Anda di halaman 1dari 19

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MINAT BELAJAR SISWA

TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA

PROPOSAL TESIS

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat wajib pada mata kuliah
Metode Penelitian Pendidikan

Firman Basuki
20207270079

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ilmu kimia merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam


(IPA) (Rusmiani, dkk., 2013). Ilmu kimia mempelajari tentang susunan,
struktur, sifat-sifat dan perubahan materi, serta energi yang menyertainya
(Istijabatun, 2008). Kedudukan ilmu kimia begitu sangat penting bagi
masyarakat karena berada dalam kehidupan sehari-hari (Suhartini, 2015).
Ilmu kimia bersifat abstrak (Fitriana, dkk., 2010), sehingga sebagian
siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsepnya (Supardi, dkk.,
2010). Hal ini tentunya membuat sebagian siswa membuat penafsiran
sendiri yang terkadang penafsiran tersebut tidak sesuai dengan konsep
yang sebenarnya sehingga berdampak pada hasil belajar (Yunitasari, dkk.,
2013).
Kenyataan di lapangan mata pelajaran kimia masih dipandang sulit
dan membosankan bagi sebagian siswa, hal ini dapat dibuktikan dengan
banyaknya siswa yang tidak lulus ujian sekolah. Khususnya berdasarkan
hasil ujian nasional (UN) di tingkat SMA, mata pelajaran kimia
mendapatkan hasil di bawah rata- rata.
Di bawah ini disajikan data nilai rata-rata ujian nasional tingkat SMA
untuk mata pelajaran Kimia pada 4 tahun ajaran terakhir sebelum
ditiadakannya ujian nasional.

Tahun Nilai rata-rata


2015/2016 54,49
2016/2017 53,82
2017/2018 51,13
2018/2019 50,99
(Kemendikbud, 2021)

Berdasarkan data di atas, dapat dikatakan bahwa hasil belajar siswa


pada mata pelajaran kimia belum optimal. Hal itu dapat dilihat terjadinya

1
penurunan nilai rata-rata Ujian Nasional (UN) kimia tiap tahunnya. SMA
Al-Hadi bandung merupakan salah satu sekolah yang masih mendapatkan
nilai UN kimia dibawah rata-rata yaitu sebesar 40,25 (Kemendikbud,
2021).
Berdasarkan hasil observasi kepada salah satu guru kimia di sekolah
tersebut, salah satu faktor penyebabnya yaitu kurangnya buku bahan ajar
dan tidak adanya laboratorium. Percobaan dalam ilmu kimia dilakukan
pada saat kegiatan praktikum (Rusiani dan Lazulva, 201). Oleh karena itu
kegiatan di laboratorium merupakan sarana penting dalam ilmu kimia
(Kapak dan Yamak, 2016). Keterbatasan tersebut membuat siswa tidak
berperan aktif dan berakibat pada rendahnya minat belajar siswa terhadap
mata pelajaran kimia.
Sikap aktif mutlak sangat diperlukan dalam proses pembelajaran
(Widiasworo, 2017). Dimana aktivitas belajar tersebut dapat
mengembangkan kreativitas dalam berfikir untuk menguasai materi
pembelajaran sehingga hasil belajar dapat meningkat (Nuraini, 2018). Oleh
karena itu perlu adanya model pembelajaran yang tepat agar dapat
menumbuhkan sikap aktif siswa, salah satunya yaitu dengan model
pembelajaran “Learning Cycle 7E” (Sadia, 2014).
Model pembelajaran “Learning Cycle 7E” atau model kontekstual ini
dapat menumbuhkan rasa ingin tahu dan mengalami proses belajar
penemuan, sehingga konsep yang dipelajari menjadi lebih bermakna
(Sadia, 2014). Namun pada kenyataanya masih banyak guru sering
menggunakan model konvensional atau metode ceramah, hal ini membuat
siswa cenderung pasif dan merasa bosan sehingga minat belajar siswa
menurun (Chotimah, 2018).
Minat belajar sangat penting dalam proses pembelajaran, dimana hal
tersebut merupakan daya penggerak siswa untuk melakukan kegiatan
belajar (Santrock, 2012). Minat ini tumbuh karena adanya keinginan untuk
mengetahui dan memahami segala sesuatu (Iskandar, 2012). Dengan

