Peningkatan efikasi diri, aktivitas belajar dan prestasi belajar mata pelajaran
……dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Number Heads
Together) di …………… Tahun Ajaran ……………...
2
BAB I
PENDAHULUAN
siswa dalam berfikir kritis dan kreatif serta kemampuan kerja sama yang belum efektif.
Hal ini sangat membingungkan guru. Namun setelah dievaluasi, hal – hal tersebut di
atas terjadi alah satunya dikarenakan kegiatan pembelajaran pada mata pelajaran ..... di
…………… masih bersifat klasikal yang pada umumnya menggunakan metode
ceramah, akibatnya aktivitas guru lebih menonjol dari pada aktivitas siswa sehingga
siswa merasa bosan dengan jalannya pembelajaran.
Kompleknya permasalahan yang dihadapi guru ini menuntut guru untuk
melakukan sebuah usaha perbaikan atau tindakan untuk mengatasi masalah tersebut.
Berdasarkan analisis guru maka perlu suatu cara yang tepat untuk mengatasi masalah
tersebut diatas. Maka peneliti akan mencoba menerapkan salah satu model
pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran mata pelajaran ..... yaitu
pembelajaraan kooperatif (Cooperative Learning) tipe NHT (Number Head Together).
Model pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu metode diskusi
kelompok yang sangat baik untuk membuat siswa memiliki rasa tanggung jawab besar
terhadap keberhasilan kelompoknya. Selain itu juga siswa harus berusaha paham secara
individu tentang materi yang didiskusikan, hal ini dikarenakan dalam satu kelompok
nantinya hanya satu orang yang ditunjuk secara acak untuk mewakili kelompoknya
dalam menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Melalui pembelajaran
kooperatif tipe NHT dalam pelajaran mata pelajaran ..... ini guru dapat membantu
siswa yang mengalami efikasi diri rendah terhadap pelajaran mata pelajaran ...... Model
pembelajaran ini juga mengajak siswa untuk belajar secara aktif sehingga aktivitas
belajar siswa semakin meningkat dan diharapkan meningkat pula prestasi belajar yang
diperoleh.
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti terdorong untuk melakukan penelitian
dengan judul Upaya Meningkatkan Efikasi Diri, Aktivitas Belajar dan Prestasi Belajar
Mata pelajaran ..... dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
(Number Heads Together) siswa kelas VIII di ……………. SMA N 1 ……. Tahun
Pelajaran …………..
B. Rumusan Masalah
1. Apakah model pembelajaran tipe NHT dapat meningkatkan efikasi diri dalam
pembelajaran mata pelajaran ..... pada siswa kelas ………di ….?
4
2. Apakah model pembelajaran tipe NHT dapat meningkatkan aktivitas belajar mata
pelajaran ..... pada siswa kelas ………..di ………….?
3. Apakah model pembelajaran tipe NHT dapat meningkatkan prestasi belajar mata
pelajaran ..... pada siswa …………… di?
C. Pemecahan Masalah
D. Tujuan Penelitian
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai
pihak, antara lain sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini dapat memperluas pengetahuan tentang efikasi diri, aktivitas
belajar, prestasi belajar dan model pembelajaran tipe NHT.
2. Manfaat praktis
1) Bagi Peneliti
Dapat meningkatkan efikasi diri siswa didik, aktivitas belajar siswa didik, dan
prestasi belajar siswa didik serta dapat meningkatkan keterampilan mengajar
peneliti dengan model pembelajaran tipe NHT
2) Bagi Lembaga Pendidikan
5
Hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar bagi guru dalam meningkatkan
kualitas proses belajar mengajar dengan memperhatikan efikasi diri siswa,
aktivitas belajar, dan prestasi belajar serta keterampilan mengajar guru.
F. Penegasan Istilah
(jika diperlukan)
6
BAB II
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. Kajian Teori
1. Efikasi Diri
a. Pengertian Efikasi Diri
Efikasi diri merupakan bagian terpenting dalam teori sosial kognitif.
Menurut Bandura (1997:41) sebagai pencetus konsep ini pertama kali
mendefinisikan efikasi diri sebagai kepercayaan terhadap kemampuan dirinya
untuk mencapai hasil. Konsep efikasi diri berkaitan dengan sejauhmana seseorang
menilai kemampuan, potensi dan kecenderungan yang dimilikinya untuk dipadukan
menjadi tindakan dalam mengatasi situasi yang mungkin akan dihadapi di masa
mendatang (Bandura, 1997:42).
Efikasi diri merupakan evaluasi seseorang mengenai kemampuannya atau
kompetensi dirinya untuk melakukan tugas, mencapai tujuan atau mengatasi
hambatan. Efikasi diri merupakan bagian dari self concept yang merupakan
keyakinan seseorang akan kemampuannya untuk menangani masalah. Individu
yang memiliki efikasi diri tinggi akan mengarah pada prestasi yang lebih baik
dalam berbagai bidang karena efikasi tersebut mengaktifkan perubahan psikologis
untuk mengurangi rasa sakit dan membuat stres lebih dapat ditoleransi (Baron dan
Byrne, 2003:51).
Sementara itu, Betz dan Hackett (dalam Kiamanesh dkk, 2004:29)
berpendapat bahwa efikasi diri adalah sebuah penilaian situasional dari keyakinan
seseorang terhadap kemampuannya untuk berhasil dalam melaksanakan atau
menyelesaikan tugas atau masalah matematis tertentu.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
efikasi diri merupakan penilaian seseorang terhadap keyakinan diri dan
kemampuannya untuk dapat melakukan dan berhasil dalam suatu tugas atau
tindakan tertentu. Keyakinan akan kemampuan tersebut mengarah pada fungsi
kognitif seseorang dalam usahnya untuk berhasil dalam suatu tugas atau tindakan
tertentu. Kaitannya dalam pelajaran mata pelajaran ....., efikasi diri mengacu pada
penilaian siswa terhadap keyakinan siswa dan kemampuan dirinya untuk dapat
melakukan dan berhasil dalam tugas pelajaran mata pelajaran ..... yang diberikan.
7
2. Aktivitas Belajar
Aktivitas belajar sesungguhnya bersumber dari dalam diri siswa. Guru
berkewajiban menyediakan lingkungan yang serasi agar aktivitas itu menuju ke arah
tujuan yang diinginkan. Dalam hal ini, guru bertindak sebagai organisator belajar bagi
siswa yang potensial itu sehingga tercapai tujuan pembelajaran secara optimal (Anike
Erliena Arindawati dan Hasubullah Huda, 2004:21). Kualitas pembelajaran akan
meningkat jika para siswa peserta proses pembelajaran memperoleh kesempatan yang
luas untuk bertanya, berdiskusi, dan menggunakan secara aktif pengetahuan baru yang
diperoleh. Dengan cara ini, diketahui pula bahwa pengetahuan baru tersebut cenderung
untuk dapat dipahami dan dikuasai secara lebih baik.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1998:20), aktivitas diartikan sebagai
suatu keaktifan atau kegiatan. Jadi, aktivitas belajar siswa merupakan kegiatan yang
dilakukan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Tjok Rai Partadjaja dan
Made Sulastri (2007:68) mengemukakan bahwa aktivitas belajar adalah kegiatan siswa
untuk berperan secara aktif mencari dan memberi informasi, keberanian
mengemukakan pendapat, keberanian bertanya, keberanian menanggapi pendapat atau
pernyataan teman atau guru yang diukur melalui observasi.
Berkaitan dengan keaktifan siswa dalam pembelajaran, Sardiman (2007:101)
membuat daftar yang berisi tentang bermacam-macam kegiatan siswa antara lain:
a. Visual activities, seperti membaca, memperlihatkan: gambar, demonstrasi,
percobaan, pekerjaan orang lain
b. Oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, mengeluarkan
pendapat, diskusi
c. Listening activities, seperti mendengarkan: penjelasan guru, ceramah, percakapan
d. Writing activities, seperti menulis contoh soal, menyelesaikan soal, rangkuman
e. Drawing activities, seperti melakukan percobaan, membuat model permainan
11
3. Prestasi Belajar
a. Pengertian Belajar
Pengertian belajar telah banyak didefinisikan oleh para ahli. Namun
pendapat mereka satu sama lainnya berbeda karena adanya perbedaan dasar
berpikir, landasan psikologi yang digunakan untuk merumuskan, keyakinan hidup,
filsafat dan lain sebagainya. Namun pada hakekatnya adalah sama. Dalam kegiatan
belajar terjadi suatu usaha yang menghasilkan perubahan. Sebagaimana
dikemukakan oleh Slameto (2003:2) bahwa belajar ialah suatu usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Muhibbinsyah (2002:136) mengemukakan bahwa belajar adalah
tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil
pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif".
Begitu juga menurut Wasty Soemanto (1998:98) memberikan definisi bahwa
belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan
dan pengalaman.
W.S Winkel (1996:36) memberikan definisi yang hampir sama yaitu belajar
adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif
dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-
pengetahuan, keterampilan dan nila sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif
12
diagnostik dan sumatif (Azwar, 2005: 11). Nilai Tes Prestasi juga berguna sebagai
sarana peningkatan motivasi belajar. Pengalaman menunjukkan bahwa siswa akan
lebih giat belajar apabila akan diadakan tes. Bloom dan Krath Wohl dalam
bukunya: Taxonomy of Educational Obyectives mengelompokkan 3 kategori hasil
belajar: Kognitif berhubungan dengan ingatan (recall) pengetahuan dan
kemampuan intelektual, Afektif berhubungan dengan perubahan sikap, nilai,
perasaan dan minat, psikomotorik berhubungan dengan kemampuan gerak.
Kemampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar merupakan suatu puncak
proses belajar. Pada tahap ini siswa membuktikan keberhasilan belajar. Siswa
menunjukkan bahwa ia telah mampu memecahkan tugas-tugas belajar atau
menstransfer hasil belajar. Berdasarkan pengalaman sehari-hari di sekolah dapat
diketahui bahwa ada sebagian siswa tidak mampu berprestasi dengan baik,
sebagian lagi berprestasi cukup baik an ada yang berprestasi sangat baik. Perbedaan
hasil belajar di kalangan para siswa disebabkan oleh faktor-faktor kematangan,
latar belakang pribadi, sikap dan bakat terhadap pelajaran, jenis mata pelajaran
yang diberikan sebagainya.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar
adalah hasil yang dicapai siswa setelah menyelesaikan serangkaian kegiatan belajar
mengajar. Prestasi ini dapat diwujudkan sebagai nilai yang dapat berupa angka-
angka dan huruf yang biasanya disebut indeks prestasi (IP). Indeks pretsasi ini
merupakan satuan nilai akhir yang menunjukkan mutu penyelesaian program.
Untuk mengetahui ada tidaknya proses belajar pada diri seseorang dapat
diketahui dari hasil belajar atau prestasi yang diraihnya setelah mengikuti kegiatan
belajar mengajar, melalui serangkaian aktivitas pengukuran evaluasi. Hasi1 belajar
yang dicapai seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Moh. Uzer
Usman (1993:115) faktor-faktor tersebut yaitu :
1. Faktor Internal, yaitu faktor dari dalam diri siswa itu sendiri, yang meliputi;
kesehatan, kebiasaan, bakat, kecerdasan, minat, sikap, motivasi dan
penyesuaian diri.
2. Faktor Eksternal, yaitu faktor dari luar diri siswa, yang meliputi; keluarga,
sekolah, masyarakat, kelompok, budaya, lingkungan fisik dan lingkungan
keagamaan.
Sama halnya dengan pendapat di atas, M. Ngalim Purwanto (2006:57) lebih
rinci menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar yaitu:
1) Faktor dalam din orang yang belajar, terdiri dari :
a) Kondisi fisik dan kecakapan psikomotor,
b) Kondisi psikologis, seperti bakat khusus, minat, intelegensi, motivasi,
kemampuan kognitif, kebiasaan belajar.
2) Faktor di luar diri orang yang belajar, terdiri dari :
a) Lingkungan alam seperti lingkungan alam sekitar tempat tinggal, sekitar
sekolah dan sekitar lingkungan alam secara keseluruhan,
b) Lingkungan sosial seperti keluarga, situasi masyarakat, situasi sekolah, dan
sebagainya,
c) Instrumental input seperti karakteristik guru, kurikulum yang berlaku,
ruangan belajar dan pengadministrasiannya.
Lain halnya dengan Sumadi Suryabrata (2002:9) yang mengemukakan bahwa
ada empat kelompok faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar yaitu :
1) Bahan atau hal yang dipelajari, meliputi: belajar bahasa (verbal learning),
belajar rangkaian huruf tanpa arti (monse learning), belajar serangkaian bahan
(serial learning);
2) Faktor lingkungan yang mencakup: lingkungan alami seperti keadaan suhu,
kelembaban udara, lingkungan sosial;
16
memahami materi yang dipelajari, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman
dalam kelompok belum menguasai bahan pelajarn tersebut.
Pembelajaran kooperatif merupakan variasi dari suatu metode pembelajaran
yang mendesain siswa bekerja dalam suatu kelompok kecil untuk saling membantu
dalam mempelajari materi suatu pelajaran. Dalam suatu kelas yang menerapkan
pembelajaran kooperatif, siswa diharapkan untuk saling membantu antar anggota
kelompoknya, berdiskusi dan berargumentasi, saling berbagi pengetahuan yang
dimiliki, serta saling mengisi kekurangan masing-masing anggota kelompok dalam
memahami materi yang diberikan (Slavin, 1995:53).
Posamentier (dalam Rachmadi Widdiharto, 2004:12) secara sederhana
menyebutkan cooperative learning atau belajar secara kooperatif adalah penempatan
beberapa siswa dalam kelompok kecil dan memberikan mereka sebuah atau beberapa
tugas. Beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika siswa bekerja dalam kelompok
adalah sebagai berikut :
a. Setiap anggota dalam kelompok harus merasa bagian dari tim dalam pencapaian
tujuan bersama
b. Setiap anggota dalam kelompok harus menyadari bahwa masalah yang mereka
pecahkan adalah masalah kelompok, berhasil atau gagal akan dirasakan oleh semua
anggota kelompok
c. Untuk pencapaian tujuan kelompok, semua siswa harus bicara atau diskusi satu
sama lain
d. Harus jelas bahwa setiap kerja individu dalam kelompok mempunyai efek langsung
terhadap keberhasilan kelompok
Cooperative Learning lebih merupakan upaya pemberdayaan teman kelompok,
meningkatkan interaksi antar siswa, serta hubungan yang saling menguntungkan antar
mereka. Siswa dalam kelompok akan belajar mendengar ide atau gagasan orang lain,
berdiskusi setuju atau tidak setuju, menawarkan, atau menerima kritikan yang
membangun, dan siswa merasa tidak terbebani ketika ternyata pekerjaannya salah.
Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok tradisional yang
menerapkan sistem kompetisi, keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan
orang lain. Sedangkan tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan suatu
keberhasilan individu yang ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan
kelompoknya (Arends, 1997:13).
18
2. Pertanggungjawaban individu
Keberhasilan kelompok tergantung dari pembelajaran individu sebagai anggota
kelompok. Pertanggungjawaban tersebut menitikberatkan pada aktivis anggota
kelompok yang saling membantu dalam belajar. Adanya pertanggungjawaban
secara individu juga menjadikan setiap anggota siap untuk menghadapi tes dan
tugas-tugas lainnnya secara mandiri, tanpa bantuan teman sekelompoknya.
3. Kesempatan yang sama untuk meraik keberhasilan
Pembelajaran kooperatif menggunakan metode skoring, nilai perkembangan
berdasarkan peningkatan prestasi yang diperoleh siswa. Penggunaan metode
skoring ini menunjukkan bahwa setiap siswa baik yang berprestasi rendah, sedang
atau tinggi sama-sama memperoleh kesempatan yang sama untuk berhasil dan
melakukan yang terbaik bagi kelompoknya.
C. Kerangka Berfikir
Dari latar belakang dan kajian teori maka dapat dirumuskan kerangka berpikir
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
Pembelajaran
……………
Menerapkan
pembelajaran kooperatif
tipe NHT
D. Hipotesis Tindakan
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
b. Model pembelajaran tipe NHT dapat meningkatkan aktivitas belajar mata pelajaran
..... pada siswa kelas ...
c. Model pembelajaran tipe NHT dapat meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran
..... pada siswa kelas ………….
24
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
tindakan kelas, karena permasalahan yang diangkat untuk dipecahkan dalam penelitian
ini merupakan permasalahan yang berangkat dari persoalan praktek pembelajaran
sehari-hari yang dihadapi guru, dan akan adanya tindakan yang dilakukan untuk
memperbaiki proses pembelajaran yang ada.
B. Desain Penelitian
Penelitian upaya meningkatkan efikasi diri, aktivitas belajar dan prestasi belajar
Mata pelajaran ..... dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT
(Number Head Together) akan dilakukan melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif
dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki praktek-praktek
pembelajaran dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Ciri khas dari PTK ini terletak pada adanya tindakan yang dilakukan untuk
memperbaiki proses pembelajaran yang ada. Untuk mengetahui meningkat atau
tidaknya prestasi belajar siswa serta efektif atau tidaknya pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT ini sebelumnya direncana
penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan sebanyak 2 siklus, dimana setiap siklus
terdiri dari 2 pertemuan. Setiap siklus melalui proses berdaur yang terdiri dari 4 tahap,
yaitu:
1) Perencanaan
2) Pelaksanaan tindakan
3) Pengamatan
4) Refleksi
D. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa ........................................
26
X : Skor butir
Y : Skor total
N : Jumlah responden atau sample
2. Reliabilitas
Reliabilitas dimaksudkan untuk melihat ketetapan hasil tes. Suatu tes dapat
dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat
memberikan hasil yang tetap. Untuk menghitung reliabilitas tes digunakan rumus
Alpha Cronbach (Rusefendi, 1991: 193).
Uji coba instrumen dilakukan pada tanggal 5 Agustus 2011 untuk uji coba
soal tes. Pada tanggal 12 Agustus 2011 untuk uji coba angket efikasi diri. Uji coba
dilakukan pada siswa kelas XI IPA2 SMA Negeri .... Kabupaten ..... .Setelah
dilakukan uji coba instrumen langkah selanjutnya adalah pelaksanaan pre tes dan
penyebaran angket efikasi diri. Pre tes dan penyebaran angket efikasi diri
dilaksanakan pada tanggal 19 Agustus 2011.
G. Pelaksanaan Tindakan
1. Siklus I
Siklus I dilaksanakan pada tanggal 12 Agustus 2011. Tindakan yang dilakukan
pada siklus I meliputi;
a) Perencanaan
28
Refleksi dalam penelitian ini dilakukan sebagai salah satu cara utuk
mengetahui kelemahan dan kekurangan pada pelaksanaan tindakan yang telah
dilakukan revisi tindakan selanjutnya.
2. Siklus II
Siklus II dilaksanakan 2 pertemuan yaitu pada tanggal 19 Agustus 2011 dan
26 Agustus 2011. Tindakan yang dilakukan pada siklus II meliputi;
a) Perencanaan
Rencana tindakan pada putaran kedua sama dengan rencana tindakan
siklus I hanya saja pada siklus kedua guru tidak membentuk kelompok baru
tetapi mengingatkan bahwa anggota kelompok pada siklus II sama dengan
anggota kelompok pada siklus I. Siklus II dilakukan dengan
mempertimbangkan hasil refleksi pada siklus I.
b) Tindakan dan Observasi
Tindakan pada siklus II sama dengan tindakan pada siklus I yaitu
dilakukan dengan model pembelajaran tipe NHT. Kegiatan awal dari siklus II
ini sama dengan siklus I.
c) Evaluasi
Jenis evaluasi yang akan dilaksanakan terhadap pencapaian presta
Evaluasi dilaksanakan pada pertemuan kedua. Prestasi belajar siswa yaitu
dengan menggunakan tes prestasi belajar.
d) Refleksi
Refleksi dalam penelitian ini dilakukan sebagai salah satu cara utuk
mengetahui kelemahan dan kekurangan pada pelaksanaan tindakan yang telah
dilakukan revisi tindakan selanjutnya.
