampuan awal siswa pada kelas eksperimen tidak

sama dengan kemampuan awal siswa pada kelas eksperimen.

2. Pengujian Hipotesis ( Uji t satu pihak )

Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji t satu pihak.Uji t satu pihak

digunakan untuk mengetahui pengaruh dari suatu perlakuan. Hipotesis yang diuji

berbentuk :

64
Ha :
X1 > X 2 Ada pengaruh yang signifikan penggunaan model

pembelajaran kooperatifSTADterhadap hasil belajar

fisika pada materi pokok Besaran dan pengukuran siswa

kelas X Semester I SMA Swasta Budi Murni 2 Medan

T.P. 2015/2016

HO :
X 1 ≤X 2 Tidak ada pengaruh yang signifikan penggunaan model

pembelajaran kooperatif tipe STADterhadap hasil belajar

fisika pada materi pokok Besaran dan pengukuran siswa

kelas X Semester I SMA Budi Murni 2 Medan T.P.

2015/2016.

Bila data penelitian berdistribusi normal dan homogen maka untuk

mengujihipotesis menggunakan uji t dengan rumus, yaitu :

X̄ 1 − X̄ 2
1 1
t=
s
√ +
n1 n2 .......................................................(Sudjana, 2012: 239)

Dimana S adalah varians gabungan yang dihitung dengan rumus :

( n1 −1 ) s 12 + ( n2 −1 ) s 22
s2 = n1 +n2 −2 ....................................(Sudjana, 2012: 239)

Keterangan :

t =Distribusi t

X̄ 1 = Rata-rata hasil belajar fisika kelas eksperimen

X̄ 2 = Rata-rata hasil belajar fisika kelas kontrol

65
n1 = Jumlah siswa kelas eksperimen

n2= Jumlah siswa kelas kontrol

s 2=
1 Varians kelas eksperimen

s
22 = Varians kelas kontrol

s 2 = Varians dua kelas sampel

Kriteria pengujiannya adalah :

Kriteria Pengujian: Terima HO, jika t hitung ≤ t 1 − α dengan t1 − α di dapat dari

daftar distribusi t dengan peluang (1- α ) dimana α = 0,05 dan dk = n1 + n2 - 2

untuk t hitung > t 1 − α , maka hipotesis Ha diterima dan HO ditolak.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah nilai hasil belajar siswa

pada materi pokok Besaran dan Pengukuran di kelas X SMA Negeri 1 Gomo T.P.

2017/2018 yaitu nilai belajar siswa pada kelas eksperimen yang menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan pada kelas kontrol menggunakan

model pembelajaran langsung. Penelitian ini dilakukan pada dua kelas yana terdiri

dari kelas eksperimen dengan jumlah 30 orang dan kelas kontrol dengan jumlah

30 orang.

66
1. Data Hasil Penelitian

Data dideskripsikan pada penelitian ini meliputi data hasil belajar fisika

siswa pada materi pokok Besaran dan Pengukuran, yang diberikan perlakuan

berbeda yaitu :

a. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD pada kelas eksperimen.

b. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran langsung pada

kelas kontrol.

Oleh sebab itu sebelum kedua kelas diterapkan perlakuan yang berbeda

,maka kedua kelas terlebih dahulu diberikan pretes yang bertujuan untuk

mengetahui kemampuan awal belajar siswa pada masing – masing kelas. Secara

ringkas data hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel 4.1;

Tabel 4.1. Hasil Pretes Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol

Data nilai pretes kelas eksperimen Data nilai pretes kelas kontrol
N Nilai Frekuensi
o
x̄ S Nilai Frekuensi
x̄ S

1 30 5 30 5
2 35 5 35 4
3 40 4 40 6
4 45 8 42,66 9,07 45 9 41,66 7,69
5 50 3 50 3
6 55 3 55 3
7 60 2
Jumlah 30 Jumla 30
siswa siswa

Adapun diagram batang nilai pretes kelas eksperimen dan kontrol dapat dilihat

pada Gambar 4.1;

67
9
9 8
8
7 6
6 5 5 5
Frekuensi Kelas 5 4 4
Eksperimen 4 3 3 3 3
Frekuensi Kelas 3 2
Kontrol
2
1
0
30 35 40 45 50 55 60

Gambar 4.1. Diagram Batang Nilai Pretes Kelas Eksperimen dan kontrol

Setelah pada sampel diterapkan pembelajaran yang berbeda, dimana kelas

eksperimen diterapkan pembelajaran menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD dan kelas kontrol menggunakan model pembelajaran

langsung. Adapun hasil belajar postes dapat dilihat pada Tabel 4.1;

Tabel 4.2. Hasil Postes Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol

Data nilai postes kelas eksperimen Data nilai postes kelas control
No Nilai Frekuen
si x̄S Nilai Frekuen
si x̄ S
1 55 2 40 3
2 60 2 45 5
3 65 3 50 5
4 70 6 55 3
5 75 6 60 3
6 80 5 74,16 10,09 65 4 57,50 12,43
7 85 3 70 2
8 90 2 75 3
9 95 1 80 2
Jumlah 30 Jumlah 30
siswa siswa

Adapun diagram batang nilai postes kelas eksperimen dan kontrol dapat dilihat

pada Gambar 4.2;

68
6 6
6
5 5 5
5
4
Frekuensi 4
Kelas 3 3 3 3 3 3
Eksperimen 3
2 2 2 2 2
Frkuensi 2
Kelas 1
Kontrol
1

0
40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95

Gambar 4.2. Diagram Batang Nilai Postes Kelas Eksperimen dan kontrol

2. Uji Persyaratan Analisis Data

Uji persyaratan analisis data meliputi uji normalitas data pretes dan

posttest. Pengujian normalitas data dilakukan menggunakan uji liliefors, diperoleh

bahwa nilai pretes dan postest kedua kelompok sampel memiliki data yang normal

atau Lhitung < Ltabel pada taraf signifikan 0,05 dan N=30. Hasil uji normalitas pretes

dan postes kedua kelas dpat dilihat pada Tabel 4.3;

Tabel 4.3. ringkasan perhitungan uji normalitas data pretes dan postes
No Data Kelas Lhitung Ltabel Kesimpulan
1 Pretes Eksperimen 0,1475 Normal
2 Pretes Kontrol 0,1336 0,1610 Normal
3 Postes Model STAD 0,1014 Normal
4 Postes Model DI 0,1591 Normal

Selanjutnya pengujian homogenitas dilakukan dengan menggunakan uji F untuk

mengetahui apakah kelompok sampel berasal dari populasi yang homogen atau

tidak. Dari hasil uji homogenitas diperoleh nilai Fhitung =1,39 pada pretes, dan

Fhitung =1,51 pada postes. Sedangkan Ftabel =1,86. Karena Fhitung< Ftabel maka data

69
pretes dan postes kedua sampel homogen. Secara ringkas hasil perhitungan uji

homogenitas data kedua sampel dapat dilihat pada tabel 4.4:

Tabel 4.4. Uji Homogenitas Data Pretes Dan Postes


Data Sampel Varians Fhitung Ftabel Kesimpulan
Pretes K. Eksperimen 82,265 1,39
Homogen
K. Kontrol 59,136 1,86
Postes Model STAD 101,848 1,51
Homogen
Model DI 154,728

Dari tabel 4.3. dan 4.4. di atas dapat disimpulkan bahwa data penelitian

berdistribusi normal dan homogen, maka telah memenuhi persyaratan untuk

dilakukan pengujian hipotesis penelitian.

3. Uji Hipotesis Data

A. Uji Kemampuan Awal

Uji kemampuan awal siswa dilakukan dengan menggunakan uji t. Dari

hasil perhitungan pada lampiran 13 diperoleh thitung = 0,475 harga ini dibandingkan

dengan ttabel dengan taraf nyata 0,05 dengan dk = 58 maka diperoleh ttabel = 2,002,

dengan demikian thitung < ttabel maka dapat dinyatakan bahwa kemampuan awal

siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sama.

B. Uji Hipotesis pada Postes

Dengan demikian ada pengaruh yang signifikan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok Besaran dan

Pengukuran di kelas X semester I SMA Negeri 1 Gomo T.P. 2017/2018.

Setelah uji persyaratan analisis data dilakukan dan memenuhi syarat maka

langkah selanjutnya adalah melakukan uji hipotesis. Uji hipotesis dilakukan

dengan menggunakan uji t satu pihak, dari hasil perhitungan pada lampiran 13

70
diperoleh thitung = 5,886, harga ini dibandingkan dengan tabel nilai persentil untuk

distribusi t dengan α = 0,05 dan dk = 58 maka diperoleh t tabel = 1,671. Dengan

demikian thitung > ttabel. Artinya bahwa kelompok siswa yang diajar dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD memperoleh hasil

belajar yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok siswa yang diajar dengan

model pembelajaran langsung. Adapun rincian perhitungan uji hipotesis untuk

nilai rata-rata postes dapat dilihat pada Tabel 4.5;

Tabel 4.5. Ringkasan Perhitungan Uji t


No Sampel Rata-rata thitung ttabel Kesimpulan
1 Model STAD 74,16 5,886 1,671 Ada pengaruh
2 Model DI 57,50

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum penelitian dilakukan, tes

hasil belajar divalidkan dengan 25 soal setelah diujikan hanya 20 soal yang

dinyatakan valid. Sebelum melakukan proses pembelajaran, peneliti melakukan

pretes terlebih dahulu untuk melihat apakah kemampuan awal kedua kelas adalah

sama. Dilihat dari skor pretes kelas eksperimen diperoleh skor rata – ratanya

42,66 dengan standar deviasi 9,07 dan untuk kelas kontrol diperoleh skor rata –

ratanya 41,66 dengan standar deviasi 7,69. Dari hasil perhitungan diperoleh t hitung

= 0,475 dan t tabel =2,002. Karena t hitung < t tabel maka dapat disimpulkan bahwa

kemampuan awal kedua kelas adalah sama. Kemudian peneliti melakukan proses

pembelajaran yaitu untuk kelas eksperimen digunakan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD dan untuk kelas kontrol digunakan model pembelajaran

langsung. Didalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa dibagi

71
menjadi enam kelompok yang terdiri dari lima orang siswa setiap kelompok,

dimana setiap kelompok merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis

kelamin, suku dan agama. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota

saling kerja sama dan membantu memahami suatu bahan pembelajaran artinya

belajar belum selesai jika salah satu teman dalam tim kelompok belum menguasai

bahan pembelajaran. Sedangkan di dalam model pembelajaran langsung peneliti

hanya melakukan ceramah, tanya jawab, pemberian penugasan dalam proses

belajaran belajar.

Setelah diberi perlakuan yang berbeda diperoleh nilai rata – rata postes

kelas eksperimen adalah 74,16 dengan standar deviasi 10,09. Sedangkan untuk

kelas kontrol diperoleh nilai rata – rata adalah 57,50 dengan standar deviasi 12,43.

Dari nilai rata – rata postes terlihat bahwa hasil belajar siswa sesudah diberi

perlakuan yang berbeda menunjukkan nilai rata – rata postes kelas eksperimen

lebih tinggi dibanding dengan nilai rata – rata kelas control. Dari hasil uji

statistika uji t diperoleh harga t hitung = 5,886 dan t tabel = 1,671 pada taraf signifikan

 = 0,05 dan dk = 58. Karena t hitung >t , maka dapat disimpulkan bahwa ada
tabel

penagaruh yang signifikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok Besaran dan Pengukuran.

Tingginya hasil belajar fisika siswa pada kelas eksperimen dikarenakan di

dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa diberi kesempatan untuk

saling membagi ide – ide, berinteraksi, kerja sama yang terjalin erat dengan

teman belajarnya, sehingga lebih mudah memahami materi pelajaran yang

diterima dari teman yang sudah terlebih dahulu menguasai materi. Dengan tipe

72
ini, siswa belajar melaksanakan tanggung jawab pribadinya dengan rekan – rekan

sekelompoknya juga menumbuhkan keberanian berbicara untuk mengemukakan

pendapatnya masing – masing. Jadi hasil belajar siswa yang diajar dengan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih baik dari pada hasil belajar yang diajar

dengan model pembelajaran langsung.

Berdasarkan temuan penulis pada saat penelitian dilapangan masih ada

kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran fisika

khususnya pada materi pokok Besaran dan Pengukuran, siswa masih kurang

percaya diri dan kurang mengerti bagaimana cara mempresentasikan hasil diskusi

tiap kelompok tersebut, pada saat kelompok mempresentasikan hasil diskusinya

siswa yang lain masih ada yang ribut, peneliti membutuhkan waktu yang lama dan

dalam diskusi adakalanya hanya dikerjakan oleh beberapa siswa.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa data dan uji statistik yang dilakukan dalam

penelitian ini, maka ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Nilai rata-rata hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD pada materi pokok Besaran dan Pengukuran di kelas X

semester I SMA Negeri 1 Gomo T.P. 2017/2018 adalah 74,16.

73
2. Nilai rata-rata hasil belajar siswa yang diajar dengan model pengajaran

langsung pada materi pokok Besaran dan Pengukuran di kelas X semester I

SMA Negeri 1 Gomo T.P. 2017/2018 memiliki adalah 57,50.

3. Ada pengaruh yang signifikan penggunaan model pembelajaran kooperatif

tipe STAD terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok Besaran dan

Pengukuran di kelas X semester I SMA Negeri 1 Gomo T.P. 2017/2018. Hal

ini dapat dibuktikkan Dari hasil uji statistika uji t diperoleh harga t hitung =

5,886 dan t tabel = 1,671 pada taraf signifikan  = 0,05 dan dk = 58. Karena t

hitung > t table.

B. Saran

Berdasarkan kessimpulan di atas maka ada beberapa saran yang dapat

diajukan berdasarkan temuan penelitian ini adalah:

1. Bagi guru fisika supaya menerapkan model pembelajaran yang dapat

melibatkan keaktifan siswa dalam belajar terutama dalam belajar kelompok,

salah satunya dengan menerapkan pembelajaran model pembelajaran

kooperatif tipe STAD agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Bagi siswa, khususnya siswa SMA Negeri 1 Gomo hendaknya selalu

melakukan persiapan belajar dan lebih aktif dalam setiap kegiatan

pembelajaran agar memperoleh hasil yang lebih baik.

3. Kepada peneliti selanjutnya hendaknya lebih memahami model pembelajaran

kooperatif tipe STAD sebagai salah satu upaya untuk mengaktifkan siswa

74
belajar, menambah kreativitas dan semangat belajar siswa serta meningkatkan

hasil belajar siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, W.L, 2001. A Taxanomy or Learning, Teaching, and Assessing:A


Revision of Bloom’s Taxanomy Objective, New York: Longman Inc.

Arikunto, S. 2013. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta :Bumi Aksara.

Djamarah, B, danZain, A, 2006 . Strategi Belajar Mengajar. Jakarta :Rineka


Cipta

Dimyati&Mudjiono. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta :Rineka Cipta.

Istarani, 2012. Model Pembelajaan Inovatif, Media Persada, Medan

75
Kanginan, M. 2006. Fisika Untuk SMA Kelas X. Jakarta :Erlangga

Maunah,B. 2009. Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Teras

Nugroho, U. 2009. Penerapan Pembelajaran kooperatif tipe STAD berorientasi


Keterampilan Proses. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia. Vol 5, Hal
108-112, http://journal.unnes.ac.id Juli 2009

Pribadi, B.A. 2009. Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta Dian Rakyat

Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: PustakaPelajar

Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme


Guru. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Sagala, S. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung :Alfabeta.

Sardiman. 2009. Iteraksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo
Persada
Sanjaya, W. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta : Kencana.

Slameto. 2010. Belajar &Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka


Cipta.
Sudjana. 2005. Metode Statistika, Edisi ke-6. Bandung :Tarsito.

Sinulingga, K.2012.Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD


berbasis Mind Mapping terhadap Hasil Belajar Siswa pada Konsep
Bunyi di Kelas VIII SMP Negri 3 Tebing Tinggi. Vol 1,
http://journal.Unimed.ac.id. Juni 2012

Sudarma. 2013. Efek Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD berbasis Just-In
Time Teaching terhadap Hasil belajar Fisika pada Mata Kuliah Fisika
Sekolah di Jurusan Fisika FMIPA Unimed. Vol 2.
http://journal.Unimed.ac.id. Juni 2013

Shoimin,A. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.


