OLEH :
PROF. DR. H. SAHYAR, M.S.
1
Tentang Penulis
Tentang Buku
Buku ini merupakan buku ringkasan atau Hand Book Fisika yang dapat
digunakan sebagai pendukung matakuliah Fisika Umum di Perguruan
Tinggi. Buku ini dapat digunakan oleh: mahasiswa pada berbagai
jurusan di lingkungan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
(FMIPA) dan Fakultas Teknik, guru-guru Fisika dan Siswa SLTA yang
akan melanjut ke Perguruan Tinggi.
Materi Sains Fisika yang disajikan dalam buku ini meliputi:
Menjelaskan konsep-konsep dasar dalam bidang Fisika.
Menjelaskan berbagai fenomena Fisika baik sekala Laboratorium
maupun praktis.
Menjelaskan besaran-besaran atau variabel-variabel dalam bidang
Fisika.
Menjelaskan rumus-rumus yang terkait dengan besaran fisika
Menjelaskan hukum-hukum yang berlaku dalam Fisika.
Menjelaskan prinsip-prinsip yang berlaku dalam Fisika.
2
HAND BOOK
OLEH :
PROF. DR. SAHYAR, M.S.
3
Kata Pengantar
Syukur Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmatNYA sehingga buku : “Konsep dan Teori Sains Fisika” ini telah dapat
diselesaikan.
Sebagai buku terbitan pertama, maka isi buku ini tentunya masih banyak
terdapat berbagai kekurangan. Sehubungan dengan hal tersebut, segala saran dan
kritik yang membangun untuk penyempurnaan buku ini dari para pembaca dan
pengguna sangat diharapkan. Semoga untuk terbitan berikutya buku ini dapat lebih
baik lagi.
Buku ini disusun untuk dapat digunakan sebagai bahan kuliah dan pendukung
untuk matakuliah Fisika dalam bidang Sains Fisika maupun pendidikan Sains Fisika
pada Fakultas MIPA maupun Teknik. Buku ini juga dapat digunakan oleh para
pendidik/guru bidang sains Fisika dalam membantu memahami karakteristik gejala-
gejala alam Sains Fisika pada tingkat sekolah menengah. Kelebihan atau perbedaan
buku ini dibandingkan buku lain adalah dalam menjelaskan Sains Fisika melalui
pengelompokan analisis konsep-konsep fisika, besaran-besaran fisika, fenomena
atau gejala fisika, rumus-rumus hubungan besaran fisika, hukum-hukum dan prinsip
yang terkait dengan topik pemabahasan Sains Fisika.
Pembahasan dalam buku ini diawali pembahasan materi Pendahuluan yang
menjelaskan apa itu Sains Fisika, diikuti pembahasan Pengukuran besaran,
Mekanika, Fluida, Suhu dan Kalor, Gelombang, Optik, Listrik Magnet dan Fisika
Modern. Kelebihan buku ini adalah: menyajikan bahan-bahan diawali dari konsep,
fenomena atau gejala, hukum dan prinsip Fisika yang mendukung dan besaran-
besaran fisika yang terkait topik pembahasan.
Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa Bidang Sains Fisika,
Teknik, pendidik bidang Sains Fisika dan pembaca pada umumnya dalam bidang
Sains Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) lainnya.
Medan, Januari 2015 .
Wassalam
4
DAFTAR ISI
iv
5
BAB I
PENDAHULUAN
Kebenaran ilmiah:
1. Kebenaran koheren yaitu kebenaran yang dapat diterima logika atau rasional
2. Kebenaran korespondensi yaitu kebenaran yang dapat dibuktikan secara empirik
3. Kebenaran pragmatis yaitu kebenaran yang dapat dibuktikan manfaatnya.
6
5. Penarikan kesimpulan (menggunakan pendekatan induktif dan deduktif)
1. Konsep-konsep fisika.
2. Besaran-besaran fisika termasuk besaran pokok dan turunan
3. Persamaan hubungan besaran-besaran fisika
4. Hukum-hukum fisika
5. Prinsip-prinsip/asas dalam fisika.
Konsep
Konsep adalah defenisi yang mengandung pengertian singkat dari fenomena atau
abstraksi dari fenomena.
Contoh konsep dalam fisika:
Konsep kecepatan
Konsep percepatan
Konsep gaya
Konsep suhu
Dan lainnya
7
1.4. Dimensi proses sains Fisika
8
j. Berkomunikasi
1) Menggambarkan grafik /tabel hasil percobaan
2) Menyusun laporan
3) Menjelaskan hasil percobaan
4) Membaca grafik/tabel
9
BAB II
BESARAN DAN SATUAN
Satuan
Satuan adalah ukuran suatu besaran. Ada dua macam sistem satuan yang
sering digunakan dalam ilmu Fisika dan ilmu teknik, yakni sistem metrik dan sistem
Inggris. Sistem metrik pertama sekali digunakan di negara Prancis yang dibagi
menjadi dua bagian, yakni sistem MKS (meter - kilogram - sekon) dan CGS
(centimeter - gram - sekon). Akan tetapi, satuan internasional menetapkan sistem
MKS sebagai satuan yang dipakai untuk tujuh besaran pokok.
10
Dimensi Besaran Pokok
Tabel 2.2. Dimensi Besaran Pokok
No. Besaran Pokok Dimensi
1. Panjang [L]
2. Massa [M]
3. Waktu [T]
4. Arus Listrik [I]
5. Suhu [θ]
6. Intensitas Cahaya [J]
7. Jumlah Zat [N]
Besaran Turunan
Besaran turunan adalah besaran yang diturunkan dari beberapa besaran
pokok. Sebagai contoh, volume sebuah balok adalah panjang × lebar × tinggi.
Panjang, lebar, dan tinggi adalah besaran pokok yang sama. Dengan kata lain,
volume diturunkan dari tiga besaran pokok yang sama, yakni panjang. Contoh lain
adalah kecepatan, yakni jarak tempuah dalam satuan waktu. Kecepatan diturunkan
dari dua besaran pokok yang berbeda, yakni panjang (jarak) dan waktu.
Dimensi besaran turunan diperoleh dengan menggunakan dimensi besaran
pokok. Dimensi volume adalah [L3]. Dimensi kecepatan adalah [L T-1] dan lainnya.
11
mengalami perubahan panjang walaupun sangat kecil. Pada 1960, satu meter
standar didefinisikan sebagai jarak yang sama dengan 1.650.763,73 kali riak
panjang gelombang cahaya merah-jingga yang dihasilkan oleh gas kripton.
12
2.4.Faktor pengali panjang dan massa
Sekalar adalah besaran fisika yang hanya mempunyai nilai. Contoh: energi, suhu,
kelajuan, kalor, dan lainnya.
13
R A B
R A2 B 2 2 AB cos( )
dan arah R
Fx
tanθ =
Fy
2.7. Pengukuran
Pengukuran adalah membandingkan suatu besaran dengan besaran lainnya
yang telah ditetapkan sebagai standar suatu besaran. Mengukur adalah salah satu
ketrampilan proses sains yaitu pada kegiatan pengumpulan data.
Faktor – faktor yang mempengaruhi hasil pengukuran adalah :
a. alat ukur;
b. lingkungan pengukuran; dan
c. orang yang mengukur.
14
Aturan angka penting
1) Semua angka yang diperoleh dari pengukuran adalah angka penting. Contoh:
27,13. Mempunyai 4 angka penting; angka 3 adalah angka taksiran; angka 27,1
adalah angka pasti.
2) Angka nol yang terletak diantara dua angka bukan nol termasuk angka penting.
Contoh: 7,001 ; 4 angka penting
3) Semua angka nol yang terletak pada deretan akhir dari angka-angka yang ditulis
dibelakang koma decimal termasuk angka peting. Contoh: 0,0250 ; mempunyai 3
angka penting (250); 7,60 mempunyai 3 angka penting
4) Dalam notasi ilmiah, semua angka sebelum orde termasuk angka penting.
Contoh: 7,1 x 104 mempunyai 2 angka penting; 4,70 x 104 mempunyai 3 angka
penting
5) Angka-angka nol yang digunakan hanya untuk tempat titik desimal adalah buka
angka penting. Contoh: 0,0093 memiliki 2 angka penting.
Pengukuran Tunggal
l x Δx
l nilai hasil pengukuran
x nilai yang terbaca pada alat ukur
x nilai ketidak pastian.
Untuk pengukuran tunggal x 1 2 dari sekala terkecil
15
Ketidak pastian Pengukuran Berulang
x x i
x1 x 2 x 3 x 4 x n
n n
x
2
x
sx i
n 1
x x sx
s x ketidak pastian pengukuran
Tabel 2.6. Hubungan antara Z dan (A,B) dan Hubungan ∆Z dan (∆A, ∆B)
Hubungan Antara Z dan (A, B) Hubungan Antara Kesalahan ∆Z dan
No.
(∆A, ∆B)
Z A B
1.
Z A B
Z 2 A2 B2
2.
Z A B
3. 2 2 2
Z A B
A
4. Z Z A B
B
2 2
Z A
5. Z An n
Z A
16
BAB III
KONSEP DAN TEORI MEKANIKA
Konsep Mekanika
Mekanika adalah cabang Fisika yang membahas tentang fenomena gerak dan
keseimbangan benda. Besaran pokok yang terkait dengan mekanika adalah:
panjang, waktu dan massa. Pembahasan tentang mekanika meliputi: kinematika,
dinamika transilasi, dinamika rotasi dan getaran.
Hukum I Newton
Hukum I Newton menjelaskan fenomena yang terjadi pada materi, ketika
resultan gaya yang bekerja materi adalah nol.
Fenomena yang terkait dengan Hukum I Newton
Benda yang mula-mula diam akan mempertahankan keadaan diamnya, dan
benda yang mula-mula bergerak akan mempertahankan geraknya. Oleh
karena itu, hukum I Newton juga sering disebut sebagai hukum kelembaman
atau hukum inersia.
Ketika kita manaiki kenderaan tiba-tiba dihentikan mendadak maka kita akan
terdorong ke depan searah gerak benda. Ketika kita dalam keadaan diam di
kenderaan dan tiba-tiba kenderaan bergerak, maka kita akan terdorong ke
belakang.
Defenisi kuantitatif Hukum I Newton:
Jika resultan gaya yang bekerja pada materi nol maka benda tetap dalam
keadaan diam atau bergerak dengan kelajuan konstan.
17
Σ F=0, maka a=0. Karena a=0 maka benda bergerak dengan v=konstan atau
diam dengan v=0.
Hukum II Newton
Hukum II Newton menjelaskan fenomena gerak materi jika resultan gaya
yang bekerja pada benda tidak nol.
Fenomena yang terkait dengan Hukum II Newton
Jika resultan gaya yang bekerja pada materi tidak nol, maka akan terjadi
perubahan kecepatan atau momentum pada materi tersebut.
Besar kecepatan materi akan bertambah besar jika resultan gaya yang
bekerja pada materi searah dengan arah gerak materi.
Besar kecepatan materi akan bertambah kecil jika resultan gaya yang bekerja
pada materi berlawanan arah dengan arah gerak materi.
Defenisi kuantitatif Hukum II Newton
Gaya yang bekerja pada suatu benda sama dengan laju perubahan
momentum.
Percepatan yang dihasilkan oleh resultan gaya yang bekerja pada suatu
benda berbanding lurus dengan resultan gaya, dan berbanding terbalik
dengan massa benda.
dp d (mv )
dv
F dt dt m dt ma
18
Catatan: Gaya aksi dan gaya reaksi harus bekerja pada benda yang berbeda.
Hukum Stokes
Besar gaya gesek yang dialami bola yang bergerak dalam fluida dipengaruhi
oleh kekentalan fluida, kecepatan benda dan luas permukaan benda.
F 6 rv
F besar gaya gesekan
kekentalan fluida
r radius bola
v besar kecepatan bola
Hukum Hook
Hukum Hook membahas tentang gaya reaksi yang berasal dari pegas untuk
pertambahan panjang kecil atau pada daerah elastisitas.
F = -k x
19
dengan baik jika massa benda yang berinteraksi berukuran besar, misal gaya tarik
bumi terhadap benda yang ada di permukaan bumi.
𝒎𝟏 𝒎 𝟐
𝑭=𝑮
𝒓𝟐
Ket : F = Besar gaya tarik antar materi, satuannya Newton.
G = konstanta gravitasi = 6,67 x 10-11 newton m2/kg2 .
m1 = massa materi pertama, satuannya kg.
m2 = massa materi kedua, satuannya kg.
r = jarak antara materi pertama dan kedua, satuannya meter.
Hukum I Kepler
Lintasan sebuah planet berbentuk elips dengan matahari berada pada salah
satu titik apinya disebut sebagai hukum lintasan eliptis
Hukum II Kepler
Vektor posisi dari suatu planet relatif terhadap matahari melingkupi luas yang
sama dari elipsnya pada selang waktu yang sama disebut juga hukum luas. Gerak
planet dalam mengelilingi matahari, dalam interval waktu yang sama menyapu luas
permukaan yang sama.
d 1 2
(2 r ) 0
dt
1 2
2 r konstan
1 2
2 r areal velocity(kecepatan menyapu luas permukaan)
r jari - jari lintasan planet
20
Gambar 3.3. Lintasan planet
1. Konsep gerak
Kapan suatu titik materi dikatakan dalam keadaan bergerak?
Suatu titik materi diktakan bergerak, jika titik materi tersebut secara terus menerus
mengalami perubahan posisi terhadap titik acuan tertentu.
2. Jarak
Jarak adalah penghubung atau lintasan terpendek antara dua buah titik. Jarak
adalah besaran sekalar. Satuan jarak meter. Jarak dapat diukur langsung dengan
menggunakan mistar. Untuk ukuran kecil dapat menggunakan jangka sorong atau
mikrometer sekrup
3. Perpindahan
Perpindahan adalah besarnya perubahan posisi suatu titik materi.
Perpindahan adalah besaran vektor. Magnitudo perpindahan adalah jarak. Satuan
perpindahan meter.
4. Kecepatan
Kecepatan adalah besarnya perpindahan dalam satuan waktu. Kecepatan adalah
besaran vektor dengan satuan m/s. Jika diketahui v= 5 m/s, maka artinya dalam
tiap detik besarnya perpindahan adalah 5 m.
5. Kelajuan.
Kelajuan adalah besarnya panjang lintasan yang ditempuh dalam satuan waktu.
Kelajuan merupakan besaran sekalar.
𝑑𝒙
𝒗=
d𝒕
𝒗 = 𝑘𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑠𝑎𝑎𝑡
𝐱 = 𝑝𝑒𝑟𝑝𝑖𝑛𝑑𝑎𝑎𝑛
7. Kecepatan rata-rata
21
Kecepatan rata-rata adalah besarnya perpindahan dalam interval waktu tertentu.
