Anda di halaman 1dari 9

PTK MATEMATIKA SMP

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DALAM RANGKA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
SISWA KELAS VII4. SEMESTER I SMPN 1 KAYANGAN PADA MATERI POKOK ARITMATIKA SOSIAL TAHUN PELAJARAN
2012/ 2013
ALIMIN SPd, AHMAD MAULIDI, SPd, QISWARI HARIANTI, SPd, IKA ZURRIYATUSSOLIHA, SPd
BAB I . PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan Undang-undang no. 20 tahun 2003 tentang system pendidikan nasional disebutkan bahwa tujuan pendidikakan nasional
adalah untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman betaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Tujuan pendidikan nasional tersebut sangat relevan dengan kondisi dalam era globalisasi saat ini.Dimana suasana kehidupan menjadi
semakin rumit, cepat berubah dan sulit diprediksi.Kondisi ini membwa dampak pesaingan yang sangat ketat untuk mendapatkan kehidupan yang
layak, siapa yang memiliki keunggulan kompetitif dia yang mendapatkan kemudahan hidup.
Masalah pendidikan yang utama di Indonesia sangat rendahnya mutu pada setiap jenjang pendidikan. Setelah dilakukan perbaikan
dalam bidang pendidikan, semakin disadari bahwa semakin banyak kekurangan-kekurangan tersebut adalah terletak pada inti kegiatan pendidikan
itu sendiri yaitu proses belajar mengajar yang melibatkan anak didik dan pendidik, salah satu contoh yaitu penggunaan satu metode mengajar.
Menurut Djamarah tahun 2005, penggunaan satu metode, lebih cenderung menghasilkan kegitan hasil belajar mengajar yang
membosankan bagi siswa, jalan pengajaran pun tampak kaku siswa kurang bergaiah belajar, kejenuhan dan kemalasan menyelimuti kegiatan
belajar siswa.
Salah satu metode yang biasa digunakan adalah metode ceramah, metode ceramah adalah metode yang boleh dikatakan konvensional,
karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan siswa.Dalam penerapannya, proses belajar
mengajar lebih berpusat pada guru, siswa hanya mendengarkan, menulis dan menghafalkan materi yang diajarkan dan mengajarkan soal secara
individu ditempat masing-masing.
Dewasa ini telah banyak dikembangkan model pembelajaran, seperti model pembelajaran kooperatif dan model diskusi kelas.
Menurut Ibrahim, dkk (2000) suatu model pembelajaran ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur penghargaan.
Demikian juga dengan model pembelajaran kooperatif dan model pembelajaran diskusi.
Menurut Nur (1996), terkait dengan tuntutan dan tantangan kehidupan masa depan untuk menerapkan dan mengembangkan wawasan
kekeluargaan dan kebersamaan, keunggulan, yakni suatu wawasan yang akan menumbuhkan etos kerja yang maksimal, kemauan untuk mencapai
prestasi tertinggi, sikap kritis, keimanan dan ketakwaan, keahlian dan profesional, karya dan cipta, kemandirian dan kewirausahaan, maka sangat
tepat bila pembelajaran di kelas semakin menekankan dan membutuhkan siswa aktif terutama pengajaran pada Sekolah Menengah Pertama
(SMP).
Banyak penelitian menunjukkan bahwa dalam latar kooperatif, siswa lebih banyak belajar dari temannya sendiri sesama siswa
daripada belajar dari guru.Metode pembelajaran memanfaatkan kecenderungan siswa untuk berinteraksi sesama temannya. Hasil penelitiannya
juga menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki dampak yang sangat positif bagi siswa yang rendah hasil belajar, suasana belajar
kooperatif juga mampu menghasilkan prestasi yang tinggi, hubungan yang lebih positif dan penyesuaian psikologi yang lebih baik daripada
suasana belajar yang penuh dengan persaingan dan memisah memisahkan siswa (Anita Lie, 2002).
Hal inilah yang terjadi di SMP Negeri 1 Kayangan, informasi yang dipeoleh dari hasil wawancara peneliti denga guru matematika
Kelas VII.4, dengan penggunaan metode ceramah sebagian besar siswa sering mengalami kesulitan dalam memahami materi yang diajakan,
mereka merasa pelajaran matematika adalah pelajaran yang sulit. Disamping itu aktifitas siswa selama proses belajar mengajar juga masih sangat
kurang sehingga pada akhirnya prestasi belajar siswa menjadi rendah. Sebagai gambaran situasi tersebut, berikut ini diuraiakan tentang perolehan
nilai ulangan harian siswa kelas VII.4 semester I tahun pelajaran 2012/2013 dapat dilihat dilihat pada tabel 1.1.
Tabel 1.1 Tabel nilai rata-rata ulangan harian mata pelajaan matematika semester I kelas VII SMP Negeri 1 Kayangan tahun pelajaran 2012/2013.
N
Ulangan Harian
Nilai Rata-rata
o
1
Bilangan bulat
5,62
2
Pecahan
4,17
3
Operasi hitung aljabar
5,43
4
Persamaan linear 1 variabel dan pertidaksamaan linear 1 variabel
5,23
Dari data diatas diketahui bahwa nilai rata-rata ulangan harian matematika pada pokok bahasan pecahan masih sangat rendah. Oleh
karena itu diperlukan pemilihan model pembelajaran yang tepat. Siswa SMP Negeri 1 Kayangan pada umumnya belum memiliki interaksi yang
besifat kooperatif artinya belum belajar secara besama dalam suatu kelompok, dimana siswa masih belajar secara individualistis tanpa ada saling
tukar fikiran, contoh nampak dari siswa yang pintar atau siswa yang mempunyai kemampuan lebih setelah mereka memperoleh pengajaran dari
guru dan memahami konsep yang diberikan, mereka tidak mau membimbing dan mengajarkan temannya yang kurang memahami konsep
sehingga siswa yang kurang atau minim pengetahuannya tetap tidak ada perkembangan.
Perbedaan ini perlu ditekan sekecil mungkin supaya tidak menimbulkan efek psikologi bagi siswa untuk diperlukan suatu sarana
berupa model pembelajaran yang mampu membuat terjalinnya kerjasama diantara siswa yaitu salah satu pembelajaran kooperatif tipe STAD
(Student Team Achievemen Division).
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah melalui model pembelajaran kooperatif
tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar materi pokok Aritmatika sosial pada siswa kelas VII.4 SMP Negeri 1 Kayangan Tahun Pelajaran
2012/2013.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa materi pokok Aritmatika sosial melalui pembelajaran
kooperatf tipe STAD (Student Team Achievemen Division).
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team
Achievemen Division).Dalam meningkatkan hasil belajar materi pokok Aritmatika sosial pada siswa kelas VII.4 SMP Negeri 1 Kayangan Tahun
Pelajaran 2012/2013.