Jakarta :Ar-Ruzz Media

Trianto, 2011,Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta;


Kencana

76
77
Lampiran 1. Silabus Penelitian

Satuan Pendidikan : SMA


Kelas /Semester :X/I
Kompetensi Inti:
KI 1: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI 2: Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro aktif
dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta
dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3: Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
KI 4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri,
dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan
Aloka
si
Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Sumber Belajar
Wakt
u

1.1 Menyadari kebesaran Pengukuran Mengamati Tugas 9 JP Sumber:


Tuhan yang Memecahkan (3 x 3
menciptakan dan 1. Ketelitian 1. Membuat daftar (tabel) nama besaran, alat masalah sehari- JP) 1. PHYSICS:
mengatur alam jagad (akurasi) dan ukur, cara mengukur, dan satuan yang sehari berkaitan Principles with
raya melalui ketepatan digunakan secara individu, termasuk yang dengan pengukuran Aplication / Douglas
pengamatan fenomena (presisi) berlaku di daerah setempat (misalnya: untuk Observasi C. Giancoli – 6th ed.
alam fisis dan 2. Kesalahan ukuran massa: mayam di Sumatera Utara, Ceklist lembar Pearson Prentice
pengukurannya pengukuran untuk ukuran panjang: tumbak di Jawa Barat). pengamatan Hall
3. Penggunaan 2. Mengamati beberapa alat ukur panjang, massa kegiatan 2. FISIKA SMA Jilid 1,
2.1 Menunjukkan perilaku
angka dan waktu yang ada di sekitar(mistar eksperimen Pusat Perbukuan
ilmiah (memiliki rasa
penting milimeter, jangka sorong, mikrometer, neraca Portofolio 3. Panduan Praktikum
ingin tahu; objektif;
lengan, neraca pegas, dan stopwatch) dan Laporan tertulis Fisika SMA,
jujur; teliti; cermat;
menemukan cara bagaimana alat tersebut kelompok Erlangga
tekun; hati-hati;

78
Aloka
si
Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Sumber Belajar
Wakt
u

bertanggung jawab; bekerja/digunakan Tes


terbuka; kritis; kreatif; Tes tertulis bentuk
inovatif dan peduli Mempertanyakan uraian tentang
lingkungan) dalam 1. Mempertanyakan tentang cara menggunakan penggunaan angka
aktivitas sehari-hari alat ukur, cara mebaca skala, dan cara penting dan
sebagai wujud menuliskan hasil pengukuran kesalahan
implementasi sikap 2. Mempertanyakan aspek ketelitian, ketepatan, pengukuran
dalam melakukan dan keselamatan kerja, serta alat ang dan/atau pilihan
percobaan , digunakan dalam mengukur ganda tentang
melaporkan, dan membaca alat ukur
Eksperimen/explore
berdiskusi
3.1 Memahami hakikat 1. Mengukur masa jenis kelereng (pengukuran
fisika dan prinsip- dilakukan satu kali) dan batu kerikil
prinsip pengukuran (dilakukan berulang dengan ukuran beda dan
(ketepatan, ketelitian, jenis yang sama) secara berkelompok dengan 4. Alat:
dan aturan angka menggunakan neraca, jangka sorong atau Neraca
penting) mikrometer, dan gelas ukur jangka sorong
mikrometer
4.1 Menyajikan hasil Asosiasi gelas ukur,
pengukuran besaran stopwatch
fisis dengan 1. Mengolah data hasil pengukuran berulang
menggunakan peralatan (diberikan oleh guru) dalam bentuk penyajian
dan teknik yang tepat data, membuat grafik, menginterpretasi data
untuk penyelidikan dan grafik, dan menghitung kesalahan, serta
ilmiah menyimpulkan hasil interpretasi data
Komunikasi

1. Membuat laporan tertulis

79
80
Lampiran 2. RPP

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN I

Satuan Pendidikan : SMA 


Kelas/Semester : X/1
Mata Pelajaran : Fisika
Topik : Pengukuran
Waktu : 3 x 3 JP (1 JP = 45 menit)

A.    Kompetensi Inti
KI 1: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya(religius)
KI 2:   Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,
peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan
pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial
dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.(sikap)
KI 3:   Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian
yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah(pengtahuan)
KI 4:  Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah
abstrak  terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah
secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan
(keterampilan proses)

B.     Kompetensi Dasar

3.1 Memahami hakikat fisika dan prinsip-prinsip pengukuran (ketepatan,


ketelitian, dan aturan angka penting)
4.1 Menyajikan hasil pengukuran besaran fisis dengan menggunakan peralatan
dan teknik yang tepat untuk penyelidikan ilmiah

81
C. Indikator
Pertemuan pertama:
3.1.1. Menjelaskan konsep pengukuran, dimensi suatu besaran
3.1.2. Mampu  mengukur panjang menggunakan mistar, jangka sorong dan
mikrometer sekrup dengan tepat dan teliti
3.1.3. Menentukan ketelitian dan ketepatan beberapa alat ukur panjang
3.1.4. Menyajikan data hasil pengukuran tunggal beserta ketidakpastiannya
4.1.1. Melakukan pengukuran panjang menggunakan alat ukur yang sesuai

D.  Pendekatan /Model /Metoda Pembelajaran

Pertemua Pendekata
Model Pembelajaran Metode
n n
I Scientific Student and Diskusi/Tanya
explaining jawab/praktek
II Scientific Student and Diskusi/tanya
explaining jawab/praktek
III Scientific Student and Diskusi/tanya
explaining jawab/praktek

E. Materi Pembelajaran
1. Fakta
a. Orang menimbang  massa  dengan neraca
b. Orang mengukur panjang jalan dengan roll meter
c. Mengukur waktu menggunakan stopwatch pada lomba lari
d. Mengukur diameter kunci menggunakan jangka sorong
2. Konsep
a. Alat ukur
b. Ketepatan dan ketelitian
c. Kesalahan pengukuran
d. Angka penting
3. Prinsip
a. Penulisan hasil pengukuran
b. Menentukan ketelitian, kesalahan/ketidakpastian pengukuran
c. Penggunaan aturan angka penting
4. Prosedur
a. Langkah-langkah melakukan pengukuran panjang, massa, dan waktu
b. Penyajian dan pengolahan data
c. Percobaan pengukuran massa jenis kelereng dan balok

F. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran

82
83
Kelas Eksperimen (kelompok model pembelajaran student explaining and facilitator
Kegiatan Metode Alokasi
Kegiatan Fase
Guru Siswa Pembelajaran Waktu
Awal 1. Menyampaikan tujuan 1.Membuka pelajaran dan mengucapkan 1. Mendengarkan dan mengucapkan Ceramah 10’
dan memotivasi siswa salam serta mengecek kehadiran siswa salam kepada guru.
2.Apersepsi: 2. Memberikan tanggapan terhadap Tanya jawab
1) Pada saat kalian di SMP sudah pertanyaan guru.
mempelajari tentang macam-macam
besaran fisika. Coba sebutkan contoh
dari pengukuran tersebut?
2) Sekarang coba sebutkan besaran apa
saja yang termasuk dalam
pengukuran ?
3) Apakah kalian sudah pernah
mengukur tinggi badan atau
menggunakan stopwatch saat di
SMP?
3. Menyampaikan tujuan pembelajaran
yang akan dicapai dan menyampaikan 3. Mendengarkan guru ceramah
cakupan materi yang akan dipelajari.
1) Mampu  mengukur panjang
menggunakan mistar, jangka sorong
dan mikrometer sekrup dengan tepat
dan teliti
2) Menentukan ketelitian dan ketepatan
beberapa alat ukur panjang
3) Menyajikan data hasil pengukuran
tunggal beserta ketidakpastiannya
Inti 2. Menyampaikan Guru mengulas materi konsep pengukuran Mendengarkan guru ceramah 15’
informasi serta tambahan materi dimensi pada
besaran-besaran tersebut.

84
3. Mengorganisir peserta 1. Peserta didik dibagi menjadi menjadi 1. Mendengarkan dan melaksanakan Ceramah 10’
didik ke dalam kelompok-kelompok dan tiap intruksi dari guru.
kelompok kooperatif kelompok berjumlah 4-5 orang.
2. Peserta didik membagi tugas dalam 2. Memilih anggotanya masing-masing Parktik
kelompok untuk melakukan sesuai dengan instruksi dari guru.
pengukuran (menentukan teman yang
mengukur benda sesuai alat ukurnya
masing-masing)
4. Membimbing 1. Guru membimbing cara penggunaan 1. Mendengarkan arahan dan penjelasan Ceramah 30’
kelompok bekerja dan alat ukur panjang,massa, waktu. dari guru.
belajar 2. Guru menjealskan cara menggunakan 2. Peserta didik menyimak penjelasan Ceramah
alat ukur yang digunakan pada dari guru.
percobaan Ceramah
3. Peserta didik mengamati skala alat 3. Peserta didik menyimak penjelasan
ukur panjang yang disediakan untuk dari guru tentang skala alat ukur
percobaan  yaitu mistar, jangka sorong, panjang yang disediakan untuk Ceramah
dan mikrometer sekrup. percobaan  yaitu mistar, jangka
sorong, dan mikrometer sekrup
4. Guru bertanya tentang perbedaan 4. Peserta didik berdiskusi dan
ketelitian dan ketidakpastian ketiga alat menjawab pertanyaan guru tentang
ukur tersebut ketelitian dan ketidakpastian ketiga Tanya jawab
alat ukur tersebut.
5. Siswa dipancing untuk bertanya 5. Berfikir dan memahami pertanyaan
tentang perbedaan ketelitian dan guru tentang tentang perbedaan
ketidakpastian ketiga alat ukur. ketelitian dan ketidakpastian ketiga Tanya jawan
alat ukur
5. Evaluasi 1. Guru menginstruksikan Peserta didik 1. Peserta didik berdiskusi bersama Diskusi 40’
berdiskusi bersama kelompok mereka kelompok mereka masing-masing
masing-masing untuk melakukan untuk melakukan percobaan sesuai
percobaan sesuai LKS 01. LKS 01.
2. Guru menginstruksikan Peserta didik 2. Peserta didik melakukan percobaan

85
melakukan percobaan tentang tentang pengukuran panjang dengan Praktik
pengukuran panjang dengan menggunakan alat ukur panjang
menggunakan alat ukur panjang yang yang memiliki ketelitian yang
memiliki ketelitian yang berbeda. berbeda.
3. Guru menginstruksikan Peserta didik 3. Peserta didik mengamati pembacaan Praktik
mengamati pembacaan skala hasil skala hasil pengukuran oleh masing-
pengukuran oleh masing-masing alat masing alat ukur yang digunakan
ukur yang digunakan
4. Guru menginstruksikan Peserta didik 4. Peserta didik menentukan hasil Praktik
menentukan hasil pengukuran diameter pengukuran diameter kelereng,
kelereng, panjang pensil, diameter panjang pensil, diameter kawat, dn
kawat, dn tebal buku fisika tebal buku fisika
5. Guru menginstruksikan Peserta didik 5. Peserta didik mengolah hasil Penugasan
mengolah hasil pengukuran yang pengukuran yang dilengkapi dengan
dilengkapi dengan ketidakpastian ketidakpastian masing-masing alat
masing-masing alat ukur panjang ukur panjang
6. Guru menginstruksikan Perwakilan 6. Perwakilan dari tiap Penugasan
dari tiap kelompok  menyampaikan kelompok  menyampaikan
hasil pengukuran panjang pada LKS hasil pengukuran panjang pada LKS
01  tentang ketelitian alat ukur yang 01  tentang ketelitian alat ukur yang
berbeda dan penyebabnya berbeda dan penyebabnya
7. Guru menginstruksikan Kelompok lain 7. Kelompok lain menanggapi Tanya jawab
menanggapi presentasi kelompok yang presentasi kelompok yang
bersangkutan bersangkutan
8. Guru menginstruksikan Peserta didik 8. Peserta didik megerjakan soal Penugasan
megerjakan soal berkaitan dengan berkaitan dengan dimensi besaran
dimensi besaran turunan dan turunan dan pengukuran.
pengukuran.
9. Guru membuat konsep pengukuran dan 9. Siswa manulis pemaparan guru Penugasan
prinsip-prinsip dalam pengukuran dan tentang membuat konsep
dimensi. pengukuran dan prinsip-prinsip

86
10. Guru bersama peserta dalam pengukuran dan dimensi.
didik menyimpulkan ketelitian dan 10. Bersama sama dengan guru Tanya jawab
penggunaan beberapa alat ukur menyimpulkan ketelitian dan
penggunaan beberapa alat ukur
Penutup 6. Memberikan 1. Guru memberikan penghargaan kepada 1. Mendengarkan pengumuman dari Ceramah 10’
penghargaan kelompok terbaik guru tentang kelompok terbaik
2. Memberikan tugas untuk membaca 2. Peserta didik merangkum konsep Penugasan 10’
materi pengukuran berulang. pengukuran dan prinsip-prinsip dalam
3. Doa dan salam penutup  penutup pengukuran dan dimensi
pembelajaran

Kelas Kontrol (kelompok model pembelajaran Langsung)


Kegiatan Metode Alokasi
Tahap Fase Guru Siswa Pembelajara Waktu
n
Awal 1. Menyampaikan tujuan 1. Guru menyapa siswa dan membuka 1. Siswa menjawab salam guru Ceramah 5’
dan mempersiapkan pembelajaran
siswa 2. Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai dan
2. Siswa mendengarkan guru Ceramah
memotivasi siswa 3. Mendengarkan instruksi guru tentang Ceramah
3. Guru menyiapkan siswa untuk belajar pembelajran
Inti 2. Mendemonstrasikan 1. Guru menjelaskan pengertian
1. Siswa mendengarkan penjelasan dari Ceramah 40’
pengetahuan dan pengukuran dan besarannya guru.
keterampilan 2. Guru menjelaskan cara menentukan 2. Siswa mendengarkan penjelasan dari Ceramah
ketelitian dan ketepatan beberapa guru.
alat ukur panjang
3. Guru menyajikan data hasil 3. Siswa mendengarkan penjelasan dari Ceramah
guru.
pengukuran tunggal beserta
ketidakpastiannya
3. Membimbing pelatihan Guru memberi bimbingan pelatihan awal Siswa mengikuti pelatihan dengan Latihan dan 20’

87
atau percobaanmengukur panjang bimbingan dengan guru tanya jawab
menggunakan mistar, jangka sorong
dan mikrometer sekrup dengan tepat
dan teliti.
4. Mengecek pemahaman 1. Guru memberi pertanyaan setelah 1. Siswa menjawab pertanyaan guru Latihan dan 15’
dan member umpan balik pelatihan awal dilakukan untuk tanya jawab
mengetahui tingkat pemahaman siswa
2. Guru memberi respon terhadap jawaban
siswa 2. Siswa mendengarkan guru
Penutu 5. Memberikan kesempatan 1. Guru memberikan kesempatan kepada 1. Siswa mengerjakan latihan, Ceramah 10’
p untukpelatihan lanjutan siswa untuk latihan mandiri dan
dan penerapan melakukan percobaan serta
penerapannya dalam kehidupan sehari-
hari
2. Guru memberikan pekerjaan rumah 2. Siswa mencatat tugas dari guru Penugasan
kepada siswa
3. Guru menutup pelajaran dan 3. Siswa menjawab salam dari guru Tanya jawab
memberikan salam penutup

88
G. Sumber Belajar
Pertemua Alat dan bahan Sumber belajar
n
I Mistar/meteran, 1. Indrajit,Didit.2007. Mudah dan aktif belajar
micrometer  sekrup, jangka Fisika. Bandung : Setia Purna Inves
sorong, kelereng, pensil baru, 2. Saripudin,A.dkk.2009.Praktis Belajar Fisika
kawat dan,buku fisika untuk Kelas X.Jakarta: Visindo Media Persada
II Kelereng, , stopwatch, meteran, 3. Besaran dan satuan, alat ukur tersedia di
neraca ohaus, busur derajat, 4. Pengukuran tersedia
statip di http://fisikawanhijau.blogspot.co.id
III Jangka sorong, neraca ohaus, 5. Sutiagah, A.2013. Teknik Kelistrikan dan
balok,kelereng Elektronika Instrumentasi.Buku Ajar SMA

H. Penilaian
1. Penilaian Kognitif (KI. III)
1) Teknik penilaian                       : Tes Tertulis
2) Bentuk instrumen                     : Soal essay
3) Instrumen                                 : (terlampir)
4) Panduan penskoran/ bobot      : (terlampir)
5) Rekapan penilaian                    : (terlampir)
2. Penilaian psikomotor (KI. IV)
1) Teknik penilaian                       : Observasi
2) Bentuk instrumen                     : Lembar observasi
3) Instrumen                                 : (terlampir)
4) Panduan penskoran/ bobot       : (terlampir)
d. Rekapan penilaian

Mengetahui, Medan, ___Juli 2017


Ka. SMA Negeri 1 Gomo Peneliti

(_________________________) (Metodius Dedi K. Gulo)

89
MATERI PEMBELAJARAN

Apakah yang dimaksud dengan besaran? Besaran didefinisikan sebagai


sesuatu yang dapat diukur dan dapat dinyatakan dengan angka – angka. Jika
ada sesuatu yang dapat diukur dan besarnya dapt dinyatakan dengan angka,
maka itu termasuk sebagai besaran. Sebagai contohnya panjang, kita semua
tahu bahwa panjang sebuah benda dapat diukur.
Macam-macam Besaran.
Anda telah mengetahui bahwa besaran fisika di kelompokan menjadi dua,yaitu
besaran pokok dan besaran turunan.Besaran pokok adalah besaran yang
satuannya telah ditetapkan terlebih dahulu dan tidak diturunkan dari besaran
lain.Sedangkan,Besaran turunan adalah besaran yang diturunkan dari satu atau
lebih besaran pokok.
Besaran pokok, satuan, dan dimensinya
Besaran Dimensi Lambang Satuan
Panjang [L] m Meter
Massa [M] kg Kilogram
Waktu [T] s Second
Kuat arus [I] A Ampere
Temperatur [θ ¿ K Kelvin
Jumlah zat [N] mol Mole
Intensitas
[J] cd Candela
Cahaya

Besaran turunan, satuan, dan dimensinya


Besaran Dimensi Lambang Satuan
Luas [L]2 m2 Meter persegi
Kecepatan [L] [T]-1 m/s Meter per sekon
Meter per sekon
Percepatan [L] [T]-2 m/s2
kuadrat
Gaya [M] [L] [T]-2 N Newton
Energi [M] [L]2 [T]-2 J Joule
Tekanan [M] [L]-1 [T]-2 Pa Pascal
Daya [M] [L]2 [T]-3 W Watt

Perbedaan mendasar antara besaran pokok dan besaran turunan adalah pada
satuannya. Pada besaran pokok satuannya telah ditetapkan lebih dulu sedangkan
besaran turunan satuannya merupakan turunan dari 1 atau lebih satuan besaran
pokok. Analogi besaran pokok dan besaran turunan adalah seperti pada sebuah
pakaian. Kancing, benang, kain adalah bahan utama dari pakaian (disebut besaran

90
pokok) sedangkan kemeja, celana, jaket adalah produk dari bahan tadi (besaran
turunan)

Satuan
Setiap besaran umumnya memilki satuan. Agar terjadi keseragaman dalam dunia
ilmu pengetahuan dan pendidikan, dibuatlah suatu perjanjian internasional tentang
penggunaan dari satuan Sistem Internasional (SI). SI merupakan satuan resmi
yang disepakati para ilmuwan dan ahli pendidikan untuk digunakan dalam
penelitian dan pengajaran.
Satuan Panjang
Panjang adalah jarak antara dua titik di dalam ruang. Lebar, tinggi, jari-jari
lingkaran termasuk dalam besaran panjang. Dalam SI satuan panjang adalah
meter.Standar panjang internasional yang pertama adalah sebuah batang terbuat
dari bahan campuran platina
iridium, dan di simpan di the international Bureau of Weight and Measures.
Tahun 1960 para ahli menetapkanbahwa satu meter sama dengan 1.650.763,73
kali panjang gelombang pancaran sinar jingga-merah dari atom kripton-86 dalam
ruang hampa. Alat ukur panjang adalah mistar, jangka sorong, dan mikrometer
sekrup. Pada mikrometer sekrup mempunyai tingkat ketelitian 0,01 mm
sedangkan jangka sorong mempunyai tingkat ketelitian 0,1 mm .