Δ𝑦
𝑣=
Δ𝑥
Dinamika
Dinamika bidang fisika yang mengkaji gerak benda dengan memperhatikan
penyebabnya. Gaya menyebabkan dinamika transilasi, momen gaya menyebabkan
dinamika rotasi.
22
Karakteristik GRB
Lintasan berupa lingkaran
Magnitudo kecepatan linear/transilasi tetap
Magnitudo dan arah kecepatan sudut tetap
Vektor kecepatan linear selalu berubah dengan posisi vektor kecepatan tegak
lurus jari-jari
Mempunyai percepatan sentripetal yang arahnya menuju pusat.
Percepatan sentripetal tidak menambah besar kecepatan, akan tetapi
berperan untuk mempertahankan posisi materi dalam gerak melingkar.
Gerak proyektil
Apa yang dimaksud gerak proyektil?
Gerak proyektil adalah gerak materi yang merupakan perpaduan gerak lurus
beraturan pada arah mendatar dan gerak lurus berubah beraturan pada arah vertikal
dengan lintasan berbentuk parabola.
Karakteristik gerak proyektil
23
Lintasan gerak materi berupa parabola
Komponen mendatar merupakan gerak lurus beraturan, sehingga besar
kecepatan mendatar konstan
Komponen vertikal berupa gerak lurus berubah beraturan. Ketika peluru naik
terjadi perlambatan oleh gravitasi dan ketika peluru turun terjadi percepatan
oleh gravitasi.
Pada ketinggian maksimum besar kecepatan vertikal nol dan besar kecepatan
peluru minimal.
Pada ketinggian maksimum energi kinetik minimum dan energi potensial
masimum.
Dinamika Transilasi
24
Dinamika transilasi membahas tentang gerak transilasi/perpindahan materi
dengan memperhatikan penyebabnya.
Tumbukan
Tumbukan adalah peristiwa persentuhan atau interaksi dua materi atau lebih
yang menyebabkan terjadinya perubahan momentum masing-masing materi setelah
terjadinya persentuhan.
Jenis tumbukan:
Elastis sempurna. Jumlah energi mekanik sebelum dan sesudah tumbukan tetap
atau konstan.
Elastis sebahagian. Jumlah energi mekanik setelah tumbukan lebih kecil,
dibandingkan setelah tumbukan.
Tidak elastis sama sekali. Besar dan arah kecepatan kedua benda setelah
tumbukan adalah sama. Kedua benda, setelah tumbukan menyatu.
Elastisitas
Elastisitas adalah sifat materi atau zat yang bentuknya dapat berubah jika
diberi gaya dan bentuknya kembali seperti semula jika gaya dihilangkan. Lawan
benda elastis adalah benda plastis.
Getaran.
Getaran adalah gerak bolak-balik suatu materi yang selalu melewati titik
setimbang.
25
Gambar 3.6. Getaran harmonis ayunan bandul
Getaran paksa.
Getaran paksa adalah getaran materi yang mendapat pengaruh gaya priodik
dari luar sistem secara terus menerus.
Benda tegar.
Benda tegar adalah benda yang jarak antar partikel(atom/molekul) yang
menyusun benda konstan.
Titik berat
Titik berat adalah titik tangkap gaya-gaya berat pada suatu benda.
26
S v o t 12 at 2
v 2t v o2
S
2a
S : besar perpindahan
a : besar percepatan
v o : besar kecepatan awal
v t : besar kecepatan setelah t
t : interval waktu
27
Pada ketinggian maksimum v y 0
0 v osinα gt maks
v osinα
t maks
g
v 02 sin 2α v 2 sin 2α X 4
H ; X 0 ;
2g g H tanα
H tinggi maksimum; X jarak terjauh
v o besar kecepatan awal; α sudut elevasi
g percepatan gravitasi; t maks waktu untuk mencapai ketinggian maksimum
Panjang lintasan
Panjang lintasan adalah panjang garis yang dialalui titik materi yang
bergerak. Lintasan materi dapat berupa garis lurus atau lengkung. Satuan panjang
lintasan meter.
Srθ
S : panjang lintasan(busur)
r : jari - jari
: besar sudut tempuh (radian)
Kecepatan
Kecepatan adalah besarnya perpindahan dalam satuan waktu. Kecepatan
adalah besaran vektor, yang mempunyai satuan m/s.
Jenis kecepatan:
Kecepatan sesaat
Kecepatan sesaat, adalah kecepatan pada t tertentu
dr dx ˆ dy ˆ dz ˆ
v i j k
dt dt dt dt
v kecepatan sesaat
r vektor posisi partikel
Kecepatan rata-rata
Kecepatan rata-rata, adalah kecepatan pukul rata
28
r
v
t
v kecepatan rata - rata
r besar perpindahan
t interval waktu
29
v x v o cos α
v y v osin α - g t
v v 2x v 2y
v besar kecepatan peluru
v x besar kecepatan mendatar
v y besar kecepatan vertikal
v o besar kecepatan awal
α sudut elevasi
t interval waktu
g percepatan gravitasi
Sudut tempuh
Sudut tempuh adalah besarnya sudut yang ditempuh pada gerak rotasi.
Satuan sudut tempuh adalah radian. 2 radian 360
.t
Dalam satu periode T besar 2
sehingga :
2 2 t
;
T T
besar sudut
besar kecepatan sudut
t interval waktu
T waktu untuk satu putaran/periode
s r ;
s panjang lintasan
r jari - jari
sudut tempuh (rad)
30
Rumusan:
θ ωo t 12 αt 2
ω2t ωo2
2
θ besar sudut tempuh
α besar percepatan sudut
ωo besar kecepatan sudut awal
ω t besar kecepatan sudut setelah t
t interval waktu
Kecepatan sudut
Kecepatan sudut adalah besarnya sudut tempuh dalam satuan waktu.
Kecepatan sudut adalah besaran vektor dengan satuan rad/s. (rad baca: radian).
Menentukan arah kecepatan sudut dapat digunakan aturan pencabut gabus: putar
kanan masuk, putar kiri keluar.
31
Kecepatan sudut rata-rata, adalah kecepatan sudut pukul rata
t
besar kecepatan sudut rata - rata
besar sudut tempuh
t interval waktu
32
Dua roda sepusat : A B
Dua roda bersinggun gan : v A vB
Dua roda dihubungka n rantai : v A vB
Kelajuan
Kelajuan adalah panjang lintasan yang ditempuh dalam satuan waktu.
Kelajuan adalah besaran sekalar. Satuan kelajuan: m/s. Magnitudo kecepatan adalah
kelajuan.
Percepatan
Percepatan adalah besarnya perubahan kecepatan dalam satuan waktu.
Percepatan adalah besaran vektor dengan satuan m/s2 Jika percepatan bernilai
negatif disebut dengan perlambatan.
Jenis percepatan:
Percepatan sesaat
dv dv x ˆ dv y ˆ dv z ˆ
a i j k
dt dt dt dt
a percepatan sesaat
v vektor kecepatan
Percepatan rata-rata
v v x ˆ v y ˆ v z ˆ
a i j k
t t t t
a percepatan rata - rata
v perubahan kecepatan
t interval waktu
Percepatan sudut
Percepatan sudut adalah besarnya perubahan kecepatan sudut dalam satuan
waktu. Percepatan sudut adalah besaran vektor dengan satuan m/s2 . Jika
percepatan bernilai negatif disebut dengan perlambatan.
1. Percepatan sudut sesaat, adalah percepatan sudut pada t tertentu
33
d
dt
besar percepatan sudut sesaat(radian/s 2 )
besar kecepatan sudut(radian/s)
Percepatan tangensial
Percepatan tangensial adalah percepatan pada gerak rotasi yang arahnya
tegak lurus jari-jari dan searah kecepatan linear disebut juga dengan percepatan
linear. Untuk gerak rotasi beraturan nilai percepatan tangensial nol. Untuk gerak
rotasi berubah beraturan nilai percepatan tangensial akan merubah besar
kecepatan linear. Hubungan percepatan sentripetal dan tangensial:
34
Gambar 3.9. Percepatan tangensial
a a 2r aT2 ;
a besar resultan perepatan gerak rotasi
Gaya mekanik
Gaya pada materi yang sedang bergerak
Defenisi empirik:
Gaya adalah besaran fisika yang dapat menyebabkan perubahan kecepatan
suatu materi. Fenomena yang terjadi jika suatu materi mendapat gaya adalah
terjadinya perubahan kecepatan. Bentuk-bentuk gaya dalam mekanika di
antaranya adalah: gaya gesek, gaya dorong, gaya tarik dan lainnya.
Defenisi kuantitatif
Gaya adalah besaran fisika yang besarnya sebanding dengan laju perubahan
momentum materi atau sebanding dengan massa dan percepatan materi.
Sesuai dengan hukum Newton.
F ma
F f
i i ma
F gaya - gaya yang searah gerak benda
f gaya - gaya yang berlawanan arah gerak benda
Karakteristik gaya
Merupakan besaran vektor dengan satuan newton atau kg m/s2.
Hukum yang terkait dengan konsep gaya adalah Hukum I, II dan III Newton.
Gaya gravitasi
35
Defenisi empirik
Gaya gravitasi adalah gaya tarik menarik 2 materi atau lebih yang mempunyai
massa dan terpisah pada jarak r.
Defenisi kuantitatif
Besar gaya gravitasi sesuai dengan Hukum gravitasi Newton.
Karakteristik gaya gravitasi
Gaya gravitasi adalah gaya konservatif yaitu gaya yang dapat dipulihkan
kembali.
Besar gaya gravitasi sebanding dengan massa dan berbanding terbalik
dengan jarak materi.
Gaya pegas
Defenisi empirik
Gaya pegas adalah gaya yang reaksi yang diberikan pegas ketika diberikan
gaya aksi pada pegas.
Defenisi kuantitatif
Besar gaya pegas pada daerah elastis sesuai dengan Hukum Hooke.
Karakteristik gaya pegas
Gaya pegas adalah gaya konservatif, yaitu gaya yang dapat dipulihkan
kembali.
Besar gaya pegas sebanding dengan konstanta pegas dan perubahan panjang
pegas.
Gaya berat
Defenisi empirik
Gaya yang timbul akibat percepatan gravitasi.
Defenisi kuantitatif
w=mg. w= besar gaya berat
Gaya normal
Defenisi empirik
36
Gaya normal (N) adalah gaya reaksi yang timbul akibat persentuhan benda
dengan bidang. Benda yang menyentuh bidang akan memberikan gaya aksi
berupa gaya tekan yang besarnya sama dengan berat benda, sebaliknya
bidang akan memberikan gaya reaksi yang disebut gaya normal yang arahnya
selalu tegak lurus dengan bidang sentuh.
Defenisi kuantitatif
Besar Gaya normal = besar gaya tekan
37
Defenisi kuantitatif: Besarnya gaya gesek yang dialami benda ketika bergerak dalam
fluida bergantung pada luas permukaan benda yang bersentuhan dengan udara.
Makin besar luas bidang sentuh, makin besar gaya gesek fluida pada benda
tersebut. Besar gaya gesek sesuai dengan hukum Stokes.
F cos f k m.a
F besar gaya tarik/dorong
sudut antara gaya dengan garis perpindahan
f k k N k w besar gaya gesek kinetik
m massa
a besar percepatan
38
Jika gesekan nol
w. sin m.a; a g sin
Jika ada gesekan :
w. sin f k m.a
w. sin besar gaya luncur
sudut antara gaya dengan garis perpindahan
f k k .N k .w.cos besar gaya gesek kinetik
m massa; a besar percepatan
wA wB
a ; w A wB
m A mB
a besar percepatan
w A berat benda A
w B berat benda B
M eja licin
wA
a ;
m A mB
M eja kasar
w k wB
a A
m A mB
a besar percepatan
w A gaya penggerak berat benda A
m A massa penggerak; m B massa yang digerakan
39
Gaya gerak benda pada bidang miring oleh beban melalui katrol.
v2
Fs m mω2 R
R
Fs besar gaya sentripetal
v besar kecepatan linear
besar kecepatan sudut
F -k.x; m.a kx 0
d2 x k
m 2 kx 0;
dt m
x simpangan; k konstanta pegas
m massa; frekuensi sudut.
F gaya pada getaran harmonis
40
Gaya pada getaran harmonis teredam
Frekuensi
Frekuensi adalah jumlah getaran yang terjadi dalam setiap detik. Satu
getaran adalah gerakan bolak balik mulai titik simpangan maksimum menuju
simpangan minimum dan kembali ke titik simpangan maksimum.
Defenisi kuantitatif:
1
f ; f frekuensi (Hz);
T
2 .f; frekuensi sudut/kecepatan sudut(rad)
T waktu periode waktu untuk melalui satu getaran.
Simpangan
Simpangan adalah jarak materi yang bergetar dari titik setimbang.
d2 x
m kx 0; mx kx 0;
dt 2
k k
x x 0; x A sin(t 0 );
m m
x simpangan; k konstanta pegas
m massa; frekuensi sudut.
41
d2 x dx k b
2
2 . 02 x 0; 0 ;
dt dt m 2m
02 2 ; 02 2 : redaman kurang
02 2 : redaman kritis; 02 2 : redaman lebih
Redaman kurang : x A.e t . cos(t 0 );
Redaman lebih : x C1e 1t C2e 2t
Redaman kritis : x (C1 C2t )e t
x simpangan; k konstanta pegas; b koef. redaman
m massa; frekuensi sudut getaran teredam.
d2 x dx k b
2
2 . 02 x F0eit ; 0 ;
dt dt m 2m
( F / m)eit
x 2 0 2
0 2i
x simpangan; k konstanta pegas; b koef. redaman
m massa; frekuensi sudut getaran dari gaya luar.
Momentum
Defenisi empirik
Momentum adalah besaran fisika yang menunjukkan tingkat kesulitan suatu
materi untuk dapat dihentikan. Setiap materi yang bergerak mempunyai momentum.
Semakin sulit benda dihentikan maka momentum semakin besar.
Defenisi kuantitatif
Rumusan momentum:
p= m v;
p = besar momentum;
m=besar massa;
v=besar kecepatan.
Impuls.
Impuls adalah besaran fisika yang menunjukkan besarnya perubahan
momentum yang terjadi pada materi. Jika momentum materi tetap maka besar
impuls nol. Impuls adalah besaran vektor dengan satuan kg m/s.
Rumusan impuls:
I= F dt= (dp/dt) dt = dp.
dp=perubahan momentum; I=impuls.
