Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH DESAIN PEMBELAJARAN KIMIA

MODEL PEMBELAJARAN DICK AND CAREY

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 6

1. IKA ERMAYANTI (A1C117031)


2. HANNA SALWA PUTRI (A1C117045)
3. VIRA ANGGITA GUSNIARDI (A1C117069)

DOSEN PEMBIMBING :

Dra. YUSNIDAR, M.Pd

Dra. WILDA SYAHRI, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah swt karena dengan ridha-
Nya makalah ini dapat terselesaikan tepat waktu. Makalah ini kami tulis guna memenuhi
tugas mata kuliah Desain Pembelajaran Kimia pada semester 4 tahun 2019 ini. Semoga
dengan terselesaikannya makalah ini dapat menjadi manfaat bagi pembaca sekalian.

Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
penulis dalam penulisan makalah ini, khususnya kepada:

1. Ibu Dra. Yusnidar, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Desain Pembelajaran
Kimia Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Jambi.
2. Rekan-rekan kelas Pendidikan Kimia REGULER A, REGULER B dan PGMIPAU.
3. Secara khusus penulis mengucapkan terimakasih kepada keluarga tercinta yang telah
memberi dorongan dan bantuan dalam penyelesaian makalah ini.
4. Semua pihak yang tidak mungkin kami sebutkan satu persatu yang telah banyak
membantu penulis dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, maka kritik dan
saranyang membangun sangat penulis harapkan guna penyempurnaan makalah ini.

Wassalamu’alaikum wr wb

Jambi, Maret 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL..................................................................................

KATA PENGANTAR................................................................................

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................
1.1 Latar Belakang.........................................................................
1.2 Rumusan Masalah....................................................................
1.3 Tujuan Penulisan......................................................................

BAB II PEMBAHASAN............................................................................
2.1 Pengertian Model Pembelajaran Dick and Carey....................
2.2 Karakteristik Model Pembelajaran Dick and Carey................
2.3 Komponen-Komponen Model Pembelajaran Dick and Carey
2.4 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Dick and Carey........
2.5 Kelebihan Model Pembelajaran Dick and Carey.....................
2.6 Kelemahan Model Pembelajaran Dick and Carey...................
BAB III PENUTUP....................................................................................
3.1 Kesimpulan..............................................................................
3.2 Saran........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................
LAMPIRAN................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembelajaran yang efektif menekankan pentingnya belajar sebagai suatu proses
personal, di mana setiap siswa membangun pengetahuan dan pengalaman personalnya.
Pengetahuan dan pengalaman personal dibangun oleh setiap siswa melalui interaksi dengan
lingkungannya. Siswa sendirilah mengkonstruksi makna tentang hal yang dipelajarinya.
Dalam hal ini pembelajaran harus mampu mengorientasikan siswa untuk dapat memainkan
peranannya dalam kehidupan yang akan datang dengan kemampuan, pengetahuan, sikap dan
berbagai keterampilan yang telah diberikan lebih bermakna.
Pendidikan merupakan permasalahan yang serius untuk diselesaikan, maka dari itu
berbagai upaya telah dilakukan untuk memecahkannya. Agar menciptakan pendidikan yang
efektif dan efisien. Permasalahan pendidikan merupakan sesuatu yang dinamis. Karena
dibutuhkan pengajar yang kreatif dan inovatif dalam proses pembelajaran. Pembelajaran
merupakan bagian dari pendidikan, dan merupakan bagian proses yang langsung berkaitan
dengan siswa. Upaya peningkatan proses pembelajaran dilakukan dengan berbagai usaha,
termasuk melalui desain pembelajaran. Banyak ahli percaya bahwa desain pembelajaran yang
baik akan menghasilkan proses yang baik pula. Dengan pemikiran ini, maka kajian tentang
desain pembelajaran yang efektif, tidak kalah penting dengan kajian konsep pendidikan
lainnya.
Sistem pembelajaran merupakan satu kesatuan dari beberapa komponen pembelajaran
yang saling berinteraksi, interelasi dan interdependensi dalam mencapai tujuan pembelajaran
yang telah ditetapkan. Komponen pembelajaran meliputi; peserta didik, pendidik, kurikulum,
bahan ajar, media pembelajaran, sumber belajar, proses pembelajaran, fasilitas, lingkungan
dan tujuan. Komponen-komponen tersebut hendaknya dipersiapkan atau dirancang (desain)
sesuai dengan program pembelajaran yang akan dikembangkan. Desain pembelajaran
sebagai ilmu kadang disamakan dengan ilmu pembelajaran. Kedua disiplin ini menaruh
perhatian yang sama pada perbaikan kualitas pembelajaran. Namun para ilmuwan
pembelajaran lebih menfokuskan pada pengamatan hasil pembelajaran yang muncul akibat
manipulasi suatu metode dalam kondisi tertentu, hal ini dilakukan untuk memperoleh teori-
teori pembelajaran (preskriptif). Bagi perancang lebih menaruh perhatian pada upaya untuk
menggunakan teori-teori pembelajaran yang dihasilkan oleh ilmuwan pembelajaran untuk
memperoleh hasil yang optimal memalui proses yang sistematis dan sistemik.
Perancangan pembelajaran dapat dijadikan titik awal upaya perbaikan kualitas
pembelajaran. Ini berarti bahwa perbaikan kualitas pembelajaran harus diawali dari
perbaikan kualitas desain pembelajaran dan merancang pembelajaran dengan pendekatan
sistem. Desain sistem pembelajaran merupakan proses sistematik yang dilakukan dengan
menerjemahkan prinsip prinsip belajar dan pembelajaran untuk diaplikasikan ke dalam bahan
ajar dan kegiatan pembelajaran
Dari berbagai kajian tentang desain pembelajaran, para ahli telah menawarkan
beberapa model desain pembelajaran, diantaranya model desain pembelajaran Dick and
Carey. Secara teoritis desain pembelajaran ini menawarkan sistematika berpikir prosedural,
yang akan menjadi dasar pengembangan desain lainnya, sehingga pemahaman yang lengkap
mengenai desain pembelajaran Dick and Carey, akan menjadi dasar pemahaman bagi model
desain pembelajaran yang lain, pemikiran inilah yang kemudian menjadikan model desain
pembelajaran Dick and Carey menarik untuk dikaji.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang diatas permasalahan ini dapat dirumuskan menjadi :
1. Sebutkan pengertian model pembelajaran Dick and Carey?
2. Sebutkan karateristik model pembelajaran Dick and Carey?
3. Apa saja komponen-komponen dari model pembelajaran Dick and Carey?
4. Sebutkan langkah-langkah model pembelajaran Dick and Carey?
5. Apa saja kelebihan model pembelajaran Dick and Carey?
6. Sebutkan kelemahan model pembelajaran Dick and Carey ?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penyeusunan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian model pembelajaran Dick and Carey.
2. Untuk mengetahui karateristik model pembelajaran Dick and Carey.
3. Untuk mengetahui komponen-komponen model pembelajaran Dick and Carey.
4. Untuk mengetahui langkah-langkah model pembelajaran Dick and Carey.
5. Untuk mengetahui kelebihan model pembelajaran Dick and Carey.
6. Untuk mengetahui kelemahan model pembelajaran Dick and Carey.
.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Model Pembelajaran Dick and Carey