Satuan Massa
Satu kilogram standar adalah massa dari
sebuah model silinder platina iridium
yang aslinya disimpan di Lembaga Berat
dan Ukuran International di  Sevres.
Standar sekunder dikirim ke berbagai
negara dan massa-massa benda yang
lainnya ditentukan dengan menggunakan
teknik neraca berlengan sama.

Satuan Waktu
Satuan waktu dalam SI adalah sekon. Pada mulanya satuan waktu didasarkan pada
waktu perputaran bumi mengelilingi sumbunya. Untuk mendapatkan pengukuran
waktu yang lebih teliti, sekarang orang menggunakan jam atom. Jam ini diatur
oleh gerakan atom tertentu (misalnya atom Cesium) dimana 1 detik adalah
9.192.631.770 periode getaran atom cesium-133.

TAHUKAH ANDA?

91
PENGUKURAN

Pentingnya Satuan
Pada 23 september 1999 mars climate orbiter (pesawat antariksa yang
mengorbit planet mars) secara tiba-tiba menghilang. Pengatur nasa di
Jet Propulsion Laboratory (laboratorium pendorong jet) telah mengirim
iunstruksi numerik yang salah. Sebagai agen pemerintah, NASA
bekerja dalam satuan SI (dimana gaya dinyatakan dalam newton),
tetapi kontraktor, Lockheed Martin Astronoutics, bekerja dalam satuan
US Customary, memberikan data gaya dorong dalam pound. Pesawat
antariksa seharga 125 juta dolar (1,125 triliun rupiah) itu akhirnya
hancur di planet mars hanya gara-gara kesalahan menerjemahkan
satuan dari data numerik yang diberikan. Karena itu ketika anda
menampilkan nilai numerik dari suatu besaran fisika, selalu lengkapi
dengan satauan yang sesuai di samping angkanya.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering melakukan
pengukuran terhadap sesuatu. Baik pengukuran eksak
ataupun non-eksak. Pengukuran eksak dilakukan dengan
menggunakan alat ukur, seperti mistar, neraca, dan
termometer. Sedangkan pengukuran non-eksak dilakukan
tanpa menggunakan alat ukur. Contoh pengukuran non-
eksak misalnya, mengukur cantik atau tidaknya seseorang.

Dalam belajar fisika pun, kita tidak akan lepas dari pengukuran. Lalu, apa yang
dimaksud dengan pengukuran? Pengukuran didefinisikan sebagai suatu kegiatan
membandingkan suatu besaran dengan besaran standar yang sudah ditetapkan
sebagai satuan. Contoh alat ukur besaran standar adalah mistar, neraca,
stopwatch, termometer, dan amperemeter.
Mengukur Panjang
Pernahkan Anda mengukur panjang pensil atau pulpen? Alat ukur apa yang Anda
gunakan saat mengukur kedua benda tersebut? Tentu Anda menggunakan mistar
bukan? Akan tetapi, jika Anda mengukur besarnya sebuah sudut, tentunya Anda
tidak dapat menggunakan mistar, Anda harus menggunakan busur derajat.
Kemudian tiimbul pertanyaan, dapatkah Anda mengukur tebal selembar kertas
dengan menggunakan mistar? Untuk mengukur tebal selembar kertas, Anda juga
membutuhkan alat ukur panjang, tetapi harus sesuai dengan tingkat ketelitian
yang dibutuhkan. Dengan demikian, pemilihan dan penyiapan alat ukur harus
sesuai dengan fungsi, keperluan, dan tingkat ketelitiannya.

Siapa yang lebih tampan? Rain Cha Seung Won? Ketampanan92


Mana yang lebih tinggi? Tentu orang
sebelah kanan bukan? Tinggi atau panjang bukanlah suatu besaran karena tidak dapat diukur dan
merupakan suatu besaran karena dapat dibandingkan secara eksak.
diukur dan dibandingkan secara eksak
Mistar
Mistar atau yang biasa lebih dikenal dengan
penggaris merupakan alat ukur panjang yang paling
sederhana. Mistar ini biasanya terbuat dari plastik,
kayu, dan logam. Mistar digunakan Untuk
mengukur benda yang panjangnya kurang dari  50
cm atau 100 cm. Mistar mempunyai skala ukuran
dan satuan-satuan panjang yang tertera padanya.
Umumnya, mistar mempunyai skala terkecil 1 mm.
Lalu, bagaimana dengan ketelitian mistar?
Ketelitian mistar adalah setengah dari skala
terkecilnya.
1
×1mm=0,5 mm atau 0,05 cm
2

Pada dasarnya, kita telah mengetahui cara mengukur panjang suatu benda dengan
menggunakan mistar. Perhatikan pengukuran panjang ruas garis AB pada gambar
berikut.

Berdasarkan gambar diatas, kita memperoleh panjang ruas garis AB adalah 8,5
cm.
Contoh pengukuran dengan mistar:

Panjang balok di atas adalah 3,2 cm atau 32 mm.


Untuk mendapatkan hasil pengukuran yang tepat, maka sudut pengamatan harus
tegak lurus dengan obyek dan mistar.
Meteran Lipat

93
Digunakan untuk megukur suatu obyek yang tidak bisa dilakukan dengan mistar,
misalnya karena ukurannya terlalu panjang atau bentuknya tidak lurus.
Mempunyai tingkat ketelitian sampai dengan 1 mm.

Kegiatan!!Mengukur Panjang Pensil dengan Mistar

Sediakan sebuah pensil atau bolpoin dan mistar.


Kemudian, letakkan pensil diatas meja. Lakukan
pengukuran dengan cara menempelkan mistar dan
pensil yang akan diukur, seperti gambar disamping.
Tuliskan hasil pengukuran Anda. Lakukan beberapa
kali pengukuran untuk mendapat hasil yang akurat.

Jangka Sorong
Pernahkah Anda mengukur diameter kelereng? Dapatkah pengukuran tersebut
menggunakan mistar? Penggunaan mistar untuk mengukur diameter kelereng
akan menyulitkan dan menghasilkan hasil yang kurang akurat. Untuk mengukur
diameter kelereng tersebut dapat digunakan jangka sorong.

94
Jangka sorong terdiri atas dua bagian, yaitu rahang tetap yang memuat skala
utama dan rahang geser (sorong) yang memuat skala nonius. Sepuluh skala utama
memiliki panjang 1 cm sedangkan sepuluh skala nonius memiliki panjang 0,9 cm.
Skala terkecil jangka sorong adalah 0,1 mm. Sehingga, ketelitian jangka sorong
ialah
1
×0,1 mm=0,05 mm
2

Langkah-langkah dalam menentukan nilai panjang suatu benda yang diukur


dengan jangka sorong adala sebagai berikut.
Bacalah terlebih dahulu skala utama yang terdapat sebelum garis nol pada skala
nonius. Untuk diameter benda pada gambar diatas skalanya adalah 2,4 cm.
Bacalah pembacaan skala nonius yang berhimpit tegak dengan salah satu garis
pada skala utama. Pembacaan skala untuk gambar diatas adalah 0,07 cm.
Jumlahkan kedua pembacaan tersebut untuk menghasilkan pengukuran akhir.
Jadi, diameter benda tersebut adalah 2,4 cm + 0,07 cm = 2,47 cm.

Mikrometer Sekrup

Mikrometer sekrup
merupakan alat
untuk mengukur
panjang suatu benda
yang lebih teliti
daripada mistar
maupun jangka
sorong. Biasanya
mikrometer sekrup digunakan untuk mengukur ketebalan kertas atau rambut.
Mikrometer sekrup mempunyai dua skala seperti pada jangka sorong, yaitu skala
utama dan skala nonius. Skala utama (skala tetap) ditunjukkan oleh selubung pada
lingkaran dalam, sedangkan skala nonius (skala putar) ditunjukkan oleh selubung
pada lingkaran luar. Jika selubung luar diputar satu kali lingkaran penuh, maka
skala utama akan berubah 0,5 mm. Selubung luar memiliki 50 skala, maka 1 skala
pada selubung luar sama dengan jarak putar rahang geser sejauh 0,5 mm / 50 =
0,01 mm yang merupakan skala terkecil pada mikrometer sekrup. Sehingga
ketelitian mikrometer sekrup ialah

95
1
×0,01 mm=0,005 mm
2

Bagaimana cara menentukan atau membca


nilai pada mikrometer sekrup?
Bacalah terlebih dahulu skala utama yang
berhimpit dengan tepi selubung luar.
Berdasakan gambar disamping, skala
utamanya adalah 3 mm.
Bacalah garis selubung luar yang berhimpit tepat dengan garis mendatar skala
utama. Pada gambar skalanya adalah 0,11 mm.
Jumlahkan kedua pembacaan tersebut untuk menghasilkan pengukuran akhir.
Jadi, diameter benda tersebut adalah 3 mm + 0,11 mm = 3,11 mm.

Mengukur Massa
Alat untuk mengukur besaran massa dikenal dengan neraca. Namun, kita lebih
sering menyebutnya dengan timbangan.
Gambar disamping memperlihatkan jenis-jenis neraca, neraca O’hauss, neraca
badan, neraca pegas, dan neraca digital.
Masing-masing neraca memiliki skala
terkecil yang berbeda-beda. Neraca
badan memiliki skala terkecil 1 kg,
neraca pegas 1 gr, dan neraca O;hauss
0,1 gr.
Neraca O’hauss adalah neraca yang
sering digunakan dalam laboratorium.
Ada empat macam prinsip kerja neraca,
yaitu:
Prinsip kesetimbangan gaya gravitasi,
contoh neraca sama lengan
Prinsip kesetimbangan momen gaya, contoh neraca dacin
Prinsip kesetimbangan gaya elastis, contoh neraca pegas untuk menimbang bahan-
bahan baku
Prinsip inersia (kelembaman), contoh neraca inersia

Mengukur Waktu
Untuk mengukur waktu kita dapat menggunakan alat ukur seperti jam tangan, jam
dinding, dan stopwatch. Alat ukur stopwatch memiliki ketelitian yang lebih teliti
daripada jam biasa. Stopwatch biasa digunakan untuk mengukur waktu yang
relatif singkat., seperti mengukur periode ayunan dan gerak jatuh bebas.

96
Contoh Soal

1. Hasil pengukuran panjang sebuah benda adalah 0,02030 m. Hasil


pengukuran tersebut mempunyai angka penting sebanyak..
A. dua
B. tiga
C. empat
D. lima
E. enam
Pembahasan :
Jawaban yang benar adalah C. Yang termasuk angka penting adalah 2030.
Angka 0 yang terletak di depan koma dan angka 0 yang terletak di depan
angka 2, bukan merupakan angka penting.
2. Hasil pengukuran  panjang sebuah benda adalah 10,3 cm dan lebarnya
adalah 6,5 cm. Luas benda tersebut mempunyai angka penting sebanyak

A.  enam
B.  lima
C.  empat
D.  tiga
E.  dua
Pembahasan :
Jawaban yang benar adalah E.
10,3 mempunyai tiga angka penting, sedangkan 6,5 mempunyai dua angka
penting. Angka penting paling sedikit adalah dua yang dimiliki oleh bilangan
6,5. Hasil perkalian 10,3 dan 6,5 harus mempunyai angka penting sebanyak
dua angka penting (angka penting paling seidkit). 10,3 x 6,5 = 66,95 = 67.
3. Hasil pengurangan dari 4,551 gram – 1,21 gram menurut aturan angka
penting adalah...
a.    3,3 gram
b.    3,34 gram
c.    3,341 gram
d.   4,67 gram
e.    4,671 gram
Pembahasan:
Hitung terlebih dahulu dua angka tersebut dengan cara biasa.

97
Menentukan banyak angka penting yang paling sedikit dibelakang koma
diantara angka yang dikurangi.4,551 gram memiliki tiga angka penting
dibelakang koma (angka 5, 5, dan 1).
1,21 gram memiliki dua angka penting dibelakang koma (angka 2 dan 1) Jadi
yang paling sedikit adalah dua angka penting dibelakang koma sehingga
hasilnya harus memiliki angka penting dibelakang koma sebanyak dua angka.
Angka 3,341 gram dibulatkan menjadi 3,34 gram.

LEMBAR KERJA SISWA

JANGKA SORONG DAN MIKROMETER SEKRUP

I. TUJUAN
1. Mampu menggunakan jangka sorong sebagai alat ukur dasar
2. Mampu menggunakan micrometer sekrup sebagai alat ukur dasar
3. Mengenal skala nonius jangka sorong dan micrometer sekrup

98
4. Mengenal batas ketelitian jangka sorong dan micrometer sekrup serta
dapat menggunakannya dalam perhitungan.

II. ALAT DAN BAHAN


1. Kelereng
2. potongan besi  
3. cincin
4. peluru
5. potongan kawat
6. jangka sorong
7. mikrometer sekrup

III.TEORI RINGKAS
A. Jangka Sorong
Jangka sorong memiliki bagian utama yang disebut rahang tetap dimana
terdapat skala utama dan rahang geser dimana terdapat skala nonius atau
vernier.
Nonius yang panjangnya 9 mm dibagi atas 10 skala, sehingga beda satu
skala nonius dengan satu skala utama adalah 0,1mm. Nilai 0,1mm
merupakan batas ketelitian jangka sorong.

1. rahang atas untuk mengukur diameter dalam.


2. rahang bawah untuk mengukur diameter luar.
3. bagian untuk mengukur kedalaman tabung.

99
Gambar diatas adalah contoh hasil pengukuran dengan jangka sorong,
Skala utama = 2,5 cm Skala nonius = (4 x 0,1) mm = 0,04 cm Hasil
pengukuran = 2,54 cm Angka 4 nonius segaris dengan skala utama, jadi
angka inilah yang dikalikan dg batas ketelitian, kemudian dijumlahkan
hasilnya dg hasil skala utama.

B. Mikroter Sekrup
Mikrometer sekrup memiliki skala utama dan selubung luar yang memiliki
skala putar sebagai nonius. Batas ketelitian micrometer sekrup 0,01 mm.

Gambar di atas adalah contoh hasil pengukuran menggunakan micrometer sekrup,


Skala utama = 6,5 mm Skala nonius = (9 x 0,01) mm = 0,09 mm Hasil
pengukuran = 6,59 mm
Angka 9 pada nonius berimpit dengan garis tengah skala utama, maka angka ini
dikalikan dg batas ketelitian micrometer sekrup, kemudian ditambahkan hasilnya
pada hasil skala utama.

IV. LANGKAH-LANGKAH PENGAMATAN.


A. Jangka Sorong
1. Ambilah kelereng, letakkan pada rahang bawah jangka sorong untuk
diukur diameternya. Jepit dengan hati-hati dan kunci. Amati skala
utama, catat hasilnya dalam tabel A, ulangi pengukurannya sebanyak 3
kali.

TABEL A

Nonius
No Benda Skala Utama
(x batas ketelitian)
………………………….. cm …………… x …………. mm
1. Kelereng …………………………… cm …………… x …………. mm
…………………………… cm …………… x …………. mm
2. Potongan Besi ………………………….. cm …………… x …………. mm

100
…………………………… cm …………… x …………. mm
…………………………… cm …………… x …………. mm
………………………….. cm …………… x …………. mm
Cincin
…………………………… cm …………… x …………. mm
(diameter luar)
…………………………… cm …………… x …………. mm
3.
………………………….. cm …………… x …………. mm
Cincin
…………………………… cm …………… x …………. mm
(diameter luar)
…………………………… cm …………… x …………. mm

2. Amatilah nonius,cari angka yang segaris (berimpit) dg skala utama,


catat dalam table A, kalikan juga dg batas ketelitian jangka sorong.
Ulangi sampai 3 kali pengukuran.
3. Ambilah potongan besi, lakukan seperti langkah 1 dan 2.
4. Ambilah cincin, ukur diameter luarnya seperti langkah 1 dan 2.
5. Sekarang lakukan pengukuran diameter dalamnya menggunakan
rahang atas jangka sorong. Letakkan cincin di luar rahang dengan
benar, kunci. Amati skala utama dan noniusnya seperti Langkah 1 dan
2.

B. Mukrometer Sekrup
1. Ambilah peluru, lalu ukur diameternya dengan micrometer sekrup.
Amati skala utamanya, catat dalam table B, ulangi pengukuran sampai
3 kali.

TABEL B.

No Benda Skala Utama Nonius


………………………….. mm …………… x …………. mm
1. peluru …………………………… mm …………… x …………. mm
…………………………… mm …………… x …………. mm
………………………….. mm …………… x …………. mm
2. potongan kawat …………………………… mm ……………. x …………. mm
…………………………… mm ……………. x …………. mm

101
2. Amati skala nonius, cari angka yang berimpit dengan garis tengah
skala utama, catat hasilnya dalam table B, kalikan juga dengan batas
ketelitian micrometer. Ulangi pengukuran sebanyak 3 kali.
3. Ambil potongan kawat, lakukan pengukaran seperti langkah 1 dan 2.

V. PENGOLAHAN HASIL PENGAMATAN


1. Hitunglah nilai rata-rata pengamatan pada table A. Kemudian tentukan
hasil pengukuran jangka sorong untuk masing-masing benda, seperti
contoh pada teori.
2. Hitunglah nilai rata-rata pengamatan pada table B.
Kemudian tentukan hasil pengukuran micrometer sekrup untuk masing-
masing benda,seperti contoh pada teori.
3. Menurut anda lebih teliti mana pengukuran menggunakan jangka sorong
atau micrometer sekrup?
4. Berdasarkan nilai diameter kelereng dalam percobaan anda, tentukan
volume kelereng menggunakan
Rumus volume bola, gunakan aturan sampai 3 angka penting.