42
Energi mekanik
Energi Kinetik
Energi kinetik adalah energi gerak yang dimiliki materi. Energi kinetik adalah
besaran sekalar dengan satuan joule.
Defenisi kuantitatif:
Rumusan energi kinetik:
Ek 12 mv2
Ek energi kinetik (joule)
Ep = m g h
43
Energi getaran harmonik sederhana
Ep 12 .k .x 2 12 .k . A2 sin 2
Ek 12 .k .v 2 12 .k . A2 cos 2
Em Ep Ek 12 .k . A2 konstan
Em energi mekanik; A amplitudo
Usaha
Usaha adalah fenomena perpindahan materi akibat adanya gaya yang bekerja
pada materi tersebut. Usaha adalah besaran sekalar dengan satuan joule.
Defenisi kuantitatif:
W F. dS untuk F tetap
W F.S FS cos
W usaha(joul e)
α sudut antara vektor gaya dan perpindahan
Medan gravitasi
Medan gravitasi adalah suatu daerah dalam ruang yang masih mendapat
pengaruh gravitasi.
Defenisi kuantitatif
Besaran yang terkait dengan medan gravitasi:
Kuat Medan gravitasi
Kuat medan gravitasi adalah besar gaya gavitasi tiap satuan massa. Konsep kuat
medan gravitasi sama dengan percepatan gravitasi.
44
M
g G
r2
M massa yang menimbulka n medan gravitasi
g besar percepatan gravitasi.
Koefisien restitusi.
Koefisien restitusi adalah koefisien yang menunjukkan tingkat kelentingan
tumbukkan. Rumusan koefisien restitusi:
v1' v12
e
v1 v 2
v1' ; v12 besar kecepatan setelah tumbukan
v1 ; v 2 besar kecepatan sebelum tumbukan
1 1 1
k ...
k1 k 2 kn
k konstanta pegas gabungan seri
k k1 k2 ...kn
k konstanta pegas gabungan paralel
45
Gambar 3.14. Susunan pegas paralel
Tegangan
Tegangan adalah gaya yang bekerja pada satu satuan luas penampang
batang secara tegak lurus. Satuannya: N/m2
F
A
τ tegangan;
F gaya
A luas penampang
Regangan
Regangan adalah konstanta yang menunjukan rasio perubahan panjang
batang dengan panjang batang mula-mula. Besaran ini tidak mempunyai satuan.
L
L
regangan;
L pertambahan panjang
L panjang mula - mula
Modulus Young
Modulus Young adalah rasio antara tegangan dengan regangan. Satuannya
2
N/m
F .L
Y
A.L
Y modulus Young
Dinamika Rotasi
Dinamika rotasi membahas tentang gerak rotasi materi dengan
memperhatikan penyebabnya.
46
Hukum yang terkait dengan Momen gaya:
Hukum II Newton pada gerak rotasi
Momen gaya adalah besaran fisika yang dapat merubah besarnya kecepatan sudut.
Defenisi kuantitatif:
Στ Iα
I momen inertia (kg m 2 )
α percepatan sudut (rad/s 2 )
Gerak menggelinding
Gerak menggelinding adalah gerak benda yang melakukan gerak transilasi
dan rotasi secara bersamaan.
iˆ ˆj kˆ
x y z
Fx Fy Fz
Momen inersia
Momen inersia adalah kuantitas kelembaman materi pada gerak rotasi.
Momen inersia analog dengan massa pada gerak transilasi. Momen inersia adalah
besaran sekalar dengan satuan kg m2
Defenisi kuantitatif
I=∑mi ri2
47
I=momen inersia(kg m2);
m=massa titik materi (kg);
r=jari-jari rotasi(m)
Rumusan momen inersia untuk benda tegar dengan sumbu rotasi tetap:
I=∫m dr2
48
Gambar poros momen inersia benda tegar
49
Energi kinetik rotasi.
Energi kinetik rotasi adalah energi gerak pada gerak rotasi. Energi kinetik
rotasi merupakan besaran sekalar dengan satuan joule.
Defenisi kuantitatif
Ek 1
2 Iω 2
Ek energi kinetik
Momentum sudut
Momentum sudut adalah tingkat kesulitan suatu materi yang sedang berotasi
dihentikan, makin sulit dihentikan maka momentum sudut semakin besar.
Momentum sudut adalah besaran vektor dengan satuan N s. Arah momentum sudut
sama dengan arah
Defenisi kuantitatif:
L Iω
L momentum sudut
Hukum kekekalan momentum sudut: jika momen gaya total pada sistem nol
maka jumlah momentum sudut tetap.
ΣLsebelun ΣLsesudah
50
Gerak benda dengan memperhatikan momen inersia katrol
a percepatan lenear
k konstantan momen inersia katrol
M katrol massa katrol
T1 T2 ; karena adanya momen inersia katrol
Kesetimbangan
Benda dikatakan setimbang jika besar percepatan transilasi atau secara
rotasi adalah nol.
Kesetimbangan Translasi
Berlaku :
F1 F F
2 3
sin 1 sin 2 sin 3
51
Titik Berat
Titik berat adalah titik tangkap gaya berat dan juga merupakan perpotongan
garis berat.
52
Titik berat gabungan dari benda-benda teratur yang mempunyai berat W1 ,
W2 , W3, ... dan seterusnya.
Wn xn W1 x1 W2 x2 W3 x3 ...
x0
Wn W1 W2 W3
Wn yn W1 y1 W2 y2 W3 y3 ...
Y0
Wn W1 W2 W3
Dimana W = berat benda
W (berat) m ( massa) v (volume) A (luas) L ( panjang)
rumus di atas bisa kita ganti dengan besaran-besaran di atas. Jadi
dapat juga.
A x A2 x2 A3 x3 ... A y A2 y2 A3 y3 ...
x0 1 1 atau y0 1 1
A1 A2 A3 A1 A2 A3
1) Pada pelubangan/pemotongan benda berlaku:
A x A2 x2 A y A2 y 2
x0 1 1 dan y0 1 1
A1 A2 A1 A2
2) Catatan:
- Titik berat selalu ada sepanjang sumbu simetri benda (jika ada)
- Penggabungan dua benda akan menghasilkan titik berat yang
letaknya di antara titik berat benda gabungan.
x1 < x0< x2 akan lebih dekat ke titik berat yang benda lebih
berat.
y1 < y0< y2 akan lebih dekat ke titik berat yang benda lebih
berat.
- Pada pemotongan benda menghasilkan titik berat yang menjauhi
titik berat potongan benda.
53
Bab IV
KONSEP DAN TEORI MEKANIKA FLUIDA
4.1.Pengertian fluida.
Fluida adalah zat yang dapat mengalir. Zat cair dan gas termasuk dalam
kelompok fluida. Gas fluida yang relatif mudah dimampatkan, sedangkan zat cair
fluida yang sulit dimampatkan.
Sifat-sifat fluida
Bentuknya mengikuti wadah.
Dapat mengalir.
Untuk fluida sejenis dalah bejana tunggal, maupun bejana berhubungan dalam
keadaan statis, bentuk permukaan selalu datar.
Tekanan yang diberikan pada A1 akan diteruskan pada A2 dengan besar yang sama
yaitu P1 = P2
54
Secara matematis, prinsip Archimedes dituliskan sebagai berikut.
F Vg
F gaya ke atas
V volune fluida yang dipindahkan
g percepatan gravitasi.
Pada gambar di sebelah: tekanan pada titik A, B, C dan D adalah sama, sebab
berada pada garis lurus dan fluida homogen/sejenis.
PA PB
1 gh1 2 gh2
1h1 2 h2
55
Hukum Poiseuille
Hukum ini menjelaskan besarnya debit fluida mengalir dalam pipa akibat
adanya perbedaan tekanan antara ujung-ujung pipa.
.R 4
Q ( p1 p2 )
8L
Q debit; R jari - jari pipa;
L panjang pipa; kekentalan fluida
p1 p2 perbedaan tekanan pada kedua ujung pipa
Kapilaritas
Kapilaritas adalah fenomena naik atau turunnya permukaan zat cair di dalam
pembuluh yang sempit. Jika gaya adhesi lebih besar dari gaya kohesi maka
permukaan fluida dalam pembuluh akan naik dan terjadi miniskus cekung. Jika gaya
kohesi lebih besar dari gaya adhesi maka permukaan fluida dalam pembuluh akan
turun dan terjadi miniskus cembung.
Fluida ideal
Fluida ideal adalah fluida yang mempunyai sifat-sifat berikut:
Fluida tidak dapat dimampatkan (incompressible), yaitu volume dan massa
jenis fluida tidak berubah akibat tekanan yang diberikan kepadanya.
Fluida tidak mengalami gesekan dengan dinding tempat fluida tersebut
mengalir.
Kecepatan aliran fluida bersifat laminer, yaitu kecepatan aliran fluida di
sembarang titik berubah terhadap waktu sehingga tidak ada fluida yang
memotong atau mendahului titik lainnya.
56
Gambar 4.4. Aliran laminer
Persamaan Kontinuitas:
Persamaan kontinuitas menjelaskan bahwa debit fluida yang masuk sama
dengan debit flida yang keluar.
Syarat berlakunya persamaan kontinuitas:
1. Volume fluida tidak berubah akibat tekanan(incompressible)
2. Fluida tidak mengalami gesekkan dengan dinding tempat fluida mengalir.
3. Aliran fluida bersifat laminer, artinya aliran partikel fluida mengikuti garis alir
laminernya dan tidak dapat berpindah atau memotong garis alir lainnya.
dm1 dm2
dt dt
1 A1v1 2 A2 v2 ; Jika tetap :
A1 .v1 A2 .v2
A. v konstan
A = luas penampang
V = besar kecepatan fluida.
57
Persamaan Bernoulli.
Persamaan Bernoulli menggunakan hukum kekekalan energi mekanik:
W E
( p1 p2 ).V Ek Ep
m
( p1 p2 ) 12 (mv22 mv12 ) (mgy2 mgy1 )
p1 12 v gy1 p2 12 v22 gy2
2
1
p 12 v 2 gy tetap
P = tekanan,
V = besar kecepatan.
Y = ketinggian
Tekanan
Tekanan adalah gaya yang bekerja pada satu satuan luas bidang secara tegak
lurus. Tekanan adalah besaran fisika yang dapat sebagai vektor maupun tensor
dengan satuan N/m2. Sebagai tensor tensor rank 2 tekanan mempunyai sembilan
komponen dalam bentuk matriks 3 x 3. Sebagai vektor tekanan mempunyai tiga
komponen yaitu sebagai tensor rank 1. Macam satuan tekanan : 1 atm = 76
cmHg=1,01 105 Pa; 1 bar = 106 Pa; 1 Pa = 1 N/m2.
F
P
A
P Besar tekanan ;
F gaya
A luas penampang
58
Massa jenis
Massa jenis adalah ukuran kerapatan/kepadatan atau densitas partikel
penyusun benda. Semakin besar massa jenis maka semakin rapat partikel penyusun
benda/zat. Satuan massa jenis kg/m3. Rumusan massa jenis:
m
V
massa jenis
V volume zat
m massa zat.
Cair
Air 1,00 . 103
Darah 1,03 . 103
Air raksa 13, 6 . 103
Alkohol 0,79 . 103
Bensin 0,68. 103
Gas
Udara 1,29
Helium 0,179
Karbondioksida 1,98
Tekanan Hidrostatis
Tekanan hidrostatis adalah tekan pada suatu titik yang timbul akibat berat fluida
pada kedalaman tertentu. Besar tekanan hidrostatis pada titik dengan kedalaman
yang sama ke segala arah sama besar.
P .g.h
P tekanan hidrostatis;
massa jenis fluida
h kedalaman fluida
g percepatan gravitasi
Gambar 4.7. tekanan hidrostatis
59
Tegangan permukaan
Tegangan permukaan adalah kemampuan fluida membentuk permukaan
sekecil-kecilnya akibat adanya tarik menarik antara partikel fluida (kohesi).
Tegangan permukaan menyebabkan permukaan fluida bersifat elastis.
Contoh fenomena tegangan permukaan:
Tetesan air yang cendrung bulat, karena membentuk permukaan yang
sekecil-kecilnya.
Nyamuk dapat hinggap di atas permukaan air. Gelembung sabun yang lentur.
W F .S
2.A 2.l.S
F
2l
l panjang bidang yang akan diperluas
S pertambahan lebar bidang
Nilai 2 karena ada dua permukaan yang akan diperluas
Tegangan permukaan (N/m)
60
Pada gambar a, sudut kontak > 900, untuk fluida jenis ini permukaan fluida
akan turun. Pada keadaan ini gaya kohesi>gaya adhesi.
Pada gambar b, sudut kontak < 900, untuk fluida jenis ini permukaan fluida
akan naik. Pada keadaan ini gaya kohesi<gaya adhesi
2 cos
y
gr
y selisih tinggi permukaan zat cair
tegangan permukaan
massa jenis fluida
r jari - jari pipa kapiler
Debit
Debit adalah volume fluida yang mengalir dalam satuan waktu. Satuannya
3
m /s.
Rumusan debit:
dV A.ds
Q
dt dt
Q A.v
Q debit
A luas penampang
v besar kecepatan fluida
ρvD
NR
η
ρ massa jenis fluida
v besar kecepatan fluida
D diameter t abung
kekentalan fluida.
61
Aplikasi Persamaan Bernoulli
Besar kecepatan aliran fluida pada bejana berlubang
Pada kasus ini ada dua jenis kecepatan aliran fluida yaitu:
Besar kecepatan turunnya fluida pada bejana yang besarnya mendekati nol
sehingga diabaikan dan
Besar kecepatan fluida dari lubang kecil.
v1 2 gh
x 2 h h1
v1 besar kecepatan aliran
p1 12 .v12 p2 12 .v22
p1 p2 12 .(v12 v22 ); gh 12 .(v12 v22 )
2 2
A v
A1.v1 A 2 .v2 ; 1 2
A 2 v2
2 gh
v1 2
A1
1
A2
v1 laju fluida pada pipa besar; A1 luas penampang pipa besar
A 2 luas penampang pipa kecil
62
Venturimeter dengan manometer
Alat ini digunakan untuk mengukur laju fluida dalam pipa. Karakteristik
besaran fisika pada venturimeter dengan manometer:
Tekanan total pada titik 1 dan 2 adalah sama.
Perbedaan tekanan luar pada titik 1 dan 2 adalah= ( ' ).g.h
Kecepatan fluida pada titik 1 lebih kecil dibanding titik 2
Tekanan akibat ketinggian di titik 1 dan 2 adalah sama
2 gh( ' )
v1 2
A
1 1
A2
v1 laju fluida pada pipa besar; A1 luas penampang pipa besar
A 2 luas penampang pipa kecil ; massa jenis fluida dalam tabung aliran
' massa jenis fluida dalam pipa U
Tabung pitot
Tabung pitot digunakan untuk mengukur kelajuan udara atau gas.