2
adanya minat tersebut terdorong hasrat untuk mencapai prestasi atau hasil
belajar sebaik mungkin (Nashar, 2014).
Berdasarkan paparan di atas peneliti beranggapan perlunya dilakukan
suatu studi yang mengkaji faktor-faktor yang berdampak pada hasil belajar
kimia khususnya di SMA Al-Hadi kota bandung, oleh karena itu peneliti
bermaksud melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Model
Pembelajaran dan Minat Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar Kimia”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi


identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Keterbatasan fasilitas belajar
2. Model pembelajaran yang diterapkan belum maksimal
3. Minat belajar siswa yang masih kurang
4. Hasil belajar yang masih rendah

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka yang menjadi batasan


masalah penelitian ini adalah:
1. Model Pembelajaran yang diteliti adalah Model Pembelajaran
Learning Cycle 7E yang dibandingkan dengan model Konvensional
2. Minat belajar siswa yang bervariatif
3. Hasil belajar yang diteliti adalah hasil belajar kimia yang dipengaruhi
oleh model pembelajaran dan minat siswa
4. Materi kimia pada penelitian ini adalah kesetimbangan kimia

D. Rumusan Masalah
1. Apakah terdapat pengaruh model pembelajaran terhadap hasil belajar
kimia?

3
2. Apakah terdapat pengaruh minat belajar siswa terhadap hasil belajar
kimia?
3. Apakah terdapat pengaruh interaksi model pembelajaran dan minat
belajar siswa terhadap hasil belajar kimia?

E. Kegunaan Penelitian

1. Bagi peneliti, untuk menambah wawasan serta pengetahuan dalam


mempersiapkan diri sebagai calon pengajar
2. Bagi guru, dapat dijadikan sebagai referensi model pembelajaran yang
dapat diterapkan dalam mengajar
3. Bagi siswa, dapat meningkatkan hasil belajar
4. Bagi sekolah, memberikan informasi dalam rangka perbaikan
peningkatan mutu pembelajaran kimia di sekolah

4
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Kajian Teoritik

1. Model Pembelajaran

1.1. Pengertian Model Pembelajaran

Model Pembelajaran adalah cara mengajarkan suatu materi pelajaran


oleh seorang guru dengan tujuan tercapainya keseluruhan proses dan
situasi belajar (Oktaviyanthi, 2017). Seluruh rangkaian penyajian materi
ajar yang meliputi segala aspek pembelajaran serta segala fasilitas yang
terkait merupakan model pembalajaran (Istarani, 2011). Model
pembelajaran merupakan kerangka konseptual sebagai prosedur yang
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mecnapai
tujuan dalam semua aktivitas pembelajaran (Suyanto dan Asep, 2013).
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
merupakan suatu perangkat pembelajaran dan merupakan suatu
perencanaan pembelajaran demi tercapainya tujuan dari proses
pembelajaran.

1.2. Model Pembelajaran Learning Cycle 7E


Learning Cylce merupakan suatu model pembelajaran yang berpusat
pada siswa, dimana tahapannya dibuat sedemikian rupa guna menguasai
kompetensi yang harus dicapai (Fajaroh dan Dasna, 2010). Siswa akan
lebih aktif karena memiliki peranan dalam proses belajar, hal ini karena
model Learning Cylce menggunakan pendekatan teori konstruktivisme
(Nurmalasari, 2011), dimana rangkaian tahapan kegiatan yang diorganisasi
sedemikian rupa guna mencapai tujuan pada proses pembelajaran
(Kulsum, 2011).
Model Pembelajaran Learning Cylce terus mengalami perkembangan
yang semua terdiri dari 3 tahapan dan sekarang 7 tahapan atau yang sering

5
kita dengar yaitu Learning Cylce 7E. Menurut Dermidag (2011) tahapan-
tahapan Learning Cylce terdiri dari 7 tahapan, diantaranya:
1) Elicit (Mendatangkan pengetahuan awal)
2) Engagement (Mengikutsertakan)
3) Exploration (Menyelidiki)
4) Explanation (Menjelaskan)
5) Elaboration (Menerapkan)
6) Evalution (Menilai)
7) Extend (Memperluas)

1.3. Kelebihan Model Pembelajaran Learning Cycle 7E


Menurut Nurhayati (2012) model pembelajaran Learning Cylce 7E
memiliki kelebihan, diantaranya :
1. Model ini akan merangsang siswa untuk mengingat kembali materi
pelajarab sebelumnya
2. Konsep pembelajaran ditemukan oleh siswa melalui kegiatan
eksperimen
3. Siswa akan lebih aktif dan tumbuh rasa keingintahuan
4. Melatih siswa dalam menyampaikan konsep secara lisan
5. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berfikir, menemukan
dan menjelaskan konsep

1.4. Kelemahan Model Pembelajaran Learning Cycle 7E


menurut Fajaroh dan Dasna (2010) ada beberapa kelemahan model
Learning Cylce 7E yang harus diantisipasi, diantaranya :
1. Evektivitas guru rendah jika guru tidak menguasai materi serta
langkah-langkah pembelajarannya
2. Guru dituntut untuk kreatif dalam melaksanakan proses pembelajaran
3. Pengelolaan kelas harus terencana dan terorganisasi agar tahapan
Learning Cylce 7E tercapai

6
4. Diperlukan waktu dan tenaga yang banyak untuk menyusun rencana
pelaksanaan proses pembelajaran

2. Minat Belajar
2.1. Pengertian Minat Belajar
Minat merupakan salah satu aspek psikis yang dapat mendorong
individu untuk berkecenderungan memiliki rasa senang tanpa ada paksaan
sehingga menyebabkan perubahan pengetahuan, keterampilan dan tngkah
laku (Prihatini, 2017). Peranan minat beajar sangat penting dalam proses
perkembangan belajar siswa (Slameto, 2010), dimana siswa yang menaruh
minat belajar yang tinggi akan termotivasi berusaha lebih keras
dibandingkan dengan siswa lainnya (Chotimah, 2018).
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa
mengembangkan minat belajar merupakan sangat penting. Oleh karena itu
pentingnya dorongan dengan memperhatikan segala aspek penting yang
berkaitan dengan hal tersebut

2.2. Indikator Minat Belajar


Slameto (2010) berpendapat bahwa siswa yang memiliki minat belajar
memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Siswa cenderung memperhatikan dan mempelajari secara terus-
menerus
b. Timbul rasa suka dan perasaan senang
c. Memiliki rasa kebanggan dan kepuasan pada sesuatu yang diminati
d. Lebih menyukai suatu hal dibanding yang lain

2.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Minat Belajar


Menurut Barokah (2011) terdapat beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi minat belajar siswa, diantaranya :
a. Motivasi
Minat siswa akan semakin naik apabila memiliki motivasi tersendiri

7
b. Belajar
Minat akan timbul dari sesuatu yang diketahu dan siswa dapat
mengetahui sesuatu dengan belajar
c. Bahan pelajaran dan sikap guru
Bahan pelajaran yang baik akan menarik perhatian siswa, tentunya
didorong sikap yang baik dari gurunya
d. Keluarga
Perkembangan minat siswa diperlukan dukungan perhatian dan
bimbingan dari keluarga khususnya orang tuak
e. Lingkungan
Tidak dapat dipungkiri lingkungan akan mempengaruhi pertumbuhan
anak, dengan siapa bergaul, bagaimana kondisi masyarakat disekitar,
dan sebagainya.
3. Hasil Belajar
3.1. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan realisasi tercapainya tujuan pendidikan,
sehingga hasil belajar yang diukur sangat tergantung kepada tujuan
pendidikan (Purwanto, 2010). Kemampuan-kemampuan yang dimiliki
siswa setelah menerima pembelajaran dapat dikatakan sebagai hasil belajar
(Sudjana, 2011). Guru, siswa, bahan ajar dan lingkungan belajar saling
berinteraksi satu sama lain untuk mencapai satu tujuan pembalajarn, tujuan
tersebut merupakan hasil belajar (Chotimah, 2018).

3.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar


Menurut Slameto (2010) terdapat beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi hasil belajar, diantaranya :
1. Faktor internal
a. Faktor jasmani, kondisi fisik siswa dapat mempengaruhi dalam
proses pembelajaran
b. Faktor psikologis terdiri dari intelegensi, perhatian, minat, bakat,
kematangan dan kesiapan

8
2. Faktor eksternal
a. Faktor keluarga terdiri dari didikan orang tua, selasi antar keluarga,
suasana rumah, ekonomi keluarga dan latar belakang kebudayaan
b. Faktor sekolah terdiri dari metode mengajar, kurikulum, bahan ajar,
sarana dan pra sarana sekolah.
c. Faktor masyarakat terdiri dari kondisi pergaulan, media sosial,
kondisi lingkungan sekitar

B. Penelitian Relavan
Penelitian Prihatini (2017) yaitu tentang pengaruh metode dan minat
belajar terhadap hasil belajar IPA. Hasil penelitian menunjukan bahwa
kedua faktor independen berpengaruh terhadap hasil belajar. Hal itu dilihat
dari nilai rata-rata-rata belajar kelompok bernilai diatas 70.
Pada penelitian Chotimah (2018) yaitu tentang pengaruh metode dan
minat belajar terhadap hasil belajar Matematika. Hasil penelitian
menunjukan bahwa kedua faktor independen berpengaruh terhadap hasil
belajar matematika.
Penelitian Widoratih, dkk (2011) yaitu tentang pengaruh model
Learning Cycle 7E terhadap hasil belajar kimia pada materi larutan
elektrolit dan non elektrolit. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat
pengaruh sebesar 33,65% terhadap hasil belajar.
Pada penelitian Yani (2017) yaitu tentang pengaruh model Learning
Cycle 7E terhadap hasil belajar akuntansi. Hasil penelitian menunjukan
bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran, hal itu dilihat dari rata-rata
nilai pre test 67,82 dan post test 84,51, artinya terdapat kenaikan hasil
belajar.
Penelitian Ulya (2012) yaitu tentang pengaruh minat dan motivasi
belajar terhadap hasil belajar matematika. Hasil peneltian menunjukan
bahwa terdapat pengaruh minat belajar dan motivasi yang dapat dilihat
dari nilai rata-rata ulangan berniali 76-85.

9
Berdasaran data penelitian di atas masih belum terdapat penelitian
tentang pengaruh Model pembelajaran dan Minat Belajar terhadap hasil
belajar Kimia secara langsung khususnya pada materi kesetimbangan
kimia.

C. Kerangka Berfikir
Peneliti melakukan analisis mengenai nilai rata-rata ujian nasional
tingkat SMA untuk mata pelajaran Kimia pada 4 tahun ajaran terakhir
sebelum ditiadakannya ujian nasional, hasilnya sebagai berikut :
Tahun Nilai rata-rata
2015/2016 54,49
2016/2017 53,82
2017/2018 51,13
2018/2019 50,99
(Kemendikbud, 2021)

Berdasarkan data di atas, dapat dikatakan bahwa hasil belajar siswa


pada mata pelajaran kimia belum optimal. Hal itu dapat dilihat terjadinya
penurunan nilai rata-rata Ujian Nasional (UN) kimia tiap tahunnya. SMA
Al-Hadi bandung merupakan salah satu sekolah yang masih mendapatkan
nilai UN kimia dibawah rata-rata yaitu sebesar 40,25 (Kemendikbud,
2021).
Berdasarkan hasil observasi kepada salah satu guru kimia di sekolah
tersebut, salah satu faktor penyebabnya yaitu kurangnya buku bahan ajar
dan tidak adanya laboratorium. Keterbatasan tersebut membuat siswa tidak
berperan aktif dan berakibat pada rendahnya minat belajar siswa terhadap
mata pelajaran kimia.
Sikap aktif mutlak sangat diperlukan dalam proses pembelajaran.
Dimana aktivitas belajar tersebut dapat mengembangkan kreativitas dalam
berfikir untuk menguasai materi pembelajaran sehingga hasil belajar dapat
meningkat. Oleh karena itu perlu adanya model pembelajaran yang tepat
agar dapat menumbuhkan sikap aktif siswa, salah satunya yaitu dengan
model pembelajaran “Learning Cycle 7E”.

10
Adapun kerangka berfikir secara ringkas dapat dilihat pada gambar 2.1

11
PERMASALAHAN DI SEKOLAH
1. Masih kecilnya rata-rata nilai UNBK
2. Kurangnya buku bahan ajar
3. Tidak adanya laboratorium
4. Model pembelajaran konvensional

RUMUSAN MASALAH
1. Apakah terdapat pengaruh model pembelajaran terhadap hasil belajar kimia?
2. Apakah terdapat pengaruh minat belajar siswa terhadap hasil belajar kimia?
3. Apakah terdapat pengaruh interaksi model pembelajaran dan minat belajar
siswa terhadap hasil belajar kimia?

MODEL PEMBELAJARAN MINAT BELAJAR HASIL BELAJAR


1. Model Learning Cycle 7E 1. Minat Belajar Tinggi Pencapaian Kompetensi
2. Model pembelajaran 2. Minat Belajar Rendah : Kognitif, Afektif, dan
Konvensional Psikomotor

HASIL YANG DIHARAPKAN


1. Terdapat pengaruh yang signifikan model pembelajaran
terhadap hasil belajar kimia
2. Terdapat pengaruh yang signifikan minat belajar siswa
terhadap hasil belajar kimia
3. Terdapat pengaruh interaksi model pembelajaran dan
minat belajar siswa terhadap hasil belajar kimia

11
D. Hipotesis Penelitian
1. Terdapat pengaruh yang signifikan model pembelajaran terhadap hasil
belajar kimia
2. Terdapat pengaruh yang signifikan minat belajar siswa terhadap hasil
belajar kimia
3. Terdapat pengaruh interaksi model pembelajaran dan minat belajar
siswa terhadap hasil belajar kimia

12
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:


4. Pengaruh model pembelajaran terhadap hasil belajar kimia?
5. Pengaruh minat belajar siswa terhadap hasil belajar kimia?
6. Pengaruh interaksi model pembelajaran dan minat belajar siswa
terhadap hasil belajar kimia?

B. Tempat dan Waktu Penelitian


Tempat peneliti melakukan penelitian tentang pengaruh model
pembelajaran dan minat belajar siswa terhadap hasil belajar kimia pada
siswa tingkat SLTA di Bandung yaitu SMA Al-Hadi, SMA Pelita
Nusantara, dan SMA Mekar Arum. Penelitian ini dilaksanakan selama 4
bulan yaitu bulan Februari-Mei 2022.

C. Metode dan Variabel Penelitian


Metode penelitian yang dipilih yaitu penelitian eksperimen anova 2
× 2 artinya diberikan 2 perlakuan yang berbeda dan survey. Dimana
variabel (A) adalah model pembelajaran yang terdiri dari model
pembelajaran learning cycle 7E (A1) dan model pembelajaran
konvensional (A2) dan variable minat belajar (B) yang dikelompokan
dalam minat belajar tinggi (B1) dan minat belajar rendah (B2). Uji
normalitas dan homogenitas dilakukan untuk mengetahui data persyaratan
analisis tersebut layak atau tidak. Jika data dinyatakan layak maka
dilanjutkan dengan pengujian hipoteies menggunakan anava 2 × 2. Desain
penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.1.

13
Tabel 3.1 Desain Faktorial Penelitian
Minat belajar Model Pembelajaran (A)
(B) Learning Cycle (A1) Konvensional (A2)
Tinggi (B1) A1B1 A2B1
Rendah (B2) A1B2 A2B2

D. Populasi dan Sampel Penelitian


Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi tingkat SLTA kelas
XI di Bandung. Adapun sampel yang digunakan dalam penelitian diambil
berdasarkan data yang dapat mewakili populasi secara keseluruhan dengan
cara random sampling.