3. Siklus III
Siklus III dilaksanakan pada tanggal 9 September 2011. Tindakan yang
dilakukan pada siklus III meliputi;
a. Perencanaan
30
c. Evaluasi
Jenis evaluasi yang akan dilaksanakan terhadap pencapaian prestasi
belajar siswa pada siklus III ini adalah unjuk kerja, siswa disuruh
mempraktekkan sujud syukur dan sujud tilawah.
d. Refleksi
Refleksi dalam penelitian ini dilakukan sebagai salah satu cara utuk
mengetahui kelemahan dan kekurangan pada pelaksanaan tindakan yang
telah dilakukan.
I. Instrumen Penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto (2003:136) instrumen penelitian adalah alat
atau fasilitas yajng digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar
pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap
dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.
Berdasarkan pendapat di atas maka instrumen penelitian yang diginakan
dalam penelitian ini adalah angket dan pedoman observasi sebagai instrumen
penelitian tambahan.
a. Angket
Angket efikasi diri terdiri dari tiga aspek yang diambil dari aspek efikasi diri
yaitu: 1) penilaian seseorang akan keyakinan dirinya dalam melakukan tugas
dengan berbagai tingkat kesulitan, 2) penilaian seseorang akan keyakinan
dirinya dalam melakukan berbagai aktivitas, dan 3) kemampuan untuk berhasil
32
tinggi, sedang dan rendah. Ketegori jenjang bertujuan untuk menempatkan individu ke
dalam kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum
berdasarkan atribut yang diukur (Azwar, 2007).
Tabel 3.2. Rumusan Kategori Subjek ke dalam Tiga Kategori
Tinggi X > (µ+1,5σ)
Sedang (µ-1,5σ) ≤ X ≤ (µ+1,5σ)
Rendah X < (µ-1,5σ)
Sedangkan untuk menentukan apakah ada perbedaan efikasi diri dan prestasi
belajar antara sebelum dan sesudah dilakukan tindakan, peneliti menggunakan analisis
uji t.
Data untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar siswa, keterampilan guru
dalam mengajar dan prestasi belajar siswa dapat dilihat dari keberhasilan proses dan
keberhasilan produk.
1. Keberhasilan proses
Untuk mengetahui keberhasilan proses digunakan hasil observasi, yang
dianalisa di antaranya:
a) Aktivitas belajar siswa
Untuk mengetahui tingkat keaktifan dapat dilihat pada lembar
observasi siswa yaitu pada setiap aspek kegiatan pembelajaran. Adapun cara
menghitung skor setiap aspek dengan rumus:
f
p x100%
n
Keterangan :
P = Persentase yang diperoleh
f = Jumlah subjek yang ada pada kategori tertentu
n = Frekuensi total atau keseluruhan jumlah subjek (Tulus Winarsunu,
2007:19)
Aktivitas belajar siswa tersebut selanjutnya dikonsultasikan dengan
penggolongan menurut Suharsimi Arikunto (2003:57) sebagai berikut:
Tabel 3.3. Kriteria Penskoran Lembar Observasi Siswa
Huruf Kriteria Persentase
A Baik Sekali (81% - 100%)
34
b) Keberhasilan produk
Keberhasilan produk dalam hal ini adalah prestasi belajar siswa
yang dilihat pada hasil tes belajar mata pelajaran ...... Untuk mengetahui
bahwa para siswa itu paham tentang konsep yang telah diberikan, maka
harus dapat menguasai tujuan pembelajaran minimal 70% dari seluruh
tujuan pembelajaran. Untuk keberhasilan kelas sendiri, dapat dilihat dari
jumlah peserta didik yang mampu menyelesaikan atau mencapai minimal
70% sekurang-kurangnya 85% dari jumlah peserta didik yang ada di kelas.
Dalam penelitian ini juga akan disertakan analisis tambahan dengan
mencari hubungan efikasi diri dengan prestasi belajar siswa.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan mengenai keadaan pra tindakan, hasil penelitian
siklus I, siklus II dan siklus III, serta pembahasan dari seluruh tindakan yang dilakukan
selama penelitian di kelas ….. SMA Negeri .... Kabupaten.
guru peneliti tidak melakukan tanya jawab tentang materi yang diajarkan pada
pertemuan sebelumnya. Pertanyaan yang diajukan sekedar menanyakan kabar siswa,
dan siapa siswa yang tidak masuk pada hari tersebut. Kemudian guru menerangkan
materi dengan metode ceramah, setelah cukup dalam menerangkan materi, guru
memberi waktu pada siswa untuk bertanya, namun tidak ada satu siswa pun yang
bertanya. Pada saat guru ceramah ada beberapa siswa yang ijin ke kamar kecil, ada
juga yang berbisik-bisisk dengan teman sebangkunya, bahkan ada siswa yang
mengantuk. Nampak sekali bahwa siswa bosan dengan pembelajaran yang
berlangsung. Kemudian tanpa melakukan tanya jawab guru memberikan soal untuk
dikerjakan siswa, soal yang diberikan adalah soal yang ada di dalam buku diktat yang
dipinjamakan dari perpustakaan. Setelah para siswa selesai mengerjakan sola guru
mencocokkan jawaban siswa dengan menukar lembar jawaban siswa. Setelah selesai
mencocokkan jawaban siswa guru memberi PR siswa, dan tanpa memberi penguatan
pada materi yang sulit guru langsung menutup pembelajaran pada hari tersebut.
Berdasarkan hasil pengamatan tersebut maka guru/peneliti mendiskusikan
bagaimana supaya dalam pembelajaran siswa mempunyai efikasi diri yang tinggi, aktif
ketika belajar dan mempunyai prestasi belajar yang memuaskan. Selain itu juga
mengupayakan supaya pembelajaran tidak monoton sehingga anak tidak pasif dan tidak
bosan saat pembelajaran berlangsung, yaitu dengan menerapkan suatu metode
pembelajaran yang bervariasi dan melibatkan seluruh siswa. Sehingga diputuskan
untuk melakukan tindakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
tipe NHT (Number Heads Together) dengan tujuan meningkatkan efikasi diri, aktivitas
belajar dan prestasi belajar siswa.
Berdasarkan tujuan penelitian, yang akan ditingkatkan dalam penelitian ini
ada empat hal, yaitu efikasi diri siswa, aktivitas belajar siswa, dan prestasi belajar
siswa. Maka setelah pengamatan selesai guru peneliti membuat instrumen penelitian.
Karena yang akan ditingkatkan ada tiga hal maka instrumen penelitian dalam penelitian
ini pun juga tiga macam. Yaitu angket efikasi diri, lembar observasi siswa, dan tes
prestasi belajar.
Pembuatan instrumen dilakukan pada tanggal 30 Juli – 2 Agustus 2011.
Setelah instrumen penelitian selesai dibuat maka dilakukan uji coba instrumen untuk
instrumen angket efikasi diri dan tes prestasi belajar siswa. Angket efikasi diri terdiri
dari 24 butir pernyataan, sedangkan tes prestasi belajar terdiri dari 10 butir soal. Uji
38
coba dilakukan pada tanggal 4 Agustus 2011. Siswa yang menjadi subjek uji coba
instrumen dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII F .... Negeri Kota .... Kota yang
berjumlah 32 siswa, tetapi karena seorang siswa tidak masuk karena sakit maka subjek
uji coba dalam penelitian ini berjumlah 31 siswa. Berdasarkan hasil uji coba angket
efikasi diri terdapat 6 butir pernyataan yang gugur karena koefisien korelasinya
dibawah 0,300. Keenam butir pernyataan tersebut adalah butir nomor 1, 3, 6, 16, 18
dan 23. Sehingga keenam butir pernyataan tersebut tidak dipakai dalam pengambilan
data penelitian efikasi diri. Sedangkan dari 10 butir soal tes prestasi belajar terdapat 2
butir soal yang gugur, yaitu butir nomor 1 dan 6. Karena jumlah butir tes prestasi
belajar hanya 10 buah maka guru peneliti mengganti kedua butir soal tersebut dengan
butir soal yang baru. Adapun hasil uji coba instrumen dapat dilihat pada lampiran 7
halaman 142 – 150.
Setelah uji coba instrumen penelitian selesai maka guru peneliti membuat
perencanaan suatu tindakan. Karena metode NHT adalah suatu metode yang
didalamnya siswa harus melakukan diskusi kelompok maka guru melakukan
pengecekan kemampuan siswa, sehingga kelompok yang terbentuk adalah kelompok
yang heterogen dari segi kognitif. Hal ini dilakukan karena kelas yang akan diteliti
adalah kelas yang baru, artinya siswa yang duduk di kels VIII saat ini adalah
merupakan campuran secara acak siswa kelas VII pada tahun ajaran 2010/2011,
sehingga guru peneliti tidak dapat membuat kelompok berdasarkan peringkat siswa
sebelimnya. Maka untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebagai dasar untuk
pembentukan kelompok dilakukan pre tes.
