Satu hal yang perlu mendapat perhatian adalah teknik penggunaan alat peraga dalam
pembelajaran matematika secara tepat. Untuk itu perlu dipertimbangkan kapan digunakan dan
jenis alat peraga mana yang sesuai untuk mencapai tujuan pembelajaran. Agar dalam memilih
dan menggunakan alat peraga sesuai dengan tujuan yang akan diacapai dalam pembelajaran,
maka perlu diketahui fungsi alat peraga, yakni sebagai berikut :
1. Sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif.
2. Salah satu unsur yang harus dikembangkan oleh guru karena mrupakan bagian yang integral dari
situasi mengajar.
3. Penggunaannya integral dengan tujuan dan isi pelajaran.
4. Penggunaannya bukan semata-mata alat hiburan (pelengkap).
5. Untuk mempercepat proses pembelajaran (menangkap pengertian)
6. Untuk memprtinggi mutu pembelajaran.
7. sebagai media dalam menanamkan konsep-konsep matematika, memantapkan pemahaman
konsep, dan untuk menunjukan hubungan antara konsep matematika denga dunia sekitar serta
aplikasi konsep dalam dunia nyata.
Selain itu, penggunaan alat peraga, dalam proses pembelajaran mempunyai nilai-nilai
praktis sebagai berikut :
1. Alat peraga dapat mengatasi berbagai keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh siswa dua
orang yang hidup di dua lingkungan yang berbeda akan mempunyai pengalaman yang berbeda
pula sehingga satu sama lain dapat mengatasi perbedaan-perbedaan tersebut.
2. Alat peraga memungkinkan adanya interaksi langsung antara siswa dengan lingkungan.
3. Alat peraga menghasilkan keseragaman pengamatan.
4. Alat peraga dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit dan realistis.
5. Alat peraga dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru.
6. Alat peraga dapat membangkitkan motivasi dan merangsang siswa dalam belajar
7. Alat peraga dapat memberikan pengalaman yang integral dari suatu yang konkrit sampai kepada
yang abstrak.
Beberapa ahli berpendapat bahwa tangram bermanfaat bagi anak-anak dalam berbagai hal
diantaranya (Bohning and Althouse, 1997, Krieger, 1991, National Council of Teachers
mathematics,2003) yaitu mengembagkan rasa suka terhadap geometri, mampu membedakan
berbagai bentuk, mengembangkan kemampuan rotasi spasial, mengembangkan perasaan intuitif
terhadap bentuk bentuk dan relasi relasi geometri , mengembangkan kemampuan pemakaian
kata kata yang tepat untuk memanipulasi bentuk (misalnya membalik, memutar, menggeser),
dan mempelajari apa artinya kongruen (bentuk yang sama dan sebangun).
Berikut adalah alat-alat dan bahan yang sangat diperlukan untuk membuat alat peraga
tangram adalah:
No Alat Bahan Tabel 1.1 Alat
dan Bahan
1. Gergaji Triplek Triplek Tangram
Gbr 1.8 Tangram Bentuk Hewan Gbr. 1.9 Siswa Peragakan tangram
Sedangkan teknik atau cara memperagakan alat peraga tangram adalah seperti berikut ini.
a. Model permainan tangram digunakan dengan cara merangkaikan potongan tangram dengan
menempelkan bagian sisi yang sama panjang sehingga terbentuk bangun geometri yang
dikehendaki.
b. Untuk menerapkannnya dikelas, guru bisa menyuruh masing-masing siswa untuk menjiplak 7
bangun pada gambar di atas dengan kertas yang agak tebal. Kemudian gunting dan gunakan
untuk membuat bangun-bangun geometri.
c. Setelah itu susunlah kembali bagun geometri tersebut sesuai ketentuannya.