Siswa

a.
1.
2.

3.

Secara umum penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:

Dapat membantu siswa untuk meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran matematika khususnya dalam materi pokok Aritmatika
sosial standar kompetensi dapat dituntaskan oleh siswa secara optimal.
Guru
Sebagai salah satu pedoman bagi guru dalam memilih metode pembelajaran khususnya dalam materi pokok Aritmatika sosial
Sekolah
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, pengembangan strategi
pembelajaran dan dapat menjadi alternatif dalam mengatasi masalah pembelajaran terutama mata pelajaran Matematika materi pokok Aritmatika
sosial pada siswa kelas VII.SMP Negeri 1 Kayangan.
Definisi Istilah
Model Kooperatif
Model Kooperatif adalah model pembelajaran dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya
berbeda.
Tipe STAD
STAD (Student Team Achievement Division) yaitu menekankan pada kerja sama untuk mengembangkan keterampilan penalaran dan
fisik seseorang untuk membangun suatu gagasan atau pengetahuan baru / meningkatkan pengetahuan yang sudah terbentuk untuk mencapai
tujuan bersama.
Hasil Belajar
Hasil belajar juga merupakan kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar. Hasil belajar adalah terjadinya
perubahan dari hasil masukan pribadi berupa motivasi dan harapan untuk berhasil dan masukan dari lingkungan berupa rancangan dan
pengelolaan motivasional tidak berpengaruh terdadap besarnya usaha yang dicurahkan oleh siswa untuk mencapai tujuan belajar Seseorang dapat
dikatakan telah belajar sesuatu apabila dalam dirinya telah terjadi suatu perubahan, akan tetapi tidak semua perubahan yang terjadi. Jadi hasil
belajar merupakan pencapaian tujuan belajar dan hasil belajar sebagai produk dari proses belajar, maka didapat hasil belajar.
BAB II . KAJIAN PUSTAKA

A.

Hakekat Matematika
Sampai saat ini belum ada kesepakatan yang bulat diantara para matematikawan, apa yang disebut matematika itu. Sasaran
penelaahan matematika tidaklah konkrit, tetapi abstrak. Dengan mengetahui sasaran penelaahan matematika, kita dapat mengetahui hakekat
matematika yang sekaligus dapat kita ketahui juga cara berpikir matematika itu. Kalau kita telaah, matematika itu tidak hanya berhubungan
dengan bilangan-bilangan serta operasi-operasinya, melainkan unsur ruang sebagai sasarannya. Kalau pengertian bilangan dan ruang ini dicakup
menjadi satu istilah yang disebut kuantitas, maka nampaknya matematika dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mengenai kuantitas. Tetapi
bagaimana halnya dengan geometri proyeksi yang lebih mementingkan tentang kedudukan dari pada kuantitas? Terlebih lagi sejak permulaan
abad 19, matematika berkembang yang sasarannya ditujukan ke hubungan, pola, bentuk, dan struktur (Hudojo. H, 1988:2).
Misalnya saja satu potong garis, ini tidak memberikan pengertian apa-apa. Potongan garis itu barulah berarti bila ada garis lain yang
diletakkan didekatnya untuk diliat sebagai kemungkinan yang ada, misalnya perbandingan yang panjang. Hubungan yang ada dalam matematika
memang bertalian erat dengan kehidupan sehari-hari misalnya saja tentang kesamaan, lebih besar dan kecil. Hubungan-hubungan itu kemudian
diolah secara logic-deduktif. Karena itu dapat dikatakan bahwa matematika itu sama saja dengan hubungan-hubungan yang bebas dari isi
materialnya hal-hal yang ditelaah. Yang dimaksud pola adalah suatu sistem mengenai hubungan-hubungan di antara perwujudan alamiah.
Perwujudan alamiah yang nampak rumit, sering kali dengan abstraksi di dalam pikiran, biasanya dapat diketemukan pola. Dengan demikian
menjadi tugas matematikalah untuk menemukan hubungan-hubungan di dalam alam ini dan menganalisis pola-polanya sehingga pola-pola itu
dapat dikenal bila muncul. Dari tinjauan ini, matematika merupakan penggolongan dan penalaahan tentang semua pola. Ini berarti penggolonga
dan penelaahan itu mencakup hampir setiap macam keteraturan yang dapat dikenal pikiran (Hudojo. H, 1988:2-3).
Analisis hubungan-hubungan teori dalam matematika merupakan pembuktian dalam matematika berbentuk rumus (teorema, dalil)
matematika. Karena itu bentuk suatu rumus matematika lebih penting dari simbul-simbul yang dipergunakan. Penelaahan bentuk dalam
matematika membawa matematika itu ke struktur-struktur. Jadi matematika itu dapat pula didefinisikan sebagai penelaahan tentang strukturstruktur itu. Penelaahan terhadap struktur inilah yang merupakan ciri matematika yang berkembang sampai saat ini. Sasaran matematika lebih
dititik beratkan ke struktur sebab sasaran terhadap bilangan dan ruang tidak banyak artinya lagi dalam matematika. Kenyataan yang lebih utama
ialah hubungan-hubungan antara sasaran-sasaran itu dan aturan-aturan yang menetapkan langkah-langkah operasinya.
Matematika sebagai ilmu mengenal struktur dan hubungan-hubungannya, simbul-simbul diperlukan. Simbul-simbul itu penting
untuk membantu memanipulasi aturan-aturan dengan operasi yang ditetapkan. Simbulisasi menjamin adanya komunikasi dan mampu
memberikan keterangan untuk membentuk suatu konsep baru. Konsep baru terbentuk karena adanya pemahaman terhadap konsep sebelumnya
sehingga matematika itu konsep-konsepnya tersusun secara hirarkis. Simbulisasi itu barulah berarti bila suatu simbul itu dilandasi suatu ide. Jadi
kita harus memahami ide yang terkandung dalam symbul tersebut. Dengan perkataan lain, ide harus dipahami terlebih dahulu sebelum ide
tersebut disimbulkan. Secara singkat dikatakan bahwa matematika berkenaan dengan ide-ide atau konsep-konsep abstrak yang tersusun secara
hirarkis dan penalarannya deduktif (Hudojo. H, 1988:3).

