Anda di halaman 1dari 6

Materi Ajar Kimia Kelas X SMA/MA pada Konsep

Perubahan Kimia dan Stoikiometri


Herunata a) Mohammad Hilfi Azra Dzikrullohb) Nuzhul Dwi Rahayuc)

Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang,
Jl Semarang No 5 Malang 65145
a)
Corresponding author: herunata.fmipa@um.ac.id
b)
mohilfi123@gmail.com
c)
nuzhul.dwi.1803316@students.um.ac.id

Abstrak. Ilmu kimia merupakan ilmu yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Ilmu Kimia pada umumnya
merupakan ilmu yang cukup rumit bagi sebagian besar siswa. Ilmu kimia sarat akan konsep. Konsep yang digunakan
dimulai dari konsep yang sederhana hingga konsep yang abstrak. Salah satu materi kimia adalah stoikiometri.
Stoikiometri merupakan ilmu yang menghitung hubungan kuantitatif dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia. Tujuan
penelitian ini adalah melakukan telaah dan uraian materi ajar kimia SMA/MA kelas X semester 1 pada konsep
perubahan kimia dan stoikiometri yang diintegrasikan dengan kemampuan inkuiri ilmiah. Penelitian ini menggunakan
jenis penelitian deskriptif dengan metode analisis isi (content analysis). Instrumen yang digunakan adalah tabel
identifikasi label konsep, peta konsep, dan tabel proposisi beserta dimensi pengetahuan inkuiri ilmiahnya. Data penelitian
ini berupa materi ajar perubahan kimia dan stoikiometri pada buku teks Chemistry karangan Chang (2005 & 2010) dan
Ilmu Kimia untuk Siswa SMA dan MA Kelas X karangan Effendy (2016). Hasil penelitian pada artikel ini berisi uraian
materi perubahan kimia dan stoikiometri berdasarkan hasil analisis proposisi yang diintegrasikan dengan kemampuan
inkuiri ilmiah yang diharapkan mampu meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran kimia.

Kata Kunci; Perubahan Materi, Stoikiometri, Konsep Mol, Hukum-hukum Dasar Kimia

PENDAHULUAN

Dalam jenjang sekolah menengah atas pada jurusan IPA banyak sekali mata pelajaran yang ditempuh, salah
satunya kimia. Ilmu kimia sendiri merupakan ilmu yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Menurut Chang
(2005) menyatakan bahwa kimia adalah ilmu logis yang dipenuhi gagasan dan aplikasi. Pada kehidupan sehari-hari
kimia sering ditemui dan digunakan dalam berbagai bidang seperti bidang industri, bidang kesehatan, dan lain-lain.
Ilmu Kimia pada umumnya merupakan ilmu yang cukup rumit bagi sebagian besar siswa. Hal ini sejalan dengan
penelitian Marsita et al (2011) dan Sunyono Wirya et al (2009), yang menyatakan bahwa materi pelajaran kimia
cukup sulit untuk dipahami siswa.
Ilmu kimia sendiri sarat akan konsep. Konsep yang digunakan dimulai dari konsep yang sederhana hingga
konsep yang abstrak. Konsep kimia mempelajari Konsep kimia mempelajari fenomena yang tidak dapat diamati
secara langsung, seperti struktur molekul, dan interaksi antar atom, molekul serta ion. Dasar dalam memahami
konsep tersebut adalah pemberian makna pada sesuatu yang tidak dapat dilihat, tidak dapat disentuh, dan membuat
gambaran untuk menghubungkan fenomena yang bersifat molekuler (Gkitzia et al., 2011). Pada pemahaman materi
kimia membutuhkan penekanan dan pemahaman konsep yang kuat. Sehingga, membutuhkan beberapa penggunaan
representasi tingkat makroskopik, submikroskopik, dan simbolik (Kelly, et al., 2004).
Stoikiometri merupakan salah satu materi dalam kurikulum kimia kelas X IPA pada jenjang SMA. Jika ditelaah
Kompetensi Dasar Kurikulum 2013 (Kemendikbud, 2013), stoikiometri merupakan salah satu topik awal dalam peta
sekuensi topik-topik Kimia SMA/MA. Hal ini mengindikasikan bahwa stoikiometri menjadi salah satu dasar bagi
siswa untuk dapat memahami konsep Kimia lainnya (Anugrah, 2019). Stoikiometri merupakan ilmu yang
menghitung hubungan kuantitatif dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia (Alfian, 2009). Hal tersebut juga
diperjelas oleh Winarni, dkk (2013) yang menyatakan bahwa materi stoikiometri merupakan kajian tentang
hubungan-hubungan kuantitatif dalam reaksi kimia. Pemaknaan lebih luas menjelaskan bahwa stoikiometri
mempelajari aspek kuantitatif rumus dan reaksi kimia, hal tersebut diperoleh melalui pengukuran massa, volume,
jumlah dan sebagainya yang terkait dengan atom, ion atau rumus kimia serta saling keterkaitannya dalam suatu
mekanisme reaksi kimia (Ernawati, 2015). Bennerje, et al (2011) dalam Sari, et al (2020), menyatakan bahwa materi
stoikiometri adalah salah satu materi paling sulit dalam mata pelajaran kimia. Demikian pula Zakiyah et al (2018)
menyatakan bahwa pada materi stoikiometri siswa mengalami kesulitan, terutama pada konsep persamaan reaksi,
konsep mol dan konsep perhitungan dalam persamaan reaksi. Hal ini berdampak terhadap hasil belajar pada materi-
materi selanjutnya.
Dengan demikian, pemahaman siswa terhadap topik stoikiometri perlu dipastikan agar tidak menjadi kendala
bagi siswa untuk memahami konsep-konsep lainnya. Salah satu cara yang digunakan guna meningkatkan
pemahaman ini adalah pembuatan media pembelajaran. Hal ini sejalan dengan penelitian Prasetyo et al (2015), yang
menyatakan bahwa adanya media pembelajaran nampak menjadikan motivasi dan hasil belajar siswa mengalami
peningkatan signifikan. Akan tetapi, sebelum membuat media pembelajaran hal terpenting yang harus dilakukan
adalah analisis materi ajar. Oleh karena itu, hasil penelitian artikel ini berisi uraian materi perubahan kimia dan
stoikiometri berdasarkan hasil analisis proposisi yang diintegrasikan dengan kemampuan inkuiri ilmiah.