Model desain pembelajaran Dick dan Carey merupakan model desain pembelajaran
yang dikembangkan melalui pendekatan sistem (System Approach) terhadap komponen-
komponen dasar dari desain sistem pembelajaran yang meliputi analisis, desain,
pengembangan, implementasi dan evaluasi. Model sistem pembelajaran yang dikembangkan
oleh Dick dkk terdiri atas beberapa komponen yang perlu dilakukan untuk membuat
rancangan aktifitas pembelajaran yang lebih besar. Dick dan Carey memasukan unsur
kognitif dan behavioristik yang menekankan pada respon siswa terhadap stimulus yang
dihadirkan. Implementasi model desain sistem pembelajaran ini memerlukan proses yang
sistematis yang menyeluruh. Hal ini dipelukan untuk dapat menciptakan desain sistem
pembelajaran yang mampu digunakan secara optimal dalam mengatasi masalah-masalah
pembelajaran. Perancangan bahan pembelajaran dan lingkungan belajar bisa berpedoman
pola pikir dan prosedur yang berbeda (Afandi dkk,2013).
Hakikat pendekatan sistem adalah membagi proses perencanaan pembelajaran
kedalam langkah langkah, menyusun langkah langkah secara logis dan menggunakan hasil
tiap tiap langkah sebagai masukan langkah berikutnya Ada banyak model desain yang
menggunakan pendekatan sistem. Desain tersebut berbeda dalam jumlah dan nama langkah
langkahnya, serta fungsi masing masing langkah yang direkomendasikan.
Model pada dasarnya berkaitan dengan rancangan yang dapat digunakan untuk
menerjemahkan sesuatu ke dalam realitas, yang sifatnya lebih praktis. Model berfungsi
sebagai sarana untuk mempermudah komunikasi, atau sebagai petunjuk yang bersifat
perspektif untuk mengambil keputusan, atau sebagai petunjuk perencanaan untuk kegiatan
pengelolaan. Model yang baik adalah model yang dapat menolong sipengguna untuk
mengerti dan memahami suatu proses secara mendasar dan menyeluruh (Hidayati dan
Ruhena, 2014).
Model bisa dikatakan pola, contoh, acuan akan dibuat atau dirancang untuk menyalin
sesuatu ke dalam bentuk nyata. Berguna untuk mempermudah dalam berkomonikasi atau
dapat dijadikan petunjuk dalam perencanaan dan pengambilan keputusan dalam kegiatan
pengelolaan.
Model-model pembelajaran menurut taksonomi dibagi menjadi empat kategori, yaitu
model yang berorientasi pada kelas, produk, sistem, dan organisasi. Model pembuatan
produk mempunyai tiga karakteristik utama, yaitu: (1) adanya asumsi bahwa produk
pembelajaran diperlukan; (2) diperlukan uji coba dan revisi berulangkali hingga mantap; dan
(3) adanya asumsi bahwa produk itu harus dapat digunakan oleh berbagai pengelola
pembelajaran. Berkaitan dengan model pembuatan produk, seperti modul dan/atau bahan ajar
pembelajaran, model pembelajaran yang dijadikan landasan pengembangan adalah Model
Dick & Carey dan model lain yang dianggap relevan. Dapat dilihat bahwa saat ini dibutuhkan
suatu model pembelajaran yang mampu lebih memberdayakan siswa dalam mencapai
kompetensi yang diinginkan
Model pembelajaran adalah rangkaian komponen-komponen strategi pembelajaran
yang terintegrasi, antara lain komponen: (1) pentahapan dan urutan ide isi materi; (2)
penggunaan ikhtisar dan ringkasan; (3) penggunaan contoh; (4) penggunaan praktik; (5) dan
penggunaan strategi yang berbeda-beda untuk memotivasi siswa. Suatu model pembelajaran
memperlihatkan seluruh aspek pembelajaran yang berbeda-beda dalam rangka meraih hasil
belajar terbaik melalui antisipasi kondisi belajar tertentu yang dideskripsikan secara detail
(Hidayati dan Ruhena, 2014)
Hasil pembelajaran merupakan berbagai akibat yang dapat dipakai untuk mengukur
kegunaan berbagai macam metode dalam berbagai kondisi. Strategi pembelajaran
(instructional strategy) adalah suatu perencanaan untuk membantu pembelajar melalui
berbagai usaha untuk mencapai setiap tujuannya. Dick & Carey menyatakan bahwa strategi
pembelajaran menjelaskan komponen umum dari satu set materi dan prosedur pembelajaran
yang akan digunakan dengan bahan lain untuk menghasilkan hasil belajar tertentu dari pihak
pembelajar. Strategi pembelajaran mempunyai lima komponen, yakni: (1) kegiatan pra
instruksional; (2) penyajian informasi; (3) partisipasi mahasiswa; (4) tes; dan (5) tindak
lanjut. Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang dapat digunakan untuk
kurikulum (materi pembelajaran yang panjang), mendesain materi pembelajaran, dan untuk
mengantarkan pembelajaran di dalam maupun di luar kelas
Model Dick & Carey merupakan model desain pembelajaran prosedural. Secara
umum model-model ini terdiri dari tiga aktivitas utama, yaitu: analisis, pengembangan
strategi, dan evaluasi. Desain pembelajaran merupakan sebuah proses sederhana untuk
membantu menciptakan pembelajaran ataupun pelatihan yang efektif dalam cara-cara yang
efisien. Para desainer pembelajaran memusatkan perhatian pada peningkatan kinerja manusia
untuk memecahkan masalah pembelajaran.
Model desain pembelajaran telah lama digunakan untuk menciptakan program
pembelajaran yang efektif, efisien dan menarik. Model ini dikembangkan berdasarkan pada
penggunaan pendekatan system atau system approach terhadap komponen-komponen dasar
dari desain system pembelajaran yang meliputi analisis, desain, pengembangan, implementasi
dan evaluasi.
Salah satu model desain pembelajaran adalah model Dick and Carey. Model ini
termasuk ke dalam model procedural. Model yang dikembangkan didasarkan pada
penggunaan pendekatan sistem terhadap komponen-komponen dasar desain pembelajaran
yang meliputi analisis desain pengembangan, implementasi dan evaluasi (Hidayati dan
Ruhena, 2014).
Model Dick and Carey merupakan pola yang disusun secara prosedur dimana setiap
langkahnya berurutan dan saling berkaitan satu sama lain, sehingga mudah diikuti oleh
pengajar, dan bersifat efektif dan efisien.
Penggunaan model Dick and Carrey dalam pelajaran dimaksudkan agar (1) pada awal
proses pembelajaran anak didik atau siswa dapat mengetahui dan mampu melakukan hal-hal
yang berkaitan dengan materi pada akhir pengajaran, (2) adanya pertautan antara tiap
komponen khususnya antara strategi pengajaran dan hasil pengajaran yang dikehendaki, (3)
menerapkan langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam melakukan perencanaan desain
pembelajaran
Menurut Aji (2016:120) Komponen model Dick and Carey meliputi pembelajar,
pengajar, materi, dan lingkungan. Demikian pula, di lingkungan pendidikan non formal
model ini meliputi warga belajar (pembelajar), tutor (pengajar), materi, dan lingkungan
pembelajaran. Semua berinteraksi dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
Dalam merancang suatu proses pembelajaran diperlukan suatu gaya atau model yang
menjadi patokan dalam menyusun rencana pembelajaran. Maka dari itu seorang desainer atau
pengajar harus menentukan model yang akan diterapkan Setelah diketahui model yang akan
digunakan maka dengan mudah pengajar merancang kerangka proses pembelajaran.

