Anda di halaman 1dari 108

1

Contoh judul laporan PTK

(untuk dipelajari sebagai bahan laporan)

Peningkatan efikasi diri, aktivitas belajar dan prestasi belajar mata pelajaran
……dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Number Heads
Together) di …………… Tahun Ajaran ……………...
2

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Mata Pelajaran … ..... yang didalamnya merupakan ilmu tentang ……. Bagi
siswa kelas …… ternyata belum dapat dijadikan sebagai sarana untuk …………... Hal
tersebut terlihat dari rendahnya kesadaran siswa dalam melaksanakan …….
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa orang siswa kelas …. pada tanggal
………, menunjukkan bahwa sebagian besar siswa belum yakin dengan
kemampuannya dalam hal ………….. Siswa mengaku mudah dalam menghafal
……………. kebanyakan siswa masih takut. Ini menunjukkan bahwa keyakinan siswa
untuk melaksanakan suatu tugas atau efikasi diri siswa masih tergolong rendah. Hal ini
tentunya sangat mengkhawatirkan dan perlu dicari solusinya mengingat mata pelajaran
..... adalah pelajaran yang sangat penting ……..
Selain permasalahan tersebut di atas, rendahnya aktivitas siswa dalam mata
pelajaran ..... juga merupakan permasalahan tersendiri yang juga harus segera
dipecahkan. Rendahnya semangat siswa ketika mengikuti pembelajaran pada mata
pelajaran ..... dengan adanya beberapa siswa yang mengantuk saat pembelajaran
berlangsung, siswa keluar masuk kelas ijin ke toilet, sampai ada beberapa siswa yang
meninggalkan jam pelajaran pada mata pelajaran ..... untuk keperluan diluar
pembelajaran. Hal yang sama peneliti dapatkan informasi berdasarkan hasil diskusi
dengan sesama guru mata pelajaran ....., ternyata masih banyak dijumpai permasalahan
pembelajaran yang sering muncul antara lain rendahnya minat belajar siswa, hal itu
terlihat dari banyaknya siswa yang tidak mengerjakan PR yang diberikan guru atau
banyak siswa yang mengerjakan PR tetapi hanya mencontoh pekerjaan temannya serta
mengharapkan bantuan teman saat tes berlangsung. Selain itu juga terlihat bahwa
siswa kurang aktif dikelas, hal ini terlihat ketika diadakan pembelajaran dikelas banyak
siswa yang belum paham tentang materi yang diajarkan tetapi siswa hanya diam saja
dan ketika guru bertanya siswa juga tidak bisa menjawab. Belum nampaknya sikap
3

siswa dalam berfikir kritis dan kreatif serta kemampuan kerja sama yang belum efektif.
Hal ini sangat membingungkan guru. Namun setelah dievaluasi, hal – hal tersebut di
atas terjadi alah satunya dikarenakan kegiatan pembelajaran pada mata pelajaran ..... di
…………… masih bersifat klasikal yang pada umumnya menggunakan metode
ceramah, akibatnya aktivitas guru lebih menonjol dari pada aktivitas siswa sehingga
siswa merasa bosan dengan jalannya pembelajaran.
Kompleknya permasalahan yang dihadapi guru ini menuntut guru untuk
melakukan sebuah usaha perbaikan atau tindakan untuk mengatasi masalah tersebut.
Berdasarkan analisis guru maka perlu suatu cara yang tepat untuk mengatasi masalah
tersebut diatas. Maka peneliti akan mencoba menerapkan salah satu model
pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran mata pelajaran ..... yaitu
pembelajaraan kooperatif (Cooperative Learning) tipe NHT (Number Head Together).
Model pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu metode diskusi
kelompok yang sangat baik untuk membuat siswa memiliki rasa tanggung jawab besar
terhadap keberhasilan kelompoknya. Selain itu juga siswa harus berusaha paham secara
individu tentang materi yang didiskusikan, hal ini dikarenakan dalam satu kelompok
nantinya hanya satu orang yang ditunjuk secara acak untuk mewakili kelompoknya
dalam menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Melalui pembelajaran
kooperatif tipe NHT dalam pelajaran mata pelajaran ..... ini guru dapat membantu
siswa yang mengalami efikasi diri rendah terhadap pelajaran mata pelajaran ...... Model
pembelajaran ini juga mengajak siswa untuk belajar secara aktif sehingga aktivitas
belajar siswa semakin meningkat dan diharapkan meningkat pula prestasi belajar yang
diperoleh.
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti terdorong untuk melakukan penelitian
dengan judul Upaya Meningkatkan Efikasi Diri, Aktivitas Belajar dan Prestasi Belajar
Mata pelajaran ..... dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
(Number Heads Together) siswa kelas VIII di ……………. SMA N 1 ……. Tahun
Pelajaran …………..

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat disusun rumusan masalah


sebagai berikut:

1. Apakah model pembelajaran tipe NHT dapat meningkatkan efikasi diri dalam
pembelajaran mata pelajaran ..... pada siswa kelas ………di ….?
4

2. Apakah model pembelajaran tipe NHT dapat meningkatkan aktivitas belajar mata
pelajaran ..... pada siswa kelas ………..di ………….?

3. Apakah model pembelajaran tipe NHT dapat meningkatkan prestasi belajar mata
pelajaran ..... pada siswa …………… di?

C. Pemecahan Masalah

Untuk mengatasi permasalahan pembelajaran yang dihadapi peneliti, peneliti


melakukan penelitian tindakan kels. Tidakan yang diambil adalah peneliti menerapkan
model pembelajaran koperatif TIPE NHT. Model ini dipilih karena …………………..

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh jawaban dari rumusan masalah


yang telah disebutkan di atas. Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bahwa model pembelajaran tipe NHT dapat meningkatkan


efikasi diri dalam pembelajaran mata pelajaran ..... pada siswa kelas …………..

2. Untuk mengetahui bahwa model pembelajaran tipe NHT dapat meningkatkan


aktivitas belajar mata pelajaran ..... pada siswa kelas ..

3. Untuk mengetahui bahwa model pembelajaran tipe NHT dapat meningkatkan


prestasi belajar mata pelajaran ..... pada siswa kelas ……………..

E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai
pihak, antara lain sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini dapat memperluas pengetahuan tentang efikasi diri, aktivitas
belajar, prestasi belajar dan model pembelajaran tipe NHT.
2. Manfaat praktis
1) Bagi Peneliti
Dapat meningkatkan efikasi diri siswa didik, aktivitas belajar siswa didik, dan
prestasi belajar siswa didik serta dapat meningkatkan keterampilan mengajar
peneliti dengan model pembelajaran tipe NHT
2) Bagi Lembaga Pendidikan
5

Hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar bagi guru dalam meningkatkan
kualitas proses belajar mengajar dengan memperhatikan efikasi diri siswa,
aktivitas belajar, dan prestasi belajar serta keterampilan mengajar guru.

F. Penegasan Istilah
(jika diperlukan)
6

BAB II
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Kajian Teori
1. Efikasi Diri
a. Pengertian Efikasi Diri
Efikasi diri merupakan bagian terpenting dalam teori sosial kognitif.
Menurut Bandura (1997:41) sebagai pencetus konsep ini pertama kali
mendefinisikan efikasi diri sebagai kepercayaan terhadap kemampuan dirinya
untuk mencapai hasil. Konsep efikasi diri berkaitan dengan sejauhmana seseorang
menilai kemampuan, potensi dan kecenderungan yang dimilikinya untuk dipadukan
menjadi tindakan dalam mengatasi situasi yang mungkin akan dihadapi di masa
mendatang (Bandura, 1997:42).
Efikasi diri merupakan evaluasi seseorang mengenai kemampuannya atau
kompetensi dirinya untuk melakukan tugas, mencapai tujuan atau mengatasi
hambatan. Efikasi diri merupakan bagian dari self concept yang merupakan
keyakinan seseorang akan kemampuannya untuk menangani masalah. Individu
yang memiliki efikasi diri tinggi akan mengarah pada prestasi yang lebih baik
dalam berbagai bidang karena efikasi tersebut mengaktifkan perubahan psikologis
untuk mengurangi rasa sakit dan membuat stres lebih dapat ditoleransi (Baron dan
Byrne, 2003:51).
Sementara itu, Betz dan Hackett (dalam Kiamanesh dkk, 2004:29)
berpendapat bahwa efikasi diri adalah sebuah penilaian situasional dari keyakinan
seseorang terhadap kemampuannya untuk berhasil dalam melaksanakan atau
menyelesaikan tugas atau masalah matematis tertentu.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
efikasi diri merupakan penilaian seseorang terhadap keyakinan diri dan
kemampuannya untuk dapat melakukan dan berhasil dalam suatu tugas atau
tindakan tertentu. Keyakinan akan kemampuan tersebut mengarah pada fungsi
kognitif seseorang dalam usahnya untuk berhasil dalam suatu tugas atau tindakan
tertentu. Kaitannya dalam pelajaran mata pelajaran ....., efikasi diri mengacu pada
penilaian siswa terhadap keyakinan siswa dan kemampuan dirinya untuk dapat
melakukan dan berhasil dalam tugas pelajaran mata pelajaran ..... yang diberikan.
7

b. Aspek-aspek Efikasi Diri


Bandura (1997:43) menyebutkan bahwa pengukuran terhadap efikasi diri
individu didasarkan pada tigas dimensi, yaitu:
1. Dimensi tingkat
Dimensi ini berkaitan dengan derajat kesulitan tugas, di mana individu merasa
mampu melaksanakannya. Individu merasa mampu melakukan tugas, apakah
berkaitan dengan tugas yang sederhana,sedang atau sangat sulit.
2. Dimensi kekuatan
Dimensi ini berkaitan dengan kekuatan penilaian tentang kecakapan individu.
Hal ini mengacu pada derajad kemampuan individu terhadap keyakinan akan
kemampuan individu terhadap keyakinan akan kemampuan menyelesaikan
tugas
3. Dimensi generalisasi
Dimensi yang berhubungan dengan luas bidang perilaku, efikasi diri seseorang
tidak terbatas hanya pada satu bidang spesifikasi saja. Dimensi ini mengacu
pada variasi situasi di mana penilaian tentang efikasi diri dapat diungkapkan.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efikasi Diri


Tingkat efikasi diri yang dimiliki seseorang tidaklah sama. Kepercayaan
seseorang terhadap kemampuan dirinya merupakan aspek utama dari pengetahuan
diri. Keyakinan akan efikasi diri dibangun dari empat prinsip sumber informasi.
Bandura (1997:45) mengemukakan bahwa informasi mengenai efikasi diri dapat
berasal dari empat sumber utama, yaitu:
1. Pengalaman keberhasilan (Enactive Mastery Experience)
Sumber ini dipercaya sebagai sumber yang paling dominan dan berpengaruh
karena berdasarkan penglaman-pengalaman langsung individu dalam
menuntaskan suatu tugas. Pengalamanan keberhasilan akan meningkatkan
penilaian terhadap efikasi diri, sedangkan pengalaman kegagalan akan
menurunkan penilaian terhadap efikasi diri seseorang.
2. Pengalaman orang lain (Vicarious Experience)
Pengalaman tentang keberhasilan seseorang merupakan sumber informasi
mengenai efikasi diri yang diperoleh melalui pengamatan terhadap orang lain.
Apbila individu melihat orang lain tersebut menghadapi aktivitas sulit dan
8

berhasil tanpa konsekuensi buruk, maka akan terbentuk harapan keberhasilan


seupa pada dirinya bila berindak seperti model yang dihadapi. Pengaruh dari
pengalaman keberhasilan orang lain tersebut bergantung pada beberapa hal,
yaitu: karakteristik model, kesamaan antar individu dengan model, tingkat
kesulitan tugas, keadaan situasional dan variasi hasil yang mampu dicapai oleh
model.
3. Persuasi verbal (verbal persuasion)
Sumber ini mengacu pada penyampaian informasi verbal oleh orang yang
berpengaruh. Persuasi ini biasanya digunakan untuk meyakinkan individu
bahwa dirinya cukup mampu melaksanakan tugasnya hingga kemudian
mendorong individu untuk melakukan tugasnya dengan sebaik mungkin
4. Kondisi afeksi dan fisiologis (Physiological And Affective States)
Kondisi somatis dan emosi seperti kecemasan, stres dan keadaan mood juga
memberikan informasi tentang keyakinan efikasi seseorang. Mereka dapat
mengukur tingkat keyakinan mereka dengan pengalaman emosi yang mereka
alami. Reaksi emosi yang kuat pada sebuah tugas memberikan isyarat tentang
antisipasi terhadap keberhasilan atau kegagalan. Ketika mareka mengalami
pikiran negatif dan ketakutan mengenai kemampuan mereka, hal tersebut
dengan sendirinya dapat menurunkan efikasi diri dan memicu stres sehingga
apa yang mereka takutkan dapat benar-benar terjadi. Karena itu, peningkatan
kesehatan emosi dan mengurangi kondisi emosi negatif diperlukan agar efek
yang ditimbulkan dapat dikurangi.
Sementara itu, Iriani (dalam Widyawati, 2000:75) menyebutkan bahwa
terdapat beberapa faktor yang ikut memberi sumbangan terhadap derajad efikasi
diri yang dimiliki seseorang. Faktor-faktor ini menentukan seberapa besar
informasi yang diperoleh dari sumber-sumber efikasi diri. Faktor-faktor tersebut
adalah:
a) Penguasaan materi
Salah satu faktor yang mempengaruhi efikasi diri seseorang adalah penguasaan
materi untuk menyelesaikan tugas tertentu. Meskipun telah diterangkan di muka
bahwa efikasi diri secara khusus menentukan kinerja, efikasi diri tersebut bukan
satu-satunya faktor penentu. Efikasi diri itu sendiri tidak dapat menghasilkan
kinerja yang diharapkan apabila individu tidak memiliki kecakapan yang
9

berhubungan dengan tugas yang dikerjakannya. Misalnya seseorang harus


menyelesaikan suatu tugas mata pelajaran ..... dan orang tersebut tidak memiliki
pengetahuan sama sekali tentang mata pelajaran ....., maka efikasi diri yang
dimiliki indvidu tersebut tidak berdampak pada kinerja tugasnya.
b) Standar kinerja
Standar kinerja dibuat dengan mengacu baik kepada diri sendiri maupun kepada
kelompok. Penilaian akan suatu kinerja dilakukan dengan membuat
perbandingan terhadap kinerja kelompok lain yang dijadikan acuan. Kinerja
tersebut yang berada di atas kinerja kelompok acuan yang memiliki kompetensi
yang tinggi, akan memberikan harapan kecakapan yang tinggi pula. Jika
kelompok acuannya tidak berkompeten, suatu kinerja yang berhasil mungkin
tidak akan meningkatkan efikasi diri individu secara signifikan. Prestasi yang
dinilai di bawah kinerja kelompok acuan akan menurunkan efikasi diri indvidu.
Oleh karena itu, standar kinerja merupakan suatu kriteria untuk menilai diri
seseorang.
c) Atribut keberhasilan dan kegagalan
Persepsi tentang bagaimana seseorang mengatribusikan perilakuny juga
mempengaruhi efikasi diri yang dimilikinya. Keberhasilan yang diatribusikan
kepada faktor inernal individu akan lebih meningkatkan efikasi diri dari pada
keberhasilan yang diatribusikan kepada faktor-faktor eksternal. Hal ini berarti
bahwa suatu performansi yang berhasil, yang merupakan akibat dari usaha atau
kemampuan diri individu tersebut meningkatkan persepsi akan kemampuan
dirinya. Sebaliknya, kegagalan yang diatribusikan kepada faktor-faktor internal
akan menghasilkan penurunan efikasi diri yang lebih besar. Semakin individu
mengatribusikan keberhasilannya kepada kemampuan sendiri, semakin positif
hasilnya bagi peningkatan efikasi diri.
d) Kondisi situasional
Kondisi-kondisi tertentu menciptakan resiko-resiko yang lebih besar dari pada
konidis-kondisi lainnya. Misalnya derajad efikasi diri yang dimiliki seseorang
dalam menegrjakan soal mata pelajaran ..... akan bervariasi berdasarkan situasi-
situasi pada saat tugas itu dilaksanakan.
10

Berdasatkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang


dapat mempengaruhi efikasi diri meliputi pengalaman keberhasilan (Enactive
Mastery Experience), pengalaman orang lain (Vicarious Experience), persuasi
verbal (verbal persuasion), kondisi afeksi dan fisiologis (Physiological And
Affective States), penguasaan materi, standar kinerja, atribut keberhasilan dan
kegagalan, dan kondisi situasional.

2. Aktivitas Belajar
Aktivitas belajar sesungguhnya bersumber dari dalam diri siswa. Guru
berkewajiban menyediakan lingkungan yang serasi agar aktivitas itu menuju ke arah
tujuan yang diinginkan. Dalam hal ini, guru bertindak sebagai organisator belajar bagi
siswa yang potensial itu sehingga tercapai tujuan pembelajaran secara optimal (Anike
Erliena Arindawati dan Hasubullah Huda, 2004:21). Kualitas pembelajaran akan
meningkat jika para siswa peserta proses pembelajaran memperoleh kesempatan yang
luas untuk bertanya, berdiskusi, dan menggunakan secara aktif pengetahuan baru yang
diperoleh. Dengan cara ini, diketahui pula bahwa pengetahuan baru tersebut cenderung
untuk dapat dipahami dan dikuasai secara lebih baik.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1998:20), aktivitas diartikan sebagai
suatu keaktifan atau kegiatan. Jadi, aktivitas belajar siswa merupakan kegiatan yang
dilakukan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Tjok Rai Partadjaja dan
Made Sulastri (2007:68) mengemukakan bahwa aktivitas belajar adalah kegiatan siswa
untuk berperan secara aktif mencari dan memberi informasi, keberanian
mengemukakan pendapat, keberanian bertanya, keberanian menanggapi pendapat atau
pernyataan teman atau guru yang diukur melalui observasi.
Berkaitan dengan keaktifan siswa dalam pembelajaran, Sardiman (2007:101)
membuat daftar yang berisi tentang bermacam-macam kegiatan siswa antara lain:
a. Visual activities, seperti membaca, memperlihatkan: gambar, demonstrasi,
percobaan, pekerjaan orang lain
b. Oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, mengeluarkan
pendapat, diskusi
c. Listening activities, seperti mendengarkan: penjelasan guru, ceramah, percakapan
d. Writing activities, seperti menulis contoh soal, menyelesaikan soal, rangkuman
e. Drawing activities, seperti melakukan percobaan, membuat model permainan
11

f. Mental activities, seperti mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat


hubungan, mengambil keputusan
g. Emotional activities, seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat,
berani, tegang, dan gugup
Klasifikasi aktivitas belajar di atas menunjukkan bahwa aktivitas di dalam
pembelajaran itu cukup kompleks dan bervariasi. Jika berbagai aktivitas tersebut
tercipta dalam pembelajaran, tentu pembelajaran semakin hidup dan siswa tidak lekas
bosan sehingga pembelajaran lebih maksimal dan bermakna.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dikemukakan bahwa aktivitas belajar adalah
kegiatan yang dilakukan siswa selama pembelajaran berlangsung, seperti: bekerja
sama, mengerjakan tugas, menyumbangkan ide, menghargai pendapat, berinteraksi,
menulis, mengembangkan hasil karya, bertanya, menjawab, dan menanggapi.

3. Prestasi Belajar
a. Pengertian Belajar
Pengertian belajar telah banyak didefinisikan oleh para ahli. Namun
pendapat mereka satu sama lainnya berbeda karena adanya perbedaan dasar
berpikir, landasan psikologi yang digunakan untuk merumuskan, keyakinan hidup,
filsafat dan lain sebagainya. Namun pada hakekatnya adalah sama. Dalam kegiatan
belajar terjadi suatu usaha yang menghasilkan perubahan. Sebagaimana
dikemukakan oleh Slameto (2003:2) bahwa belajar ialah suatu usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Muhibbinsyah (2002:136) mengemukakan bahwa belajar adalah
tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil
pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif".
Begitu juga menurut Wasty Soemanto (1998:98) memberikan definisi bahwa
belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan
dan pengalaman.
W.S Winkel (1996:36) memberikan definisi yang hampir sama yaitu belajar
adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif
dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-
pengetahuan, keterampilan dan nila sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif
12

konstan dan berbekas. Selanjutnya dikatakan bahwa perubahan-perubahan itu dapat


berupa sesuatu yang baru yang segera tampak dalam tingkah laku nyata atau yang
masih tersembunyi dan mungkin juga hanya berupa penyempurnaan terhadap hal
yang sudah pernah dipelajari. M. Ngalim Purwanto (2006:86) mendefinisikan
belajar sebagai suatu perubahan yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari
reaksi yang berupa kecakapan, kepandaian dan atau suatu pengertian. Pendapat
mengenai belajar lebih rinci dikemukakan oleh Nana Sudjana (2000:28) bahwa
belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri
seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam
berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan
tingkah lakunya, daya penerimaannya dan lain-lain aspek yang ada pada individu.
Ahmad Fauzi (2004) yang mengemukakan belajar adalah suatu proses di
mana suatu tingkah laku ditimbulkan atau diperbaiki melalui serentetan reaksi atas
situasi (atau rangsang) yang terjadi. Selanjutnya Moh.Uzer Usman dan Lilis
Setiawati (2002) mengartikan belajar sebagai perubahan tingkah laku pada diri
individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu
dengan lingkungan sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan
lingkungannya.
Sumadi Suryabrata (2000:5) mengidentifikasi ciri-ciri kegiatan belajar yaitu
aktifitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang belajar (dalam arti
behavioral change), baik aktual maupun potensial yang pada pokoknya perubahan
itu terjadi karena usaha dan kemudian didapatkan yang baru, yang berlaku pada
waktu yang relatif lama.
Berdasarkan pendapat tentang belajar di atas dapat disimpulkan bahwa
belajar merupakan perubahan kecakapan yang relatif menetap dalam tingkah laku
yang terjadi dari suatu hasil latihan, pengalaman dan interaksi dengan lingkungan.
Jadi seseorang dikatakan telah melakukan kegiatan belajar apabila orang tersebut
memperoleh kecakapan baru akibat perbuatan yang disengaja.
Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat ditarik pengertian bahwa unsur-
unsur pokok dalam belajar adalah:
1) Belajar merupakan suatu kegiatan yang disengaja atau dilakukan secara sadar.
Maksudnya seorang yang belajar akan menyadari kegiatan yang dilakukan dan
13

menyadari terjadinya perubahan atau sekurang-kurangnya ia merasakan adanya


perubahan dalam dirinya.
2) Di dalam belajar terdapat perubahan tingkah laku.
3) Perubahan dalam belajar bersifat kontinu. Perubahan yang terjadi dalam
seseorang berlangsung secara berkesinambungan. Satu perubahan yang terjadi
akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi proses belajar
berikutnya.
4) Timbul kecakapan-kecakapan baru sebagai hasil dari belajar. Kecakapan baru
itu berupa keterampilan, pengetahuan dan sikap.

b. Pengertian Prestasi Belajar


Dalam setiap kegiatan manusia untuk mencapai tujuan selalu diikuti oleh
pengukuran dan penilaian. Hal ini untuk mengetahui sejauhmana tujuan tersebut
dapat dicapai. Begitu juga dalam proses belajar perlu juga diketahui prestasi belajar
yang telah dicapai.
Prayitno (Ahmad Qomarudin, dkk, 2007) mengartikan prestasi yaitu sebagai
sesuatu yang diperoleh, dikuasai atau merupakan hasil dari adanya proses belajar.
Menurut Saiful Bahri Jamarah (2002:141), hasil dari proses belajar adalah
perubahan yang terjadi sebagai akibat dari kegiatan belajar yang dilakukan oleh
individu atau siswa. Hasil belajar siswa bagi kebanyakan orang diartikan ulangan,
ujian atau tes dan maksud ulangan tersebut adalah untuk memperoleh suatu indeks
dalam menentukan berhasil tidaknya siswa dalam belajar.
Sumadi Suryabrata (1993:297) mengatakan bahwa pada tiap masa akhir
tertentu sekolah mengeluarkan raport tentang kelakuan, kerajinan dan kepandaian
siswa yang menjadi tanggungjawabnya. Rapor itulah yang merupakan perumusan
terakhir yang diberikan oleh guru mengenai belajar siswa-siswanya selama masa
tertentu. Winarno Surachmad (1993:297) mengemukakan bahwa hasil belajar siswa
bagi kebanyakan orang diartikan ulangan, ujian atau tes dan maksud ulangan
tersebut adalah untuk memperoleh suatu indeks dalam menentukan berhasil
tidaknya siswa dalam belajar.
Prestasi belajar berupa nilai akan didapat siswa setelah menjalani Tes
Prestasi Belajar, yang dilaksanakan secara formal, tertib dan terencana. Hasil Tes
Prestasi belajar dapat berfungsi sebagai: Placement (Penempatan), formatif,
14

diagnostik dan sumatif (Azwar, 2005: 11). Nilai Tes Prestasi juga berguna sebagai
sarana peningkatan motivasi belajar. Pengalaman menunjukkan bahwa siswa akan
lebih giat belajar apabila akan diadakan tes. Bloom dan Krath Wohl dalam
bukunya: Taxonomy of Educational Obyectives mengelompokkan 3 kategori hasil
belajar: Kognitif berhubungan dengan ingatan (recall) pengetahuan dan
kemampuan intelektual, Afektif berhubungan dengan perubahan sikap, nilai,
perasaan dan minat, psikomotorik berhubungan dengan kemampuan gerak.
Kemampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar merupakan suatu puncak
proses belajar. Pada tahap ini siswa membuktikan keberhasilan belajar. Siswa
menunjukkan bahwa ia telah mampu memecahkan tugas-tugas belajar atau
menstransfer hasil belajar. Berdasarkan pengalaman sehari-hari di sekolah dapat
diketahui bahwa ada sebagian siswa tidak mampu berprestasi dengan baik,
sebagian lagi berprestasi cukup baik an ada yang berprestasi sangat baik. Perbedaan
hasil belajar di kalangan para siswa disebabkan oleh faktor-faktor kematangan,
latar belakang pribadi, sikap dan bakat terhadap pelajaran, jenis mata pelajaran
yang diberikan sebagainya.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar
adalah hasil yang dicapai siswa setelah menyelesaikan serangkaian kegiatan belajar
mengajar. Prestasi ini dapat diwujudkan sebagai nilai yang dapat berupa angka-
angka dan huruf yang biasanya disebut indeks prestasi (IP). Indeks pretsasi ini
merupakan satuan nilai akhir yang menunjukkan mutu penyelesaian program.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar


Belajar adalah proses yaitu dialami secara langsung dan secara aktif oleh
siswa untuk memperoleh kecakapan baru, baik yang berupa pengetahuan,
pemahaman, keterampilan maupun sikap. Kecakapan baru yang diperoleh melalui
proses belajar mengajar di sekolah selain ditentukan oleh siswa dengan berbagai
karakteristik yang dimiliki, juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang ikut
berperan dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar tidak saja ditentukan oleh
suatu faktor, tetapi oleh beberapa faktor yang saling berkaitan. Sehubungan dengan
hal tersebut banyak ahli yang mengemukakan adanya berbagai faktor yang dapat
mempengaruhi prestasi belajar siswa.
15

Untuk mengetahui ada tidaknya proses belajar pada diri seseorang dapat
diketahui dari hasil belajar atau prestasi yang diraihnya setelah mengikuti kegiatan
belajar mengajar, melalui serangkaian aktivitas pengukuran evaluasi. Hasi1 belajar
yang dicapai seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Moh. Uzer
Usman (1993:115) faktor-faktor tersebut yaitu :
1. Faktor Internal, yaitu faktor dari dalam diri siswa itu sendiri, yang meliputi;
kesehatan, kebiasaan, bakat, kecerdasan, minat, sikap, motivasi dan
penyesuaian diri.
2. Faktor Eksternal, yaitu faktor dari luar diri siswa, yang meliputi; keluarga,
sekolah, masyarakat, kelompok, budaya, lingkungan fisik dan lingkungan
keagamaan.
Sama halnya dengan pendapat di atas, M. Ngalim Purwanto (2006:57) lebih
rinci menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar yaitu:
1) Faktor dalam din orang yang belajar, terdiri dari :
a) Kondisi fisik dan kecakapan psikomotor,
b) Kondisi psikologis, seperti bakat khusus, minat, intelegensi, motivasi,
kemampuan kognitif, kebiasaan belajar.
2) Faktor di luar diri orang yang belajar, terdiri dari :
a) Lingkungan alam seperti lingkungan alam sekitar tempat tinggal, sekitar
sekolah dan sekitar lingkungan alam secara keseluruhan,
b) Lingkungan sosial seperti keluarga, situasi masyarakat, situasi sekolah, dan
sebagainya,
c) Instrumental input seperti karakteristik guru, kurikulum yang berlaku,
ruangan belajar dan pengadministrasiannya.
Lain halnya dengan Sumadi Suryabrata (2002:9) yang mengemukakan bahwa
ada empat kelompok faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar yaitu :
1) Bahan atau hal yang dipelajari, meliputi: belajar bahasa (verbal learning),
belajar rangkaian huruf tanpa arti (monse learning), belajar serangkaian bahan
(serial learning);
2) Faktor lingkungan yang mencakup: lingkungan alami seperti keadaan suhu,
kelembaban udara, lingkungan sosial;
16

3) Faktor instrument dapat berupa perangkat keras seperti gedung perlengkapan


belajar, alat praktikum dan perangkat lunak seperti kurikulum, program
pedoman belajar;
4) Faktor dari kondisi individual pelajar meliputi : kondisi psikologis yang
mencakup minat, kecerdasan dan motivasi, kondisi fisilogis seperti kesehatan
penglihatan dan pendengaran.
Pendapat yang senada dikemukakan oleh Bimo Walgito (2005: 151) bahwa
yang membedakan faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar
menjadi tiga macam, yaitu :
1) Faktor anak atau individu yang belajar, mencakup faktor fisik seperti kesehatan
dan faktor psikis meliputi motivasi, minat, perhatian, keinginan untuk
mengetahui secara alami, pribadi yang seimbang, disiplin pada diri sendiri;
2) Faktor lingkungan yang mencakup tempat belajar, alat untuk belajar, suasana,
waktu, dan pergaulan;
3) Faktor bahan yang harus dipelajari dengan menggunakan prinsip umum dalam
belajar yaitu belajar dengan cara keseluruhan, belajar dengan mengadakan
ulangan, apa yang dipelajari hendaknya diulang pada waktu senggang dan
menghubungkan bahan dengan bahan lain sehingga merupakan suatu kesatuan
yang berarti.
Dengan demikian, hasil belajar atau prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh
banyak faktor baik dari siswa itu sendiri, proses belajar mengajar ataupun dari
faktor lingkungannya.

4. Model Pembelajaran Kooperatif


Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang
berdasarkan faham konstruktivisme. Pembelajaran kooperatif dirasakan sangat penting
untuk mempersiapkan para siswa agar memiliki orientasi untuk bekerja dalam tim.
Siswa tidak hanya mempelajari materi, tetapi harus mempelajari keterampilan khusus
yang disebut sebagai keteramp;ilan kooperatif. Keterampilan ini berfungsi untuk
melancarakan hubungan kerja dan tugas (Suharyanto, 2005:2). Pembelajaran kooperatif
merupakan stratei belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang
tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tuags kelompoknya, setiap
siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk
17

memahami materi yang dipelajari, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman
dalam kelompok belum menguasai bahan pelajarn tersebut.
Pembelajaran kooperatif merupakan variasi dari suatu metode pembelajaran
yang mendesain siswa bekerja dalam suatu kelompok kecil untuk saling membantu
dalam mempelajari materi suatu pelajaran. Dalam suatu kelas yang menerapkan
pembelajaran kooperatif, siswa diharapkan untuk saling membantu antar anggota
kelompoknya, berdiskusi dan berargumentasi, saling berbagi pengetahuan yang
dimiliki, serta saling mengisi kekurangan masing-masing anggota kelompok dalam
memahami materi yang diberikan (Slavin, 1995:53).
Posamentier (dalam Rachmadi Widdiharto, 2004:12) secara sederhana
menyebutkan cooperative learning atau belajar secara kooperatif adalah penempatan
beberapa siswa dalam kelompok kecil dan memberikan mereka sebuah atau beberapa
tugas. Beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika siswa bekerja dalam kelompok
adalah sebagai berikut :
a. Setiap anggota dalam kelompok harus merasa bagian dari tim dalam pencapaian
tujuan bersama
b. Setiap anggota dalam kelompok harus menyadari bahwa masalah yang mereka
pecahkan adalah masalah kelompok, berhasil atau gagal akan dirasakan oleh semua
anggota kelompok
c. Untuk pencapaian tujuan kelompok, semua siswa harus bicara atau diskusi satu
sama lain
d. Harus jelas bahwa setiap kerja individu dalam kelompok mempunyai efek langsung
terhadap keberhasilan kelompok
Cooperative Learning lebih merupakan upaya pemberdayaan teman kelompok,
meningkatkan interaksi antar siswa, serta hubungan yang saling menguntungkan antar
mereka. Siswa dalam kelompok akan belajar mendengar ide atau gagasan orang lain,
berdiskusi setuju atau tidak setuju, menawarkan, atau menerima kritikan yang
membangun, dan siswa merasa tidak terbebani ketika ternyata pekerjaannya salah.
Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok tradisional yang
menerapkan sistem kompetisi, keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan
orang lain. Sedangkan tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan suatu
keberhasilan individu yang ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan
kelompoknya (Arends, 1997:13).
18

Beberapa ahli juga berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif dapat memberi


keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas melalui kerja
sama menyelesaikan tugas-tugas akademik. Siswa kelompok atas akan diharapkan
menjadi tutor bagi kelompok bawah, sehingga siswa kelompok bawah dapat
memperoleh bantuan khusus dari teman kelompok, yang memiliki orientasi dan bahasa
yang sama. Dalam proses tutorial ini, siswa kelompok atas akan meningkatkan
kemampuan akademiknya karena memberi pelayanan sebagai tutor, sehingga mereka
membutuhkan pemikiran lebih mendalam tentang hubungan ide-ide yang terdapat
dalam materi tertentu (Suradi, 2003:26).
Pembelajaran kooperatif dari berbagai penelitian di luar negeri menunjukkan
manfaat yang besar, antara lain Lundgren (Suradi, 2003:27) mengemukakan bahwa
pembelajaran kooperatif memiliki dampak yang amat positif terhadap siswa yang
rendah hasil belajarnya. Slavin (Suradi, 2003:29) mengemukakan bahwa pembelajaran
kooperatif dapat meningkatkan pencapaian dan kemahiran kognitif siswa. Jika
pembelajaran tersebut dijalankan dengan sempurna, maka setiap siswa mempunyai
tanggung jawab untuk menguasai materi melalui interaksi dengan siswa lainnya.
Dengan demikian, siswa betul-betul memahami materi yang dipelajarinya, bukan
sekedar menghafal saja. Arends (Suradi, 2003:30) mengemukakan bahwa pembelajaran
kooperatif dapat memperbaiki hubungan sosial dan meningkatkan hasil pembelajaran
siswa. Arends (1997) menjelaskan langkah-langkah perilaku guru menurut model
pembelajaran kooperatif, yaitu:
19

Tabel 2.1. Sintaks Pembelajaran Kooperatif

Fase Tingkah laku Guru


Fase 1 Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran
Menyampaikan tujuan dan yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan
memotivasi siswa memotivasi siswa belajar
Fase 2 Guru menyajikan informasi kepada siswa
Menyajikan informasi dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan
bacaan
Fase 3 Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana
Mengorganisasikan siswa ke caranya membentuk kelompok belajar dan
dalam kelompok-kelompok belajar membantu setiap kelompok agar melakukan
transisi secara efisien
Fase 4 Guru membimbing kelompok-kelompok
Membimbing kelompok bekerja belajar pada saat mereka mengerjakan tugas
dan belajar mereka
Fase 5 Guru mengevalusai hasil belajar tentang
materi yang telah dipelajari atau masing-
masing kelompok mempresentasikan hasil
kerjanya
Fase 6 Guru mencari cara-cara untuk menghargai
Memberikan penghargaan baik upaya maupun hasil belajar indvidu dan
kelompok

Terdapat enam fase utama dalam pembelajaran kooperatif (Iwan Junaedi,


2010). Pembelajaran dalam kooperatif dimulai dengan guru menginformasikan tujuan
pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar. Fase ini diikuti dengan penyajian
informasi, sering dalam bentuk teks bukan verbal. Dilanjutkan membimbing siswa
bekerja sama dalam menyelesaikan tugas-tugas yang saling bergantung. Fase terakhir
dari pembelajaran kooperatif meliputi: penyajian produk akhir kelompok atau
mengetes materi yang telah dipelajari siswa.
(Iwan Junaedi, 2010), mengemukakakn bahwa ada tiga konsep sentral yang
menjadi karakteristik pembelajaran kooperatif, yaitu:
1. Penghargaan kelompok
Pembelajaran kooperatif menggunakan tujuan-tujuan kelompok untuk memperoleh
penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok diperoleh jika kelompok mencapai
skor di atas kriteria yang ditentukan. Keberhasilan kelompok didasarkan pada
penampilan individu sebagai anggota kelompok dalam menciptakan hubungan
antar personal yang saling mendukung, saling membantu, dan saling peduli.
20

2. Pertanggungjawaban individu
Keberhasilan kelompok tergantung dari pembelajaran individu sebagai anggota
kelompok. Pertanggungjawaban tersebut menitikberatkan pada aktivis anggota
kelompok yang saling membantu dalam belajar. Adanya pertanggungjawaban
secara individu juga menjadikan setiap anggota siap untuk menghadapi tes dan
tugas-tugas lainnnya secara mandiri, tanpa bantuan teman sekelompoknya.
3. Kesempatan yang sama untuk meraik keberhasilan
Pembelajaran kooperatif menggunakan metode skoring, nilai perkembangan
berdasarkan peningkatan prestasi yang diperoleh siswa. Penggunaan metode
skoring ini menunjukkan bahwa setiap siswa baik yang berprestasi rendah, sedang
atau tinggi sama-sama memperoleh kesempatan yang sama untuk berhasil dan
melakukan yang terbaik bagi kelompoknya.

5. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Number Heads Together)


Model pembelajaran ini merupakan salah satu metode diskusi kelompok yang
sangat baik untuk membuat siswa memiliki rasa tanggung jawab besar terhadap
keberhasilan kelompoknya. Hal ini dikarenakan dalam satu kelompok nantinya hanya
satu orang yang ditunjuk secara acak untuk mewakili kelompoknya dalam menjawab
pertanyaan yang diberikan oleh guru. Langkah-langkah pembelajaran menggunakan
model NHT dapat diilustrasikan sebagai berikut (Muhtadi : 2011):
21

Tabel 2.2 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Menggunakan Model NHT


No Langkah-langkah
1 Guru memberikan informasi terlebih dahulu kepada siswa (baik
tentang metode yang digunakan maupun menyampaikan materi
secara klasikal)

2 Guru membagi suatu kelas ke dalam 6 kelompok, setiap


kelompok terdiri dari 6 siswa, setiap anggota kelompok diberi
nomor (misal kelompok Maliki 1 s.d. 6, kelompok Hambali 1 s.d.
6 dan seterusnya)

3 Dilanjutkan diskusi kelompok untuk penguatan materi (saling


bantu membantu untuk memperdalam materi yang sudah
diberikan atau menyelesaikan soal-soal yang diberikan guru
untuk dipecahkan bersama).

4 Guru mengecek pemahaman siswa dengan menyebut salah satu


nomor anggota kelompok, nomor yang ditunjuk oleh guru yang
akan menjawab dan anggota kelompok lain tidak boleh
membantu memberikan jawaban.
5 Guru memberikan tes individual, masing-masing mengerjakan tes
tanpa boleh saling bantu membantu diantara anggota kelompok.
6 Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan
perolehan peningkatan rata-rata nilai kelompok

B. Penelitian yang Relevan


Upaya peningkatan proses pembelajaran mata pelajaran ..... telah banyak
dilakukan di antaranya dengan upaya melakukan penelitian tindakan kelas. Beberapa
penelitian yang telah ada di antaranya dilakukan oleh Fulan I (2011) yang berjudul
implementasi pendekatan active learning dalam pembelajaran mata pelajaran ..... di
MA ……. Demikian pula Fulan II (2010) meneliti tentang metode active learning
22

dalam pembelajaran mata pelajaran ..... di …..tahun ajaran ………….


Sementara itu, Fulan III (2011) melakukan penelitian yang berjudul penerapan
model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, Satisfaction)
dalam meningkatkan motivasi dan prestasi belajar mata pelajaran ..... bagi siswa kelas
….
Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya maka dapat
dikemukakan bahwa sejauh yang diketahui oleh peneliti, tidak ditemukan penelitian
yang mengangkat masalah mengenai upaya peningkatan efikasi diri, aktivitas belajar
dan prestasi belajar mata pelajaran ..... dengan menggunakan model pembelajaran tipe
NHT (Number Heads Together). Dengan demikian topik ini dapat dikatakan orisinil
sepanjang diketahui oleh peneliti.

C. Kerangka Berfikir
Dari latar belakang dan kajian teori maka dapat dirumuskan kerangka berpikir
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Pembelajaran
……………

Efikasi diri dan Aktivitas belajar siswa masih


tergolong rendah, namun prestasi belajar siswa
sudah tergolong cukup baik dan ada beberapa
siswa yang belum lulus KKM

Menerapkan
pembelajaran kooperatif
tipe NHT

Meningkatnya Efikasi diri,


aktivitas belajar dan prestasi
belajar ……… siswa

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir


23

D. Hipotesis Tindakan
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

a. Model pembelajaran tipe NHT dapat meningkatkan efikasi diri dalam


pembelajaran mata pelajaran ..... pada siswa kelas ……………

b. Model pembelajaran tipe NHT dapat meningkatkan aktivitas belajar mata pelajaran
..... pada siswa kelas ...

c. Model pembelajaran tipe NHT dapat meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran
..... pada siswa kelas ………….
24

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
tindakan kelas, karena permasalahan yang diangkat untuk dipecahkan dalam penelitian
ini merupakan permasalahan yang berangkat dari persoalan praktek pembelajaran
sehari-hari yang dihadapi guru, dan akan adanya tindakan yang dilakukan untuk
memperbaiki proses pembelajaran yang ada.

B. Desain Penelitian
Penelitian upaya meningkatkan efikasi diri, aktivitas belajar dan prestasi belajar
Mata pelajaran ..... dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT
(Number Head Together) akan dilakukan melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif
dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki praktek-praktek
pembelajaran dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Ciri khas dari PTK ini terletak pada adanya tindakan yang dilakukan untuk
memperbaiki proses pembelajaran yang ada. Untuk mengetahui meningkat atau
tidaknya prestasi belajar siswa serta efektif atau tidaknya pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT ini sebelumnya direncana
penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan sebanyak 2 siklus, dimana setiap siklus
terdiri dari 2 pertemuan. Setiap siklus melalui proses berdaur yang terdiri dari 4 tahap,
yaitu:
1) Perencanaan
2) Pelaksanaan tindakan
3) Pengamatan
4) Refleksi

Ketiga tahapan dalam siklus pelaksanaan PTK digambarkan dalam bentuk


spiral berikut ini:
25

Gambar 3.1. Model Kemmis dan McTaggart (Pardjono, dkk 2007)


Keterangan :
Plan I : Perencanaan I
Act &Observe I : Tindakan dan Observasi I
Reflect I : Refleksi I
Plan II : Rencana Ferevisi I
Act &Observe II : Tindakan dan Observasi II
Reflect II : Refleksi II
Plan III : Rencana Ferevisi II
Dst.
C. Setting Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri .... Kabupaten .................
2. Waktu Penelitian
Penelitian telah dilakukan pada semester Ganjil tahun pelajaran 20../20... Jangka
waktu penelitian 5 bulan ( ….. sampai dengan 20…..).
3. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas XI IPA .....

D. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa ........................................
26

E. Rencana Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas


Adapun rencana tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Observasi
Pada penelitian ini mula-mula dilakukan observasi awal dan melakukan
identifikasi masalah-masalah yang dihadapi pada pembelajaran matematika.
Melakukan refleksi hasil data sebagai dasar untuk merencanakan keseluruhan
tindakan. Observasi telah dilakukan sejak tanggal ..... 20.....
2. Penyusunan instrumen pembelajaran
Instrumen pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah
silabus, Rencana Pembelajaran (RPP) dan soal-soal pre tes, pos tes serta soal tes
prestasi belajar individu pada setiap siklus.
3. Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Silabus disusun untuk satu pokok bahasan yaitu sujud syukur dan sujud
tilawah. Rencana pembelajaran merupakan persiapan mengajar untuk tiap
pertemuan. Dalam penelitian ini ada tiga siklus yang dibagi dalam tiga pertemuan.
4. Lembar Kerja Siswa (LKS)
Selama pembelajaran berlangsung, siswa mendiskusikan dan mengerjakan
soal-soal dari LKS. Karena pada pembelajaran ini terdiri dari tiga siklus maka ada 3
LKS.
5. Tes Prestasi Belajar
Penyusunan instrumen pembelajaran dilakukan pada tanggal ..... Juli 20.......
sampai dengan .... Agustus 20..... Soal – soal tes terdiri dari soal pre tes dan pos tes
sebanyak 10 butir soal berbentuk pilihan ganda dan soal tes individu pada setiap
siklus masing-masing siklus terdiri dari 10 butir soal berbentuk pilihan ganda.

F. Uji Coba Instrumen


Sebelum digunakan sebagai alat pengumpul data maka perlu dilakukan uji
validitas dan reliabilitas instrumen. Uji validitas dan reliabilitas di sini meliputi uji
validitas dan reliabilitas angket efikasi diri dan uji validitas dan reliabilitas soal-soal
pre tes/pos tes.
1. Validitas
27

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau


kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mengungkap
data dari variabel yang diteliti secara tepat. Untuk menguji tingkat validitas
empirik, peneliti menguji coba instrumen, apabila data yang didapat dari uji coba
sudah diteliti dan tepat dan sesuai, maka instrumen sudah baik dan sudah valid.
Untuk menguji validitas digunakan rumus korelasi Product Moment yang
dikemukakan oleh Pearson (Ruseffendi, 1991: 181)
  
rxy 
 2
 
  2   2
2

Keterangan :
rxy : Koefisien korelasi antara X dan Y

X : Skor butir
Y : Skor total
N : Jumlah responden atau sample

2. Reliabilitas
Reliabilitas dimaksudkan untuk melihat ketetapan hasil tes. Suatu tes dapat
dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat
memberikan hasil yang tetap. Untuk menghitung reliabilitas tes digunakan rumus
Alpha Cronbach (Rusefendi, 1991: 193).
Uji coba instrumen dilakukan pada tanggal 5 Agustus 2011 untuk uji coba
soal tes. Pada tanggal 12 Agustus 2011 untuk uji coba angket efikasi diri. Uji coba
dilakukan pada siswa kelas XI IPA2 SMA Negeri .... Kabupaten ..... .Setelah
dilakukan uji coba instrumen langkah selanjutnya adalah pelaksanaan pre tes dan
penyebaran angket efikasi diri. Pre tes dan penyebaran angket efikasi diri
dilaksanakan pada tanggal 19 Agustus 2011.

G. Pelaksanaan Tindakan
1. Siklus I
Siklus I dilaksanakan pada tanggal 12 Agustus 2011. Tindakan yang dilakukan
pada siklus I meliputi;
a) Perencanaan
28

1) Menyiapkan materi yang akan disampaikan.


2) Mengorganisir kelompok yang berjumlah 6 kelompok, masing-masing
kelompok terdiri dari 6 siswa
3) Peneliti memberikan nama untuk masing-masing kelompok secara berurutan
dari kelompik 1 sampai kelompok 6
b) Tindakan dan Observasi
Skenario pembelajaran dengan menngunakan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT sebagai berikut :
1) Guru menjelaskan metode yang akan digunakan pada pembelajaran yang
akan berlangsung
2) Guru menerangkan materi secara klasikal
3) Guru membentuk kelas yang terdiri dari 36 siswa menjadi 6 kelompok,
masing-masing kelompok anggotanya 6 siswa.
4) Setiap kelompok dibagikan 1 Lembar Kerja Siswa (LKS) yang berisi sub
pokok bahasan. Materi dalam LKS sama pada semua kelompok.
5) Setiap kelompok mendiskusikan LKS. Pada kegiatan ini semua anggota
kelompok harus mempunyai kesepemahaman yang sama, sehingga
diharapkan siapapun nanti yang dipanggil nomornya akan mempunyai
jawaban yang sama.
6) Setelah waktu diskusi habis, guru mengecek pemahaman siswa dengan cara
menyebut salah satu nomor anggota kelompok, nomor yang ditunjuk oleh
guru yang akan menjawab dan anggota kelompok lain tidak boleh
membantu memberikan jawaban
7) Guru memberikan tes individual, masing-masing mengerjakan tes tanpa
boleh saling bantu membantu diantara anggota kelompok
8) Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai
peningkatan individual.
c) Evaluasi
Jenis evaluasi yang akan dilaksanakan terhadap pencapaian peningkatan
prestasi belajar siswa yaitu dengan menggunakan tes prestasi belajar.
d) Refleksi
29

Refleksi dalam penelitian ini dilakukan sebagai salah satu cara utuk
mengetahui kelemahan dan kekurangan pada pelaksanaan tindakan yang telah
dilakukan revisi tindakan selanjutnya.

2. Siklus II
Siklus II dilaksanakan 2 pertemuan yaitu pada tanggal 19 Agustus 2011 dan
26 Agustus 2011. Tindakan yang dilakukan pada siklus II meliputi;
a) Perencanaan
Rencana tindakan pada putaran kedua sama dengan rencana tindakan
siklus I hanya saja pada siklus kedua guru tidak membentuk kelompok baru
tetapi mengingatkan bahwa anggota kelompok pada siklus II sama dengan
anggota kelompok pada siklus I. Siklus II dilakukan dengan
mempertimbangkan hasil refleksi pada siklus I.
b) Tindakan dan Observasi
Tindakan pada siklus II sama dengan tindakan pada siklus I yaitu
dilakukan dengan model pembelajaran tipe NHT. Kegiatan awal dari siklus II
ini sama dengan siklus I.
c) Evaluasi
Jenis evaluasi yang akan dilaksanakan terhadap pencapaian presta
Evaluasi dilaksanakan pada pertemuan kedua. Prestasi belajar siswa yaitu
dengan menggunakan tes prestasi belajar.
d) Refleksi
Refleksi dalam penelitian ini dilakukan sebagai salah satu cara utuk
mengetahui kelemahan dan kekurangan pada pelaksanaan tindakan yang telah
dilakukan revisi tindakan selanjutnya.

3. Siklus III
Siklus III dilaksanakan pada tanggal 9 September 2011. Tindakan yang
dilakukan pada siklus III meliputi;
a. Perencanaan
30

Rencana tindakan pada putaran ketiga sama dengan rencana


tindakan siklus I dan II. Siklus III dilakukan dengan mempertimbangkan
hasil refleksi pada siklus II.
b. Tindakan dan Observasi
Tindakan pada siklus III sama dengan tindakan pada siklus I dan II
yaitu dilakukan dengan model pembelajaran tipe NHT. Kegiatan awal dari
siklus III ini sama dengan siklus I dan II. Sedangkan materi pada siklus II
ini adalah praktek sujud tilawah.

c. Evaluasi
Jenis evaluasi yang akan dilaksanakan terhadap pencapaian prestasi
belajar siswa pada siklus III ini adalah unjuk kerja, siswa disuruh
mempraktekkan sujud syukur dan sujud tilawah.
d. Refleksi
Refleksi dalam penelitian ini dilakukan sebagai salah satu cara utuk
mengetahui kelemahan dan kekurangan pada pelaksanaan tindakan yang
telah dilakukan.