Pada dasarnya apabila dikatakan mengajar, tentu ada subjek yang diberi palajaran,yaitu peserta didik dan ada subyek yang mengajar
yaitu pengajar. Pengajar disini dapat saja tidak langsung berhadapan muka dengan yang diberi pelajaran, misalnya melalui media seperti buku
teks, modul dan lain-lain. Dari uraian ini tersirat bahwa mengajar itu adalah suatu kegiatan dimana pengajar menyampaikan pengetahuan atau
pengalaman yang dimiliki kepada peserta didik. Tujuan mengajar adalah agar pengetahuan yang disampaikan itu dapat dipahami peserta didik.
Karena itu, mengajar yang baik itu jika hasil belajar peserta didik baik. Pernyataan ini dapat dipenuhi, bila pengajar mampu memberikan fasilitas
belajar yang baik sehingga dapat terjadi proses belajar yang baik (Hudojo. H, 1988:5).
Apabila terjadinya proses belajar matematika itu baik, dapat diharapkan hasil belajar peserta didik akan baik pula. Dengan proses
belajar matematika yang baik, subyek yang belajar akan dapat memahami matematika dengan baik pula dan ia dengan mudah mempelajari
matematika selanjutnya serta dengan mudah pula mengaplikasikannya kesituasi baru, yaitu dapat menyelesaikan masalah baik dalam matematika
itu sendiri maupun ilmu lainnya atau dalam kehidupan sehari-hari. Dari uraian tersebut di atas, terlihat pula bahwa mengajar itu suatu kegiatan
yang melibatkan pengajar dan peserta didik. Peserta didik diharapkan belajar karena adanya intervensi pengajar. Dengan intervensi ini,
diharapkan peserta didik menjadi terbiasa belajar sehingga ia mempunyai kebiasaan belajar (Hudojo. H, 1988:5).
Matematika timbul karena pikiran-pikiran manusia berhubungan dengan ide dan penalaran. Ide-ide yang dihasilkan oleh pikiranpikiran manusia itu merupakan sistem-sistem yang bersifat untuk menggambarkan konsep-konsep abstrak, dimana masing-masing sistem bersifat
deduktif
sehingga
berlaku
umum
dalam
menyelesaikan
maslah.
Sehubungan dengan hal di atas Hudoyo (1988:3).
Hakekat Belajar
Hilgrad (Dimyati dan Mujiono, 1994:9) mengatakan belajar adalah proses melahirkan atau mengubah suatu kegiatan melalui jalan
latihan, yang dibedakan dalam perubahan-perubahan oleh faktor-faktor yang tidak termasuk latihan, misalnya perubahan karena mabuk atau
minum ganja bukan termasuk belajar. Sedangkan Skiner (Dimyati dan Mujiono, 1994:9) berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada
saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya menurun.jadi disini siswa dikatakan telah
mengalami kegiatan belajar jika prilakunya, baik aspek kognitif, afektif, maupun psikomotornya telah mengalami perubahan menuju arah yang
lebih baik.
Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Menurut pengertian ini belajar merupakan suatu proses,
suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat akan tetapi lebih luas dari pada itu, yakni mengalami. Hasil
belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan, melainkan perubahan Kelakuan. (Oemar Hamalik, 2005:36). Pendapat lain mengatakan Belajar
adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003:2).
Selanjutnya menurut Sardiman (2003:20-21) belajar dapat dilihat dalam arti luas maupun sempit atau khusus. Dalam pengertian luas
belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psiko-fisik menuju perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit, belajar dimaksudkan
sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya.
Selain ahli di atas ada juga beberapa ahli yang mengemukakan pendapatnya tentang belajar dan pembelajaran yaitu:
Menurut Skinner
Belajar adalah suatu perilaku. Pada saat belajar maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya jika tidak maka responnya akan
menurun. Sehingga oleh Skinner dalam belajar ditemukan adanya hal sebagai berikut:
Kesempatan terjadinya yang menimbulkan respon belajar.
Respon si pembelajar
Konsekuensi yang bersifat menguatkan respon tersebut.
Dalam menerapkan teori Skinner guru perlu memperhatikan dua hal yang penting: pertama pilihan stimulus, kedua penggunaan
penguatan. Hal ini dilakukan untuk menciptakan suasana pembelajaran yang tepat sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran berdasarkan
kondisi operan. Adapun langkah-langkah pembelajaran berdasarkan kondisioning operan tersebut adalah:
Mempelajari keadaan Kelas.
Membuat daftar penguat positif.
Memilih dan menentukan ukuran tingkah laku yang dipelajari dan jenis penguatnya.
Membuat program pembelajaran.

B.