2.2 Karateristik Model Pembelajaran Dick and Carey


Menurut Hidayati dan Ruhena (2014), karakteristik dari model pembelajaran dick and
carey itu ialah :
1. Dalam penerapan model ini, setiap komponen bersifat penting dan tidak boleh ada
yang dilewati
2. Penggunaan model ini mungkin akan menghalangi kreatifitas instructional designer
professional
3. DC Model menyediakan pendekatan sistematis terhadap kurikulum dan program
design. Ketegasan model ini susah untuk diadaptasikan ke tim dengan banyak
anggota dan beberapa sumber yang berbeda.
4. Cocok diterapkan untuk e-learning skala kecil, misalnya dalam bentuk unit, modul,
atau lesson.
Menurut Hamzah Uno (2012) di dalam jurnal Pramita dkk (2016) secara umum
penggunaan model pengajaran Dick and Carey adalah sebagai berikut :
1. Model Dick and Carey terdiri atas 10 langkah. Setiap langkah sangat jelas maksud dan
tujuannya sehingga bagi perancang pemula sangat cocok sebagai dasar untuk
mempelajari model desain yang lain.
2. Kesepuluh langkah model Dick and Carey menunjukkan hubungan yang sangat jelas
dan tidak terputus antara langkah yang satu dengan langkah yang lainnya. Dengan
kata lain, sistem yang terdapat dalam Dick and Carey sangat ringkas, tetapi isinya
padat dan jelas dari suatu urutan keurutan berikutnya.
3. Langkah awal pada model Dick and Carey adalah mengidentifikasi tujuan pengajaran.
Langkah ini sangat sesuai dengan kurikulum, baik diperguruan tinggi maupun sekolah
menengah dan sekolah dasar, khususnya dalam mata pelajaran tertentu yang memiliki
tujuan pembelajaran dalam kurikulumnya. Untuk dapat melahirkan suatu rancangan
pembelajaran.

Model pengembangan ini ada kemiripan dengan model yang dikembangkan Kemp,
tetapi ditambah dengan komponen melaksanakan analisis pembelajaran, terdapat beberapa
komponen yang akan dilewati didalam proses pengembangan dan perencanaan tersebut
(Bafaqih, 2015).

2.3 Komponen-Komponen Model Pembelajaran Dick and Carey


Menurut Uno (2016) Dick and Carey menyebutkan bahwa ada 5 komponen strategi
pembelajaran yaitu:
1. Kegiatan Pembelajaran Pendahuluan
Pada kegiatan ini, materi yang disampaikan haruslah mampu menarik minat peserta
didik. Guru dapat menyampaikan materi dengan mengilustrasikan pembelajaran dari
kehidupan sehari-hari, atau memberikan keyakinan bahwa materi yang di ajarkan berguna
bagi diri peserta didik.
Ada beberapa teknik dalam kegiatan pendahuluan ini yaitu:
a. Menjelaskan tujuan pembelajaran khusus yang diharapkan dapat tercapai oleh
semua peserta didik diakhir kegiatan pembelajaran.
b. Berikan apersepsi. Guru menunjukkan kepada siswa tentang hubungan antara
pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa dengan pengetahuan baru yang akan di
pelajari. Apersepsi ini dapat membuat siswa menjadi percaya diri sehingga siswa
terhindar dari rasa cemas terhadap kegagalan atau kesulitan dalam belajar.

2. Penyampaian Informasi
Pada kegiatan ini guru harus memberikan informasi yang akurat, mudah untuk
dipahami siswa dan guru juga harus memahai dengan baik kondisi yang di hadapinya.
Dengan demikian, informasi dapat mudah diserap oleh peserta didik. Ada beberapa hal yang
harus di perhatikan dalam penyampaian informasi ini:
a. Urutan Penyampaian. Urutan penyampaian ini harus menggunakan pola yang
tepat, yaitu dimana dari hal-hal yang sederhana terlebih dahulu ke hal-hal yang
lebih kompleks. Dimana urutan penyampaian informasi yang sistematis dapat
memudahkan siswa untuk menangkap maksud dari materi yang disampaikan oleh
guru.
b. Ruang Lingkup Materi yang Disampaikan. Besar kecilnya materi yang di
sampaikan sangat bergantung pada karakteristik peserta didik dan jenis materi
yang dipelajari. Umumnya, ruang lingkup materi sudah tergambar saat penentuan
tujuan pembelajaran.
c. Materi yang Akan Disampaikan. Dalam isi pembelajaran terlihat masing-masing
jenis pembelajaran memerlukan strategi penyampaian yang berbeda-beda. Oleh
karena itu dalam menentukan strategi pembelajaran guru harus lebih dahulu
memahai jenis materi pembelajaran yang akan disampaikan agar diperoleh
strategi pembelajaran yang sesuai. Isi pembelajaran dibedakan menjadi 4 jenih
yaitu fakta, konsep, prosedur dan prinsip.