H. Teknik Pengumpulan Data


Menurut Suharsimi Arikunto (2003:134) metode pengumpulan data adalah
cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Alat-alat
yang dapat digunakan dalam penelitian meliputi angket, dan observasi, wawancara,
dan dokumentasi. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah angket sebagai
instrumen utama, dan observasi sebagai instrumen pendukung.
1. Angket
Menurut Suharsimi Arikunto (2006:155-157), metode angket yaitu
metode pengumpulan data melalui sejumlah pertanyaan tertulis untuk
memperoleh informasi dari responden, dalam arti laporan tentang pribadinya.
Metode ini digunakan untuk memperoleh data efikasi diri siswa.
2. Observasi
Menurut Suharsimi Arikunto (2006:156-157) observasi atau pengamatan
adalah kegiatan yang meliputi pemusatan perhatian terhadap suatu objek
31

dengan menggunakan sebuah alat indera. Observasi dapat dilakukan dengan


dua cara:
a. Observasi non sistematis, yamg dilakukan oleh pengamat dengan tidak
menggunakan instrumen pengamatan
b. Observasi sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan
pedoman sebagai instrumen pengamatan
Dalam penelitian ini, observasi yang dilakukan adalah observasi
sistematis yang dilakukan dengan menggunakan pedoman sebagai instrumen
pengamatan untuk menggambarkan proses dalam diskusi kelompok.
Pengamatan yang dilakukan adalah pengamatan terhadap siswa.
3. Kamera dan handycam
Untuk membantu proses pengamatan digunakan kamera dan handycam
untuk mengabadikan pelaksanaan penelitian ini.
4. Tes Prestasi Belajar
Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa dengan menggunakan tes
prestasi belajar mata pelajaran ...... Tes prestasi belajar mata pelajaran .....
dalam penelitian ini terdiri dari pre tes, tes siklus I, tes siklus II, tes siklus III
dan pos tes.

I. Instrumen Penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto (2003:136) instrumen penelitian adalah alat
atau fasilitas yajng digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar
pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap
dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.
Berdasarkan pendapat di atas maka instrumen penelitian yang diginakan
dalam penelitian ini adalah angket dan pedoman observasi sebagai instrumen
penelitian tambahan.
a. Angket
Angket efikasi diri terdiri dari tiga aspek yang diambil dari aspek efikasi diri
yaitu: 1) penilaian seseorang akan keyakinan dirinya dalam melakukan tugas
dengan berbagai tingkat kesulitan, 2) penilaian seseorang akan keyakinan
dirinya dalam melakukan berbagai aktivitas, dan 3) kemampuan untuk berhasil
32

melakukan suatu tugas Kemampuan untuk berhasil melakukan suatu tugas.


Berikut ini adalah kisi-kisi instrumen efikasi diri:
Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Efikasi Diri
Nomor Item
Aspek Efikasi Diri Jumlah
Favorable Unfavorable
Penilaian seseorang akan keyakinan 16*, 4, 13,10 7, 10, 19 8
dirinya dalam melakukan tugas 1*, 11
dengan berbagai tingkat kesulitan
Penilaian seseorang akan keyakinan 5, 8, 8, 22, 8
dirinya dalam melakukan berbagai 17, 20 14, 23
aktivitas
Kemampuan untuk berhasil 24*, 9, 21*, 12, 8
melakukan suatu tugas 15, 6 18*, 3*
Jumlah 12 12 24
Catatan : *) item yang gugur dalam uji coba

Dalam angket ini peneliti menggunakan empat pilihan jawaban, yaitu


Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS) dan Sangat Tidak Sesuai
(STS). Skor untuk angket efikasi diri secara berurutan adalah 4,3,2,1 untuk
pernyataan favorable dan 1, 2, 3 dan 4 untuk pernyataan unfavorable. Angket
selengkapnya terdapat pada lampiran 5 halaman 138 – 141.
b. Pedoman Observasi
Pedoman observasi dalam penelitian ini berisi tentang aspek-aspek yang
berkaitan dengan hal yang akan diobservasi yaitu aktivitas belajar. Lembar
observasi selengkapnya terdapat pada lampiran.
c. Tes Prestasi Belajar
Tes prestasi belajar disusun berdasarkan indikator yang ingin dicapai dalam
pembelajaran mata pelajaran ...... Tes prestasi belajar dalam penelitian ini
berupa soal pre tes dan pos tes serta soal evaluasi siklus I, II dan III. Soal tes
selengkapnya terdapat pada lampiran.

J. Teknik Analisis Data


Analisis data mencakup seluruh kegiatan mengklasifikasikan, menganalisasis,
memaknai dan menarik kesimpulan dari semua data yang terkumpul dalam tindakan.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua yaitu analisis data kuantitatif
dan analisis data deskriptif kualitatif. Untuk mengetahui tinggi rendahnya efikasi diri
siswa peneliti mengelompokkan skor yang diperoleh siswa menjadi tiga kategori, yaitu
33

tinggi, sedang dan rendah. Ketegori jenjang bertujuan untuk menempatkan individu ke
dalam kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum
berdasarkan atribut yang diukur (Azwar, 2007).
Tabel 3.2. Rumusan Kategori Subjek ke dalam Tiga Kategori
Tinggi X > (µ+1,5σ)
Sedang (µ-1,5σ) ≤ X ≤ (µ+1,5σ)
Rendah X < (µ-1,5σ)

Sedangkan untuk menentukan apakah ada perbedaan efikasi diri dan prestasi
belajar antara sebelum dan sesudah dilakukan tindakan, peneliti menggunakan analisis
uji t.
Data untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar siswa, keterampilan guru
dalam mengajar dan prestasi belajar siswa dapat dilihat dari keberhasilan proses dan
keberhasilan produk.
1. Keberhasilan proses
Untuk mengetahui keberhasilan proses digunakan hasil observasi, yang
dianalisa di antaranya:
a) Aktivitas belajar siswa
Untuk mengetahui tingkat keaktifan dapat dilihat pada lembar
observasi siswa yaitu pada setiap aspek kegiatan pembelajaran. Adapun cara
menghitung skor setiap aspek dengan rumus:
f
p x100%
n
Keterangan :
P = Persentase yang diperoleh
f = Jumlah subjek yang ada pada kategori tertentu
n = Frekuensi total atau keseluruhan jumlah subjek (Tulus Winarsunu,
2007:19)
Aktivitas belajar siswa tersebut selanjutnya dikonsultasikan dengan
penggolongan menurut Suharsimi Arikunto (2003:57) sebagai berikut:
Tabel 3.3. Kriteria Penskoran Lembar Observasi Siswa
Huruf Kriteria Persentase
A Baik Sekali (81% - 100%)
34

B Baik (61% - 80%)


C Cukup (41% - 60%)
D Kurang (21% - 40%)
E Kurang sekali (0% - 20%)

b) Keberhasilan produk
Keberhasilan produk dalam hal ini adalah prestasi belajar siswa
yang dilihat pada hasil tes belajar mata pelajaran ...... Untuk mengetahui
bahwa para siswa itu paham tentang konsep yang telah diberikan, maka
harus dapat menguasai tujuan pembelajaran minimal 70% dari seluruh
tujuan pembelajaran. Untuk keberhasilan kelas sendiri, dapat dilihat dari
jumlah peserta didik yang mampu menyelesaikan atau mencapai minimal
70% sekurang-kurangnya 85% dari jumlah peserta didik yang ada di kelas.
Dalam penelitian ini juga akan disertakan analisis tambahan dengan
mencari hubungan efikasi diri dengan prestasi belajar siswa.

K. Validitas Data Penelitian


Validasi data dilakukan dengan metode triangulasi data. Kegiatan yang dilakukan
adalah sebagai berikut.
Membandingkan data dengan data yang lain (cross data), data dengan hasil wawancara,
dan menadingkan data dengan wawancara sejawat.
L. Indikator Keberhasilan
Komponen-komponen yang menjadi indikator keberhasilan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Efikasi diri siswa dikatakan meningkat jika skor hasil angket efikasi diri siswa
mengalami peningkatan dari skor pre tes ke skor pos tes.
2. Keaktifan siswa dikatakan meningkat jika rata-rata nilai hasil lembar observasi
siswa mengalami peningkatan diakhir pembelajaran, dalam hal ini dikatakan aktif
mengikuti pembelajaran.
3. Siswa dianggap meningkat prestasi belajarnya apabila terjadi peningkatan rata-rata
hasil belajar siswa diakhir pembelajaran dalam hal ini diakhir siklus penelitian.
Selain itu juga, harus dapat menguasai 70% dari seluruh tujuan pembelajaran
35
36

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan mengenai keadaan pra tindakan, hasil penelitian
siklus I, siklus II dan siklus III, serta pembahasan dari seluruh tindakan yang dilakukan
selama penelitian di kelas ….. SMA Negeri .... Kabupaten.

A. Keadaan Pra Tindakan


Penelitian ini diadakan di awal tahun ajaran baru sehingga pengamatan
dilakukan pada bulan juli 2011. Karena penelitian ini dilakukan oleh guru peneliti
maka pengamatan dilakukan ketika guru mengajar di kelas. Pengamatan dilakukan
pada pembelajaran mata pelajaran ..... pada hari …… tanggal 29 Juli 2011. Pada
pengamatan ini guru peneliti lebih banyak mengamati kegiatan siswa, kemudian karena
penelitian ini merupakan penelitian kolaborasi maka kolaborator selain mengamati
aktivitas belajar siswa juga mengamati aktivitas guru peneliti ketika pembelajaran
berlangsung.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, permasalahan yang dihadapi
siswa yaitu, rendahnya aktivitas siswa dalam pembelajaran, siswa cenderung pasif
ketika pembelajaran berlangsung. Tidak ada siswa yang bertanya pada guru, ketika
ditanya tentang kepahaman siswa, para siswa hanya diam saja. Namun ketika guru
bertanya ternyata jawabannya kurang benar. Selain itu efikasi diri siswa masih sangat
rendah, hal itu terlihat dari ketidakpercayaan diri siswa dalam mengerjakan soal dan
tugas yang diberikan guru, maupun menjawab pertanyaan guru. Ada siswa ketika
ditanyai guru diam saja, namun ketika ada temannya yang menjawab siswa tersebut
baru berani menjawab sama dengan jawaban siswa yang tidak ditunjuk oleh guru.
Siswa cenderung mengharapkan bantuan teman atau mencontoh jawaban teman dalam
mengerjakan tugas yang diberikan guru, baik tugas yang harus dikerjakan disekolah
maupun dirumah. Dan hal yang sangat mengejutkan adalah tidak ada seorang pun yang
berani mempraktekkan ibadah sholat yang diminta oleh guru.
Hasil pengamatan terhadap guru peneliti adalah bahwa metode yang
digunakan guru peneliti memang tidak variatif. Sejak pertama memasuki kelas, guru
memberi salam dan mengabsen siswa. Guru peneliti tidak memotivasi siswa, bahkan
37

guru peneliti tidak melakukan tanya jawab tentang materi yang diajarkan pada
pertemuan sebelumnya. Pertanyaan yang diajukan sekedar menanyakan kabar siswa,
dan siapa siswa yang tidak masuk pada hari tersebut. Kemudian guru menerangkan
materi dengan metode ceramah, setelah cukup dalam menerangkan materi, guru
memberi waktu pada siswa untuk bertanya, namun tidak ada satu siswa pun yang
bertanya. Pada saat guru ceramah ada beberapa siswa yang ijin ke kamar kecil, ada
juga yang berbisik-bisisk dengan teman sebangkunya, bahkan ada siswa yang
mengantuk. Nampak sekali bahwa siswa bosan dengan pembelajaran yang
berlangsung. Kemudian tanpa melakukan tanya jawab guru memberikan soal untuk
dikerjakan siswa, soal yang diberikan adalah soal yang ada di dalam buku diktat yang
dipinjamakan dari perpustakaan. Setelah para siswa selesai mengerjakan sola guru
mencocokkan jawaban siswa dengan menukar lembar jawaban siswa. Setelah selesai
mencocokkan jawaban siswa guru memberi PR siswa, dan tanpa memberi penguatan
pada materi yang sulit guru langsung menutup pembelajaran pada hari tersebut.
Berdasarkan hasil pengamatan tersebut maka guru/peneliti mendiskusikan
bagaimana supaya dalam pembelajaran siswa mempunyai efikasi diri yang tinggi, aktif
ketika belajar dan mempunyai prestasi belajar yang memuaskan. Selain itu juga
mengupayakan supaya pembelajaran tidak monoton sehingga anak tidak pasif dan tidak
bosan saat pembelajaran berlangsung, yaitu dengan menerapkan suatu metode
pembelajaran yang bervariasi dan melibatkan seluruh siswa. Sehingga diputuskan
untuk melakukan tindakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
tipe NHT (Number Heads Together) dengan tujuan meningkatkan efikasi diri, aktivitas
belajar dan prestasi belajar siswa.
Berdasarkan tujuan penelitian, yang akan ditingkatkan dalam penelitian ini
ada empat hal, yaitu efikasi diri siswa, aktivitas belajar siswa, dan prestasi belajar
siswa. Maka setelah pengamatan selesai guru peneliti membuat instrumen penelitian.
Karena yang akan ditingkatkan ada tiga hal maka instrumen penelitian dalam penelitian
ini pun juga tiga macam. Yaitu angket efikasi diri, lembar observasi siswa, dan tes
prestasi belajar.
Pembuatan instrumen dilakukan pada tanggal 30 Juli – 2 Agustus 2011.
Setelah instrumen penelitian selesai dibuat maka dilakukan uji coba instrumen untuk
instrumen angket efikasi diri dan tes prestasi belajar siswa. Angket efikasi diri terdiri
dari 24 butir pernyataan, sedangkan tes prestasi belajar terdiri dari 10 butir soal. Uji
38

coba dilakukan pada tanggal 4 Agustus 2011. Siswa yang menjadi subjek uji coba
instrumen dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII F .... Negeri Kota .... Kota yang
berjumlah 32 siswa, tetapi karena seorang siswa tidak masuk karena sakit maka subjek
uji coba dalam penelitian ini berjumlah 31 siswa. Berdasarkan hasil uji coba angket
efikasi diri terdapat 6 butir pernyataan yang gugur karena koefisien korelasinya
dibawah 0,300. Keenam butir pernyataan tersebut adalah butir nomor 1, 3, 6, 16, 18
dan 23. Sehingga keenam butir pernyataan tersebut tidak dipakai dalam pengambilan
data penelitian efikasi diri. Sedangkan dari 10 butir soal tes prestasi belajar terdapat 2
butir soal yang gugur, yaitu butir nomor 1 dan 6. Karena jumlah butir tes prestasi
belajar hanya 10 buah maka guru peneliti mengganti kedua butir soal tersebut dengan
butir soal yang baru. Adapun hasil uji coba instrumen dapat dilihat pada lampiran 7
halaman 142 – 150.
Setelah uji coba instrumen penelitian selesai maka guru peneliti membuat
perencanaan suatu tindakan. Karena metode NHT adalah suatu metode yang
didalamnya siswa harus melakukan diskusi kelompok maka guru melakukan
pengecekan kemampuan siswa, sehingga kelompok yang terbentuk adalah kelompok
yang heterogen dari segi kognitif. Hal ini dilakukan karena kelas yang akan diteliti
adalah kelas yang baru, artinya siswa yang duduk di kels VIII saat ini adalah
merupakan campuran secara acak siswa kelas VII pada tahun ajaran 2010/2011,
sehingga guru peneliti tidak dapat membuat kelompok berdasarkan peringkat siswa
sebelimnya. Maka untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebagai dasar untuk
pembentukan kelompok dilakukan pre tes.
Pre tes dan pengambilan data efikasi diri awal dilakukan pada hari rabu
tanggal 5 Agustus 2011 dengan menggunakan tes prestasi belajar dan angket efikasi
diri yang sudah valid karena telah dilakukan uji coba. Berikut ini adalah nilai hasil pre
tes dan hasil efikasi diri siswa:
39

Tabel 4.1. Hasil Pre Tes Prestasi Belajar dan Efikasi Diri Siswa
Resp Nama Pre Tes Efikasi Diri
1 AW 70 52
2 AC 60 50
3 BY 70 60
4 CB 50 60
5 CD 80 62
6 DK 70 50
7 DU 60 60
8 FT 70 58
9 IS 80 61
10 IJ 70 66
11 LA 80 48
12 MP 60 60
13 MR 70 62
14 MF 70 51
15 MH 60 53
16 MI 40 59
17 NS 80 50
18 NA 40 52
19 NV 80 60
20 NG 50 64
21 NR 60 61
22 NA 60 60
23 RS 80 57
24 RB 70 63
25 RW 30 56
26 SW 50 53
27 SR 60 63
28 TR 60 56
29 UK 60 53
30 WI 80 54
31 WA 70 44
32 WS 60 56
33 YA 70 56
34 YS 40 52
Rata-rata 63,54 56,53
Jumlah yang lulus KKM 18 17 (diatas rata-rata)
Persentase lulus KKM 52,94% 50,00%

Berdasarkan tabel 4.1 diatas diperoleh bahwa nilai rata-rata pre tes prestasi
belajar siswa adalah 63,54 dan skor efikasi diri siswa adalah 56,53. Sehingga dari data
tersebut diperoleh jumlah siswa yang lulus KKM sebanyak 18 siswa atau sebesar
52,94%. Sedangkan jumlah siswa yang mempunyai efikasi diri diatas rata-rata
sebanyak 17 orang atau sebesar 50%. Data pre tes prestasi belajar ini selanjutnya
40

digunakan untuk pembagian kelompok pada siklus I.


B. Hasil Penelitian
Penelitian dimulai pada tanggal 12 Agustus 2011 sampai dengan 9 September
2011. Materi yang dipelajari adalah …………….. Penelitian ini dilaksanakan 3 siklus.
Siklus I terdiri dari dua kali pertemuan, siklus II terdiri dari 2 pertemuan, dan Siklus
III terdiri dari 2 pertemuan. Penelitian diakhiri dengan pos tes prestasi belajar dan
pengisian kembali angket efikasi diri. Adapun waktu penelitian adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2. Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Siklus Hari/Tanggal Materi
I Rabu, 12 Agustus 2011 ………….

II Rabu, 19 Agustus 2011 …………

Rabu, 26 Agustus 2011 Tes Siklus II


III Rabu, 9 September 2011 ...........................

Pos Tes (Prestasi Belajar dan Efikasi Diri)

B.1. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I


Siklus I ini dilaksanakan pada hari Rabu, 12 Agustus 2011 pada pukul 08.30
– 09.50 atau 2 jam pelajaran. Kegiatan pada siklus I ini meliputi perencanaan,
pelaksanaan tindakan dan pengamatan serta observasi. Berikut ini adalah pelaksanaan
kegiatan siklus I secara terperinci:
a) Perencanaan Tindakan Siklus I
Persiapan yang dilakukan peneliti sebelum melakukan tindakan pada siklus I,
yaitu :
1) Membuat silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Guru peneliti membuat silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
tentang materi yang akan diajarkan dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Number Heads Together (NHT). Adapun
Silabus dalam penelitian ini dapat dilihat pada lampiran 1 halaman 118 dan
Rencana pembelajaran terdapat dalam lampiran 2 halaman 119.
2) Membuat persiapan sarana dan media pembelajaran yang akan digunakan,
41

yaitu kertas bernomor dan mind maping.


3) Membuat pedoman observasi untuk siswa. Guru peneliti menyusun dan
menyiapkan lembar observasi mengenai keaktifan siswa berdasarkan aspek
keaktifan siswa yang menjadi aspek pengamatan ketika observasi kelas
berlangsung. Keaktifan siswa yang diamati tersebut meliputi : keaktifan siswa
saat menjelaskan materi pada temannya, keaktifan siswa bertanya pada teman,
menjawab pertanyaan teman, bertanya pada guru, menjawab pertanyaan guru,
mengerjakan LKS, dan mencatat/merangkum penjelasan materi diakhir
pertemuan. Pedoman observasi siswa dapat dilihat pada lampiran 6 halaman
142.
4) Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS), tes prestasi belajar siklus I dan PR.
LKS, tes prestasi belajar dan PR serta kuncinya dapat dilihat pada lampiran 4
halaman 129 – 136.
5) Pembentukan kelompok. Pada tiap siklus siswa dibagi ke dalam kelompok-
kelompok belajar.
6) Menyusun dan menyiapkan catatan lapangan. Guru peneliti menyusun dan
menyiapkan catatan lapangan untuk mengamati aktivitas guru dan siswa
selama proses pembelajaran di kelas. Catatan lapangan ini sangat penting
untuk mengetahui apa dan bagaimana siswa mengikuti proses pembelajaran di
kelas dengan menggunakan model pembelajaran dengan diskusi kelompok.
b) Pelaksanaan Tindakan (Action) dan Observasi Siklus I
Pada tahap ini guru melaksanakan tindakan sesuai dengan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun. Guru peneliti dibantu 4
orang pengamat melakukan pengamatan selama kegiatan pembelajaran
berlangsung. Pengamat merupakan teman sejawat dan telah memahami mdel
pembelajaran kooperatif tipe Number Heads Together (NHT). Selama kegiatan
pembelajaran, guru sebagai peneliti bertugas menyampaikan pembelajaran,
sambil melakukan pengamatan di kelas sedangkan pengamat melakukan
pengamatan di dalam kelas dengan mengambil posisi di belakang tempat duduk
siswa.
Berikut ini jadwal dan deskripsi pelaksanaan dan pengamatan kegiatan
pembelajaran mata pelajaran ..... pada siklus I dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Number Heads Together (NHT). RPP terlampir.
42

Tabel 4.3. Urutan Kegiatan Siklus I

Pertem Hari, Waktu Kegiatan


uan Tanggal
1 Rabu, 08.30 – 08.45 Apersepsi, penjelasan
12 tentang metode yang
Agustus digunakan dan penjelasan
2011 singkat dari guru tentang
materi pelajaran serta
pembentukan kelompok.
08.45 – 09.20 Diskusi kelompok dengan
NHT
09.20 – 09.35 Tanya jawab membahas LKS
09.35 – 09.40 Mencatat/
merangkum materi
pembelajaran diakhir
pertemuan oleh guru dan
siswa
09.40 – 09.50 Tes Siklus I, pemberian PR
dan penutup

Catatan: Rincian kegiatan Tabel 4.3 diuraikan pada RPP

Pada awal pembelajaran guru membuka dengan memberikan salam,


menanyakan kabar siswa. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu ......
Guru peneliti melakukan apersepsi dengan menanyakan kegiatan siswa
setelah bangun tidur. Guru peneliti bermaksud mengajak siswa bersyukur pada
Alloh bahwa setelah bangun tidur ternyata masih diberi kesempatan menghirup
udara, sehat dan dapat beraktivitas.

Gambar 4.1. Guru sedang melakukan apersepsi

Guru melanjutkan menerangkan tentang sujud syukur. Guru menanyakan


pada siswa secara klasikal, sujud syukur itu apa? Secara klasikal juga siswa
menjawab pertanyaan guru, ada yang sudah mengetahui pengertiannya ada juga
yang menjawab sambil membaca buku diktat yang dibawa, tetapi secara kompak
43

para siswa menjawab ”sujud yang dilakukan ketika mendapatkan nikmat dari
Alloh atau terhindar dari bencana” Kemudian guru memberi penguatan atas
jawaban dari siswa. Setelah itu guru memberi contoh kenapa seseorang
melakukan sujud syukur. Siswa sangat antusias mendengarkan ceramah dari guru
karena pada saat ceramah guru memberikan pertanyaan pertanyaan ringan yang
dapat dijawab para siswa secara bersama-sama. Kegiatan guru selanjutnya
menerangkan dalil tentang sujud syukur, guru menawarkan pada siswa siapa yang
mau membacakan dalil sujud syukur. Ada seorang siswa yang menacungkan jari
yaitu istijabah, siswa tersebut membacakan surat Ibrahim ayat 7. Setelah selesai
membaca guru menunjuk seorang siswa yang sejak tadi melamun, Nugroho,
untuk membacakan arti ayat tersebut. Setelah itu guru melanjutkan menerangkan
materi tentang sujud syukur.

Gambar 4.2. Seorang Siswa Sedang Membacakan ....


Setelah 10 menit berlalu guru menerangkan materi sujud tilawah. Guru
menanyakan pengertian sujud tilawah yang secara bersama-sama dijawab oleh
siswa dengan benar. Kemudian guru menawarkan pada siswa untuk membaca
dalil sujud tilawah, ada seorang siswa yang mengacungkan jari yaitu, Nurul
Anisa. Setelah siswa tersebut membacakan dalil sujud tilawah, guru menyuruh
Rifai, salah satu siswa yang sedang bercanda dengan teman sebangkunya untuk
membacakan artinya. Kemudian guru menyampaikan ayat-ayat yang didalamnya
ada bacaan sajdah. Guru sedikit memberi contoh dalam kondisi apa seseorang
melakukan sujud tilawah. Kemudian guru menanyakan kepahaman siswa.
Setelah siswa menjawab paham, guru melanjutkan pembentukan kelompok pada
menit ke 13. Selama pembelajaran berlangsung siswa nampak sangat antusias
mendengatkan penjelasan dari guru.
44

Gambar 4.3. Siswa Antusias Mendengarkan Penjelasan Guru


Guru menerangkan kegiatan selanjutnya yaitu diskusi kelompok. Guru
memberikan penjelasan yang sejelas-jelasnya tentang kegiatan yang akan
dilakukan. Karena jumlah siswa 34 orang, maka dibentuk menjadi 6 kelompok
dimana ada 4 kelompok yang beranggota 6 orang, yaitu Kelompok Muslim,
Kelompok Maliki, Kleompok Hanafi dan Kelompok Hambali, dan ada 2
kelompok yang hanya beranggotakan 5 orang yaitu Kelompok Bukhori dan
Kelompok Syafi’i. Pembentukan kelompok ini berdasarkan nilai pre tes siswa.
Berikut ini adalah nama – nama anggota kelompok pada siklus I:
Tabel 4.4. Daftar Nama Kelompok dan Anggotanya Pada Siklus I
Kelompok Syafi’i Kelompok Maliki Kelompok Hanafi
Wahidah Istiqomah Bambang Yulianto Chandra Cahya Buana
Mufida Rahayu Tri Rahayu Yonathan Agus
Siti Riza Analido Nugroho Nuraeni
Reski Bahrul Alam Reni Susanti Lintang Ambarsari
Muchammad Reza Arin Carlina Diah Utami
Yuliana Shofiati Weni Astuti

Kelompok Hambali Kelompok Bukhori Kelompok Muslim


Chika Dwichandri Fitri Istijabah Dena Kurnia
Fatimah Uswatun Khasanah Niken Setyawati
Wulan Suryani Ikasari Muhammad Rifai
Mia Puji Astuti Nisa Afika Sarwiyanto
Muhadi Novitasari Retno Wiji Lestari
Arian Wahyu Dewantara Nurul Anisa

Pada menit ke enam belas siswa langsung menuju pada tempat


kelompoknya masing-masing dimana guru telah meletakkan nama kelompok
dengan kertas berwarna cerah pada meja masing-masing kelompok. Setelah siswa
45

berkumpul dikelompoknya masing-masing guru membagikan kertas yang telah


diberi nomor pada masing-masing kelompok, seperti Syafi’i – 1, Syafi’i – 2,
Syafi’i – 3 dan seterusnya sampai semua siswa mendapatkan kertas bernomor
tersebut. Setelah siswa mendapatkan kertas bernomor, para siswa memasang
kertas bernomor tersebut pada lengan sebelah kanan, agar observer mudah
melihat nomor siswa saat mengamati aktivitas siswa. Kemudian guru
membagikan LKS pada tiap-tiap anggota kelompok atau pada setiap siswa dan
hanya membagikan 1 kertas besar dan sebuah spidol untuk tiap kelompok. Kertas
besar itulah yang merupakan jawaban satu kelompok.