1)
-

2)

3)
4)

Menurut Gagne
Belajar adalah kegiatan yang kompleks dan terdiri dari tiga komponen penting yaitu: kondisi eksternal, kondisi internal dan hasil
belajar. Sehingga belajar merupakan interaksi antara keadaan internal dan proses kognitif siswa dengan stimulus dan lingkungannya. Proses
koginitif tersebut menghasilkan suatu hasil belajar yang berupa informasi verbal, keterampilan intelek, keterampilan motorik, sikap dan siasat
kognitif. Dan kelima hasil tersebut merupakan kapabilitas.
Menurut Piaget
Pieget berpendapat bahwa pengetahuan dibentuk oleh individu. Sebab individu melakukan interaksi terus-menerus dengan lingkungan.
Pieget juga menyarankan guru harus memperhatikan empat langkah pembelajaran yaitu:
Menentukan topik.
Memilih dan mengembangkan aktivitas kelas dengan topik tersebut.
Mengetahui adanya kesempatan bagi guru untuk mengemukakan pertanyaan yang menunjang proses pemecahan masalah.
Menilai pelaksanaan tiap kegiatan, memperhatiakn keberhasilan dan melakukan revisi.
Menurut Rogers
Menurut pendapatnya, praktek pendidikan menitik beratkan pada segi pengajaran, bukan pada siswa yang belajar. Praktek tersebut
ditandai oleh peran guru yang dominan dan siswa hanya menghafalkan pelajaran. Dengan melihat hal tersebut Rogers mengemukakan pentingnya
guru memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran. Prinsip pendidikan dan pembelajaran sebagai berikut:
Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar.
Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya.
Pengorganisasian bahan pelajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru, sebagai bahan yang bermakna bagi siswa.
Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang proses-proses belajar, keterburukan belajar mengalami sesuatu,
bekerjasama dengan malakukan perubahan diri terus-menerus.
Belajar yang optimal akan terjadi, bila siswa berpartisipasi secara bertanggung jawab dalam proses belajar.
Belajar mengalami (eskperimental learning) dapat terjadi, bila siswa mengevaluasi diri.

- Belajar mengalami tuntutan keterlibatan siswa secara penuh dan sungguh-sungguh.


(Dimyati dan Moedjiono, 2002:7-16)
Dari uraian di atas berarti belajar adalah suatu proses atau serangkaian kegiatan jiwa-raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut unsur cipta, rasa, dan karsa, ranah kognitif,
afektif, dan psikomotorik.
C.
Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Hasil belajar juga
merupakan kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar. Hasil belajar adalah terjadinya perubahan dari hasil masukan
pribadi berupa motivasi dan harapan untuk berhasil dan masukan dari lingkungan berupa rancangan dan pengelolaan motivasional tidak
berpengaruh terdadap besarnya usaha yang dicurahkan oleh siswa untuk mencapai tujuan belajar Seseorang dapat dikatakan telah belajar sesuatu
apabila dalam dirinya telah terjadi suatu perubahan, akan tetapi tidak semua perubahan yang terjadi. Jadi hasil belajar merupakan pencapaian
tujuan belajar dan hasil belajar sebagai produk dari proses belajar, maka didapat hasil belajar.
Menurut Slavin, pembelajaran kooperatif mengubah norma budaya dan membuat norma budaya lebih dapat menerima prestasi
sehingga dapat memberi keuntungan, baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja sama menyelsaiakan tugas-tugas
akademik
Hasil belajar adalah seperangkat pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan tindakan (psikomotorik) yang diperoleh siswa setelah
melewati tahapan pembelajaran tertentu. Hasil belajar tersebut diwujudkan dari perubahan tingkah laku, sikap belajar dan pemahaman siswa.
Indikator pencapaian hasil belajar tersebut tertuang dalam laporan dalam hasil belajar siswa. Sesuai dengan konsep KTSP bahwa hasil belajar
siswa ditunjukan dengan kemampuan siswa menguasai standar kompetensi dengan indikator KKM yang telah ditetapkan .
D.
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions)
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dikembangkan oleh Slavin Robert dan teman-temannya di Universitas Jhon Hopkin.
Metode ini dipandang sebagai yang paling sederhana dan paling langsung dari pendekatan pembelajaran koopertaif. Model ini mengacu kepada
belajar kelompok. Anggota team menggunakan lembar kegiatan atau pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya. Kemudian
saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran dan memecahkan masalah melalui diskusi.
Masing-masing kelompok beranggotakan 4-5 orang, dibentuk dari anggota yang heterogen terdiri dari laki-laki dan perempuan,
berasal dari berbagai suku, memiliki kamapuan tinggi, sedang, dan rendah. Salah satu tujuan mengapa anggota kelompok dibentuk dari siswa
yang memiliki kemampuan heterogen yaitu agar siswa dapat saling berbagi (sharing) dan saling melengkapi.
Pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri dari lima komponen utama yaitu: Penyajian kelas, kegiatan kelompok, kuis, skor kemajuan
(perkembangan) individu, dan penghargaan kelompok. Siklus pembelajaran yang teratur dari STAD yaitu:
a.
Penyajian kelas
Guru menyampaikan materi pembelajaran sesuai dengan penyajian kelas. Penyajian kelas tersebut mencakup pembukaan,
pengembangan dan latihan pembimbing.
b.
Kegiatan kelompok
Siswa mendiskusikan lembar kerja yang diberikan dan diharapkan saling membantu sesama anggota kelompok untuk memahami bahan
pelajaran dan menyelesaikan permasalahan yang diberikan.
Guru perlu mengingatkan siswa dalam kegiatan kelompok untuk memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Masing-masing siswa itu sendiri mempunyai tanggung jawab untuk memastikan teman kelompoknya yang telah mempelajari materi.
2. Tidak seorangpun siswa selesai belajar sebelum anggota kelompoknya menguasai materi pelajaran.
3. Meminta bantuan kepada teman satu kelompok sebelum meminta bantuan pada guru.
c.
d.
e.

f.
1.
a.
b.
c.
2.
a.
b.
c.
d.
3.
a.
b.