3. Partisipasi Peserta Didik.


Peserta didik merupakan pusat dari kegiatan pembelajaran. Hal ini dikenal dengan
istilah CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif). Dimana artinya proses pembelajaran akan berhasil
apabila peserta didik mampu secara aktif melakukan latihan langsung. Jadi, inti nya peserta
didik haruslah ikut berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran. Ada beberapa hal penting
yang berhubungan dengan partisipasi peserta didik, yaitu:
a. Peserta didik diberi latihan dari materi yang telah disampaikan sebelumnya agar
materi benar-benar tertanam dan dapat dipahami. Hendaknya peserta didik diberi
kesempatan untuk dapat membuktikan pengetahuan yang mereka peroleh dengan
cara praktik atau latihan.
b. Umpan Balik. Perilaku peserta dapat menunjukkan hasil dari proses
pembelajaran,dimana guru dapat memberikan umpan balik (feed back) kepada
siswa. Melalui umpan balik ini guru dapat melihat seberapa dalam materi yang
diserap oleh siswa. Umpan balik dapat dilakukan dengan memberikan pertanyaan
dan siswa akan menjawabnya. Seberapa dalam materi yang diserap oleh siswa
dapat dilihat dari jawaban yang diberikan oleh siswa, tepat atau kurang tepat.

4. Tes
Guru memberikan tes bertujuan untuk apakah tujuan pembelajaran telah tercapai atau
belum dan apakah pengetahuan sikap dan keterampilan telah dimiliki oleh peserta didik atau
belum. Pelaksanaan tes ini biasanya dilakukan diakhir pembelajaran.

5. Kegiatan Lanjutan.
Kegiatan yang dikenal dengan istilah follow up dari suatu hasil kegiatan yang telah
dilakukan sering kali tidak dilaksanakan dengan baik oleh guru. Dalam kenyataannya, setiap
kali setelah tes dilakukan selalu saja terdapat peserta didik yang berhasil dengan bagus atau
diatas rata-rata, (a) hanya menguasai sebagian atau cenderung di rata-rata tingkat penguasaan
yang diharapkan dapat dicapai, (b) peserta didik seharusnya menerima tindak lanjut yang
berbeda sebagai konsekuensi dari hasil belajar yang bervariasi tersebut.

2.4 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Dick and Carey

Menurut Walter Dick (1996) berikut adalah bagan model desain pembelajaran Dick dan
Carey dapat digambarkan sebagai berikut :
2
Analisis 9
Revisi
pengajaran
Program
Pembelajar
an

5 6 7
1 8 10
4 Mengemba Mengemb Mengemb
Mengidenti Mengemba Mendesai
Menulis ngkan angkan angkan
fikasi ngkan n
Tujuan tujuan Butir-butir Strategi Dan Dan dan
umum kinerja tes acuan Pembelaja Menentuk Membuat Membuat
patokan ran an Evaluasi Evaluasi
Materi Formatif
Pembelaja Sumatif
ran

3
Identifikasi
tingkah
laku awal

Dari bagan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam mengidentifikasi tujuan


pembelajaran dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan melakukan analisis pengajaran
dan identifikasi tingkah laku awal, setelah dilakukan kedua tujuan tersebut dilanjutkan
dengan menulis tujuan kinerja, dengan adanya tujuan kinerja tersebut dapat di kembangkan
tes acuan patokan, setelah itu dilanjutkan kembali dengan mengembangkan strategi
pembelajaran, kemudian kita dapat mengembangkan dan menentukan materi pembelajaran,
sehingga kita dapat mengembangkan dan membuat evaluasi formatif. Apabila dalam
mengembangkan dan membuat evaluasi formatif terdapat kesalahan, maka kita dapat
merevisi pengajaran, dan apabila tidak terjadi kesalahan maka kita dapat melanjutkan
mendesain dan membuat evaluasi sumatif.

Berikut adalah langkah pengembangan desain Instruksional menurut Dick dan Carey :
1. Mengidentifikasi tujuan umum
Tujuan pembelajaran idealnya diperoleh dari analisa kebutuhan yang benarbenar
mengindikasikan adanya suatu masalah yang pemecahannya adalah dengan memberikan
pembelajaran. Sasaran akhir dari suatu pembelajaran adalah tercapainya tujuan pembelajaran
umum, oleh karena itu dalam merancang pembelajaran harus memperhatikan secara
mendalam rumusan tujuan pembelajaran umum yang akan ditentukan. Setiap perancang
harus mempertimbangkan secara mendalam tentang rumusan tujuan umum pengajaran yang
akan ditentukannya. Mempertimbangkan secara memdalam artinya untuk merumuskan tujuan
umum pembelajaran harus mempertimbangkan karakteristik siswa, bidang studi dan kondisi
lapangan. Rumusan tujuan umum pembelajaran menurut Dick and Carey harus jelas dan
dapat diukur berbentuk tingkah laku

Tujuan pembelajaran sangat penting dalam proses intruksional atau dalam setiap kegiatan
belajar mengajar, dan akan memberikan keuntungan kepada :

a. Siswa untuk dapat mengatur waktu, dan pemusatan perhatian dan tujuan yang ingin
dicapai
b. Guru untuk dapat mengatur kegiatan instruksionalnyan, metodenya, dan strategi untuk
mencapai tujuan tersebut
c. Evaluator untuk dapat menyusun tes sesuai dengan apa yang harus dicapai oleh anak
didik.