METODE
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif. Penelitian jenis ini bertujuan untuk mendeskripsikan
fenomena-fenomena yang ada tetapi tidak mengubah, atau mengadakan manipulasi terhadap objek atau wilayah
tertentu (Sari et al., 2020). Hal yang dideskripsikan dalam penelitian dalam penelitian ini adalah hasil analisis
proposisi yang diintegrasikan dengan kemampuan inkuiri ilmiah pada materi ajar kimia pada perubahan kimia dan
stoikiometri.
Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data, yaitu tabel identifikasi label konsep, peta konsep, dan tabel
proposisi beserta dimensi pengetahuan inkuiri ilmiah. Data penelitian ini berupa materi ajar perubahan kimia dan
stoikiometri pada buku teks Chemistry karangan Chang (2005 & 2010) dan Ilmu Kimia untuk Siswa SMA dan MA
Kelas X karangan Effendy (2016).
Metode yang digunakan dalam proses analisis data yaitu analisis isi (content analysis). Teknik ini merupakan
teknik khusus untuk melaksanakan analisis tekstual termasuk dengan mereduksi teks menjadi unit-unit (West &
Turner, 2008 dalam Suwarno & Suryawati, 2019). Proses tinjauan pustaka dimulai dengan menentukan kata kunci
terkait, seperti “stoikiometri”, “hukum dasar kimia”, dan lain sebagainya. Langkah-langkah selanjutnya yang
dilakukan, yaitu (1) membuat peta konsep dan menentukan label konsep; (2) melakukan analisis konsep dari label
yang telah ditentukan; (3) menentukan preposisi dan dimensi pengetahuannya; (4) menentukan proses inkuiri dari
materi yang akan disusun; dan (5) yang terakhir melakukan penyusunan materi perubahan kimia dan stoikiometri

PEMBAHASAN
Stoikiometri adalah hubungan massa diantara reaktan dan produk dalam reaksi kimia. Penelitian yang cermat
terhadap pereaksi dan hasil reaksi telah melahirkan hukum-hukum dasar kimia yang menjadi dasar semua
perhitungan kuantitatif yang menyangkut reaksi kimia (Effendy, 2016). Hubungan kuantitatif tersebut biasanya
disebut stoikiometri. Stoikiometri sendiri memiliki definisi sebagai hubungan massa diantara reaktan dan produk
dalam reaksi kimia. Stoikiometri ini juga langsung berhubungan dengan perhitungan atau penentuan massa, volume
hingga rumus kimia (Chang, 2005)