Karakteristik besaran fisika pada tabung pitot:
Tekanan total pada titik 1 dan 2 adalah sama.
Tekanan akibat ketinggian di titik 1 dan 2 adalah sama
1
Tekanan akibat kelajuan fluida .v 2 setara dengan beda tekanan fluida pada
2
pipa U, '.g.h
2 gh '
v1
v1 laju gas dalam pipa aliran
massa jenis gas
' massa jenis fluida dalam pipa U
63
Gaya angkat pada sayap pesawat terbang
Gaya angkat terjadi karena adanya perbedaan tekanan di atas dan di bawah sayap
pesawat. Perbedaan tekanan terjadi karena adanya beda kelajuan fluida di atas dan
di bawah sayap pesawat.
1
(v22 v12 ) A
F ( P1 P2 ) A
2
F gaya angkat pesawat
P1 tekanan di bawah sayap
P2 tekanan di atas sayap
A luas total bidang peswat.
v 2 v1 ; v kelajuan fluida
64
BAB V
KONSEP DAN TEORI ZAT DAN KALOR
Asas black
Pada proses pencampuran beberapa zat terjadi proses pelepasan dari yang
suhu/ fase tinggi ke faselebih rendah. Penerimaan kalor ini akan terus berlangsung
sampai kedua benda itu memiliki suhu yang sama. Pada proses ini berlaku: jumlah
kalor lepas = jumlah kalor serap
𝑸𝒍𝒆𝒑𝒂𝒔 = 𝑸𝒅𝒊𝒔𝒆𝒓𝒂𝒑
Hukum Boyle
Hukum Boyle menjelaskan hubungan antara tekanan dan volume gas dalam
ruang tertutup pada suhu dan jumlah partikel konstan.
PV NkT konstan
atau P1V1 P2V2 konstan
V
Pada tekanan konstan : konstan
T
P
Pada volume konstan : konstan
T
A B C
Tinjau tiga sisem A, B, dan C. Fakta eksperimental : bila sistem ada dalam
kesetimbangan termal dengan sistem B, dan sistem B juga ada dalam
kesetimbangan termal dengan C, maka A ada dalam kesetimbangan dengan C.
- TA = TB
- TB = TC TA = TC
65
Hukum I Termodinamika
Jika energi kalor mengalir kedalam sebuah system, maka energi kalor akan
diterima system untuk mengubah energi di dalamnya dan atau melakukan usaha
terhadap lingkungannya.
Q = W + ∆𝑼
Hukum II Termodinamika
Hukum II Termodinamika membahas tentang dapat atau tidak dapat
terjadinya proses perubahan energi suatu sistem.
𝑻𝟐
𝒅𝑸 𝑻𝟐
∆𝑺 = = 𝒄 𝒍𝒏
𝑻𝟏 𝑻 𝑻𝟏
𝑾 = 𝑸𝒉 − 𝑸𝒄
W = usaha ( J )
𝑸𝒉 = Panas yang di serap dari tandon (J )
𝑸𝒄 = Panas buangan ( J )
66
Efisiensi Mesin
Mesin pemanas Carnot
𝑾 𝑸𝟐 𝑻𝟐
𝜼= =𝟏− =𝟏−
𝑸𝟏 𝑸𝟏 𝑻𝟏
𝑸𝟐 𝑸𝟐 𝑻
𝒌= = =
𝑾 𝑸𝟏 − 𝑸𝟐 𝑻𝟏 − 𝑻𝟐
Mengapa suhu 0K hanya dapat dicapai secara teortis tetapi tidak dapat dicapai
secara empirik?
𝑾 𝑸𝟐 𝑻𝟐
𝜼= =𝟏− =𝟏−
𝑸𝟏 𝑸𝟏 𝑻𝟏
Jika suhu T2=0, maka efesiensi mesin 100 %. Hal ini menjelaskan bahwa seluruh
energi kalor dapat berubah menjadi usaha. Jika hal ini terjadi maka bertentangan
dengan Hukum II termodinamika.
67
Pemuaian
Pemuaian adalah peristiwa berubahnya dimensi pajang suatu zat atau materi.
Pemuaian terjadi karena zat menerima energi kalor. Energi kalor yang diterima
menyebabkan jarak antar partikel yang menyusun zat bertambah besar, akibatnya
terjadi pemuaian.
Perpindahan kalor
Konduksi
Konduksi adalah proses perpidahan energi kalor melalui medium tanpa diikuti
perpindahan materi. Zat yang dapat menghantar kalor dengan baik, disebut
konduktor. Konduksi umumnya terjadi pada zat padat.
Konveksi(aliran)
Konveksi adalah proses perpidahan energi kalor melalui medium yang diikuti
perpindahan materi. Konveksi umumnya terjadi pada fluida.
Radiasi(pancaran)
Radiasi adalah proses perpindahan kalor tanpa zat perantara.
Menguap
Proses perubahan wujud zat dari cair ke gas. Pada proses ini kalor diserap
kalor diserap
Mengembun
Proses perubahan wujud zat dari gas ke cair. Pada proses ini kalor dilepas
Membeku
Proses perubahan wujud zat dari cair ke padat. Pada proses ini kalor dilepas
Menyublin
Proses perubahan wujud zat dari padat ke gas. Pada proses ini kalor diserap
Gas ideal
Gas ideal adalah gas yang diasumsikan mempunyai sifat-sifat tertentu. Gas
ideal diperlukan untuk menyederhanakan analisis teori sifat-sifat gas. Beberapa gas
68
di alam mempunyai sifat yang mendekati gas ideal, seperti gas mulia atau gas
beratom tunggal (He, Ne, Ar, dll)
Temperatur (Suhu)
Suhu adalah besaran yang menunjukan derajat panas yang dimiliki materi.
Suhu terjadi karena perubahan energi mekanik menjadi energi kalor, akibat
tumbukan antar partikel yang menyusun zat. Suhu merupakan efek dari energi
kalor. Suhu merupakan besaran pokok dalam fisika dengan satuan SI dalam
Kelvin(K).
Pengukuran suhu
Suhu dapat diukur langsung dengan menggunakan alat termometer.
𝑿 − 𝑿𝟎 𝑨 − 𝑨𝟎
=
𝑿𝒕 − 𝑿𝟎 𝑨𝒕 − 𝑨𝟎
69
Jenis alat ukur suhu:
C : (F-32) : R = 5 : 9 : 4
K = 273 + C
Pemuaian Panjang
Besarnya pertambahan muai panjang ditentukan oleh: koefisien muai
panjang, panjang awal dan kenaikan suhu.
Besarnya pertambahan panjang dipengaruhi oleh:
Koefisien muai panjang
Panjang awal
Perbedaan suhu
∆𝑳 = 𝛂. Lo. ∆𝑻
70
α = koefesien muai panjang, (/K atau /oC)
∆𝑨 = 𝛃. Ao. ∆𝑻
Pemuaian Volume
Besarnya pertambahan muai volume ditentukan oleh: koefisien muai volume,
volume awal dan kenaikan suhu.
Besarnya pertambahan volume dipengaruhi oleh:
Koefisien muai volume
Volume awal
Perbedaan suhu
∆𝑽 = ɤ 𝐕𝐨 ∆𝑻
Kapasitas kalor
71
Kalor yang diperlukan untuk menaikan suhu zat satu satuan.
Jika kapasitas kalor semakin besar maka kalor untuk menaikan suhu satu satuan
semakin besar dan sebaliknya.
Q
C ; Q C.T
T
C kapasitas kalor (J/K)
Kalor jenis
Kalor yang diperlukan menaikan suhu satu satuan massa zat sebesar satu
satuan suhu.
Q
c ; Q c.m.T
m.T
c kalor jenis zat (J/kgK)
Kalor yang diserap atau dilepas suatu zat ditentukan oleh : kalor jenis zat,
massa zat dan perubahan suhu yang terjadi.
Jika kalor jenis zat semakin besar maka kalor yang diperlukan untuk menikan
suhu satu-satuan untuk satu satuan massa zat semakin besar.
Q = m. L
Q A.T
H k
t L
HA = HB
𝑸
= 𝒉. 𝑨. ∆𝑻
𝒕
𝑸
𝑷= = 𝒆 𝝇 𝑨𝑻𝟒
𝒕
73
Persamaan umum Gas ideal.
Persamaan umum gas menunjukan hubungan tekanan, volume, suhu dan
jumlah mol gas dalam ruang tertutup.
P.V = n R T atau P.V = N k T
PV = konstan
Persamaan gas pada volume atau tekanan konstan berlaku hukum Gay Lussac
Volume konstan
𝑷
= 𝒌𝒐𝒏𝒔𝒕𝒂𝒏
𝑻
Tekanan konstan
𝑽
= 𝒌𝒐𝒏𝒔𝒕𝒂𝒏
𝑻
𝟏 𝑵.𝒎𝟎 𝟐 𝑵.𝑬𝒌
𝑷= 𝒗𝟐 atau 𝑷 =
𝟑𝑽 𝟑𝑽
74
Hubungan temperatur dengan kinetik gas
Energi kinetik gas menybebkan tumbukan antar partikel, tumbukan antar
partikel menyebabkan terjadinya perubahan energi kinetik menjadi energi kalor,
energi kalor menyebabkan suhu. Energi kinetik gas sebanding dengan besar suhu
gas.
3
Energi kenetik rerata : 𝐸𝑘 = 𝑘𝑇
2
T = temperature gas ( Kelvin) dan 𝐸𝑘 = energi kinetic rata-rata
K = tetapan Boltzman = 1,38 x 10-23 J/K
𝟑𝒌𝑻 𝟑𝑹𝑻 𝟑𝑷
𝒗𝒓𝒎𝒔 = = =
𝒎𝟎 𝑴𝒓 𝝆
𝑾= 𝑷𝒅𝑽
W = Usaha (joule)
P = Tekanan (N/m2)
dV = Perubahan volume
75
Usaha Proses isobarik (Tekanan : P = konstan)
V2 V2
W PdV P dV
V1 V1
W = P (V2 – V1)
W=0
V2 V2
dV
W PdV nRT V
V1 V1
P1 V1 = P2V2; P1/P2=V2/V1
𝑉2 𝑃1
𝑊 =𝑛𝑅𝑇𝑙𝑛 atau 𝑊 = 𝑛 𝑅 𝑇 𝑙 𝑛
𝑉1 𝑃2
76
Q = 0 → W = - ∆𝑈
Pada proses adiabatik berlaku
𝐶𝑝
𝑃1 (𝑉1 )𝛾 = 𝑃2 (𝑉2 )𝛾 dengan 𝛾 = 𝐶𝑉
𝛾 = tetapan Laplace ( gas monoatomik
𝛾 = 1,4 ; gas diatomic suhu sedang
𝛾 = 1,67)
Cp = kapasitas kalor jenis gas pada
tekanan tetap
CV = kapasitas kalor jenis gas pada volume
tetap
Gambar 5.5. Proses adiabatik
Usaha dirumuskan:
𝟏
𝑾= ( 𝑷 𝟏 𝑽𝟏 − 𝑷 𝟐 𝑽𝟐 )
𝜸−𝟏
𝑸
𝑪= .
∆𝑻
Kapasitas kalor gas pada tekanan tetap Cp dan kapasitas kalor gas pada
volume tetap Cv
Cp – CV = n R
sehingga berlaku:
- Gas mono atomik dan diatomik suhu rendah:
𝟑 𝟓
𝐂𝐕 = 𝟐 𝐧 𝐑 dan 𝐂𝐩 = 𝐧𝐑
𝟐
- Gas diatomik suhu sedang:
𝟓 𝟕
𝑪𝑽 = 𝟐 𝒏 𝑹 dan 𝑪𝒑 = 𝒏𝑹
𝟐
- Gas diatomik suhu tinggi:
𝟕 𝟗
𝑪𝑽 = 𝟐 𝒏 𝑹 dan 𝑪𝒑 = 𝒏𝑹
𝟐
77
BAB VI
KONSEP DAN TEORI GELOMBANG
6.1.Konsep gelombang
Apakah yang dimaksud dengan gelombang?
Gelombang adalah peristiwa merambatnya energi getaran melalui medium
atau tanpa medium. Untuk gelombang mekanik diperlukan medium, sedangkan
untuk gelombang elektromagnetik tidak diperlukan medium.
Jenis-jenis gelombang
Berdasarkan energi penyebab gelombang. Gelombang mekanik dan
gelombang elektromagnetik.
Berdasarkan arah getar dan arah rambat. Gelombang transversal dan
longitudinal. Gelombang transversal: arah getaran tegak lurus dengan arah
rambat gelombang. Gelombang longitudinal: arah getaran berimpit dengan
arah rambat gelombang.
Berdasarkan amplitudo gelombang. Gelombang stasioner dan
gelombang berjalan. Gelombang stasioner adalah perpaduan gelombang
datang dan pantul yang telah mencapai keseimbangan sehingga nampak
seperti gelombang diam. Gelombang berjalan adalah gelombang yang
merambat dari sumber gelombang ke arah tertentu dengan amplitudo tetap.
Berdasarkan dimensi. Gelombang satu dimensi, contoh: gelombang pada
tali. Gelombang dua dimensi, contoh: gelombang pada permukaan air.
Gelombang tiga dimensi, contoh: gelombang bunyi, gelombang cahaya.
Gelombang mekanik
Apa yang dimaksud gelombang mekanik?
Gelombang mekanik adalah fenomena perpindahan energi getaran mekanik
melalui suatu medium.
Gelombang mekanik yang terjadi karena adanya interaksi energi mekanik dengan
materi.
Ketika kita menjatuhkan batu ke air terjadi gelombang mekanik berjalan pada
air.
Ketika diberikan energi mekanik berupa ketukan kepada benda atau materi
maka akan terjadi gelombang bunyi.
78
Karakteristik gelombang mekanik
Berupa gelombang transversal atau longitudinal
Hanya dapat merambat jika ada medium atau materi perantara
Gelombang elektromagnetik
Apa yang dimaksud dengan gelombang elektromagnetik?
Gelombang elektromagnetik adalah fenomena perpindahan energi getaran
listrik dan magnet yang dapat berpindah melalui medium atau tanpa melalui
medium.