Perancang dalam merumuskan suatu tujuan memerlukan beberapa pertimbangan. Dan


dapat dirangkum menjadi tiga pertimbangan yaitu karakter siswa, setiap individu memilki
karakter/sifat yang sangat berbeda. Karena banyak faktor yang mempengaruhinya, maka dari
itu dibutuhkan pertimbangan sehingga apa yang dicita-citakan tercapai. Yang kedua yaitu
bidang studi. Perancang harus mengenal karakter dari bidang studi / mata pelajaran apa yang
akan diajarnya, karena setiap bidang studi/ mata pelajaran itu memilki pandangan atau
penilaian tersendiri bagi peserta didik. Misalnya dari dulu bagian IPA atau ilmu pasti seperti
matematika, fisika dan kimia merupakan mata pelajaran yang sangat ditakuti oleh peserta
didik. Lain halnya dengan ilmu sosial yang kebanyakan disukai pesrta didik, karena selain
mudah, santai dan tidak memrlukan kemampuan yang ekstra dalam memahaminya atau
mempelajarinya. Karena inilah siperancang benar-benar memahami bidang studi yang akan
dirumuskan tujuan umumnya. Selain itu juga dibutuhkan pertimbangan lingkungan. Dimana
dalam merancang pembelajaran di sekolah berada di kota sangat berbeda dengan rancangan
di desa. Dan begitu juga rancangan di sekolah terkenal sangat berbeda dengan sekolah
middle, bahkan sekolah yang bagian bawah kualitasnya. Maka dari dengan adanya perbedaan
itu maka dirumuskanlah tujuan umum dengan patokan atau pertimbangan dari aspek-aspek
ini.
2. Analisis pengajaran
Tujuan utama analisis pembelajaran adalah mengidentifikasi pengetahuan dan
keterampilan yang harus ada pada pembelajaran . Karena prosesnya relatif kompleks, analisis
pembelajaran terhadap tujuan pembelajaran umum dapat dilakukan melalui dua tahap :
1. Menggolongkan pernyataan tujuan umum menurut jenis kapabilitas belajar.
2. Melakukan analisa lanjutan untuk mengidentifikasi keterampilan bawahan.
Keduanya merupakan proses analisa pembelajaran. Pembelajaran keterampilan
psikomotor biasanya memerlukan perpaduan keterampilan intelektual dan keterampilan
motorik. Langkah pertama untuk analisa dilakukan dengan menerapkan prosedur analisis
hierarkis (Dick, et al,2001).
Setelah dirumuskan tujuan pembelajaran, maka akan ditentukan apa tipe belajar yang
dibutuhkan peserta didik. Tujuan analisis ini untuk mengidentifikasi keterampilan-
keterampilan yang lebih khusus yang harus dipelajari. Dari analisis inilah yang akan
menghasilkan konsep dan menunjukkan keterkaitan antara keterampilan/konsep tersebut.
Dari tujuan umum itu akan dirinci dan ditentukan urutan mempelajarinya. Sehingga dapat
diketahui apa saja yang harus dikuasai dan dipelajari peserta didik. Karena kita ketahui tidak
semuanya yang harus dipahami dan dipelajari sipesrta didik. Oleh karena itu dilakukan suatu
pendekatan hirarki.
Tujuan utama menganalisis pembelajaran adalah mengidentifikasi keterampilan dan
pengetahuan yang akan dilibatkan dalam pembelajaran. Karena tahapan ini merupakan proses
yang relatif kompleks, maka tahap ini dibagi dua tahap yang lebih kecil, yaitu:
a) Menganalisis tujuan umum pembelajaran
b) Mengidentifaksi keterampilan subordinat dan entry behavior
(Tegeh, dkk., 2014 : 32).
Dua tahap merupakan penjabaran dari analisis pengajaran. Dimana dalam
menganalisis tujuan umum pertnyaan yang harus dijawab yaitu apa yang dapat dilakukan
oleh peserta didik apabila tujuan telah tercapai? Maka dari itu ada dua tahap yang harus
dilakukan yaitu mengklasifikasi tujuan umum kedalam beberapa kategori, imformasi verbal,
keterampilan intelektual, psikomotor dan sikap. Selanjutnya diidentifikasi urutan langkah
mulai dari paling umum sampai paling sederhana. Sedangkan tahap kedua dengan pertanyaan
yang harus dijawab yaitu apa yang harus dilakukan pesrta didik untuk bisa melakukan
tahapan utama, dan tahapan selanjutnya dalam rangka mencapai tujuan umum pembelajaran.
Untuk memulai menganalisisnya diperlukan penjabaranyang jelas tentang tugas utama
peserta didik untuk mencapai tujuan umum pembelajaran.
3. Mengidentifikasi Tingkah Laku Awal
Identifikasi tingkah laku awal atau karateristik siswa dalam konteks mempelajari
kompetensi yang telah ditentukan. Karateristik siswa yang perlu diidentifikasi antara lain
kemampuan prasyarat, (prerequisite knowledge), kemampuan awal (entry behavior), sikap,
demografi, gaya belajar, dsb.
Selain melakukan analisis tujuan pembelajaran, hal penting yang perlu dilakukan
dalam menerapkan model ini adalah analisis terhadap karakteristik siswa yang akan belajar
dan konteks pembelajaran. Kedua langkah ini dapat dilakukan secara bersamaan atau paralel.
Analisis konteks meliputi kondisikondisi terkait dengan keterampilan yang dipelajari oleh
siswa dan situasi yang terkait dengan tugas yang dihadapi oleh siswa untuk menerapkan
pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari. Analisis terhadap karakteristik siswa meliputi
kemampuan aktual yang dimiliki oleh siswa, gaya belajar, dan sikap terhadap aktivitas
belajar. Identifikasi yang akurat tentang karakteristik siswa yang akan belajar dapat
membantu perancang program pembelajaran dalam memilih dan menentukan strategi
pembelajaran yang akan digunakan (Sardi,2018).

4. Menulis Tujuan Kinerja


Berdasarkan hasil analisis pembelajaran dan kemampuan awal siswa, maka
dirumuskan tujuan pembelajaran khusus. Menurut Sardi (2018), dalam merumuskan tujuan
pembelajaran khusus, ada beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian, yaitu :
1. Menentukan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh siswa setelah
menempuh proses pembelajaran.
2. Kondisi yang diperlukan agar siswa dapat melakukan unjuk kemampuan dari
pengetahuan yang telah dipelajari. Komponen kondisi dalam tujuan pembelajaran
khusus menyebutkan sesuatu yang secara khusus diberikan atau tidak diberikan ketika
pebelajar menampilkan perilaku yang ditetapkan dalam tujuan. Komponen kondisi
bisa berupa bahan dan alat, informasi dan lingkungan.
3. Indikator atau kriteria yang dapat digunakan untuk menentukan keberhasilan siswa
dalam menempuh proses pembelajaran. Kriteria yang relevan tersebut dapat berupa
kecermatan, waktu (kecepatan), kesesuaian dengan prosedur, kuantitas atau kualitas
hasil akhir
4. Mengembangkan Instrumen Penilaian
Setelah tujuan umum telah dirumuskan, telah dilakukan analisis pengajaran dan
analisis tingkah laku awal maka kita dapat membuat atau merumuskan tujuan khususnya. Jika
diaplikasikan dalam memasak gulai maka harus diketahui terlebih dahulu takaran garamnya
berapa, cabenya, kunyitnya, jahenya, bawang merahnya, bawang putihnya, dan santanya
berapa sehingga akan menjadi gulai yang enak dan lezat sesuai dengan perencanaan awal.
Nah begitu juga dalam pembelajaran, dalam perumusan tujuan umum yang telah dianalis
dapat dikembangkan menjadi tujuan-tujuan yang bersifat lebih spesifik yang dapat dikerjakan
oleh peserta didik setelah menyelesaikan suatu pembelajaran.