Kegiatan diskusi dimulai. Guru menginformasikan bahwa waktu untuk


diskusi adalah 20 menit, sehingga waktu untuk diskusi akan berakhir pada pukul
09.05 WIB. Pada awal kegiatan siswa kelihatan masih ramai sibuk membenahi
tempat duduk dan buku karena perpindahan tempat duduk. Ada juga siswa yang
masih memasangkan nomor pada lengan temannya karena kesulitan memasang
sendiri, bahkan ada juga siswa yang berulang kali melihat-lihat nomor yang ada
dilengannya meskipun sudah terpasang. Ini memang betul-betul sesuatu yang
baru bagi mereka, sehingga wajar jika mereka merasa surprise dengan
pemasangan nomor tersebut. Pada menit kedua puluh dua baru suasana kelas
hening karena para siswa sudah mulai fokus mempelajarai LKS yang dibawanya
masing-masing.

Gambar 4.4. Nampak Seorang Siswa Memasangkan Nomor


Pada Lengan Temannya

Mulanya anak nampak kesulitan sampai siswa dari kelompok hanafi – 5


bertanya, Boleh mencari di buku bu? Guru menjawab ”boleh” kemudian para
siswa mulai disibukkandengan membuka-buka buku pelajaran yang dibawa.
Setelah semenit berlalu suasana nampak masih sangat hening, ketika guru
46

berkeliling memantau jalannya diskusi ternyata para siswa tidak berdiskusi


melainkan menjawab sendiri LKS yang dipegangnya masing-masing meskipun
pertanyaan dalam LKS adalah sama. Guru pun mengingatkan bahwa dalam satu
kelompok jawabannya harus sama. Para siswa agak terkejut dan banyak yang
bilang ’waahhh... harus sama to bu” suasana agak sedikit ramai namun itu adalah
awal diskusi siswa. Siswa mulai mencocokkan antara jawaban yang satu dengan
yang lainnya, ketika ada perbedaan mereka langsung berdiskusi menentukan
jawaban mana yang akan digunakan.
Pada menit kedua puluh empat siswa yang bernomor hambali – 1
bertanya ”Bu dalilnya sama artinya tidak?” Guru menjawab ”tidak perlu dengan
artinya yang penting kamu bisa menulis dalilnya” . Suasana kembali hening saat
para siswa menuliskan dalil sujud syukur dan sujud tilawah.

Gambar 4.5. Guru Memantau Jalanya Diskusi

Para observer pun sibuk mengamati aktivitas siswa pada saat diskusi,
karena pada saat diskusi guru memantau jalannya diskusi maka kegiatan
observasi difokuskan pada aktivitas siswa. Berikut ini akan disajikan hasil
observasi pada tiap kelompok
Kelompok Syafi’i yang berjumlah 5 siswa yang terdiri dari 3 siswa putri
dan 2 siswa putra, semua nampak sangat bersemangat ketika diskusi berlangsung,
ada 3 siswa yang dapat mengemukakan pendapat pada waktu diskusi, yaitu siswa
Syafi’i – 3, Syafi’i – 4 dan Syafi’i – 5. Sedangkan pada saat mengalami kesulitan
Syafi’i – 4 bertanya pada pada Syafi’i – 5 dan dijawab. Semua siswa serius
mengerjakan LKS. Kemudian Syafi’i – 4 bertanya pada guru ”Bu kalo tidak
cukup bagaiman? Guru menjawab ”boleh ditulis dikertas sebaliknya atau
ditempat yang masih kosong” . Pada akhir diskusi Syafi’i – 4 memberikan
jawabannya pada Syafi’i – 1 dan Syafi’i – 2. Kelompok Syafi’i adalah kelompok
yang pertama kali mengumpulkan jawaban dan menempelkannya didepan kelas.
Kelompok Maliki mempunyai anggota 6 orang, 4 orang putri dan 2 orang
putra. Ketika diskusi berlangsung ada 3 siswa yang nampak kurang bersemangat
yaitu Maliki – 3, Maliki – 5 dan Maliki – 6. Setelah guru mendekati kelompok
tersebut ternyata Maliki – 5 dan Maliki – 6 agak kurang enak badan, sedangkan
47

Maliki – 3 malu karena tulisan arabnya kurang bagus. Namun pada waktu diskusi
Maliki – 5 dan Maliki – 6 sempat bertanya pada teman dan dijawab oleh Maliki –
1 dan Maliki – 2. Dan semua siswa pada kelompok Maliki mengerjakan semua
soal yang ada dalam LKS. Dan diakhir diskusi Maliki – 2 meminta jawaban pada
Maliki – 3, dan Maliki – 2 menunjukkan hasil pengerjaannya.

Gambar 4.6.
Seorang Anggota Kelompok Menuliskan Jawaban Pada Lembar Jawaban

Kelompok Hanafi terdiri dari 6 orang, yaitu 4 orang putri dan 2 orang
putra. Kelompok hanafi sangat bersemangat berdiskusi, semua nampak antusias.
Ada tiga siswa yang berani mengemukakan pendapatnya yaitu Hanafi – 3,
HAnafi – 5 dan Hanafi – 6. Hanafi – 1 bertanya pada Hanafi – 3 dan langsung
dijawab. Hanafi – 5 bertanya pada guru “Bu LKS-nya nanti dikumpulkan tidak?”
Guru menjawab ”Yang dikumpulkan hanya lembar kertas yang besar”.
Kelompok Hambali terdiri dari 6 orang yaitu, 2 siswa putra dan 4 siswa
putri. Kelompok ini sangat bersemangat dan aktif saat berdiskusi. Ada 2 siswa
yang mengemukakan pendapatnya, yaitu Hambali – 1 dan Hambali – 2, dan ada 2
siswa yang bertanya pada temannya yaitu Hambali – 2 dan Hambali – 6 yang
keduanya langsung dijawab oleh Hambali – 1. Semua siswa mengerjakan LKS
dan seorang siswa bertanya pada guru apakah dalil disertakan terjemahnya,
kemudian dijawab guru yang penting dalilnya ditulis.
Kelompok Bukhori terdiri dari 5 siswa yang semuanya siswa putri.
Kelompok ini sangat bersemangat tidak banyak bercanda, semua serius saat
48

diskusi. 2 siswa berani mengemukakan pendapatnya yaitu Bukhori – 1 dan


Bukhori – 2. Ketika Bukhori – 4 bertanya, Bukhori – 3 langsung menjawab. Ada
seorang siswa yang bertanya pada guru yaitu Bukhori – 2, ”Bu boleh mencari
selain di buku diktat?” Guru menjawab ”Boleh”.
Kelompok muslim terdiri dari 6 siswa, yaitu 2 siswa putra dan 4 siswa
putri. Semua siswa dalam kelompok ini sangat antusias tetapi memang agak
sedikit ramai karena sering bercanda. Namun ada seorang siswa yang serius
mengemukakan pendapatnya yaitu Muslim – 3, bahkan Muslim – 3 juga dapat
menjawab pertanyaan temannya Muslim – 2. Dan Semua anggota kelompok
Muslim mengerjakan LKS dengan serius. Meskipun kelompok ini paling akhir
dalam pengumpulan lembar jawaban kelompok.
Setelah 20 menit guru menyuruh siswa mengumpulkan jawaban ke
depan, tetapi ternyata para siswa belum selesai menuliskan jawaban di lembar
jawaban, sehingga para siswa berkata “belum bu . . . belum bu. . .” akhirnya guru
menambah waktu 5 menit. Setelah 5 menit berlalu tepatnya pukul 09.10 WIB
kelompok Syafi’i telah selesai dan membawa hasil jawaban kelompoknya maju
kedepan. Guru dibantu wakil dari kelompok Syafi’i menempelkan hasil jawaban
kelompok Syafi’i pada didnding kelas. Kemudian disusul oleh kelompok Bukhori
pada pukul 09.13 WIB, kelompok Maliki pukul 09.15 WIB, kelompok Hanafi
pukul 09.16 WIB, kelompok Hambali pukul 09.18 WIB dan terakhir kelompok
Muslim pada pukul 09.22 WIB.

Gambar 4.7.
Kelompok Yang Sudah Selesai Mengerjakan Tugas Mengumpulkan Jawaban Kedepan

Setelah selesai menempel hasil jawaban siswa pada dinding kelas guru
49

menyuruh siswa kembali ketempat duduknya masing-masing dan memberi


penghargaan pada siswa dengan mengumumkan kelompok yang paling awal
selesai sampai yang paling akhir selesai mengumpulkan jawaban dengan
memberi tepuk tangan yang disambut meriah oleh para siswa.
Setelah para siswa kembali ke temapt duduknya masing-masing kegiatan
selanjutnya adalah membahas jawaban hasil diskusi siswa. Seperti yang telah
direncanakan di awal, teknik membahas jawaban adalah dengan cara guru
memanggil nama dan nomor kelompok secara acak. Untuk pertanyaan pertama
guru memanggil siswa dengan identitas Hambali – 3. Siswa banyak yang
tersenyum mendengar panggilan guru. Mereka langsung melihat nomor mereka
masing-masing, ada yang lupa dengan identitasnya sendiri. Ternyata siswa
Hambali – 3 duduk paling depan dekat dengan posisi guru. Siswa tersebut
kemudian menjawab pertanyaan nomor 1 tentang pengertian sujud syukur “Sujud
syukur adalah sujud karena mendapat nikmat dari Alloh SWT dan terhindar dari
musibah” karena siswa tersebut menjawab sambil membaca guru mengulang
pertanyaan sampai 3x dengan harapan siswa tersebut dapat menjawab tanpa
membaca. Setelah selesai menjawab guru membetulkan, tetapi masih memberi
kesempatan pada siswa lain untuk menyanggah, atau menambah jawaban. Tetapi
tidak ada satu siswa pun yang mengacungkan jari.
Kemudian guru melanjutkan pertanyaan kedua yaitu pengertian sujud
tilawah, guru menunjuk Bukhori – 5. Bukhori – 5 menjawab “sujud tilawah
adalah sujud yang dilakukan ketika seseorang mendengar atau membaca ayat-
ayat sajdah” ketika guru menanyakan siapa yang mau menambahkan ternyata
Bukhori – 2 masih menambahkan “áyat-ayat sajdah yang ada dalam al-qur’an”
. Guru membetulkan jawaban siswa dengan memberi penguatan.
Pertanyaan ketiga diberikan pada Hanafi – 2. Pertanyaan ketiga adalah
dalia sujud syukur. Ternyata Hanafi - 2 masih kurang lancar membaca bacaan
arab, kemudian guru meminta teman satu kelompoknya untuk membantu Hanafi
– 2 membacakan dalia sujud syukur, Hanafi – 5 5 mengacungkan jari dan
membaca surat Ibrahim ayat 7. Guru bertanya “apakah ada kelompok lain yang
menyebutkan dalil lain?” ternyata ada yaitu kelompok Muslim, selanjutnya guru
menyuruh salah satu wakil kelompok muslim untuk membacakan dalia yang di
tulis kelompoknya, yaitu Muslim – 1, dengan lancar muslim – 1 membaca dalil
50

sujud syukur yaitu surat An-Nahl ayat 19.


Pertanyaan selanjutnya adalah tentang apa yang dianjurkan seseorang
melakukan sujud syukur dan sujud tilawah, guru menunjuk Maliki – 5, Maliki – 5
menjawab “mendapat suatu nikmat dan terhindar dari bahaya” dan “ketika
mendengar atau membaca ayat-ayat sajdah”. Guru menawarkan pada kelompok
lain, ternyata tidak ada jawaban yang berbeda, akhirnya guru memberi penguatan
atas jawaban siswa tersebut.
Pertanyaan keempat diberikan pada Bukhori – 5, pertanyaan ini tentang
hukum sujud syukur dan hukum sujud tilawah. Bukhori – 5 menjawab “sunah”.
Guru mengembangkan pertanyaan “sunah itu artinya siapa yang tahu? Ada
seorang siswa yang mengacungkan jari yaitu Syafi’i – 4 dan menjawab “bila
dikerjakan mendapat pahala dan apabila tidak dikerjakan tidak apa-apa”. Guru
meluruskan “jika tidak dikerjakan tidak berdosa”.

Gambar 4.8. Siswa Menjawab Pertanyaan Guru

Pertanyaan terakhir guru menunjuk Syafi’i – 4, kembali Syafi’i – 4


menjawab pertanyaan guru, contoh sujud syukur “lupus sekolah, terhindar dari
kecelakaan, masih bisa bernafas” sedangkan untuk contoh sujud tilawah guru
menunjuk Hambali – 5, “ketika seseorang membaca ayat sajdah, ketika
seseorang mendengar bacaan ayat sajdah, ketika seseorang mendengar bacaan
ayat sajdah di dalam sholat”.
Tanya jawab dalam membahas soal selesai sekitar pukul 09.35 WIB guru
bersama siswa merangkum materi pembelajaran, para siswa kembali hening
mencatat materi sujud syukur dan sujud tilawah.

Gambar 4.9. Siswa Tertib Merangkum Materi Pelajaran Di Pandu Oleh Guru
51

Setelah selesai merangkum materi guru melanjutkan untuk mengadakan


tes siklus I. Guru membagikan soal tes siklus satu yang berbentuk pilihan ganda
yang berjumlah 10 soal. Guru mengingatkan untuk menuliskan nama masing-
masing pada lembar soal. Siswa langsung bisa mengerjakan pada lembar soal.
Pada saat mengerjakan soal siswa nampak sangat tenang, tidak ada siswa yang
saling bertanya, mencontoh pekerjaan temannya maupun mencontek di buku
mata pelajaran ...... Ternyata siswa hanya membutuhkan waktu 10 menit untuk
mengerjakan soal tes siklus I ini. Setelah semua siswa mengumpulkan lembar
jawaban guru meminta masing-masing kelompok untuk melepas nomor masing-
masing dan dikumpulkan pada guru.

Gambar 4.10. Siswa Serius Mengerjakan Soal Tes Siklus I


Setelah semua siswa kembali ketempat duduknya masing-masing, guru
mengucapkan terimakasih pada siswa yang telah bersemangat dan sangat luar
biasa dalam pembelajaran kali ini dengan bertepuk tangan bersama. Kemudian
guru mengingatkan materi yang akan dipelajari pada pertemuan yang akan datang
yaitu tata cara dan bacaan sujud syukur dan sujud tilawah. Sebelum pembelajaran
ada siswa yang bertanya “bu besok anggota kelompoknya tetap?” guru
menjawab “ya besok anggota kelompoknya tetap” . Guru memotivasi siswa
khususnya bagi kelompok yang paling akhir menyelesaikan LKS supaya besok
lebih cepat dalam mengerjakan LKS. Kemudian ada siswa yang bertanya lagi “bu
bacaannya dengan artinya tidak?” guru menjawab “yang penting bisa
melafalkan bacaannya”. Kemudian ada pertanyaan lagi “bu bacaan satu
kelompok harus sama?” Guru menjawab “ya satu kelompok harus sama
bacaannya”. Selanjutnya guru memberi PR. Dan menutup pembelajaran pada
hari ini. Berikut ini adalah rangkuman hal-hal yang diamati oleh pengamat pada
siklus I :
Tabel 4.5. Aktivitas Siswa Pada Saat Mendiskusikan LKS – 1
52

Kegiatan Kelp Jml


Klp 2 Klp 3 Klp 4 Klp 5 Klp 6 %
1 h
Bersemangat
selama 5 3 6 6 5 6 32 94,12
pembelajaran
Mengemukakan
pendapat dalam 3 4 3 2 2 1 15 44,12
kelompok
Bertanya pada
1 2 1 2 1 1 8 23,53
teman
Menjawab
1 2 1 1 1 1 7 20,59
pertanyaan teman
Mengerjakan soal
5 6 6 6 5 6 34 100
dalam LKS
Bertanya pada
1 - 1 1 1 - 4 11,76
guru
Menjawab
1 2 2 2 2 1 10 29,41
pertanyaan guru
Presentasi di
- - - - - - - -
depan kelas
Mencatat materi
5 6 5 6 5 6 33 97,06
pelajaran
Pelaksanaan
- - - - - - - -
praktek

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa persentase


rata-rata siswa yang aktif dalam diskusi kelompok adalah sebagai
berikut; terdapat 32 siswa atau 94,12% siswa bersemangat selama
pembelajaran berlangsung. Ketigapuluh dua siswa tersebu adalah 3
siswa berasal dari kelompok Maliki, masing-masing 5 siswa dari
kelompok Syari’i dan Bukhori dan masing-masing 6 siswa berasal
dari kelompok Hanafi, Hambali dan Muslim.
Sedangkan siswa yang mengemukakan pendapat dalam
kelompok sebanyak 15 siswa atau sebesar 44,12%. Kelima belas
siswa tersebu adalah seorang siswa berasal dari kelompok Muslim,
masing-masing 2 siswa yang berasal dari kelompok Hambali dan
kelompok Bukhori, masing-masing 3 siswa berasal dari kelompok
Syafi’i dan kelompok Hanafi dan 4 siswa dari kelompok Maliki.
yang dapat menjelaskan materi pada teman yang lain. Ternyata
secara individu ada siswa yang mampu menjelaskan materi pada
temannya. Keempat siswa tersebut berasal dari anggota kelompok –
53

2, kelompok – 5, kelompok – 7 dan kelompok – 8.


Siswa yang bertanya pada temannya satu kelompok sebanyak
8 siswa atau sebesar 23,53%. Kedelapan siswa tersebut adalah
masing-masing 1 siswa dari kelompok Syafi’i, Hanafi, Bukhori dan
Muslim. Dan masing-masing 2 orang siswa berasal dari kelompok
Maliki dan Hambali. Sedangkan siswa yang menjawab pertanyaan
teman sebanyak 7 siswa atau sebesar 20,59 siswa. Ketujuh siswa
tersebut berasal dari kelompok 2 sebanyak 2 siswa dan masing-
masing 1 siswa berasal dari kelompok Syafi’i, Hanafi, Hambali,
Bukhori dan Muslim.
Sedangkan selama diskusi seluruh siswa atau sebesar 100%
siswa mengerjakan LKS, tidak ada siswa yang tidak mengerjakan
LKS. Siswa yang bertanya pada guru pada saat diskusi sebanyak 4
siswa atau sebesar 11,76%. Keempat siswa tersebut masing-masing
berasal dari kelompok Syafi’i, Hanafi, Hambali dan Bukhori.
Sedangkan siswa yang menjawab pertanyaan guru sebanyak 10
siswa atau sebesar 29,41%, yaitu berasal dari kelompok Syafi’i dan
kelompok Muslim masing-masing sebanyak 1 siswa. Dan masing-
masing 2 siswa berasal dari kelompok Maliki, Hanafi, Hambali,
Bukhori dan Muslim.
Sedangkan yang berkaitan dengan presentasi di depan kelas
dan pelaksanaan praktek, pada siklus I ini belum dapat terlaksana
karena waktu yang tidak memungkinkan sehingga guru hanya
melakukan tanya jawab. Sedangkan pelaksanaan praktek baru akan
dilaksanakan pada siklus III. Dan yang berkaitan dengan siswa
mencatat materi pembelajaran diakhir pembelajaran yang dipimpin
oleh guru, hampir semua siswa mencatat, hanya seorang siswa yang
tidak mencatat.
Berkaitan dengan efikasi diri siswa pada siklus I ini
nampaknya sebagian siswa masih merasa malu untuk bertanya
maupun menjawab pertanyaan teman. Namun pada saat mengerjakan
tes siklus I siswa sangat tertib, mengerjakan sendiri-sendiri tanpa ada
yang bertanya pada teman, bahkan keadaan kelas sangat hening.
54

Sehingga dapat dikatakan keyakinan siswa untuk mengerjakan soal


mengalami peningkatan.
Berdasarkan lembar observasi guru diketahui bahwa dari 18
kegiatan yang di observasi, guru melakukan 15 kegiatan. Sehingga
skor yang diperoleh sebesar 83,33% dan termasuk dalam kriteria
baik sekali. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode
NHT dapat meningkatkan keterampilan mengajar guru.

c) Hasil catatan lapangan


Secara garis besar, hasil catatan lapangan pertemuan 1 adalah sebagai berikut :
(1) Pada kegiatan awal, guru mengucapkan salam kepada siswa, menanyakan
kabar siswa, memotivasi siswa dan menyampaikan tujuan pembelajaran
kepada siswa. Dan siswa sangat bersemangat mengikuti awal pembelajaran.
Secara umum, kegiatan awal pada pertemuan 1 ini sudah berjalan baik.
(2) Pada kegiatan inti, guru menjelaskan secara singkat materi pembelajaran.
Kemudian guru membagi siswa menjadi 6 kelompok dan menyuruh siswa
untuk menempatkan diri sesuai dengan anggota kelompoknya masing-
masing. Kegiatan dilanjutkan dengan membagikan soal kertas bernomor,
LKS, lembar jawab kelompok dan spidol kepada tiap-tiap kelompok.
Kemudian siswa melaksanakan kegiatan diskusi. Selama pembelajaran guru
memantau jalannya pembelajaran dengan cara berjalan berkeliling
mengunjungi satu kelompok ke kelompok lainnya dan ketika ada
pertanyaan guru langsung menjawab.. Setelah diskusi selesai, guru dan
siswa membahas hasil pengerjaan soal. Dalam kegiatan membahas soal dan
materi yang dipandu guru, semua siswa yang ditunjuk guru dapat menjawab
dengan benar.
(3) Pada kegiatan akhir, memberikan penghargaan secara klasikal dengan
bertepuk tangan. Kegiatan dilanjutkan dengan merangkum materi
pembelajaran, yang dipandu oleh guru. Setelah selesai merangkum materi,
dilanjutkan dengan pengambilan nilai dengan tes prestasi belajar. Setelah
selesai pengambilan nilai guru kembali memotivasi siswa. Sebelum guru
menutup pembelajaran guru menyampaikan materi yang akan dipelajari
pada pertemuan berikutnya. Tidak lupa guru memberikan PR. Selanjutnya,
55

menutup pelajaran dengan mengucapkan terima kasih kepada siswa. Secara


umum kegiatan akhir ini sudah berjalan cukup baik. Berikut ini adalah
perbandingan nilai pre tes dan tes siklus I:

Tabel 4.6. Perbandingan Nilai Pre Tes dan Tes Siklus I


Resp Nama Pre Tes Tes Siklus I
1 AW 70 80
2 AC 60 80
3 BY 70 70
4 CB 50 70
5 CD 80 70
6 DK 70 80
7 DU 60 80
8 FT 70 80
9 IS 80 80
10 IJ 70 90
11 LA 80 80
12 MP 60 60
13 MR 70 80
56

14 MF 70 80
15 MH 60 70
16 MI 40 50
17 NS 80 70
18 NA 40 80
19 NV 80 80
20 NG 50 80
21 NR 60 90
22 NA 60 80
23 RS 80 80
24 RB 70 60
25 RW 30 70
26 SW 50 70
27 SR 60 80
28 TR 60 70
29 UK 60 80
30 WI 80 60
31 WA 70 70
32 WS 60 80
33 YA 70 60
34 YS 40 60
Rata-rata 63,53 74,12
Jumlah yang lulus KKM 19 28
Persentase yang lulus KKM 55,88% 82,35%

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa nilai rata-rata siswa


pada pre tes adalah 63,53 sedangkan tes siklus I naik menjadi 74,12.
Sedangkan jumlah siswa yang lulus KKM pada pre tes sebanyak 19 siswa
sedangkan pada siklus I meningkat menjadi 28, sehingga persentase siswa
yang lulus KKM pada saat pre tes sebesar 55,88% pada siklus I sebesar
82,35%. Sehingga dapat dikatakan bahwa pembelajaran pada siklus I ini
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

4) Penghargaan Kelompok
Penghargaan kelompok diberikan bagi kelompok yang memperoleh
rata-rata skor peningkatan individu tertinggi. Skor yang diperoleh kelompok
didapat dari skor peningkatan yang diperoleh oleh setiap anggota kelompok.
57

Data perolehan skor peningkatan individu siklus I dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.7. Skor Peningkatan Individu dalam Kelompok Pada Siklus I
Data Skor Peningkatan Individu
Kelompok – 20 – 10 0 10 20 30 40
Maliki - - 2 1 2 1 -
Hambali - 1 1 3 - 1 -
Muslim - 1 2 2 - - 1
Bukhori - - 2 - 2 - 1
Hanafi - 1 2 - 2 1 -
Syafi’i 1 - 1 2 1 - -

Perhitungan rata-rata skor peningkatan individu sebagai


penilaiann yang digunakan untuk menentukan penghargaan kelompok.
Adapun rata-rata skor peningkatan individu tiap kelompok dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 4.8.
Rata-rata Skor Peningkatan Individu dalam Kelompok Pada Siklus I
Nama Kelompok Rata - rata Skor Peringkat Kelompok
Peningkatan Kelompok
Maliki 23,3 3
Hambali 17,1 5
Muslim 25 2
Bukhori 26 1
Hanafi 20 4
Syafi’i 14 6

Penghargaan kelompok diberikan pada siklus II pertemuan


pertama setelah membahas PR. Hal ini dimaksudkan agar siswa menjadi
menjadi lebih bersemangat pada pembelajaran selanjutnya. Penghargaan
kelompok berupa hadiah yang diberikan kepada kelompok dengan rata-
rata skor peningkatan individu tertinggi, yaitu kelompok Bukhori.
Kelompok Bukhori diwakili salah satu anggotanya, yaitu Bukhori – 3
maju kedepan untuk menerima penghargaan dari guru. Pemberian hadiah
disambut tepuk tangan meriah oleh seluruh siswa.

d). Refleksi
Refleksi pada siklus I ini dilaksanakan bersama-sama oleh Guru peneliti.
58

Ibu Erni Andaryati, S. Ag yang pada pertemuan siklus I tidak dapat hadir karena
sedang diklat sertifikasi merefleksi siklus I dengan menyaksikan rekaman hasil
siklus I. Refleksi ini dimaksudkan untuk memperbaiki pembelajaran pada siklus
berikutnya.
Secara umum pelaksanaan pembelajaran Mata pelajaran ..... dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Number Heads Together (NHT)
pada siklus I berjalan dengan lancar, walaupun ada beberapa hal yang tidak berjalan
sesuai rencana. Pada saat diskusi para siswa cenderung bekerja sendiri-sendiri,
mereka mencari jawaban LKS masing-masing bahkan sama sekali tidak berdiskusi.
Sehingga jawaban satu siswa dengan siswa lain yang masih satu kelompok pada
soal yang sama sangat beragam atau berbeda-beda. Hal tersebut karena siswa belum
terbiasa dengan metode pembelajaran yang digunakan karena memang, metode
NHT ini baru pertama kali diterapkan dikelas tersebut. Biasanya guru
menggunakan metode ceramah setelah itu siswa disuruh mencatat dan mengerjakan
soal di buku diktat. Selain itu pada saat diskusi kelompok siswa masih mempunyai
kecenderungan langsung bertanya pada guru jika ada kesulitan atau pertanyaan
yang belum dipahami secara individu sebelum mendiskusikan dengan teman satu
kelompoknya. Namun setelah guru mengingatkan siswa nampak mulai berdiskusi.