Pre tes dan pengambilan data efikasi diri awal dilakukan pada hari rabu
tanggal 5 Agustus 2011 dengan menggunakan tes prestasi belajar dan angket efikasi
diri yang sudah valid karena telah dilakukan uji coba. Berikut ini adalah nilai hasil pre
tes dan hasil efikasi diri siswa:
39
Tabel 4.1. Hasil Pre Tes Prestasi Belajar dan Efikasi Diri Siswa
Resp Nama Pre Tes Efikasi Diri
1 AW 70 52
2 AC 60 50
3 BY 70 60
4 CB 50 60
5 CD 80 62
6 DK 70 50
7 DU 60 60
8 FT 70 58
9 IS 80 61
10 IJ 70 66
11 LA 80 48
12 MP 60 60
13 MR 70 62
14 MF 70 51
15 MH 60 53
16 MI 40 59
17 NS 80 50
18 NA 40 52
19 NV 80 60
20 NG 50 64
21 NR 60 61
22 NA 60 60
23 RS 80 57
24 RB 70 63
25 RW 30 56
26 SW 50 53
27 SR 60 63
28 TR 60 56
29 UK 60 53
30 WI 80 54
31 WA 70 44
32 WS 60 56
33 YA 70 56
34 YS 40 52
Rata-rata 63,54 56,53
Jumlah yang lulus KKM 18 17 (diatas rata-rata)
Persentase lulus KKM 52,94% 50,00%
Berdasarkan tabel 4.1 diatas diperoleh bahwa nilai rata-rata pre tes prestasi
belajar siswa adalah 63,54 dan skor efikasi diri siswa adalah 56,53. Sehingga dari data
tersebut diperoleh jumlah siswa yang lulus KKM sebanyak 18 siswa atau sebesar
52,94%. Sedangkan jumlah siswa yang mempunyai efikasi diri diatas rata-rata
sebanyak 17 orang atau sebesar 50%. Data pre tes prestasi belajar ini selanjutnya
40
para siswa menjawab ”sujud yang dilakukan ketika mendapatkan nikmat dari
Alloh atau terhindar dari bencana” Kemudian guru memberi penguatan atas
jawaban dari siswa. Setelah itu guru memberi contoh kenapa seseorang
melakukan sujud syukur. Siswa sangat antusias mendengarkan ceramah dari guru
karena pada saat ceramah guru memberikan pertanyaan pertanyaan ringan yang
dapat dijawab para siswa secara bersama-sama. Kegiatan guru selanjutnya
menerangkan dalil tentang sujud syukur, guru menawarkan pada siswa siapa yang
mau membacakan dalil sujud syukur. Ada seorang siswa yang menacungkan jari
yaitu istijabah, siswa tersebut membacakan surat Ibrahim ayat 7. Setelah selesai
membaca guru menunjuk seorang siswa yang sejak tadi melamun, Nugroho,
untuk membacakan arti ayat tersebut. Setelah itu guru melanjutkan menerangkan
materi tentang sujud syukur.
Para observer pun sibuk mengamati aktivitas siswa pada saat diskusi,
karena pada saat diskusi guru memantau jalannya diskusi maka kegiatan
observasi difokuskan pada aktivitas siswa. Berikut ini akan disajikan hasil
observasi pada tiap kelompok
Kelompok Syafi’i yang berjumlah 5 siswa yang terdiri dari 3 siswa putri
dan 2 siswa putra, semua nampak sangat bersemangat ketika diskusi berlangsung,
ada 3 siswa yang dapat mengemukakan pendapat pada waktu diskusi, yaitu siswa
Syafi’i – 3, Syafi’i – 4 dan Syafi’i – 5. Sedangkan pada saat mengalami kesulitan
Syafi’i – 4 bertanya pada pada Syafi’i – 5 dan dijawab. Semua siswa serius
mengerjakan LKS. Kemudian Syafi’i – 4 bertanya pada guru ”Bu kalo tidak
cukup bagaiman? Guru menjawab ”boleh ditulis dikertas sebaliknya atau
ditempat yang masih kosong” . Pada akhir diskusi Syafi’i – 4 memberikan
jawabannya pada Syafi’i – 1 dan Syafi’i – 2. Kelompok Syafi’i adalah kelompok
yang pertama kali mengumpulkan jawaban dan menempelkannya didepan kelas.
Kelompok Maliki mempunyai anggota 6 orang, 4 orang putri dan 2 orang
putra. Ketika diskusi berlangsung ada 3 siswa yang nampak kurang bersemangat
yaitu Maliki – 3, Maliki – 5 dan Maliki – 6. Setelah guru mendekati kelompok
tersebut ternyata Maliki – 5 dan Maliki – 6 agak kurang enak badan, sedangkan
47
Maliki – 3 malu karena tulisan arabnya kurang bagus. Namun pada waktu diskusi
Maliki – 5 dan Maliki – 6 sempat bertanya pada teman dan dijawab oleh Maliki –
1 dan Maliki – 2. Dan semua siswa pada kelompok Maliki mengerjakan semua
soal yang ada dalam LKS. Dan diakhir diskusi Maliki – 2 meminta jawaban pada
Maliki – 3, dan Maliki – 2 menunjukkan hasil pengerjaannya.
Gambar 4.6.
Seorang Anggota Kelompok Menuliskan Jawaban Pada Lembar Jawaban
Kelompok Hanafi terdiri dari 6 orang, yaitu 4 orang putri dan 2 orang
putra. Kelompok hanafi sangat bersemangat berdiskusi, semua nampak antusias.
Ada tiga siswa yang berani mengemukakan pendapatnya yaitu Hanafi – 3,
HAnafi – 5 dan Hanafi – 6. Hanafi – 1 bertanya pada Hanafi – 3 dan langsung
dijawab. Hanafi – 5 bertanya pada guru “Bu LKS-nya nanti dikumpulkan tidak?”
Guru menjawab ”Yang dikumpulkan hanya lembar kertas yang besar”.
Kelompok Hambali terdiri dari 6 orang yaitu, 2 siswa putra dan 4 siswa
putri. Kelompok ini sangat bersemangat dan aktif saat berdiskusi. Ada 2 siswa
yang mengemukakan pendapatnya, yaitu Hambali – 1 dan Hambali – 2, dan ada 2
siswa yang bertanya pada temannya yaitu Hambali – 2 dan Hambali – 6 yang
keduanya langsung dijawab oleh Hambali – 1. Semua siswa mengerjakan LKS
dan seorang siswa bertanya pada guru apakah dalil disertakan terjemahnya,
kemudian dijawab guru yang penting dalilnya ditulis.
Kelompok Bukhori terdiri dari 5 siswa yang semuanya siswa putri.
Kelompok ini sangat bersemangat tidak banyak bercanda, semua serius saat
48
Gambar 4.7.
Kelompok Yang Sudah Selesai Mengerjakan Tugas Mengumpulkan Jawaban Kedepan
Setelah selesai menempel hasil jawaban siswa pada dinding kelas guru
49
Gambar 4.9. Siswa Tertib Merangkum Materi Pelajaran Di Pandu Oleh Guru
51
14 MF 70 80
15 MH 60 70
16 MI 40 50
17 NS 80 70
18 NA 40 80
19 NV 80 80
20 NG 50 80
21 NR 60 90
22 NA 60 80
23 RS 80 80
24 RB 70 60
25 RW 30 70
26 SW 50 70
27 SR 60 80
28 TR 60 70
29 UK 60 80
30 WI 80 60
31 WA 70 70
32 WS 60 80
33 YA 70 60
34 YS 40 60
Rata-rata 63,53 74,12
Jumlah yang lulus KKM 19 28
Persentase yang lulus KKM 55,88% 82,35%
4) Penghargaan Kelompok
Penghargaan kelompok diberikan bagi kelompok yang memperoleh
rata-rata skor peningkatan individu tertinggi. Skor yang diperoleh kelompok
didapat dari skor peningkatan yang diperoleh oleh setiap anggota kelompok.
57
Data perolehan skor peningkatan individu siklus I dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.7. Skor Peningkatan Individu dalam Kelompok Pada Siklus I
Data Skor Peningkatan Individu
Kelompok – 20 – 10 0 10 20 30 40
Maliki - - 2 1 2 1 -
Hambali - 1 1 3 - 1 -
Muslim - 1 2 2 - - 1
Bukhori - - 2 - 2 - 1
Hanafi - 1 2 - 2 1 -
Syafi’i 1 - 1 2 1 - -
d). Refleksi
Refleksi pada siklus I ini dilaksanakan bersama-sama oleh Guru peneliti.
58
Ibu Erni Andaryati, S. Ag yang pada pertemuan siklus I tidak dapat hadir karena
sedang diklat sertifikasi merefleksi siklus I dengan menyaksikan rekaman hasil
siklus I. Refleksi ini dimaksudkan untuk memperbaiki pembelajaran pada siklus
berikutnya.
Secara umum pelaksanaan pembelajaran Mata pelajaran ..... dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Number Heads Together (NHT)
pada siklus I berjalan dengan lancar, walaupun ada beberapa hal yang tidak berjalan
sesuai rencana. Pada saat diskusi para siswa cenderung bekerja sendiri-sendiri,
mereka mencari jawaban LKS masing-masing bahkan sama sekali tidak berdiskusi.
Sehingga jawaban satu siswa dengan siswa lain yang masih satu kelompok pada
soal yang sama sangat beragam atau berbeda-beda. Hal tersebut karena siswa belum
terbiasa dengan metode pembelajaran yang digunakan karena memang, metode
NHT ini baru pertama kali diterapkan dikelas tersebut. Biasanya guru
menggunakan metode ceramah setelah itu siswa disuruh mencatat dan mengerjakan
soal di buku diktat. Selain itu pada saat diskusi kelompok siswa masih mempunyai
kecenderungan langsung bertanya pada guru jika ada kesulitan atau pertanyaan
yang belum dipahami secara individu sebelum mendiskusikan dengan teman satu
kelompoknya. Namun setelah guru mengingatkan siswa nampak mulai berdiskusi.
kelompok semula, mereka masih sibuk menata kursi dan meja dibuat melingkar
sehingga memudahkan dalam komunikasi pada jalannya diskusi nantinya.
Baru pada menit ke empat puluh lima semua sudah siap ditempat
kelompoknya masing-masing. Guru peneliti membagikan LKS dan kertas besar
untuk menuliskan jawaban atau hasil diskusi yang nantinya akan ditempel di
depan kelas dan dipresentasikan. Pada kertas besar itulah yang merupakan
jawaban satu kelompok. Karena di dalam LKS ada 2 kelompok soal yaitu poin a
dan b, maka dalam menuliskan jawaban untuk poin b cukup dituliskan dalam
kertas biasa (buku sobekan) yang nantinya setelah selesai diskusi dikumpulkan
jawabannya bersama atau jadi satu dengan kertas besar.
Kegiatan diskusi dimulai, guru menginformasikan bahwa waktu diskusi
hanya 20 menit, sehingga waktu diskusi berakhir pukul 09.35 WIB. Pada kegiatan
ini siswa langsung berdiskusi dengan kelompoknya, mereka sudah tidak asing lagi
dengan cara belajar saat ini, karena pada siklus I sudah menerapkan strategi
seperti ini yaitu dengan model Number Heads Together ( NHT).
