Oleh
A. Latar Belakang
Pembelajaran abad 21 merupakan pembelajaran yang mempersiapkan generasi
abad 21 dimana kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang
berkembang begitu cepat memiliki pengaruh terhadap berbagai aspek kehidupan
termasuk pada proses belajar mengajar. Pembelajaran abad 21 merupakan suatu
peralihan pembelajaran dimana kurikulum yang dikembangkan saat ini menuntut
sekolah untuk merubah pendekatan pembelajaran yang berpusat pada
pendidik (teacher-centered learning)menjadi pendekatan pembelajaran yang
berpusat pada peserta didik (student-centered learning). Hal ini sesuai dengan
tuntutan dunia masa depan dimana peserta didik harus memiliki kecakapan berpikir
dan belajar. Kecakapan-kecakapan tersebut diantaranya adalah kecakapan
memecahkan masalah (problem solving), berpikir kritis, kolaborasi, dan kecakapan
berkomunikasi utamanya dalam pembelajaran matematika.
Matematika menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (2003:6)
merupakan suatu bahan kajian yang memiliki objek abstrak dan dibangun
melalui melalui proses penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep
diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sehingga keterkaitan
antar konsep dalam matematika bersifat sangat kuat dan jelas. Dalam
pembelajaran matematika agar mudah dimengerti oleh siswa, proses penalaran
induktif dapat dilakukan pada awal pembelajaran dan kemudian dilanjutkan
dengan proses penalaran deduktif untuk menguatkan pemahaman yang sudah
dimiliki oleh siswa.
Proses belajar akan terjadi jika pengetahuan yang dipelajari bermakna bagi
pembelajar (Freudental, 1991 dalam buku Ariyadi Wijaya, 2011:3). Pembelajaran
matematika selama ini dipandang sebagai alat yang siap pakai. Pandangan ini
mendorong guru bersikap cenderung memberi tahu konsep dan cara
menggunakannya. Pembelajaran matematika terfokus pada guru, sehingga siswa
cenderung pasif. Guru yang mendominasi kegiatan pembelajaran di kelas. Selain
itu masih terdapat metode konvensional yang diterapkan, membuat suasana
pembelajaran di kelas monoton. Metode pembelajaran yang sering dilaksanakan,
biasanya ceramah, guru yang menjelaskan materi pembelajaran, memberikan
rumus dan siswa disuruh menghafal rumus tersebut tanpa mengetahui konsep
rumus tersebut didapat dari mana. Pembelajaran yang demikian tidak kondusif
sehingga membuat siswa menjadi sasaran pembelajaran yang pasif, dan hanya
menerima konsep dari guru saja. Tidak semua siswa dapat menghafal dengan baik
tanpa memahami suatu konsep. Hal ini berimplikasi pada hasil belajar siswa yang
rendah atau tidak sesuai dengan target yang ingin dicapai dalam suatu proses
pembelajaran.
Sebagai lembaga pendidikan formal, UPT SMP Negeri 2 Pinrang
mengalami masalah rendahnya hasil belajar matematika siswa. Hasil belajar
siswa pada mata pelajaran matematika masih rendah, khususnya siswa kelas VII-
4. Pada hasil ulangan harian ke-1, semester ganjil, tahun pelajaran
2018/2019 di UPT SMP Negeri 2 Pinrang, yang memuat materi bilangan bulat
terlihat bahwa, siswa yang mendapatkan nilai di bawah 75 sebanyak
26 orang atau sebanyak 65%, belum tuntas, siswa yang mendapatkan nilai di
atas atau sama dengan 75 sebanyak 14 orang atau sebanyak 35% yang tuntas.
Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran
kooperatif, dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6
orang secara heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan
bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus
dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang
lain (Arends: 1997). Menurut Lie, A. (1994), model pembelajaran kooperatif
tipe Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap
pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya
mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan
dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompok yang lain. Dengan
demikian ”siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja
sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan”. Para
anggota dari kelompok- kelompok yang berbeda dengan topik yang sama
bertemu untuk diskusi (kelompok ahli) saling membantu satu sama lain tentang
topik pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa-siswa itu
kembali pada kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang
lain tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan kelompok
ahli.