Berdasarkan lembar observasi siswa, hal-hal yang belum dilakukan siswa


adalah siswa belum melaksanakan presentasi didepan kelas mewakili kelompoknya
. Selain itu juga siswa belum melaksanakan praktek ibadah. Sedangkan pada lembar
observasi guru, pada siklus I ini guru belum menyuruh presentasi karena
keterbatasan waktu. Hal tersebut karena menurut guru presentasi membutuhkan
waktu yang lebih lama daripada sekedar menunjuk siswa untuk menjawab
pertanyaan secara langsung dari guru. Terjadinya kekurangan waktu dalam
pembelajaran kali ini adalah karena waktu untuk diskusi terlalu lama, yaitu lebih 17
menit dari waktu yang telah ditentukan. Sedangkan pada pertemuan I ini memang
siswa belum disruh untuk melaksanakan praktek ibadah.
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka pada pertemuan selanjutnya guru
59

merencanakan melakukan hal-hal sebagai berikut:


1. Guru hanya akan memberi 2 lembar LKS pada tiap-tiap kelompok sehingga siswa
tidak mempunyai kecenderungan menjawab LKS-nya sendiri-sendiri tetapi
terdorong untuk berdiskusi dengan anggota kelompoknya.
2. Mengingatkan siswa untuk mendiskusikan LKS dengan teman satu kelompok
sebelum bertanya pada guru.
3. Guru berencana melakukan presentasi pada saat pembahasan LKS.
4. Guru lebih merinci alokasi waktu dengan sebaik-baiknya. Karena materi dan
pertanyaan untuk diskusi pada siklus II lebih banyak dan lebih sulit daripada siklus
I, guru akan melaksanakan siklus II dengan 2 pertemuan.
5. Guru tetap memotivasi siswa dan akan memberi penghargaan bagi kelompok yang
mendapat rata-rata skor kenaikan belajar tertinggi.

B.2. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II Pertemuan 1


Siklus II ini dilaksanakan pada hari Rabu, 19 Agustus 2011 pada pukul
08.30 – 09.50 atau 2 jam pelajaran. Kegiatan pada siklus II ini meliputi perencanaan,
pelaksanaan tindakan dan pengamatan serta observasi. Berikut ini adalah
pelaksanaan kegiatan Siklus II secara terperinci :

a) Perencanaan Tindakan Siklus II


Persiapan yang dilakukan peneliti sebelum melkukan tindakan pada Siklus II,
yaitu :
1) Membuat Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) guru peneliti
membuat silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tentang materi
yang akan diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Numered Heads Together (NHT). Silabus dalam penelitian ini dapat dilihat
pada lampiran 1 halaman 118 dan Rencana pembelajaran terdapat dalam
lampiran 2 halaman 119.
2) Membuat persiapan sarana dan media pembelajaran yang akan digunakan yaitu
kertas bernomor dan tulisan bancaan sujud syukur dan sujud Tilawah di Kertas
Manila.
60

3) Membuat pedoman observasi siswa. Guru Peneliti menyusun dan menyiapkan


lembar observasi mengenai keaktifan berdasarkan aspek keaktifan siswa yang
menjadi aspek pengamatan ketika observasi kelas berlangsung. Keaktifan
siswa yang diamati tersebut meliputi : Bersemangat selama pembelajaran,
mengemukakan pendapat dalam kelompok, bertanya pada teman, menjawab
pertanyaan teman, mengerjakan soal dalam LKS, bertanya pada guru,
menjawab pertanyaan guru, presentasi di depan kelas, mencatat materi
pelajaran, dan pelaksanaan praktek. Pedoman observasi siswa dapat dilihat
pada lampiran 6 halaman 142.
4) Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS), tes prestasi belajar Siklus II dan PR.
LKS, tes prestasi belajar dan PR serta kuncinya dapat dilihat pada lampiran 4
halaman 128 – 135. LKS, tes prestasi belajar dan PR serta kuncinya dapat
dilihat pada lampiran 4 halaman 129 – 136.
5) Pembentukan kelompok, pada tiap siklus siswa dibagi ke dalam kelompok-
kelompok belajar.
6) Menyusun dan menyiapkan catatan lapangan. Guru peneliti menyusun dan
menyiapkan catatan lapangan untuk mengamati aktivitas guru dan siswa
selama proses pembelajaran di kelas. Catatan lapangan ini sangat penting untuk
mengetahui apa dan bagaimana siswa mengikuti proses pembelajaran di kelas
dengan menggunakan model pembelajaran dengan diskusi kelompok.

b) Pelaksanaan dan Observasi Tindakan Siklus II Pertemuan 1


Pada tahap ini guru melaksanakan tindakan sesuai dengan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun. Guru peneliti dibantu 4
orang pengamat melakukan pengamatan selama kegiatan pembelajaran
berlangsung. Pengamat merupakan mahasiswa dari Universitas Islam Negeri
Sunan Kalijaga Yogyakarta yang sedang PPL di ....N Kota .... Kota dan telah
memahami Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Number Heads Together (NHT).
Selama kegiatan pembelajaran, guru peneliti bertugas menyampaikan
pembelajaran di kelas sedangkan pengamat melakukan pengamatan di dalam
kelas dengan mengambil posisi di belakang tempat duduk siswa.
61

Berikut ini jadwal dan deskripsi pelaksanaan dan pengamatan kegiatan


pembelajaran mata pelajaran ..... pada siklus II dengan menggunakan model
pembelajaran tipe Number Heads Together (NHT) :
Tabel 4.9. Jadwal Pelaksanaan Siklus II
Perte- Hari,
Waktu Kegiatan
muan Tanggal
2 Rabu 08.30 - 09.00 Apersepsi, memotivasi, membahas PR,
19-08- 2011 pemberian penghargaan, dan penjelasan
singkat tentang materi pelajaran
dilanjutkan pembentukan kelompok.
09.00 - 09.30 Diskusi kelompok dengan NHT
09.30 - 09.40 Menghafal bacaan sujud syukur dan
sujud tilawah pada teman satu
kelompok bergantian
09.40 – 09.45 Salah satu kelompok yang sudah hafal
maju ke depan kelas hafalan bacaan ke
2 sujud bersama-sama.
09.45 – 09.50 Pesan-pesan, pemberian PR (hafalan
bacaan sujud syukur dan sujud tilawah)
dan dilanjutkan penutup.

Pada siklus II pertemuan pertama ini Kegiatan Pembelajaran dilakukan


oleh dua orang guru peneliti yaitu Ibu Erni Andaryati, S.Ag. dan Ibu Etyk
Nurhayati, S.Pd.I. berbeda dengan pertemuan pada siklus I yang lalu Ibu Erni
Andaryati tidak dapat mengikuti Kegiatan Pembelajaran dikarenakan sedang
mengikuti diklat (PLPG) di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta sehingga hanya
dilakukan satu orang guru peneliti yaitu Ibu Etyk Nurhayati, S.Pd.I.
Pada awal pembelajaran seperti pada pertemuan siklus I, guru memberi
salam, menanyakan kabar siswa, memberikan motivasi belajar siswa ditambah
dengan yel-yel semangat belajar. Kemudian guru peneliti hanya mengingatkan
kembali pada siswa bahwa pembelajaran kali ini masih menggunakan metode
yang sama seperti pada pertemuan siklus I. Anak-anak mengangguk-anggukkan
kepala sebagai tanda bahwa mereka sudah pahan tentang model pembelajaran
yang akan digunakan oleh guru peneliti.
Pada menit ke 5 guru peneliti menanyakan pembelajaran mengenai sujud
syukur dan sujud tilawah yang telah disampaikan pada pertemuan I, ternyata
anak-anak sudah paham semua tentang apa pengertian dari sujud syukur dan sujud
tilawah, hukumnya, dalil yang menerangkan tentang kedua sujud tersebut. Mereka
62

menjawab serempak. Dilajutkan dngan pembahasan PR pada siklus I sekaligus


pengambilan nilai. Proses ini berjalan kurang lebih 15 menit.
Setelah selesai membahas PR pada pukul 08.55 pada kesempatan ini pula
guru peneliti sudah mempersiapkan hadiah untuk kelompok yang memperoleh
nilai tertinggi pada pelaksanaan diskusi siklus I karena saat itu sudah diumumkan
bagi kelompok yang nilainya paling tinggi akan diberikan hadiah atau
penghargaan sebagai penyemangat belajar. Setelah dikoreksi dan dibahas bersama
antara guru peneliti dengan siswa saat presentasi masing-masing kelompok
akhirnya dinyatakan sebagai kelompok yang nilainya paling tinggi diraih oleh
kelompok Bukhori, perwakilan untuk maju ke depan kelas untuk menerima
hadiah dengan diikuti tepuk tangan meriah dari seluruh siswa.

Gambar 4.11 Guru memberikan penghargaan pada Kelompok Siswa


Pada pukul 09.00 setiap siswa disuruh berkumpul sesuai dengan kelompok
pada siklus I, masing-masing kelompok menempati tempat duduk sesuai
kelompok yang telah ada nama kelompok yang ada di atas meja yang sudah
disiapkan oleh guru peneliti, begitu juga kerta bernomor yang digunakan pada
siklus satu dipakai lagi, ditempelkan pada lengan kanan pada masing-masing
siswa sesuai kelompoknya.
Pada menit ke empat puluh siswa menuju pada kelompok masing-masing
dimana guru telah meletakkan nama kelompok dengan kertas berwarna-warni
pada meja masing-masing kelompok pada kesempatan kali ini posisi tempat
duduk masing-masing kelompok dibuat beda dengan waktu diskusi pada siklus I,
yang tadinya disebelah selatan pindah ke utara, yang tadinya di sebelah barat
pindah ke sebelah timur begitu juga sebaliknya. Perpindahan seperti ini
dimaksudkan agar siswa tidak jenuh atau bosan. Kegiatan ini hanya memakan
waktu sekitar 5 menit, meskipun pada pertemuan siklus I yang lalu sudah
dibentuk kelompok 6, namun siswa masih agak lama juga menempatkan diri pada
63

kelompok semula, mereka masih sibuk menata kursi dan meja dibuat melingkar
sehingga memudahkan dalam komunikasi pada jalannya diskusi nantinya.
Baru pada menit ke empat puluh lima semua sudah siap ditempat
kelompoknya masing-masing. Guru peneliti membagikan LKS dan kertas besar
untuk menuliskan jawaban atau hasil diskusi yang nantinya akan ditempel di
depan kelas dan dipresentasikan. Pada kertas besar itulah yang merupakan
jawaban satu kelompok. Karena di dalam LKS ada 2 kelompok soal yaitu poin a
dan b, maka dalam menuliskan jawaban untuk poin b cukup dituliskan dalam
kertas biasa (buku sobekan) yang nantinya setelah selesai diskusi dikumpulkan
jawabannya bersama atau jadi satu dengan kertas besar.
Kegiatan diskusi dimulai, guru menginformasikan bahwa waktu diskusi
hanya 20 menit, sehingga waktu diskusi berakhir pukul 09.35 WIB. Pada kegiatan
ini siswa langsung berdiskusi dengan kelompoknya, mereka sudah tidak asing lagi
dengan cara belajar saat ini, karena pada siklus I sudah menerapkan strategi
seperti ini yaitu dengan model Number Heads Together ( NHT).
Guru peneliti membimbing jalannya diskusi, ada kelompok yang masih
bingung cara mengisikan jawaban di kertas besar yaitu kelompok Maliki, salah
satu dari mereka ada yang bertanya yaitu Bambang (Maliki I), Bu nulis bacaannya
satu apa dua? Guru menjawab “dua” kemudian para siswa sudah jelas dan sibuk
dengan membuka-buka buku pelajaran yang dibawa untuk mencari jawaban yang
sesuai dengan pertanyaaan di LKS.
Pada menit ke 55 ada siswa bernomor Bukhori I bertanya “Bu ayat-ayat
sajdahnya ditulis semua ya bu? Guru menjawab, “tidak mbak cukup nama surat
dan ayat 10 berapa yang di dalamnya terdapat ayat-ayat sajdah.” Para observer
pun sibuk mengamati aktivitas siswa pada saat diskusi. Karena pada saat diskusi
guru memantau jalannya diskusi maka kegiatan observasi difokuskan pada
aktifitas siswa. Berikut ini akan disajikan hasil observasi pada tiap-tiap kelompok.
Kelompok Syafi’I nampak sangat bersemangat ketika diskusi berlangsung,
ada 4 siswa yang mengemukakan pendapat pada waktu diskusi, yaitu Syafi’I-1,
Syafi’I – 3, Syafi’I – 4 dan Syafi’I – 5. Sedangkan pada saat mengalami kesulitan
Syafi’I-3 bertanyan pada Syafi’I –4 dan dijawab. Semua siswa serius mengerjakan
LKS. Kemudian Syafi’I – 1 bertanya pada guru “Bu nulis bacaannya boleh
mencari dibuku? Guru menjawab “boleh”. Kemudia Syafi’I-3, Syafi’I-4 dan
64

Syafi’I-5 bertanya lagi pada guru, pertanyaan mereka hampir bersamaan “Bu nulis
bacaan sujud syukurnya boleh hanya satu atau tidak ? Guru jawab “ Ooh ya
kedua-duanya mbak” . Kemudian Syafi’I-4 Bertanya lagi “Bu untuk soal b
jawabannya ditulis dimana?” Guru menjawab “pakai kertas sobekan saja, kalau
di kertas besar sudah tidak muat lagi” dan berakhir dengan mengumpulkan hasil
diskusi di meja guru.

Gambar 4.12. Kelompok Syafi’I mendiskusikan Lembar Kerja Siswa

Kelompok Maliki serius saat berdiskusi, ada 4 orang yang


mengemukakan pendapat yaitu, Maliki – 1, Maliki – 2, Maliki – 3 dan Maliki – 4.
Pada saat mengalami kesulitan Maliki – 1 bertanya pada Maliki – 2 dan dijawab.
Maliki – 3 juga bertanya pada teman yaitu Maliki – 1 yang sejak tadi masih
nampak bengong apa yang mau di tulis kemudian Maliki – 1 menjawab : “Kamu
mencari jawababn no 3 dulu”. Setelah guru mendekati kelompok tersebut
ternyata Maliki – 3 memang masih bingung cara mengisinya, mau membantu
nulis di kertas besar spidolnya cuma 1, kemudian guru meminjamkan spidolnya
untuk digunakan. Pada waktu diskusi berlangsung ada Maliki – 1, Maliki – 4
bertanya pada guru “bu tulisan arabnya kecil-kecil gimana bu?” Guru menjawab
“ya sebaiknya yang agak besar sedikit, tapi kalau sudah terlanjur yang nggak
apa-apa asal jelas dibaca”.Maliki – 3 dan Maliki – 4 sibuk mengerjakan LKS di
kertas kecil namun sudah didiskusikan dulu baru kemudian nanti dipindahkan
jawabannya di kertas besar yang sudah disiapkan oleh guru.

Gambar 4.13. Kelompok II nampak serius ketika berdiskusi

Pada siklus II pertemuan 2 ini tiap-tiap kelompok hanya diberi 2 buah


LKS, hal ini dimaksdukan agar memacu siswa untuk diskusi bukan mengerjakan
65

soal sendiri-sendiri, pengalaman pada siklus I yang lalu semua siswa diberi LKS
saat diskusi cenderung untuk mengerjakan soal sendiri-sendiri, namun kemudian
sudah diarahkan oleh guru peneliti, kalau nanti hasil jawabannya dalam satu
kelompok harus sama sehingga semua siswa satu kelompok harus
didiskusikannya untuk memperoleh jawaban yang sama.
Kelompok Hanafi sering melontarkan kata-kata yang lucu sehingga
membuat anggotanya bersemangat. Ada 4 siswa yang berani mengemukakan
pendapatnya yaitu Hanafi – 1, Hanafi – 3, Hanafi – 5 dan Hanafi – 6. Hanafi – 2
bertanya pada Hanafi – 5 dan langsung dijawab. Hanafi – 3 bertanya pada guru
“Bu nulis bacaan sujud syukurnya satu apa dua? Guru menjawab kedua-
duanya”. Hanafi – 5 juga bertanya pada guru “Bu no 3 diisi bunyi ayatnya atau
nama suratnya saja? Guru menjawab cukup nama surat dan ayatnya yang ke
berapa”. Disela-sela waktu diskusi Hanafi – 6 meminjam tip-ex pada kelompok
Syafi’i.

Gambar 4.14. Kelompok v sering bercanda ketika berdiskusi

Kelompok Hambali terdiri dari 6 orang yaitu, 2 siswa putra dan 4 siswa
putri. Kelompok ini juga sangat bersemangat dan serius dalam mengerjakan LKS,
ada 3 siswa yang mengemukakan pendapat yaitu Hambali – 1, Hambali – 2, dan
Hambali – 5. Semua mengerjakan LKS, salah satu dari mereka menuliskan
jawaban di lembar kertas besar. Hambali – 3 dan Hambali – 6 bertanya pada
temannya dan dijawb langsung oleh Hambali – 2 dan Hambali – 5. Hambali – 1
dan Hambali – 5 bertanya pada guru hampir bersamaan “Bu nulis bacaannya 1
atau 2?” Guru menjawab “dua”.

Gambar 4.15. Nampak Menjawab pertanyaan Hambali - 5


66

Kelompok Bukhori sangat serius mengerjakan Lembar Jawab Siswa.


Kelompok ini nampaknya sudah paham sekali materi hari ini, semua bersemangat
diskusi, ada diantara siswa yang mengemukakan pendapat yaitu Bukhori – 1
tentang cara menjawab dan menuliskan dalam Lembar Jawaban. Langsung
dengan cekatan salah satu dan anggota kelompok Bukhori ini mengambil spidol
dan menuliskan jawaban pada Lembar Jawaban (kertas besar) dari hasil diskusi
kelompok. Semua berembug untuk menentukan jawabannya. Bukhori – 1
bertanya pada guru “Bu soal no 3 jawabannya ditulis ayatnya apa tidak?” Guru
menjawab “Tidak nama surat dan nomor ayat aja sejumlah 15 ayat”. Dan
kelompok ini selesai pertama kali dan dikumpulkan I depan kelas (di meja guru).

Gambar 4.16
Kelompok Bukhori sangat serius saat mengerjakan Lembar Kerja Siswa

Kelompok Muslim terdiri dari 6 siswa, yaitu 2 siswa putra dan 4 siswa
putri. Semua siswa kelompok ini sangat antusias dalam berdiskusi. Ada satu orang
siswa yaiu : Muslim – 6 yang mengemukakan pendapat. Muslim – 3, Muslim – 4
dan Muslim – 6 bertanya pada teman langsung di jawab oleh Muslim – 3. Semua
siswa disibukkan dengan LKS dan mengerjakan dengan sungguh-sungguh .
mereka tidak mau selesai paling akhir seperti pertemuan I yang lalu sehingga
mereka semua bersemangat untuk selesai lebih cepat dibanding yang lalu.

Gambar 4.17
Kelompok Muslim tidak ingin ketinggalan dalam menyelesaikan LKS
67

Setelah 20 menit guru menyuruh siswa mengumpulkan jawaban ke depan,


tetapi ternyata para siswa belum selesai menuliskan jawaban di lembar jawaban,
sehingga para siswa berkata “belum bu… belum bu …,” akhirnya guru menambah
waktu 5 menit. Setelah 5 menit yaitu pukul 09.40 WIB kelompok Bukhori telah
selesi dan membawa hasil jawaban kelompoknya maju kedepan. Kemudian
disusul oleh kelompok Hambali pukul 09.41 WIB, kelompok Hanafi pukul 09.42
WIB, kelompok Muslim pukul 09.43 WIB , kelompok Maliki 09.44 WIB.
Setelah selesai semua guru menyuruh siswa untuk menghafal bacaan
sujud syukur dan sujud tilawah dalam kelompok masing-masing, berhadap-
hadapan menghafak bersama-sama. Setelah hafal semua satu kelompok maju
untuk hafalan bacaan sujud syukur dan sujud tilawh. Pada pukul 09.43 WIB
ternyata ada satu kelompok yang sudah hafal semua yaitu kelompok Bukhori dan
akhirnya semua anggota kelompok tersebut maju untuk hafalan bacaan kedua
sujud tersebut dan telah lancar semuanya.
Pada pertemuan siklus II ini hasil diskusi kelompok belum
ditempelkan didinding kelas, masing-masing kelompok juga belum disuruh
mempresentasikan di depan kelas. Setelah selesai diskusi semua siswa disuruh
menghafalkan bacaan sujud syukur dan sujud tilawah dalam posisi seperti waktu
diskusi kelompok. Pembahasan LKS juga belum dilaksanakan, karena kegiatan ini
akan dilaksanakan pada pertemuan ke 2 siklus II yang direncanakan pada tanggal
26 Agustus yang akan datang. Dilanjutkan Tes Siklus II dan pemberian PR.
Setelah ada satu kelompok maju ke depan untuk hafalan tadi waktu
hampir habis dan menyuruh siswa kembali ke tepat duduk masing-masing. Guru
berpesan pada siswa, memberikan Tugas PR yaitu hafalan sujud syukur dan sujud
tilawah untuk pertemuan berikutnya, semua harus hafal karena besok akan
praktek sujud syukur dan sujud tilawah. Bagi kelompok yang memperoleh skor
nilai tertinggi bu guru sudah menyiapkan hadiah yang lebih besar lagi dalam
pertemuan I siklus I. Bel telah berbunyi waktu menunjukkan pukul 09.50 WIB
akhirnya pelajaran diakhiri dan ditutup dengan bacaan Hamdalah dilanjutkan
salam penutup. Berikut ini adalah rangkuman hal-hal yang diamati oleh pengamat
pada siklus II pertemuan 1:
Tabel 4.10. Aktifitas siswa pada saat mendiskusikan LKS-2
68

Kegiatan Syafi Maliki Hanafi Hambali Bukhori Muslim Jml %


’i
Bersemangat 5 6 6 6 5 6 34 100
selama pem-
belajaran
Mengemuka- 4 4 4 3 1 1 17 50,00
kan pendapat
dalam
kelompok
Bertanya 1 2 1 2 - 3 9 26,48
pada teman
Menjawab 1 2 1 2 - 1 7 20,59
pertanyaan
teman
Mengerjakan 5 6 6 6 5 6 34 100
soal LKS
Bertanya 4 2 2 2 1 - 11 32,35
pada guru
Menjawab 3 - - - - - 3 8,82
per tanyaan
guru
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa persentase rata-rata siswa yang
aktif dalam diskusi kelompok adalah sebagai berikut : terdapat 34 siswa atau 100 %
siswa bersemangat selama pembelajaran berlangsung. Ketiga puluh empat siswa
tersebut adalah 5 siswa berasal dari kelompok Syafi’I, dan 5 siswa lagi dari kelompok
Bukhori, masing-masing 6 siswa berasal dari Kelompok Maliki, Kelompok Hanafi,
Kelompok Hambali dan Kelompok Muslim.
Sedangkan siswa yang mengemukakan pendapat dalam kelompok sebanyak 17
siswa atau sebesar 50%. Ketujuh belas siswa tersebutadalah masing 1 siswa dari
kelompok Bukhori dan Muslim, 3 siswa dari kelompok Hambali dan masing-masing 4
siswa dari Kelompok Syafi’I, Kelompok Maliki dan Kelompok Hanafi yang dapat
menjelaskan materi pada teman yang lain. Ternyata secara individu ada siswa yang
mampu menjelaskan materi pada temannya.
Siswa yang bertanya pada temannya satu kelompok sebayak 9 siswa atau
26,48%. Kedelapan siswa tersebut adalah masing-masing 1 siswa dari Kelompok
Syafi’i dan Kelompok Hanafi. Dan masing-masing 2 siswa berasal dari Kelompok
Maliki dan Kelompok Hambali, 3 siswa yang berasal dari Kelompok Muslim.
Sedangkan siswa yang menjawab pertanyaan teman sebanyak 7 siswa atau sebesar
69