5. Mengembangkan butir-butir tes acuan patokan


Menurut Afandi,dkk (2013) Berdasarkan tujuan kompotensi khusus yang telah
dirumuskan, langkah selanjutnya adalah mengembangkan butir-butir tes acuan patokan yang
mampu mengukur pencapaian hasil belajar siswa, hal ini dikenal dengan istilah evaluasi hasil
belajar. Dengan adanyaa soal-soal dapat dijadikan patokan dalam mengukur pencapaian hasil
belajar siswa. Dikatakan patokan karena soal-soal tes merupakan rambu-rambu untuk
menentukan kelayakan penampilan siswa dalam tujuan keberhasilan siswa.
Bagi seorang perancang pembelajaran harus mengembangkan butir tes acuan patokan,
karena hasil tes pengukuran tersebut berguna untuk :
1. Mendiagnosis dan menempatkannya dalam kurikulum
2. Menceking hasil belajar dan menemukan hasil kesalahan pengertian sehingga
dapat diberikan pembelajaran, remedial sebelum pembelajaran dilanjutkan
3. Menjadi Dokumen Kemajuan Belajar
Sejalan dengan tujuan khusus maka dapat dikembangkan soal-soal tes acuan yang
akan menjadi tolak ukur dari pencapaian hasil belajar. Sehingga pengajar dapat
mengetahui sejauh mana tingkat pemahan pesrta didik. Kriteria soal yang baik yaitu
soal essay sehingga sesuai dengan perencanaan pembelajaran yang telah ditentukan
kurikulum yaitu menganalisis. Pemberian soal atau test sebaiknya diberikan setiap
satu pokok bahsan sesuai selesai diajarkan jika waktu tersedia.

Dalam mengembangkan butir-butir tes acuan patokan terdapat dua tes acuan patokan
yaitu :
1. Tes entry behaviors merupakan tes acuan patokan untuk mengukur keterampilan
sebagaimana adanya pada permulaan pembelajaran.
2. Pretest merupakan tes aacuan patokan yang berguna bagi keperluan tujuan yang telah
dirancang sehingga diketahui sejauh mana pengetahuan anak didik terhadap semua
ketrampilan yang berada di atas batas, yakni keterampilan prasarat. Maksud dari
pretest ini bukanlah untuk menentukan nilai akhir (perolehan belajar) tetapi lebih
mengenal profil anak didik berkenaan analisis pembelajaran.
Test ini sama-sama dari awal pembelajaran karena test entry itu tertuju pada tes
tingkah laku dan pretes tentang pengetahuan yang dimiliki pesrta didik.

6. Mengembangkan Strategi Pembelajaran


Sehingga dalam mengembangkan strategi pembelajaran harus berdasarkan
karakteristik siswanya, karena materi yang dikembangkan dimaksudkan untuk siswa tersebut
yang bertujuan untuk memperoleh kemudahan dalam belajar.

Penentu strategi pembelajaran harus didasarkan pada faktor-faktor berikut:


a) Teori terbaru tentang aktifitas pembelajaran
b) Penelitian tentang hasil belajar
c) Karekteristik media pembelajaran yang akan digunakan untuk menyampaikan materi
pembelajaran
d) Materi atau substansi yang perlu dipelajari oleh siswa
e) Karakterisitik siswa yang akan terlibat dalam kegiatan pembelajaran (Aji, 2016:124).

Dalam mengembangkan strategi pembelajaran terdapat komponen strategi di


dalamnya yaitu: prapembelajaran, penyajian informasi, peran serta siswanya dan kegiatan
tindak lanjut. Sehingga untuk menentukan strategi pembelajaran harus berdasarkan 5 faktor
yaitiu: Materi terbaru tentang aktifitas pembelajaran yaitu yang bertujuan untuk membuat
daya tarik siswanya terhadap materi-materi yang diberikan oleh gurunya dan untuk
mengumpulkan data terhadap aktivitas siswanya dalam keterampiran belajar saat
pembelajaran berlangsung. Penelitian tentang hasil belajar yaitu dilakukan sebagai wujud
untuk melihat persentase kemampuan maupun keterampilan-keterampilan yang dimiliki
siswanya saat belajar. Karakteristik dari model pembelajaran yang digunakan secara
prosedural, dimana mampu membuat siswa memahami konsep dan guru mampu
mengembangkan keterampilan-keterampilan yang dimiliki oleh siswanya. Materi atau
subtansi adalah salah satu dalam mengembangkan strategi pembelajaran agar siswa dapat
memahami materi yang diberikan oleh gurunya dan mempelajarinya berdasarkan konsep
yang diberikan oleh gurunya. Dan faktor terakhir yaitu Karakterisitik siswa yang akan terlibat
dalam kegiatan pembelajaran sebagai faktor penentu stategi pembelajaran yaitu karena siswa
tersebut yang terlibat dalam pembelajaran dan terjalin proses iteratif (Afandi,dkk , 2013).

7. Mengembangkan Dan Menentukan Materi Pembelajaran.


Langkah ini didasarkan atas strategi pembelajaran, kegiatan mengembangkan dan
menentukan materi pembelajaran meliputi buku petunjuk peserta didik, bahan ajar, tes, dan
buku pegangan guru. Keputusan untuk mengembangkan bahan ajar pada dasarnya tergantung
pada jenis pembelajaran yang akan dilakukan.
Sehingga dalam menentukan dan mengembangkan materi pembelajaran yaitu harus
berdasarkan sumber-sumber yang dapat membawa informasi dan pesan kepada siswanya.
Kemudian dalam menggunakan materi pembelajaran atau penggunaan bahan ajar dapat
dilakukan dengan buku teks, buku paduan, modul, program berbasis komputer, program
audio vidio, program multimedia, dan lain sebagainya.
Didalam Afandi,dkk (2013) Ada tiga pola yang dapat diikuti oleh pengajar untuk
merancang atau menyampaikan pembelajaran, yaitu sebagai berikut:
a. Pengajar merancang bahan pembelajaran individual, semua tahap pembelajaran
dimasukkan kedalam bahan, kecuali pretes dan pascatest.
b. Pengajar memilih dan mengubah bahan yang ada agar sesuai dengan strategi
pembelajaran. Peran pengajar akan bertambah dalam menyampaikan pembelajaran.
Beberapa bahan mungkin saja disampaikan tanpa bantuan pengajar, jika tidak ada
pengajar harus memberi penjelasan.
c. Pengajar tidak memakai bahan, tetapi menyampaikan semua pembelajaran menurut
strategi pembelajaran yang telah disusunnya. Pengajar menggunakan strategi
pembelajarannya sebagai pedoman termasuk latihan dalam kegiatan kelompok.