Oleh karena itu peneliti mengajukan penelitian dengan judul: ” Peningkatan
Hasil Operasi Belajar Bilangan Bulat melalui model pembelajaran tipe Jigsaw
pada siswa keas VII-4 UPT SMPN 2 Pinrang”
B. Rumusan Masalah
Permasalahan mendasar dalam penelitian ini adalah sebagian besar siswa kelas
VII-4 UPT SMP Negeri 2 Pinrang kurang memahami konsep operas bilangan bulat.
Bertitik tolak dari uraian di atas, maka dirumuskan masalah dalam penelitian ini
sebagai berikut:
Apakah penggunaan model pembelajaran tipe Jigsaw dapat meningkatkan
hasil belajar operasi bilangan bulat pada siswa kelas VII-4 UPT SMPN 2
Pinrang?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
Untuk mengetahui apakah penggunakan model pembelajaran tipe Jigsaw dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII-4 UPT SMPN 2 Pinrang.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi siswa, penelitian ini yaitu penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw , bermanfaat untuk meningkatkan keaktifan dalam
proses pembelajaran, karena suasana pembelajaran menyenangkan, motivasi
belajar siswa meningkat, sehingga pada akhirnya akan meningkatkan hasil
belajar siswa, khususnya operasi bilangan bulat.
2. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan untuk
meningkatkan proses pembelajaran pada operasi bilangan bulat siswa kelas
VII-4 UPT SMPN 2 Pinrang, dan menambah inovasi dan kreativitas dalam
kegiatan belajar mengajar.
3. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam membuat
kebijakan tentang peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah, melalui
pelatihan bagi guru tentang metode pengajaran dan media pembelajaran
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
4. Bagi peneliti
Diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan serta keterampilan
mengajar yang dapt digunakan untuk membantu mengatasi permasalaha yang
akan dihadapi nantinya selaku guru matematika.
2. Hasil Belajar
a. Defenisi Hasil Belajar
Hasil belajar adalah perubahan sikap yang terjadi setelah seseorang belajar dari
suatu hal. Belajar yang tercapai apabila seminimalnyanya dapat merubah pandangan
terhadap suatu hal.
Sementara itu, kemampuan baru yang diperoleh setelah siswa belajar menurut
Gagne, Briggs dan Wager dalam Rusmono (2014, hlm. 9) mengatakan sebagai
berikut:
Kapabilitas atau penampilan yang dapat diamati sebagai hasil belajar. Lebih
lanjut dikatakan, mengkategorikan lima kemampuan sebagai hasil belajar yaitu,
1) Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam
bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespons merasa
secara spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak
memerlukan manipulasi symbol, pemecahan masalah maupun penerapan
aturan.
2) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan
lambing. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi,
kemampuan analitis sintesis fakta konsep dan mengembangkan prinsip-
prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan
melakukan aktivitas kognitif bersifat khas.
3) Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas
kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan
kaidah dalam pemecahan masalah
4) Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak
jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak
jasmani
5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan
penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan
menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan
kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar prilaku.
Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan
belajar.Adapun Standar Penilaian Pendidikan adalah kriteria mengenai lingkup,
tujuan, manfaat, prinsip, mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar
peserta didik yang digunakan sebagai dasar dalam penilaian hasil belajar peserta
didik pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah (Permendikbud No 23 2016
pasal 1) dan Menurut Nasution (2006, hlm. 45) berpendapat bahwa: Hasil belajar
adalah kemampuan anak didik berdasarkan hasil dari pengalaman atau pelajaran
setelah mengikuti program belajar secara periodik, dengan selesainya proses 33
belajar mengajar pada umumnya dilanjutkan dengan adanya suatu evaluasi. Dimana
evaluasi ini mengandung maksud untuk mengetahui kemajuan belajar atau
penguasaan siswa atau terhadap materi yang diberikan oleh guru.
Sedangkan Hasil belajar menurut Rusmono (2014, hlm. 8) Merupakan
perubahan perilaku yang meliputi tiga ranah yaitu tanah kognitif, afektif, dan
psikomotorik.Ranah kognitif meliputi tujuan-tujaun belajar yang berhubungan
dengan memanggil kembali pengtahuan dan pengembangan kemampuan intelektual
dan keterampilan.Ranah afektif meliputi tujuantujuan belajar yang menjelaskan
perubahan sikap, minat, nilai-nilai, dan pengembangan apersepsi serta
penyesuaian.Ranah psikomotorik mencakup perubahan perilaku yang menunjukkan
bahwa siswa telah mempelajari keterampilan manipulatif fisik tertntu.
