Anda di halaman 1dari 5

1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Fisika adalah bagian dari sains (IPA) yang pada hakikatnya sebagai
kumpulan pengetahuan dapat berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, teori, dan
model yang biasa disebut produk, selain itu yang paling penting dalam IPA adalah
proses dalam pembelajaran. Selain memberikan bekal ilmu kepada siswa, mata
pelajaran fisika merupakan wahana untuk menumbuhkan kemampuan berpikir
dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari (Setyoriniet al,
2011).Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
fisika adalah bagian dari sains yang pada hakikatnya mencakup tiga hal yaitu
produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah.
Pelajaran fisika di sekolah cenderung tidak diminati siswa. Berdasarkan
hasil angket siswa di MAN Lumajang pada tahun ajaran 2015/2016 semester
genap, siswa yang tidak menyukai pelajaran fisika sebesar 15,6%, 68,8% siswa
kurang suka pelajaran fisika, dan 15,6% siswa menyukai fisika. Proses
pembelajaran berlangsung dengan guru menyampaikan materi dan siswa
mendengarkan dengan seksama. Selain itu, pada proses pembelajaran fisika, guru
jarang melakukan praktikum dikarenakan jumlah alat praktikum yang terbatas
untuk siswa satu kelas dengan jumlah besar, termasuk di MAN Lumajang.
Pelajaran fisika yang kurang diminati akan berdampak bagi hasil belajar
siswa. Wawancara dengan beberapa guru di sekolah, menyatakan bahwa hasil
belajar siswa cenderung lebih rendah daripada mata pelajaran sains biologi. Faktor
yang menyebabkan hasil belajar rendah yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor
internal yaitu dari diri siswa tersebut, yang berarti kemampuan siswa yang
berbeda dalam menerima pengetahuan. Faktor eksternal yang dapat mungkin
terjadi yaitu dari guru dan sekolah. Kemampuan guru dalam memberikan materi
merupakan hal yang harus diperhitungkan. Guru harus mampu membuat siswa
tertarik untuk belajar, sehingga siswa akan lebih mudah dalam menerima
2

pelajaran. Sekolah sebagai tempat untuk menimba ilmu harus mampu


menyediakan fasilitas yang memadai guna mendukung proses pembelajaran.
Sehingga output yang dihasilkan sesuai dengan harapan.
Guru sebagai pembimbing dalam proses pembelajaran harus mampu
membuat siswa tertarik belajar fisika, sehingga siswa akan lebih mudah untuk
belajar. Penguasaan konsep fisika harus dimiliki oleh seorang guru, namun guru
juga harus memperhatikan penguasaan kelas. Salah satu cara untuk dapat
menguasai kelas dengan menggunakan beberapa model pembelajaran yang dapat
meningkatkan motivasi dalam belajar yang berpengaruh pada hasil belajar siswa.
Model pembelajaran yang digunakan guru haruslah disesuaikan dengan materi
dan karakteristik siswa.
Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang dapat
menumbuhkan minat belajar dan aktivitas siswa. Pembelajaran kooperatif adalah
model pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk
bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan
belajar (Sugiyanto, 2010: 37). Cooperative learning menurut Slavin (2005: 4-8)
merujuk pada berbagai macam model pembelajaran di mana para siswa bekerja
sama dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari berbagai tingkat prestasi,
jenis kelamin, dan latar belakang etnik yang berbeda untuk saling membantu satu
sama lain dalam mempelajari materi pelajaran.
Salah satu model kooperatif yaitu model investigasi kelompok (group
investigation). Model group investigation merupakan pembelajaran yang
melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara
untuk mempelajarinya. Model pembelajaran ini menuntut siswa untuk memiliki
kemampuan yang baik dalam komunikasi maupun dalam keterampilan proses
kelompok (Wihatyane et al, 2012). Model investigasi kelompok (group
investigation) berorientasi konstruktivistik sehingga dapat digunakan untuk
mengatasi masalah pembelajaran fisika. Artinya, dalam pembelajaran ini kegiatan
aktif dengan pengetahuan dibangun sendiri oleh siswa dan mereka bertanggung
jawab atas hasil pembelajarannya. Menurut Isjoni dalam Suryadana et al. (2007)
menyatakan, konsep implementasi pembelajaran dengan model investigasi
3