VI. KESIMPULAN PERCOBAAN


Buatlah kesimpulan dari hasil percobaan anda :
1. Tentang alat ukurnya
2. Tentang keseluruhan praktikum anda

Lembar Jawaban

__________________________________________________________________

__________________________________________________________________

__________________________________________________________________

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN II

Satuan Pendidikan : SMA 


Kelas/Semester : X/1
Mata Pelajaran : Fisika
Topik : Pengukuran
Waktu : 3 x 3 JP (1 JP = 45 menit)

102
A.    Kompetensi Inti
KI 1: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya(religius)
KI 2:   Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,
peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan
pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial
dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.(sikap)
KI 3:   Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian
yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah(pengtahuan)
KI 4:  Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah
abstrak  terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah
secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan
(keterampilan proses)

B.     Kompetensi Dasar

3.1 Memahami hakikat fisika dan prinsip-prinsip pengukuran (ketepatan,


ketelitian, dan aturan angka penting)
4.1 Menyajikan hasil pengukuran besaran fisis dengan menggunakan peralatan
dan teknik yang tepat untuk penyelidikan ilmiah

C. Indikator
Pertemuan Kedua:
3.1.5. Menjelaskan kesalahan dan ketidakpastian pengukuran berulang pada
pengukuran massa dan waktu
3.1.6. Menentukan ketidakpastian pengukuran sesuai percobaan yang dilakukan
4.1.2. Menentukan  massa bola tenis dan waktu bola yang berayun sebanyak 10
kali getaran
D.    Pendekatan /Model /Metoda Pembelajaran

Pertemua Pendekata
Model Pembelajaran Metode
n n
I Scientific Student and Diskusi/Tanya
explaining jawab/praktek
II Scientific Student and Diskusi/tanya
explaining jawab/praktek
III Scientific Student and Diskusi/tanya
explaining jawab/praktek

103
E. Materi Pembelajaran
1. Fakta
a. Orang menimbang  massa  dengan neraca
b. Orang mengukur panjang jalan dengan roll meter
c. Mengukur waktu menggunakan stopwatch pada lomba lari
d. Mengukur diameter kunci menggunakan jangka sorong
2. Konsep
a. Alat ukur
b. Ketepatan dan ketelitian
c. Kesalahan pengukuran
d. Angka penting
3. Prinsip
a. Penulisan hasil pengukuran
b. Menentukan ketelitian, kesalahan/ketidakpastian pengukuran
c. Penggunaan aturan angka penting
4. Prosedur
a. Langkah-langkah melakukan pengukuran panjang, massa, dan waktu
b. Penyajian dan pengolahan data
c. Percobaan pengukuran massa jenis kelereng dan balok

F. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran

104
Kelas Eksperimen (kelompok model pembelajaran student explaining and facilitator
Kegiatan Metode Alokasi
Kegiatan Fase
Guru Siswa Pembelajaran Waktu
Awal 1. Menyampaikan 1. Membuka pelajaran dan mengucapkan 1. Mendengarkan dan mengucapkan Ceramah 10’
tujuan dan salam serta mengecek kehadiran siswa salam kepada guru.
memotivasi siswa 2. Apersepsi: 2. Memberikan tanggapan terhadap Tanya jawab
1) Sekarang coba sebutkan pertanyaan guru.
perbedaan mistar, jangka sorong
dan mikrometer sekrup dengan
tepat?
2) Coba anda sebutkan ketelitian dan
ketepatan beberapa alat ukur
panjang?
3. Menyampaikan tujuan pembelajaran 3. Mendengarkan guru Ceramah
yang akan dicapai dan menyampaikan
cakupan materi yang akan dipelajari.
1) Menjelaskan kesalahan dan
ketidakpastian pengukuran
berulang pada pengukuran massa
dan waktu
2) Menentukan ketidakpastian
pengukuran sesuai percobaan yang
dilakukan
Inti 2. Menyampaikan Guru mengulas materi kesalahan dan Mendengarkan guru Ceramah 15’
informasi ketidakpastian pengukuran berulang pada
pengukuran massa dan waktu dan serta
tambahan materi dimensi pada besaran-
besaran tersebut.
3. Mengorganisir peserta 1. Peserta didik dibagi menjadi menjadi 1. Mendengarkan dan melaksanakan Ceramah 10’
didik ke dalam kelompok-kelompok dan tiap kelompok intruksi dari guru.
kelompok kooperatif berjumlah 4-5 orang.

105
2. Peserta didik membagi tugas dalam 2. Memilih anggotanya masing-masing Parktik
kelompok untuk melakukan sesuai dengan instruksi dari guru.
pengukuran (menentukan teman yang
mengukur benda sesuai alat ukurnya
masing-masing)
4. Membimbing 1. Guru membimbing cara penggunaan 1. Mendengarkan arahan dan penjelasan Ceramah 30’
kelompok bekerja dan alat ukur panjang,massa, waktu. dari guru.
belajar 2. Guru menjealskan cara menggunakan 2. Peserta didik menyimak penjelasan Ceramah
alat ukur yang digunakan pada dari guru.
percobaan
3. Guru membuat parktikum kelompok 3. Peserta didik menyimak penjelasan Ceramah
Menentukan  massa bola tenis dan dari guru tentang Menentukan  massa
waktu bola yang berayun. bola tenis dan waktu bola yang
berayun
4. Guru bertanya tentang p kesalahan dan 4. Peserta didik berdiskusi dan Ceramah
ketidakpastian pengukuran berulang menjawab pertanyaan guru tentang
pada pengukuran massa dan waktu kesalahan dan ketidakpastian
pengukuran berulang pada
pengukuran massa dan waktu
5. Siswa dipancing untuk bertanya 5. Berfikir dan memahami pertanyaan Tanya jawab
tentang ketidakpastian pengukuran guru tentang tentang ketidakpastian
sesuai percobaan yang dilakukan pengukuran sesuai percobaan yang
dilakukan
5. Evaluasi 1. Guru menginstruksikan Peserta didik 1. Peserta didik berdiskusi bersama Diskusi 40’
berdiskusi bersama kelompok mereka kelompok mereka masing-masing
masing-masing untuk melakukan untuk melakukan percobaan sesuai
percobaan sesuai LKS 02. LKS 02.
2. Guru menginstruksikan peserta didik 2. Peserta didik melakukan percobaan Praktik
melakukan percobaan tentang massa tentang massa bola tenis dan waktu
bola tenis dan waktu bola yang bola yang berayun sebanyak 10 kali
berayun sebanyak 10 kali getaran. getaran .

106
3. Guru menginstruksikan Peserta didik 3. Peserta didik mengamati pembacaan Praktik
mengamati pembacaan skala hasil skala hasil pengukuran oleh masing-
pengukuran oleh masing-masing alat masing alat ukur yang digunakan
ukur yang digunakan
4. Guru menginstruksikan Peserta didik 4. Peserta didik menentukan hasil Praktik
menentukan hasil pengukuran diameter praktik tentang massa bola tenis dan
kelereng, panjang pensil, diameter waktu bola yang berayun sebanyak
kawat, dn tebal buku fisika 10 kali getaran hasil pengukuran
yang dilengkapi dengan
ketidakpastian alat ukur panjang
5. Guru menginstruksikan Perwakilan 5. Perwakilan dari tiap Penugasan
dari tiap kelompok  menyampaikan kelompok  menyampaikan
hasil pengukuran panjang pada LKS hasil pengukuran panjang pada LKS
02 tentang massa bola tenis dan waktu 01  tentang ketelitian alat ukur yang
bola yang berayun sebanyak 10 kali berbeda dan penyebabnya
getaran
6. Guru menginstruksikan Kelompok lain 6. Kelompok lain menanggapi Tanya jawab
menanggapi presentasi kelompok yang presentasi kelompok yang
bersangkutan bersangkutan
7. Guru menginstruksikan Peserta didik 7. Peserta didik megerjakan soal Penugasan
megerjakan soal berkaitan dengan berkaitan kesalahan dan
kesalahan dan ketidakpastian ketidakpastian pengukuran berulang
pengukuran berulang pada pengukuran pada pengukuran massa dan waktu.
massa dan waktu. Penugasan
8. Guru membuat konsep pengukuran dan 8. Siswa manulis pemaparan guru
prinsip-prinsip dalam massa bola tenis tentang membuat konsep
dan waktu bola yang berayun sebanyak pengukuran dan prinsip-prinsip
10 kali getaran dalam pengukuran dan dimensi. Tanya jawab
9. Guru bersama peserta 9. Bersama sama dengan guru
didik menyimpulkan materi percobaan menyimpulkan materi pembelajaran
yang dilakukan dan percobaan yang dilakukan

107
Penutup 6. Memberikan 1. Guru memberikan penghargaan kepada 1. Mendengarkan pengumuman dari Ceramah 10’
penghargaan kelompok terbaik guru tentang kelompok terbaik
2. Memberikan tugas untuk membaca 2. Peserta didik merangkum konsep Penugasan 10’
materi pengukuran berulang. pengukuran dan prinsip-prinsip
3. Doa dan salam penutup  penutup dalam pengukuran dan dimensi
pembelajaran

Kelas Kontrol (kelompok model pembelajaran Langsung)


Kegiatan Metode Alokasi
Tahap Fase Guru Siswa Pembelajara Waktu
n
Awal 1. Menyampaikan tujuan 1. Guru menyapa siswa dan membuka 1. Siswa menjawab salam guru Ceramah 5’
dan mempersiapkan pembelajaran
siswa 2. Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai dan 2. Siswa mendengarkan guru Ceramah
memotivasi siswa 3. Mendengarkan instruksi guru tentang Ceramah
3. Guru menyiapkan siswa untuk belajar pembelajran
Inti 2. Mendemonstrasikan 1. Guru menjelaskan kesalahan dan 1. Siswa mendengarkan penjelasan dari Ceramah 40’
pengetahuan dan ketidakpastian pengukuran berulang guru.
keterampilan pada pengukuran massa dan waktu Ceramah
2. Guru menjelaskan Menentukan 2. Siswa mendengarkan penjelasan dari
ketidakpastian pengukuran sesuai guru.
percobaan yang dilakukan
3. Membimbing pelatihan Guru memberi bimbingan pelatihan awal Siswa mengikuti pelatihan dengan Latihan dan 20’
atau percobaan massa bola tenis dan bimbingan dengan guru tanya jawab
waktu bola yang berayun sebanyak 10 kali
getaran
4. Mengecek pemahaman 1. Guru memberi pertanyaan setelah 1. Siswa menjawab pertanyaan guru Latihan dan 15’
dan member umpan balik pelatihan awal dilakukan untuk tanya jawab
mengetahui tingkat pemahaman siswa

108
2. Guru memberi respon jawaban siswa 2. Siswa mendengarkan guru
Penutu 5. Memberikan kesempatan 1. Guru memberikan kesempatan kepada 1. Siswa mengerjakan latihan, Ceramah 10’
p untukpelatihan lanjutan siswa untuk latihan mandiri dan
dan penerapan melakukan percobaan massa bola tenis
dan waktu bola yang berayun sebanyak
10 kali getaran
2. Guru memberikan pekerjaan rumah 2. Siswa mencatat tugas dari guru Penugasan
kepada siswa
3. Guru menutup pelajaran dan 3. Siswa menjawab salam dari guru Tanya jawab
memberikan salam penutup

109
G. Sumber Belajar
Pertemua Alat dan bahan Sumber belajar
n
I Mistar/meteran, 1. Indrajit,Didit.2007. Mudah dan aktif belajar
micrometer  sekrup, jangka Fisika. Bandung : Setia Purna Inves
sorong, kelereng, pensil baru, 2. Saripudin,A.dkk.2009.Praktis Belajar Fisika
kawat dan,buku fisika untuk Kelas X.Jakarta: Visindo Media Persada
II Kelereng, , stopwatch, meteran, 3. Besaran dan satuan, alat ukur tersedia di
neraca ohaus, busur derajat, 4. Pengukuran tersedia
statip di http://fisikawanhijau.blogspot.co.id
III Jangka sorong, neraca ohaus, 5. Sutiagah, A.2013. Teknik Kelistrikan dan
balok,kelereng Elektronika Instrumentasi.Buku Ajar SMA

H. Penilaian
1. Penilaian Kognitif (KI. III)
1) Teknik penilaian                       : Tes Tertulis
2) Bentuk instrumen                     : Soal essay
3) Instrumen                                 : (terlampir)
4) Panduan penskoran/ bobot      : (terlampir)
5) Rekapan penilaian                    : (terlampir)
2. Penilaian psikomotor (KI. IV)
1) Teknik penilaian                       : Observasi
2) Bentuk instrumen                     : Lembar observasi
3) Instrumen                                 : (terlampir)
4) Panduan penskoran/ bobot       : (terlampir)
5) Rekapan penilaian

Mengetahui, Medan, ___Juli 2017


Ka. SMA Negeri 1 Gomo Peneliti

(_________________________) (Metodius Dedi K. Gulo)

110
LEMBAR KERJA SISWA
MENGUKUR MASSA

Tujuan :
Mengukur besaran massa dengan berbagai alat ukur massa
(neraca/timbangan)
Alat dan bahan
1. Neraca lengan
2. Neraca pegas
3. Koin/benda yang akan diukur
4. Kawat tembaga
5. Kertas

Teori dasar
Di lingkunagn sekitar, kita sering mendapati berbagai kegiatan menimbang massa
benda, seperti menimbang telur, beras, kapasitas muatan truk, bahkan menimbang
emas. Semua kegiatan tersebut menggunaka alat ukur yang berbeda. Namun pada
hakekaktnya semua kegiatan ini merupakan pengukuran massa. Masing-masing
pengukuran membutuhkan ketelitian yang berbeda sehingga alat ukur yang di
gunakan berbeda pula (Nursyamsudin,2004)
Cara kerja
Mengukur massa benda dengan neraca pegas
timbanglah massa benda/koin dengan cara mengaitkan pada neraca pegas lihat
nilai yang tertera pada neraca pegas, lalu tulis pada tebel data pengamatan. Ulangi
sampai 10 kali pengulangan dengan orang yang berbeda. Ulangi langkah a
sampai c dengan kawat tembaga dan kertas.

Mengukur massa benda dengan neraca lengan


timbanglah massa benda/koin dengan cara meletakan di lengan neracalihat nilai
yang tertera pada neraca, lalu tulis pada tebel data pengamatan.Ulangi sampai 5
kali pengulangan dengan orang yang berbeda.Ulangi langkah a sampai c dengan
kawat tembaga dan kertas.

V. Data Hasil Pengamatan


1. Hasil pengukuran massa benda dengan neraca pegas
Pengukuran ke Benda/koin Kawat tembaga Kertas
(m ± ∆m) gr (m ± ∆m) gr (m ± ∆m) gr
1
2
3
4
5
Rata-rata
Ketidakpastian
pengukuran
Error

111
2. Hasil pengukuran massa benda dengan neraca lengan
Pengukuran ke Benda/koin Kawat tembaga Kertas
(m ± ∆m) gr (m ± ∆m) gr (m ± ∆m) gr
1
2
3
4
5
Rata-rata
Ketidakpastian
pengukuran
Error

VI. Analisis Data, Perhitungan dan kesimpulan


Dari hasil pengukuran massa denagn neraca pegas apakah semua benda dapat
diukur denagn neraca lengan?
Dari hasil pengukuran alat ukur manakah yang lebih teliti (presisi) ?
Dari kedua alat pengukur massa tersebut apakah dapat mengukur massa air ?
jelaskan.
Hitunglah nilai rata-rata hasil pengukuran x , kesalahan pengukuran (∆x) dan
Δx
perentase error perhitungan ( x x100%) pada tiap-tiap data pengukuran.
Gunakan persamaan berikut:

∑ xi Δx=
∑ |x i− x|
x=
n n
Dengan x = rata-rata hasil pengukuran
∆x = ketidak pastian pengukuran
∑ xi = jumlah data hasil pengukuran
n = banyaknya pengulangan
Jawab.
                 
                 
                 
                 
                 
                 
 
VII. Kesimpulan

                 

112
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN III

Satuan Pendidikan : SMA 


Kelas/Semester : X/1
Mata Pelajaran : Fisika
Topik : Pengukuran
Waktu : 3 x 3 JP (1 JP = 45 menit)

A.    Kompetensi Inti
KI 1: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya(religius)
KI 2:   Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,
peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan
pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial
dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.(sikap)
KI 3:   Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian
yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah(pengtahuan)
KI 4:  Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah
abstrak  terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah
secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan
(keterampilan proses)
B.     Kompetensi Dasar

3.1 Memahami hakikat fisika dan prinsip-prinsip pengukuran (ketepatan,


ketelitian, dan aturan angka penting)
4.1 Menyajikan hasil pengukuran besaran fisis dengan menggunakan peralatan
dan teknik yang tepat untuk penyelidikan ilmiah

C. Indikator
Pertemuan ketiga:
3.1.7. Menjelaskan operasi-operasi dalam angka penting
3.1.8. Menentukan angka penting hasil pengukuran
4.1.3 Menentukan massa jenis kelereng dan balok dengan aturan operasi angka
penting

113
D.     Pendekatan /Model /Metoda Pembelajaran

Pertemua Pendekata
Model Pembelajaran Metode
n n
I Scientific Student and Diskusi/Tanya
explaining jawab/praktek
II Scientific Student and Diskusi/tanya
explaining jawab/praktek
III Scientific Student and Diskusi/tanya
explaining jawab/praktek

E. Materi Pembelajaran
6. Fakta
a. Orang menimbang  massa  dengan neraca
b. Orang mengukur panjang jalan dengan roll meter
c. Mengukur waktu menggunakan stopwatch pada lomba lari
d. Mengukur diameter kunci menggunakan jangka sorong
7. Konsep
a. Alat ukur
b. Ketepatan dan ketelitian
c. Kesalahan pengukuran
d. Angka penting
8. Prinsip
a. Penulisan hasil pengukuran
b. Menentukan ketelitian, kesalahan/ketidakpastian pengukuran
c. Penggunaan aturan angka penting
9. Prosedur
a. Langkah-langkah melakukan pengukuran panjang, massa, dan waktu
b. Penyajian dan pengolahan data
c. Percobaan pengukuran massa jenis kelereng dan balok

F. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran

114
Kelas Eksperimen (kelompok model pembelajaran student explaining and facilitator
Kegiatan Metode Alokasi
Kegiatan Fase
Guru Siswa Pembelajaran Waktu
Awal 1. Menyampaikan tujuan 1. Membuka pelajaran dan mengucapkan 1. Mendengarkan dan mengucapkan Ceramah 10’
dan memotivasi siswa salam serta mengecek kehadiran siswa salam kepada guru.
2. Apersepsi: 2. Memberikan tanggapan terhadap Tanya jawab
1) Sekarang coba sebutkan pertanyaan guru.
perbedaan mistar, jangka sorong
dan mikrometer sekrup dengan
tepat?
2) Coba anda sebutkan ketelitian dan
ketepatan beberapa alat ukur
panjang?
3. Menyampaikan tujuan pembelajaran 3. Mendengarkan guru Ceramah
yang akan dicapai dan menyampaikan
cakupan materi yang akan dipelajari.
1) Menjelaskan kesalahan dan
ketidakpastian pengukuran
berulang pada pengukuran massa
dan waktu
2) Menentukan ketidakpastian
pengukuran sesuai percobaan
yang dilakukan
Inti 2. Menyampaikan Guru mengulas materi Menjelaskan Mendengarkan guru Ceramah 15’
informasi operasi-operasi dalam angka penting dan
Menentukan angka penting hasil
pengukuran
3. Mengorganisir peserta 1. Peserta didik dibagi menjadi menjadi 3. Mendengarkan dan melaksanakan Ceramah 10’
didik ke dalam kelompok-kelompok dan tiap intruksi dari guru.
kelompok kooperatif kelompok berjumlah 4-5 orang.
2. Peserta didik membagi tugas dalam 4. Memilih anggotanya masing-masing Parktik

115
kelompok untuk melakukan sesuai dengan instruksi dari guru.
pengukuran (menentukan teman yang
mengukur benda sesuai alat ukurnya
masing-masing)
4. Membimbing 1. Guru membimbing operasi-operasi 1. Mendengarkan arahan dan Ceramah 30’
kelompok bekerja dan dalam angka penting. penjelasan dari guru
belajar 2. Guru menjealskan angka penting hasil 2. Peserta didik menyimak penjelasan Ceramah
pengukuran dari guru.