Berdasarkan uraian di atas dapat penulis simpulkan bahwa hasil belajar
merupakan perubahan tingkah laku individu yang mencakup tiga aspek yaitu
kognitif, afektif, dan psikomotor.Hasil belajar juga merupakan suatu perubahan
tingkah laku dari belum bisa menjadi bisa dan yang belum tahu menjadi tahu.
b. Prinsip Hasil Belajar
Penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang Pendidikan Dasar dan
Menengah didasarkan Menurut Permendikbud No. 53 Tahun 2015, prinsip-
prinsipnya adalah sebagai berikut :
1) Sahih berarti penilaian didasarkan pada data yang mencermikan kemampuan
yang diukur.
2) Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas,
tidak dipengaruhi subjektivitas penilai.
3) Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik
karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku,
budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.
4) Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu komponen
yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.
5) Terbuka, berarti prosedur penilaian, krteria penilaian, dan dasar pengambilan
keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan.
6) Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian oleh pendidik
mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik
penilaian yang sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan peserta
didik.
7) Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan
mengikuti langkah-langkah baku.
8) Beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian
kompetensi yang ditetapkan, dan
9) Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi
teknik, prosedur, maupun hasilnya.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, maka peneliti dapat menyimpulkan
bahwa prinsip-prinsip penilaian hasil belajar tidak bisa terlepas dari valid/sahih
yaitu penilaian menggunakan standar kompetensi dasar. Selain itu penilaian hasil
belajar juga harus objektif yang tidak memihak siapapun, transparan atau terbuka
untuk setiap poin penilaian yang dilakukan dengan jelas tanpa manipulasi, adil yaitu
tidak memihak manapun. Jadi penilaian dilakukan kepada semua pihak secara adil
tanpa terkecuali, menyeluruh, berkesinambungan, terpadu, sistematis atau
berurutan, akuntabel, dan juga mengacu pada kriteria pembelajaran.
E. Kerangka Pikir
Berdasarkan pengalaman yang diperoleh siswa kelas VII-4 UPT SMPN 2 Pinrang,
Kegiatan siswa selama proses pembelajaran hanya sebatas mendengarkan dan menulis,
sehingga siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi. Selain itu, kegiatan
pembelajaran dilakukan secara klasikal teacher center . Pengalaman belajar siswa
dalam belajar pun tidak banyak. Akibatnya, siswa tidak terlatih untuk dapat
menemukan, dan memecahkan masalah secara kritis dan kreatif di kelas.
Atas dasar hal tersebut maka peneliti mencoba untuk menggunakan model
pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw pada pelajaran Matematika materi
operasi bilangan bulat dan perubahannya di UPT SMPN 2 Pinrang. Metode yang
digunakan adalah metode diskusi kelompok dan ceramah, metode ini dipilih karena
memudahkan siswa dalam proses pembelajaran berlangsung, siswa dapat saling
bertukar pikiran dari sesama teman kelompoknya. Selain itu guru juga bisa
mengarahkan dan membimbing siswa pada diskusi kelompok tersebut. dan media yang
digunakan adalah media gambar yang berkaitan dengan materi, media ini dipilih karena
mudah diperoleh serta mudah dan murah selian itu, memudahkan 30 siswa untuk
memahami materi dan melibatkan siswa aktif baik secara individu atau kelompok.
Model Pembelajaran
Matematika
Penelitian Tindakan
Kelas
Evaluasi
Variabel Proses
Variabel Input
Penerapan model
Guru masih kurang kooperatif tipe Jigsaw
memahami dalam memilih
model pembelajaran karena
guru masih menggunakan
metode pembelajaran Variabel Output
konvensional sehingga Meningkatnya hasil
penyampaian pembelajaran di belajar siswa kelas VII-4
UPT SMPN 2 Pinrang
dalam kelas kurang optimal dengan menggunakan
yang mengakibatkan hasil model pembelajaran
Kooperatif tipe Jigsaw
belajar siswa masih terlihat
dengan materi operasi
kurang dan rendah. bilangan blat
F. Teknik Pengumpul Data dan Instrumen
1. Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan hal yang paling penting dipersiapkan
sebelum melakukan penelitian. Hal ini dikarenakan teknik yang tepat akan
menghasilkan data yang akurat. Pengumpulan data perlu dilakukan untuk
mengumpulkan data atau informasi serta menguji kebenaran hipotesis untuk
menjawab rumusan masalah.