Hukum Dasar Kimia


Hukum dasar kimia adalah suatu pernyataan matematis atau pernyataan verbal yang ringkas tentang hubungan
antar fenomena-fenomena yang mendasari reaksi kimia. Hukum dasar kimia terdiri dari beberapa hukum yaitu
a. Hukum kekekalan massa (Hukum Lavoisier), Hukum yang menyatakan dalam suatu reaksi kimia
massa suatu zat tidak dapat dimusnahkan atau diciptakan. Definisi lain, hukum ini adalah massa total
zat sebelum dan setelah terjadi reaksi kimia adalah tetap (Effendy,2016)
b. Hukum perbandingan (Hukum Proust), Hukum yang menyatakan perbandingan massa unsur-unsur
yang terdapat dalam suatu senyawa adalah tetap, tidak tergantung pada cara yang digunakan dalam
memperoleh senyawa tersebut (Effendy, 2016)
c. Teori Dalton tentang materi dan hukum kelipatan perbandingan, Hukum yang menyatakan apabila
dua unsur membentuk sejumlah senyawa, ketika satu unsur dengan massa yang sama bergabung
dengan unsur lain dengan massa yang berbeda maka perbandingan massa unsur yang berbeda dalam
beberapa senyawa yang dapat terbentuk merupakan bilangan bulat sederhana (Effendy, 2016)
d. Hukum penggabungan volume, Hukum yang menyatakan bahwa volume dari dua gas yang bereaksi
(diukur pada temperatur dan tekanan yang sama) adalah sebanding sebagai bilangan bulat sederhana.
Lebih lanjut, Perbandingan volume gas-gas hasil reaksi terhadap volume gas-gas pereaksi merupakan
bilangan bulat sederhana (Effendy, 2016)
e. Hipotesis Avogadro, Hipotesis yang menyatakan bahwa pada tekanan dan temperatur yang sama, gas-
gas berbeda yang memiliki volume sama, memiliki jumlah partikel yang sama pula (Effendy, 2016)
Adanya hukum-hukum dasar kimia dimulai oleh Antoine Laurent Lavoisier (1734-1794) yang menemukan
bahwa pada waktu terjadi reaksi kimia massa zat adalah tetap, dengan kata lain, massa zat sebelum dan sesudah
reaksi berlangsung adalah tetap sehingga dikenal dengan sebutan hukum kekekalan massa atau hukum lavoisier.
Selanjutnya, Joseph Louis Proust (1754-1826) menemukan bahwa perbandingan massa unsur-unsur yang terdapat
dalam suatu senyawa adalah tetap, tidak tergantung pada cara yang digunakan dalam memperoleh senyawa tersebut
yang kemudian disebut dengan hukum perbandingan tetap atau hukum proust. Kedua hukum tersebut merupakan
dasar dari berkembangnya teori atom yang pertama, yaitu teori atom yang dikemukakan oleh Jhon Dalton (1766-
1844).
Pada tahun 1808 Dalton mengajukan postulat-postulat, dimana salah satu postulatnya berhubungan langsung
dengan hukum kekekalan massa dan lahirlah hukum dasar kimia ketiga yang disebut hukum kelipatan perbandingan
yang menyatakan bahwa apabila dua unsur membentuk sejumlah senyawa, ketika satu unsur dengan massa yang
sama bergabung dengan unsur lain dengan massa yang berbeda maka perbandingan massa unsur yang berbeda
dalam beberapa senyawa yang dapat terbentuk merupakan bilangan bulat sederhana. Selain ketiga hukum tersebut
masih ada hukum yang dikemukakan oleh ahli kimia yaitu hukum penggabungan volume dikemukakan oleh Joseph
Gay-Lussac yang menyatakan bahwa volume dari dua gas yang bereaksi (diukur pada temperatur dan tekanan yang
sama) adalah sebanding sebagai bilangan bulat sederhana. Lebih lanjut, perbandingan volume gas-gas hasil reaksi
terhadap volume gas-gas pereaksi merupakan bilangan bulat sederhana. Selanjutnya ada juga hipotesis avogadro
yang mengajukan hipotesis bahwa pada tekanan dan temperatur yang sama, gas-gas berbeda yang memiliki volume
sama, memiliki jumlah partikel yang sama pula.