Guru peneliti membimbing jalannya diskusi, ada kelompok yang masih
bingung cara mengisikan jawaban di kertas besar yaitu kelompok Maliki, salah
satu dari mereka ada yang bertanya yaitu Bambang (Maliki I), Bu nulis bacaannya
satu apa dua? Guru menjawab “dua” kemudian para siswa sudah jelas dan sibuk
dengan membuka-buka buku pelajaran yang dibawa untuk mencari jawaban yang
sesuai dengan pertanyaaan di LKS.
Pada menit ke 55 ada siswa bernomor Bukhori I bertanya “Bu ayat-ayat
sajdahnya ditulis semua ya bu? Guru menjawab, “tidak mbak cukup nama surat
dan ayat 10 berapa yang di dalamnya terdapat ayat-ayat sajdah.” Para observer
pun sibuk mengamati aktivitas siswa pada saat diskusi. Karena pada saat diskusi
guru memantau jalannya diskusi maka kegiatan observasi difokuskan pada
aktifitas siswa. Berikut ini akan disajikan hasil observasi pada tiap-tiap kelompok.
Kelompok Syafi’I nampak sangat bersemangat ketika diskusi berlangsung,
ada 4 siswa yang mengemukakan pendapat pada waktu diskusi, yaitu Syafi’I-1,
Syafi’I – 3, Syafi’I – 4 dan Syafi’I – 5. Sedangkan pada saat mengalami kesulitan
Syafi’I-3 bertanyan pada Syafi’I –4 dan dijawab. Semua siswa serius mengerjakan
LKS. Kemudian Syafi’I – 1 bertanya pada guru “Bu nulis bacaannya boleh
mencari dibuku? Guru menjawab “boleh”. Kemudia Syafi’I-3, Syafi’I-4 dan
64
Syafi’I-5 bertanya lagi pada guru, pertanyaan mereka hampir bersamaan “Bu nulis
bacaan sujud syukurnya boleh hanya satu atau tidak ? Guru jawab “ Ooh ya
kedua-duanya mbak” . Kemudian Syafi’I-4 Bertanya lagi “Bu untuk soal b
jawabannya ditulis dimana?” Guru menjawab “pakai kertas sobekan saja, kalau
di kertas besar sudah tidak muat lagi” dan berakhir dengan mengumpulkan hasil
diskusi di meja guru.
soal sendiri-sendiri, pengalaman pada siklus I yang lalu semua siswa diberi LKS
saat diskusi cenderung untuk mengerjakan soal sendiri-sendiri, namun kemudian
sudah diarahkan oleh guru peneliti, kalau nanti hasil jawabannya dalam satu
kelompok harus sama sehingga semua siswa satu kelompok harus
didiskusikannya untuk memperoleh jawaban yang sama.
Kelompok Hanafi sering melontarkan kata-kata yang lucu sehingga
membuat anggotanya bersemangat. Ada 4 siswa yang berani mengemukakan
pendapatnya yaitu Hanafi – 1, Hanafi – 3, Hanafi – 5 dan Hanafi – 6. Hanafi – 2
bertanya pada Hanafi – 5 dan langsung dijawab. Hanafi – 3 bertanya pada guru
“Bu nulis bacaan sujud syukurnya satu apa dua? Guru menjawab kedua-
duanya”. Hanafi – 5 juga bertanya pada guru “Bu no 3 diisi bunyi ayatnya atau
nama suratnya saja? Guru menjawab cukup nama surat dan ayatnya yang ke
berapa”. Disela-sela waktu diskusi Hanafi – 6 meminjam tip-ex pada kelompok
Syafi’i.
Kelompok Hambali terdiri dari 6 orang yaitu, 2 siswa putra dan 4 siswa
putri. Kelompok ini juga sangat bersemangat dan serius dalam mengerjakan LKS,
ada 3 siswa yang mengemukakan pendapat yaitu Hambali – 1, Hambali – 2, dan
Hambali – 5. Semua mengerjakan LKS, salah satu dari mereka menuliskan
jawaban di lembar kertas besar. Hambali – 3 dan Hambali – 6 bertanya pada
temannya dan dijawb langsung oleh Hambali – 2 dan Hambali – 5. Hambali – 1
dan Hambali – 5 bertanya pada guru hampir bersamaan “Bu nulis bacaannya 1
atau 2?” Guru menjawab “dua”.
Gambar 4.16
Kelompok Bukhori sangat serius saat mengerjakan Lembar Kerja Siswa
Kelompok Muslim terdiri dari 6 siswa, yaitu 2 siswa putra dan 4 siswa
putri. Semua siswa kelompok ini sangat antusias dalam berdiskusi. Ada satu orang
siswa yaiu : Muslim – 6 yang mengemukakan pendapat. Muslim – 3, Muslim – 4
dan Muslim – 6 bertanya pada teman langsung di jawab oleh Muslim – 3. Semua
siswa disibukkan dengan LKS dan mengerjakan dengan sungguh-sungguh .
mereka tidak mau selesai paling akhir seperti pertemuan I yang lalu sehingga
mereka semua bersemangat untuk selesai lebih cepat dibanding yang lalu.
Gambar 4.17
Kelompok Muslim tidak ingin ketinggalan dalam menyelesaikan LKS
67
20,59%. Ketujuh siswa tersebut berasal dari masing-masing 2 siswa berasal dari
Kelompok Maliki dan Kelompok hambali, masing-masing 1 siswa berasal dari
Kelompok Syafi’i, Kelompok Hanafi dan Kelompok Muslim. Sedangkan selama
diskusi seluruh siswa atau sebesar 100% siswa mengerjakan LKS, tidak ada siswa yang
tidak mengerjakan LKS.
Siswa yang bertanya pada guru pada saat diskusi sebanyak 11 siswa atau sebesar
32,35%. Kesebelas siswa tersebut berasal dari Kelompok Syafi’I sebanyak 4 siswa,
masing-masing 2 siswa berasal dari Kelompok Maliki, Kelompok Hanafi, dan 1 siswa
berasal dari Kelompok Bukhori. Sedangkan siswa yang menjawab pertanyaan guru ada
3 siswa yang semuanya berasal dari Kelompok Syafi’I atau sebanyak 8,82 %.
Sedangkan yang berkaitan dengan presentasi di depan kelas, mencatat materi
pelajaran dan pelaksanaan praktek, pada siklus II pertemuan I belum dapat
dilaksanakan mengingat waktu yang tidak memungkinkan sehingga guru hanya
menyuruh semua siswa menghafal bacaan sujud syukur dan sujud tilawah masih dalam
kelompok masing-masing, kemudian jika sudah hafal satu klompok bersama-sama
maju ke depan kelas. Secangkan pelaksanaan prestasi dari masing-masing kelompok
dan pelaksanaan praktek baru akan dilaksanakan pada pertemuan 2 siklus Ii.
Sedangkan yang berkaitan dengan siswa mencatat materi pembelajaran, kali ini tidak
dilaksanakan sehubungan dengan materi pembelajaran pada pertemuan 1 ini sifatnya
menghafal sehingga semua siswa tidak mencatat materi tetapi bersama-sama satu
kelompoknya menghafal bacaan sujud syukur dengan sujud tilawah.
diisi oleh siswa pada pertemuan 1 sehingga pada pertemuan 2 ini siswa
tinggal presentasi.
3) Membuat pedoman observasi untuk siswa. Guru peneliti menyusun dan
menyiapkan lembar observasi mengenai keaktifan siswa berdasarkan aspek
keaktifan siswa yang menjadi aspek pengamatan ketika observasi kelas
berlangsung. Keaktifan siswa yang diamati tersebut meliputi : keaktifan siswa
saat menjelaskan materi pada temannya, keaktifan siswa bertanya pada teman,
menjawab pertanyaan teman, bertanya pada guru, menjawab pertanyaan guru,
mengerjakan LKS, dan mencatat/merangkum penjelasan materi diakhir
pertemuan.
4) Membuat tes prestasi belajar siklus II dan PR.
Lembar Kerja Siswa telah dibuat dan dikerjakan siswa pada pertemuan 1
sehingga pada pertemuan II siswa tidak berdiskusi membahas dan
mengerjakan LKS tetapi menyiapkan untuk presentasi.
5) Menyusun dan menyiapkan catatan lapangan. Guru peneliti menyusun dan
menyiapkan catatan lapangan untuk mengamati aktivitas guru dan siswa
selama proses pembelajaran di kelas. Catatan lapangan ini sangat penting
untuk mengetahui apa dan bagaimana siswa mengikuti proses pembelajaran di
kelas dengan menggunakan model pembelajaran dengan diskusi kelompok.
Pada siklus II pertemuan 2 ini salah satu guru tidak dapat mengikuti
73
bacaan sujud syukur semua siswa telah hafal. Kemudian melanjutkan menyuruh
masing-masing kelompok membacakan bacaan sujud tilawah.
Diawali dengan Kelompok Syafi’i, Kelompok Maliki, Kelompok,
Bukhori, Kelompok Hambali, Kelompok Hanafi dan Kelompok Muslim. Pada
saat membacakan bacaan sujud tilawah hampir semua siswa juga dapat
melafazdkan dengan benar bahkan hafal, hanya ada 2 siswa yang belum hafal
bacaan sujud tilawah yaitu Maliki – 3 dan Muslim – 6. Guru menekankan pada
siswa yang belum hafal untuk menghafalkan. Selanjutnya guru mulai memanggil
siswa untuk presentasi di depan kelas.
Pada kesempatan pertama guru memberi kesempatan pada kelompok
Maliki. Karena pertanyaan pertama adalah menuliskan bacaan sujud syukur,
maka guru menyuruh salah satu wakil kelompok Maliki untuk menuliskan bacaan
sujud syukur di papan tulis. Kelompok Maliki diwakili oleh Maliki – 1. Pada saat
yang sama guru memanggil wakil Kelompok Hambali untuk menuliskan bacaan
sujud tilawah di papan tulis. Kelompok Hambali diwaikili oleh Hambali – 1.