Kuis (Quiz)
Kuis adalah tes dalam bentuk essay yang dikerjakan secara mandiri dengan tujuan untuk mengetahui keberhasilan siswa belajar
kelompok. Hasil tes digunakan sebagai hasil perkembangan individu dan disumbangkan sebagai nilai perkembangan dan keberhasilan kelompok.
Skor kemajuan (perkembangan) individu
Skor kemajuan individu ini tidak berdasarkan pada skor mutlak siswa, tetapi berdasarkan pada seberapa jauh skor kuis terkini melampui
rata-rata skor siswa yang lalu.
Penghargaan kelompok
Penghargaan kelompok adalah pemberian predikat kepada masing-masing kelompok. Predikat ini diperoleh dengan melihat skor
kemajuan kelompok. Skor kemajuan (perkembangan) kelompok diperoleh dengan mengumpulkan skor kemajuan masing-masing anggota
kelompok kemudian dibagi dengan jumlah anggota dalam kelompok sehingga diperoleh skor rata-rata kelompok. Dalam memberikan
penghargaan kelompok terdapat tingkatan yaitu: kelompok super (super team), kelompok hebat (great team), dan kelompok baik (good team).
Penghargaan yang diterima akan mempengaruhi konsep diri siswa secara positif yang meningkatkan keyakinan diri siswa (Slameto,
2003).
Langkah-langkah secara umum proses pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu:
Tahap pendahuluan
Guru memberikan informasi kepada siswa tentang materi yang akan mereka pelajari, tujuan pembelajaran, dan pemberian motivasi
agar siswa tertarik pada materi.
Guru membentuk siswa kedalam kelompok yang sudah direncanakan.
Mensosialisasikan kepada siswa tentang model pembelajaran yang digunakan dengan tujuan agar siswa dapat mengenal dan memahaminya.
Guru memberikan persepsi yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari.
Tahap Pengembangan
Guru mendemonstrasikan konsep atau keterampilan secara efektif dengan menggunakan alat bantu atau manipulatif lain.
Guru membagikan lembar kerja siswa (LKS) sebagai bahan diskusi kepada masing-masing kelompok.
Siswa memberikan kesempatan untuk mendiskusikan LKS bersama kelompoknya.
Guru memantau kerja dari tiap-tiap kelompok dan membimbing siswa yang mengalami kesulitan.
Tahap penerapan
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan soal-soal yang ada dalam LKS dengan waktu yang ditentukan, siswa diharapkan
bekerja secara individu tetapi tidak menutup kemungkinan mereka saling bertukar pikiran dengan anggota lainnya.
Setelah siswa selesai mengerjakan soal, lembar jawaban dikumpulkan untuk dinilai.

c.

Guru dan siswa membahas soal-soal LKS.


BAB III. METODE PENELITIAN

A.
B.

1.

Kondisi Subyek Penelitian


Subyek penelitian adalah Siswa kelas VII.4 SMP Negeri 1 Kayangan, jumlah siswa di kelas ini adalah 31 orang yang terdiri dari 18
orang siswi, dan 13 orang putra.
Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian tindakan kelas dilaksanakan dengan menggunakan dua siklus, setiap siklus menggunakan langkah-langkah :
- Perencanaan.
- Pelaksanaan.
- Observasi.
- Refleksi. Secara lengkap dapat di lihat pada skema
SKEMA GAMBAR RANCANGAN SIKLUS 1 DAN 2

Obyek Tindakan
Proses penelitian tindakan kelas ini dititikberatkan pada peningkatan hasil belajar siswa melalui proses model pembelajaran kooperatif tipe
STAD. Melalui strategi ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam meraih hasil belajar.
1.
Tempat, Waktu, dan Subyek Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 1 Kayangan, Kecamatam Kayangan, Kabupaten Lombok Utara Propinsi NTB. Penelitian dilaksanakan
selama dua bulan mulai Minggu ke tiga bulan November 2012 sampai dengan Minggu keempat bulan Desember 2012. Subyek penelitian adalah
siswa kelas VII.4 SMPN 1 Kayangan.
2.
Sumber Data
Sumber data penelitian adalah data primer yang diperolah melalui angket, wawancara, dan observasi pada siwa kelas VII.4 SMP Negeri
1Kayangan.
3.
Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Dalam penelitian pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik :
a. Angket, hal ini dimaksudkan untuk memperoleh data secara cepat dari responden dalam waktu yang singkat.
b. Observasi, hal ini dimaksudkan untuk cross check data yang dikumpulkan melalui angket, tentang sikap dan perilaku guru selama kegiatan,
sehingga diharapkan mendapatkan data yang akurat.
c. Wawancara, hal ini dimaksudkan untuk melengkapi data yang diperoleh melalui angket, dan observasi.
4.
Validasi Data
Agar data yang dikumpulkan valid, maka penulis mengumpulkan data melalui perpaduan antara angket, observasi, dan wawancara sehingga data
yang diperoleh obyektif , valid, dan dapat dipertanggung jawabkan.
5.
Analisis Data
Analisis data yang digunakan pada penelitian adalah analisis kuantitatif dan kualitatif.
Adapun pengertian data kualitatif dan kuantitatif adalah sebagai berikut :
Analisis kuantitatif adalah analisis data yang dinyatakan dengan angka.
Analisis kualitatif adalah analisis data yang dinyatakan dengan kualitatif atau keterangan yang dilakukan pada data hasil angket, observasi, dan
wawancara.
Rancangan penelitian tindakan kelas dilaksanakan dengan menggunakan dua siklus, setiap siklus menggunakan 4 langkah :
1. Perencanaan.
2. Pelaksanaan.
3. Observasi.
4. Refleksi. Secara lengkap dapat di lihat pada skema
Analisis digunakan terhadap data hasil penelitiantahap pra siklus, siklus pertama, dan siklus ke dua. Teknik analisis dilakukan
dengan membandingkan seberapa besar selisih nilai yang diperoleh siswa dalam mengikuti ulangan harian dan aktifitas siswa selama proses
pembelajaran pada setiap tahap.
a.
Jadwal Penelitian
Jadwal kegiatan penelitian dilaksanakan selama tiga bulan mulai dari minggu ke tiga bulan November sampai dengan minggu
keempat bulan Desember. Secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 1. di bawah ini.

Tabel jadwal kegiatan Penelitian Tindakan Kelas

C.

November
1
2

Desember
1
2

Mengajukan koordinasi

Melakukan pengkajian teori

4.