Konsep Mol
Stoikometri digunakan untuk menghitung massa dan volume yang dapat didasarkan melalui persamaan reaksi,
pereaksi pembatas, volume molar dan massa molar. Kuantitas stoikiometrik dapat dihitung dengan mudah
berdasarkan persamaan reaksi setimbang. Dalam kebanyakan reaksi, pereaksi yang digunakan kuantitasnya adalah
tidak stoikiometrik. Artinya, setelah reaksi berlangsung ada sebagian pereaksi yang masih tersisa. Sehingga dalam
beberapa reaksi akan terdapat zat yang berlaku sebagai pereaksi pembatas dan pereaksi berlebih.
Mol adalah banyaknya zat yang dikandungnya sebanyak-banyaknya entitas elementer (atom, molekul, atau
partikel lain) sebagaimana adanya atom di dalamnya 12 g (atau 0,012 kg) isotop karbon-12. Untuk menyatakan
jumlah penyusun suatu zat , dipergunakan suatu satuan jumlah zat yaitu mol. Satu mol zat ialah sejumlah zat
sejumlah zat yang mengandung 6,02 × 1023 partikel (sejumlah bilangan avogadro). Bilangan Avogadro (N A) adalah
Jumlah satuan formula yang terdapat dalam satu mol zat; bilangan avogadro harganya 6,022 x 10 23 satuan
formula/mol (Effendy, 2016) Jadi bilangan avogadro merupakan faktor penghubung antara jumlah mol zat dengan
jumlah partikel yang dikandung zat.

jumlah partikel jumlah partikel


jumlah mol= =
bilangan avogadro 6,02 ×1023
Persamaan reaksi disertai dengan koefisien masing-masing zat dapat digunakan untuk menentukan
perbandingan jumlah mol. Koefisien dalam persamaan reaksi yang setimbang menunjukkan jumlah pereaksi dan
hasil reaksi yang terlibat dalam suatu reaksi. Koefisien reaksi juga menunjukkan jumlah mol zat yang terdapat dalam
suatu reaksi.
CH 4 ( g ) +2O2 ( g ) → CO 2 ( g ) +2 H 2 O(g)
Persamaan reaksi diatas menunjukkan bahwa 1n mol CH4 bereaksi dengan 2n mol O2 menghasilkan 1n mol CO2 dan
2n mol H2O (n = bilangan bulat). Perbandingan koefisien reaksi menyatakan perbandingan mol. Khusus utuk yang
berwujud gas perbandingan koefisien juga menyatakan perbandingan volume dengan suhu dan tekanan yang sama.
Jadi persamaan reaksi dengan perbandingan koefisien masing-masing reaksi dapat digunakan untuk menentukan
perbandingan jumlah mol.
Dalam mengerjakan suatu reaksi, reaktan biasanya tidak terdapat dalam jumlah stoikiometrik yang tepat, yaitu
dalam perbandingan yang ditunjukkan oleh persamaan yang setara. Konsekuensinya, beberapa reaktan akan tersisa
pada akhir reaksi. Reaktan yang pertama kali habis dalam reaksi kimia disebut pereaksi pembatas, sedangkan yang
masih tersisa biasanya disebut pereaksi berlebih. Pereaksi berlebih terdapat dalam jumlah lebih besar daripada yang
diperlukan untuk bereaksi dengan sejumlah tertentu pereaksi pembatas.
Sebagai contoh:
8 mol NO dan 7 mol O2 yang akan menghasilkan NO2. Setelah reaksi dalam keadaan setara, kita dapat
menentukan jumlah mol NO2 yang terbentuk berdasarkan jumlah awal NO dan O2. Dimulai dengan 8 mol NO yang
mendapatkan jumlah 8 mol NO2 yang terbentuk. Sedangkan dimulai dengan 7 mol O 2 mendapatkan 14 mol NO2
yang terbentuk. Karena NO menghasilkan NO 2 dalam jumlah yang lebih kecil, pastilah berdasarkan konsep NO
adalah pereaksi pembatas dan terbukti bahwa pereaksi pembatas dipengaruhi jumlah mol.