20,59%. Ketujuh siswa tersebut berasal dari masing-masing 2 siswa berasal dari
Kelompok Maliki dan Kelompok hambali, masing-masing 1 siswa berasal dari
Kelompok Syafi’i, Kelompok Hanafi dan Kelompok Muslim. Sedangkan selama
diskusi seluruh siswa atau sebesar 100% siswa mengerjakan LKS, tidak ada siswa yang
tidak mengerjakan LKS.
Siswa yang bertanya pada guru pada saat diskusi sebanyak 11 siswa atau sebesar
32,35%. Kesebelas siswa tersebut berasal dari Kelompok Syafi’I sebanyak 4 siswa,
masing-masing 2 siswa berasal dari Kelompok Maliki, Kelompok Hanafi, dan 1 siswa
berasal dari Kelompok Bukhori. Sedangkan siswa yang menjawab pertanyaan guru ada
3 siswa yang semuanya berasal dari Kelompok Syafi’I atau sebanyak 8,82 %.
Sedangkan yang berkaitan dengan presentasi di depan kelas, mencatat materi
pelajaran dan pelaksanaan praktek, pada siklus II pertemuan I belum dapat
dilaksanakan mengingat waktu yang tidak memungkinkan sehingga guru hanya
menyuruh semua siswa menghafal bacaan sujud syukur dan sujud tilawah masih dalam
kelompok masing-masing, kemudian jika sudah hafal satu klompok bersama-sama
maju ke depan kelas. Secangkan pelaksanaan prestasi dari masing-masing kelompok
dan pelaksanaan praktek baru akan dilaksanakan pada pertemuan 2 siklus Ii.
Sedangkan yang berkaitan dengan siswa mencatat materi pembelajaran, kali ini tidak
dilaksanakan sehubungan dengan materi pembelajaran pada pertemuan 1 ini sifatnya
menghafal sehingga semua siswa tidak mencatat materi tetapi bersama-sama satu
kelompoknya menghafal bacaan sujud syukur dengan sujud tilawah.

c) Hasil catatan lapangan


Secara garis besar, hasil catatan lapangan pertemuan I pada siklus II adalah sebagai
berikut :
1) Pada kegiatan awal, guru mengucapkan salam kepada siswa menanyakan kabr
siswa, memotivasi siswa dengan yel-yel. “Belajar !! Siap !! dan menyampaikan
tujuan pembelajaran kepada siswa. Dan siswa sangat bersemangat mengikuti awal
pembelajaran. Dalam kesempatan ini pula guru peneliti mengajak kepada seluruh
siswa untuk membahas PR pada siklus I dengan dimulai dengan menukarkan buku
70

kepada teman, digeser ke kanan sampai hitungan ke 5. Setelah semua membawa


buku punya temannya pembahasan dimuali dengan membaca soal 1 oleh salah
seorang siswa dan dijawab kemudian dicocokan dengan dibimbing oleh guru
peneliti begitu seterusnya sampai soal nomor 5. Semua siswa nampak antusias
sekali dalam pembahasan PR siklus I ini, terbukti jika sudah selesai soal nomor 1,
siswa segera mengacungkan jari tangan ke atas pertanda ingin membaca
jawabannya.
Nilai masing-masing nomor 20 sehingga jika dijawab betul semua menjadi 20 x 5 =
100. Secara umum kegiatan awal pada pertemuan 1 siklus II ini sudah berjalan
dengan baik,. Pada kegiatan ini pula diberikan hadiah untuk kelompok yang
memperoleh skor tertinggi pada siklus I yaitu kelompok Bukhori.
2) Kegiatan inti, guru menjelaskan secara singkat materi pembelajaran. Kemudian
guru menyuruh kepada semua siswa membuat kelompok sama dengan kelompok
siklus I yang lalu, dilanjutkan pembagian kertas nomor, LKS, Lembar Jawab
kelompok dan spidol kepada tiap-tiap kelompok. Masing-masing kelompok hanya
diberikan 2 LKS, hal ini dimaksdukan agar siswa tidak menjawab sendiri-sendiri
kemudian siswa melaksanakan diskusi. Selama pembelajaran guru memantau
jalannya pembelajaran dengan cara berjalan berkeliling mengunjungi satu
kelompok ke kelompok lainnya dan ketika ada pertanyaan guru langsung
menjawab. Setelah diskusi selesai, guru menyuruh siswa menghafal bacaan sujud
syukur dan sujud tilawah. Kegiatan ini masih berlangsung secara kelompok.
Dalamkegiatan ini pula guru belum memberikan soal tes maupun PR secara tertulis,
PR bersifat hafalan di rumah tentang bacaan sujud syukur dan sujud tilawah. Soal
tes dan PR baru akan diberikan setelah selesai pertemuan 2 siklus II yang akan
datang.
3) Pada kegiatan akhir, memberikan kesempatan pada siswa dalam satu kelompok
yang sudah hafal semua bacaanm kedua sujud tersebut. Akhirnya kelompok
Bukhori maju untuk menghafalkan bersama-sama satu kelompok dan diberikan
penghargaan secara klasikal dengan bertepuk tangan. Tidak lupa guru memberikan
PR hafalan bacaan sujud syukur dan sujud tikawah, dan memberikan
71

pesan/motivasi siswa agar benar-benar dihafal karena pertemuan ke 2 besok akan


dipraktekkan di masjid. Selanjutnya, menutup pelajaran dengan mengucapkan
terima kasih kepada siswa dan ditutup dengan salam. Secara umum kegitan ini
sudah berjalan cukup baik.
4) Penghargaan kelompok
Penghargaan kelompok diberikan bagi kelompok yang memperoleh rata-rata skor
peningkatan individu tertinggi skor yang diperoleh oleh setiap anggota kelompok.
Penghargaan kelompok diberikan pada pertemuan 2 pada siklus II yang akan
datang. Hal ini dimaksudkan agar siswa menjadi lebih bersemangat pada
pembelajaran selanjutnya. Penghargaan kelompok berupa hadiah yang diberikan
kepada kelompok dengan rata-rata skor peningkatan individu tertinggi yang akan
diambil pada pertemuan ke 2.

B.3. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II Pertemuan 2


Siklus II pertemuan 2 ini dilaksanakan pada hari Rabu, 26 Agustus 2011.
Karena pelaksanaan siklus II pertemuan 2 ini sudah memasuki bulan ramadhan maka
jam pembelajaran berbeda dengan jam pembelajaran pada bulan diluar bulan
ramadhan. Jam pembelajaran pada pertemuan ini selama 2 jam pelajaran ini yaitu
jam 08.20 – 09.20 WIB. Kegiatan pada siklus II pertemuan 2 ini meliputi
perencanaan, pelaksanaan tindakan dan pengamatan serta observasi. Berikut ini
adalah pelaksanaan kegiatan siklus II pertemuan 2 secara terperinci:
a) Perencanaan Tindakan Siklus II Pertemuan 2
Persiapan yang dilakukan peneliti sebelum melakukan tindakan pada siklus II
pertemuan 2 yaitu:
1) Membuat Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran pada pertemuan ini telah
dibuat menjadi satu pada siklus II pertemuan 1 pada pertemuan minggu lalu,
sehingga pada pertemuan 2 ini tinggal melanjutkan pelaksanaan pertemuan 1.
2) Membuat persiapan sarana dan media pembelajaran yang akan digunakan,
yaitu kertas bernomor dan mind maping. Sarana yang digunakan berupa
kertas bernomor menggunakan kertas yang pernah digunakan pada siklus I
dan siklus II pertemuan 2. Sedangkan mind maping pada pertemuan ini telah
72

diisi oleh siswa pada pertemuan 1 sehingga pada pertemuan 2 ini siswa
tinggal presentasi.
3) Membuat pedoman observasi untuk siswa. Guru peneliti menyusun dan
menyiapkan lembar observasi mengenai keaktifan siswa berdasarkan aspek
keaktifan siswa yang menjadi aspek pengamatan ketika observasi kelas
berlangsung. Keaktifan siswa yang diamati tersebut meliputi : keaktifan siswa
saat menjelaskan materi pada temannya, keaktifan siswa bertanya pada teman,
menjawab pertanyaan teman, bertanya pada guru, menjawab pertanyaan guru,
mengerjakan LKS, dan mencatat/merangkum penjelasan materi diakhir
pertemuan.
4) Membuat tes prestasi belajar siklus II dan PR.
Lembar Kerja Siswa telah dibuat dan dikerjakan siswa pada pertemuan 1
sehingga pada pertemuan II siswa tidak berdiskusi membahas dan
mengerjakan LKS tetapi menyiapkan untuk presentasi.
5) Menyusun dan menyiapkan catatan lapangan. Guru peneliti menyusun dan
menyiapkan catatan lapangan untuk mengamati aktivitas guru dan siswa
selama proses pembelajaran di kelas. Catatan lapangan ini sangat penting
untuk mengetahui apa dan bagaimana siswa mengikuti proses pembelajaran di
kelas dengan menggunakan model pembelajaran dengan diskusi kelompok.

b) Pelaksanaan dan Observasi Tindakan Siklus II Pertemuan 2


Berikut ini jadwal dan deskripsi pelaksanaan dan pengamatan kegiatan
pembelajaran mata pelajaran ..... pada siklus II pertemuan 2 :
Tabel 4.11. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Siklus II Pertemuan 2
Pertem Hari, Waktu Kegiatan
uan Tanggal
1 Rabu, 08.20 – 08.30 Apersepsi, penjelasan
26 tentang metode yang
Agustus digunakan.
2011

08.30 – 09.00 Presentasi, tanya jawab dan


menyimpulkan materi
09.00 – 09.20 Tes Siklus II, pemberian PR
dan penutup

Pada siklus II pertemuan 2 ini salah satu guru tidak dapat mengikuti
73

kegiatan pembelajaran karena kembali mengikuti diklat serftifikasi di Universitas


Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, yaitu Ibu Erni Andaryati, S.Ag.
Sehingga kegiatan pembelajaran hanya dilakukan oelh Ibu Etyk Nurhayati, S.Pd.I
dengan dibantu 3 orang observer.
Pada awal pembelajaran guru membuka dengan mengucapkan salam,
menanyakan kabar siswa dan menyampaikan metode pembelajaran yang akan
dilaksanakan pada hari ini yaitu presentasi. Guru menginformasikan bahwa tiap-
tiap kelompok harus mempersiapkan diri dengan menunjuk salah satu wakilnya
untuk mempresentasikan hasil diskusi yang telah dilaksanakan pada pertemuan
sebelumnya (pertemuan siklus II pertemuan 2 pada tanggal 16 Agustus 2011).
Satu kelompok akan presentasi dengan menjawab soal yang ada di LKS.
Setelah menyampaikan metode pembelajaran yang akan digunakan guru
menaruh papan nama kelompok pada meja siswa secara acak dan menyuruh
siswa berkumpul dengan kelompoknya masing-masing. Anggota kelompok pada
siklus II pertemuan 2 ini sama dengan anggota kelompok pada pertemuan-
pertemuan sebelumnya. Yang berbeda pada pertemuan ini adalah siswa tidak
diminta duduk melingkar, tetapi berkelompok dengan menghadap kedepan.

Gambar 4.18. Siswa duduk berkelompok dengan menghadap kedepan

Selanjutnya guru membagikan kertas bernomor pada masing-masing


kelompok. Siswa langsung mengenakan kertas bernomor yang diberikan guru.
Setelah itu, guru membagikan kembali jawaban LKS yang telah dikerjakan pada
pertemuan 1 kepada masing-masing kelompok untuk dipresentasikan. Setelah
semua kelompok menerima kertas jawabannya dan tenang duduk dikelompoknya
masing-masing guru mengawali presentasi dengan menyuruh masing-masing
kelompok membacakan bacaan sujud syukur dengan cara menghafal. Diawali
dengan Kelompok Hambali, Kemudian kelompok Bukhori, Kelompok Syafi’i,
Kelompok Muslim, Kelompok Hanafi dan Kelompok Maliki. Kelompok yang
paling kompak dan paling benar bacaannya adalah kelompok Muslim. Untuk
74

bacaan sujud syukur semua siswa telah hafal. Kemudian melanjutkan menyuruh
masing-masing kelompok membacakan bacaan sujud tilawah.
Diawali dengan Kelompok Syafi’i, Kelompok Maliki, Kelompok,
Bukhori, Kelompok Hambali, Kelompok Hanafi dan Kelompok Muslim. Pada
saat membacakan bacaan sujud tilawah hampir semua siswa juga dapat
melafazdkan dengan benar bahkan hafal, hanya ada 2 siswa yang belum hafal
bacaan sujud tilawah yaitu Maliki – 3 dan Muslim – 6. Guru menekankan pada
siswa yang belum hafal untuk menghafalkan. Selanjutnya guru mulai memanggil
siswa untuk presentasi di depan kelas.
Pada kesempatan pertama guru memberi kesempatan pada kelompok
Maliki. Karena pertanyaan pertama adalah menuliskan bacaan sujud syukur,
maka guru menyuruh salah satu wakil kelompok Maliki untuk menuliskan bacaan
sujud syukur di papan tulis. Kelompok Maliki diwakili oleh Maliki – 1. Pada saat
yang sama guru memanggil wakil Kelompok Hambali untuk menuliskan bacaan
sujud tilawah di papan tulis. Kelompok Hambali diwaikili oleh Hambali – 1.
Setelah selesai menulis jawaban dipapan tulis, guru menyuruh kelompok lain
untuk mengoreksi tulisan Kelompok Maliki dan Kelompok Hambali. Ada
seorang siswa yang maju membetulkan tulisan bacaan sujud tilawah, yaitu Syafi’i
– 4. Setelah tidak ada permasalahan tentang tulisan bacaan sujud syukur dan
sujud tilawah guru memberikan penghargaan dengan tepuk tangan bagi kedua
kelompok yang telah menuliskan jawaban kedepan.

Gambar 4.19.
Maliki – 1 dan Hambali – 1 sedang menuliskan jawaban di papan tulis.

Berikutnya adalah menjawab pertanyaan kedua, yaitu syarat sujud syukur


dan syarat sujud tilawah. Untuk menjelaskan jawaban tentang syarat sujud syukur
dan sujud tulawah guru menunjuk Kelompok Syafi’i. Kelompok Syafi’i diwakili
oleh Syafi’i – 1. Syafi’i – 1 nampak masih agak gemetar saat mengucap salam
sehingga banyak teman lain yang senyum-senyum, tetapi setelah guru memberi
75

semangat Syafi’i – 1 mulai percaya diri dan mulai menjawab pertanyaan. Ketika
Syafi’i – 1 presentasi menjelaskan jawaban syarat sujud syukur, ada kelompok
lain yang menyalahkan jawabannya, yaitu Bukhori – 1. Menurut Bukhori – 1,
syarat sujud syukur tidak perlu suci dari hadas dan najis karena sujud syukur
dapat dilakukan dimana saja. Kemudian guru memberi penekanan bahwa apa
yang disampaikan Bukhori – 1 benar. Setelah guru selesai memberi penguatan,
Muslim – 1 bertanya “Apakah sujud syukur harus dilakukan dengan menghadap
kiblat atau tida k?”. Syafi’i – 1 tidak bisa menjawab, guru menawarkan pada
anggota Kelompok Syafi’i lainnya, Syafi’i – 2 mencoba membantu Syafi’i -1
“boleh menghadap kiblat maupun tidak”. Muslim – 1 pun mengangguk. Setelah
tidak ada pertanyaan, guru menyuruh melanjutkan untuk menjawab syarat sujud
tilawah. Syafi’i – 1 menjawab dengan lancar meskipun dengan membaca. Pada
saat menjelaskan syarat sujud tilawah tidak ada kelompok lain yang menambah
jawaban maupun menyalahkan jawaban Syafi’i. Guru pun membenarkan jawaban
Syafi’i. Setelah tidak ada lagi pertanyaan untuk soal nomor 2 Syafi’i – 1
mengucapkan salam dan mundur yang diikuti tepuk tangan teman-teman yang
lain.

Gambar 4.20. Syafi’i – 1 Presentasi Menjawab Pertanyaan LKS Nomor 2


Selanjutnya adalah presentasi untuk menjelaskan jawaban pertanyaan
nomor 3. Pertanyaan nomor 3 berbunyi, sebutkan ayat yang termasuk ayat-ayat
sajdah. Guru meminta perwakilan dari Kelompok Muslim untuk maju kedepan.
Kelompok Muslim diwakili oleh Muslim – 3. Muslim – 3 presentasi kedepan
menjawab pertanyaan nomor 3 dengan membaca hasil jawaban LKS karena tidak
hafal dengan ayat yang termasuk ayat-ayat sajdah. Jawaban Muslim – 3 benar.
Tetapi ada yang bertanya, yaitu Hanafi – 5. Hanafi – 5 menghendaki Muslim – 3
membacakan salah satu ayat sajdah. Kemudian Muslim – 3 membacakan salah
satu ayat sajdah, yaitu surat An-Nahl ayat 8. Setelah Muslim – 3 membacakan
ayat tersebut Hambali – 3 menyela meminta dibacakan sekaligus artinya. Tetapi
76

Muslim – 3 tidak dapat mengartikan karena memang tidak tahu artinya. Guru
menawarkan pada anggota Kelompok Muslim lainnya tetapi tidak ada yang bisa
membantu, kemudian guru menawarkan pada kelompok lain ternyata juga tidak
ada yang bisa menjawab. Akhirnya guru pun membantu mengartikan ayat
tersebut. Meskipun tidak dapat menjawab Muslim – 3 nampak sangat percaya diri
bahkan berani menebarkan pandangan keseluruh ruangan sambil sedikit
tersenyum seolah meniru gerakan seorang guru. Terakhir Muslim – 3
menawarkan “apakah masih ada pertanyaan?” Ternyata tidak ada pertanyaan.
Muslim – 3 pun menutup salam yang langsung dijawab seluruh kelas sambil
memberikan tepuk tangan.

Gambar 4.21
Muslim – 3 Menjawab Pertanyaan Nomor – 4 dengan Penuh Percaya Diri

Suasana sangat meriah ketika Muslim – 3 maju sampai kembali ke tempat


duduk. Gayanya yang percaya diri dan sedikit lucu membuat suasana kelas sangat
hidup. Guru pun melanjutkan ke pertanyaan berikutnya, yaitu pertanyaan poin b
nomor 1 tentang sebuah kasus. Guru menunjuk Kelompok Bukhori untuk
presentasi kedepan. Kelompok Bukhori di wakili oleh Bukhori – 1. Bukhori – 1
maju kedepan nampak sangat siap dan percaya diri, membuka salam dan
membacakan kasus poin b nomor 1 yang berbunyi “Khoirudin melakukan sholat
Isya’ berjamaah, pada saat itu imam membaca salah satu surat dalam Al Qur’an
yang terdapat ayat sajdahnya. Ia pun langsung melakukan sujud tilawah,
padahal imam tidak melakukannya. Bagaimanakah pendapat kalian terhadap
kasus tersebut ?”. Dengan suara tegas dan pandangan menyeluruh Bukhori – 1
menjawab “Sholat khoiruddin tidak sah”. Guru menawarkan pada kelompok lain
yang ingin bertanya. Muslim – 1 bertanya ”kenapa sholatnya tidak sah?” dengan
tegas tanpa berfikir panjang Bukhori – 1 menjawab ”karena gerakan khoiruddin
tidak mengikuti gerakan imam”. Kemudian Bukhori – 1 menawarkan “apakah
77

ada pertanyaan?” tidak satupun siswa mengacungkan jari. Kemudian guru


bertanya “Apakah ada jawaban yang berbeda?” kembali tidak ada satu siswa
pun yang mengacungkan jari, hal itu berarti semua kelompok setuju dengan
jawaban Kelompok Bukhori. Karena tidak ada pertanyaan guru memberi tepuk
tangan yang diikuti para siswa bersamaan dengan Bukhori – 1 menutup
presentasinya dengan mengucap salam.

Gambar 4.22. Bukhori – 1 Menjawab Pertanyaan Bagian b dengan Tegas


Pertanyaan terakhir jatuh pada Kelompok Hanafi sebagai kelompok yang
belum presentasi. Kelompok Hanafi diwakili oleh Hanafi – 3. Hanafi – 3
membacakan kasus yang ada pada poin b nomor 2 “Aminah adalah siswa kelas
IX ..... Ketika hasil ujian diumumkan dan dinyatakan lulus, ia langsung
melakukan sujud syukur di tempat pengumuman itu. Padahal lantai dan
pakaiannya tidak suci. Demikian juga ia belum berwudlu. Apakah sujudnya sah ?
Jelaskan !” Kemudian Hanafi – 3 langsung menjawab ”sujud yang dilakukan
Aminah sah, sebab sujud syukur dapat dilakukan dimana saja dan tidak
mensyaratkan tempat harus suci”. Guru menawarkan “apakah ada jawaban lain
?” ternyata semua siswa setuju dengan jawaban Hanafi – 3. Karena tidak ada
permasalahan dengan kasus poin b nomor 2 maka Hanafi – 3 langsung menutup
presentasi yang langsung dijawab siswa dan disertai tepuk tangan.

Gambar 4.23. Hanafi – 3 Presentasi dengan Berapi – api


78

Presentasi berakhir, guru memberi penguatan atas jawaban siswa yang


telah dibahas. Karena waktu hampir habis dan tidak ada pertanyaan maka guru
menyuruh siswa kemabli ke tempat duduk untuk bersiap mengerjakan tes siklus
II.

Gambar 4.24.
Guru Memberi Penguatan atas Jawaban Siswa di Akhir Pelajaran

Setelah semua siswa kembali ke tempat duduk guru membagikan soal tes
siklus II yang berbetuk pilihan ganda berjumlah 10 buitr soal. Guru
mengingatkan untuk menuliskan nama masing-masing pada lembar soal. Siswa
langsung bisa mengerjakan pada lembar soal. Pada saat mengerjakan soal siswa
nampak sangat tenang, mereka langsung mencermati soal masing-masing, tidak
ada siswa yang saling bertanya, mencontoh pekerjaan temannya maupun
mencontek di buku mata pelajaran ...... Ternyata siswa hanya membutuhkan
waktu 10 menit untuk mengerjakan soal tes siklus II ini. Setelah semua siswa
mengumpulkan lembar jawaban guru meminta masing-masing kelompok untuk
melepas nomor masing-masing dan dikumpulkan pada guru.
Setelah semua siswa kembali ketempat duduknya masing-masing, guru
menyampaikan tentang kegiatan yang akan dilakukan pada pertemuan yang akan
datang. Karena pada hari Rabu tanggal 2 September 2011 digunakan untuk ujian
mid semester maka pertemuan berikutnya akan dilaksanakan pada hari Rabu
tanggal 9 September 2011. Kegiatan yang akan datang adalah siswa
mempraktekkan sujud syukur dan sujud tilawah. Sedangkan tempat untuk
mempraktekkan sujud syukur di halaman sekolah. Sedangkan ketika
mempraktekkan sujud tilawah bertempat di masjid. Selanjutnya guru memberikan
79

Pekerjaan Rumah (PR). Karena bel istirahat sudah berbunyi guru menutup
pelajaran dengan mengucapkan terimakasih khususnya pada siswa yang telah
berani presentasi di depan kelas dan mengakhiri pembelajaran dengan bertepuk
tangan dan mengucap salam.
Berikut ini adalah rangkuman hal-hal yang diamati oleh pengamat pada
siklus II pertemuan 2 :
Tabel 4.12. Aktivitas Siswa Pada Saat Mendiskusikan LKS – 2
Kegiatan Syafi’i Maliki Hanafi Hambali Bukhori Muslim Jmlh %
Bersemangat
selama 5 6 6 6 5 6 34 100
pembelajaran
Bertanya pada
4 3 2 1 2 2 13 47,06
teman
Menjawab
3 1 2 1 2 2 9 26,47
pertanyaan teman
Bertanya pada
2 1 - - 2 1 6 17,65
guru
Presentasi di
1 1 1 1 1 1 6 17,65
depan kelas

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa persentase


rata-rata siswa yang aktif dalam diskusi kelompok adalah sebagai
berikut; terdapat 34 siswa atau 100% siswa bersemangat selama
pembelajaran berlangsung. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa semua siswa bersemangat mengikuti pembelajaran.
Selanjutnya karena pada siklus II pertemuan 2 ini adalah
membahas LKS yang telah didiskusikan pada siklus II pertemuan 1
maka ada beberapa aktivitas yang tidak dilakukan siswa, seperti
mengemukakan pendapat dalam kelompok, mengerjakan LKS, dan
melaksanakan praktek sholat. Sedangkan dalam hal mencatat materi
pelajaran karena waktu pada siklus II pertemuan 2 ini sangat terbatas
maka guru menyuruh siswa merangkum materi di rumah.
Siswa yang bertanya pada teman pada saat ada siswa
presentasi di depan kelas berjumlah 13 siswa atau sebesar 47,06%.
Ketiga belas siswa tersebut adalah seorang siswa berasal dari
kelompok Hambali, masing-masing 2 siswa berasal dari kelompok
Hanafi, Kelompok Bukhori dan Kelompok Muslim, 3 siswa berasal
80

dari kelompok Syafi’i dan 3 siswa berasal dari kelompok Maliki.