3. Guru membuat parktikum kelompok 3. Peserta didik menyimak penjelasan Ceramah


massa jenis kelereng dan balok dengan dari guru tentang massa jenis
aturan operasi angka penting. kelereng dan balok dengan aturan
operasi angka penting
4. Guru bertanya tentang p operasi- 4. Peserta didik berdiskusi dan Ceramah
operasi dalam angka penting dan menjawab pertanyaan guru tentang
angka penting hasil pengukuran angka penting dan angka penting
hasil pengukuran
5. Siswa dipancing untuk bertanya 5. Berfikir dan memahami pertanyaan Tanya jawab
tentang angka penting dan angka guru tentang angka penting dan
penting hasil pengukuran angka penting hasil pengukuran
5. Evaluasi 1. Guru menginstruksikan Peserta didik 1. Peserta didik berdiskusi bersama Diskusi 40’
berdiskusi bersama kelompok mereka kelompok mereka masing-masing
masing-masing untuk melakukan untuk melakukan percobaan sesuai
percobaan sesuai LKS 03. LKS 03.
2. Guru menginstruksikan peserta didik 2. Peserta didik melakukan percobaan Praktik
melakukan percobaan tentang angka tentang angka penting dan angka
penting dan angka penting hasil penting hasil pengukuran .
pengukuran.
3. Guru menginstruksikan Peserta didik 3. Peserta didik mengamati pembacaan Praktik
mengamati pembacaan skala hasil skala hasil pengukuran oleh masing-
pengukuran oleh masing-masing alat masing alat ukur yang digunakan

116
ukur yang digunakan
4. Guru menginstruksikan Peserta didik 4. Peserta didik menentukan hasil Praktik
menentukan hasil pengukuran angka praktik tentang angka penting dan
penting dan angka penting hasil angka penting hasil pengukuran
pengukuran

5. Guru menginstruksikan Perwakilan 5. Perwakilan dari tiap


dari tiap kelompok  menyampaikan kelompok  menyampaikan Penugasan
hasil pengukuran panjang pada LKS hasil pengukuran panjang pada LKS
02 tentang angka penting dan angka 013  tentang angka penting dan
penting hasil pengukuran angka penting hasil pengukuran
6. Guru menginstruksikan Kelompok lain 6. Kelompok lain menanggapi Tanya jawab
menanggapi presentasi kelompok yang presentasi kelompok yang
bersangkutan bersangkutan
7. Guru menginstruksikan Peserta didik 7. Peserta didik megerjakan soal Penugasan
megerjakan soal berkaitan operasi- operasi-operasi dalam angka penting
operasi dalam angka penting dan angka dan angka penting hasil pengukuran.
penting hasil pengukuran.
8. Guru bersama peserta 8. Bersama sama dengan guru Tanya jawab
didik menyimpulkan materi menyimpulkan materi pembelajaran
pembelajaran dan percobaan yang dan percobaan yang dilakukan
dilakukan
Penutup 6. Memberikan 1. Guru memberikan penghargaan 1. Mendengarkan pengumuman dari Ceramah 10’
penghargaan kepada kelompok terbaik guru tentang kelompok terbaik
2. Memberikan tugas untuk membaca 2. Peserta didik merangkum konsep Penugasan 10’
materi pengukuran berulang pengukuran dan prinsip-prinsip
3. Doa dan salam penutup  penutup dalam pengukuran dan dimensi
pembelajaran

117
Kelas Kontrol (kelompok model pembelajaran Langsung)
Kegiatan Metode Alokasi
Tahap Fase
Guru Siswa Pembelajaran Waktu
Awal 1.Menyampaikan tujuan 1. Guru menyapa siswa dan membuka 1. Siswa menjawab salam guru Ceramah 5’
dan mempersiapkan pembelajaran
siswa 2. Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai 2. Siswa mendengarkan guru Ceramah
dan memotivasi siswa 3. Mendengarkan instruksi guru Ceramah
3. Guru menyiapkan siswa untuk tentang pembelajaran
belajar
Inti 2. Mendemonstrasikan 1. Guru menjelaskan operasi-operasi 1. Siswa mendengarkan penjelasan Ceramah 40’
pengetahuan dan dalam angka penting dan angka dari guru.
keterampilan penting hasil pengukuran
2. Guru menjelaskan tentang angka 2. Siswa mendengarkan penjelasan Ceramah
penting hasil pengukuran dari guru.

3. Membimbing pelatihan Guru memberi bimbingan pelatihan Siswa mengikuti pelatihan dengan Latihan dan tanya 20’
awal atau percobaan massa bola tenis bimbingan dengan guru jawab
dan waktu bola yang berayun
sebanyak 10 kali getaran
4. Mengecek pemahaman 1. Guru memberi pertanyaan setelah 1. Siswa menjawab pertanyaan guru Latihan dan tanya 15’
dan member umpan balik pelatihan awal dilakukan untuk jawab
mengetahui tingkat pemahaman
siswa 2. Siswa mendengarkan guru
2. Guru memberi respon jawaban
siswa
Penutup 5. Memberikan kesempatan 1. Guru memberikan kesempatan 1. Siswa mengerjakan latihan dan Ceramah dan praktik 10’
untukpelatihan lanjutan kepada siswa untuk latihan mandiri praktikum
dan penerapan dan melakukan percobaan massa
jenis kelereng dan balok dengan

118
aturan operasi angka penting
2. Guru memberikan pekerjaan rumah 2. Siswa mencatat tugas dari guru Penugasan
kepada siswa
3. Guru menutup pelajaran dan 3. Siswa menjawab salam dari guru Tanya jawab
memberikan salam penutup

119
G. Sumber Belajar
Pertemua Alat dan bahan Sumber belajar
n
I Mistar/meteran, 1. Indrajit,Didit.2007. Mudah dan aktif belajar
micrometer  sekrup, jangka Fisika. Bandung : Setia Purna Inves
sorong, kelereng, pensil baru, 2. Saripudin,A.dkk.2009.Praktis Belajar Fisika
kawat dan,buku fisika untuk Kelas X.Jakarta: Visindo Media Persada
II Kelereng, , stopwatch, meteran, 3. Besaran dan satuan, alat ukur tersedia di
neraca ohaus, busur derajat, 4. Pengukuran tersedia
statip di http://fisikawanhijau.blogspot.co.id
III Jangka sorong, neraca ohaus, 5. Sutiagah, A.2013. Teknik Kelistrikan dan
balok,kelereng Elektronika Instrumentasi.Buku Ajar SMA

H. Penilaian
3. Penilaian Kognitif (KI. III)
1) Teknik penilaian                       : Tes Tertulis
2) Bentuk instrumen                     : Soal essay
3) Instrumen                                 : (terlampir)
4) Panduan penskoran/ bobot      : (terlampir)
5) Rekapan penilaian                    : (terlampir)
4. Penilaian psikomotor (KI. IV)
1) Teknik penilaian                       : Observasi
2) Bentuk instrumen                     : Lembar observasi
3) Instrumen                                 : (terlampir)
4) Panduan penskoran/ bobot       : (terlampir)
d. Rekapan penilaian

Mengetahui, Medan, ___Juli 2017


Ka. SMA Negeri 1 Gomo Peneliti

(_________________________) (Metodius Dedi K. Gulo)

120
MATERI PEMBELAJARAN
ANGKA PENTING

Dalam kehidupan sehari-hari, terkadang perubahan kecil pada angka tidak terlalu
berpengaruh. Namun, dalam fisika terutama penelitian dan pengukuran mengenai
atom, perubahan angka sangat berarti. Perubahan angka dapat menebabkan
perbedaan jenis dan kuantitas yang diamati. Oleh karena itu, cara penulisan angka
hasil pengukuran sangatlah penting untuk dipahami. Semua angka yang diperoleh
dari hasil pengukuran yang terdiri dari angka eksak dan satu angka terakhir yang
diragukan merupakan angka penting. Dalam penulisan angka penting, terdapat
lima aturan yang menentukan suatu angka termasuk angka penting atau bukan.
Angka penting adalah angka yang didapat dari hasil pengukuran yang terdiri dari
angka pasti dan angka taksiran.

Nilai setiap hasil pengukuran merupakan angka penting. Seperti keterangan di


atas angka penting terdiri dari dua bagian. Pertama angka pasti yaitu angka yang
ditunjukkan pada skala alat ukur dengan nilai yang ada. Kedua angka taksiran
yaitu angka hasil pengukuran yang diperoleh dengan memperkirakan nilainya.
Nilai ini muncul karena yang terukur terletak diantara skala terkecil alat ukur.
Dalam setiap pengukuran hanya diperbolehkan memberikan satu angka taksiran.

Semua angka-angka hasil pengukuran adalah bagian dari angka penting. Namun,
tidak semua angka hasil pengukuran merupakan angka penting. Berikut ini
merupakan aturan penulisan nilai dari hasil pengukuran. Semua angka bukan nol
merupakan angka penting. Jadi, 548 memiliki 3 angka penting dan 1,871 memiliki
4 angka penting. Angka nol yang terletak di antara dua angka bukan nol termasuk
angka penting. Jadi, 2,022 memiliki 4 angka penting. Angka nol yang terletak di
sebelah kanan tanda koma dan angka bukan nol termasuk angka penting.
Misalnya 4,500, memiliki 3 angka penting. Angka nol yang terletak di sebelah kiri
angka bukan nol, baik yang terletak di sebelah kiri maupun di sebelah kanan koma
desimal, bukan angka penting. Jadi, 0,63 memiliki 2 angka penting dan 0,008
memiliki 1 angka penting.
Penjumlahan dan Pengurangan
Oprasi penjumlahan dan pengurangan angka-angka penting, hasilnya hanya boleh
mengandung satu angka taksiran ( angka yang diragukan ).
Contoh :
Jumlahkan 363,219 kg, 6,43 kg dan 16,5 kg
363,219 9 angka taksiran
6,43 3 angka taksiran
16,5 5 angka taksiran +
386,149 dibulatkan 386,1 karena hanya boleh mengandung satu angka taksiran

Jumlahkan 4,74 x 1014 kg dan 6,950 x 103 kg


4,74 x 104 = 4,74 x 104 4 angka taksiran
3 3
6,950 x 10 = 6,950 x 10 +  0 angka taksiran

121
54,350 x 103 = dibulatkan 54,4 x 103 ,karena hanya boleh mengandung satu angka
dan dalam notasi ilmiah di tulis 5,44 x 104

Kurangi 578,39 m dengan 312 m


578,39  9 angka taksiran
312 -  2 angka taksiran
266,39 = 266 m karena hanya boleh mengandung satu angka taksiran

Kurangi 5,4 x 102 m dengan 165 m


540 m  4 angka taksiran
165  5 angka taksiran
375 = 280 karena hanya boleh mengandung saatu angka taksiran
Agar jelas banyak angka pentingya, maka ditulis dalam bentuk notasi ilmiah 2,8 x
102 m

Hasil pengukuran Tuggal pada Mistar


Skala terkecil pada mistar adalah 1 mm, oleh karena itu ketidakpastian pada
sebuah mistar adalah : Sebagai contoh hasil dapat dilihat pada gambar 1.1. jika
kita perhatikan bahwa hasil pengukuran adalah 1,4 cm lebih. Angka kelebihan itu
kita taksirkan 1. Maka hasil pengukuran panjang sebuah benda kita laporkan :
Panjang I = x + x
= (1,41 + 0,05) cm
01
 Oleh karena ketidakpastian mengandung 2 angka dibelakang koma, maka hasil
pengukurannya kita laporkan dalam dua desimal. Dengan demikian nilai besaran
fisis setelah diadakan pengukuran satu kali xₒ dapat sekitar 1,36 cm ; antara 1,46
dan 10,20 cm. Secara statistik ditulis : 1,36 <xₒ< 1,46. Angka penting adalah
angka hasil pengukuran.Semua angka bukan nol adalah angka penting. Angka nol
merupakan angka penting:

Jika bilangannya berupa desimal (ada tanda koma), angka nol disebelah kanan
angka bukan nol yang pertama adalah angka penting.
Jika bilangannya tanpa ada tanda koma, angka nol disebelah kanan angka bukan
nol yang pertama adalah bukan angka penting.

OPERASI ANGKA PENTING


Aturan pembulatan angka penting.
1. Jika angka terakhir lebih kecil dari 5, bulatkan ke bawah.
2. Jika angka terakhir lebih besar dari 5 bulatkan ke atas.
3. Jika angka terakhir sama dengan 5 maka lihat angka sebelum 5:
4. Jika bilangan genap bulatkan ke bawah.
5. Jika bilangan ganjil bulatkan ke atas.

122
Penjumlahan dan pengurangan angka penting.
Aturan penulisan hasilnya adalah memiliki banyak angka penting dibelakang
koma yang yang paling sedikit diantara angka-angka yang dijumlahkan atau
dikurangkan.

Perkalian dan pembagian angka penting.


Aturan penulisan hasilnya adalah memiliki banyak angka penting yang paling
sedikit diantara angka-angka yang dikalikan atau dibagi.

Contoh Soal dan Pembahasan


1. Pada pengukuran panjang benda diperoleh hasil pengukuran 0,07060 m.
Banyaknya angka penting hasil pengukuran tersebut adalah...
a.    Dua
b.    Tiga
c.    Empat
d.   Lima
e.    Enam 
Pembahasan:
Angka 7 dan 6 adalah angka penting karena angka bukan nol.
Hasil pengukuran pada soal berupa desimal (ada tanda koma) sehingga dua
angka 0 yang pertama bukan angka penting karena terletak disebelah kiri angka
bukan nol yang pertama (angka 7).Dua angka nol lainnya adalah angka penting
karena terletak disebelah kanan angka bukan nol yang pertama. Jadi, banyak
angka penting empat.
Jawaban: c
2. Seorang anak mengukur panjang tali diperoleh angka 0,50300 m. Maka
banyak angka penting hasil pengukuran tersebut adalah...
a.    6
b.    5
c.    4
d.   3
e.    2
Pembahasan:
Angka 5 dan 3 adalah angka penting karena angka bukan nol.
Hasil pengukuran pada soal berupa desimal (ada tanda koma) sehingga angka 0
yang pertama bukan angka penting karena terletak disebelah kiri angka bukan
nol yang pertama (angka 5).Angkanol lainnya adalah angka penting karena
terletak disebelah kanan angka bukan nol yang pertama. ,Jadi, banyak angka
penting ada lima.
Jawaban: b
3. Hasil penjumlahan dari 2,30 cm + 1,1 cm menurut aturan angka penting
adalah...
a.    2,40 cm
b.    2,41 cm
c.    2,4 cm

123
d.   3,40 cm
e.    3,4 cm

Pembahasan:
Hitung terlebih dahulu dua angka tersebut dengan cara biasa.

Menentukan banyak angka penting yang paling sedikit dibelakang koma


diantara angka yang dijumlahkan. 2,30 cm memiliki dua angka penting
dibelakang koma (angka 3 dan 0). 1,1 cm memiliki satu angka penting
dibelakang koma (angka 1). Jadi yang paling sedikit adalah satu angka penting
dibelakang koma sehingga hasilnya harus memiliki angka penting dibelakang
koma sebanyak satu angka. Angka 3,40 cm dibulatkan menjadi 3,4 cm.
Jawaban: e
4. Hasil pengurangan dari 4,551 gram – 1,21 gram menurut aturan angka
penting adalah...
a.    3,3 gram
b.    3,34 gram
c.    3,341 gram
d.   4,67 gram
e.    4,671 gram

Pembahasan:
Hitung terlebih dahulu dua angka tersebut dengan cara biasa.

Menentukan banyak angka penting yang paling sedikit dibelakang koma diantara
angka yang dikurangi. 4,551 gram memiliki tiga angka penting dibelakang koma
(angka 5, 5, dan 1). 1,21 gram memiliki dua angka penting dibelakang koma
(angka 2 dan 1). Jadi yang paling sedikit adalah dua angka penting dibelakang
koma sehingga hasilnya harus memiliki angka penting dibelakang koma sebanyak
dua angka. Angka 3,341 gram dibulatkan menjadi 3,34 gram.