Prinsip superposisi
Sejumlah gelombang yang berbeda frekuensi dan merambat dalam medium
yang sama tidak saling berinteraksi, sehingga efek yang terjadi akibat gelombang
pada medium tersebut merupakan penjumalahan dari masing-masing gelombang.
sin(i ) v1
sin( r ) v2
i sudut datang
r sudut bias
v1 kecepatan gelombang pada medium 1
v 2 kecepatan gelombang pada medium 2
Pelayangan
Pelayangan adalah interferensi dua gelombang atau lebih yang mempunyai
frekuensi dan fase berbeda. Secara matematis gelombang hasil interferensi tidak lagi
merupakan fungsi sinus (getaran partikel bukan merupakan getaran selaras). Efek
pelayangan pada bunyi menimbulkan suara lemah-keras- lemah secara priodik.
Resonansi gelombang
Resonansi adalah perpaduan anatara gelombang datang dan pantul yang
menghasilkan amplitudo lebih besar dari amplitudo gelombang awal. Resonansi
pada dawai dapat menghasilkan gelombang stasioner atau gelombang tegak. Pada
alat musik resonansi meyebabkan suara yang lebih keras. Dari segi getaran
resonansi adalah fenomena ikut bergetar. Resonansi dapat terjadi jika frekuensi
sumber sama dengan frekuensi alamiah dari sistem.
Dispersi gelombang
Dispersi adalah terurainya suatu gelombang polikromatik menjadi berbagai
jenis gelombang monkromatik berdasarkan frekuensi masing-masing setelah
memasuki suatu medium lain yang kerapatannya lebih besar. Pada gelombang
cahaya fenomena dispersi terjadi pada munculnya pelangi.
Polarisasi gelombang
Jika gelombang sumber yang mempunyai berbagai arah getar memasuki
suatu medium dan setelah memasuki medium hanya satu jenis arah getar yang
diteruskan sedangkan arah getar yang lain diserap oleh medium maka dikatakan
gelombang telah terpolarisasi.
Efek Dopler (perubahan frekuensi gelombang)
Apakah yang dimaksud dengan efek Dopler?
Terjadinya perubahan frekuensi yang ditangkap pendengar dibandingkan frekuensi
sumber bunyi akibat adanya perubahan posisi antara pendengar dengan sumber
bunyi.
jika perubahan posisi sumber bunyi dan pendengar mendekat → frekuensi
terdengar tinggi ( fp > fs; fp=frekuensi oleh pendengar; fs=frekuensi sumber)
80
jika perubahan posisi sumber bunyi dan pendengar menjauh → frekuensi
terdengar lebih rendah (fp < fs)
jika tidak terjadi perubahan posisi sumber bunyi dan pendengar (diam) →
frekuensi terdengar sama (fp = fs)
𝝀
𝒗 = 𝝀 .𝒇 =
𝑻
v = cepat rambat gelombang( m/s)
𝜆 = 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑔𝑒𝑙𝑜𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔
f = frekuensi gelombang ( Hz) = jumlah gelombang tiap satuan waktu
T = periode gelombang (s) = waktu untuk satu gelombang
𝒙
𝒚 = 𝑨 𝒔𝒊𝒏 𝝎𝒕 − 𝒌𝒙 = 𝑨 𝒔𝒊𝒏 𝟐𝝅 ( 𝒇. 𝒕 − )
𝝀
𝜔𝑡 − 𝑘𝑥 arah rambat ke kanan dan ( 𝜔t + kx) ke kiri.
81
𝒚 = 𝟐 𝑨 𝐜𝐨𝐬 𝒌. 𝒙 𝐬𝐢𝐧(𝝎𝒕 − 𝒌𝒍)
𝛚
A : amplitude; 𝜔 : frekuensi sudut; f : frekuensi: 𝐟 = ; T : periode; k: bilangan
𝟐𝛑
𝟐𝛑
gelombang; 𝛌 = ; x : posisi; dan t: waktu; cepat rambat gelombang dapat juga
𝐤
𝛚
dirumuskan : 𝐕 = 𝛌. 𝐟 = 𝐤
𝐅
𝐯=
µ
𝒎
dengan µ = 𝑳
F = gaya tegangan tali, (N); m = massa dawai sepanjangl, (kg);
L = panjang dawai, (m)
µ = massa per satuan panjang dawai, ( kg m s-1)
Besaran fisika apakah yang mempengaruhi cepat rambat bunyi dalam gas?
Cepat rambat bunyi dalam gas
𝐑𝐓
𝐯= 𝛄
𝐌𝐫
Besaran fisika apakah yang mempengaruhi cepat rambat bunyi dalam zat cair?
Cepat rambat bunyi dalam zat cair :
𝐁
𝐯=
𝛒
Besaran fisika apakah yang mempengaruhi cepat rambat bunyi dalam zat padat?
Cepat rambat bunyi dalam zat padat :
𝐄
𝐯=
𝛒
Keterangan:
82
R = konstanta gas = 8,31 x 103 J mol-1K-1
T = suhu mutlak
Mr = berat molekul, ( kg mol-1)
𝛾 = konstanta Laplace, bergantung jenis gas
𝐵 = Modulus Bulk, ( N m-2)
𝜌 = massa jenis zat cair, ( kg m-3)
𝐸 = Modulus Young zat padat, ( N m-2)
𝜌 = massa jenis zat padat , ( kg m-3)
(𝒏 + 𝟏)
𝒇𝒏 = .𝒗
𝟐𝑳
(𝟐𝒏 + 𝟏)
𝒇𝒏 = .𝒗
𝟒𝑳
( n=0,1,2,3,4,………)
n = 0 → nada dasar
n = 1→ nada dasar I
n = 2 → nada atas II
𝐕 ± 𝐕𝐩
𝐟𝐩 = .𝐟
𝐕 ± 𝐕𝐬 𝐬
Intensitas Bunyi
Apa yang dimaksud intensitas bunyi?
Intensitas bunyi adalah daya bunyi persatuan luas
83
I 2 2 f 2 vA2
I intensitas bunyi (watt/m2 )
f frekuensi bunyi
massa jenis medium
v cepat rambat bunyi
A amplitudo
𝑷 𝑬
I= =
𝑨 𝑨.𝒕
Untuk bunyi yang merambat dalam ruang maka permukaan berupa luasan bola:
𝑷
I=
𝟒𝝅𝒓𝟐
Taraf intensitas bunyi
Taraf intensitas bunyi adalah tingkat / derajat kebisingan bunyi. Batas
kebisingan bagi telinga manusia : 10-12 watt. m-2 sampai 1 watt.m-2.
𝑰
TI = 10 log (deci Bell atau dB)
𝑰𝒐
Taraf intensitas bunyi untuk n sumber bunyi yang taraf intensitasnya TI1.
Makin banyak sumber bunyi maka TI makin besar
84
𝟏
𝒄=
𝝁𝟎 𝜺𝟎
Sinar gamma
Sinar –X
Sinar Ultraviolet
Cahaya tampak
Ungu
Nila
Biru
Hijau
Kuning
Jingga
Merah
Sinar inframerah
Gelombang radar
Gelombang televise
Gelombang radio
𝑩 = 𝑩𝒎𝒂𝒌𝒔 𝐜𝐨𝐬( 𝒌𝒙 − 𝝎𝒕) z
𝑬𝒎𝒂𝒌𝒔 𝑬 𝝎
= − = =𝒄
𝑩𝒎𝒂𝒌𝒔 𝑩 𝒌
2
k
2f
85
𝐸𝑚𝑎𝑘𝑠 = amplitudo medan listrik(N/C);
S
E
c
E rapat energi rata - rata
c cepat rambat cahaya
86
BAB VII
KONSEP DAN TEORI OPTIK
7.1.Gelombang Cahaya
Optik Geometri
Apa yang dimaksud dengan optik geometri?
Optik Fisis
Apa yang dimaksud dengan optik fisis?
Optik fisis adalah bagian dari ilmu fisika yang mengkaji sifat-sifat fisika dari
gelombang cahaya.
87
Gambar 7.1. Pemantulan cahaya menurut snellius
88
I = intensitas cahaya setelah melalui analisator
89
Gambar 7.4. pembentukan bayangan pada cermin cekung
90
Gambar 7.7. Pembentukan bayangan pada cermin cembung
91
Gambar 7.9a. Titik fokus lensa cembung Gambar 7.9b. Titik fokus lensa cekung
Sinar istimewa pada lensa cembung
92
a) Sinar sejajar sumbu utama akan dibiaskan seolah-olah melalui titik fokus,
b) Sinar seolah-olah menuju titik fokus akan dibiaskan sejajar sumbu utama.
c) Sinar melalui pusat optik, tidak dibiaskan
Interferensi cahaya
Percobaan interferensi Thomas Young
Perobaan Thomas Young menjelaskan fenomena terjadinya pola garis terang
dan gelap akibat interferensi gelombang cahaya yang koheren. Gelombang koheren
adalah gelombang yang mempunyai frekuensi dan fase yang sama.
93
Dengan membangkitkan sumber sinar koheren dengan menggunakan celah
ganda. Hasil perpaduan ( interferensi) berkas sinar adalah pola garis gelap terang
pada layar.
Polarisasi Cahaya
Polarisasi : proses penyerapan sebagian arah getar gelombang transversal.
Cahaya yang sudah dipolarisasi disebut cahaya terpolarisasi.
Akibat polarisasi, cahaya merambat dengan arah getar tertentu saja, sedang
arah getar lain terserap atau terkurangi.
Terjadinya polarisasi
1) Polarisasi karena pemantulan. Sudut sinar datang yang menyebabkan cahaya
terpolarisasi adalah 570.
2) Polarisasi karena pembiasan dan pemantulan
Polarisasi dapat terjadi jika antara sudut sinar bias dan sinar pantul sebesar
900
Sudut datang yang menyebabkan sinar terpolarisasi disebut sudut Brewster
(ip),
tan(ip) = n2/n1
ni ≡ indeks bias medium 1 dan n2 ≡ indeks bias medium 2.
3) Polarisasi karena pembiasan ganda. Polarisasi yang terjadi jika sinar
dilewatkan pada sebuah bahan yang anisotropic (arah perjalanan cahaya di
setiap titik di dalam bahan tersebut tidak sama).
4) Polarisasi karena penyerapan selektif
Proses ini menggunakan dua lensa, polarisator dan analisator.
Mula-mula cahaya dilewatkan polarisator sehingga terpolarisasi. Untuk
melihat bahwa cahaya tersebut terpolarisasi maka digunakan keping yang
sama sebagai analisator. Dengan memutar analisator pada sumbu antara
kedua keeping dapat diamati penurunan intensitas karena telah terjadi
penyerapan.
5) Polarisasi karena hamburan. Polarisasi juga dapat terjadi ketika cahaya tak
terpolarisasikan dilewatkan pada bahan, kemudian cahaya tersebut dihamburkan.
Contoh: Cahaya matahari dihamburkan oleh molekul-molekul di atmosfir, hingga
langit terlihat biru, karena cahaya biru paling banyak dihamburkan.
Jumlah bayangan dari dua buah cermin datar yang membentuk sudut ∝
Jika suatu objek berada di depan dua cermin yang mebentuk sudut maka
akan terbentuk n bayangan.
94
360
n 1
n jumlah bayanagn
besar sudut cermin dalam derjat
Untuk 90, terbentuk 3 bayangan.
Hubungan jarak benda, jarak bayangan dan jarak fokus pada cermin
cekung/cembung
𝟏 𝟏 𝟏
= + ′
𝒇 𝒔 𝒔
𝑠′ 𝑓 ′
𝑀= = =
𝑠 𝑠−𝑓
𝑠, 𝑓
𝑎𝑡𝑎𝑢 = + 𝑛𝑦𝑎𝑡𝑎 𝑑𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑎𝑙𝑖𝑘
𝑠 𝑠−𝑓
f = jarak fokus, cermin cekung f = (+)
s = jarak benda ke cermin dan s’ = jarak bayangan, nyata s’ = (+)
R= 2f = jari-jari kelengkungan
h = tinggi benda dan h’ = tinggi bayangan
M= perbesaran
95
n1
sin(ic )
n2
n1 n2
n1 indeks bias medimum rapat
n 2 indeks bias medium kurang rapat
Kedalaman semu:
Jika seseorang memandang dasar kolam, maka akan terlihat dasar kolam lebih
dangkal dari yang sesungguhnya. Fenomena ini terjadi karena adanya pembiasan
cahaya dari medium rapat ke medium kurang rapat.
𝒏𝟏
𝒅′ = 𝒙𝒅
𝒏𝟐
𝑑 ′ = kedalaman semu
d = kedalaman sesungguhnya
𝑛1 = indeks bias medium I
𝑛2 = indeks bias medium II
96
𝐬𝐢𝐧(𝒊𝟏 − 𝒓𝟏 )
𝒕=𝒅
𝐜𝐨𝐬 𝒓𝟏
t = pergeseran sinar
d = tebal kaca planparalel
𝑖1 = sudut datang mula-mula
𝑟1 = sudut bias di dalam kaca
D θ1 θ 4 β
β θ 2 θ3
θ1 sudut datang
θ 2 sudut bias dalam prisma
θ 3 sudut datang dalam prisma
θ 4 sudut bias ke luar prisma
sudut prisma
97
Hubungan antara s, s’, dan R:
𝒏𝟏 𝒏𝟐 𝒏𝟐 − 𝒏𝟏
+ ′ =
𝒔 𝒔 𝑹
Perbesaran :
𝒉′ 𝒏𝟏 𝒔′
𝑴= = 𝒙
𝒉 𝒏𝟐 𝒔
𝑛1 = indeks bias medium tempat benda berada
𝑛2 = indeks bias medium tempat pengamatan
s = jarak benda; s’ = jarak bayangan dan R = jari-jari kelengkungan
𝟏 𝒏𝑳 𝟏 𝟏
= −𝟏 ( + )
𝒇 𝒏𝒎 𝑹𝟏 𝑹𝟐
98
2. Nomor ruang benda < nomor ruang bayangan → diperbesar dan kebalikannya
3. Bayangan di de pan lensa → Maya, Tegak
4. Bayangan di belakang lensa → nyata, terbalik
𝟏 𝟏 𝟏
= + ′
𝒇 𝒔 𝒔
𝒔 ′ 𝒇 𝒉′
𝑴= − =− =
𝒔 𝒔−𝒇 𝒉
𝑠′ 𝑓
𝑎𝑡𝑎𝑢 = (+) nyata dan terbalik
𝑠 𝑠−𝑓
Kekuatan lensa :
𝟏𝟎𝟎
𝒑=
𝒇
P = kekuatan lensa(dioptri=D)
F = jarak fokus dalam cm
f = jarak fokus, cermin cekung f = (+)
s = jarak benda ke cermin dan s’= jarak bayangan,
99
Ditolong pakai lensa negatif yang kekuatan lensanya :
𝟏𝟎𝟎
𝒑= −
𝑷𝑹
100
Gambar 7.20. Perbesaran pada mikroskop
𝑓 𝑜𝑏
Tanpa akomodasi perbesaran anguler : 𝑀∝ = 𝑓 𝑜𝑘
𝑓𝑜𝑘 = jarak focus lensa objektif dan 𝑓𝑜𝑏 = jarak focus lensa okuler
Panjang teropong dirumuskan : d = fob + fok
𝑓 𝑜𝑏
Akomodasi maksimum perbesaran anguler : 𝑀∝ = 𝑠𝑜𝑘
Panjang teropong dirumuskan : d = fob + sok
sok = jarak benda (bayangan lensa objektif) ke lensa okuler
101
Gambar 7.22. Perbesaran pada teropong bumi
102
Perbesaran pada Teropong Panggung/teropongGalilei/ Teropong
Sandiwara
Bayangan nyata oleh lensa objektif jatuh di titik api lensa okuler
Perbesaran anguler tanpa akomodasi :
𝐬′ 𝐨𝐛
𝐌∝ =
𝐟𝐨𝐤
’
Panjang teropong : d = s ob - fok
Perbesaran Anguler akomodasi maksimum :
𝐬′ 𝐨𝐛
𝐌∝ =
𝐬𝐨𝐤
’
Panjang teropong dirumuskan : d = s ob – sok
S’ob = jarak bayangan lensa objektif dan fok = jarak focus lensa okuler.