Sedangkan siswa yang menjawab pertanyaan teman sebanyak 9
siswa atau sebesar 26,47%. Kesembilan siswa tersebut berasal dari
kelompok Syafi’i sebanyak 3 siswa, masing-masing 1 siswa berasal
dari kelompok Maliki dan Kelompok Hanafi, masing – masing 2
siswa berasal dari kelompok Hanafi, Kelompok Bukhori dan
Kelompok Muslim.
Sedangkan siswa yang bertanya pada guru pada saat kegiatan
pembelajaran berlangsung sebanyak 6 siswa atau sebesar 17,65%,
keenam siswa itu masing-masing 1 siswa berasal dari kelompok
Maliki dan Kelompok Muslim, dan masing-masing 2 orang siswa
berasal dari kelompok Syafi’i dan Kelompok Bukhori. Dan yang
berkaitan dengan siswa presentasi di depan kelas terdapat 6 siswa
atau sebesar 17,65%, keenam siswa tersebut berasal dari perwakilan
masing-masing kelompok.
Sedangkan yang berkaitan dengan efikasi diri siswa pada
siklus II pertemuan 2 ini terlihat peningkatan efikasi diri selain
dalam hal siswa melakukan tanya jawab pada siswa maupun guru
juga dalam hal mengerjakan tes dan hasil tes. Dengan meningkatnya
kegiatan siswa dalam hal melakukan tanya jawab dengan teman dan
guru, serta dalam mengerjakan LKS maka dapat disimpulkan bahwa
metode NHT dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa.
Berdasarkan lembar observasi guru selama 2 pertemuan skor
yang diperoleh sebesar 75% dan termasuk dalam kriteria baik.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode NHT dapat
meningkatkan keterampilan mengajar guru.

c) Hasil catatan lapangan


Secara garis besar, hasil catatan lapangan pertemuan 1 adalah sebagai berikut :
(1) Pada kegiatan awal, guru mengucapkan salam kepada siswa, menanyakan
kabar siswa, memotivasi siswa dan menyampaikan metode pembelajaran
kepada siswa. Siswa sangat antusias dan bersemangat mengikuti awal
pembelajaran. Secara umum, kegiatan awal pada pertemuan 2 ini sudah
81

berjalan baik.
(2) Pada kegiatan inti, guru langsung membagikan kertas bernomor, menyuruh
siswa berkelompok tetapi menghadap kedepan dan membagikan jawaban
LKS yang telah dijawab pada pertemuan sebelumnya kepada masing-
masing kelompok. Kemudian guru memanggil satu demi satu perwakilan
kelompok untuk presentasi di depan kelas menjawab dan membahas
pertanyaan dalam LKS. Pada saat presentasi terjadi tanya jawab antar siswa.
Guru hanya sekedar memberi penguatan pada jawaban yang masih
diperdebatkan siswa. Setelah presentasi selesai, guru memberikan tes siklus
II.
(3) Pada kegiatan akhir, karena waktunya sangat terbatas guru menyuruh siswa
merangkum materi pelajaran di rumah. Kemudian guru menyampaikan
pembelajaran yang akan dilaksanakan pada pertemuan berikutnya yaitu
praktek sujud syukur dan sujud tilawah. Dilanjutkan dengan pemberian PR
dan mengucapkan terimakasih serta menutup pelajaran dengan mengucap
salam dan mengajak siswa bertepuk tangan. Secara umum kegiatan akhir ini
sudah berjalan baik. Berikut ini adalah perbandingan nilai tes siklus I dan
tes siklus II:
82

Tabel 4.13. Perbandingan Nilai Tes Siklus I dan Tes Siklus II


Resp Nama Tes Siklus I Tes Siklus II
1 AW 80 90
2 AC 80 90
3 BY 70 60
4 CB 70 70
5 CD 70 70
6 DK 80 100
7 DU 80 80
8 FT 80 90
9 IS 80 100
10 IJ 90 90
11 LA 80 90
12 MP 60 70
13 MR 80 90
14 MF 80 70
15 MH 70 90
16 MI 50 60
17 NS 70 80
18 NA 80 80
19 NV 80 100
20 NG 80 60
21 NR 90 70
22 NA 80 90
23 RS 80 80
24 RB 60 90
25 RW 70 80
26 SW 70 90
27 SR 80 90
28 TR 70 90
29 UK 80 70
30 WI 60 100
31 WA 70 90
32 WS 80 90
33 YA 60 30
34 YS 60 90
Rata-rata 74,12 81,74
Jumlah yang lulus KKM 28 30
Persentase yang lulus KKM 82,35% 88,23%
83

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa nilai rata-rata siswa


pada tes siklus I adalah 74,12 sedangkan tes siklus II naik menjadi 81,74.
Sedangkan jumlah siswa yang lulus KKM pada tes siklus I sebanyak 28
siswa dan pada siklus II meningkat menjadi 30 siswa, sehingga persentase
siswa yang lulus KKM pada saat tes siklus I sebesar 82,35% pada siklus II
naik menjadi 88,23%. Sehingga dapat dikatakan bahwa pembelajaran pada
siklus II ini dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

4) Penghargaan Kelompok
Penghargaan kelompok diberikan bagi kelompok yang memperoleh
rata-rata skor peningkatan individu tertinggi. Skor yang diperoleh kelompok
didapat dari skor peningkatan yang diperoleh oleh setiap anggota kelompok.
Data perolehan skor peningkatan individu siklus I dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.14. Skor Peningkatan Individu dalam Kelompok Pada Siklus II
Data Skor Peningkatan Individu
Kelompok – 20 – 10 0 10 20 30 40
Maliki 1 1 1 1 1 1 -
Hambali - - 1 4 1 - -
Muslim - - - 4 2 - -
Bukhori - 1 2 - 2 - -
Hanafi - - 1 4 1 - -
Syafi’i - 1 1 1 - 1 1

Perhitungan rata-rata skor peningkatan individu sebagai


penilaiann yang digunakan untuk menentukan penghargaan kelompok.
Adapun rata-rata skor peningkatan individu tiap kelompok dapat dilihat
pada tabel berikut:
84

Tabel 4.15.
Rata-rata Skor Peningkatan Individu dalam Kelompok Pada Siklus II
Nama Kelompok Rata - rata Skor Peringkat Kelompok
Peningkatan Kelompok
Maliki 23,3 5
Hambali 17,1 10
Muslim 25 13,33
Bukhori 26 6
Hanafi 20 10
Syafi’i 14 14

Penghargaan kelompok diberikan pada siklus II pertemuan


pertama setelah membahas PR. Hal ini dimaksudkan agar siswa menjadi
menjadi lebih bersemangat pada pembelajaran selanjutnya. Penghargaan
kelompok berupa hadiah yang diberikan kepada kelompok dengan rata-
rata skor peningkatan individu tertinggi, yaitu kelompok Syafi’i.

d). Refleksi
Refleksi pada siklus II ini dilaksanakan oleh Guru peneliti. Karena ada
dua pertemuan pada siklus II maka refleksi siklus II pertemuan 1 dilakukan oleh
Ibu Erni Andaryati, S. Ag dan refleksi siklus II pertemuan 2 dilakukan oleh Ibu
Etyk Nurhayati, S.Pd.I yang hasilnya digabung dan didiskusikan bersama.
Secara umum pelaksanaan pembelajaran Fiqh dengan menggunakan
model Pembelajaran Kooperatif/tipe Number Heads Together (NHT) pada siklus II
pertemuan I dan 2 berjalan lancar. Pada saat berdiskusi seluruh siswa membahas
LKS dengan bersama-sama, tidak melakukan sendiri-sendiri seperti pertemuan
siklus I yang lalu, karena dalam setiap kelompok hanya diberikan 2 LKS saja, ini
dimaksudkan agar siswa benar-benar lebih berdiskusi dalam membahas LKS.
tersebut. Nampaknya siswa sudah lebih berpengalaman dengan model
pembelajaran tipe Number Heads Together (NHT) semacam ini, merka sudah tidak
asing lagi karena pada pertemuan I yang lalu sudah diterapkan model seperti ini.
.
B.4. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus III
Siklus III ini dilaksanakan pada hari Rabu, 9 September 2011 pada pukul
85

07.30 – 09.10 atau 4 jam pelajaran pada jam bulan ramadhan. Hal ini dilakukan
karena minggu ini merupakan minggu terakhir pembelajaran sebelum libur idul fitri.
Jam pelajaran yang digunakan dalam kegiatan ini adalah jam pelajaran matematika
dan jam pelajaran mata pelajaran ...... Setelah mendapat persetujuan dari kepala
sekolah dan wakil kepala sekolah bagian kurikulum maka guru peneliti melakukan
kegiatan pada siklus III yang meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan dan
pengamatan serta observasi. Berikut ini adalah pelaksanaan kegiatan siklus IIII secara
terperinci:
a) Perencanaan Tindakan Siklus III
Persiapan yang dilakukan peneliti sebelum melakukan tindakan pada siklus III,
yaitu :
1) Membuat silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Guru peneliti membuat silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
tentang materi yang akan diajarkan dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Number Heads Together (NHT). Silabus dalam
penelitian ini dapat dilihat pada lampiran 1 halaman 118 dan Rencana
pembelajaran terdapat dalam lampiran 2 halaman 119.
2) Membuat persiapan sarana dan media pembelajaran yang akan digunakan,
yaitu kertas bernomor, skenario praktek sujud syukur dan sujud tilawah.
3) Membuat pedoman observasi siswa. Guru peneliti menyusun dan menyiapkan
lembar observasi mengenai keaktifan siswa berdasarkan aspek keaktifan
siswa yang menjadi aspek pengamatan ketika observasi kelas berlangsung.
Keaktifan siswa yang diamati tersebut meliputi : pelaksanaa praktek sujud
syukur dan sujud tilawah. Pedoman observasi siswa dapat dilihat pada
lampiran 6 halaman 142.
4) Menyusun pedoman wawancara untuk siswa.
5) Pembentukan kelompok.
6) Menyusun dan menyiapkan catatan lapangan. Guru peneliti menyusun dan
menyiapkan catatan lapangan untuk mengamati aktivitas guru dan siswa
selama proses pembelajaran di kelas. Catatan lapangan ini sangat penting
untuk mengetahui apa dan bagaimana siswa mengikuti proses pembelajaran di
kelas dengan menggunakan model pembelajaran dengan diskusi kelompok.
86

b) Pelaksanaan dan Observasi Tindakan Siklus III


Pada tahap ini guru melaksanakan tindakan sesuai dengan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun. Guru peneliti dibantu 4
orang pengamat melakukan pengamatan selama kegiatan pembelajaran
berlangsung. Pengamat merupakan mahasiswa dari Universitas Negeri
Yogyakarta yang sedang PPL di .... Negeri Kota .... Kota.
Berikut ini jadwal dan deskripsi pelaksanaan dan pengamatan kegiatan
pembelajaran mata pelajaran ..... pada siklus III dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Number Heads Together (NHT):
Tabel 4.16. Jadwal pelaksanaan kegiatan siklus III
Pertem Hari, Waktu Kegiatan
uan Tanggal
1 Rabu, 07.30 – 07.45 Apersepsi, penjelasan materi
9 September secara klasikal dan
2011 pembentukan kelompok.
07.45 – 08.45 Diskusi kelompok dan
praktek sujud syukur dan
sujud tilawah
08.45 – 09.00 Refleksi
09.00 – 09.10 Pos tes
09.00 – 09.10 Pengisian angket efikasi diri
dan penutup

Pada siklus III pembelajaran dilakukan oleh 2 guru peneliti, yaitu Ibu Erni
Andaryati, S.Ag dan Ibu Etyk Nurhayati, S.Pd.I. Guru yang membuka
pembelajaran adalah Ibu Etyk Nurhayati, S.Pd.I. Pada awal pembelajaran guru
peneliti melakukan apersepsi dengan menanyakan ibadah puasa yang dilakukan
dengan sedikit memotivasi bahwa berpuasa juga merupakan salah satu bentuk
rasa syukur kepada Alloh SWT. Guru peneliti bermaksud mengajak siswa
bersyukur pada Alloh bahwa pada tahun ini masih diberi kesempatan
menjalankan ibadah puasa karena banyak saudara-saudara kita yang telah pergi
mendahului kita sehingga tidak bisa menjalankan ibadah puasa. Setelah apersepsi
guru peneliti memberikan hadiah pada kelompok yang pada siklus II memperoleh
nilai rata-rata kenaikan tes tertinggi yang diraih oleh kelompok Syafi’i.
87

Gambar 4.25. Wakil dari Kelompok Syafi’i menerima hadiah dari Guru sebagai
kelompok yang memperoleh kenaikan nilai rata-rata tertinggi pada siklus II

Setelah membuka pelajaran dan memberikan hadiah guru peneliti


membagikan kertas bernomor dan nama kelompok pada masing-masing
kelompok. Selanjutnya guru peneliti menginformasikan bahwa pembelajaran
pada siklus III ini akan berlangsung dimasjid. Setelah siswa berkumpul di
serambi masjid sesuai dengan kelompoknya masing-masing maka kegiatan
selanjutnya adalah pemberian materi secara klasikal. Pemberian materi secara
klasikal diberikan oleh Ibu Erni Andaryati, S.Ag. Pada awal penyampaian materi
guru peneliti meminta masing-masing kelompok untuk membacakan bacaan
sujud syukur maupun sujud tilawah.

Gambar 4.26. Guru menerangkan materi secara klasikal di serambi masjid

Setelah semua siswa hafal dengan bacaan sujud syukur dan sujud tilawah
guru peneliti memberi skenario untuk mempraktekkan sujud syukr dan sujud
tilawah. Berikut ini adalah skenario untuk praktek sujud syukur dan sujud
tilawah:

Tabel 4.17. Skenario Sujud Syukur dan Sujud Tilawah


Kelompok Skenario Sujud Syukur Skenario Sujud Tilawah
Hanafi Lulus dalam UAN Mendengarkan bacaan ayat-
ayat sajdah diluar sholat
Muslim Pemenang lomba pencak Mendengar imam membaca
silat tingkat .... ayat-ayat sajdah didalam
sholat
Maliki Selamat dari gempa bumi Mendengarkan bacaan ayat-
ayat sajdah diluar sholat
88

Syafi’i Menerima panggilan kerja


Mendengar imam membaca
ayat-ayat sajdah didalam
sholat
Bukhori Menerima bea siswa Mendengar imam membaca
ayat-ayat sajdah didalam
sholat
Hambali Pemenag lomba Nasyid Mendengar imam membaca
tingkat .... ayat-ayat sajdah didalam
sholat

Sebelum pelaksanaan praktek sujud syukur dimulai guru menanyakan


kesiapan siswa. Ternyata ada seorang siswa yaitu Bukhori – 2 bertanya ”Bu
diberi contoh cara sujud syukur dan sujud tilawah” Guru menjawab ”Baik”
kemudian guru melakukan sujud syukur dan sujud tilawah.

Gambar 4.27. Guru memberikan contoh sujud syukur

Setelah guru memberi contoh sujud syukur dan sujud tilawah guru
menyuruh siswa untuk berdiskusi di kelompoknya masing-masing untuk
memahami skenario praktek sujud syukur dan sujud tilawah. Setelah 5 menit
ternyata para siswa telah siap mempraktekkan sujud syukur dan sujud tilawah.
Kegiatan praktek pertama adalah sujud syukur terlebih dahulu. Kelompok yang
pertama kali akan praktek sujud syukur adalah kelompok Hanafi. Skenario sujud
syukur kelompok Hanafi adalah lulus dalam UAN. Guru telah menempel nama-
nama kelompok Hanafi didinding. Kegiatan dimulai, anggota kelompok Hanafi
langsung berlarian menuju papan pengumuman. Setelah dinyatakan bahwa
mereka lulus, maka mereka langsung melakukan sujud syukur di tempat itu juga.

Gambar 4.28 Gambar 4.29


Anggota Kelompok Hanafi melihat Setelah dinyatakan lulus mereka
Pengumuman kelulusan UAN melakukan sujud syukur dan diakhiri
dengan salam
89

Setelah kelompok Hanafi selesai praktek dilanjutkan kelompok Muslim.


Skenario sujud syukur kelompok Muslim adalah Pemenang lomba pencak silat
tingkat ..... Kegiatan dimulai ketika guru mengangkat tangan Muslim – 3 yang
dinyatakan sebagai pemenang lomba. Setelah dinyatakan sebagai pemenang
Muslim – 3 beserta 2 suporternya melakukan sejud syukur

Gambar 4.30 Gambar 4.31


Guru mengangkat tangan Muslim – 3 Setelah dinyatakan sebagai juara Muslim
Sebagai pemenang lomba pencak silat – 3 langsung melakukan sujud syukur

Selanjutnya adalah kelompok Maliki. Skenario sujud syukur kelompok


Maliki adalah melakukan sujud syukur setelah selamat dari gempa bumi.
Kegiatan dimulai ketika guru membunyikan pengeras suara. Anggota kelompok
Maliki kebingungan berlari kesana kemari berusaha menyelamatkan diri, bahkan
ada yang sampai terjatuh karena kerasnya getaran gempa. Setelah gemap bumi
berakhir dan ternyata mereka selamat, mereka langsung melakukan sujud syukur
saat itu juga.

Gambar 4.32 Gambar 4.33


Anggota kelompok Maliki berhamburan Setelah selamat dari gempa bumi mereka
Saat terjadi gempa bumi langsung melakukan sujud syukur

Berikutnya adalah kelompok Syafi’i. Skenario sujud syukur kelompok


Syafi;i adalah melakukan sujud syukur karena mendapatkan panggilan kerja atas
prestasinya meskipun belum dinyatakan lulus dari madrasah. Kegiatan dimulai
ketika guru peneliti memberikan surat panggilan kerja kepada anggota kelompok
Syafi’i. Setelah dibuka dan mereka semua diterima bekerja mereka langsung
melakukan sujud syukur.
90

Gambar 4.34 Gambar 4.35


Anggota kelompok Syafi’i senang saat Setelah mengetahui diterima bekerja
Membaca pemberitahuan panggilan kerja mereka melakukan sujud syukur
Praktek sujud syukur kelompok selanjutnya adalah kelompok Bukhori.
Skenario sujud syukur untuk kelompok Bukhori adalah mereka menerima bea
siswa karena telah berprestasi dibidang akademik. Kegiatan dimulai ketika guru
peneliti memberikan buku berisi nama-nama penerima bea siswa prestasi dari
Depag. Setelah membaca banhwa nama mereka adalah penerima bea siswa
mereka langsung melakukan sujud syukur.

Gambar 4.36 Gambar 4.37


Guru memberikan buku pengumuman Setelah mengetahui akan menerima
Penerima bea siswa prestasi Depag bea siswa mereka sujud syukur

Terakhir adalah kelompok Hambali. Skenario sujud syukur untuk


kelompok Hambali adalah memenangkan lomba nasyid tingkat propinsi.
Kegiatan diawali dengan guru membacakan pemenang lomba nasyid tingka
propinsi. Guru ”pemenang lomba nasyid tahun ini di raih oleh . . . Group Nasyid
Hambali dari ....N Kota .... Kota . . .” Begitu mendengar nama kelompok mereka
disebut mereka langsung meluapkan kegembiraan mereka dengan melompat dan
berangkulan. Kemudian mereka langsung melakukan sujud syukur.

Gambar 4.38 Gambar 4.39


Kegembiraan kelompok Hambali Sebagai rasa syukur sebagai pemenang
ketika disebut sebagai pemenang lomba nasyid mereka melakukan
91

lomba nasyid tingkat propinsi sujud syukur.


Setelah semua kelompok selesai praktek sujud syukur guru merefleksi
pembelajaran dengan sedikit menambahkan materi. ”Seperti itulah kiranya
contoh aplikasi sujud syukur dalam kehidupan kita sehari-hari”. Kemudian guru
memanggil nama-nama siswa yang dalam pelaksanaan praktek sujud syukur tadi
belum fasih dalam melafadzkan bacaan sujud syukur, diantaranya adalah Maliki –
3 dan Hanafi – 6. Setelah dicek sebenarnya mereka telah hafal, hanya saja karena
terpaku pada skenario sehingga mereka agak lupa.
Kegiatan selanjutnya adalah mempraktekkan sujud tilawah. Sebelum
sujud tilawah dilakukan oleh masing-masing kelompok, guru menyuruh siswa
mempraktekkan secara bersama-sama sujud tilawah yang dipimpin oleh salah
seorang siswa. Guru menyuruh seorang siswa laki-laki (Maliki – 1 ) menjadi
imam dalam sholat subuh secara berjama’ah dimana pada rokaat pertama setelah
membaca surat al-fatihah siswa tersebut disuruh membaca surat al-alaq ayat 1 –
19. Setelah membaca surat al – alaq ayat kesembilan belas imam melakukan
sujud syukur dan diikuti oleh makmum. Kemudian setelah sujud tilawah imam
kembali berdiri dan melanjutkan sholat.

Gambar 4.40.
Seluruh siswa mempraktekkan sujud tilawah dengan imam Maliki – 1

Setelah praktek secara bersama-sama, guru menawarkan kelompok mana


yang siap mempraktekkan sujud tilawah. Hampir semua kelompok
mengacungkan jari sehingga guru memutuskan untuk memanggil satu persatu
kelompok untuk mempraktekkan sujud tilawah. Giliran kelompok pertama adalah
kelompok Bukhori. Kelima anggota kelompok Bukhori langsung maju kedepan.
Skenario untuk praktek sujud tilawah pada kelompok Bukhori adalah mendengar
imam membaca ayat-ayat sajdah didalam sholat. Kemudian salah satu anggota
kelompok Bukhori maju kedepan untuk menjadi imam, yaitu Bukhori – 2.
Bukhori – 2 membaca surat Al-A’raf ayat 206 yang dilanjutkan sujud tilawah
oleh imam dan diikuti makmumnya
92

Gambar 4.41
Kelompok Bukhori mempraktekkan sujud tilawah di dalam sholat
Kelompok berikutnya adalah kelompok Hambali. Sama seperti kelompok
Bukhori skenario sujud tilawah untuk kelompok Hambali adalah sujud tilawah
didalam sholat. Salah satu anggota kelompok Hambali, yaitu Hambali – 5 maju
ke depan bertindak menjadi imam. Hambali – 5 membaca surat Ar-Ra’d ayat 15
yang dilanjutkan sujud tilawah oleh imam dan diikuti makmumnya.

Gambar 4.42
Kelompok Hambali sedang praktek sujud tilawah di dalam sholat

Kelompok Maliki mendapat giliran berikutnya. Skenario untuk praktek


sujud tilawah kelompok Maliki adalah melakukan sujud tilawah diluar sholat,
yaitu 3 orang kelompok Maliki sedang tadarus. Surat yang dibaca adalah surat al
– Isra’ ayat 100 – 111. Ketika mendengar bacaan surat AL-Isra’ ayat 109 ketiga
anggota kelompok Maliki lainnya langsung melakukan sujud tilawah ditempat
tersebut seketika.

Gambar 4.43
Kelompok Maliki sedang mempraktekkan sujud tilawah

Skenario yang sama juga dilakukan oleh kelompok Hanafi. Tiga orang
anggota kelompok Hanafi sedang tadarus membaca surat An-Nahl ayat 41 – 50,
sedangkan 3 anggota lainnya ketika mendengar bacaan surat An-Nahl ayat 49
langsung melakukan sujud tilawah dan diakhiri dengan salam.

Gambar 4.44. Kelompok Hanafi sedang praktek sujud tilawah


93

Selanjutnya adalah kelompok Muslim. Kelompok Muslim


mempraktekkan sujud tilawah di dalam sholat. Muslim – 4 bertindak sebagai
imam. Sedangkan 5 anggota lainnya menjadi makmum dibelakang Muslim – 4.
Ketika membaca surat Al – alaq ayat terakhir, imam langsung melakukan sujud
tilawah dan diikuti oleh 5 orang makmum dibelakangnya. Setelah sujud tilawah
imam kembali berdiri dan melanjutkan sholat sampai salam.

Gambar 4.45. Kelompok Muslim sedang praktek sujud tilawah

Kelompok yang terakhir melakukan praktek sujud tilawah adalah


kelompok Syafi’i. Kelompok Syafi’i melakukan praktek sujud tilawah di dalam
sholat. Bertindak sebagai imam adalah Syafi’i – 5. Ketika imam membaca surat
As-Sajdah ayat 15, imam langsung melakukan sujud tilawah dan diikuti oleh
keempat makmum dibelakngnya. Selanjutnya imam berdiri lagi melanjutkan
sholat sampai selesai yang diikuti makmum.

Gambar 4.46
Syafi’i – 5 selaku imam hendak melakukan sujud tilawah setelah membaca ayat sajdah

Praktek sujud tilawah selesai. Guru memberikan refleksi terhadap


pelaksanaan praktek sujud tilawah. Semua siswa telah dapat melaksanakan
praktek sujud tilawah dengan baik. Bahkan semua siswa telah dapat melafdzkan
bacaan sujud tilawah dengan baik. Guru memberikan penghargaan pada semua
siswa dengan bertepuk tangan yang diikuti semua siswa.
Setelah praktek sujud syukur dan sujud tilawah, guru dan siswa kembali
ke kelas. Setelah dikelas guru menginformasikan kegiatan selanjutnya yaitu pos
tes dan pengisian angket efikasi diri. Guru langsung membagikan lembar pos tes,
seperti pada siklus sebelumnya, siswa nampak tenang dan serius mengerjakan
soal pos tes, baru 10 menit siswa sudah selesai mengerjakan pos tes. Kemudian
guru membagikan angket efikasi diri pada siswa, siswa mengerjakan dengan
seksama. Dalam mengerjakan angket ini pun siswa hanya membutuhkan waktu
10 menit. Setelah selesai mengerjakan soal pos tes dan angket efikasi diri guru
dan sebelum pembelajaran ditutup guru peneliti mengucapkan terimakasih
94

kepada semua siswa yang telah aktif selama pembelajaran dengan menggunakan
metode Number Heads Together (NHT). Sebelum menutup pembelajaran,
sebagai motivasi, guru memberikan penghargaan pada siswa yang paling aktif
selama pembelajaran berlangsung, yaitu Chika (Hambali – 1 ), Bambang (Maliki
– 1 ) dan Rifai (Muslim – 1 ). Selain itu guru juga memberikan penghargaan
kepada siswa yang memperoleh nilai tertinggi dalam dua siklus sebelumnya,
yaitu Ikasari (Bukhori – 3 ) dan Nuraeni (Hanafi – 3 ). Penghargaan yang
diberikan berupa buku tulis, para siswa memberikan tepuk tangan kepada siswa
yang memperoleh penghargaan dari guru. Selanjutnya guru berpamitan dan
mentup pembelajaran dengan salam yang dijawab serempak oleh siswa.