Metode pengumpulan data merupakan cara untuk memperoleh data.
Pengumpulan data menurut Dadang Iskandar dan Narsim (2015, hlm. 72)
“Teknik ini digunakan untuk mendeskripsikan data kuantitatif dan kualitatif
yang di interprestasikan dalam bentuk uraian”.
Pendapat lain, menurut Suryadi (2012, hlm. 84) mengemukakan bahwa
teknik pengumpulan data merupakan metode yang digunakan peneliti dalam
merekam data atau informasi yang diperlukan.
Menindaklanjuti pendapat di atas dapat peneliti simpulkan bahwa metode
penlitian adalah sebuah metode yang digunakan untuk merekam data atau
informasi yang didapat untuk memperoleh data yang diperlukan.
Perlu diperhatikan bahwa penelitian tindakan kelas memiliki dua jenis data,
menurut Dadang Iskandar dan Narsim (2015, hlm. 52) menyatakan sebagai
berikut:
a. Data Kualitatif
Data kualitatif berisi kalimat penjelasan yang diambil dari hasil
observasi peneliti pada peserta didik selama kegiatan pembelajaran
berlangsung dan hasil pengamatan observer pada kegiatan
pembelajaran yang dilakukan peeliti dianalisis dengan deskripsi
persentase dan dikelompokkan berdasarkan kategori. Sejalan dengan
pendapat di atas, Data kualitatif menurut Arikunto (2008, hlm. 131)
merupakan data yang berupa informasi berbentuk kalimat yang
memberi gambaran tentang ekspresi siswa tentang tingkat pemahaman
terhadap suatu mata pelajaran (kognitif), pandangan atau sikap siswa
terhadap metode yang baru (afektif), aktivitas siswa mengikuti
pelajaran, perhatian, antusias dalam belajar, kepercayaan diri, motivasi
belajar dan sejenisnya dapat dianalisis secara kualitatif. Sedangkan
pendapat lain menurut Ariesto dan Andriano (2010) mengemukakan
bahwa data kualitatif adalah data yang berupa tulisan mengenai tingkah
laku manusia yang dapat diamati. Data kualitatif itu berbentuk uraian
terperinci, kutipan langsung dan dokumentasi kasus. Data ini
dikumpulkan sebagai suatu cerita responden, tanpa mencoba
mencocokkan suatu gejala dengan kategori baku yang telah ditetapkan
sebelumnya, sebagaimana jawaban pertanyaan dalam kuesioner.
b. Data Kuantitatif
Data kuantitatif berupa angka-angka yang diambil dari hasil evaluasi
setelah diadakan pembelajaran diolah dengan menggunakan teknik
deskriptif persentase. Nilai dianalisis berdasarkan pencapaian peserta
didik yakni nilai tertinggi, terendah, jumlah, rerata kelas, dan
ketuntasan. Sejalan dengan pendapat di atas, Data Kuantitatif menurut
Supardi (2008, hlm. 131) merupakan nilai hasil belajar siswa yang
dianalisis secara deskriptif. Statistik dapat digunakan untuk mengolah
karakteristik data yang berkaitan dengan menjumlah, merata-rata,
mencari titik tengah, mencari presentase, dan menyajikan data yang
menarik, mudah dibaca dan diikuti alur berfikirnya (grafik, table,
chart). Sedangkan pendapat lain menurut Sugiyono (2010: hlm.16) data
kuantitatif adalah data yang berbentuk angka dan bilangan. Sesuai
dengan bentuknya dan kuantitatif data diperoleh atau di analisis
menggunakan teknik perhitungan matematika atau statustik. Data
kuantitatif berfungsi untuk mengetahui jumlah atau besaran sebuah
objek yang diteliti. Data ini bersifat nyata atau dapat diterima oleh
panca indra sehingga peneliti harus benar-benar jeli dan teliti untuk
mendapatkan keakuratan data dari objek yang akan diteliti. Adapun
jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa
pengamatan atau observasi pelaksanaan pembelajaran, angket sikap
penilaian diri, lembar wawancara, lemabar pretest dan postest, dan
dokumentasi (foto kegiatan pembelajaran). Pada penelitian ini
menggunakan rancangan pengumpulan data teknik tes dan non tes.
a) Tes
Beberapa para ahli berpendapat mengenai definisi dari tes. Zainal
dan Mulyana (dalam Dadang Iskandar dan Narsim, 2015, hlm. 48)
mengemukakan tes adalah suatu pertanyaan atau tugas seperangkat
tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang atribut
pendidikan atau psikologi tertentu dan setiap butir pertanyaan atau
tugas tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap
benar, dan apabila tidak memenuhi ketentuan tersebut, maka jawaban
anda dianggap salah.