Molaritas

Molaritas adalah satuan konsentrasi larutan untuk menyatakan jumlah mol zat terlarut per liter larutan.
dilambangkan dengan huruf M. Secara matematis dapat diungkapkan dengan persamaan (Sunarya, 2010: 91):

jumlah mol zat terlarut


Konsentrasi Molar (M) =
volume (liter)

Jika pembilang dan penyebut pada persamaan diatas dibagi oleh bilangan 1000, nilai molaritas tidak berubah.
Satuan mol/1000 adalah milimol (mmol), dan satuan Liter/1000 adalah miliLiter (mL). Molaritas (M) salah satu
ukuran konsentrasi larutan. Molaritas suatu larutan menyatakan jumlah mol suatu zat per liter larutan. Misalnya 1.0
liter larutan mengandung 0.5 mol senyawa X, maka larutan ini disebut larutan 0.5 molar (0.5 M). Umumnya
konsentrasi larutan berair encer dinyatakan dalam satuan molar. Keuntungan menggunakan satuan molar adalah
kemudahan perhitungan dalam stoikiometri, karena konsentrasi dinyatakan dalam jumlah mol (sebanding dengan
jumlah partikel yang sebenarnya). Kerugian dari penggunaan satuan ini adalah ketidaktepatan dalam
pengukuran volum. Selain itu, volum suatu cairan berubah sesuai temperatur, sehingga molaritas larutan dapat
berubah tanpa menambahkan atau mengurangi zat apapun. Selain itu, pada larutan yang tidak begitu encer, volume
molar dari zat itu sendiri merupakan fungsi dari konsentrasi, sehingga hubungan molaritas-konsentrasi tidaklah
linear.

Massa Molar

Massa molar adalah Massa (dalam gram atau kilogram) 1 mol atom, molekul, atau partikel lain (Chang, 2005).
Massa molar dilambangkan Mm dengan satuan gram/mol. Massa molar berkaitan erat dengan pengertian massa atom
relatif (Ar) dan massa molekul relatif (Mr). Secara matematis, massa molar ditulis sebagai berikut.
m = n x Mm
dengan m = massa (g); n = jumlah mol (mol); Mm = massa molar (g/mol).
Telah diketahui bahwa satu mol karbon-12 mempunyai massa tepat 12 g dan mengandung 6,022 x 10 23 atom.
Massa dari karbon-12 ini adalah massa molar, didefinisikan sebagai massa (dalam garam atau kilogram) dari 1 mol
entitas zat. Perhatikan bahwa angka molar karbon-12 (dalam gram) sama dengan angka massa atomnya dalam sma.
Demikian juga, massa atom dari natrium adalah 22,99 sma dan massa molarnya 22,99 gram. Jika kita mengetahui
massa atom dari suatu unsur, maka kita mengetahui juga massa molarnya (Chang, 2005).
Jika kita mengetahui massa atom dari atom komponen, kita dapat menghitung massa sebuah molekul. Massa
molekul (terkadang disebut berat molekul) adalah jumlah dari massa atom (dalam amu) dalam molekul. Dari massa
molekul dan massa atom dapat menentukan massa molar suatu molekul atau senyawa. Massa molar suatu senyawa
(dalam gram) secara numerik sama dengan senyawa tersebut massa molekul (dalam amu). Misalnya, massa molekul
air adalah 18,02 amu, jadi massa molar 18,02 g. Perhatikan bahwa 1 mol air memiliki berat 18,02 g dan
mengandung 6,02×1023 molekul H2O, sama seperti 1 mol unsur karbon mengandung 6,02 × 1023 atom karbon.
(Chang,2010)

Volume Molar
Volume Molar adalah Volume dari 1 mol dari suatu unsur atau senyawa kimia pada temperatur dan tekanan
tertentu (Chang, 2005). Untuk menentukan volume molar gas pada keadaan standar, harus diketahui dulu volume 1
mol gas. Volume 1 mol gas yaitu gas yang volumenya sama dan diukur pada P dan T yang sama dan mengandung
jumlah molekul yang sama ( 6,02 x 10 23) . Berdasarkan perhitungan yang mengacu pada Hukum Avogadro, pada
0°C dan 1 atm (STP, Standard Temperature and Pressure), volume satu mol gas adalah 22,4 liter. Volume satu mol
gas ini dikenal dengan volume molar gas, disingkat Vm (Chang, 2005). Volume molar gas bergantung pada suhu
dan tekanan. Beberapa keadaan suhu dan tekanan yang biasa dijadikan acuan penentuan volume gas di antaranya
adalah keadaan standar dan keadaan kamar dengan suhu dan tekanan yang telah diketahui, dan keadaan yang
mengacu pada keadaan gas lain.
Konstanta gas R. Pada 0º C (273 K) dan tekanan 1 atm, banyak gas nyata berperilaku seperti gas ideal. Dalam
kondisi ini, 1 mol ideal gas menempati 22,414 L, Kondisi 0º C dan 1 atm disebut suhu dan tekanan standar, sering
disingkat STP (Standar temperature and Pressure). Sedangkan pengukuran gas pada suhu 25oC, tekanan 1 atm dan
satu mol gasnya menempati ruang dengan volume 24,4 L disebut keadaan RTP (Room Temperature and Pressure).
(Chang,2010).
Perubahan kimia, yang disebut reaksi kimia, diwakili oleh persamaan kimia. Zat yang mengalami perubahan
reaktan ditulis di kiri zat yang terbentuk produknya tampak di kanan panah. Persamaan kimia harus seimbang, ini
sesuai dengan hukum kekekalan massa. Dalam persamaan kimia, reaktan ditulis secara konvensional di kiri dan
produk di kanan panah:
reaktan → produk.
Untuk memberikan informasi tambahan, ahli kimia sering kali menunjukkan keadaan fisik reaktan dan produk
dengan menggunakan huruf g, l, dan s untuk menunjukkan gas, cairan, dan padat. Contoh persamaan reaksi:
KBr(aq) + AgNO3 (aq) → KNO3 (aq) + AgBr(s) (Chang,2010)