Setelah selesai menulis jawaban dipapan tulis, guru menyuruh kelompok lain
untuk mengoreksi tulisan Kelompok Maliki dan Kelompok Hambali. Ada
seorang siswa yang maju membetulkan tulisan bacaan sujud tilawah, yaitu Syafi’i
– 4. Setelah tidak ada permasalahan tentang tulisan bacaan sujud syukur dan
sujud tilawah guru memberikan penghargaan dengan tepuk tangan bagi kedua
kelompok yang telah menuliskan jawaban kedepan.
Gambar 4.19.
Maliki – 1 dan Hambali – 1 sedang menuliskan jawaban di papan tulis.
semangat Syafi’i – 1 mulai percaya diri dan mulai menjawab pertanyaan. Ketika
Syafi’i – 1 presentasi menjelaskan jawaban syarat sujud syukur, ada kelompok
lain yang menyalahkan jawabannya, yaitu Bukhori – 1. Menurut Bukhori – 1,
syarat sujud syukur tidak perlu suci dari hadas dan najis karena sujud syukur
dapat dilakukan dimana saja. Kemudian guru memberi penekanan bahwa apa
yang disampaikan Bukhori – 1 benar. Setelah guru selesai memberi penguatan,
Muslim – 1 bertanya “Apakah sujud syukur harus dilakukan dengan menghadap
kiblat atau tida k?”. Syafi’i – 1 tidak bisa menjawab, guru menawarkan pada
anggota Kelompok Syafi’i lainnya, Syafi’i – 2 mencoba membantu Syafi’i -1
“boleh menghadap kiblat maupun tidak”. Muslim – 1 pun mengangguk. Setelah
tidak ada pertanyaan, guru menyuruh melanjutkan untuk menjawab syarat sujud
tilawah. Syafi’i – 1 menjawab dengan lancar meskipun dengan membaca. Pada
saat menjelaskan syarat sujud tilawah tidak ada kelompok lain yang menambah
jawaban maupun menyalahkan jawaban Syafi’i. Guru pun membenarkan jawaban
Syafi’i. Setelah tidak ada lagi pertanyaan untuk soal nomor 2 Syafi’i – 1
mengucapkan salam dan mundur yang diikuti tepuk tangan teman-teman yang
lain.
Muslim – 3 tidak dapat mengartikan karena memang tidak tahu artinya. Guru
menawarkan pada anggota Kelompok Muslim lainnya tetapi tidak ada yang bisa
membantu, kemudian guru menawarkan pada kelompok lain ternyata juga tidak
ada yang bisa menjawab. Akhirnya guru pun membantu mengartikan ayat
tersebut. Meskipun tidak dapat menjawab Muslim – 3 nampak sangat percaya diri
bahkan berani menebarkan pandangan keseluruh ruangan sambil sedikit
tersenyum seolah meniru gerakan seorang guru. Terakhir Muslim – 3
menawarkan “apakah masih ada pertanyaan?” Ternyata tidak ada pertanyaan.
Muslim – 3 pun menutup salam yang langsung dijawab seluruh kelas sambil
memberikan tepuk tangan.
Gambar 4.21
Muslim – 3 Menjawab Pertanyaan Nomor – 4 dengan Penuh Percaya Diri
Gambar 4.24.
Guru Memberi Penguatan atas Jawaban Siswa di Akhir Pelajaran
Setelah semua siswa kembali ke tempat duduk guru membagikan soal tes
siklus II yang berbetuk pilihan ganda berjumlah 10 buitr soal. Guru
mengingatkan untuk menuliskan nama masing-masing pada lembar soal. Siswa
langsung bisa mengerjakan pada lembar soal. Pada saat mengerjakan soal siswa
nampak sangat tenang, mereka langsung mencermati soal masing-masing, tidak
ada siswa yang saling bertanya, mencontoh pekerjaan temannya maupun
mencontek di buku mata pelajaran ...... Ternyata siswa hanya membutuhkan
waktu 10 menit untuk mengerjakan soal tes siklus II ini. Setelah semua siswa
mengumpulkan lembar jawaban guru meminta masing-masing kelompok untuk
melepas nomor masing-masing dan dikumpulkan pada guru.
Setelah semua siswa kembali ketempat duduknya masing-masing, guru
menyampaikan tentang kegiatan yang akan dilakukan pada pertemuan yang akan
datang. Karena pada hari Rabu tanggal 2 September 2011 digunakan untuk ujian
mid semester maka pertemuan berikutnya akan dilaksanakan pada hari Rabu
tanggal 9 September 2011. Kegiatan yang akan datang adalah siswa
mempraktekkan sujud syukur dan sujud tilawah. Sedangkan tempat untuk
mempraktekkan sujud syukur di halaman sekolah. Sedangkan ketika
mempraktekkan sujud tilawah bertempat di masjid. Selanjutnya guru memberikan
79
Pekerjaan Rumah (PR). Karena bel istirahat sudah berbunyi guru menutup
pelajaran dengan mengucapkan terimakasih khususnya pada siswa yang telah
berani presentasi di depan kelas dan mengakhiri pembelajaran dengan bertepuk
tangan dan mengucap salam.
Berikut ini adalah rangkuman hal-hal yang diamati oleh pengamat pada
siklus II pertemuan 2 :
Tabel 4.12. Aktivitas Siswa Pada Saat Mendiskusikan LKS – 2
Kegiatan Syafi’i Maliki Hanafi Hambali Bukhori Muslim Jmlh %
Bersemangat
selama 5 6 6 6 5 6 34 100
pembelajaran
Bertanya pada
4 3 2 1 2 2 13 47,06
teman
Menjawab
3 1 2 1 2 2 9 26,47
pertanyaan teman
Bertanya pada
2 1 - - 2 1 6 17,65
guru
Presentasi di
1 1 1 1 1 1 6 17,65
depan kelas
berjalan baik.
(2) Pada kegiatan inti, guru langsung membagikan kertas bernomor, menyuruh
siswa berkelompok tetapi menghadap kedepan dan membagikan jawaban
LKS yang telah dijawab pada pertemuan sebelumnya kepada masing-
masing kelompok. Kemudian guru memanggil satu demi satu perwakilan
kelompok untuk presentasi di depan kelas menjawab dan membahas
pertanyaan dalam LKS. Pada saat presentasi terjadi tanya jawab antar siswa.
Guru hanya sekedar memberi penguatan pada jawaban yang masih
diperdebatkan siswa. Setelah presentasi selesai, guru memberikan tes siklus
II.
(3) Pada kegiatan akhir, karena waktunya sangat terbatas guru menyuruh siswa
merangkum materi pelajaran di rumah. Kemudian guru menyampaikan
pembelajaran yang akan dilaksanakan pada pertemuan berikutnya yaitu
praktek sujud syukur dan sujud tilawah. Dilanjutkan dengan pemberian PR
dan mengucapkan terimakasih serta menutup pelajaran dengan mengucap
salam dan mengajak siswa bertepuk tangan. Secara umum kegiatan akhir ini
sudah berjalan baik. Berikut ini adalah perbandingan nilai tes siklus I dan
tes siklus II:
82
4) Penghargaan Kelompok
Penghargaan kelompok diberikan bagi kelompok yang memperoleh
rata-rata skor peningkatan individu tertinggi. Skor yang diperoleh kelompok
didapat dari skor peningkatan yang diperoleh oleh setiap anggota kelompok.
Data perolehan skor peningkatan individu siklus I dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.14. Skor Peningkatan Individu dalam Kelompok Pada Siklus II
Data Skor Peningkatan Individu
Kelompok – 20 – 10 0 10 20 30 40
Maliki 1 1 1 1 1 1 -
Hambali - - 1 4 1 - -
Muslim - - - 4 2 - -
Bukhori - 1 2 - 2 - -
Hanafi - - 1 4 1 - -
Syafi’i - 1 1 1 - 1 1
Tabel 4.15.
Rata-rata Skor Peningkatan Individu dalam Kelompok Pada Siklus II
Nama Kelompok Rata - rata Skor Peringkat Kelompok
Peningkatan Kelompok
Maliki 23,3 5
Hambali 17,1 10
Muslim 25 13,33
Bukhori 26 6
Hanafi 20 10
Syafi’i 14 14
d). Refleksi
Refleksi pada siklus II ini dilaksanakan oleh Guru peneliti. Karena ada
dua pertemuan pada siklus II maka refleksi siklus II pertemuan 1 dilakukan oleh
Ibu Erni Andaryati, S. Ag dan refleksi siklus II pertemuan 2 dilakukan oleh Ibu
Etyk Nurhayati, S.Pd.I yang hasilnya digabung dan didiskusikan bersama.
Secara umum pelaksanaan pembelajaran Fiqh dengan menggunakan
model Pembelajaran Kooperatif/tipe Number Heads Together (NHT) pada siklus II
pertemuan I dan 2 berjalan lancar. Pada saat berdiskusi seluruh siswa membahas
LKS dengan bersama-sama, tidak melakukan sendiri-sendiri seperti pertemuan
siklus I yang lalu, karena dalam setiap kelompok hanya diberikan 2 LKS saja, ini
dimaksudkan agar siswa benar-benar lebih berdiskusi dalam membahas LKS.
tersebut. Nampaknya siswa sudah lebih berpengalaman dengan model
pembelajaran tipe Number Heads Together (NHT) semacam ini, merka sudah tidak
asing lagi karena pada pertemuan I yang lalu sudah diterapkan model seperti ini.
.
B.4. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus III
Siklus III ini dilaksanakan pada hari Rabu, 9 September 2011 pada pukul
85
07.30 – 09.10 atau 4 jam pelajaran pada jam bulan ramadhan. Hal ini dilakukan
karena minggu ini merupakan minggu terakhir pembelajaran sebelum libur idul fitri.