Sedangkan menurut Arikunto (dalam Dadang Iskandar, 2015,
hlm. 48) tes yaitu serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.
Dengan kata lain tes merupakan alat yang digunakan untuk mengukur
pengetahuan dan kemampuan individu atau kelompok.
Menindaklanjuti pendapat di atas, maka peneliti dapat
menyimpulkan bahwa tes adalah serentetan pertanyaan atau tugas
yang digunakan untuk mengukur keberhasilan atau ketercapaiannya
hasil belajar peserta didik dengan tujuan pembelajaran. tes dibuat
berbasarkan tujuan yang ingin dicapai.
1) Lembar Evaluasi (Pre-test dan Post-test)
Secara umum orang hanya mengidentikkan kegiatan evaluasi sama dengan
menilai, karena aktifitas mengukur biasanya sudah termasuk didalamnya.
Pengukuran, penilaian dan evaluasi merupakan kegiatan yang bersifat hierarki.
Artinya ketiga kegiatan tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain dan dalam
pelaksanaannya harus dilaksanakan secara berurutan.
Sejalan dengan pendapat di atas menurut Sudiono, Anas (2005) mengemukakan
bahwa secara harfiah kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation, dalam
bahasa Indonesia berarti penilaian. Akar katanya adalah value yang artinya nilai.
Jadi istilah evaluasi menunjuk pada suatu tindakan atau suatu proses untuk
menentukan nilai dari sesuatu.
Sedangkan pendapat lain menurut Zainul, Asmawi dan Noehi Nasution (2001),
mengartikan penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan
menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik
yang menggunakan tes maupun nontes. Dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah
Data atau informasi diperoleh melalui pengukuran (measurement) hasil
belajar.melalui tes atau nontes.
2) Lembar Kerjas Siswa (LKS)
Lembar Kerja Peserta Didik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah berupa
panduan yang disajikan melalui permasalahan yang mengarahkan peserta didik
menemukan sendiri konsep yang dipelajarinya. Sejalan dengan pendapat tersebut
menurut depdiknas (2004, hlm. 148) mengemukakakan bahwa LKS biasanya
berupa petunjuk, langkah untuk menyelesaikan suatu tugas, suatu tugas
yangdiperintahkan dalam lembar kegiatan harus jelas kompetensi dasar yang akan
dicapainya.
Sedangkan pendapat lain menurut Trianto (2008, hlm. 148) mendefinisikan
bahwa Lembar Kerja Siswa adalah panduan siswa yang digunakan untuk
melakukan kegiatan penyelidikan dan pemecahan masalah. Dapat disimpulkan
bahwa LKS berwujud lembaran berisi tugastugas guru kepada siswa yang
disesuaikan dengan kompetensi dasar dan dengan tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai.
Atau dapat dikatakan juga bahwa LKS adalah panduan kerja siswa untuk
mempermudah siswa dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran.
b) Non tes
Pengumpulan data menggunakan non tes terdiri dari observasi, angket,
wawancara dan dokumentasi.
1) Observasi Pengamatan atau observasi dilakukan pada saat pelaksanaan
pembelajaran berlangsung dengan tujuan untuk mengetahui proses belajar
mengajar. Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara
berkesinambungan dengan menggunakan indra, baik secara langsung
maupun tidak langsung dengan menggunakan pedoman atau lembar
observasi yng berisi sejumlah indikator perilaku atau aspek yang diamati
(Kunandar, 2015, hlm. 121). Perilaku seseorang pada umumnya
menunjukkan kecenderungan seseorang dalam sesuatu hal. Oleh karena itu,
guru dapat melakukan pengamatan atau observasi terhadap peserta didik
yang dibinanya. Hasil pengamatan atau observasi dapat dijadikan sebagai
umpan balik dalam pembinaan terhadap peserta didik. Pengamatan atau
observasi perilaku peserta didikdalam pembelajaran dapat dilakukan
dengan menggunakan alat pengamatan atau observasi.