Rumus Empiris dan Rumus Molekul


Stoikiometri adalah studi kuantitatif produk dan reaktan dalam reaksi kimia. Rumus kimia adalah reaksi kimia
yang menunjukkan komposisi kimia suatu senyawa berdasarkan lambang atom dan unsur-unsur terlibat. Terdapat
dua cara dalam menyatakan rumus kimia dari suatu senyawa, yaitu rumus empiris dan rumus molekul. Contohnya
sebagai berikut:
Senyawa Natrium Klorida dilambangkan dengan rumus kimia NaCl. NaCl terdiri dari : 1 atom Natrium dan 1
atom Klorin. Perbandingan jumlah atom dari masing-masing unsur adalah Na : Cl = 1 : 1. Perbandingan ini tidak
dapat disederhanakan lagi. Dengan demikian rumus empirisnya adalah : NaCl (Chang,2010)
Rumus empiris atau rumus sederhana menyatakan perbandingan mol unsur-unsur suatu senyawa. Untuk
menentukan rumus empiris, diperlukan perbandingan mol antar unsur-unsur penyusunnya.
Contoh : pada senyawa benzena C6H6 mempunyai rumus empiris (CH)n karena perbandingan mol antara C dan
H adalah 6:6.atau 1:1 jika disederhanakan.artinya dari rumus empiris tersebut dapat diperoleh senyawa lain dengan
mengubah faktor n. Begitu juga pada rumus molekul yaitu rumus kimia suatu senyawa molekuler yang
menunjukkan jenis dan jumlah atom dalam senyawa tersebut. Misalnya benzena memiliki rumus molekul C6H6
artinya benzena tersusun dari enam buah atom C dan 6 buah atom H. Kemudian apabila diketahui perbandingan mol
suatu senyawa seperti Na:Cl:O adalah 1:1:3 maka rumus molekul yang terbentuk adalah NaClO3 (Elida,1996)
KESIMPULAN

Berdasarkan analisis konsep diatas, dapat disimpulkan bahwasannya stoikiometri adalah hubungan massa
diantara reaktan dan produk dalam reaksi kimia. Stoikiometri ini juga langsung berhubungan dengan perhitungan
atau penentuan massa, volume hingga rumus kimia. Stoikiometri digunakan untuk menghitung massa dan volume
yang dapat didasarkan melalui persamaan reaksi, pereaksi pembatas, volume molar dan massa molar.

DAFTAR PUSTAKA

1. Alfian, Z. 2009. Kimia Dasar. Medan : USU Press.


2. Chang, R. (2005). Kimia Dasar Konsep-konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga
3. Chang, R. (2010). Chemistry (10th edition). New York:Pearson Education,Inc
4. Effendy. (2016). Ilmu Kimia untuk Siswa SMA dan MA Kelas X Jilid 1A. Malang: Indonesian Academic
Publishing.
5. Elida.(1996). Pengantar Kimia. Jakarta: Gunadarma
6. Ernawati, D. (2015). Upaya Peningkatan Prestasi Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas X MIA
7 dengan Menggunakan Metode Pembelajaran Problem Solving pada Materi Stoikiometri di SMA Negeri 1
Sukoharjo Tahun Pelajaran 2014/2015. Jurnal Pendidikan Kimia, Vol. 4; 4, Hal 17-26.
7. Sunarya, Y. (2010) . Kimia Dasar 1: Bedasarkan Prinsip-prinsip Kimia Terkini. Bandung: Yrama Widya

Anda mungkin juga menyukai