Menyiapkan instrumen

5.

Melaksanakan pengumpulan data dan penelitian

6.

Menganalisis data

7.

Penyusunan laporan

8.

Diskusi hasil penelitian

9.

Revisi laporan penelitia

No
1.

Jenis Kegiatan
Penyusunan proposal

2.
3.

x
x
x

Pelaksanaan Penelitian
Penelitian tindakan kelas dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat langkah yaitu perencanaan (Planning),
pelaksanaan (actuating), observasi (observing), dan refleksi (reflecting).
Prosedur penelitian tindakan kelas dilakukan secara bertahap mulai dari kegiatan awal (pra siklus), pelaksanaan tindakan siklus
pertama dan siklus ke dua.
Tahapan Penelitian Tindakan kelas.
1.
Tahap Pra Siklus
Langkah Tindakan pada Kegiatan Pra Siklus
a.
Menginformasikan kepada kelas VII.4 SMPN 1 Kayanganpada saat proses pembelajaran akan dimulai bahwa kelasnya dijadikan penelitian.
b.
Mengadakan ulangan harian
c.
Menganalisis hasil ulangan
d.
Mengamati aktifitas siswa baik sikap dan perilakunya selama mengikuti proses pembelajaran maupun ulangan.
e.
Melakukan penelitian.
Siklus Pertama
Kegiatan penelitian tindakan kelas tahap siklus pertama dilaksanakan berdasarkan hasil kegiatan tahap pra siklus. Tahap siklus pertama
diterapkan tindakan penelitian dengan menggunakan pendekatan STAD yaitu sebagai berikut:
a.
Perencanaan
Penyusunan perencanaan mengacu pada peningkatan hasil belajar siswa mata pelajaran matematika
Perencanaan penelitian tindakan kelas menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
1). Mengkondisikan kelas agar dapat digunakan untuk penelitian tindakan kelas.
2). Menyiapkan perangkat penelitian, antara lain :
a). Menyusun angket penelitian.
b). Menyusun pedoman observasi.
c). Menyusun pedoman wawancara atau panduan wawancara.
d). Menyiapkan pedoman analisis data.
b.
Tindakan
Melaksanakan penelitian tindakan kelas, dengan menggunakan skenario sebagai berikut :
1)
Membentuk kelompok belajar berdasarkan hiterogenitas jenis kelamin, kemampuan.
2)
Memberi penjelasan kepada kelompok tentang materi yang harus didiskusikan, dan yang dilakukan dalam kelompok.
3)
Menugaskan kelompok untuk membuat kesimpulan materi yang didiskusikan dalam kelompok
4)
Membimbing kelompok dalam mengerjakan tugas diskusi.
5)
Rangkuman yang dibuat harus dihubungkan dengan kondisi riil di masyarakat setempat.
6)
Masing-masing kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok.
7)
Kelompok lain diberi kesempatan untuk memberi tanggapan hasil kelompok lain.
8)
Meminta kelompok mengumpulkan hasil kerja kelompok.
9)
Membuat kesimpulan bersama dalam kelas.
c.
Pengamatan atau Observasi
Peneliti mengadakan pengamatan atau observasi selama proses pembelajaran dan laporan hasil kerja kelompok siswa berupa rangkuman hasil
diskusi kelompok, meliputi :
1). Reaksi siswa saat menerima tugas mendiskusikan materi.
2). Aktifitas siswa selama diskusi kelompok.
3). Partisipasi siswa dalam membuat laporan hasil kerja.
4). Produk siswa yang berupa laporan hasil kerja kelompok
5). Partisipasi siswa selama diskusi kelas.
6). Partisipasi siswa selama membuat laporan bersama.
d.
Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan atau observasi dan wawancara selama kagiatan suklus pertama, diperoleh data aktifitas dan hasil kerja
siswa selama diskusi. Data tersebut digunakan sebagai dasar untuk menyusun rencana tindakan pada siklus ke dua.

a.
1)
2)
3)
b.
c.
1)
2)
d.
1)
2)
3)

A.
1.

a.

Kegiatan refleksi dilakukan untuk mengetahui kelemahan tindakan siklus pertama, apakah telah terjadi perubahan atau belum, dan
bagaimana cara mengatasi kelemahan-kelamahan yang terjadi pada siklus tersebut, selanjutnya digunakan untuk merencanakan tindakan siklus ke
dua.
Siklus ke Dua
Penelitian tindakan kelas pada siklus ke dua dilaksanakan berdasarkan refleksi dari pelaksanaan tindakan siklus pertama. Pelaksanaan
tindakan siklus ke dua dilaksanakan dengan tujuan memperbaiki kelemahan - kelemahan tindakan siklus pertama. Adapun langkah-langkah
tindakan siklus ke dua adalah sebagai berikut :
Perencanaan
Kegiatan perencanaan siklus ke dua adalah sebagai berikut :
Menyusun rencana atau skenario tindakan ulang berdasarkan evaluasi dan catatan yang didapat berdasarkan hasil refleksi siklus pertama.
Menyiapkan perangkat tindakan berupa lembar pengumpulan data dan perangkat analisis data.
Melaksanakan rencana tindakan siklus ke dua dengan pendekatan STAD.
Tindakan
Pada siklus ke dua, peneliti melakukan tindakan yang berupa perbaikan dari tindakan siklus pertama, dengan menggunakan
pendekatan yang sama seperti siklus pertama yakni pendekatan CTL yang lebih bervariasi.
Observasi atau pengamatan
Kegiatan yang dilakukan pada saat observasi adalah
Peneliti melakukan pengamatan atau observasi dengan menggunakan lembar pengamatan terhadap proses diskusi siswa
Mengumpulkan data hasil diskusi siswa baik diskusi kelompok maupun diskusi kelas.
Refleksi
Kegiatan yang dilakukan pada saat refleksi adalah
Memeriksa dan menilai hasil diskusi siswa
Mengidentifikasi kelemahan yang timbul pada tindakan siklus ke dua berlangsung
Melakukan evaluasi secara menyeluruh terhadap proses dan hasil kerja siswa selama siklus ke dua.