Pendapat lain, menurut Nana Sudjana dalam Dadang Iskandar dan
Narsim (2015, hlm. 50) mengemukakan bahwa observasi atau mengamatan
adalah sebagai alat penilaian banyak yang digunakan untukmengukur
tingkah laku individu atau proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat
diamati, baik dalam situasi buatan. Observasi dalam PTK hendaknya
dilakukan secara langsung oleh peneliti dan observer dalam kegiatan
pembelajaran.
Menindaklanjuti pendapat di atas, maka peneliti dapat menyimpulkan
bahwa observasi adalah kegiatan mengamati suatu proses pembelajaran
yang digunakan untuk mengukur tingkah laku individu menggunakan
pedoman atau lembar observasi. Pada penelitian ini observasi digunakan
untuk mengetahui proses pelaksanaan pembelajaran, rencana pelaksanaan
pembelajaran dan perbuahan sikap peserta didik.
2) Angket
Angket adalah sebagai alat ukur pengumpulan data dalam assessment
non tes, berupa serangkaian yang diajukan kepada responden (peserta didik,
orang tua atau masyarakat) (Gantina komalasari, dkk 2011, hlm. 81).
Sedangkan menurut komalasari (2011, hlm. 81) angket dikenal dengan
sebuah kuisioner, alat ini secara besar terdiri dari tigas bagian yaitu: judul
angket, pengantar yang berisi tujuan, atau petunjuk pengisian angket, dan
item-item pertanyaant yang berisi opini atau pendapat dan fakta.
Menindaklanjuti pendapat di atas, aka peneliti menyimpulkan bahwa
angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis tentang data-data faktual yang
diberikan kepada responden untuk mendapatkan data. Pada penelitian ini
angket digunakan untuk mengetahui penilaian diri peserta didik pada sikap
percaya diri, sikap peduli, sikap tanggung jawab, pemahaman dan
keterampilan komunikasi.
3) Wawancara
Wawancara merupakan teknik pertemuan dua orang untuk bertukar
informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapatdikontruksikan
makna dalam suatu topik tertentu. (Esterberg, dalam Sugiyono, 2013, hlm.
231) Sedangkan menurut Setyadin dalam Gunawan (2013, hlm. 160)
wawancara adalah suatu percakapan yang diarahkan pada suatu masalah
tertentu dan merupakan proses tanya jawab lisan dimana dua orang atau
lebih berhadapan secara fisik. Menindaklanjuti pendapat di atas, maka
peneliti dapat menyimpulkan bahwa wawancara adalah teknik
mengumpulkan informasi melalui percakapan atau tanya jawab yang
dilakukan dua orang atau lebih. Pada penelitian ini wawancara dilakukan
kepada guru dan peserta didik mengenai proses pembelajaran selama
penelitian berlangsung.
H. Indikator Keberhasilan
Indikator digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan dari kegiatan
penelitian tindakan kelas dalam meningkatkan mutu pembelajaran dikelas.
a. Indikator keberhasilan pelaksanaan pembelajaran akan berhasil jika
80% komponen yang diamati sesuai dengan observasi proses
pembelajaran, seluruhnya muncul dan memiliki kualitas kategori baik
maka proses pembelajaran dianggap berhasil.
b. Indikator keberhasilan pemahaman memiliki KKM 75, jika mencapai
80% komponen yang diamati pada observasi dan angket sikap tanggung
jawab muncul semua dan memiliki kualitas baik.
c. Indikator keberhasilan keterampilan memiliki KKM 75, jika mencapai
80% komponen yang diamati pada observasi dan angket sikap tanggung
jawab muncul semua dan memiliki kualitas baik.
d. Hasil belajar dilihat dari pretest dan post test peserta didik melalui
penerapan model kooperatif tipe jigsaw menggunakan kriteria
ketuntasan minimum yang ditetapkan sekolah pada aspek kognitif 75,
afektif 75, psikomotor 75. Sekurang-kurangnya peserta didik harus
mencapai KKM sebesar 80% untuk menunjukan peningkatan hasil
belajar yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Hamid dan Widodo Supriyono. Psikologi Belajar. PT. Rineka Cipta, Jakarta:
1991.
Anita Lie. Cooperative Learning. Jakarta : Grasindo, 2007. Baharuddin, dkk, Teori
Sardiman AM. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar Jakarta: Raja Grafindo
Persada. 2004.