Sudut dispersi
Sudut dispersi (𝜑): beda sudut deviasi minimum ungu dengan sudut deviasi
minimum merah.
𝜑 = 𝐷𝑢 − 𝐷𝑚 = 𝑛𝑢 − 1 𝛽 − 𝑛𝑚 − 1 𝛽 = (𝑛𝑢 − 𝑛𝑚 )𝛽
𝑛𝑢 dan 𝑛𝑚 = indeks bias sinar ungu dan merah
𝐷𝑢 dan 𝐷𝑚 = deviasi minimum ungu dan merah dan 𝛽 = sudut prisma
Warna benda
Warna benda tergantung pada:
Warna cahaya yang jatuh pada benda
Warna yang diteruskan dan dipantulkan
Jika filter biru digunakan untuk menjaring cahaya, maka sinar biru diteruskan dan
sinar lain diserap.
103
Warna komplementer: warna yang diperoleh dari pencampuran 2 warna primer.
Contoh: kuning (K), Magenta (Mg), Sian (Si)
Pencampuran seluruh warna primer dan warna komplementer menghasilkan
warna putih.
Difraksi celah tunggal, terjadi jika cahaya dirintangi oleh celah yang sempit.
Interferensi maksimum terjadi jika:
dsin 𝜃 = ( m-1/2) 𝜆 dengan m = 1, 2, 3, …..
Interferensi minimum terjadi jika:
dsin 𝜃 = m 𝜆 dengan m = 1, 2, 3, …..
Untuk sudut yang relatif kecil, pendekatan:
Sin 𝜃 ≅Pm/L = tan 𝜃
Dengan d ≡ lebar celah
104
Interferensi maksimum ( terang) terjadi:
d sin 𝜃 = m 𝜆 m= 0,1, 2, 3,……..
Untuk sudut relative kecil, pendekatan:
𝑃
Sin 𝜃 ≅ 𝐿𝑚 = tan 𝜃
Interferensi minimum (gelap) terjadi :
dsin 𝜃 = (m-1/2) 𝜆 m= 0,1, 2, 3,……..
Keterangan:
d : jarak antar celah
𝜃 : sudut antara terang pusat dengan terang ke-m
𝜆 : panjang gelombang cahaya
𝑃m : jarak antara terang pusat dengan terang ke-m
𝐿 : jarak antara celah dan layar
Dengan memperbanyak celah, dapat mempertajam garis gelap dan terang hal
tersebut ada pada percobaan difraksi kisi, jika N menyatakan banyaknya garis
(celah) per satuan panjang, maka: d = 1/N
Jarak terang/Gelap Berurutan
Dari ketiga kasus diatas untuk menentukan jarak antar garis gelap atau antar garis
𝐿
terang diberikan: ∆𝑝 = .𝜆
𝑑
Interferensi maksimum:
2nd cos r = 𝑚 − 2 𝜆
1
M= 1, 2, …..
Interferensi minimum
2nd cos r = 𝑚 𝜆
m= 1, 2, …..
n ≡ indeks bias lapisan tipis
Cincin Newton
Interferensi maksimum ( lingkaran terang)
1
𝑛. 𝑟 2 𝑡 = 𝑚 − . 𝜆. 𝑅 ; 𝑚 = 1,2,3, … ….
2
𝑟𝑡 : jari-jari lingkaranterang ke-m
𝑛 : indeks bias medium
Interferensi minimum ( lingkaran gelap):
𝑛. 𝑟 2 𝑔 = 𝑚. 𝜆. 𝑅 ; 𝑚 = 0, 1, 2, 3, … … .
105
BAB VIII
KONSEP DAN TEORI LISTRIK MAGNET
Q
E.dA ;
S
0
dA elemen luas permukaan tertutupS
Besar E dengan jarak r dari muat Q
Q Q Q
E.4 .r 2 ; E k 2
0 4 .r . 0
2
r
kerapatan garis gaya listrik
E besar kuat medan listrik (N/C)
106
Hukum Ohm
Rapat arus listrik sebanding dengan kuat medan listrik.
J .E;
J rapat arus listrik (A/m2 )
konduktivitas listrik
E kuat medan listrik
J .E ; I .E . A
V
I . A
l
l l
V I. I . ;
.A A
l
V I .R ; R
A
R hambatan listrik; hambatan jenis
l panjang penghantar; A luas penampang penghantar
Besar beda potensial V pada hambatan R yang dialiri arus i, sebanding dengan
besarnya kuat arus listrik i dan besar hambatan R; V = i R
Hukum I Kirchhoff
Jumlah aljabar kuat arus listrik yang melalui titik cabang sama dengan nol
Tanda positif (+) jika arah arus listrik menuju ke titik cabang
Tanda negatif (-) jika arah arus listrik meninggalkan titik cabang yang sama
∑i = 0; Σ imasuk = Σ ikeluar
Hukum II Kirchhoff
Dalam rangkaian tertutup (loop) jumlah aljabar GGL dan jumlah penurunan potensial
(IR) sama dengan nol
𝐈𝐑 + 𝛆=𝟎
Ketentuan tanda untuk 𝜀 dan I:
𝜀= (+), jika gerak mengikuti arah loop bertemu dengan kutub (+) sumber tegangan
terlebih dahulu
𝜀= (-), jika gerak mengikuti arah loop bertemu dengan kutub (-) sumber tegangan
terlebih dahulu
I = (+), jika arah loop searah dengan arah arus
I = (-), jika arah loop berlawanan dengan arah arus
Hukum Biot-Savart
107
Besaranya kuat medan magnet di sekitar arus listrik
Sebanding dengan kuat arus i,
Sebanding dengan elemen arus dl
Sebanding dengan sudut yang dibentuk oleh elemen arus dan titik yang akan
ditentukan kuat medan magnetnya
Berbanding terbalik dengan kuadrat jarak titik yang ditinjau dengan elemen arus.
0 Idl sin( )
dB
4 r2
dB besar verktor kuat medan magnet
0
10- 7 weber / m 2
4
108
B.dA 0;
S
Hukum Ampere
Besarnya kuat medan magnet pada lengkungan tertutup garis gaya magnet
sebanding dengan kuat arus yang dilingkupi garis gaya magnet.
B.dl
C
0i
Hukum Faraday
Kuat arus listrik dapat menimbulkan medan magnet, sebaliknya perubahan medan
magnet dapat menimbulkan gaya gerak listrik (beda potensial listrik) yang dapat
menimbulkan arus listrik.
Menurut hukum Faraday, besarnya gaya gerak listrik yang timbul sebanding dengan
laju perubahan fluks magnetik.
d
dt
ggl induksi
fluks magnetik(w eber)
109
Gambar 8.3. Hukum Faraday
Hukum Lenz
Ggl induksi yang timbul akan menyebabkan arus listrik yang melawan penyebab
timbulnya ggl itu sendiri. Tanda negatif pada ggl induksi hukum Faraday
menyesuaikan dengan hukum Lenz.
Medan listrik
Suatu daerah yang masing mendapat pengarus kelistrikan. Sumber muatan listrik
adalah elektron dengan muatan negatif dan proton dengan muatan positif.
110
Arus listrik searah
Arus listrik yang arah geraknya pada titik tertentu tetap. Arus listrik searah terjadi
karena adanya sumber beda potensial dari baterai elemen kimia. Arus listrik searah
dapat juga diperoleh dari arus bolak-balik dengan menggunakan adaptor.
Medan magnet
Suatu daerah yang masih mendapat pengaruh kemagnetan. Sumber kemagnetan
adalah magnet elementer yang berupa spin eketron. Spin elektron terjadi karena
perputaran elektron pada sumbunya.
Gaya listrik
Dua muatan dan terpisah sejauh r, maka pada muatan akan muncul gaya listrik
yang digambarkan sebagai berikut
𝐪𝟏 . 𝐪 𝟐
𝐅 = 𝐤.
𝐫𝟐
𝑘 = 9𝑥109 𝑁𝑚2 /𝐶 2
1
Jika tidak dalam ruang hampa maka 𝑘 =
4𝜋𝜀 𝑟 .𝜀 0
𝜀0 = permitivitas listrik dalam hampa dan
𝜀𝑟 = permitivitas relative bahan (di hampa 𝜀𝑟 = 1 )
Potensial Listrik
Potensial listrik di sebuah titik = energi potensial listrik dibagi dengan muatan uji di
titik itu.
𝐄𝐏
𝐕= 𝐄𝐏 = 𝐪. 𝐕
𝐪
𝐪𝟏 𝐪𝟐 𝐪𝟑 𝐪𝟒
𝐕𝐩 = 𝐕𝟏 + 𝐕𝟐 + 𝐕𝟑 + 𝐕𝟒 = 𝐤 +𝐤 −𝐤 −𝐤
𝐫𝟏 𝐫𝟐 𝐫𝟑 𝐫𝟒
112
Usaha untuk memindahkan muatan
Usaha yang diperlukan untuk memindahkan muatan uji positif q dari titik yang
potensial satu ke satunya:
Usaha:𝑊𝑃𝑄 = 𝑞. 𝑉2 − 𝑉1 = 𝑞. ∆𝑉
Nilai kapasitas kapasitor sendiri dipengaruhi oleh keadaan fisik dari kapasitor sendiri,
untuk keeping sejajar diberikan:
113
𝛆𝐫 𝛆𝟎 𝐀
𝐂𝟎 =
𝐝
A = luas tiap keeping, (𝑚2 )
d = jarak antar keeping, (m)
𝜀0 = permitivitas listrik dalam vokum/udara
𝜀𝑟 = permitivitas relative bahan
𝐑𝟐𝐑𝟏 𝟒𝛑𝛆𝟎 𝐑 𝟐 𝐑𝟏
𝐂= =
𝐤 𝐑𝟐 − 𝐑𝟏 𝐑𝟐 − 𝐑𝟏
Untuk yang hanya terdiri 1 bola konduktor saja, maka bisa dianggap 𝑅2 = ∞
𝟏 𝟏 𝟏
𝐕𝟏 : 𝐕𝟐 : 𝐕𝟑 =: :
𝐂𝟏 𝐂𝟐 𝐂𝟑
Dan didapat kapasitas ekivalennya adalah:
𝟏 𝟏 𝟏 𝟏
= + +
𝐂 𝐂𝟏 𝐂𝟐 𝐂𝟑
114
Dengan demikian muatan totalnya
adalah:
𝑄 = 𝑄1 + 𝑄2 + 𝑄3 + ⋯ + 𝑄𝑛
𝑄 = 𝐶1 + 𝐶2 + 𝐶3 + ⋯
+ 𝐶𝑛 . 𝑉
Kapasitas eivalennya adalah:
𝑄
𝐶 = = 𝐶 = 𝐶1 + 𝐶2 + 𝐶3
𝑉
𝐕
𝐈=
𝐑
V = beda potensial listrik (V) ; I = kuat arus listri (A) ; R = hambatan (Ω)
Hambatan listrik
𝐋
𝐑=𝛒
𝐀
𝜌= hambatan jenis bahan, (Ωm)
L =panjang penghantar, (m)
A = luas penampang lintang penghantar, (𝑚2 )
R = hambatan penghantar, (Ω)
𝐑 𝐭 = 𝐑 𝟎 𝟏 + 𝛂. ∆𝐓
Susunan hambatan seri
115
Susunan Seri
- Beda potensial
𝑉𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝜀 = 𝑉1 = 𝑉2 = 𝑉3
116
𝐼𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑅𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝐼1 𝑅1 = 𝐼2 𝑅2 = 𝐼3 𝑅3
𝐑 𝐆 .𝐑 𝐍 𝐑 𝐆 .𝐑 𝐌 𝐑 𝐌 .𝐑 𝐍
𝐑𝐚 = ; 𝐑𝐛 = ; 𝐑𝐜 =
𝐑 𝐆 +𝐑 𝐍 +𝐑 𝐌 𝐑 𝐆 +𝐑 𝐍 +𝐑 𝐌 𝐑 𝐆 +𝐑 𝐍 +𝐑 𝐌
Ampere Meter
Batas ukur amperemeter dapat diperbesar n kali dengan menambahkan suatu
hambatan parallel, disebut hambatan Shunt.
𝟏
𝐑 𝐬𝐡 = . 𝐑𝐀
𝐧−𝟏
𝑅𝐴 = hambatan dalam amperemeter
𝑅𝑠 = hambatan Shunt
Voltmeter
Batas ukur voltmeter dapat diperbesar dengan menambahkan suatu hambatan
secara seri, disebut hambatan depan.