124
LEMBAR KERJA SISWA

ANGKA PENTING

Tujuan : Melakukan operasi bilangan berdasarkan angka penting

1. Berapakah jumlah angka penting dan angka taksirannya berikut :


a. 13, 45 kg = 4ap 5at
b. 200300000 m = 4ap 3at
c. 13,500 g = 5ap 0at
d. 0,0025oC =2ap 5at
e. 80000 s =1ap 8at
f. 509000 g =5ap 0at
g. 12,00 m/s =4ap 0at
h. 8,0007 kg=5ap 7at
i. 2,4 x 109 m =2ap 4at
j. 2,40 x 109 m= 3ap 0at

2. Selesaikan operasi-operasi matematika berikut:


a. 525000 + 9540 = 534540 = 534000
b. 76,04 cm3 – 30,045 cm3 = 35,995 = 36,000
c. 8,58 cm x 15 = 128,7 = 129 cm
d. (1,6 m)3= 4,096 = 4,1 m3
e. √3 729 m3 =9,00 m
Tabel 1. Hasil pengukuran balok
M JS MS Banyaknya Angka Penting Angka Taksir
Mistar Jangka Mikrometer Mistar Jangk Mikrometer
sorong sekrup a sekrup
sorong
Panjang 5,6 5,638 - 2 4 - 6 8 -
cm cm
Lebar 1,8 1,810 1,809 2 4 4 8 0 9
cm cm cm
Tinggi 1,8 1,814 1,813 2 4 4 8 4 3
cm cm cm

3. Dalam pengukuran panjang, lebar, dan tinggi sebuah balok diperoleh data
seperti diatas. Tentukanlah :

125
a. Keliling balok dengan hasil pengukuran menggunakan mistar = 36,8 cm
b. Keliling balok dengan hasil pengukuran menggunakan jangka sorong =
37,048cm
c. Luas balok dengan hasil pengukuran menggunakan mistar = 46,8= 47
d. Luas balok dengan hasil pengukuran menggunakan jangka sorong =
47,430904 =47,43
e. Volume balok dengan hasil pengukuran menggunakan mistar =18.144 = 18
f. Volume balok dengan hasil pengukuran menggunakan jangka sorong =
18,51

Tabel 2. Hasil pengukuran massa

Neraca Neraca Banyaknya Angka Penting


Ohauss Lengan
Kertas 0,23 gram 0,2 gram 2 1
Logam 294,58 gram 295 gram 5 3
4. Dalam pengukuran massa kertas diperoleh data seperti diatas, tentukanlah :
a. Penjumlahan massa logam dan kertas dengan hasil pengukuran
menggunakan neraca Ohauss = 294,81
b. Penjumlahan massa logam dan kertas dengan hasil pengukuran
menggunakan neraca lengan = 295
c. Selisih massa logam dan kertas dengan menggunakan neraca Lengan =
294,8=295

Selisih massa logam dan kertas dengan menggunakan neraca Ohauss = 294,35
Kesimpulan:

__________________________________________________________________

__________________________________________________________________

__________________________________________________________________

__________________________________________________________________

126
Lampiran 3. Kisi-Kisi Instrumen Tes
No Indikator Soal Koognitif Penyelesaian Jawaban
1 Menjelaskan Diantara kelompok besaran berikut, C1 Penyelesaian: B
konsep yang termasuk kelompok besaran Yang termasuk besaran pokok adalah panjang, massa, waktu,
pengukuran, pokok dalam Sistem Internasional kuat arus listrik, suhu, jumlah zat dan intensitas cahaya.
dimensi suatu adalah .
besaran A. panjang, luas, waktu, jumlah zat
B. kuat arus, intersitas cahaya, suhu,
waktu
C. volume, suhu, massa, kuat arus
D. kuat arus, panjang, massa, tekanan
E. intensitas cahaya, kecepatan,
percepatan, waktu
Dimensi daya adalah…. C3 Penyelesaian; E
A.MLT-3 Satuan daya adalah watt. Karena watt = Joule/Second dan
B.MLT-2 joule + N x m,
C.ML2T-1 maka,
D.ML2T-2
E.ML2T -3

Hubungan antara volume , tekanan C4 Penyelesaian: C


(P), suhu (T), serta jumlah molekul dimensi dari V = L3
atau partikel gas (n) ditentukan dengan P = ML-1T-2
persamaan sebagai berikut: , dimana R n=N
adalah tetapan gas umum. Rumus T=T
dimensi dari tetapan gas umum (R)
tersebut adalah….

127
A. MLTN -1ɵ-1
B. ML-2TN-1ɵ-1
C. ML-2T-2N-1ɵ-1 Maka dimensi dari R adalah
D. ML2T2N-1ɵ-1 Dimana M adalah dimensi dari massa, T adalah dimensi dari
E. MLT-2Nɵ-1 waktu, N adalah dimensi darijumlah pertikel zat dan ɵ adalah
dimensi dari Intensitas cahaya
Alat ukur manakah yang cocok untuk C2 Penyelesaian; B
digunakan mengukur diameter dalam Alat ukur yang cocok digunakan untuk mengukur diameter tutup
tutup botol…. botol adalah jangka sorong.
A. mistar
B. jangka sorong
C. mikrometer sekrup
D. neraca
E. rollmeter
Rumus dimensi momentum adalah. C3 Penyelesaian; C
A.MLT2
B.ML-1T Satuan momentum adalah
C.MLT-1
= MLT-1
D.ML-2T2
E.ML-1T-1
Dimensi dari berat jenis adalah…. C3 Penyelesaian; D
A. ML-1T-4
B. M2LT-2 Satuan dari berat jenis adalah , karena:
C. ML-2T-1
D. ML-2T-2
E. MLT-2 Jadi dimensi dari berat jenis adalah ML -2T -2
Radius sebuah bola pejal 6,50 cm. C3 Penyelesaian: D
Berapakah luas permukaan dan
volume bola! r bola =

128
A. 143,722 cm3
Lpermukaan bola =
B. 143,7 cm3
C. 143,70 cm3
D. 143,72 cm3 Vbola pejal =
E. 143,72 cm2 luas permukaan dan volume bola adalah 143,72 cm3
Satuan tekanan jika dinyatakan dalam C3 Penyelesaian; D
Sistem Internasional (SI) adalah….
A. kg.m.s Satuan tekanan dalam Sistem Internasional adalah kg.m -1.s-2.
B. kg.m.s-1
C. kg.m-1.s-1
D. kg.m-1.s-2
E. kg.m-2.s-2
C5 Penyelesaian C
Suatu fungsi , dengan
satuan dari A, B, C dan D berturut- maka dimensi dari E adalah ML-2 dengan M adalah dimensi
turut adalah S-1, m, N dan m2, maka massa dan L adalah dimensi panjang
dimensi dari E adalah….
2 Mampu  menguku Pengukuran menggunakan mikrometer C2 Penyelesaian; D
r panjang sekrup diperoleh hasil sebagai berikut: Dimensi besaran ML-1T-2.
menggunakan A. gaya M = kg
mistar, jangka B. energi L=m
sorong dan T=s
C. daya
mikrometer sekrup ML-1T-2 = kg.m-1.s-2 ini adalah satuan dari tekanan.
dengan tepat dan D. tekanan
teliti E. momentum
3 Menentukan Dari hasil pengukuran panjang batang C3 Penyelesaian; B
ketelitian dan baja dan besi masing-masing 1,257 m p = p1 + p2
ketepatan dan 4,12 m, Jika kedua batang P = 1,257 m + 4,12 m
beberapa alat ukur disambung, maka berdasarkan aturan P = 5,377 m
panjang penulisan angka penting, panjangnya Menurut penulisan angka penting p = 5,38 m.

129
adalah ….
A. 5,380 m
B. 5,38 m
C. 5,377 m
D. 5,370 m
E. 5,37 m

4 Menyajikan data Jika pengukuran panjang mengunakan C3 Penyelesaian: C


hasil pengukuran mistar menunjukkan nilai 2 cm, maka Alasan
tunggal beserta penulisan yang lengkap dengan ΔΧ = ½ x 1 mm.
ketidakpastiannya ketidakpastiannya adalah.... = 0,5 mm.
A. 2 ± 5 cm = 0,05 cm.
B. 2 ± 0,5 cm misalnya x = p
C. 2 ± 0,05 cm dimana p = 2 cm maka x = 2 cm.
D. 2 ± 0,005 cm
Maka panajng L = x ± ΔΧ

130
E. 2 ± 0,0005 cm = (2 ± 0,05) cm.
penulisan yang lengkap dengan ketidakpastiannya adalah (2 ±
0,05) cm.
Dari hasil pengukuran panjang, lebar C3 Penyelesaian; A
dan tinggi suatu balok adalah 5,70 cm, L=pxlxt
2,45 cm dan 1,62 cm. Volume balok = 5,70 cm x 2,45 cm x 1,62 cm
dari hasil pengukuran tersebut adalah . = 22,6233 cm3
A. 22,6 cm3 Menurut penulisan angka penting adalah 22,6 cm3.
B. 22,60 cm3
C. 22,62 cm3
D. 22,623 cm3
E. 23,00 cm3
5 Melakukan Hasil pengukuran panjang dan lebar C3 Penyelesaian; A
pengukuran suatu ruangan adalah 3,8 m dan 3,2 m. L=pxl
panjang Luas ruangan itu menurut aturan =3,8 m x 3,2 m
menggunakan alat penulisan angka penting adalah . = 12,16m2
ukur yang sesuai A. 12 m2 Menurut penulisan angka penting adalah 12 m2.
B. 12,1 m2
C. 12,16 m2
D. 12,20 m2
E. 12,2 m2
6 Menjelaskan Massa suatu benda 125 gram dan C3 Penyelesaian; C
kesalahan dan volumenya 0,625 liter, maka massa
ketidakpastian jenisnya jika dinyatakan dalam SI
pengukuran adalah ….
berulang pada A. 500 kg.m-3
pengukuran massa B. 250 kg.m-3
dan waktu C. 200 kg.m-3
D. 0,5 kg.m-3
E. 0,005 kg.m-3

131
Periode planet Merkurius adalah 88 C4 Penyelesaian: E
hari. Nyatakan periode dalam jam, 1 jam = 60 menit
menit, dan detik! 1 menit = 60 detik
A. 2.112 jam, 2.27 X 104 menit, 1 hari = 24 jam = 1.440 menit = 86.400 detik.
7,6 x 106 detik 1 hari = 24 jam ⇒88 hari = 88 x 24 jam = 2.112 jam.
B. 2.112 jam, 2.27 X 105 menit, 1 hari = 1.440 menit ⇒88 hari = 88 x 1.440 menit = 126.720
7,6 x 10-6 detik menit = 1,27 x 105 menit.
C. 2.12 jam, 2.27 X 105 menit, 1 hari = 86.400 detik⇒88 hari = 88 x 86.400 detik = 7.603.200
7,6 x 106 detik detik = 7,6 x 106 detik.
D. 2.112 jam, 2.277 X 105 menit, Periode dalam Jam adalah 2.112
7,6 x 106 detik Periode dalam Menit adalah 1,27 x 105 menit.
E. 2.112 jam, 2.27 X 105 menit, Periode dalam Detik adalah 7,6 x 106 detik
7,6 x 106 detik
Massa kosong sebuah tangki adalah C3 Penyelesaian: B
3,66 kg. Ketika diisi air sampai
ketinggian tertentu, massanya menjadi
51,7 kg. Berapakah massa air dalam Menurut penulisan angka penting mair adalah 48,0 kg.
tangki tersebut? Massa air dalam tangki tersebut adalah 48,0 kg.
A. 48,00 kg
B. 48,0 kg
C. 48 kg
D. 48 N
E. 48,0 N
Berikut ini yang termasuk dalam C1 Penyelesaian; D
kelompok besaran turunan adalah…. kata kecuali diatas mengacu pada yang buka besaran turunan,
A. kecepatan, percepatan, waktu jadi yang dimaksud dari soal ini adalah besaran pokok jadi
jawabannya luas, volume, kecepatan
B. panjang, berat, waktu
C. tekanan, jumlah zat, waktu
D. luas, volume, kecepatan

132
E. panjang, massa, gaya
Besar massa jenis raksa ialah 13,6 C3 Penyelesaian; E
gram/cm3. Dalam Sistem
Internasional (SI) besarnya adalah….
A. 1,36 kg/m3
B. 13,6 kg/m3
C. 136 kg/m3
D. 1.360 kg/m3
E. 13.600 kg/m3

Pada hukum Boyle jika P adalah C4 Penyelesaian; B


tekanan dan V adalah volume maka Dalam rumus PV=k, P itu adalah tekanan yang bersatuan,
dimensi k adalah…. sedang kan V adalah volume yang bersatuan m3. Dari sini kita
A. daya
dapat satuan yang dimiliki k yaitu .
B. usaha
Karena N x m = joule dan joule merupakan satuan dari energi
C. momentum linear maupun usaha maka k mempunyai dimensi yang sama dengan
D. suhu usaha.
E. konstanta pegas
Dari gambar di bawah ini, cara C4 Penyelesaian: A
pembacaan a dan c merupakan Kesalahan paralaks merupakan kesalahan baca yang terjadi
kesalahan.... karena kurang tepat menempatkan posisi pandangan mata saat
melihat angka pengukuran.
Maka cara pembacaan a dan c merupakan kesalahan paralaks.

133
A. K
e
s
a
l
a
han paralaks merupakan kesalahan
baca yang terjadi karena kurang
tepat menempatkan posisi
pandangan mata saat melihat
angka pengukuran
B. Kesalahan paralaks merupakan
kesalahan baca yang terjadi karena
kesalahan alat angka pengukuran
C. Kesalahan paralaks merupakan
kesalahan baca yang terjadi karena
ketelitian pembacaan alat karena
cahaya yang tidak maksimal
D. Kesalahan paralaks merupakan
kesalahan baca yang terjadi karena
posisi penempatan alat yang
ditempatkan tidak sesuai untuk
kegunaan yang diperlukan
E. Kesalahan paralaks merupakan
kesalahan yang terjadi karena
ketidakmahiran pengguna alat
dalam mengoperasikan, sehingga
tidak berfungsi dengan baik
Seorang anak membeli gula di warung C6 Penyelesaian: B
dan mengatakan, “berat gula yang Pernyataan tersebut salah karena berat memiliki satuan N yaitu

134
dibeli adalah 1 kg.” benarkah newton, sedangkan kilogram adalah satuan dari massa.
pernyataan anak itu?Berikan
alasanmu!
A. Pernyataan tersebut slah karena
berat memiliki satuan W yaitu
newton
B. Pernyataan tersebut salah karena
berat memiliki satuan N yaitu
newton
C. Pernyataan tersebut salah karena
berat memiliki satuan N yaitu
jumlah zat
D. Pernyataan tersebut benar karena
berat memiliki satuan kg yaitu
newton
E. Pernyataan tersebut salah karena
berat memiliki satuan kg yaitu
newton
Sekarung beras massanya 1,3 kuintal. C2 Penyelesaian E
Berpakah massa beras dalam ton, Jawab 1 ton = 1000 kg
kilogram, dan pound! 1 kuintal = 100 kg
A. 0.13 ton, 130 kg, 286 pouns 1 pound = 0,4536 kg
B. 0.13 ton, 130 kg, 286 pouns Karena 1 ton 1000 kg, maka 1 kuintal =
C. 130 ton, 286 kg, 130 pouns
D. 0.130 ton, 130 kg, 286 pouns Karena 1 kuintal = 100 kg, maka 1,3 kuintal = 1,3 x 100 kg =
E. 0.13 ton, 130 kg, 286 pouns 130 kg.

Karena 1 pound = 0,4536 kg, maka 1 kg =

massa beras dalam ton adalah 0,13

135
massa beras dalam kilogram adalah 130 kg
massa beras dalam pound adalah 286
7 Menentukan Hasil dari pengukuran gambar C4 Penyelesaian C
ketidakpastian dibawah ini adalah..... Dari gambar terlihat bahwa skala utama dari micrometer sekrup
pengukuran sesuai adalah 4 mm dan skala noniusnya menunjukkan angka 30, maka
percobaan yang Skala utama = 4 mm
dilakukan Skala nonius = 30 x 0,01
= 0,30 mm
Hasil pengukuran = 4 mm + 0,30 mm
= 4,30 mm.
Besaran yang memiliki dimensi ML- Hasil dari pengukuran gambar tersebut adalah 4,30 mm.
1T-2 adalah besaran….
A. 4,25 mm
B. 4,28 mm
C. 4,30 mm
D. 4,32 mm
E. 4,35 mm
8 Menentukan Hasil pengukuran pelat seng panjang C3 Penyelesaian; D
operasi-operasi 1,50 cm dan lebarnya 1,20 cm. Luas L=pxl
dalam angka pelat seng menurut aturan penulisan =1,50 cm x 1,20 cm
penting dan angka penting adalah …. = 1,800 cm2
Pengukuran A. 1,8012 cm2 Menurut penulisan angka penting adalah 1,80 cm2.
B. 1,801 cm2
C. 1,800 cm2
D. 1,80 cm2
E. 1,8 cm2
Lima siswa mengukur panjang C5 Penyelesaian: D
sebatang kayu dengan sebuah mistar. Dilihat dari data diatas data yang terbanyak adalah 63,66 cm,
Hasil pengukuran mereka dinyatakan kita anggap bahwa hasil tersebut merupakan hasil yang benar
sebagai berikut: 63,65 cm, 63,64 cm, jadi hasil yang mendekati 63,66 cm yaitu 63,65 cm, 63, 64 cm

136
63,58 cm, 63,66 cm, dan 63,66 cm. juga dianggap benar.
seorang siswa melakukan kesalahan Maka yang hasilnya paling jauh adalah hasil pengukuran yang
membaca alat ukur. Siswa yang salah yaitu 63,58 cm.
manakah itu? Dengan menghilangkan Dengan menghilang 63,58 cm maka rata-rata yang diperoleh
data yang salah, Berapakah panjang adalah 63,655 cm.
rata-rata batang kayu! Menurut aturan angka penting maka hasil rata-rata yang
A. 63,6 cm diperoleh adalah 63,66 cm.
B. 63,655 cm
C. 63,65 cm
D. 63,66 cm
E. 63,70 cm
Berikut hasil pengukuran dengan C2 Penyelesaian: C
mikrometer sekrup. Jika diketahui SU Skala utama ( SU ) =5
= 5, SN = 14 maka hasil pengukuran Skala nonius ( SN ) = 14
(mm) yang diperoleh adalah.... HP (hasil pengukuran) = SU=SN.Nst
A. 5,14 ± 0,1 mm. = 5 + 14 ± 0,01
B. 5,14 ± 0,001 mm. = 5,14 ± 0,01mm
C. 5,14 ± 0,01 mm. maka hasil pengukuran yang diperoleh adalah
D. 5,14 ± 0,01 cm. = 5,14 ± 0,01 mm.
E. 5,14 ± 0,01 dm.
9 Menentukan angka Hasil pengukuran panjang dan lebar C3 Penyelesaian; E
penting hasil suatu persegi panjang masing-masing L=pxl
pengukuran 12,61 cm dan 5,2 cm. Menurut aturan =12,61 cm x 5,2 cm
penulisan angka penting, luas = 65,572 cm2
bangunan tersebut adalah …. Menurut penulisan angka penting hasil dari perkalian harus
A. 65 cm2 dibulatkan sehinnga memiliki angka penting sebanyak faktor
B. 65,572 cm2 tersedikit angka pentingnya menjadi 66 cm2.
C. 65,275 cm2
D. 65,60 cm2
E. 66 cm2