2.4. Model Pembelajaran Cooperatif Learning
Menurut Slavin (2009) pembelajaran kooperatif adalah metode atau model pembelajaran
dimana siswa belajar bersama, saling menyumbangkan pikiran dan bertanggung jawab terhadap
pencapaian hasil belajar individu dan kelompok. Sedangkan menurut Suprijono (2010:54)
pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok
termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum
pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan
pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk
membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksduk. Pembelajaran kooperatif juga
didukung oleh teori Vygotski. Dukungan teori Vygotsky terhadap model pembelajaran kooperatif
adalah penekanan belajar sebagai proses dialog interaktif. Pembelajaran kooperatif adalah
pembelajaran berbasis sosial. Menurut Anita Lie dalam Suprijono (2010:56), model
pembelajaran ini didasarkan pada falsafat homo homini socius yang hal ini berlawanan dengan
teori Darwin, falsafah ini menekankan bahwa manusia adalah mahluk sosial. Dialog interaktif
(interaksi sosial) adalah kunci dari semua kehidupan sosial. Tanpa interaksi sosial, tidak akan
mungkin ada kehidupan bersama (zoon Politicon). Dari beberapa penjelasan diatas, maka dapat
diketahui bahwa model pembelajaran cooperative learning adalah model pembelajaran yang
selalu menekankan kebersamaan atau jamaah dalam proses pembelajarannya, sehingga hal ini
tidak mnjadikan siswa akan kesulitan dalam menghadapi persoalan.
Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok konvensional yang
menerapkan sistem kompetisi, di mana keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan
orang lain. Sedangkan tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi di mana
keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya (Slavin,
1994). Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari orang-
orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan
ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar
belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan
melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain.
Langkah-langkah pembelajaran cooperative learning dapat dituliskan dalam tabel sebagai
berikut:
Tabel 1.2 Pembelajaran Cooperatif Learning beserta langkahnya
Langkah Indikator Tingkah Laku Guru
Langkah 1 Menyampaikan tujuan dan Guru menyampaikan tujuan Tabel 1
memotivasi siswa. pembelajaran dan
mengkomunikasikan
kompetensi dasar yang akan
dicapai serta memotivasi siswa.
Langkah 2 Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi
kepada siswa
Langkah 3 Mengorganisasikan siswa ke Guru menginformasikan
dalam kelompok-kelompok pengelompokan siswa
belajar
Langkah 4 Membimbing kelompok belajar Guru memotivasi serta
memfasilitasi kerja siswa dalam
kelompok kelompok belajar
Langkah 5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar
tentang materi pembelajaran
yang telah dilaksanakan
Langkah 6 Memberikan penghargaan Guru memberi penghargaan
hasil belajar individual dan
kelompok.
Tabel 1.2
Bagan ini menggambarkan unsur yang terdapat dalam proses belajar mengajar. Hasil
belajar dalam hal ini berhubungan dengan tujuan instruksional dan pengalaman belajar. Adanya
tujuan instruksional merupakan panduan tertulis akan perubahan perilaku yang diinginkan pada
diri siswa (Sudjana, 2005), sementara pengalaman belajar meliputi apa-apa yang dialami siswa
baik itu kegiatan mengobservasi, mengobservasi, membaca, meniru, mencoba sesuatu sendiri,
mendengar, mengikuti perintah (Spears, dalam Sardiman, 2000).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan pada
kognitif, afektif dan konatif sebagai pengaruh pengalaman belajar yang dialami siswa baik
berupa suatu bagian, unit, atau bab materi tertentu yang telah diajarkan. Dalam penelitian ini
aspek yang di ukur adalah perubahan pada tingkat kognitifnya saja.
Djamarah (2003) menyatakan bahwa berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar
disebabkan oleh faktor yang berasal dari dalam diri individu dan faktor dari luar individu. Clark
(dalam Sabri 2005) mendukung hal tersebut dengan menyatakan bahwa 70% hasil belajar siswa
di sekolah dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi lingkungan.
2.7. Kerangka Berpikir
Salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengaktifkan dan
menumbuhkan minat siswa dalam mempelajari matematika adalah model pembelajaran
kooperatif learning tipe STAD. Model pembelajaran kooperatif learning merupakan suatu model
pembelajaran dimana siswa dilatih untuk selalu bekerja sama atau berjamaah dalam
menyelesaikan sebuah persoalan yang diberikan oleh guru. Model pembelajaran ini dituntut agar
siswa mampu menyelesaikan persoalan yang diberikan secara berkelompok, tidak secara
mandiri. Hal ini sangat berkaitan erat dengan penerapan alat peraga tangram
sebagai Mathematics Puzzle dalam pembelajaran matematika. Karena dalam peragaan tangram
siswa dituntut untuk menyusun teka teki atau puzzle yang diberikan oleh guru secara
berkelompok sehingga membentuk suatu bangun ruang tertentu melalui tujuh potongan tangram.