Jam pelajaran yang digunakan dalam kegiatan ini adalah jam pelajaran matematika
dan jam pelajaran mata pelajaran ...... Setelah mendapat persetujuan dari kepala
sekolah dan wakil kepala sekolah bagian kurikulum maka guru peneliti melakukan
kegiatan pada siklus III yang meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan dan
pengamatan serta observasi. Berikut ini adalah pelaksanaan kegiatan siklus IIII secara
terperinci:
a) Perencanaan Tindakan Siklus III
Persiapan yang dilakukan peneliti sebelum melakukan tindakan pada siklus III,
yaitu :
1) Membuat silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Guru peneliti membuat silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
tentang materi yang akan diajarkan dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Number Heads Together (NHT). Silabus dalam
penelitian ini dapat dilihat pada lampiran 1 halaman 118 dan Rencana
pembelajaran terdapat dalam lampiran 2 halaman 119.
2) Membuat persiapan sarana dan media pembelajaran yang akan digunakan,
yaitu kertas bernomor, skenario praktek sujud syukur dan sujud tilawah.
3) Membuat pedoman observasi siswa. Guru peneliti menyusun dan menyiapkan
lembar observasi mengenai keaktifan siswa berdasarkan aspek keaktifan
siswa yang menjadi aspek pengamatan ketika observasi kelas berlangsung.
Keaktifan siswa yang diamati tersebut meliputi : pelaksanaa praktek sujud
syukur dan sujud tilawah. Pedoman observasi siswa dapat dilihat pada
lampiran 6 halaman 142.
4) Menyusun pedoman wawancara untuk siswa.
5) Pembentukan kelompok.
6) Menyusun dan menyiapkan catatan lapangan. Guru peneliti menyusun dan
menyiapkan catatan lapangan untuk mengamati aktivitas guru dan siswa
selama proses pembelajaran di kelas. Catatan lapangan ini sangat penting
untuk mengetahui apa dan bagaimana siswa mengikuti proses pembelajaran di
kelas dengan menggunakan model pembelajaran dengan diskusi kelompok.
86
Pada siklus III pembelajaran dilakukan oleh 2 guru peneliti, yaitu Ibu Erni
Andaryati, S.Ag dan Ibu Etyk Nurhayati, S.Pd.I. Guru yang membuka
pembelajaran adalah Ibu Etyk Nurhayati, S.Pd.I. Pada awal pembelajaran guru
peneliti melakukan apersepsi dengan menanyakan ibadah puasa yang dilakukan
dengan sedikit memotivasi bahwa berpuasa juga merupakan salah satu bentuk
rasa syukur kepada Alloh SWT. Guru peneliti bermaksud mengajak siswa
bersyukur pada Alloh bahwa pada tahun ini masih diberi kesempatan
menjalankan ibadah puasa karena banyak saudara-saudara kita yang telah pergi
mendahului kita sehingga tidak bisa menjalankan ibadah puasa. Setelah apersepsi
guru peneliti memberikan hadiah pada kelompok yang pada siklus II memperoleh
nilai rata-rata kenaikan tes tertinggi yang diraih oleh kelompok Syafi’i.
87
Gambar 4.25. Wakil dari Kelompok Syafi’i menerima hadiah dari Guru sebagai
kelompok yang memperoleh kenaikan nilai rata-rata tertinggi pada siklus II
Setelah semua siswa hafal dengan bacaan sujud syukur dan sujud tilawah
guru peneliti memberi skenario untuk mempraktekkan sujud syukr dan sujud
tilawah. Berikut ini adalah skenario untuk praktek sujud syukur dan sujud
tilawah:
Setelah guru memberi contoh sujud syukur dan sujud tilawah guru
menyuruh siswa untuk berdiskusi di kelompoknya masing-masing untuk
memahami skenario praktek sujud syukur dan sujud tilawah. Setelah 5 menit
ternyata para siswa telah siap mempraktekkan sujud syukur dan sujud tilawah.
Kegiatan praktek pertama adalah sujud syukur terlebih dahulu. Kelompok yang
pertama kali akan praktek sujud syukur adalah kelompok Hanafi. Skenario sujud
syukur kelompok Hanafi adalah lulus dalam UAN. Guru telah menempel nama-
nama kelompok Hanafi didinding. Kegiatan dimulai, anggota kelompok Hanafi
langsung berlarian menuju papan pengumuman. Setelah dinyatakan bahwa
mereka lulus, maka mereka langsung melakukan sujud syukur di tempat itu juga.
Gambar 4.40.
Seluruh siswa mempraktekkan sujud tilawah dengan imam Maliki – 1
Gambar 4.41
Kelompok Bukhori mempraktekkan sujud tilawah di dalam sholat
Kelompok berikutnya adalah kelompok Hambali. Sama seperti kelompok
Bukhori skenario sujud tilawah untuk kelompok Hambali adalah sujud tilawah
didalam sholat. Salah satu anggota kelompok Hambali, yaitu Hambali – 5 maju
ke depan bertindak menjadi imam. Hambali – 5 membaca surat Ar-Ra’d ayat 15
yang dilanjutkan sujud tilawah oleh imam dan diikuti makmumnya.
Gambar 4.42
Kelompok Hambali sedang praktek sujud tilawah di dalam sholat
Gambar 4.43
Kelompok Maliki sedang mempraktekkan sujud tilawah
Skenario yang sama juga dilakukan oleh kelompok Hanafi. Tiga orang
anggota kelompok Hanafi sedang tadarus membaca surat An-Nahl ayat 41 – 50,
sedangkan 3 anggota lainnya ketika mendengar bacaan surat An-Nahl ayat 49
langsung melakukan sujud tilawah dan diakhiri dengan salam.
Gambar 4.46
Syafi’i – 5 selaku imam hendak melakukan sujud tilawah setelah membaca ayat sajdah
kepada semua siswa yang telah aktif selama pembelajaran dengan menggunakan
metode Number Heads Together (NHT). Sebelum menutup pembelajaran,
sebagai motivasi, guru memberikan penghargaan pada siswa yang paling aktif
selama pembelajaran berlangsung, yaitu Chika (Hambali – 1 ), Bambang (Maliki
– 1 ) dan Rifai (Muslim – 1 ). Selain itu guru juga memberikan penghargaan
kepada siswa yang memperoleh nilai tertinggi dalam dua siklus sebelumnya,
yaitu Ikasari (Bukhori – 3 ) dan Nuraeni (Hanafi – 3 ). Penghargaan yang
diberikan berupa buku tulis, para siswa memberikan tepuk tangan kepada siswa
yang memperoleh penghargaan dari guru. Selanjutnya guru berpamitan dan
mentup pembelajaran dengan salam yang dijawab serempak oleh siswa.
Gambar 4.47
Guru memberikan penghargaan kepada siswa yang aktif dan berprestasi
Tabel 4.18. Perbandingan Nilai Tes Siklus II, Pos Tes dan Efikasi Diri Siswa
Tes Efikasi diri Efikasi Diri
Resp Nama Siklus II Pos Tes awal Akhir
1 AW 90 100 52 68
2 AC 90 90 50 72
3 BY 60 100 60 71
4 CB 70 90 60 72
5 CD 70 100 62 72
6 DK 100 100 50 72
7 DU 80 100 60 72
8 FT 90 100 58 70
9 IS 100 100 61 72
10 IJ 90 100 66 72
11 LA 90 80 48 64
12 MP 70 100 60 72
13 MR 90 100 62 71
14 MF 70 100 51 72
96
15 MH 90 100 53 71
16 MI 60 100 59 72
17 NS 80 100 50 72
18 NA 80 90 52 70
19 NV 100 100 60 68
20 NG 60 90 64 70
21 NR 70 100 61 72
22 NA 90 100 60 72
23 RS 80 100 57 72
24 RB 90 100 63 72
25 RW 80 90 56 69
26 SW 90 100 53 68
27 SR 90 100 63 72
28 TR 90 90 56 72
29 UK 70 90 53 72
30 WI 100 100 54 67
31 WA 90 100 44 72
32 WS 90 100 56 72
33 YA 30 100 56 66
34 YS 90 100 52 72
Rata-rata 81,74 97,35 56,53 70,73529412
17 (diatas rata- 24 (diatas rata-
Jumlah yang lulus KKM 30 34 rata) rata)
Persentase yang lulus KKM 88,23% 100% 50,00% 70,59%
4) Penghargaan Kelompok
Penghargaan kelompok diberikan bagi kelompok yang memperoleh
rata-rata skor peningkatan individu tertinggi. Skor yang diperoleh kelompok
didapat dari skor peningkatan yang diperoleh oleh setiap anggota kelompok.
Data perolehan skor peningkatan individu siklus I dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.19. Skor Peningkatan Individu dalam Kelompok Pada Siklus III
Data Skor Peningkatan Individu
Kelompok -10 0 10 20 30 40 70
Maliki - 2 1 1 1 1 -
Hambali - - 4 - 2 - -
Muslim - 1 3 1 - 1 -
Bukhori - 2 2 1 - - -
Hanafi - - 2 2 - - 1
Syafi’i - 1 3 - 1 - -
d). Refleksi
Refleksi pada siklus III ini dilaksanakan bersama-sama oleh Guru
peneliti Ibu Erni Andaryati, S. Ag dan Ibu Etyk Nurhayati, S.Pd.I. Secara umum
pelaksanaan pembelajaran Mata pelajaran ..... dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Number Heads Together (NHT) pada siklus III
berjalan dengan lancar, siswa nampak sudah sangat paham dengan metode yang
digunakan. Siswa sangat aktif berdiskusi dengan temannya satu kelompok terutama
menjelang praktek ibadah untuk mengecek hafalan bacaan sujud syukur dan sujud
tilawah. Siswa juga nampak sangat percaya diri bahkan sampai berebutan saat
disuruh maju melakukan sujud syukur maupun sujud tilawah. Sedangkan dari
prestasi belajar siswa juga mengalami peningkatan yang sangat signifikan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran dengan menggunakan
metode Number Heads Together (NHT) dapat meningkatkan efikasi diri siswa,
aktivitas belajar dan prestasi belajar siswa. Karena tujuan dalam penelitian ini telah
tercapai yaitu dengan adanya peningkatan efikasi diri, aktivitas belajar dan prestasi
belajar maka guru peneliti menghentikan penelitian ini.
C. Pembahasan
1. Analisis Hasil Efikasi Diri
metode NHT diharapkan mampu meningkatkan efikasi diri siswa dalam pelajaran
mata pelajaran ......