137
Jarak antar dua titik adalah 80 cm C2 Penyelesaian: C
dengan menngunakan mistar panjang. 1 km = 100000 cm
Jarak tersebut jika diubah dalam mm 80 cm = 80/100000 km = 8.10-4 km = 0,8 m
adalah..... 8.10-4 km = 0,8 m
a b 0,8 m = 8 dm
80 cm 0,8 dm = 800 mm
A. 8 mm Jarak tersebut jika diubah dalam mm adalah 800 mm
B. 80 mm
C. 800 mm
D. 8000 mm
E. 80000 mm

138
Lampiran 4. Instrumen Tes Penelitian

4. Diantara kelompok besaran berikut, yang termasuk kelompok besaran


pokok dalam Sistem Internasional adalah .
A. panjang, luas, waktu, jumlah zat
B. kuat arus, intersitas cahaya, suhu, waktu
C. volume, suhu, massa, kuat arus
D. kuat arus, panjang, massa, tekanan
E. intensitas cahaya, kecepatan, percepatan, waktu
5. Dimensi daya adalah….
-3
A.MLT
B.MLT-2
C.ML2T-1
D.ML2T-2
E.ML2T -3
3. Hubungan antara volume , tekanan (P), suhu (T), serta jumlah molekul atau partikel
gas (n) ditentukan dengan persamaan sebagai berikut:, dimana R adalah tetapan gas
umum. Rumus dimensi dari tetapan gas umum (R) tersebut adalah….
A. MLTN -1ɵ-1
B. ML-2TN-1ɵ-1
C. ML-2T-2N-1ɵ-1
D. ML2T2N-1ɵ-1
E. MLT-2Nɵ-1
4. Alat ukur manakah yang cocok untuk digunakan mengukur diameter dalam tutup
botol….
A. mistar
B. jangka sorong
C. mikrometer sekrup
D. neraca
E. rollmeter
5. Rumus dimensi momentum adalah.
A.MLT2
B.ML-1T
C.MLT-1
D.ML-2T2
E.ML-1T-1
6. Dimensi dari berat jenis adalah….
A. ML-1T-4
B. M2LT-2
C. ML-2T-1
D. ML-2T-2
E. MLT-2

139
7. Radius sebuah bola pejal 6,50 cm. Berapakah luas permukaan dan volume bola!
F. 143,722 cm3
G. 143,7 cm3
H. 143,70 cm3
I. 143,72 cm3
J. 143,72 cm2
8. Satuan tekanan jika dinyatakan dalam Sistem Internasional (SI) adalah….
A. kg.m.s
B. kg.m.s-1
C. kg.m-1.s-1
D. kg.m-1.s-2
E. kg.m-2.s-2

9. Suatu fungsi , dengan satuan dari A, B, C dan D berturut-turut adalah


S-1, m, N dan m2, maka dimensi dari E adalah….
Pengukuran menggunakan mikrometer sekrup diperoleh hasil sebagai berikut:
A. gaya
B. energi
C. daya
D. tekanan
E. momentum
10. Dari hasil pengukuran panjang batang baja dan besi masing-masing 1,257 m dan
4,12 m, Jika kedua batang disambung, maka berdasarkan aturan penulisan angka
penting, panjangnya adalah ….
A. 5,380 m
B. 5,38 m
C. 5,377 m
D. 5,370 m
E. 5,37 m
11. Jika pengukuran panjang mengunakan mistar menunjukkan nilai 2 cm, maka
penulisan yang lengkap dengan ketidakpastiannya adalah....
A. 2 ± 5 cm
B. 2 ± 0,5 cm
C. 2 ± 0,05 cm
D. 2 ± 0,005 cm
E. 2 ± 0,0005 cm
12. Dari hasil pengukuran panjang, lebar dan tinggi suatu balok adalah 5,70 cm, 2,45
cm dan 1,62 cm. Volume balok dari hasil pengukuran tersebut adalah .
A. 22,6 cm3
B. 22,60 cm3
C. 22,62 cm3
D. 22,623 cm3
E. 23,00 cm3
13. Hasil pengukuran panjang dan lebar suatu ruangan adalah 3,8 m dan 3,2 m. Luas

140
ruangan itu menurut aturan penulisan angka penting adalah .
A. 12 m2
B. 12,1 m2
C. 12,16 m2
D. 12,20 m2
E. 12,2 m2
14. Massa suatu benda 125 gram dan volumenya 0,625 liter, maka massa jenisnya jika
dinyatakan dalam SI adalah ….
A. 500 kg.m-3
B. 250 kg.m-3
C. 200 kg.m-3
D. 0,5 kg.m-3
E. 0,005 kg.m-3
15. Periode planet Merkurius adalah 88 hari. Nyatakan periode dalam jam, menit, dan
detik!
A. 2.112 jam, 2.27 X 104 menit, 7,6 x 106 detik
B. 2.112 jam, 2.27 X 105 menit, 7,6 x 10-6 detik
C. 2.12 jam, 2.27 X 105 menit, 7,6 x 106 detik
D. 2.112 jam, 2.277 X 105 menit, 7,6 x 106 detik
E. 2.112 jam, 2.27 X 105 menit, 7,6 x 106 detik
16. Massa kosong sebuah tangki adalah 3,66 kg. Ketika diisi air sampai ketinggian
tertentu, massanya menjadi 51,7 kg. Berapakah massa air dalam tangki tersebut?
F. 48,00 kg
G. 48,0 kg
H. 48 kg
I. 48 N
J. 48,0 N
17. Pada hukum Boyle jika P adalah tekanan dan V adalah volume maka dimensi k
adalah….
A. daya
B. usaha
C. momentum linear
D. suhu
E. konstanta pegas
18. Dari gambar di bawah ini, cara pembacaan a dan c merupakan kesalahan....

141
A. Kesalahan paralaks merupakan kesalahan baca yang terjadi karena kurang tepat
menempatkan posisi pandangan mata saat melihat angka pengukuran
B. Kesalahan paralaks merupakan kesalahan baca yang terjadi karena kesalahan alat
angka pengukuran
C. Kesalahan paralaks merupakan kesalahan baca yang terjadi karena ketelitian
pembacaan alat karena cahaya yang tidak maksimal
D. Kesalahan paralaks merupakan kesalahan baca yang terjadi karena posisi penempatan
alat yang ditempatkan tidak sesuai untuk kegunaan yang diperlukan
E. Kesalahan paralaks merupakan kesalahan yang terjadi karena ketidakmahiran
pengguna alat dalam mengoperasikan, sehingga tidak berfungsi dengan baik
19. Seorang anak membeli gula di warung dan mengatakan, “berat gula yang dibeli
adalah 1 kg.” benarkah pernyataan anak itu?Berikan alasanmu!
A. Pernyataan tersebut slah karena berat memiliki satuan W yaitu newton
B. Pernyataan tersebut salah karena berat memiliki satuan N yaitu newton
C. Pernyataan tersebut salah karena berat memiliki satuan N yaitu jumlah zat
D. Pernyataan tersebut benar karena berat memiliki satuan kg yaitu newton
E. Pernyataan tersebut salah karena berat memiliki satuan kg yaitu newton
20. Sekarung beras massanya 1,3 kuintal. Berpakah massa beras dalam ton, kilogram,
dan pound!
A. 0.13 ton, 130 kg, 286 pouns
B. 0.13 ton, 130 kg, 286 pouns
C. 130 ton, 286 kg, 130 pouns
D. 0.130 ton, 130 kg, 286 pouns
E. 0.13 ton, 130 kg, 286 pouns
Hasil dari pengukuran gambar dibawah ini adalah.....

21. Besaran yang memiliki dimensi ML-1T-2 adalah besaran….


A. 4,25 mm
B. 4,28 mm
C. 4,30 mm
D. 4,32 mm
E. 4,35 mm
22. Hasil pengukuran pelat seng panjang 1,50 cm dan lebarnya 1,20 cm. Luas pelat seng
menurut aturan penulisan angka penting adalah ….
A. 1,8012 cm2
B. 1,801 cm2
C. 1,800 cm2
D. 1,80 cm2

142
E. 1,8 cm2
23. Lima siswa mengukur panjang sebatang kayu dengan sebuah mistar. Hasil
pengukuran mereka dinyatakan sebagai berikut: 63,65 cm, 63,64 cm, 63,58 cm,
63,66 cm, dan 63,66 cm. seorang siswa melakukan kesalahan membaca alat ukur.
Siswa yang manakah itu? Dengan menghilangkan data yang salah, Berapakah
panjang rata-rata batang kayu!
A. 63,6 cm
B. 63,655 cm
C. 63,65 cm
D. 63,66 cm
E. 63,70 cm
24. Berikut hasil pengukuran dengan mikrometer sekrup. Jika diketahui SU = 5, SN =
14 maka hasil pengukuran (mm) yang diperoleh adalah....
A. 5,14 ± 0,1 mm.
B. 5,14 ± 0,001 mm.
C. 5,14 ± 0,01 mm.
D. 5,14 ± 0,01 cm.
E. 5,14 ± 0,01 dm.

25. Jarak antar dua titik adalah 80 cm dengan menngunakan mistar panjang. Jarak
tersebut jika diubah dalam mm adalah.....
a b
80 cm
A. 8 mm
B. 80 mm
C. 800 mm
D. 8000 mm
E. 80000 mm

=====Selamat bekerja000oo=====

Lampiran 5. Perhitungan Uji Validitas Instrumen Tes

ΣX = 23 ΣX2 = 23 ΣY= 539


ΣXY = 347 ΣY2 = 8059 N = 40
Maka validitas item no 1 adalah :

143
N ΣXY −( ΣX ) ( ΣY )
rxy =
√¿ ¿ ¿
40 ( 347 )− ( 23 ) (539)
rxy =
√¿ ¿ ¿
13880−12397
rxy = ( 920−529 ) ( 322360−290521 )
√ ¿
¿

1483
1483
rxy = ( 391 ) ( 31839 ) =
√ ¿
¿ √ 12449049

1483
rxy =
3528
rxy = 0.42

ΣX = 22 ΣX2 = 22 ΣY = 539
ΣXY = 338 ΣY2 = 8059 N = 40
Maka validitas item no 2 adalah :
N ΣXY −( ΣX ) ( ΣY )
rxy =
√¿ ¿ ¿
40 ( 338 )−( 22 ) (539)
rxy =
√¿ ¿ ¿
13520−11858
rxy =
( 880−484 ) (322360−290521)
1662 1662
rxy = =
( 396 ) (31839) √ 12608244
1662
rxy =
3550
rxy = 0,47

rhitung = 0,42 dan pada α = 0.05 di dapat harga r tabel = 0.312. jadi soal no 1
dinyatakan valid dengan rhitung > rtabel ( 0,42 > 0.312).
dengan cara yang sama diperoleh harga – harga rhitung seperti tabel berikut ini :
Tabel Hasil Perhitungan Uji Validitas Tes
No Soal rhitung rtabel Keterangan
1 0,42 0,312 Valid

144
2 0,47 0,312 Valid
3 0,44 0,312 Valid
4 0,28 0,312 Tidak Valid
5 0,39 0,312 Valid
6 0,44 0,312 Valid
7 0,37 0,312 Valid
8 0,30 0,312 Tidak Valid
9 0,40 0,312 Valid
10 0,42 0,312 Valid
11 0,314 0,312 Valid
12 0,43 0,312 Valid
13 0,38 0,312 Valid
14 0,38 0,312 Valid
15 0,37 0,312 Valid
16 1,47 0,312 Valid
17 0,40 0,312 Valid
18 0,38 0,312 Valid
19 0,39 0,312 Valid
20 0,37 0,312 Valid
21 0,29 0,312 Tidak Valid
22 0,22 0,312 Tidak Valid
23 0,44 0,312 Valid
24 0,47 0,312 Valid
25 0,28 0,312 Tidak Valid

Dari hasil uji validitas yang telah dilakukan didapatkan bahwa dari 25 instrumen
yang diujikan terdapat 20 insrtrumen yang valid dan 5 instrumen yang tidak valid.

Lampiran 6. Uji Reliabililitas Insrtumen Tes

Untuk mengetahui reliabilitas instrumen tes yang telah dinyatakan valid,


digunakan rumus KR – 20 sebagai berikut :

145
n S 2−∑ pq
r 11 = ( )(
n−1 S2 )
Sebelum menghitung reliabilitas tes, terlebih dahulu dicari varians total dengan
menggunakan persamaan:
2
2 (∑ Y )
∑Y −
n
S2 =
n
Dari data uji instrument diperoleh:
Y = 539 Y2 = 8059 pq = 5,58 n = 40
Sehingga dapat dihitung
( 539 ) 2
8059−
40
S2 =
40
8059−7263
S2 =
40
796
S2 =
40
S2 = 19,89
Sehingga reabilitas tes adalah:

n S 2−∑ pq
r 11 = ( )(
n−1 S2 )
40 19 . 89−5, 58
r 11 = ( )(
40−1 19 , 89 )
r11 = 0.74
Harga rtabel diperoleh dari daftar r produk moment dengan α = 0.05, jika harga r hitung
adalah 0,74 dan rtabel adalah 0.44 maka diperoleh rhitung > rtabel atau 0.74 > 0.44. jadi
dapat disimpulkan soal secara keseluruhan adalah reliabel
Lampiran 7. Perhitungan Tingkat Kesukaran Tes
Perhitungan Taraf kesukaran dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
B
P=
JS
Keterangan :

146
P = indeks kesukaran
B = banyak siswa yang menjawab soal itu dengan betul
J = jumlah seluruh siswa yang mengikuti tes
Besar indeks kesukaran berada antara 0,00 - 1,0. Kriteria tingkat
kesukaran soal (P) sebagai berikut:
Antara : 0,00 - 0,30 = soal tergolong sukar
0,31 - 0,70 = soal sedang
0,71 - 1,00 = soal tergolong mudah

Dari lampiran 7 diperoleh taraf kesukaran untuk item nomor 1 sebagai berikut:
B
P=
JS
23
P= =0 ,575
40
Soal no 1 termasuk kategori sedang. demikian untuk selanjutnya didapat tingkat
kesukaran untuk setiap item seperti pada tabel dibawah ini:

147
Tabel Tingkat Kesukaran Tes
No Item B JS P Status
1 23 40 0,575 Sedang
2 22 40 0,55 Sedang
3 18 40 0,45 Sedang
4 27 40 0,675 Sedang
5 28 40 0,70 Mudah
6 23 40 0,575 Sedang
7 17 40 0,425 Sedang
8 34 40 0,85 Mudah
9 26 40 0,65 Sedang
10 18 40 0,45 Sedang
11 28 40 0,70 Mudah
12 23 40 0,575 Sedang
13 8 40 0,20 Sukar
14 21 40 0,525 Sedang
15 25 40 0,625 Sedang
16 26 40 0,65 Sedang
17 20 40 0,50 Sedang
18 25 40 0,625 Sedang
19 28 40 0,70 Mudah
20 25 40 0,625 Sedang
21 13 40 0,325 Sedang
22 12 40 0,30 Sukar
23 13 40 0,33 Sedang
24 26 40 0,65 Sedang
25 10 40 0,25 Sukar

Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa dari 25 soal yang diujikan
terdapat 4 soal yang dikategorikan mudah, 18 soal dikategorikan sedang dan 3
soal dikategorikan sukar.