8. Mengembangkan Dan Membuat Evaluasi Formatif


Kegiatan ini adalah melakukan serangkaian penilaian dengan maksud mengumpulkan
data yang digunakan untuk mengidentifikasi bagaimana teknik-teknik dalam
menyempurnakan rencana pembelajaran.
Sehingga evaluasi formatif yaitu dilakukan dengan cara melihat, meneliti,
mengumpulkan, ataupun mengidentifikasi suatu kekuatan dan kelemahan dari program
pembelajaran yang dibuat. Evaluasi formatif ini bertujuan untuk memperbaiki dari draf
program agar program pembelajaran tersebut efektif, efesien, jelas dan dapat diikuti.
Menurut Sardi (2018) ada tiga jenis evaluasi formatif dapat diaplikasikan untuk
mengembangkan produk atau program pembelajaran, yaitu:

1. Evaluasi perorangan
Evaluasi perorangan merupakan tahap pertama dalam menerapkan evaluasi formatif.
Evaluasi ini dilakukan melalui kontak langsung dengan minimal tiga orang calon
pengguna program untuk memperoleh masukan tentang kesalahan kesalahan yang
tampak dalam bahan ajar dan memperoleh petunjuk awal daya guna bahan ajar dan
reaksi pebelajar pada isi bahan ajar. Untuk tahap ini dipilih satu orang pebelajar yang
memiliki kemampuan diatas rata-rata, satu orang berkemampuan sedang dan satu
orang berkemampuan dibawah rata-rata.
2. Evaluasi kelompok kecil
Evaluasi kelompok kecil dilakukan dengan mengujicobakan program terhadap
kelompok kecil calon pengguna. Evaluasi ini dilakukan untuk menentukan efektivitas
perubahan yang telah dibuat setelah evaluasi perorangan dan mengidentifikasi
masalah yang mungkin masih ada. Pada langkah ini, pebelajar bisa menggunakan
bahan ajar tanpa interaksi langsung dengan pengembangan.
3. Evaluasi lapangan
Evaluasi lapangan adalah uji coba program terhadap sekelompok besar calon
pengguna program sebelum program tersebut digunakan dalam situasi pembelajaran
yang sesungguhnya.

9. Revisi Program Pembelajaran


Langkah akhir dari proses desain pengembangan adalah melakukan revisi terhadap
draf program pembelajaran. Data yang diperoleh dari prosedur evaluasi formatif dirangkum
dan ditafsirkan untuk mengetahui kelemahan- kelemahan yang dimiliki oleh program
pembelajaran. Evaluasi formatif tidak hanya dilakukan pada draf program pembelajaran saja,
tetapi juga terhadap aspek-aspek desain sistem pembelajaran yang digunakan dalam program,
seperti analisis pembelajaran, entry behavior, dan karakteristik siswa. Prosedur evaluasi
formatif, dengan kata lain, perlu dilakukan pada semua aspek program pembelajaran dengan
tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas program tersebut (Sardi,2018)
10. Mengembangkan dan membuat evaluasi sumatif
Evaluasi sumatif merupakan jenis evaluasi yang berbeda dengan evaluasi formatif.
Jenis evaluasi ini dianggap sebagai puncak dalam aktivitas model desain pembelajaran yang
dikemukakan oleh Dick and Carey. Evaluasi sumatif dilakukan dilakukan setelah program
selesai dievaluasi secara formatif dan direvisi sesuai dengan standar yang digunakan oleh
perancang. Evaluasi sumatif tidak melibatkan perancang program, tetapi melibatkan penilai
independen. Hal ini merupakan satu alasan untuk menyatakan bahwa evaluasi sumatif tidak
tergolong ke dalam proses desain sistem pembelajaran (Sardi,2018).
Evaluasi sumatif dapat ditetapkan atau diberi nilai apakah suatu desain pembelajaran,
dimana dasar keputusan penilian didasarkan pada keefektifan dan efisiensi dalam kegiatan
belajar mengajar. Oleh karena itu, evaluasi sumatif diarahkan pada keberhasilan pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan, yang diperlihatkan oleh unjuk kerja siswa. Apabila semua
tujuan sudah dapat dicapai, efektivitas pelaksanaan kegiatan pembelajaran dalam mata
pelajaran tertentu dianggap berhasil dengan baik. Demikian juga jika keberhasilan siswa
dicapai dalam rentangan waktu yang relatif pendek, maka dari efisiensi pembelajaran dapat
dicapai. Dan terakhir, jika dengan rancangan pembelajaran ini mungkin dengan
memberlakukan strategi yang baik, aktivitas belajar siswa meningkat, maka dari segi
keberhasilan pada daya tarik pengajaran dapat dicapai. Dapatkah hal ini kita lakukan,
semuanya tergantung pada desainer yang merencanakan pembelajaran (Aji, 2016:125).

2.4 Kelebihan Model Pembelajaran Dick and Carey


Menurut ada beberapa kelebihan dari model Dick and Carey:
1. Tahapan-tahapan model ini merupakan tahapan yang logis dan sederhana, artinya
desain ini merupakan arah dari kebanyakan cara berpikir orang untuk mencapai suatu
tujuan atau program. Sehingga dikatakan Setiap langkah jelas sehingga mudah diikuti

2. Model dick and carey merupakan suatu model yang teratur, efektif, dan efisien
dimana langkah-langkah yang dijelaskan tiap tahap sangat tersusun dengan baik dan
mudah membedakannya. Selain itu langkah dalam model ini sangat terperinci
urutannya, menjadikan model ini menjadi satu arah, jelas, dan efektif.