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil Penelitian
Hasil penelitian merupakan hasil yang diperoleh pada tahap pra siklus, pelaksanaan tindakan siklus pertama, dan pelaksanaan tindakan
siklus ke dua. Hasil penelitian berupa hasil ulangan harian siswa dan sikap atau perilaku siswa selama diskusi kelompok dan diskusi kelas.
Hasil Pra Siklus
Data pra siklus yang diperoleh melalui angket, wawancara, dan observasi siswa kelas VIII SMPN 1Kayangan sebanyak 31siswa,
menunjukkan hasil sebagai berikut:
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan untuk mengetahui tingkat prestasi belajar siswa kelas VII. 4 Semester I SMP Negeri I Kayangan
pada materi pokok aritmatika sosial melalaui pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Team Achievement Division). Penelitian ini
dilaksanakan dalam 2 siklus, dari hasil observasi diperoleh data kualitatif yang akan memberikan gambaran tentang kegiatan yang dilakukan
siswa dan guru selama proses belajar mengajar dan hasil tes siswa yang diperoleh berupa data kuantitatif. Data -data tersebut selanjutnya
dianalisis dengan menggunakan metode dan rumus yang telah ditetapkan sebelumnya.
Adapun analisis data dari tiap-tiap siklus akan diperoleh sebagai berikut :
Analisis data penelitian siklus I
I. Data obsevasi aktivitas guru.
Data observasi guru diperoleh dari pengamatan yang dilakukan oleh observer dengan mengisi lembar observasi yang telah
dipersiapkan oleh peneliti yang bertujuan untuk merekam jalannya proses belajar mengajar. Observasi terhadap aktivitas guru dilakukan dengan
mengamati prilaku guru pada saat proses belajar mengajar. Semua aktivitas guru yang tampak diberi tanda rumput dalam lembar observasi
(lampiran 8) yang sesuai dengan item yang tersedia. Adapun hasil data yang diperoleh dari observasi terhadap guru dapat dilihat dalam tabel
berikut:
Tabel 4.1. Data hasil observasi aktifitas guru siklus I
Total skor
Kategori
7
Aktif

Dari hasil di atas terlihat bahwa total skor aktivitas guru pada siklus 1 sebesar 7 yang berkategori aktif
2. Data observasi aktivitas siswa.
Data lengkap mengenai aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD
pada siklus I dapat dilihat pada lampiran 8. Berdasarkan banyaknya siswa dan banyaknya deskriptor pada setiap indikator maka jumlah skor ideal
untuk tiap-tiap indikator adalah 4 sehingga kriteria penggolongan aktivitas belajar siswa dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.2. Data hasil observasi aktivitas siswa siklus I
Banyak Siswa
Total Skor
Kategori
31
73
Kurang aktif
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa total skor aktivitas belajar siswa pada siklus I sebesar 73 yang berarti bahwa aktivitas belajar
siswa berkategori kurang aktif, sehingga pada siklus selanjutnya perlu ditingkatkan lagi.

3. Data prestasi belajar


Data prestasi belajar siswa siklus I adalah membahas bilangan-bilangan pecahan dan mengubah bentuk pecahan. Data lengkap prestasi
belajar siswa siklus I (Lampiran 5), kemudian dianalisis sehingga diperoleh data seperti berikut:
Tabel 4.3. Data hasil evaluasi belajar siklus I
Banyak Siswa
Total Nilai
Nilai Rata-Rata
Banyak Siswa Yang Tidak
Persentase
Tuntas
Ketuntasan
31
2277
73,45
17
49
Dari data di atas, dapat dilihat bahwa nilai rata-rata siswa adalah 73,45 Dari 31 siswa yang mengikuti tes evaluasi terdapat 14 siswa
yang tuntas belajar, persentase ketuntasan belajar adalah 49%. Nilai masih kurang dari ketuntasan belajar secara klasikal. Hal ini menunjukkan
bahwa prestasi belajar siswa belum mencapai target dari prestasi belajar yang diinginkan yaitu ketuntasan belajar klasikal yang >65 %. Dan untuk
mengetahui dapat meningkat atau tidaknya prestasi belajar siswa, maka akan dilanjutkan ke siklus II.
Memperhatikan data pada table 4.1 4.2 4.3 tersebut ,maka kekurangan yang terdapat pada siklus 1 adalah :

1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.
5.
b.
1.

2.

Komunikasi dua arah antara guru dan siswa masih kurang


Komunikasi dan kerja sama siswa dalam kelompok Nampak
kurang. Demikian siswa yang berkemampuan rendah , enggan bertanya pada
Temanya yang berkemampuan tinggi.
Guru kurang membimbing siswa dalam diskusi.
Guru kurang mengatur alokasi waktu, sehingga waktu untuk pengerjaan yang tidak cukup
Guru kurang memotivasi siswa dalam membangkitkan minat pada awal pelajaran
Memperhatikan kekurangan di atas, maka rencana perbaikan yang akan dilakukan pada siklus II adalah:
Guru memberikan beberapa pertanyaan dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, sehingga komunikasi antara guru dan siswa
tercipta.
Guru mentukan tutor sebaya untuk tiap-tiap kelompok agar mau membantu atau mengajari temenya yang belum bisa. Guru menekankan kepada
siswa bahwa kelompok yang dikatakan berhasil apabila tiap anggota kelompoknya mengerti atau bias menjawab pertanyaan yang diberikan
Guru lebih aktif memberikan bimbingan kepada tiap kelompok dengan terus mengoreksi kelompok tiap pelajaran berlangsung
Guru mengatur kembali alokasi waktu pengerjaan LKS serta menentukan jumlah soal dan tingkat kesulitan soal sesuai dengan waktu yang
tersedia.
Guru memberikan motivasi kepada siswa untuk membangkitkan minat pada pelajaran yaitu dengan memberikan gambaran tentang kegunaan
materi yang sedang dipelajari dalam kehidupan sehari-hari.
Analisis data penelitian siklus II
Data Observasi Kegiatan Guru
Observasi terhadap aktivitas guru dilakukan dengan mengamati prilaku guru pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Data
lengkap tentang aktivitas guru selama proses pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siklus II dapat dilihat
pada lampiran 9. Berdasarkan hasil observasi pada siklus II skor rata-rata aktivitas guru dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.4. Data hasil observasi aktifitas guru siklus II
Total skor
Kategori
9
Sangat aktif

Dari hasil data diatas terlihat bahwa total skor pada siklus II adalah 9 dan berkategori sangat aktif.
Data Observasi Aktivitas Siswa
Data lengkap tentang aktivitas siswa selama pelajaran dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siklus II dapat
dilihat pada lampiran 6 Berdasarkan hasil observasi dari skor rata-rata siswa dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.5. Data hasil observasi aktifitas belajar siswa siklus II
Banyak Siswa
31

3.