Gambar 4.47
Guru memberikan penghargaan kepada siswa yang aktif dan berprestasi

Berdasarkan lembar observasi guru diketahui bahwa dari 18 kegiatan yang


di observasi, guru melakukan 15 kegiatan. Sehingga skor yang diperoleh sebesar
83,33% dan termasuk dalam kriteria baik sekali. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa penggunaan metode NHT dapat meningkatkan keterampilan mengajar
guru.
c) Hasil catatan lapangan
Secara garis besar, hasil catatan lapangan pertemuan 1 adalah sebagai berikut :
(1) Pada kegiatan awal, guru mengucapkan salam kepada siswa, menanyakan
kabar siswa, memotivasi siswa dan menyampaikan tujuan pembelajaran
kepada siswa. Dan siswa sangat bersemangat mengikuti awal pembelajaran.
Secara umum, kegiatan awal pada pertemuan 1 ini sudah berjalan baik.
(2) Pada kegiatan inti, guru menjelaskan secara singkat materi pembelajaran.
Kemudian guru membagi siswa menjadi 6 kelompok dan menyuruh siswa
untuk menempatkan diri sesuai dengan anggota kelompoknya masing-
masing. Kegiatan dilanjutkan dengan guru menerangkan materi cara sujud
syukur dan sujud tilawah yang bertempat diserambi masjid. Setelah
menerangkan materi secara klasikal guru membagikan lembar skenario
untuk praktek sujud syukur dan sujud tilawah. Kemudian guru memberi
contoh sujud syukur. Setelah masing-masing kelompok melakukan sujud
95

syukur, guru merefleksi tentang praktek sujud syukur. Kegiatan dilanjutkan


dengan sujud tilawah. Sebelum masing-masing kelompok praktek sujud
tilawah terlebih dahulu guru menyuruh seluruh siswa untuk melakukan
sujud tilawah bersama-sama yang dipimpin oleh seorang siswa.
(3) Pada kegiatan akhir, memberikan penghargaan kepada siswa yang paling
aktif dan paling tinggi nilainya selama dua siklus sebelumnya. Kemudian
dilanjutkan dengan pos tes dan pengisian angket efikasi diri. Selanjutnya,
menutup pelajaran dengan mengucapkan terima kasih kepada siswa dan
berpamitan dengan tidak lupa menyampaikan bahwa pertemuan kali ini
merupakan pertemuan terakhir pembelajaran dengan menggunakan metode
NHT. Secara umum kegiatan akhir ini sudah berjalan cukup baik. Berikut
ini adalah perbandingan nilai tes siklus II dengan pos tes serta skor efikasi
diri siswa:

Tabel 4.18. Perbandingan Nilai Tes Siklus II, Pos Tes dan Efikasi Diri Siswa
Tes Efikasi diri Efikasi Diri
Resp Nama Siklus II Pos Tes awal Akhir
1 AW 90 100 52 68
2 AC 90 90 50 72
3 BY 60 100 60 71
4 CB 70 90 60 72
5 CD 70 100 62 72
6 DK 100 100 50 72
7 DU 80 100 60 72
8 FT 90 100 58 70
9 IS 100 100 61 72
10 IJ 90 100 66 72
11 LA 90 80 48 64
12 MP 70 100 60 72
13 MR 90 100 62 71
14 MF 70 100 51 72
96

15 MH 90 100 53 71
16 MI 60 100 59 72
17 NS 80 100 50 72
18 NA 80 90 52 70
19 NV 100 100 60 68
20 NG 60 90 64 70
21 NR 70 100 61 72
22 NA 90 100 60 72
23 RS 80 100 57 72
24 RB 90 100 63 72
25 RW 80 90 56 69
26 SW 90 100 53 68
27 SR 90 100 63 72
28 TR 90 90 56 72
29 UK 70 90 53 72
30 WI 100 100 54 67
31 WA 90 100 44 72
32 WS 90 100 56 72
33 YA 30 100 56 66
34 YS 90 100 52 72
Rata-rata 81,74 97,35 56,53 70,73529412
17 (diatas rata- 24 (diatas rata-
Jumlah yang lulus KKM 30 34 rata) rata)
Persentase yang lulus KKM 88,23% 100% 50,00% 70,59%

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa nilai rata-rata siswa pada


tes siklus II adalah 88,23% sedangkan pos tes naik menjadi 97,35.
Sedangkan jumlah siswa yang lulus KKM pada tes siklus II sebanyak 30
siswa sedangkan pada pos tes meningkat menjadi 34, atau seluruh siswa
lulus KKM sehingga persentase siswa yang lulus KKM pada saat tes siklus
II sebesar 88,23% pada pos tes sebesar 97,35%. Sehingga dapat dikatakan
bahwa metode Number Heads Together (NHT) dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa. Sedangkan berdasarkan aktivitas belajar siswa, berdasarkan
pengamatan semua siswa nampak bersemangat mengikuti pembelajaran dan
aktif melakukan tanya jawab khususnya dengan teman satu kelompoknya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa metode Number Heads Together (NHT)
dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Untuk efikasi diri siswa juga
mengalami peningkatan yang sangat signifikan, sehingga juga dapat
97

disimpulkan bahwa metode Number Heads Together (NHT) dapat


meningkatkan efikasi diri siswa. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa metode Number Heads Together (NHT) dapat meningkatkan efikasi
diri, aktivitas belajar dan prestasi belajar siswa.

4) Penghargaan Kelompok
Penghargaan kelompok diberikan bagi kelompok yang memperoleh
rata-rata skor peningkatan individu tertinggi. Skor yang diperoleh kelompok
didapat dari skor peningkatan yang diperoleh oleh setiap anggota kelompok.
Data perolehan skor peningkatan individu siklus I dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.19. Skor Peningkatan Individu dalam Kelompok Pada Siklus III
Data Skor Peningkatan Individu
Kelompok -10 0 10 20 30 40 70
Maliki - 2 1 1 1 1 -
Hambali - - 4 - 2 - -
Muslim - 1 3 1 - 1 -
Bukhori - 2 2 1 - - -
Hanafi - - 2 2 - - 1
Syafi’i - 1 3 - 1 - -

Perhitungan rata-rata skor peningkatan individu digunakan sebagai


penilaian yang digunakan untuk menentukan penghargaan kelompok.
Adapun rata-rata skor peningkatan individu tiap kelompok dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 4.20.
Rata-rata Skor Peningkatan Individu dalam Kelompok Pada Siklus III
Nama Kelompok Rata - rata Skor Peringkat Kelompok
Peningkatan Kelompok
Maliki 16,6 2
Hambali 16,6 2
Muslim 10 3
Bukhori 8 4
Hanafi 26 1
Syafi’i 10 3

Penghargaan kelompok diberikan pada hari rabu, 30 september


98

2011. Penghargaan kelompok berupa hadiah yang diberikan kepada


kelompok dengan rata-rata skor peningkatan individu tertinggi, yaitu
kelompok Hanafi.

d). Refleksi
Refleksi pada siklus III ini dilaksanakan bersama-sama oleh Guru
peneliti Ibu Erni Andaryati, S. Ag dan Ibu Etyk Nurhayati, S.Pd.I. Secara umum
pelaksanaan pembelajaran Mata pelajaran ..... dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Number Heads Together (NHT) pada siklus III
berjalan dengan lancar, siswa nampak sudah sangat paham dengan metode yang
digunakan. Siswa sangat aktif berdiskusi dengan temannya satu kelompok terutama
menjelang praktek ibadah untuk mengecek hafalan bacaan sujud syukur dan sujud
tilawah. Siswa juga nampak sangat percaya diri bahkan sampai berebutan saat
disuruh maju melakukan sujud syukur maupun sujud tilawah. Sedangkan dari
prestasi belajar siswa juga mengalami peningkatan yang sangat signifikan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran dengan menggunakan
metode Number Heads Together (NHT) dapat meningkatkan efikasi diri siswa,
aktivitas belajar dan prestasi belajar siswa. Karena tujuan dalam penelitian ini telah
tercapai yaitu dengan adanya peningkatan efikasi diri, aktivitas belajar dan prestasi
belajar maka guru peneliti menghentikan penelitian ini.

C. Pembahasan
1. Analisis Hasil Efikasi Diri

Berdasarkan penghitungan angket efikasi diri siswa sebelum pembelajaran


dengan menggunakan metode NHT diterapkan, guru peneliti berdiskusi tentang
rendahnya skor efikasi diri siswa. Rata - rata skor efikasi diri siswa sebelum
pembelajaran dengan menggunakan metode NHT sebesar 56,53. Artinya
keyakinan diri dan kemampuan siswa untuk dapat melakukan dan berhasil dalam
suatu tugas atau tindakan tertentu hanya sebesar 56,53%. Sedangkan siswa yang
mempunyai skor efikasi diri diatas rata – rata hanya sebanyak 17 siswa atau sebesar
50%. Berdasarkan data tersebut maka dalam pembelajaran dengan menggunakan
99

metode NHT diharapkan mampu meningkatkan efikasi diri siswa dalam pelajaran
mata pelajaran ......
Setelah dilaksanakannya pembelajaran dengan metode NHT pada siklus I,
Siklus II dan Siklus III, siswa kembali diberi angket efikasi diri. Ternyata pad akhir
siklus III berdasarkan data yang diperoleh terdapat peningkatan skor efikasi diri
siswa, dimana semula rata-rata skor efikasi diri siswa hanya sebesar 56,53 menjadi
70,73. Sedangkan jumlah siswa yang mempunyai skor efikasi diri diatas rata-rata
juga mengalami peningkatan dari 17 siswa menjadi 24 siswa atau menjadi sebesar
70,59%. Berikut ini adalah diagram perbandinga skor rata – rata efikasi diri siswa
sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan metode NHT.

70,73
80
56,53
70
60
50
40
30
20
10
0
Efikasi diri sebelum perlakuan Efikasi diri setelah perlakuan

Diagram 4.1.
Perbandingan rata – rata skor efikasi diri sebelum dan sesudah perlakuan

Sedangkan peningkatan persentase siswa yang mengalami peningkatan


efikasi diri juga dapat dilihat dalam diagram berikut ini:
100

80,00%
70,00% 70,59%

60,00%
50,00% 50,00%
40,00%
30,00%
20,00%
10,00%
0,00%
Efikasi diri sebelum perlakuan Efikasi diri setelah perlakuan

Diagram 4.2.
Persentase siswa yang mempunyai skor diatas rata-rata sebelum dan setelah perlakuan

. Untuk menguatkan hasil penelitian, data dalam penelitian ini juga


dilakukan uji statistik antara data efikasi diri sebelum perlakuan dan data efikasi
diri setelah perlakuan dengan menggunakan uji – t. Berdasarkan hasil uji – t
diperoleh t hitung sebesar 16,155 dan df = 33. Setelah dikonsultasikan dengan
tabel di peroleh harga t tabel sebesar 2 ,042. Karena t hitung lebih besar dari pada
t tabel maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan antara efikasi diri siswa
sebelum perlakuan dengan efikasi diri siswa setelah perlakuan. Perlakuan yang
dimaksud adalah pembelajaran dengan mennggunakan metode NHT. Karena harga
mean efikasi diri setelah perlakuan (70,74) lebih besar dari pada harga mean
sebelum perlakuan (56,53) maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan metode NHT dapat meningkatkan efikasi diri siswa. Berdasarkan
data – data tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
kooperatif dengan menggunakan metode Number Heads Together (NHT) dapat
meningkatkan efikasi diri siswa. Perhitungan selengkapnya terdapat pada lampiran
8 halaman 151. Sedangkan untuk mengetahui tinggi rendahnya efikasi diri siswa
dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.21. Kategori Efikasi Diri Siswa

Skor Kategori Jumlah Persentase


101

Diatas 71,73 Baik 21 61,76%


71,73 - 67,66 Sedang 9 26,48%
Dibawah 67,66 Kurang 4 11,76%
Jumlah
34 100%

Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa siswa yang berada dalam
kategori baik sebanyak 21 orang atau sebesar 61,76%, sedangkan yang berada
dalam kategori sedang sebanyak 9 orang atau sebesar 26,48% dan yang berada
dalam kategori kurang sebanyak 4 orang atau sebesar 11,76%. Dari hasil tersebut
dapat disimpulkan bahwa efikasi diri siswa setelah pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT berada dalam kategori
baik.
Hal demikian menunjukkan bahwa sumbangan yang signifikan dari
efikasi diri dikarenakan dengan adanya keyakinan akan kemampuan diri dalam
belajar yang disertai dengan keyakinan bahwa segala peristiwa dalam hidupnya,
ditentukan oleh usaha dan perilakunya sendiri. Hal tersebut pada gilirannya akan
mendorong individu untuk mengarahkan segala tenaga, usaha dan perilakunya,
untuk mencapai prestasi belajar yag diharapkan. Hal ini sesuai dengan pendapat
Bandura (Anita Zulkaida. 2007:3) yang mengatakan bahwa orang yang memiliki
efikasi diri yang tinggi, akan mengeluarkan usaha yang besar untuk mengatasi
hambatan dalam mencapai tujuannya.

2. Aktivitas Belajar Siswa


Berdasarkan hasil diskusi, diperoleh beberapa hal diantaranya adalah, pada
siklus I siswa belum terbiasa dengan model pembelajaran yang digunakan, bahkan
siswa masih kaget dengan metode yang digunakan meskipun mereka mengaku
senang dan dapat memotivasi mereka untuk belajar sebelumnya. Pada siklus II
siswa nampak mulai paham dan terbiasa dengan metode yang digunakan sehingga
banyak siswa yang sudah mulai berani melakukan tanya jawab dengan guru
maupun teman satu kelompoknya, bahkan ada siswa yang mulai berani
102

mengemukakan pendapatnya. Sedangkan peningkatan yang tajam terjadi pada


siklus III. Pada pertemuan ini siswa nampak sudah dapat belajar mandiri, mereka
banyak yang berdiskusi dengan temannya bahkan hampir tidak ada yang bertanya
pada guru karena telah paham dengan jawaban guru. Aktivitas siswa dalam tiga
siklus dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.22. Perbandingan Aktivitas Belajar Siswa

Kegiatan Siklus I Siklus II Siklus III


Bersemangat selama pembelajaran 94,12% 100% 100%
(Baik Sekali) (Baik Sekali) (Baik Sekali)
Mengemukakan pendapat dalam 44,12% 50% 88%
kelompok (Cukup) (Cukup) (Baik Sekali)
Bertanya pada teman 23,53% 36,77% 50%
(Kurang) (Kurang) (Cukup)
Menjawab pertanyaan teman 20,59% 23,53% 50%
(Kurang) (Kurang) (Cukup)
Mengerjakan soal dalam LKS 100% 100%
(Baik Sekali) (Baik Sekali) -
Bertanya pada guru 11,76%
(Kurang 25% 2%
Sekali) (Kurang) (Kurang Sekali)
Menjawab pertanyaan guru 29,41% 8,82%
(Kurang) (Kurang Sekali) -
Presentasi di depan kelas 17,65%
- (Kurang Sekali) -
Mencatat materi pelajaran 97,06%
(Baik Sekali) - -
Pelaksanaan praktek 100%
- - (Baik Sekali)

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa siswa sangat bersemangat


selama mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode NHT ini. Sedangkan
jumlah siswa yang berani mengemukakan pendapat dalam kelompok juga
mengalami peningkatan dari 44,12% pada siklus I meningkat menjadi 50% pada
siklus II dan meningkat lagi menjadi 88% pada siklus III. Sedangkan dalam hal
bertanya pada teman juga mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu dari
23,53% pada siklus I, menjadi 36,77% pada siklus II dan menjadi 50% pada siklus
III. Begitu pula dalam hal siswa menjawab pertanyaan teman saat diskusi
kelompok, dari 20,59% pada siklus I naik menjadi 23,53% pada siklus II dan naik
lagi menjadi 50% pada siklus III.
103

Sedangkan dalam hal siswa bertanya pada guru terjadi grafik yang naik
turun, jika pada siklus I siswa yang bertanya pada guru sebesar 11,76%, pada siklus
II naik menjadi 25% dan pada siklus III terjadi penurunan menjadi hanya 2%. Hal
ini disebabkan pada siklus III siswa lebih banyak bertanya pada teman satu
kelompoknya dari pada bertanya pada guru. Dan untuk menjawab pertanyaan guru
juga mengalami penurunan dari 29,41% pada siklus I turun menjadi 8,82% pada
siklus II dan bahkan pada siklus III tidak ada yang bertanya. Hal ini dikarenakan
pada dua siklus terakhir guru tidak banyak memberikan pertanyaan, bahkan pada
siklus III guru sama sekali tidak bertanya pada siswa. Untuk kegiatan presentasi di
depan kelas hanya terjadi pada siklus II yaitu sebesar 17,65%. Sedangkan untuk
merangkum materi pelajaran juga hanya terjadi pada siklus I yaitu sebesar 97,06%.
Pada siklus II guru tidak mengajak siswa untuk merangkum pelajaran tetapi
memberikan PR yang telah mencakup materi yang diajarkan pada pertemuan
tersebut, dan pada siklus III tidak ada kegiatan merangkum materi pelajaran karena
kegiatan pembelajaran untuk praktek sujud syukur dan sujud tilawah. Sehingga
pelaksanaan praktek ibadah hanya dilaksanakan pad siklus III dimana semua siswa
atau sebesar 100% siswa dapat mempraktekkan sujud syukur dan sujud tilawah.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif dengan
menggunakan metode Number Heads Together (NHT) dapat meningkatkan
aktivitas belajar siswa.
Hal demikian menunjukkan bahwa kualitas pembelajaran akan meningkat
jika para siswa peserta proses pembelajaran memperoleh kesempatan yang luas
untuk bertanya, berdiskusi, dan menggunakan secara aktif pengetahuan baru yang
diperoleh. Dengan cara ini, diketahui pula bahwa pengetahuan baru tersebut
cenderung untuk dapat dipahami dan dikuasai secara lebih baik. Hal ini sesuai
dengan pendapat McConnell et.al (2003:206) yaitu: The benefits of active learning
and inquiry-based teaching methods can be seen in improvements in student
attitudes about science. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa keuntungan
belajar aktif dan metode mengajar penemuan adalah dapat meningkatkan sikap
siswa tentang ilmu pengetahuan
104

3. Prestasi Belajar Siswa

Setelah pre tes, guru peneliti mengadakan diskusi karena siswa yang lulus
KKM hanya sebesar 55,88%. Berdasarkan hasil diskusi, diperoleh beberapa hal
diantaranya adalah, siswa belum mendapatkan materi tentang sujud syukur dan
sujud tilawah. Pada siklus I dapat dikatakan bahwa pembelajaran berhasil, karena
nilai rata-rata siswa meningkat dari pre tes yang hanya sebesar 63,53 menjadi 74,12
pada siklus I. Sedangkan pada siklus II naik menjadi 81,74 dan di akhir
pembelajaran meningkat menjadi 97,35. Berikut ini adalah data prestasi belajar
siswa dalam 3 siklus:
Tabel 4.23. Data Prestasi Belajar Siswa
KKM Nilai Pre Tes Nilai Siklus I Nilai Siklus II Pos Tes
Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %
< 70
15 44,12% 9 17,65% 4 11,77% 0 0%
 70
19 55,88% 24 82,35% 30 88,23% 38 100%
Jumlah
34 100% 34 100% 34 100% 34 100%

Berdasarkan tabel 17 diatas diketahui bahwa jumlah siswa yang lulus


KKM pada saat pre tes adalah 19 siswa atau sebesar 44,12%, pada siklus I menjadi
24 siswa atau sebesar 82,35%, sedangkan pada siklus II naik menjadi 30 siswa atau
sebesar 88,23% dan pada siklus III atau pos tes naik menjadi 34 siswa atau sebesar
100% dan pada saat diberi pos tes meningkat menjadi 29 siswa atau 87,89%.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode kooperatif tipe
Jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Bila digambarkan dalam bentuk
grafik, maka perbandingan prestasi belajar siswa dalam penelitian ini akan terlihat
sebagai berikut:
105

97,35
100
90 81,74
74,12
80
63,53
70
60
50
40
30
20
10
0
Pre Tes Tes Siklus I Tes Siklus II Pos Tes

Diagram 4.3. Grafik nilai rata-rata prestasi belajar siswa

Sedangkan peningkatan persentase ketuntasan belajar siswa dapat dilihat


pada grafik dibawah ini:

120,00%

100,00% 100%
88,23%
80,00% 82,35%

60,00% 55,88%

40,00%

20,00%

0,00%
Pre Tes Tes Siklus I Tes Siklus II Pos Tes

Diagram 4.4. Grafik Persentase Ketuntasan Siswa


. Untuk menguatkan hasil penelitian, data dalam penelitian ini juga
dilakukan uji statistik antara data prestasi belajar sebelum perlakuan dan data
prestasi belajar setelah perlakuan dengan menggunakan uji – t. Berdasarkan hasil
uji – t diperoleh t hitung sebesar 15,413 dan df = 33. Setelah dikonsultasikan
dengan tabel di peroleh harga t tabel sebesar 2 ,042. Karena t hitung lebih besar
dari pada t tabel maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan antara prestasi
belajar siswa sebelum perlakuan dengan prestasi belajar siswa setelah perlakuan.
Perlakuan yang dimaksud adalah pembelajaran dengan mennggunakan metode
NHT. Karena harga mean prestasi belajar setelah perlakuan (97,35) lebih besar dari
pada harga mean sebelum perlakuan (63,53) maka dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran dengan menggunakan metode NHT dapat meningkatkan prestasi
106

belajar siswa. Berdasarkan data – data tersebut diatas maka dapat disimpulkan
bahwa model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan metode Number
Heads Together (NHT) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Perhitungan
selengkapnya terdapat pada lampiran 8 halaman 152.
Ruseffendi (1991:9) mengemukakan bahwa sepuluh faktor yang
mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam belajar antara lain sebagai berikut: 1)
kecerdasan, 2) kesiapan belajar, 3) bakat, 4) kemauan belajar, 5) minat, 6) cara
penyajian materi pelajaran, 7) pribadi dan sikap pengajar, 8) suasana pengajaran, 9)
kompetensi pengajar, dan 10) kondisi masyarakat luas. Kesepuluh poin tersebut
menjelaskan bahwa cara penyajian materi pelajaran dan suasana pengajaran
merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sekaligus menjadi
penentu keberhasilan belajar siswa.
Selain analisis data diatas dalam penelitian ini juga ditambahkan analisis
tentang hubungan efikasi diri dengan prestasi belajar siswa dengan menggunakan
analisis korelasi Product Moment. Setelah dilakukan uji korelasi dengan
menggunakan korelasi Product Moment diperoleh besarnya koefisien korelasi
sebesar 0,052. Setelah dikonsultasikan dengan harga r tabel dengan N = 34 pada
taraf signifikansi 5% diperoleh r tabel sebesar 0,339. Karena harga r hitung lebih
kecil dari r tabel maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara efikasi
diri dengan prestasi belajar siswa. Atau dapat dikatakan siswa yang mempunyai
efikasi diri tinggi belum tentu prestasi belajarnya bagus, begitu pula sebaliknya
siswa yang prestasi belajarnya bagus belum tentu efikasi dirinya tinggi.
Perhitungan selengkapnya terdapat pada lampiran 8 halaman 153.
107

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas tentang upaya peningkatan efikasi
diri, aktivitas belajar dan prestasi belajar Mata pelajaran ..... siswa dengan
pembelajaran kooperatif tipe Number Heads Together (NHT) siswa kelas VIII E ....
Negeri Kota .... Kota yang dilaksanakan secara kolaborasi dapat disimpulkan bahwa :
1. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe Number Heads Together (NHT) dapat
meningkatkan efikasi diri siswa. Yaitu sebelum diberikan perlakuan rata-rata skor
efikasi diri siswa sebesar 56,53 pada akhir pembelajaran siklus ketiga meningkat
menjadi 70,73. Begitu pula jumlah siswa yang memperoleh skor diatas rata-rata
sebelum perlakuan sebanyak 17 siswa atau sebesar 50% setelah perlakuan
meningkat menjadi 24 siswa atau sebesar 70,59%.
2. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe Number Heads Together (NHT) dapat
meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam berbagai aspek, seperti mengemukakan
pendapat dalam kelompok, bertanya pada teman, menjawab pertanyaan teman dan
pelaksanaan praktek ibadah.
3. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe Number Heads Together (NHT) dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa. Nilai rata-rata siswa meningkat dari pre tes
yang hanya sebesar 63,53 menjadi 74,12 pada siklus I. Sedangkan pada siklus II
naik menjadi 81,74 dan di akhir pembelajaran meningkat menjadi 97,35. Hal itu
disertai pula dengan jumlah siswa yang lulus KKM yang telah ditetapkan sekolah
sebesar 70. Jumlah siswa yang lulus KKM pada saat pre tes adalah 19 siswa atau
sebesar 44,12%, pada siklus I menjadi 24 siswa atau sebesar 82,35%, sedangkan
pada siklus II naik menjadi 30 siswa atau sebesar 88,23% dan pada siklus III atau
pos tes naik menjadi 34 siswa atau sebesar 100%.

B. Saran
Berdasarkan hasil temuan diajukan beberapa saran sebagai berikut:
108

a. Penerapan model pembelajaraan kooperatif tipe Number Heads Together (NHT)


dalam pnelitian ini memiliki kendala, antara lain: a) ............., b) ...................., dan
c) .................... Karena itu peneliti menyarankan agar dalam guru menerapkan
model ini dilakukan sebagai berikut: .................
b. Berikan bimbingan yang optimal (konkrtinya apa), yang dapat diwujudkan dalam
bentuk pengawasan dan pendampingan, agar masalah-masalah yang timbul pada
saat pembelajaran kooperatif tipe NHT yang dilakukan oleh siswa dapat segera
diatasi.lam p

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai