Anda di halaman 1dari 16

TUGAS ANALISIS MATERI (KD) DI SMA

LESSON STUDY

DISUSUN OLEH:

SILVY WAHYU FRADINI

A1C117023

DOSEN PENGAMPU:

Drs. Epinur, M.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN


ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2019
Menurut saya setelah menganalisis materi-materi atau (KD) untuk SMA
pada materi kimia dan berdasarkan dari jurnal-jurnal yang saya baca serta
pengalaman saya sendiri saat duduk di bangku SMA bahwasannya untuk materi
(kd) yang banyak mengalami permasalahan baik dari segi siswa maupun gurunya
yaitu materi tentang “STOIKIOMETRI LARUTAN”. Adapun KD dan indikator
pencapaian dari materi tentang stoikiomeri larutan ini yaitu:
A. Kompetensi Dasar
1.1 Menyadari adanya keteraturan struktur partikel materi sebagai wujud
kebesaran Tuhan YME dan pengetahuan tentang struktur partikel
materi sebagai hasil pemikiran kreatif manusia yangkebenarannya
bersifat tentatif.
2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu, disiplin,
jujur, objektif, terbuka,mampu membedakan fakta dan opini, ulet,
teliti, bertanggung jawab, kritis, kreatif, inovatif,demokratis,
komunikatif ) dalam merancang dan melakukan percobaan serta
berdiskusi yangdiwujudkan dalam sikap sehari-hari
2.2 Menunjukkan perilaku kerjasama, santun, toleran, cinta damai dan
peduli lingkungan sertahemat dalam memanfaatkan sumber daya
alam.
2.3 Menunjukkan perilaku responsif, dan proaktif serta bijaksana
sebagai wujud kemampuanmemecahkan masalah dan membuat
keputusan.
3.11. Menerapkan konsep massa molekul relatif, persamaan reaksi,
hukum-hukum dasar kimia, dan konsep mol untuk
menyelesaikan perhitungan kimia
Indikator
3.11.1. Menyebut menunjukkan data nomor atom dan nomor massa
3.11.2. Menjelaskan bagian-bagian dari suatu persamaan reaksi.
3.11.3. Menghitung massa atom relative (Ar) dan massa molekul
relative (Mr) suatu senyawa
3.11.4. Menyetarakan persamaan reaksi kimia sederhana
3.11.5. Mengkonversikan jumlah mol dengan jumlah partikel, massa,
dan volum zat.
3.11.6. Menentukan rumus empiris dan rumus molekul
3.11.7. Menentukan kadar unsur atau senyawa dalam suatu sampel.
3.11.8. Menentukan pereaksi pembatas dalam suatu reaksi
3.11.9. Menentukan jumlah zat pereaksi atauhasil reaksi
3.11.10. Menghitung jumlah molekul air dalam senyawa hidrat.
3.11.11. Menentukan rumus senyawa hidrat
3.11.12. Menerapkan penggunaan konsep mol untuk menyelesaikan
perhitungan kimia.

4.11 Mengolah dan menganalisis data terkait massa molekul relatif,


persamaan reaksi, hukum-hukum dasar kimia, dan konsep mol untuk
menyelesaikan perhitungan kimia.
Indikator
4.11.1 Merancang percobaan untuk membuktikan hukum Lavoisier
4.11.2 Melakukan percobaan untuk membuktikan hukum Lavoisier
4.11.3 Menganalisis data hasil percobaan untuk menyimpulkan
hukum Lavoisier
4.11.4 Menganalisis data beberapa senyawa untuk membuktikan
hukum kelipatan perbandingan (hukum Dalton)
4.11.5 Menganalisis data percobaan untuk membuktikan hukum
perbandingan volum (hukumGay Lussac)
4.11.6 Menganalisis data percobaan untuk membuktikan hukum
hukum Avogadro.
4.11.7 Menyajikan penyelesaian penentuan massa atom relatif dan
massa molekul relatif serta persamaan reaksi

Ilmu kimia merupakan salah satu cabang IPA. Penelitian pendidikan


tentang IPA diantaranya adalah untuk berhadapan langsung dan memahami
dengan baik kesulitan-kesulitan yang dialami siswa. Ilmu kimia merupakan salah
satu pelajaran yang sulit bagi kebanyakan siswa menengah, sehingga jarang
diminati. Hal tersebut disebabkan : 1) dalam mempelajari kimia terdapat istilah-
istilah yang hanya dihafal siswa tetapi tidak dipahami dengan benar ; 2)
kebanyakan konsep–konsep atau materi kimia bersifat abstrak seperti atom,
molekul atau ion sehingga siswa sulit membayangkan keberadan materi tersebut
tanpa mengalaminya secara langsung; 3) kesulitan siswa dalam memahami
perhitungan matematis materi kimia.
Konsep-konsep kimia dianggap rumit, diperlukan keterampilan
matematika untuk menyelesaikan soal-soal kimia. Pemecahan soal-soal kimia
yang memerlukan perhitungan siswa cenderung mengalami kesulitan mulai dari
memahami soal, menulis apa yang ditanyakan, menulis rumus-rumus hingga
menyelesaikan soal yang memerlukan keahlian operasi matematika. Ilmu kimia
merupakan salah satu pelajaran yang sulit bagi kebanyakan siswa menengah,
sehingga jarang diminati. Hal tersebut disebabkan : 1) dalam mempelajari kimia
terdapat istilah-istilah yang hanya dihafal siswa tetapi tidak dipahami dengan
benar ; 2) kebanyakan konsep–konsep atau materi kimia bersifat abstrak seperti
atom, molekul atau ion sehingga siswa sulit membayangkan keberadan materi
tersebut tanpa mengalaminya secara langsung; 3) kesulitan siswa dalam
memahami perhitungan matematis materi kimia.
Siswa yang gagal atau mengalami kesulitan dalam kimia adalah gagal
atau sulit mempelajari konsep kimia dengan baik. Hal ini disebabkan banyaknya
konsep yang bersifat abstrak yang harus diterima oleh siswa, sehingga siswa
membutuhkan pemahaman ekstra. Umumnya pemahaman siswa yang diperoleh di
sekolah cenderung sangat terbatas waktu karena banyaknya konsep diajarkan
tanpa saling dihubungkan dan konsep tidak dipaparkan secara lengkap, sehingga
siswa sulit menghubungkan konsep lama dengan konsep yang baru diterima.
Keabstrakan konsep-konsep kimia harus melalui pendefinisian, sementara dalam
definisi tersebut biasanya selalu mengandung istilah-istilah (konsep-konsep) lain
yang membutuhkan pemahaman ekstra dari siswa.
Faktor guru sangat mempengaruhi kesulitan siswa dalam memahami
konsep konsep ilmu kimia. Guru harus memiliki kreativitas dan kualitas dalam hal
pemahaman dan pengajaran sains. Metode pembelajaran yang kurang variatif,
sehingga membosankan dan tidak menarik minat siswa. Kesulitan belajar juga
dapat muncul dari karakteristik materi pelajaran kimia itu sendiri yang sebagian
besar konsepnya bersifat abstrak, dan banyaknya konsep yang harus dipahami,
sehingga muncul anggapan bahwa kimia adalah ilmu yang sukar dipelajari. Faktor
fasilitas juga dapat mempengaruhi guna mendukung pemahaman siswa dalam
belajar ilmu kimia seperti gambar, animasi, video, dan audio.
Materi stoikiometri merupakan salah satu Materi khususnya di SMA yang
dianggap sulit untuk dipelajari dan dipahami oleh siswa. Materi ini diberikan
kepada siswa di kelas X. Adapun materi ini memiliki standar kompetensi
'Memahami hukum·hukum dasar kimia dan penerapannya dalam perhitungan
kimia''. Kompetensi Dasar yang harus dikuasai siswa dalam materi stoikiometri
ini adalah "Membuktikan dan mengomunikasikan berlakunya hukum-hukum
dasar kimia melalui percobaan serta menerapkan konsep mol dalam
menyelesaikan perhitungan kimia''. Indikator dari pokok bahasan ini adalah
sebagai berikut : (1) Siswa mampu menjelaskan pengertian mol sebagai satuan
jumlah zat. (2) Siswa mampu mengonversikan jumlah mol dengan jumlah
partikel, massa, dan volume zat. (3) Siswa mampu menentukan kadar zat dalam
suatu senyawa. (4) Siswa mampu menentukan rumus empiris, rumus mo1eku1, air
kristal, dan kadar zat dalam suatu senyawa. (S) Siswa mampu menentukan
pereaksi pembatas dalam suatu Reaksi.
Stoikiometri merupakan bidang kajian ilmu kimia, yang mempelajari
hubungan kuantitatif zat-zat kimia yang terlibat dalam reaksi Pengetahuan ini
penting karena kita dapat memperkirakan bahan baku yang diperlukan atau
produk yang akan dihasilkan dalam suatu reaksi kimia. Pada materi Stoikiometri
,Persamaan Reaksi Kimia .sebagian besar siswa mengalami kesulitan pada sub
materi ini. Persamaan reaksi ialah cara penulisan suatu perubahan kimia atau
reaksi kimia menggunakan rumus kimia berdasarkan azas kesetaraan . Persamaan
reaksi dikatakan setara apabila jenis dan jumlah atom zat-zat yang direaksikan
(pereaksi) sama dengan jenis dan jumlah atom hasil reaksi (produk) Pereaksi
ditulis di sebelah kiri diikuti tanda panah kemudian produk.
Berdasarkan penjelasan penyebab permasalahan/kesulitan pada materi
kimia secara umum. Adapun penyebab khusus permasalahan yang teradi
pada materi “stoikiometri” yaitu siswa kesulitan memahami materi
stoikiometri yang diajarkan oleh guru karena dalam materi stoikiometri itu berisi
materi-materi tentang fakta,konsep,prinsip dan prosedur yang memerlukan
pemahan matematik dan konsep yang baik yang berupa:
 FAKTA
Massa atom relative (AR) dan massa molekul relative (MR)
 KONSEP
Konsep Mol
Persamaan reaksi
 PRINSIP
Hukum dasar kimia (lavoiser, gay-lussac,dalton,proust dan Avogadro)
 PROSEDUR
Perhitungan kimia (pereaksi pembatas dan hubungan antara jumlah
mol,partikel,massa dan volume gas dalam persamaan reaksi)
Dengan demikian penyebab kesulitan siswa dalam materi stoikiometri
karena siswa kurang tertarik terhadap materinya yang banyak berisikan
perhitungan sehingga diperlukan kemampuan matematik yang baik serta
diperlukan pula pemahaman konsep yang lebih karena materi stoikiometri ini
bersifat abstrak dan cukup sulit bagi guru untuk mengajarkan dan menarik
perhatian bahkan menumbuhkan minat siswa dalam mengikuti pembelajaran.
Selain itu penyebab permasalahan materi stoikiometri bagi siswa bisa saja karena
kurang menariknya strategi,metode,model dan media yang digunakan oleh guru
sehingga membuat siswa merasa tidak semangat dan proses pembelajaran terkesan
kaku. Kesulitan yang sering dialami siswa ini terutama pada indikator 3.11.4
Menyetarakan persamaan reaksi kimia sederhana dan indikator 3.11.5.
Mengkonversikan jumlah mol dengan jumlah partikel, massa, dan volum zat.
Dimana menurut indikator tersebut sangan diperlukan pemahaman siswa dalam
menyetarakan persamaan reaksi dengan berfikir tingkat tinggi serta diperlukan
pemahaman yang cukup agar dapat mengkonversikan nilai mol, jumlah partikel,
massa dan volume suatu zat.

Berdasarkan dari beberapa jurnal yang telah saya baca bahwa untuk
mengatasi kesulitan siswa pada materi stoikiometri yaitu dengan cara guru
menggunakan beberapa model pembelajaran kooperatif yang mana nantinya bisa
membantu siswa dalam memahami materi/ konsep dan mengerjakan tugas yang
diberikan. Serta menggunakan alat bantu berupa media untuk membantu siswa
dalam pemahaman konsep dan mengetahui sejauh mana konsep yang diterima
oleh siswa agar tidak terjadi miskonsepsi yang menyebabkan kesalahan pada
siswa dalam memahami dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Adapun
model dan media yang cocok atau sesuai untuk digunakan dalam proses
pembelajaran materi stoikiometri berdasarkan beberapa jurnal yaitu:
1. Berdasarkan jurnal Muhamad Rizal Ariffuddin (2014) “Efektivitas Model
Pembelajaran Kooperatif Teams Assisted Individualization (TAI) Dengan
Media Kartu Pintar Dilengkapi Peta Konsep Terhadap Prestasi Belajar Siswa
Pada Materi Stoikiometri Kelas X Semester Genap SMA Negeri 7 Surakarta
Tahun Ajaran 2013/2014” bahwa untuk mengtasi kesulitan siswa dalam
memahami materi stoikiometri yaitu dengan menggunakan model Kooperatif
teams Assisted Individualization (TAI) dengan bantuan media berupa kartu
soal dan peta konsep. Dengan penjelasan sebagai berikut:
Stoikiometri merupakan suatu materi dasar kimia yang membutuhkan
kecerdasan matematik dan penalaran. Materi stoikiometri ini mayoritas
berisi hitungan matematik disertai kemampuan berfikir abstrak dan penalaran.
Sebagai contoh, kebanyakan siswa dapat menentukan massa senyawa jika
diketahui mol. Akan tetapi siswa belum tentu bisa menentukan mol jika
diketahui massanya. Siswa memerlukan kecerdasan berpikir abstrak untuk
dapat menyelesaikan soal di atas.
Berkaitan dengan hal di atas, perlu diupayakan suatu bentuk pembelajaran
yang sesuai dengan karakteristik materi stoikiometri. Selain itu juga
diharapkan model pembelajaran yang diterapkan dapat membuat siswa
terlibat aktif dalam proses kegiatan belajar sehingga pembelajaran
menjadi efektif. Ada beberapa model pembelajaran yang sesuai dengan materi
stoikiometri salah satunya dengan model pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk
pembelajaran berupa kelompok-kelompok kecil dengan memperhatikan
keberagaman anggota kelompok sebagai wadah siswa bekerjasama dan
memecahkan suatu masalah melalui interaksi sosial dengan temansebayanya,
memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mempelajari sesuatu
dengan baik pada waktu yang bersamaan dan menjadi narasumber bagi
teman yang lain untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Untuk materi Stoikiometri, dipilih model pembelajaran kooperatif . Team
Assisted Individualization (TAI) karena model pembelajaran ini merupakan
kombinasi antara pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran individual.
Seperti pembelajaran kooperatif yang lain, TAI juga akan membagi
siswa menjadi beberapa kelompok kecil dimana pada setiap kelompok
terdapat asisten yang berperan membantu teman sekelompok yang belum
paham tentang materi yang diajarkan. Dengan demikian akan terjadi interaksi
antar siswa untuk menyelesaikan suatu permasalahan tentang materi
Stoikiometri. Di samping itu, TAI juga merupakan pembelajaran
individual. Walaupun terjadi interaksi antar siswa dalam kelompok, tiap-tiap
siswa memiliki tanggung jawab atas pekerjaan yang diberikan oleh guru.
Dengan membuat siswa bekerja dalam tim-tim pembelajaran kooperatif dan
mengemban tanggung jawab mengelola dan memeriksa secara rutin,
saling membantu satu sama lain dalam menghadapi masalah dan saling
memberikan dorongan untuk maju. Berdasarkan penelitian Nneji (2011)
pembelajaran dengan TAI dapat meningkatkan prestasi belajar siswa di
Nigeria. Pembelajaran TAI mengajak siswa berfikir kritis dan aktif
jika dibandingkan dengan metode tradisional yang menekankan aktivitas guru
dengan keterlibatan siswa yang sangat minim. Selain itu, penelitian dari
Awofala (2013) menyimpulkan bahwa pembelajaran TAI merupakan
pembelajaran yang efektif dan meningkatkan sikap belajar siswa
terhadap matematika. Dari penelitian-penelitian di atas dapat disimpulkan
bahwa model pembelajaran TAI cocok untuk materi hitungan sehingga
dapat diterapkan ke materi Stoikiometri.
Stoikiometri merupakan materi kimia yang sarat dengan perhitungan
kimia dan konsep-konsep yang sulit untuk dipahami. Untuk itu
diperlukan suatu media untuk mempermudah memahami materi Stoikiometri
tersebut. Maka dalam penelitian ini akan digunakan suatu media berupa
kartu pintar dan peta konsep. Kartu pintar merupakan kartu yang berisikan
tentang materi secara singkat dan rumus-rumus yang berkaitan dengan
materi stoikiometri. Kartu ini akan dibagikan kepada siswa untuk
membantu dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Menurut
Rosiana (2013) pembelajaran dengan mengimplementasikan kartu pintar dapat
meningkatkan hasil belajar. Selain itu pembelajaran pada materi stoikiometri
akan dilengkapi dengan peta konsep. Peta konsep merupakan diagram yang
menunjukkan hubungan antara konsep-konsep yang mewakili pembelajaran.
Materi yang umum akan diletakan di paling atas kemudian diikuti oleh sub-
sub materi yang khusus. Pemilihan peta konsep dikarenakan sering kali siswa
bingung dalam mempelajari Stoikiometri karena tidak bisa membedakan
konsep satu dengan yang lain. Dengan demikian, akan mempermudah
siswa dalam mempelajari stoikiometri karena sudah jelas perbedaan
konsep-konsep yang tertera dalam peta konsep yang dibuat.
Dari hasil penelitian dalam jurnal ini bahwa pembelajaran stoikiometri
dengan model kooperatif TAI dengan media kartu soal dan peta konsep lebih
efektif dibandingkan dengan metode ceramah.

2. Berdasarkan jurnal Enggar Prasetyo (2018) “Penerapan Model Pembelajaran


Team Assisted Individualization (TAI) Dilengkapi Dengan Media LKS
Berbasis Model Latihan Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Prestasi Belajar
Siswa Kelas Xmipa 1 Pada Materi Stoikiometri Di SMA Negeri 6 Surakarta
Tahun Ajaran 2016/2017” bahwa untuk mengtasi kesulitan siswa dalam
memahami materi stoikiometri yaitu dengan menggunakan model Kooperatif
teams Assisted Individualization (TAI) dengan bantuan media berupa LKS
Berbasis Model Latihan. Dengan penjelasan sebagai berikut:
Penggunaan model pembelajaran yang tepat dapat mendorong tumbuhnya
rasa senang siswa terhadap pelajaran, menumbuhkan dan meningkatkan
motivasi dalam mengerjakan tugas, meningkatan keaktifan siswa, dan
memberikan kemudahan bagi siswa untuk memahami pelajaran sehingga
memungkinkan siswa mencapai hasil belajar yang lebih baik. Model
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan tersebut adalah model
pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pem-
belajaran yang berfokus pada peng-gunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja
sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan. Dalam
pembelajaran kooperatif proses pembelajaran tidak harus belajar dari guru
kepada siswa. Siswa dapat saling membelajarkan sesama siswa lainnya.
Pembelajaran oleh rekan sebaya (peerteaching) lebih efektif dari pada
pembelajaran oleh guru.
Model pembelajaran kooperatif mempunyai banyak variasi, salah satunya
adalah model pembelajaran kooperatif Team Assisted Individulization(TAI).
Ciri-ciri dari model pembelajaran ini adalah belajar dalam kelompok kecil
4-5 siswa yang heterogen di bantu oleh tutor (asisten). Dengan membentuk
kelompok kecil akan semakin melibatkan aktivitas siswa dalam
pembelajaran. Model ini dirancang agar dapat menga-tasi tingginya
heterogenitas siswa di kelas. Siswa yang telah memenuhi kemampuan dalam
belajar dapat mem-bantu lainnya dalam menghadapi masalah dan memberikan
dorongan untuk maju kepada teman sebayanya. Selain itu pendidik juga
memberi bantuan individual kepada siswa yang kesulitan dalam menerima
pelajaran.
Selain itu, media pembelajaran sangat penting dalam proses pem-
belajaran. Penggunaan media pem-belajaran dapat membangkitkan rasa
ingin tahu, motivasi dan rangsangan kegiatan belajar. Media pembelajaran
juga dapat membantu siswa mening-katkan pemahaman dan memudahkan
siswa dalam menyerap materi yang diberikan.Untuk membantu model
pembelajara TAI digunakan media pembelajaran yakni LKS (lembar kerja
siswa/student worksheet berbasis model latihan. Media ini bertujuan untuk
membantusiswa dalam mengem-bangkan konsep, melatih siswa untuk
menemukan dan mengembangkan proses belajar mengajar, sebagai alat
bantu guru dan siswa dalam melak-sanakan proses belajar mengajar,
membantu siswa untuk menambah info tentang konsep, membantu siswa
memperoleh catatan materi yang dipelajari dalam melakukan kegiatan
pembelajaran, membantu guru dalam menyusun perangkat pembelajaran, oleh
karena itu pembelajaran disekolah juga perlu pengembangan perangkat pem-
belajaran, salah satunya LKS yang dikembangkan oleh guru sebagai
fasilitator dan pedoman pembelajaran, supaya siswa dapat ikut berperan
aktif dalam kegiatan belajar mengajar.
Dari hasil penelitian dalam jurnal ini bahwa pembelajaran stoikiometri
dengan model kooperatif TAI dilengkapi dengan LKS berbasis model latihan
dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas X MIPA.

Cara mengatasi kesulitan dalam pembelajaran materi stoikiometri menurut


saya yaitu pertama guru harus bisa meningkakan minat siswa dalam belajar
kimia dan terutama harus bisa menarik perhatian siswa dalam proses
pembelajaran dengan cara membuat proses pembelajaran menjadi seru dan
menarik bagi siswa serta membuat siswa mudah memahami materi yang
diajarkan tersebut yaitu dengan cara menggunakan strategi,metode,model dan
media yang cocok/sesuai dengan materi stoikiometri dan kondisi siswa serta
waktu yang tersedia dalam proses pembelajaran.
Rancangan pembelajaran yang saya buat untuk mengatasi masalah
kesulitan pembelajaran materi stoikiometri yaitu:
 Model : Kooperatif Teams Assisted Individualization (TAI)
 Media : Kartu Pintar Dilengkapi Peta Konsep dan LKS Berbasis
LKS Berbasis Model Latihan.
Alasan saya membuat rancangan pembelajaran stoikiometri dengan
menggunakan model dan media seperti diatas yaitu karena media dan model
tersebut telah dilakukan penelitian dalam jurnal diatas dan telah mendapatkan
hasil bahwa media dan model itu mampu membuat siswa menjadi tidak
kesulitan dalam materi stoikiometri dan mampu meningkatkan prestasi/ nilai
siswa dalam memahami dan mengerjakan soal-soal stoikiometri. Kemudian
alasan saya menggunakan model TAI karena berdasarkan ciri-ciri dan
kelebihan model TAI tersebut mampu mengatasi masalah kesulitan materi
yang banyak berisi hitung-hitungan dan konsep-konsep. Selanjutnya alasan
saya menggunakan media kartu pintar dilengkapi peta konsep karena media itu
bisa membantu siswa untuk lebih tertarik mengikuti proses pembelajaran
karena proses pembelajaran dilengkapi dengan kartu pintar sehingga proses
pembelajaran tidak terlalu terkesan kaku dan juga digunakan nya peta konsep
ini karena menurut saya peta konsep ini akan memudahkan siswa dalam
memahami konsep-konsep yang ada dalam maeri stoikiometri terutama materi
stoikiometri ini sangat dibutuhkan pemahaman konsep yang baik dari siswa.
Media LKS ini digunakan karena dapat membantu guru mengetahui sejauh
mana pemahaman yang didapat siswa atas materi yang telah diajarkannya dan
juga melatih siswa untuk lebih giat mengerjakan soal-soal yang telah diberikan
oleh guru.

Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Tai


1. Guru menyiapkan materi bahan ajar yang akan diselesaikan oleh kelompok
siswa.
2. Guru memberikan pre-test kepada siswa atau melihat rata-rata nilai harian
siswa agar guru mengetahui kelemahan siswa pada bidang tertentu.
(Mengadopsi komponen Placement Test).
3. Guru memberikan materi secara singkat. (Mengadopsi komponen
Teaching Group).
4. Guru membentuk kelompok kecil yang heterogen tetapi harmonis
berdasarkan nilai ulangan harian siswa, setiap kelompok 4-5 siswa.
(Mengadopsi komponen Teams).
5. Setiap kelompok mengerjakan tugas dari guru berupa LKS yang telah
dirancang sendiri sebelumnya, dan guru memberikan bantuan secara
individual bagi yang memerlukannya. (Mengadopsi komponen Team
Study).
6. Ketua kelompok melaporkan keberhasilan kelompoknya dengan
mempresentasikan hasil kerjanya dan siap untuk diberi ulangan oleh guru.
(Mengadopsi komponen Student Creative).
7. Guru memberikan post-test untuk dikerjakan secara individu. (Mengadopsi
komponen Fact Test).
8. Guru menetapkan kelompok terbaik sampai kelompok yang kurang
berhasil (jika ada) berdasarkan hasil koreksi. (Mengadopsi komponen
Team Score and Team Recognition).
9. Guru memberikan tes formatif sesuai dengan kompetensi yang ditentukan.
KAJIAN TEORITIS

1. Model Pembelajaran Kooperatif Team Assisted Individualization


(TAI)
Model Team Assisted Individualization (TAI) merupakan model
pembelajaran secara kelompok dimana terdapat seorang siswa yang lebih
mampu berperan sebagai asisten yang bertugas membantu secara individual
siswa yang lain yang kurang mampu dalam suatu kelompok. Dalam hal ini
peran pendidik hanya sebagai fasilitator dan mediator dalam proses belajar
mengajar. Pendidik cukup menciptakan kondisi lingkungan belajar yang
kondusif bagi peserta didiknya(Hartono,205)
Model pembelajaran TAI merupakan pembelajaran kooperatif yang
memiliki ciri khusus yaitu penguasaan materi dibantu oleh seorang asisten.
Asisten ini memiliki tanggung jawab menyampaikan konsep yang telah
mereka miliki kepada anggota kelompoknya, sehingga materi pelajaran dapat
lebih mudah dikuasai siswa.
Model pembelajaran TAI akan memotivasi siswa saling membantu
anggota kelompoknya sehingga tercipta semangat dalam sistem kompetisi
dengan lebih mengutamakan peran individu tanpa mengorbankan aspek
kooperatif. Pembelajaran dengan metode TAI memberikan prestasi belajar
lebih baik dari pada pembelajaran dengan metode konvensional.
Pada implementasi pembelajaran kooperatif dalam model TAI ini, siswa dapat
bekerja sama dalam kelompok. Mereka belajar untuk menjawab sejumlah
masalah atau pertanyaan yang ada dalam suatu paket pembelajaran serta
diberikan kewenangan memberikan nila-nilai kepada hasil kerja temannya
dalam tim yang sama. Setelah selesai siswa diberikan kuis untuk mengukur
pemahan terhadap materi yang telah dipelajari(Hariyanto,2013)
Ada delapan komponen utama pada penggunaan model TAI ini, yaitu
kelompok, tes pengelompokan, materi kurikulum, kelompok belajar, penilaian
dan pengakuan tim, mengajar kelompok, lembar kerja, mengajar seluruh
kelas(Sarwendah,2013)

Menurut slavin (1995:101-104) model pembelajaran TAI memiliki 8


komponen yaitu :
1) Teams yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri atas 4-5 orang
siswa
2) Placement test yaitu pemberian pre-test kepada siswa atau melihat rata-rata
nilai harian siswa agar guru mengetahui kelemahan siswa pada bidang
tertentu.
3) Curiculum materials yaitu siswa bekerja secara individual tentang materi
kurikulum.
4) Team study yaitu tahapan tindakan belajar yang harus dilaksanakan oleh
guru dan kelompok pada siswa yang membutuhkan bantuan.
5) Team scores and teams recognition yaitu pemberian skor atau penghargaan
terhadap hasil kerja kelompok dalam menyelesaikan tugas.
6) Teaching group yaitu pemberian meteri secara singkat oleh guru sebelum
pemberian tugas.
7) Fact test yaitu pelaksanaan test kecil berdasarkan fakta yang diperoleh
siswa.
8) Whole-class units yaitupemberian materi oleh guru diakhir waktu
pembelajaran dengan strategi pemecahan masalah.

Menurut Marganingrm (2012) adapun tahap-tahap dalam model


pembelajaran TAI adalah sebagai berikut :
a. Guru menyiapkan materi bahan ajar yang akan diselesaikan oleh kelompok
siswa.
b. Guru memberika pretest kepada siswa atau melihat nilai rata-rata harian
siswa agar guru mengetahui kelemahan siswa pada bidang tertentu.
c. Guru memberikan materi secara singkat.
d. Guru membentuk kelompok kecil yang heterogen berdasarkan nilai harian
siswa, setiap kelompok terdiri dari 4 sampai 5 siswa.
e. Setiap kelompok mengerjakan tugas dari guru berupa lembar kerja siswa
(LKS) yang telah dirancang sendiri sebelumnya, dan guru memberikan
bantuan secara individual bagi yang memerlukannya.
f. Asisten dan anggota kelompok melaporkan keberhasilan kelompoknya
dengan mempresentasikan hasil kerjanya.
g. Guru memberikan kuis untuk dikerjakan secara individu.
h. Guru menetapkan kelompok terbaik sampai kelompok yang kurang
berhasil (jika ada) berdasarkan hasil koreksi.
i. Guru memberikan materi kembali secara singkat.

Menurut Slavin (2005) model pembelajaran TAI mempunyai banyak


manfaat, diantaranya adalah :
a. Meningkatkan kerja sama antar siswa, karena siswa belajar dalam bentuk
kelompok.
b. Guru dapat mengajar siswa secara individu apabila ada yang kurang
dipahami.
c. Proses pembelajaran yang sederhana sehingga mudah dilakukan..
d. Para siswa akan termotivasi untuk mempelajari materi-materi yang
diberikan dengan cepat dan akurat karena akan mendapat bantuan dari
asisten yang ada pada kelompoknya masing-masing.
e. Siswa dapat membagi ilmunya satu dengan yang lainnya, sehingga mereka
saling tukar pikiran, ide atau gagasan dalam proses pembelajaran.
f. Melatih rasa tanggungjawab individu siswa didalam kelompok belajarnya.
g. Dengan membuat para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok
kooperatif, dengan status yang sejajar, program ini akan membangun
kondisi untuk terbentuknya sikap-sikap positif terhadap siswa-siswa
mainstream yang cacat secara akademik dan para siswa yang berasal dari
latar belakang ras atau etnik yang berbeda.

Dalam model pembelajaran terdapat kelebihan dan kekurangannya.


Menurut Shoimin (2014:200) Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran
TAI sebagai berikut:
Kelebihan Model Pembelajaran TAI
a) Siswa yang lemah dapat terbantu dalam menyelesaikan masalahnya.
b) Siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dan
keterampilannya.
c) Adanya tanggung jawab kelompok dalam menyelesaikan
permasalahannya.
d) Siswa diajarkan bagaimana bekerja sama dalam suatu kelompok.
e) Mengurangi kecemasan (reduction of anxiety).
f) Menghilangkan perasaan “terisolasi” dan panik.
g) Menggantikan bentuk persaingan (competition) dengan saling kerja sama
(cooperation).
h) Melibatkan siswa untuk aktif dalam proses belajar.
i) Mereka dapat berdiskusi (discuss), berdebat (debate), atau menyampaikan
gagagsan, konsep, dan keahlian sampai benar-benar memahaminya.
j) Mereka memiliki rasa peduli (care), rasa tanggung jawab (take
responsibility) terhadap teman lain dalam proses belajarnya.
k) Mereka dapat belajar menghargai (learn to appreciate), perbedaan etnik
(etchnicity), perbedaan tingkat kemampuan (performance level), dan cacat
fisik (disability).
Kekurangan Model Pembelajaran TAI
a) Tidak ada persaingan antar kelompok.
b) Siswa yang lemah dimungkinkan menggantungkan pada siswa yang
pandai.
c) Terhambatnya cara berpikir siswa yang mempunyai kemampuan lebih
terhadap siswa yang kurang.
d) Memerlukan periode lama.
e) Sesuatu yang harus dipelajarai dan dipahami belum seluruhnya dicapai
siswa.
f) Bila kerja sama tidak dapat dilaksanakan dengan baik, yang akan bekerja
hanyalah beberapa murid yang pintar dan yang aktif saja.
2. MEDIA
Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah memiliki
arti tengah, perantara atau pengantar. Dalam konteks pendidikan, media biasa
disebut dengan fasilitas pembelajaran, yang membawa pesan kepada
pembelajar. Media dapat dikatakan pula sebagai bentuk-bentuk komunikasi
baik tercetak maupun audio visual dan peralatannya, sehingga media dapat
dimanipulasi, dilihat, dibaca dan didengar. Dengan demikian media
pembelajaran dapat dikatakan sebagai alat-alat grafis, photografis atau
elektronis yang dapat digunakan untuk menangkap, memproses dan menyusun
kembali informasi visual dan verbal(Sudirman,2013). Jadi media dapat
diartikan sebagai perantara yang mengantar informasi dari sumber belajar ke
peserta didik agart siswa menjadi lebih paham, aktif, kreatif dan bersemangat.
Menurut Sanjaya (2012) Media pembelajaran memiliki beberapa fungsi, yaitu:
a. Fungsi komunikatif. Media pembelajaran digunakan untuk memudahkan
komunikasi antara penyampai pesan dengan penerima pesan.
b. Fungsi motivasi. Penggunaan media pembelajaran, diharapkan dapat lebih
memotivasi peserta didik dalam belajar. Dengan demikian pengembangan
media pembelajaran tidak hanya mengandung unsur artistik saja akan
tetapi akan memudahkan siswa mempelajari materi pelajaran sehingga
dapat lebih meningkatkan gairah siswa untuk belajar.
c. Fungsi kebermaknaan. Penggunaan media, proses pembelajaran menjadi
lebih bermakna.
d. Fungsi penyamaan persepsi. Melalui pemanfaatan media pembelajaran,
diharapkan siswa memiliki pandangan yang sama terhadap informasi yang
disajikan.
e. Fungsi individualitas. Pemanfaatan media pembelajaran berfungsi untuk
dapat melayani kebutuhan setiap individu yang memiliki minat dan gaya
belajar yang berbeda.
Jadi dapat disimpulkan bahwa fungsi media pembelajaran dapat mengatasi
keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, serta dapat mengurangi proses
pembelajaran yang berpusat pada guru. Secara umum,manfaat media dalam
proses pembelajaran adalah supaya bahan pengajaran akan lebih jelas
maknanya sehingga memudahkan peserta didik dalam memahami materi.

a) KARTU PINTAR DILENGKAPI PETA KONSEP


Kartu pintar merupakan kartu yang berisikan tentang materi secara
singkat dan rumus-rumus yang berkaitan dengan materi stoikiometri. Kartu
ini akan dibagikan kepada siswa untuk membantu dalam menyelesaikan
tugas yang diberikan oleh guru. Menurut Rosiana (2013) pembelajaran dengan
mengimplementasikan kartu pintar dapat meningkatkan hasil belajar. Selain itu
pembelajaran pada materi stoikiometri akan dilengkapi dengan peta konsep.
Peta konsep merupakan diagram yang menunjukkan hubungan antara
konsep-konsep yang mewakili pembelajaran. Materi yang umum akan
diletakan di paling atas kemudian diikuti oleh sub-sub materi yang khusus.
Pemilihan peta konsep dikarenakan sering kali siswa bingung dalam
mempelajari Stoikiometri karena tidak bisa membedakan konsep satu
dengan yang lain.Dengan demikian, akan mempermudah siswa dalam
mempelajari stoikiometri karena sudah jelas perbedaan konsep-konsep
yang tertera dalam peta konsep yang dibuat.

b) LKS Berbasis Model Latihan


Media pembelajaran juga dapat membantu siswa mening-katkan
pemahaman dan memudahkan siswa dalam menyerap materi yang
diberikan.Untuk membantu model pembelajara TAI digunakan media
pembelajaran yakni LKS (lembar kerja siswa/student worksheet berbasis model
latihan. Media ini bertujuan untuk membantusiswa dalam mengem-bangkan
konsep, melatih siswa untuk menemukan dan mengembangkan proses
belajar mengajar, sebagai alat bantu guru dan siswa dalam melak-sanakan
proses belajar mengajar, membantu siswa untuk menambah info tentang
konsep, membantu siswa memperoleh catatan materi yang dipelajari dalam
melakukan kegiatan pembelajaran, membantu guru dalam menyusun perangkat
pembelajaran, oleh karena itu pembelajaran disekolah juga perlu
pengembangan perangkat pem-belajaran, salah satunya LKS yang
dikembangkan oleh guru sebagai fasilitator dan pedoman pembelajaran,
supaya siswa dapat ikut berperan aktif dalam kegiatan belajar mengajar
(Prasetyo,2018).

Anda mungkin juga menyukai