Total Skor

Kategori

80

aktif

Dari tabel di atas terlihat bahwa total skor aktivitas belajar siswa pada siklus II sebesar 80 yang berarti bahwa aktivitas belajar siswa
sudah berkategori aktif.
Data Prestasi Belajar
Data lengkap tentang prestasi belajar siswa pada siklus II dapat dilihat pada lampiran 6 Data pada lampiran tersebut dianalisis
sehingga diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.6. Data hasil evaluasi belajar siklus II
Banyak Siswa
Total Nilai
Nilai Rata-Rata
Banyak Siswa Yang
Persentase
TidakTuntas
Ketuntasan
31
2444
78,83
4
87
Dari data diatas menunjukkan bahwa persentase siswa yang mendapat nilai minimal 27. (ketuntasan minimal) adalah 87 %. Karena
ketuntasan klasikal tercapai jika banyaknya siswa yang tuntas 65.%, maka hasil penelitian pada siklus II sudah tercapai ketuntasan belajar
secara klasikal, ini berarti bahwa proses pembelajaran pada siklus II sudah dapat dikatakan berhasil.

B.

Berdasarkan data diatas diketahui bahwa terdapat peningkatan yang signifikan dari hasil prestasi belajar siswa yang kurang pada siklus
I sudah dapat ditingkatkan pada siklus II, dengan demikian ini menunjukkan bahwa tujuan yang diharapkan yaitu meningkatkan prestasi belajar
siswa tercapai.
Dari tindakan siklus II ternyata target yang ditetapkan oleh kurikulum sudah tercapai. Dengan demikian, maka pada siklus berikutnya
dapat dihentikan karena telah diperoleh informasi informasi yang cukup untuk mengambil beberapa keputusan sehubungan dengan target
penelitian ini. Walaupun demikian namun masih ada beberapa siswa yang masih dibawah target, maka perlu mendapat perhatian penanggulangan
khusus dari guru bidang studi yang bersangkutan.
Pembahasan
Penelitian ini dilaksanakan sesuai prosedur penelitian tindakan kelas (PTK) yang telah ditetapkan dengan diawali pada perencanaan,
pelaksanaan tindakan, observasi sampai refleksi.
Berdasarkan analisis data, pelaksanaan tindakan pada siklus I menunjukan bahwa nilai rata-rata kelas seb esar 73,45. dan persentase
ketuntasan klasikal adalah 45%. Hasil ini belum mencapai ketuntasan klasikal yaitu 65% atau lebih. Adapun untuk hasil observasi aktivitas
belajar siswa pada siklus I diperoleh bahwa skor rata-rata aktivitas belajar siswa adalah 7 dengan total skor sebesar 73 yang tergolong dalam
kategori kurang aktif. Hasil penelitian pada siklus I menunjukan bahwa prestasi belajar siswa masih kurang dan aktivitas belajar siswa juga masih
rendah.
Karna ketuntasan belajar pada siklus I belum tercapai, maka pelaksanaan tindakan dilanjutkan ke siklus II dengan melakukan
perbaikan-perbaikan dan penyempurnaan kekurangan-kekurangan pembelajaran kooperatif pada siklus I.
Setelah melakukan perbaikan dalam proses pembelajaran, dari hasil analisa pada siklus II diperoleh nilai rata rata kelas sebesar
78,83 dan persentsae ketuntasan klasikal sebesar 87%. Pada hasil observasi aktivitas belajar siswa diperoleh skor rata rata aktifitas siswa adalah
9 dengan total nilai sebesar 100 yang tergolong aktif. Data ini menunjukan bahwa terjadi peningkatan rata-rata skor pada aktivitas siswa dan
peningkatan nilai prestasi belajar siswa jika dibandingkan dengan siklus sebelumnya. Dan setelah dianalisis dengan menggunakan ketuntasan
klasikal dan nilai rata-rata, maka prestasi belajar siswa pada siklus II mengalami peningkatan secara signifikan.
Dari hasil yang diperoleh dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat dilihat bahwa pembelajaran ini dapat meningkatkan
aktifitas serta prestasi belajar siswa. Karena dalam pembelajaran kooperatif siswa dapat saling membantu memahami pembelajaran dan
memperbaiki jawaban teman serta kegiatan lainnya dengan mencapai tujuan belajar bersama. Hal ini sesuai dengan pendapat Anita Lie(2002)
yang menyebutkan bahwa Suasana belajar kooperatif juga mampu menghasilkan prestasi yang lebih tinggi, serta hubungan yang lebih positif
dan penyesuaian psikologis yang lebih baik dari pada suasana belajar yang penuh dengan persaingan dan memisah misahkan siswa.
Terjadinya peningkatan ini pula disebabkan oleh model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang diterapkan dalam pembelajaran
Matematika memiliki keuntungan keuntungan sesuai pendapat Ibrahinm dkk (2000) diantaranya Siswa berperan aktif sebagai tutor sebaya
untuk lebih meningkatakan keberhasilan kelompok, interaksi antara siswa seiring kemampuan mereka dalam berpendapat.
Dengan demikian, penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar matematika materi
pokok bilangan pecahan pada siswa kelas VII.I SMP Negeri 1 Kayangan Tahun Pelajaran 2012/2013.

Anda mungkin juga menyukai