Setelah dilaksanakannya pembelajaran dengan metode NHT pada siklus I,
Siklus II dan Siklus III, siswa kembali diberi angket efikasi diri. Ternyata pad akhir
siklus III berdasarkan data yang diperoleh terdapat peningkatan skor efikasi diri
siswa, dimana semula rata-rata skor efikasi diri siswa hanya sebesar 56,53 menjadi
70,73. Sedangkan jumlah siswa yang mempunyai skor efikasi diri diatas rata-rata
juga mengalami peningkatan dari 17 siswa menjadi 24 siswa atau menjadi sebesar
70,59%. Berikut ini adalah diagram perbandinga skor rata – rata efikasi diri siswa
sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan metode NHT.
70,73
80
56,53
70
60
50
40
30
20
10
0
Efikasi diri sebelum perlakuan Efikasi diri setelah perlakuan
Diagram 4.1.
Perbandingan rata – rata skor efikasi diri sebelum dan sesudah perlakuan
80,00%
70,00% 70,59%
60,00%
50,00% 50,00%
40,00%
30,00%
20,00%
10,00%
0,00%
Efikasi diri sebelum perlakuan Efikasi diri setelah perlakuan
Diagram 4.2.
Persentase siswa yang mempunyai skor diatas rata-rata sebelum dan setelah perlakuan
Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa siswa yang berada dalam
kategori baik sebanyak 21 orang atau sebesar 61,76%, sedangkan yang berada
dalam kategori sedang sebanyak 9 orang atau sebesar 26,48% dan yang berada
dalam kategori kurang sebanyak 4 orang atau sebesar 11,76%. Dari hasil tersebut
dapat disimpulkan bahwa efikasi diri siswa setelah pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT berada dalam kategori
baik.
Hal demikian menunjukkan bahwa sumbangan yang signifikan dari
efikasi diri dikarenakan dengan adanya keyakinan akan kemampuan diri dalam
belajar yang disertai dengan keyakinan bahwa segala peristiwa dalam hidupnya,
ditentukan oleh usaha dan perilakunya sendiri. Hal tersebut pada gilirannya akan
mendorong individu untuk mengarahkan segala tenaga, usaha dan perilakunya,
untuk mencapai prestasi belajar yag diharapkan. Hal ini sesuai dengan pendapat
Bandura (Anita Zulkaida. 2007:3) yang mengatakan bahwa orang yang memiliki
efikasi diri yang tinggi, akan mengeluarkan usaha yang besar untuk mengatasi
hambatan dalam mencapai tujuannya.
Sedangkan dalam hal siswa bertanya pada guru terjadi grafik yang naik
turun, jika pada siklus I siswa yang bertanya pada guru sebesar 11,76%, pada siklus
II naik menjadi 25% dan pada siklus III terjadi penurunan menjadi hanya 2%. Hal
ini disebabkan pada siklus III siswa lebih banyak bertanya pada teman satu
kelompoknya dari pada bertanya pada guru. Dan untuk menjawab pertanyaan guru
juga mengalami penurunan dari 29,41% pada siklus I turun menjadi 8,82% pada
siklus II dan bahkan pada siklus III tidak ada yang bertanya. Hal ini dikarenakan
pada dua siklus terakhir guru tidak banyak memberikan pertanyaan, bahkan pada
siklus III guru sama sekali tidak bertanya pada siswa. Untuk kegiatan presentasi di
depan kelas hanya terjadi pada siklus II yaitu sebesar 17,65%. Sedangkan untuk
merangkum materi pelajaran juga hanya terjadi pada siklus I yaitu sebesar 97,06%.
Pada siklus II guru tidak mengajak siswa untuk merangkum pelajaran tetapi
memberikan PR yang telah mencakup materi yang diajarkan pada pertemuan
tersebut, dan pada siklus III tidak ada kegiatan merangkum materi pelajaran karena
kegiatan pembelajaran untuk praktek sujud syukur dan sujud tilawah. Sehingga
pelaksanaan praktek ibadah hanya dilaksanakan pad siklus III dimana semua siswa
atau sebesar 100% siswa dapat mempraktekkan sujud syukur dan sujud tilawah.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif dengan
menggunakan metode Number Heads Together (NHT) dapat meningkatkan
aktivitas belajar siswa.
Hal demikian menunjukkan bahwa kualitas pembelajaran akan meningkat
jika para siswa peserta proses pembelajaran memperoleh kesempatan yang luas
untuk bertanya, berdiskusi, dan menggunakan secara aktif pengetahuan baru yang
diperoleh. Dengan cara ini, diketahui pula bahwa pengetahuan baru tersebut
cenderung untuk dapat dipahami dan dikuasai secara lebih baik. Hal ini sesuai
dengan pendapat McConnell et.al (2003:206) yaitu: The benefits of active learning
and inquiry-based teaching methods can be seen in improvements in student
attitudes about science. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa keuntungan
belajar aktif dan metode mengajar penemuan adalah dapat meningkatkan sikap
siswa tentang ilmu pengetahuan
104
Setelah pre tes, guru peneliti mengadakan diskusi karena siswa yang lulus
KKM hanya sebesar 55,88%. Berdasarkan hasil diskusi, diperoleh beberapa hal
diantaranya adalah, siswa belum mendapatkan materi tentang sujud syukur dan
sujud tilawah. Pada siklus I dapat dikatakan bahwa pembelajaran berhasil, karena
nilai rata-rata siswa meningkat dari pre tes yang hanya sebesar 63,53 menjadi 74,12
pada siklus I. Sedangkan pada siklus II naik menjadi 81,74 dan di akhir
pembelajaran meningkat menjadi 97,35. Berikut ini adalah data prestasi belajar
siswa dalam 3 siklus:
Tabel 4.23. Data Prestasi Belajar Siswa
KKM Nilai Pre Tes Nilai Siklus I Nilai Siklus II Pos Tes
Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %
< 70
15 44,12% 9 17,65% 4 11,77% 0 0%
70
19 55,88% 24 82,35% 30 88,23% 38 100%
Jumlah
34 100% 34 100% 34 100% 34 100%
97,35
100
90 81,74
74,12
80
63,53
70
60
50
40
30
20
10
0
Pre Tes Tes Siklus I Tes Siklus II Pos Tes
120,00%
100,00% 100%
88,23%
80,00% 82,35%
60,00% 55,88%
40,00%
20,00%
0,00%
Pre Tes Tes Siklus I Tes Siklus II Pos Tes
belajar siswa. Berdasarkan data – data tersebut diatas maka dapat disimpulkan
bahwa model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan metode Number
Heads Together (NHT) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Perhitungan
selengkapnya terdapat pada lampiran 8 halaman 152.
Ruseffendi (1991:9) mengemukakan bahwa sepuluh faktor yang
mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam belajar antara lain sebagai berikut: 1)
kecerdasan, 2) kesiapan belajar, 3) bakat, 4) kemauan belajar, 5) minat, 6) cara
penyajian materi pelajaran, 7) pribadi dan sikap pengajar, 8) suasana pengajaran, 9)
kompetensi pengajar, dan 10) kondisi masyarakat luas. Kesepuluh poin tersebut
menjelaskan bahwa cara penyajian materi pelajaran dan suasana pengajaran
merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sekaligus menjadi
penentu keberhasilan belajar siswa.
Selain analisis data diatas dalam penelitian ini juga ditambahkan analisis
tentang hubungan efikasi diri dengan prestasi belajar siswa dengan menggunakan
analisis korelasi Product Moment. Setelah dilakukan uji korelasi dengan
menggunakan korelasi Product Moment diperoleh besarnya koefisien korelasi
sebesar 0,052. Setelah dikonsultasikan dengan harga r tabel dengan N = 34 pada
taraf signifikansi 5% diperoleh r tabel sebesar 0,339. Karena harga r hitung lebih
kecil dari r tabel maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara efikasi
diri dengan prestasi belajar siswa. Atau dapat dikatakan siswa yang mempunyai
efikasi diri tinggi belum tentu prestasi belajarnya bagus, begitu pula sebaliknya
siswa yang prestasi belajarnya bagus belum tentu efikasi dirinya tinggi.
Perhitungan selengkapnya terdapat pada lampiran 8 halaman 153.
107
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas tentang upaya peningkatan efikasi
diri, aktivitas belajar dan prestasi belajar Mata pelajaran ..... siswa dengan
pembelajaran kooperatif tipe Number Heads Together (NHT) siswa kelas VIII E ....
Negeri Kota .... Kota yang dilaksanakan secara kolaborasi dapat disimpulkan bahwa :
1. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe Number Heads Together (NHT) dapat
meningkatkan efikasi diri siswa. Yaitu sebelum diberikan perlakuan rata-rata skor
efikasi diri siswa sebesar 56,53 pada akhir pembelajaran siklus ketiga meningkat
menjadi 70,73. Begitu pula jumlah siswa yang memperoleh skor diatas rata-rata
sebelum perlakuan sebanyak 17 siswa atau sebesar 50% setelah perlakuan
meningkat menjadi 24 siswa atau sebesar 70,59%.
2. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe Number Heads Together (NHT) dapat
meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam berbagai aspek, seperti mengemukakan
pendapat dalam kelompok, bertanya pada teman, menjawab pertanyaan teman dan
pelaksanaan praktek ibadah.
3. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe Number Heads Together (NHT) dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa. Nilai rata-rata siswa meningkat dari pre tes
yang hanya sebesar 63,53 menjadi 74,12 pada siklus I. Sedangkan pada siklus II
naik menjadi 81,74 dan di akhir pembelajaran meningkat menjadi 97,35. Hal itu
disertai pula dengan jumlah siswa yang lulus KKM yang telah ditetapkan sekolah
sebesar 70. Jumlah siswa yang lulus KKM pada saat pre tes adalah 19 siswa atau
sebesar 44,12%, pada siklus I menjadi 24 siswa atau sebesar 82,35%, sedangkan
pada siklus II naik menjadi 30 siswa atau sebesar 88,23% dan pada siklus III atau
pos tes naik menjadi 34 siswa atau sebesar 100%.
B. Saran
Berdasarkan hasil temuan diajukan beberapa saran sebagai berikut:
108
DAFTAR PUSTAKA