3. Model Dick & Careymerupakan model atau perencanaan pembelajaran yang


terperinci, sehingga mudah diikuti. Sehingga seorang desainer yang ingin menerapkan
model pembelajaran dalam system belajar dan pembelajaran hanya dengan mudah
dengan memahami dan mengikuti 10 langkah tersebut.
4. Adanya revisi pada analisis pembelajaran, di mana hal tersebut merupakan hal yang
sangat baik, karena apabila terjadi kesalahan maka segera dapat dilakukan perubahan
pada analisis instruksional tersebut, sebelum kesalahan didalamnya ikut
mempengaruhi kesalahan pada komponen setelahnya. Walaupun sebenarnya model
ini seca, merupakan tahapan prosedur, akan tetapi pada model ini masih menyediakan
ruang perbaikan sebagai contoh yaitu pada langkah ke-9. Adanya revisi pada analisis
pembelajaran, memungkinkan perbaikan apabila terjadi kesalahan dan dapat segera
dapat dilakukan perubahan pada analisis instruksional tersebut, sebelum kesalahan
didalamnya ikut mempengaruhi kesalahan pada komponen setelahnya.

5. Dalam model pembelajaran Dick & Carey tahapan dan komponen yang
dikembangkan rinci (lengkap) jadi dalam 10 langkah Dick and Carey telah dijelaskan
secara lengkap. Setiap langkah model Dick and Carey adalah suatu prosedur yang
sangat sistematis bila dibandingkan dengan model-model instructional lainnya. Mulai
dari tahap awal pengembangan sampai kepada desiminasi produk yang dikembangkan
dengan melakukan proses perbaikan yang berlangsung secara terus-menerus hingga
target (standar kualitas) produk yang dikembangkan tercapai, yaitu efektif, efisien dan
berkualitas..

2.5 Kelemahan Model Pembelajaran Dick and Carey


Menurut berikut ini adalah kelemahan model Dick and Carey :
1. Desain dalam penyusunan model Dick & Carey merupakan desain prosedural, artinya
desainer harus melewati tahapan-tahapan yang ditentukan, sehingga model desain
pembelajaran Dick dan Carey terkesan kaku, karena setiap langkah telah di tentukan

2. Desain Model ini merupakan desain yang matang, artinya tidak menyediakan ruang
untuk uji coba dan kegiatan revisi baru dilaksanakan setelah diadakan tes formatif.

3. Model pembelajaran ini tidak cocok diterapkan dalam e learning dengan skala yang
besar. Pembelajaran menggunakan basis internet dan model interaktif, dimana guru
tidak bertemu langsung dengan siswa-siswanya, kecuali interaksi dengan satu atau
dua orang siswa. Model ini akan mengalami kesulitan, terutama ketika harus
menganalisis karakteristik siswa.
4. Pada tahap-tahap pengembangan tes hasil belajar, strategi pembelajaran maupun pada
pengembangan dan penilaian bahan pembelajaran tidak nampak secara jelas ada
tidaknya penilaian pakar (validasi).
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari penjabaran diatas dapat disimpulkan:
1. Model Dick & Carey merupakan model desain pembelajaran prosedural. Secara
umum model-model ini terdiri dari tiga aktivitas utama, yaitu: analisis, pengembangan
strategi, dan evaluasi. Dick and Carey (1985) memandang desain pembelajaran
sebagai sebuah sistem dan menganggap pembelajaran adalah proses yang sitematis.
2. Adapun ciri-cirinya adalah (a) ada tujuan yang ingin dicapai, (b) fungsi-fungsi untuk
mencapai tujuan, (c) ada komponen yang melaksanakan fungsi-fungsi tersebut, (d)
ada interaksi antarkomponen, (e) ada penggabungan yang menimbulkan jalinan
keterpaduan, (f) ada proses transformasi, (g) ada daerah batasan dan lingkungan.
3. Langkah pengembangan desain Instruksional menurut dick dan carey yaitu
Mengidentifikasi tujuan pembelajaran, Melakukan analisis instruksional, Analisis
Siswa dan Konteks, Merumuskan tujuan pembelajaran khusus, Mengembangkan
instrument penelitian, Mengembangkan strategi pembelajaran, Penggunaan Bahan
Ajar, Merancang dan mengembangkan evaluasi formatif, Melakukan revisi terhadap
program pembelajaran, Merancang dan mengembangkan evaluasi sumatif.
4. Kelebihan dari Dick and Carey Model sebagai berikut: jelas, Teratur, efektif dan
efisien, Adanya revisi pada analisis pembelajaran, sangat lengkap komponennya.

3.2 Saran

Semoga dapat menambah pengetahuan pembaca mengenai model pembelajaran dick


and carrey. karena model pembelajaran Dick & Carey bersifat sistematis sehingga harus
dipahami setiap langkah-langkah penerapan modelnya agar tidak terjadi kesalahan karena
akan mempengaruhi kreatifitas pembelajaran. Kritik dan saran yang membangun tentunya
sangat diharapkan untuk kesempurnaan makalah ini karena masih banyak kekurangan dalam
makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Affandi, M. Chamalah, E. Wardani, Oktarina. 2013. Model dan Metode Pembelajaran di


Sekolah. Semarang: Universitas Islam Sultan Agung Semarang.

Dick, Walter. 1996. The Dick and Carey Model: Will It Survive the Decade?. Educational
Technology Research and Development. Vol. 44, No. 3.

Dick, Walter. Lou, Carey. James, Carey. 2001. Model Pengembangan Sistem Pembelajaran
Dick and Carey. The Systematic Design of Instruction. New York: Wesley
Educational Publisher.

Hidayati dan Ruhena. 2014. Pengembangan Model Pembelajaran dengan Menggunakan


Model Dick and Carey dan Model Icare. Jurnal Biologi dan Pendidikan. Vol.1, No.1.
Banjarmasin: Universitas Lambung Mangkurat.

Pramita, Iga KM. Agung, Gede. Suartama, Kadek I. 2016. Pengembangan Mobile Learning
Dengan Model Dick and Carey Pada Mata Pelajaran Biologi di SMPN 5 Mendoyo.
E-Journal Edutech Universitas Pendidikan Ganesha. Vol.5, No.2.

Sardi, Arif. 2018. Pengembangan Buku Ajar Teknik Laboratorium Biologi dengan
Menggunakan Model Dick and Carey. Jurnal Biotek. Vol.2. Aceh: Fakultas Sains dan
Teknologi UIN Ar-Raniry Banda Aceh.

Uno, Hamzah. 2016. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta:Bumi Aksara

Anda mungkin juga menyukai