𝐑𝐃 = 𝐧 − 𝟏 𝐑𝐯
𝑅𝑣 = hambatan dalam voltmeter
𝑅𝐷 = hambatan depan
n = pengali (kelipatan)
117
Energi Listrik
𝑽𝟐
𝑾 = 𝑽. 𝑰. 𝒕 = 𝑰𝟐 . 𝑹. 𝒕= 𝒕
𝑹
V= beda potensial, (v); I= kuat arus listrik,(A);
R = hambatan listrik,(Ω) dan t = waktu, (s)
Daya Listrik
𝐖 𝐕𝟐
𝐏= = 𝐕. 𝐈 = = 𝐈𝟐 . 𝐑
𝐭 𝐑
Untuk alat dengan spesifikasi 𝑃𝑡 watt, 𝑉𝑡 volt, yang dipasang pada tegangan V
𝑉 ≠ 𝑉𝑡 maka daya yang diserap alat:
𝐕
𝐏= . 𝐏𝐭
𝐕𝐭
P = daya listrik yang diserap
V = teganagn yang dipakai
Vt = tegangan tertulis
Pt= daya tertulis
𝛍𝟎 . 𝐈
𝐁𝐩 =
𝟐𝛑𝐚
Kawat Berarus Listrik yang panjangnya tertentu
118
𝛍𝟎 . 𝐈
𝐁𝐩 = 𝐜𝐨𝐬𝛉𝟏 + 𝐜𝐨𝐬𝛉𝟐
𝟒𝛑. 𝐚
θ1 sudut yang dibentuk ujung atas penghantar ke P
θ 2 sudut yang dibentuk ujung bawah penghantar ke P
a jarak titik ke penghantar ke P
𝛍𝟎 .𝐈.𝐍
Di pusat:𝐁 =
𝐥
𝛍𝟎 .𝐈.𝐍
Di ujung:𝐁 =
𝟐𝐥
Solenoida adalah kumparan yang
cukup panjang. B: kuat medan induksi
magnet:
N: jumlah lilitan solenoid dan 𝑙=
panjang solenoid
Gambar 8.14. Kuat medan magnet pada sumbu pada arus lingkaran
𝛍𝟎 .𝐈
Di titik O 𝐁𝐨 =
𝟐𝐚
𝛍𝟎 .𝐈
Di titik P 𝐁𝐩 = 𝐬𝐢𝐧𝟑 𝛉
𝟐𝐚
𝛍𝟎 . 𝐈. 𝐍
𝐁=
𝟐𝛑𝐫
𝐅𝐋 = 𝐁. 𝐈. 𝐋 𝐬𝐢𝐧𝛉
𝜃= sudut antara B dan I
𝑭𝑳 = 𝒒. 𝒗. 𝑩 𝐬𝐢𝐧 𝜽
𝑭 𝝁𝟎 . 𝑰𝟏 . 𝑰𝟐
=
𝑳 𝟐. 𝝅. 𝒂
Saling menarik jika arus searah
Saling menolak jika arus berlawanan
120
𝟏 𝟐. 𝐦. ∆𝐕
𝐑=
𝐁 𝐪
Arah gaya (F) selalu menuju ke pusat
Laju Muatan pada Medan Magnet dan Listrik Saling Tegak Lurus
Partikel bermuatan dapat bergerak lurus dalam medan magnet dan medan listrik
yang saling tegak lurus, dengan syarat laju:
𝐄
𝐯=
𝐁
Rumus diperoleh dengan menyamakan gaya listrik 𝐹𝑒 = 𝑞. 𝐸 dengan gaya magnet
𝐹𝐿 = 𝑞𝑣𝐵 dengan E: medan listrik
Fluks magnetik
Fluks magnetik adalah banyaknya garis-garis magnet yang menembus secara tegak
lurus pada suatu luasan.
GGL Induksi
Perubahan Fluks magnetik pada suatu kumparan akan menghasilkan sumber
d
tegangan atau GGL, besarnya sebanding dengan laju perubahan fluks yang
dt
melalui ragkaian tersebut:
d
N Volt
dt
Untuk GGL rata-rata:
N Volt
t
N: banyaknya lilitan
Negatif (-) menunjukkan fluks yang muncul melawan perubahan, seperti dijelaskan
pada hukum Lenz.
121
Ggl induksi pada kawat bergerak dalam medan magnet
Bila panjang kawat l digerakan dengan kecepatan v memotong tegak lurus medan
magnet B, maka pada ujung-ujung kawat timbul GGL:
l.B.v Volt
B= kuat medan magnet (T);
𝑙 = panjang kawat dan
v≡ laju gerak
Ggl iduksi pada kawat diputar sejajar bidang yang Tegak Lurus B
Bila kawat dengan panjang l diputar dengan laju v memotong tegak lurus medan magnet B
maka timbul GGL yang besarnya:
𝐵. 𝜋. 𝑙 2
𝜀=
𝑇
𝑙= panjang kawat XY (jari-jari) dan T = periode (waktu 1 kali putar)
GGl induksi generator AC
Pembuatan generator AC didasari pada konsep perubahan fluks magnetik akibat
perubahan sudut.
Besarnya GGL maksimum:
𝜀𝑚𝑎𝑘𝑠 = 𝑁𝐵𝐴𝜔
𝜀 = 𝑁𝐵𝐴 𝜔 𝑠𝑖𝑛 𝜔𝑡
𝜔= laju putaran sudut
𝑉𝑠 𝑁𝑠
=
𝑉𝑝 𝑁𝑝
𝑁𝑝 𝑑𝑎𝑛 𝑁𝑠 = jumlah lilitan pada kumparan
primer dan sekunder dan
𝑉𝑠 ≡ Tegangan primer dan sekunder
122
Efisiensi trafo diberikan:
Ps Vs .I s
100%
Pp V p .I p
𝑃𝑝 𝑑𝑎𝑛 𝑃𝑠 = daya kumparan primer dan daya kumparan sekunder
Induktansi Diri
GGL imbas akan timbul dalam sebuah kumparan jika arus dalam kumparan berubah
terhadap waktu. GGL yang dihasilkan dinamakan GGL induksi diri.
𝐝𝐈
𝛆𝐢𝐧𝐝 = −𝐋
𝐝𝐭
Untuk nilai rata-rata
∆𝐈
𝛆𝐢𝐧𝐝 = −𝐋
∆𝐭
L ≡ induktansi diri (henry);
1 Henry = 1 volt.detik/Ampere
𝛍𝐫 𝛍𝟎 𝐍 𝟐 𝐀
𝐋=
𝐥
N = jumlah lilita solenoida atau toroida.
A = luas penampang solenoid atau toroida
𝑙= panjang solenoid atau keliling toroida (m)
𝜇𝑟 = permeabilitas relative bahan; =1 (untuk hampa)
𝟏 𝟐
𝐖= 𝐋. 𝐈
𝟐
Sumber Arus dan Tegangan AC
123
Nilai Efektif Arus dan Tegangan Bolak-Balik
𝐈𝐦𝐚𝐤𝐬 𝐕𝐦𝐚𝐤𝐬
𝐈𝐞𝐟𝐟 = dan 𝐕𝐞𝐟𝐟 =
𝟐 𝟐
V Vmsin ωt
VR Vmsin ωt IR
I I msinωi
Vm
R
Im
Tegangan dan kuat arus sefase
V Vmsinωi
dI
VL Vmsinωi L
dt
π
I I msin(ωi )
2
Vm
XL
Im
Tegangan mendahului kuat arus sebesar 900
124
Tegangan dan kuat arus pada rangkaian Kapasitor
V Vmsinωi
Q CVc CVmsinωi
dQ π
IC ωCVmsin(ωi )
dt 2
π V π
IC I msin(ωi ) m sin(ωi )
2 XC 2
1 V
XC m
ωC I m
Arus listrik mendahului tegangan sebesar 900
Z R2 ( X L X C )2
125
Fase antara kuat arus dan tegangan pada rangkaian RLC seri
𝐑
𝐜𝐨𝐬 𝛉 =
𝐙
𝟏 𝟏
𝐟=
𝟐𝛑 𝐋𝐂
Daya pada rangkaian arus AC
Karena ada perbedaan fase antara arus dan tegangan, jika 𝐼 = 𝐼𝑚𝑎𝑘𝑠 sin 𝜔𝑡 maka
tegangan= 𝑉𝑚𝑎𝑘𝑠 𝑠𝑖𝑛 𝜔𝑡 + 𝜃 , sehingga dengan mensubstitusikan bentuk ini ke
persamaan daya 𝑃 = 𝑉𝐼 , maka diperoleh daya sesaatnya adalah:
𝟏
𝐏 = 𝐕𝐦𝐚𝐤𝐬 𝐈𝐦𝐚𝐤𝐬 𝐜𝐨𝐬𝛉𝐬𝐢𝐧𝟐 𝛚𝐭 + 𝐬𝐢𝐧𝛉 𝐬𝐢𝐧𝟐𝛚𝐭
𝟐
𝟏
𝐏 = 𝟐 𝐕𝐦𝐚𝐤𝐬 . 𝐈𝐦𝐚𝐤𝐬 𝐜𝐨𝐬 𝛉 atau
126
BAB IX
KONSEP DAN TEORI FISIKA MODERN
127
Prinsip simetri dan kekekalan.
Hukum-hukum fisika tidak bergantung pada operasi simetri yang terjadi. Contoh
operasi simetri: transilasi dalam ruang, transilasi dalam waktu, rotasi dalam ruang,
pembalikan ruang, pembalikan muatan.
Contoh:
Operasi simetri transilasi dalam ruang. Hukum-hukum fisika tidak bergantung
kepada tempat titik asal sistem koordinat yang digunakan. Transilasi dalam ruang
mengakibatkan prinsip kekekalan momentum linear.
Operasi simetri transilasi dalam waktu. Hukum-hukum fisika tidak bergantung
kepada orientasi sistem koordinat tempat hukum tersebut dinyatakan. Transilasi
dalam waktu menyebabkan prinsip kekekalan momentum sudut.
128
Hukum kekekalan energi
Jumlah energi, sebelum reaksi = sesudah reaksi
Dengan 1 sma setara 931 MeV, maka
𝑄 = 𝑚𝑎 + 𝑚𝑥 − 𝑚𝑦 + 𝑚𝑏 𝑥931 𝑀𝑒𝑉
𝑄 > 0 dibebaskan energi (eksotermik) dan 𝑄 < 0 diserap energi (endotermik)
Teori Foton
Untuk dapat menjelaskan hubungan radiasi kalor benda hitam dengan pergeseran
Wien, Planck sampai pada dua kesimpulan, tentang osilasi molekul-molekul pada
dinding benda berongga sebagai berikut.
Molekul-molekul yang bergetar akan memancarkan energi diskrit:
𝐄𝐧 = 𝐧. 𝐡. 𝐟
129
Gaya elektrostatis (antara positif dan elektron) bertindak sebagai gaya
sentripetal.
−𝟏𝟑, 𝟔
𝐄𝐧 = 𝐞𝐕
𝐧𝟐
Efek Fotolistrik
Penjelasan Einstein tentang Efek Fotolistrik
Menurut Einstein, cahaya merambat dalam bentuk paket-paket energi disebut foton.
Foton berperilaku seperti partikel dan tiap foton mengandung energi sebesar:
𝐜
𝐄 = 𝐡. 𝐟 = 𝐡
Ketika foton cahaya membentur permukaan logam, energi satu foton cahaya ini
diserap seluruhnya oleh sebuah electron. Bila energi foton sebesar hf ini cukup
besar, maka sebagian energi digunakan untuk melepaskan alektron dari ikatannya,
dan sisanya dipakai untuk energi kinetic eletron:
𝐄𝐤 𝐦𝐚𝐤𝐬 = 𝐡. 𝐟 − 𝐡. 𝐟𝟎
Efek Compton
Efek Compton adalah peristiwa terhamburnya sinar-X akibat tumbukan dengan
electron. Panjang gelombang sinar-X yang terhambur menjadi lebih besar dari
sebelum tumbukan.
Gelombang elektromagnetik memiliki sifat sebagai materi (tidak bermassa dan tidak
pula bermuatan) tetapi memiliki momentum (terkait tumbukan) yang besarnya:
𝑝=
Melalui hukum kekal momentum serta kekal energi maka panjang gelombang pada
hamburan Compton diperoleh:
'
h
1 cos
mc
= panjang gelombang foton sebelum tumbukan;
130
' = panjang gelombang foton setelah tumbukan
m = massa electron ;c = kecepatan cahaya dalam vakum; dan = sudut hamburan
foton
Produksi pasangan
Produksi pasangan adalah peristiwa di mana foton lenyap dan menjelma menjadi
dua materi saling anti, contohnya elektron dan positron.
𝐄𝐟𝐨𝐭𝐨𝐧 = 𝐄𝐦𝐚𝐭𝐞𝐫𝐢
𝐡. 𝐟 = 𝟐 𝐦𝟎 𝐜 𝟐 + 𝐄𝐤 𝐭𝐨𝐭
f= frekuensi gelombang foton
h = tetapan Planck
𝑚0 = massa diam electron dan positron
c = kecepatan cahaya dalam vakum
𝐸𝑘𝑡𝑜𝑡 = energi kinetic total (kedua materi)
Proses kebalikan dari produksi pasangan di mana materi lenyap dan menjadi foton:
𝐸𝑚𝑎𝑡𝑒𝑟𝑖 = 𝐸𝑓𝑜𝑡𝑜𝑛
Radioaktivitas
Kestabilan inti atom ditentukan oleh banyaknya proton dan netron dalam inti. Proses
inti meluruh menuju stabil sering disebut radioaktivitas.
Syarat nuklida mantap:
Misal inti atom : 𝐴𝑍 𝑋; A =nomor massa; Z=nomor atom; X=lambang atom
𝑁 𝐍
Untuk 𝑍 ≤ 20,, nilai = 1 dan Untuk 20 < 𝑍 < 83 , nilai ≅ ±𝟏, 𝟓
𝑍 𝐙
Cara inti atom meluruh
Nuklida-nuklida tidak stabil berusaha untuk jadi stabil dengan beberapa cara:
Meluruh, memancarkan partikel beta negative 𝑒 = −10𝛽 hingga muncul unsur
baru dengan Z tambah 1 dan N kurang 1 dari sebelumnya.
Meluruhkan partikel beta positif 𝑒 + = +10𝛽 , hingga ada unsur baru dengan Z
kurang 1 dan N tambah 1 dari sebelumnya.
Meluruh dengan memancarkan partikel alfa 42𝐻𝑒 sehingga Z berkurang 2 dan N
berkurang 2.
Selain peluruhan dapat juga proses penangkapan e dan 𝑒 +
𝟒 𝟏𝟒 𝟏𝟕
𝟐𝐇𝐞 + 𝟕𝐍 → 𝟖𝐎 + 𝟏𝟏𝐇
131
𝟒 𝟗 𝟏𝟐
𝟐𝐇𝐞 + 𝟒𝐁𝐞 → 𝟔𝐂 + 𝟏𝟎𝐧
𝟐𝟑𝟓 𝟏𝟒𝟎
𝟗𝟐𝐔 + 𝟏𝟎𝐧 → 𝟗𝟒
𝟓𝟒𝐗𝐞 + 𝟑𝟖𝐒𝐫 + 𝟐 𝟏𝟎𝐧 + 𝐄𝐧𝐞𝐫𝐠𝐢
𝟕
𝟑𝐋𝐢 + 𝟏𝟏𝐩 → 𝟒𝟐𝐇𝐞 + 𝟒𝟐𝐇𝐞
𝐛
𝐚
𝐞𝐗 + 𝐟𝐏 → 𝐠𝐜𝐘 + 𝐝𝐡𝐑 + 𝐐 𝐞𝐧𝐞𝐫𝐠𝐢
𝐕𝐀𝐁 + 𝐕𝐁𝐂
𝐕𝐀𝐂 =
𝐕 .𝐕
𝟏 + 𝐀𝐁 𝟐 𝐁𝐂
𝐜
Jika pesawat B bergerak dengan laju 𝑉𝐴𝐵 menurut pengamat A, kemudian ada
pesawat C yang juga bergerak menurut pengamat A lajunya𝑉𝐴𝐶 . Pertanyaannya laju
pesawat B menurut C atau sebaliknya?
Laju peluru C menurut pengamat B adalah:
𝐕𝐀𝐂 − 𝐕𝐀𝐁
𝐕𝐁𝐂 =
𝐕 .𝐕
𝟏 − 𝐀𝐂 𝟐 𝐀𝐁
𝐜
Catatan: jika arah berlawanan laju bertanda negative (-)
Kontraksi Panjang
Sebuah benda dengan panjang 𝐿0 akan terukur memendek menjadi L bila benda
dan kerangka pengukur saling bergerak dengan kecepatan relatif v, persamaan:
132
𝐯𝟐
𝐋 = 𝐋𝟎 𝟏− 𝟐
𝐜
Relativitas Massa
Benda dengan massa akan terukur lebih berat (m), persamaan:
𝐦𝟎
𝐦=
𝐯𝟐
𝟏− 𝟐
𝐜
Dilatasi Waktu
Relativitas khusus mengharuskan kita memandang perbedaan selang waktu antara
kedua kerangka, maka diberikan persamaan
∆𝐭 𝟎
∆𝐭 =
𝐯𝟐
𝟏− 𝟐
𝐜
∆𝑡0 = selang waktu yang terukur oleh “pengukur waktu” yang diam relative terhadap
pengamat
∆𝑡= selang waktu yang terukur oleh “pengukur waktu” yang bergerak relative
terhadap pengamat
Momentum Relativistik
Untuk mempertahankan hukum kekekalan momentum linier tetap berlaku dalam
relativitas Einstein, maka momentum relativistic didefinisikan sebagai:
𝐦𝟎 𝐯
𝐩 = 𝐦. 𝐯
𝟏 − 𝐯𝟐 𝐜𝟐
Energi total Relativistik
Menurut Einstein massa adalah bentuk lain dari energi, suatu benda saat diam
bermassa 𝑚0 , maka benda tersebut memiliki energi (energi diam): 𝐸0 = 𝑚0 𝑐 2
Bila benda bergerak dengan laju v maka massa bertambah bertambah akibatnya
energi juga bertambah.
Besarnya energi total relativitas (Et):
𝐦𝟎 𝐜 𝟐
𝐄𝐭 = = 𝐦. 𝐜 𝟐
𝐯 𝟐
𝟏− 𝟐
𝐜
Et = Ek + E0
Ek = Et – E0
Ek = mc2 – m0c2
𝐄𝐭𝟐 = 𝐄𝟎𝟐 + 𝐩𝟐 𝐜 𝟐
133
Energi radiasi Kalor
𝐄 = 𝐞. 𝛔. 𝐓 𝟒 𝐀. 𝐭
m .T c
m = panjang gelombang pada intensitas maksimum, (m)
T = suhu mutlak benda, (Kelvin)
c= konstanta Wien
Energi Foton
Molekul-molekul yang bergetar akan memancarkan energi diskrit:
𝐄𝐧 = 𝐧. 𝐡. 𝐟
n= bilangan bulat positif: 1, 2, 3, …., dan
f = frekuensi getaran molekul-molekul
h= tetapan Planck, yang besarnya: = 6,63𝑥10−34 𝐽𝑠
Molekul-molekul memancarkan atau menyerap energi dalam bentuk satuan-
satuan diskrit yang disebut foton atau kuanta.
Tiap-tiap foton mempunyai energi sebesar: 𝐸 = . 𝑓
Molekul akan memancarkan atau menyerap energi hanya ketika molekul itu
berubah tingkat energinya.
Jika molekul tetap tinggal pada satu tingkat energi tertentu, maka tidak ada
energi yang dipancarkan atau diserapnya.
Hipotesa De Broglie
De Broglie berhipotesis jika gelombang mempunyai sifat sebagai partikel maka
partikel juga harus punya sifat sebagai gelombang, dengan panjang gelombang:
h
m.v
134
= panjang gelombang de Broglie ; m = massa partikel ; v= kecepatan partikel
Jika partikel dipercepat oleh beda potensial maka panjang gelombang diberikan:
h h
mv 2mqV
q= muatan partikel
∆𝑉= beda potensial
1 1 1
R 2 2 ; 𝑅 = 1,097𝑥107 /𝑚
nB n A
𝑛𝐵 : kulit yang dituju
𝑛𝐵 = 1 → disebut sebagai Deret Lyman
𝑛𝐵 = 2 → disebut sebagai Deret Balmer
𝑛𝐵 = 3 → disebut sebagai Deret Paschen
𝑛𝐵 = 4 → disebut sebagai Deret Bracket
𝑛𝐵 = 5 → disebut sebagai Deret Pfund
135
stasioner elektron dalam suatu atom ditentukan oleh empat bilangan kuantum.
Keempat bilangan kuantum tersebut adalah:
1) Bilangan kuantum utama dengan simbol:n
2) Bilangan kuantum orbital dengan simbol:𝑙
3) Bilangan kuantum magnetik dengan simbol:𝑚𝑙
4) Bilangan kuantum spin dengan simbol:𝑚𝑠
L l l 1
h
Simbol :
2
Bilangan kuantum orbital juga menyatakan jumlah sub kulit yang merupakan
penyusunan suatu kulit atom. Misal:
Kulit K 𝑛 = 1 nilai 𝑙 yang mungkin 𝑙 = 0
Kulit L 𝑛 = 2 nilai 𝑙 yang mungkin 𝑙 = 0,1
Kulit M 𝑛 = 3 nilai 𝑙 yang mungkin 𝑙 = 0,1,2
Untuk suatu keadaan n, sub kulit-sub kulit yang berbeda tersebut diberi nama
khusus, yaitu:
Untuk 𝑙 = 0 : sub kulit s
Untuk 𝑙 = 1 : sub kulit p
Untuk 𝑙 = 2 : sub kulit d
Untuk 𝑙 = 3 : sub kulit f
136
Bilangan Kuantum Spin
1 1
Punya nilai:𝑚𝑠 = + 2 dan 𝑚𝑠 = − 2
Yang menunjukkan arah rotasi suatu electron terhadap porosnya sendiri.
Rotasi electron terhadap porosnya sendiri disebut spin.
1
Untuk 𝑚𝑠 = + 2 → spin berarah ke atas (spin-up)
1
Untuk 𝑚𝑠 = − 2 →spin berarah ke bawah (spin-down)
Bilangan kuantum spin berkait erat dengan momentum sudut instrinsik electron.
Besar momentum sudut intrinsik:
𝐒 = ss 1
S Z ms .
S Z S pada sumbu z
1 1
𝑚𝑠 = + 2 𝑚𝑠 = − 2
1
Selain elektron, ternyata ada partikel lain dengan spin , di antaranya adalah netron
2
dan proton
137
𝐦𝐚𝐬𝐬𝐚 𝐬𝐚𝐭𝐮 𝐚𝐭𝐨𝐦 𝐤𝐚𝐫𝐛𝐨𝐧 𝟏𝟐
𝟏 𝐬𝐦𝐚 =
𝟏𝟐
= 𝟏, 𝟔𝟔𝟓𝟔 × 𝟏𝟎−𝟐𝟕 kg
Satuan massa atom juga dapat dinyatakan berdasarkan prinsip kesetaraan massa
dan energi yang dikemukakan oleh Einstein. Sehingga diperoleh:
Isotop
Unsur yang mempunyai nomor atom sama nomor massa berbeda
Difek Massa
Jika beberapa proton dan netron bergabung membentuk inti atom, ternyata massa
inti dari gabungan tersebut selalu lebih kecil dari jumlah massa pembentuknya,
selisih massa tersebut disebut difek massa:
∆𝑚 = 𝑍. 𝑚𝑝 + 𝐴 − 𝑍 . 𝑚𝑛 − 𝑚𝑖𝑛𝑡𝑖
𝑚𝑝 :massa proton dan 𝑚𝑛 : masa neutron
138
Zat sisa peluruhan radioaktif
N N 0 e t
N zat yang tersisa
N 0 jumlah zat mula - mula
konstanta peluruhan
N N 0 e t
0.5 N 0 N 0e T1 / 2
ln 2
T1 / 2
T1 / 2 waktu paruh
konstanta peluruhan
139
Daftar bacaan
1. Allonso, M., dan Finn, E.D., 1980. Fundamental University Physics, New Cork:
Addison Wesley Longman.
3. Halliday, D., dan Resnick, R., 1999. Fisika Jilid 1. Terjemahan Patur Silaban,
Ph.D dan Drs. Erwin Sucipto, M.Sc. Jakarta : Erlangga.
5. Hewitt, Paul G. 2003. Conceptual Physics. New York: Pearson Education Inc.
6. Inan Furodiah. 1997. Fisika Dasar I. Buku Panduan Mahasiswa Mekanika dan
Panas. Jakarta: Penerbit Erlangga.
7. Sears, F.W., dan Zemanski, M.W., 2002. Fisika Universitas. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
10. Tippler, Paul A. 1991. Fisika Untuk Sains dan Teknik. Jakarta: Penerbit Erlangga
140
Lampiran 1
Glosarium
Istilah Arti
Asas Hukum dasar. Suatu aturan yang menjadi dasar terhadap
kebenaran hukum-hukum lainnya.
Besaran fisika Konsep fisika yang mempunyai variasi nilai, dapat diukur dan
hasil pengukuran berupa angka atau kuantitas.
Besaran pokok Besaran yang satuannya telah didefenisikan terlebih
dahulu dan tidak bergantung pada besaran lainnya.
Dalam satuan internasional ada 7 besaran pokok.
Besaran sekalar Besaran fisika yang ukurannya hanya berupa nilai
Besaran turunan Besaran yang diturunkan dari beberapa besaran pokok
Besaran vektor Besaran fisika yang ukurannya berupa nilai dan arah
Dinamika Bagian mekanika yang mempelajari gerak atau perpindahan
materi sebagai fungsi waktu, posisi, dan kecepatan
Energi Besaran fisika yang bersifat kekal jumlahnya, energi dapat
berubah dari satu bentuk energi ke bentuk energi lain, tetapi
energi tidak dapat diciptakan dan dimusnahkan.
Fenomena Peristiwa yang menimbulkan rasa ingin tahu atau pertanyaan
alamiah untuk dijawab. Fenomena alamiah terjadi karena adanya
interaksi antara materi dan energi, pada tempat dan interval
waktu tertentu.
Fisika Ilmu yang mempelajari fenomena alam yang terjadi akibat
adanya interaksi antara energi dan materi pada tempat dan
interval waktu tertentu.
Fisika klasik Kajian fisika yang membahas tentang fenomena untuk materi
atau zat makro (orde> 10-6 ) dan atau kelajuan jauh di bawah
kelajuan cahaya.
Fisika modern Kajian fisika yang membahas tentang fenomena untuk materi
atau zat mikro (orde < 10-6 ) dan atau kelajuan mendekati
kelajuan cahaya.
Gelombang Bagian dari fisika yang mempelajarai tentang fenomena
perambatan atau perpindahan energi getaran
Gelombang Bagian dari fisika yang mempelajarai tentang fenomena
elektromagnetik perambatan atau perpindahan energi getaran elektromagnetik
melalui medium atau tanpa medium
Gelombang Bagian dari fisika yang mempelajarai tentang fenomena
mekanik perambatan atau perpindahan energi getaran mekanik melalui
suatu medium
Hukum Aturan yang menjelaskan hubungan kausalitas besaran fisika,
yang kebenarannya telah teruji dan dapat diterima secara
teori dan empirik.
Ilmu/Sains Pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan metode
ilmiah
Interval waktu Waktu yang diperlukan untuk terjadinya suatu fenomena dari
pengamtan awal sampai pengamatan akhir.
Kalor Bentuk energi yang dapat memberikan efek suhu pada materi
atau zat.
Kelistrikan Bagian dari fisika yang mempelajari tentang fenomena
141
Istilah Arti
kelistrikan akibat adanya muatan negatif dari elektron dan
muatan positif dari proton. Energi pada kelistrikan disebut
energi listrik.
Kebenaran sains Kebenaran koheren yaitu kebenaran yang dapat
diterima logika atau rasional
Kebenaran korespondensi yaitu kebenaran yang
dapat dibuktikan secara empirik
Kebenaran pragmatis yaitu kebenaran yang dapat
dibuktikan manfaatnya.
Kemagnetan Bagian dari fisika yang mempelajarai tentang fenomena
kemagnetan yang bersumber dari adanya magnet elementer.
Magnet elementer adalah spin elektron yang berputar pada
sumbunya.
Kinematika Bagian mekanika yang mempelajari gerak atau perpindahan
materi sebagai fungsi waktu.
Listrik dinamis Fenomena listrik pada keadaan muatan listrik dalam keadaan
bergerak.
Listrik statis Fenomena listrik pada keadaan muatan listrik dalam keadaan
diam.
Medan Suatu daerah dalam ruang yang masih mendapat pengaruh
besaran fisika.
Mekanika Bagian dari fisika yang mempelajarai tentang fenomena gerak
dan keseimbangan benda. Energi pada mekanika disebut
energi mekanik.
Metode ilmiah Cara mendapatkan pengetahuan dengan langkah-langkah:
perumusan masalah, mengajukan hipotesis, pengujian
hipotesis, pengambilan kesimpulan.
Optik Bagian dari fisika yang mempelajarai tentang fenomena
gelombang cahaya dan indra penglihatan.
Prinsip Lihat: Asas
Sifat kebenaran Kebenaran sains bukan kebenaran yang bersifat mutlak.
sains Kebenaran sains adalah kebenaran yang bersifat tentatif,
artinya jika ditemukan bukti baru yang menolak kebenaran
teori yang lama, maka teori lama harus disempurnakan
dengan teori yang baru.
Suhu Derajat panas suatu zat.
Zat Objek fisika yang mempunyai massa dan menempati ruang
142
Lampiran 2
143