E. Teknik Pengumpulan Data


Adapun teknik pengumpulan data pada penelitian ini dapat dilihat pada
Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Teknik Pengumpulan Data
No. Sumber Jenis data Instrumen Teknik pengumpulan data
data yang
digunakan
1 Siswa Minat belajar angket Mengolah hasil angket
siswa minat belajar siswa
2 Sekolah Model Observasi Melakukan observasi
pembalajaran sekolah yang masih
menggunakan model
pembelajaran konvensional
dan sekolah yang minim
sarana praktikum
3 Siswa Hasil belajar Tes pilihan Mengolah hasil tes pilihan
Kimia berganda berganda

F. Intrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini yaitu: pertama, angket
untuk mengetahui minat belajar siswa. Kedua, tes pilihan berganda untuk
mengetahui pengaruh kedua variabel terhadap hasil belajar siswa.

14
G. Teknik Analisis Data
1. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Uji validitas yang digunakan untuk menguji instrumen kecerdasan
spiritual ini adalah dengan menggunakan teknik korelasi Pearson’s
Product Moment. Adapun perhitungan koefisien korelasi Pearson’s
Product Moment dilakukan dengan bantuan SPSS. Kriteria pengujiannya
adalah jika nilai koefisien korelasi >0,2 maka butir tersebut dikatakan
valid.
Pengukuran reliabilitas instrumen dalam penelitian ini dengan
menggunakan pendekatan konsistensi internal (Cronbach’s alpha
coefficient) yang didasarkan pada data dari sekali pengukuran,
menggunakan satu bentuk instrumen pada sekelompok subjek. Uji
reliabilitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana suatu alat ukur dapat
dipercaya atau diandalkan. Dengan menggunakan program komputer SPSS
akan dilihat hasil nilai reliabilitas, yaitu Cronbach’s alpha dimana
dikatakan reliabel apabila memiliki nilai Cronbach’s alpha> 0,60.

2. Analisis Data Deskriptif

Statistik deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini adalah ukuran


pemusatan (tendency central) meliputi: mean, median, modus, simpangan
baku dan rentang teoretik masing-masing variabel. Hasil analisis deskriptif
disajikan dalam bentuk histogram dan perhitungan.

3. Analisis Uji Pra Syarat Normalitas dan Homogenitas


Pengujian persyaratan analisis yakni uji normalitas residual dan uji
homogenitas. Untuk mendapatkan hasil perhitungan tersebut, peneliti
menggunakan software SPSS.
1) Dasar pengambilan keputusan Uji Normalitas
- Jika nilai sig > 0,05 maka data berdistribusi normal
- Jika nilai sig < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal

15
2) Dasar pengambilan keputusan Uji Homogenitas
- Jika nilai sig > 0,05 maka data kelompok memiiki varian yang
sama (Homogen)
- Jika nilai sig < 0,05 maka data kelompok tidak memiiki varian
yang sama (Heterogen)

4. Analisis Inferensia
Analisis inferensia yang digunakan untuk menguji hipotesis
penelitian dalam penelitian ini adalah uji anova 2× 2. Untuk mendapatkan
hasil perhitungan tersebut, peneliti menggunakan software SPSS.

H. Hipotesis Statistik

Pertama
𝐻0 : 𝜇01 = 𝜇02
𝐻1 : 𝜇01 ≠ 𝜇02
Kriteria pengujian hipotesis
Tolak 𝐻0 dan terima 𝐻1 : jika nilai sig. < 0,05
Terima 𝐻0 dan tolak 𝐻1 : jika nilai sig. > 0,05

Kedua
𝐻0 : 𝜇10 = 𝜇20
𝐻1 : 𝜇10 ≠ 𝜇20
Kriteria pengujian hipotesis
Tolak 𝐻0 dan terima 𝐻1 : jika nilai sig. < 0,05
Terima 𝐻0 dan tolak 𝐻1 : jika nilai sig. > 0,05

Ketiga
𝐻0 : Int. A × B = 𝜇20
𝐻1 : Int. A × B ≠ 𝜇20
Kriteria pengujian hipotesis
Tolak 𝐻0 dan terima 𝐻1 : jika nilai sig. < 0,05

16
Terima 𝐻0 dan tolak 𝐻1 : jika nilai sig. > 0,05

17

Anda mungkin juga menyukai