148
Lampiran 8. Perhitungan Daya Pembeda Tes
Untuk menghitung daya beda digunakan rumus:
BA BB
D= − =PA−PB
JA JB
Dimana:
D = Daya Beda
JA = Banyak peserta kelompok atas
JB = Banyak peserta kelompok bawah
BA = Banyak peserta kelompok atas yang menjawab benar
BB = Banyak peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Dibawah ini disajikan perhitungan daya beda untuk butir soal nomor 1:
BA = 15 JA= 20
BB = 8 JB= 20
BA BB 15 8
D= − D= −
JA JB 20 20

7
D=
20

D = 0,35
Dengan cara yang sama diperoleh daya pembeda tiap-tiap item, sebagaimana
tertera pada tabel berikut:

149
DAYA PEMBEDA SOAL
Tabel. Daya Beda Setiap Butir soal

No PA PB Daya Pembeda Keterangan


1 0.75 0.40 0.35 Cukup
2 0.85 0.25 0.60 Baik
3 0.60 0.30 0.30 Cukup
4 0.70 0.65 0.05 Jelek
5 0.85 0.55 0.30 Cukup
6 0.75 0.40 0.35 Cukup
7 0.50 0.40 0.10 Jelek
8 0.95 0.75 0.20 Jelek
9 0.85 0.45 0.40 Cukup
10 0.60 0.30 0.30 Cukup
11 0.75 0.65 0.10 Jelek
12 0.70 0.45 0.25 Cukup
13 0.40 0.10 0.30 Cukup
14 0.70 0.40 0.30 Cukup
15 0.75 0.50 0.25 Cukup
16 0.90 0.40 0.50 Baik
17 0.60 0.40 0.20 Jelek
18 0.85 0.40 0.45 Baik
19 0.85 0.55 0.30 Cukup
20 0.80 0.45 0.35 Cukup
21 0.40 0.30 0.10 Jelek
22 0.35 0.25 0.10 Jelek
23 0.45 0.20 0.25 Cukup
24 0.80 0.50 0.30 Cukup
25 0.40 0.10 0.30 Cukup

Lampiran 9. Data Hasil Belajar Siswa

150
Nilai Hasil Belajar Kelas X-1
No Nama siswa Pretes Postes
(X) X2 (X) X2
1 Abdian Ningsih Lase 45 2025 55 3025
2 Acep Memori Saro Hia 35 1225 70 4900
3 Aduhusi Tafonao 55 3025 85 7225
4 Bebali Lase 40 1600 75 5625
5 Buala Naso Nduru 45 2025 70 4900
6 Bilman Nivosasi Telaumbanua 35 1225 65 4225
7 Cipto Novantri Lase 45 2025 80 6400
8 Citra Bundasari Sadawa 60 3600 90 8100
9 Celia Rosintan Tafonao 45 2025 65 4225
10 Erman Darius Sadawa 45 2025 70 4900
11 Firman Putra Giawa 30 900 80 6400
12 Forman tri Sisokhi Druru 50 2500 65 4225
13 Ga Timbowo Ziliwu 45 2025 70 4900
14 Gasamano Lase 45 2025 80 6400
15 Hasrat Laumano Lase 60 3600 95 9025
16 Hakil Son Niato Tafonao 50 2500 80 6400
17 Herman Faoziduhi Lase 35 1225 75 5625
18 Hiskia Nofa Uri Laia 45 2025 70 4900
19 Idaman Hati Lase 35 1225 75 5625
20 Ignal Rinaldin Hulu 30 900 55 3025
21 Irman Putri Hulu 40 1600 75 5625
22 Irnan Tri Wuria Hia 50 2500 85 7225
23 Ingati Zebua 55 3025 75 5625
24 Michael Faatulo Hia 40 1600 70 4900
25 Martmilang Gea 30 900 85 7225
26 Notarius Telaumbanua 40 1600 75 5625
27 Nita Tani Ari Lase 55 3025 90 8100
28 Oswal Adroita Zebua 30 900 60 3600
29 Optianus Lase 35 1225 80 6400
30 Odaligo Druru 30 900 60 3600
Jumlah 1280 5700 2225 167975
Rata- rata 42,66 74,16
Standar deviasi 9,07 10,09
Varians 82,29 101,86
Maksimum 60 95
Minimum 30 55

Nilai Hasil Belajar Kelas X-2

151
N Nama siswa Pretes Postes
o (X) X 2
(X) X2
1 Admadro Faozisokhi Lase 45 2025 60 3600
2 Astri Marmilang Gea 40 1600 55 3025
3 Arofaudo Hia 45 2025 65 4225
4 Charlie Kristoper Hia 50 2500 60 3600
5 Dela Putrawan Mondrofa 45 2025 65 4225
6 Damai Susila Zebua 30 900 50 2500
7 Damanotona Tafonao 50 2500 45 2025
8 Erman Darius Sadawa 35 1225 60 3600
9 Gissel Martningsih Telaumbanua 50 2500 75 5625
10 Hizara Arota Laoli 35 1225 80 6400
11 Horia Maniawa Telaumbanua 40 1600 45 2025
12 Ismail Faozan 45 2025 65 4225
13 Juwita Rosmawati druru 35 1225 40 1600
14 Jernihwati Loahambowo 45 2025 45 2025
15 Jasni Astuti Hia 30 900 40 1600
16 Juliaman Christian 45 2025 50 2500
17 Juniarman Gori 30 900 50 2500
18 Kristiani Nonisari Lase 45 2025 75 5625
19 Krisman Faozanolo Boulolo 30 900 70 4900
20 Klarita Zebua 40 1600 65 4225
21 Kafaria Sisia Laia 30 900 55 3025
22 Kamiaro Jilao Lase 40 1600 45 2025
23 Kella Tafanao 45 2025 55 3025
24 Kasiria Omasio Telaumbanua 55 3025 80 6400
25 Lelly Dwi Jayanti Lase 35 1225 40 1600
26 Linarso Sobowo Hia 40 1600 50 2500
27 Lina Sudarwati Telaumbanua 55 3025 45 2025
28 Lince Sartika Boulolo 40 1600 70 4900
29 Leonarno Fanos Hia 55 3025 75 5625
30 Oramano Tafonao 45 2025 50 2500
Jumlah 1250 53800 1725 103675
Rata- rata 41,66 57,50
Standar Deviasi 7.69 12,43
Varians 59,16 154,74
Maksimum 55 80
Minimum 30 40

152
Lampiran 10. Perhitungan Nilai Rata – Rata, Standar Deviasi dan Varians Pretes
Dan Postes Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol

A. Nilai Rata-Rata, Standar Deviasi Dan Varians Kelas Eksperimen


1. Pretes
Dari perhitungan pada lampiran diperoleh nilai:
X1 = 1280 X2 = 57000 n = 30
Maka skor rata – ratanya:

x̄ 1 =
∑ x 1 = 1280 = 42 , 66
n 30
Untuk standar deviasi:
2

S1 = √ n (∑ x ) − ( ∑ x )
12

n (n − 1)
1

( 30 ) ( 57000 ) − ( 1280 )2
S1 = √ 30 ( 30 − 1 )

1710000 − 1638400 71600


S1 = √ 870 = √ 870

S1 = √ 82,298
S1 = 9,07
Varians = SD2
= 9,072
= 82,29
2. Nilai Postes
X1 = 2225 X2 = 167975 n = 30
Maka skor rata – ratanya:

x̄ 1 =
∑ x 1 = 2225 = 74 , 16
n 30
Untuk Standar deviasi:
2

S1 = √ n (∑ x ) − ( ∑ x )
12

n (n − 1)
1

153
( 30 ) ( 167975 ) − ( 2225 )2
S1 = √ 30 ( 30 − 1 )

5039250 − 4950625 88625


S1 = √ 870 = √ 870

S1 = √ 101,86
S1 = 10,09
Varians = SD2
= 10,0922
= 101,86
B. Nilai Rata-Rata, Standar Deviasi Dan Varians Kelas Kontrol
1. Pretest
Dari perhitungan pada lampiran diperoleh nilai:
X2 = 1250 X2 = 53800 n = 30
Maka skor rata – ratanya:

x̄ 1 =
∑ x 1 = 1250 = 41 , 66
n 30
Untuk standar deviasi:
2

S1 = √ n (∑ x ) − ( ∑ x )
12

n (n − 1)
1

( 30 ) ( 53800 ) − ( 1250 )2
S1 = √ 30 ( 30 − 1 )

1614000 − 1562500 51500


S1 = √ 870 = √ 870

S1 = √ 59,195
S1 = 7,69
Varians = SD2
= 7,692
= 59,19

154
2. Nilai Postes
X1 = 1725 X2 = 103675 n = 30
Maka skor rata – ratanya:

x̄ 1 =
∑ x 1 = 1725 = 57 , 5
n 30
Untuk Standar deviasi:
2

S1 = √ n (∑ x ) − ( ∑ x )
12

n (n − 1)
1

( 30 ) ( 103675 ) − ( 1725 )2
S1 = √ 30 ( 30 − 1 )

3110250 − 2975625 134625


S1 = √ 870 = √ 870

S1 = √ 154,74
S1 = 12,43
Varians = SD2
= 12,432
= 154,74

155
Lampiran 11. Pengujian Normalitas Data

1. Normalitas Pretes Kelas Eksperimen

No
. Xi Fi Fk Zi F(Zi) S(Zi) | F(Zi) - S(Zi) |
1 30 5 5 -1,39 0,0823 0,1666 0,0843
2 35 5 10 -0,84 0,2004 0,3333 0,1329
3 40 4 14 -0,29 0,6141 0,4666 0,1475
4 45 8 22 0,25 0,5967 0,7333 0,1366
5 50 3 25 0,80 0,7881 0,8333 0.0452
6 55 3 28 1,36 0,9131 0,9333 0.0202
7 60 2 30 1,91 0,9719 1,0000 0,0281
∑ x =1280 L0 0,1475
N = 30 Ltabel 0,161
x̄ 1 = 42 , 66
S = 9,07
Kesimpulan: Lo < L tabel =0,1475 < 0,161, maka data pretes kelas eksperimen
berdistribusi normal

2. Normalitas Postes Model STAD

No
. Xi Fi Fk Zi F(Zi) S(Zi) | F(Zi) - S(Zi) |
1 55 2 2 -1,89 0,0294 0,0666 0,0372
2 60 2 4 -1,40 0,0808 0,1333 0,0525
3 65 3 7 -0,90 0,1841 0,2333 0,0492
4 70 6 13 -0,41 0,3409 0,4333 0,0924
5 75 6 19 0,08 0,5319 0,6333 0,1014
6 80 5 24 0,57 0,7157 0,8000 0,0843
7 85 3 27 1,07 0,8577 0,9000 0,0423
8 90 2 29 1,56 0,9406 0,9666 0,0260
9 95 1 30 2,06 0,9803 1,0000 0,0197
∑ x =2225 L0 0,1014
N = 30 Ltabel 0,161
x̄ 1 = 74,16
S = 10,09
Kesimpulan: Lo < L tabel =0,1014 < 0,161, maka data postes kelas eksperimen
berdistribusi normal

156
3. Normalitas Pretes Kelas Kontrol

No
. Xi Fi Fk Zi F(Zi) S(Zi) | F(Zi) - S(Zi) |
1 30 5 5 -1,51 0,0655 0,1666 0,1011
2 35 4 9 -0,86 0,1949 0,3000 0,1051
3 40 6 15 -0,21 0,4168 0,5000 0,0832
4 45 9 24 0,43 0,6664 0,8000 0,1336
5 50 3 27 1,08 0,8599 0,9000 0.0401
6 55 3 30 1,73 0,9582 1,0000 0.0418
∑ x =1250 L0 0,1336
N = 30 Ltabel 0,161
x̄ 1 = 41 , 66
S = 7,69
Kesimpulan: Lo < L tabel =0,1336 < 0,161, maka data pretes kelas eksperimen
berdistribusi normal

4. Normalitas Postes Model DI

No
. Xi Fi Fk Zi F(Zi) S(Zi) | F(Zi) - S(Zi) |
1 40 3 3 -1,40 0,0808 0,1000 0,0192
2 45 5 8 -1,00 0,1587 0,2666 0,1078
3 50 5 13 -0,60 0,2742 0,4333 0,1591
4 55 3 16 -0,20 0,4207 0,5333 0,1126
5 60 3 19 0,20 0,5793 0,6333 0.0540
6 65 4 23 0,60 0,7258 0,7666 0.0408
7 70 2 25 1,00 0,8413 0,8333 0,0080
8 75 3 28 1,40 0,9192 0.9333 0.0141
9 80 2 30 1,80 0,9641 1,0000 0,0359
∑ x =1725 L0 0,1591
N = 30 Ltabel 0,161
x̄ 1 = 57 ,50
S = 12,43
Kesimpulan: Lo < L tabel =0,1591 < 0,161, maka data postes kelas eksperimen
berdistribusi normal

157
0,886 0,886
= = 0,161
Ltabel = √30 5,477
x 1 − x̄ 1 30 − 42,66
= −1,39
Zi = S = 9,07
F (Zi) diperoleh dari tabel, kurva normal.
F (Zi) = F (-1,82) = 0,0823
Fkum
S (Zi) = sampel
5
= 0, 1666
S (Zi) = 30
| F(Zi) - S(Zi) |= 0,0823-0,1666
=0.0843

158
Lampiran 12. Pengujian Homogenitas Data

Untuk mengetahui apakah data dari kedua kelompok mempunyai varians


yang homogen atau tidak, maka dilakukan uji kesamaan dua varians dengan

varians terbesar
rumus: Fhitung = varians terkecil
1. Homogenitas Data Pretes
Dari analisis data kelompok eksperimen dan kelas kontrol diperoleh:
Varians data pretes kelas eksperimen : S2 = 82,29
Varians data pretes kelas kontrol : S2 = 59,19
Maka :
varians terbesar
Fhitung = varians terkecil
82,29
Fhitung = 59,19
Fhitung = 1,39
Dari daftar distribusi F, nilai Ftabel untuk α =0.01, dengan dk penyebut (n-1) = 29
Dan dk pembilang (n-1) = 29 tidak diketahui, maka nilai F tabel diperoleh dengan
interpolasi sebagai berikut :
Harga Ftabel :
α = 0,01
dk pembilang = (30-1) = 29 (dk berada di antara 24 dan 30)
dk penyebut = (30-1) = 29
F0,05(24,29) = 1,90
F0,05 (30,29) = 1,85
Maka :
29−24
Ftabel = F0,05(24,29) + (F0,05 (30,29) - F0,05(24,29)
30−24
= 1,90 + (0,8333)(1,85-1,90)
= 1,90 + (0,8333)(-0,05)

159
= 1,90 – 0,04
= 1,86
Karena Fhitung < Ftabel (1,39 < 1,86) maka dapat disimpulkan bahwa data pretest
dari kedua kelas tersebut memiliki varian yang seragam (homogen).

2. Homogenitas Data Postes


Dari analisis data kelompok eksperimen dan kelas kontrol diperoleh:
Varians data postes kelas eksperimen : S2 = 101,86
Varians data postes kelas kontrol : S2 = 154,74
varians terbesar
Fhitung = varians terkecil
154,74
Fhitung = 101,86
Fhitung = 1,51
Dari daftar distribusi F, nilai Ftabel untuk α =0.01, dengan dk penyebut (n-1) = 29
Dan dk pembilang (n-1) = 29 tidak diketahui, maka nilai F tabel diperoleh dengan
interpolasi sebagai berikut :
Harga Ftabel :
α = 0,01
dk pembilang = (30-1) = 29 (dk berada di antara 24 dan 30)
dk penyebut = (30-1) = 29
F0,05(24,29) = 1,90
F0,05 (30,29) = 1,85
Maka :
29−24
Ftabel = F0,05(24,29) + (F0,05 (30,29) - F0,05(24,29)
30−24
= 1,90 + (0,8333)(1,85-1,90)
= 1,90 + (0,8333)(-0,05)
= 1,90 – 0,04
= 1,86
Dari hasil di atas diperoleh bahwa untuk Fhitung = 1,51 dan Ftabel = 1,86

160
Karena Fhitung < Ftabel (1,51 < 1,86) maka dapat disimpulkan bahwa data pretes dari
kedua kelas tersebut memiliki varian yang seragam (homogen).
Lampiran 13. Perhitungan Uji Hipotesis

1. Uji Hipotesis Nilai Pretes Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol

Perhitungan uji pretes kelas eksperimen dan kelas control dari perhitungan
sebelumnya diperoleh:
x̄ 1 = 42,66 (nilai rata – rata pretes kelas eksperimen)

x̄ 2 = 41,66 (nilai rata – rata pretes kelas kontrol)

S12 = 82,298 (varians pretes kelas ekperimen)


S22 = 59,195 (varians pretes kelas kontrol)
n1 = 30 (jumlah siswa kelas eksperimen)
n2 = 30 (jumlah siswa kelas kontrol)
Varians gabungan:
( n1 − 1 ) S1 2 + ( n2 − 1 ) S2 2
S2 = n1 + n2 − 2

( 30 − 1 ) ( 82 , 29 ) + ( 30 − 1 ) ( 59 ,19 )
S2 = 30 + 30 − 2
2386 ,642+ 1716 , 655
S2 = 60 − 2
4103 , 297
S2 = 58
S2 = 70,7465
S = √ 70,7465
S = 8,411
x̄ 1 − x̄2
1 1
t=
S
√ +
n1 n2

161
42,66-41,66
1 1
t=
8,411
√ +
30 30
1
t = 8,411 √ 0,03 + 0 ,03
1 1
t= 8 , 411 ( 0, 25 ) = 2,102
t = 0,475
maka thitung = 0,475
Karena ttabel untuk α = 0,05 dan dk = (n1 + n2) – 2 = (30 + 30) – 2 = 58 berada
diantara dk = 40 dan 60 maka ttabel dihitung dengan interpolasi linier yaitu:
Untuk dk = 40 dan α = 0,05 didapat t (1 – ½ α) = t (1 – 1/2 . 0,05) = t (0,975) = 2,02
Untuk dk = 60 dan α = 0,05 didapat t (1 – ½ α) = t (1 – 1/2 . 0,05) = t (0,975) = 2,00
58 − 40
(2 ,00 − 2,02 )
Maka t tabel = 2,02 + 60 − 40
t tabel = 2,02 + 0,9 (-0,02)
t tabel = 2,02 – 0,018
t tabel = 2,002
Dari hasil perhitungan terlihat bahwa t hitung <t tabel karena t hitung = 0,475 < t tabel =
2,002, yang menyatakan bahwa kemampuan awal (sebelum diberi pengajaran)
kedua kelas adalah sama.

2. Uji Hipotesis Nilai Posttest Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol


Perhitungan Uji Hipotesis Untuk Data Postes Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol
Dari perhitungan sebelumnya diperoleh:
x̄ 1 = 74,16 (skor rata – rata postes kelas eksperimen)

x̄ 2 = 57,50 (skor rata – rata postes kelas kontrol)

S12 = 101,86 (varians postes kelas ekperimen)


S22 = 154,74 (varians postes kelas kontrol)

162
n1 = 30 (jumlah siswa kelas eksperimen)
n2 = 30 (jumlah siswa kelas kontrol)
Varians gabungan:
( n1 − 1 ) S1 2 + ( n2 − 1 ) S2 2
S2 = n1 + n2 − 2

( 30 − 1 ) ( 101 , 86 ) + ( 30 − 1 ) ( 154 , 74 )
S2 = 30 + 30 − 2
2954 ,143+ 4487 ,489
S2 = 60 − 2
7441 ,632
S2 = 58
S2 = 128,304
S = √ 128,304
S = 11,327
x̄ 1 − x̄2
1 1
t=
S
√ +
n1 n2

74,16-57,50
1 1
t=
11,327
√ +
30 30
16,66
t = 11,327 √ 0,03 + 0,03
16,66 16,66
t = 11,327 ( 0 ,25 ) = 2,83
t = 5,886
maka thitung = 5,886
Karena ttabel untuk α = 0,05 dan dk = (n1 + n2) – 2 = (30 + 30) – 2 = 58 berada
diantara dk = 40 dan 60 maka ttabel dihitung dengan interpolasi linier yaitu:
Untuk dk = 40 dan α = 0,05 didapat t (1 – α) = t (1 – 0,05) = t (0,95) = 1,68
Untuk dk = 60 dan α = 0,05 didapat t (1 – α) = t (1 – 0,05) = t (0,95) = 1,67

163
58 − 40
(1,68 − 1,67 )
Maka t tabel = 1,68 + 60 − 40
t tabel = 1,68 + 0,9 (-0,01)
t tabel = 1,68 – 0,009
t tabel = 1,671
Dari hasil perhitungan terlihat bahwa t hitung = 5,886 > t tabel = 1,671, maka dapat
disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada pengaruh model
pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar siswa pada materi
pokok Besaran dan Pengukuran di kelas X SMA Negeri 1 Gomo T.P 2017/2018.

164
Dokumentasi Penelitian

165
166
167
168
169
170
171
172
173

Anda mungkin juga menyukai