kelompok (group investigation) adalah mengajar suatu konsep/materi pokok


dengan menerapkan tiga konsep utama, yaitu: (1) penemuan (inquiry); (2)
pengetahuan (knowledge), dan (3) dinamika belajar kelompok (the dynamics of
the learning group). Dengan menggunakan model pembelajaran group
investigation diharapkan motivasi belajar siswa meningkat yang berpengaruh pada
hasil belajar.
Selain penggunaan model yang variatif, penggunaan media sebagai
pendukung pembelajaran harus dilakukan secara maksimal sesuai dengan
kebutuhan mengingat kemajuan teknologi yang berkembang pesat saat ini.
Menurut Daryanto (2010:5), media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan
untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran) sehingga dapat merangsang
perhatian, minat pikiran, dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Djamarah dan Zein (2002:137), media
pendidikan sebagai salah satu sumber belajar ikut membantu guru memperkaya
wawasan siswa. Aneka ragam bentuk dan jenis media pendidikan dipergunakan
oleh guru menjadi sumber ilmu pengetahuan bagi siswa.
Salah satu media yang dapat digunakan adalah media virtual yang salah
satunya adalah laboratorium virtual. Salah satu dari laboratorium virtual yaitu
PhET. PhET (Physics Education Technology) merupakan gambar bergerak
(animasi), interaktif dan dibuat seperti layaknya permainan dimana siswa dapat
belajar dengan melakukan eksplorasi. simulasi PhET bersifat kontekstual seperti
yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari sampai ke hal-hal mikroskopis yang
tidak dapat dibayangkan atau tergambarkan secara nyata (Nuryadin, 2011).
Simulasi-simulasi tersebut menekankan korespondensi antara fenomena nyata dan
simulasi komputer kemudian menyajikannya dalam model-model konseptual fisis
yang mudah dimengerti oleh para siswa. Dengan adanya simulasi PhET,
membantu guru untuk melakukan praktikum yang tidak bisa dilakukan karena
jumlah alat praktikum yang terbatas di sekolah.
Model group investigation yang dipadukan dengan media virtual, yaitu
simulasi PhET mampu meningkatkan motivasi siswa yang berdampak pada hasil
belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa. Dengan bantuan media simulasi
4

PhET, memudahkan siswa untuk memahami dan menemukan konsep fisika.


Model group investigation dengan simulasi PhET dalam pembelajaran fisika
merupakan model pembelajaran dengn cara siswa melakukan kegiatan
pembelajaran melalui investigasi terhadap materi dengan cara melakukan
percobaan melalui simulasi PhET.
Proses pembelajaran fisika di sekolah masih cenderung teacher center
learning (pembelajaran yang berpusat pada guru). Hal ini mengakibatkan motivasi
belajar fisika siswa rendah yang berdampak pada hasil belajar dan kemampuan
siswa dalam berpikir masih relatif rendah karena siswa hanya mendengarkan apa
yang disampaikan oleh guru. Adapun alasan peneliti memilih di MAN Lumajang,
karena motivasi belajar siswa di MAN Lumajang cukup rendah yang berpengaruh
pada hasil belajar fisika yang rendah daripada mata pelajaran sains lainnya serta
pembelajaran fisika masih berpusat pada guru. Selain itu, dalam pembelajaran
fisika, guru di MAN Lumajang jarang melakukan praktikum karena keterbatasan
jumlah alat dengan siswa dalam kelas besar. Penggunaan model group
investigation yang disertai simulasi PhET di MAN Lumajang disesuaikan dengan
karakteristik materi dan siswa. Sehingga peneliti melakukan penelitian di kelas X
MAN Lumajang.
Berdasarkan uraian diatas, maka dalam proses pembelajaran perlu diuji
cobakan model group investigation dengan simulasi PHET. Oleh karena itu
diadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Model Kooperatif Tipe Group
Investigation dengan Simulasi PhET terhadap Hasil Belajar dan Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa pada Pembelajaran Fisika kelas X di MAN Lumajang”.

1.2 Rumusan masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang
dikemukakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah model kooperatif tipe group investigation dengan simulasi PHET
berpengaruh terhadap hasil belajar pada pembelajaran fisika kelas X di MAN
Lumajang?
5

2. Apakah model kooperatif tipe group investigation dengan simulasi PHET


berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis pada pembelajaran fisika
kelas X di MAN Lumajang?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh model kooperatif tipe group investigation
dengan simulasi PHET terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran fisika
kelas X di MANLumajang.
2. Untuk mengetahui pengaruh model kooperatif tipe group investigation
dengan simulasi PHET terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada
pembelajaran fisika kelas X di MAN Lumajang.

1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi peneliti, sebagai pengalaman untuk menambah pengetahuan yang telah
diperoleh di bangku perkuliahan dan mengembangkannya sebagai bekal
terjun ke dunia pendidikan.
2. Bagi peneliti lain, hasil ini dapat dijadikan wacana baru dalam memperluas
wawasan tentang disiplin ilmu yang ditekuni.
3. Bagi tenaga pendidik, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan
dalam menentukan model pembelajaran yang efektif yang dapat digunakan
untuk mengetahui masalah-masalah dalam pembelajaran khususnya
pembelajaran fisika.
4. Bagi sekolah, sebagai masukan pemikiran untuk memperbaiki kualitas
pembelajaran khususnya mata pelajaran fisika sehingga tujuan pembelajaran
dapat tercapai.

Anda mungkin juga menyukai