Sehingga jika alat peraga tangram diterapkan dan diperagakan melalui model pembelajaran
kooperatif tipe STAD maka akan menghasilkan siswa yang tumbuh dan berkembang minatnya
dalam mempelajari matematika. Selain itu, hal ini pula akan berpengaruh terhadap hasil belajar
siswa.
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih mendorong kemandirian,
keaktifan, dan tanggung jawab dalam diri siswa, sehingga peserta didik lebih aktif selama proses
pembelajaran berlangsung. Melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan berbantua
alat peraga tangram diharapkan mampu meningkatkan keaktifan siswa kelas IX B SMPN 10
Kendari dalam mencapai hasil prestasi belajar yang maksimal.
2.8. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini
adalah:
1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan alat peraga tangram dapat
meningkatkan minat siswa kelas IX B SMPN 10 Kendari dalam belajar pada pokok bahasan
kesebangunan dan kekongruenan.
2. Penerapan model penmbelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan alat peraga tangram dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IX B SMPN 10 Kendari pokok bahasan kesebangunan
dan kekongruenan.
Angket merupakan instrumen penelitian yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau
pernyataan tertulis kepada responden untuk menjawabnya. Angket yang digunakan peneliti adalah angket minat
belajar matematika dan angket respon siswa terhadap pembelajaran matematika menggunakan alat peraga tangram
sebagai MathematicsPuzzle melalui model kooperatif learning tipe STAD. Angket minat belajar matematika
menggunakan pernyataan tertutup. Responden diminta untuk mengisi angket dengan alternatif jawaban yang sudah
ditentukan peneliti. Data yang diminta peneliti dari responden yaitu hal-hal yang berkaitan dengan minat belajar
matematika siswa kelas IX B SMPN 10 Kendari.
Angket respon siswa terhadap pembelajaran matematika menggunakan alat peraga tangram
sebagai Mathematics Puzzle melalui model kooperatif learning tipe STAD dengan menggunakan pertanyaan
terbuka. Responden bebas mengisi angket tersebut mengenai pendapatnya tentang pembelajaran matematika
pokok bahasan kesebangunan dan kekongruenan menggunakan alat peraga tangram sebagai MathematicsPuzzle
melalui model kooperatif learning.Selain itu, angket juga digunakan untuk memperkuat data yang telah diperoleh
berdasarkan lembar observasi.
5. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara digunakan peneliti untuk mengetahui hal-hal yang lebih mendalam.
Wawancara ini ditujukan kepada guru matematika kelas IX B SMPN 10 Kendari untuk
mengetahui pendapat kolaborator mengenai keterlaksanaan kegiatan pembelajaran matematika
menggunakan alat peraga tangram sebagaiMathematics Puzzle melalui model kooperatif
learning serta minat belajar matematika siswa.
6. Dokumentasi
Dokumentasi meliputi perangkat pembelajaran seperti RPP dan LKS, nilai tes siswa, hasil
penilaian presentasi tim serta data hasil observasi, angket dan wawancara. Selain itu,
dokumentasi juga meliputi data pendukung seperti jadwal kegiatan pembelajaran matematika,
daftar presensi siswa.
7. Catatan Lapangan
Catatan lapangan merupakan catatan tertulis tentang hasil pengamatan dikelas yang tidak
terdapat di lembar observasi. Dalam penelitian ini catatan lapangan digunakan untuk mengamati
hal-hal yang terjadi selama penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantua alat
peraga.
Persentase Kriteria
75 % - 100% Sangat Tinggi
50% - 74,99% Tinggi
25% - 49,99 % Sedang
0% - 24,99% Rendah
Peneliti menggunakan kriteria tersebut karena dalam lembar observasi terdapat empat
kriteria penilaian, sehingga terdapat empat kriteria keaktifan. Cara menghitung kriteria kekatifan
siswa berdasarkan lembar observasi tiap pertemuan adalah sebagai berikut:
Persentase =
Persentase Kriteria
75 % - 100% Sangat Tinggi
50% - 74,99% Tinggi
25% - 49,99 % Sedang
0% - 24,99% Rendah
Peneliti menggunakan kriteria tersebut karena dalam angket minat terdapat empat pilihan
jawaban sehingga terdapat empat kriteria minat. Cara menghitung persentase angket minat
menurut (Sugiyono,2001:81) adalah sebagai berikut.
Persentase =
b. Peningkatan prestasi siswa juga dilihat dari hasil elajar jangka pendeknya yang ditunjukan
dengan kenaikan nilai rata-rata tes pada setiap siklus. Dari data perolehan skor untuk setiap tes,
rata-rata nilai siswa dengan menggunakan perhitungan sebagai berikut.
dengan X= nilai siswa dan n= jumlah siswa
c. Peningkatan nilai individu siswa diperoleh dengan membandingkan skor dasar siswa (rata-rata
nilai tes siswa sebelumnya) dengan nilai kuis sekarang. Aturan pemberian skor pebingkatan
individu mengikuti aturan dalam Slavin (1995:80).
d. Perolehan penghargaan kelompok dengan melihat jumlah rata-rata skor tiap kelompok. Aturan
perolehan penghargaan kelompok mengikuti aturan dalam Mohammad Nur (2005:36).
3.8 Definisi Operasional Variable
Untuk menghindari perbedaan persepsi terhadap istilah dalam penelitian ini maka diberikan defenisi
operasional sebagai berikut:
1. Alat peraga tangram adalah alat atau media yang akan diperagakan dalam sebuah pembelajaran matematika yang
berbentuk teka-teki (puzzle).
2. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah model pembelajaran yang menuntut siswa untuk menyelesaikan
permasalahan secara berkelompok atau berjamaah, sehingga tidak terdapat siswa yang kebingungan terhadap
semua materi yang diajarkan dengan menuntut nilai kemandirian keaktifan,dan tanggung jawab dalam diri siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Cooperative Learning.http://eliku08.blogspot.com/2012/06/cooperative
learning.html. diakses tanggal 19 oktober 2012.
Arikunto, Suharsimi. 1997. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.Jakarta: Rineka
Cipta.
Arikunto, Suharismi. 2002. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Azwar, Saifudin. 1998. Tes Prestasi II. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Dalyono. 2005. Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta.
Emet, Dirman. 2011. Meningkatkan Motivasi dan Minat Belajar Matematika Siswa Melalui Model
Pembelajaran Contextual Teaching and
Learning. http://dirmanemet.blogspot.com/2011/02/kajian_03.html(diakses, 10 Oktober 2013).
Fatmawati, Dani. 2010. Penggunaan Strategi Guide Note-Taking Dengan Mengoptimalkan Alat Peraga
Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Minat Belajar Siswa Dan Pemahaman
Konsep Kubus Dan Balok. Skripsi. UMS Surakarta: Tidak diterbitkan.
Fetoys.2013.Permainan Tangram. http://fetoys.net/educational/15-permainan-tangram.html
(diakses, 07 Oktober 2013).
Hamalik, Oemar. 2003. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Herdian. 2009. Model Pembelajaran STAD (Students Team Achievement
Division). http://herdy07.wordpress.com/2009/04/22/model-pembelajaran-stad-student-teams-
achievement-division/ (diakses, 2 Januari 2014).
Ismail. 2003. Model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Dikdasmen.
J.Moleong, Lexy. 2007. Metodologi Penelitian Kulaitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nur, Mohammad. 2005. Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Depdiknas.
3 komentar:
1.
Irsyad Amrulloh5 April 2014 10.11
salam kenal pak, saya baru belajar membuat proposal. jadi harus banyak baca dari berbagai sumber. Terima
kasih pak,.
Balas
2.
3.
Mengenai Saya
Arsip Blog
2016 (2)
2015 (6)
2014 (6)
o September (1)
o April (2)
o Maret (1)
o Januari (2)
GESIKA pun Bangkit Untuk Mosolo
Contoh Proposal Penelitian Pendidikan Matematika
2013 (4)
2012 (18)
2011 (1)