Skor Nilai:
Dosen Pengampu :
- Dra Dina Ampera, M,Si.
- Yetty Pangaribuan, M,Pd
Disusun Oleh:
FAKULTAS TEKNIK
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat tuhan Yang Maha Esa Allah Swt
Karena dengan rahmat, karunia serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat
menyelesaikan Tugas Rutin Dan juga kami berterimakasih kepada Ibu selaku
dosen mata kuliah ini yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita. kami juga menyadari bahwa di dalam makalah
ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, saya berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan makalah yang
telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.
Medan,23Oktober 2018
Penulis
KELOMPOK
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………..I
DAFTAR ISI…………............…………………………………………………ii
BAB I. PENDAHULUAN……………………………..........………………….1
A. Latar Belakang ……......…………………………………………………1
B. Tujuan………………………………………………………………....…1
C. Manfaat …………………………….……………………………………1
BAB II. PEMBAHASAN..................................................................…………..2
BAB III PENUTUP.............................................................................................28
A. Kesimpulan……………………………………………………......…….28
B. Saran ..........…………………………………………………………….28
DAFTAR PUSTAKA….........…………....…………………………….……….29
3
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka munculah permasalahan-
permasalahan, yaitu :
1. Sebutkan pengertian model pembelajaran?
2. Sebutkan hakikat dari belajar dan pembelajaran?
3. Apa saja dasar pertimbangan pemilihan model pembelajaran?
4. Sebutkan ciri-ciri model pembelajaran?
5. Sebutkan macam-macam model pembelajaran?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah :
1. Mengetahui pengertian model pembelajaran.
2. Mengetahui hakikat dari belajar dan pembelajaran.
3. Mengetahui dasar pertimbangan pemilihan model pembelajaran.
4. Mengetahui berbagai macam model-model pembelajaran.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Model Pembelajaran
Secara kharfiah model dimaknakan sebagai suatu objek atau konsep yang
di gunakan untuk merepresentasikan suatu hal. Sesuatu yang nyata dan di
konversi untuk sebuah bentuk yang lebih komprehensif (Meyer, W.J., 1985:2).
Adapun Soekamto, dkk (dalam Nurulwati, 2000:10) mengemukakan maksud dari
model pembelajaran adalah “kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi paraperancang pembelajaran
dan parapengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar”. Dengan
demikian, aktivitas peembelajaran benar-benar merupakan kegiatan bertujuan
yang tertata secara sistematis. Istilah model pembelajaran mempunyai makna
yang lebih luas dari pada strategi, metode, atau prosedur. Model pengajaran
mempunyai empat cirri khusus yang tidak dimiliki strategi, metode atau prosedur.
Ciri-ciri tersebut ialah:
1) Rasional teoritis logis yang di susun oleh para pencipta atau
pengembangnya;
2) Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan
pembelajaran yang akan di capai)
3) Tingkah laku mengajar yang di perlukan agar model tersebut dapat di
laksanakan dengan berhasil;
4) Lingkungan belajar yang di perlukan agar tujuan pembelajaraan itu dapat
tercapai (Kardi dan Nur, 2000:9).
5
(mengkonstruk) pengetahuan baru berdasarkan pada pengalaman/pengetahuan
yang sudah dimilikinya. Dalam pandangan konstruktivisme ‘belajar’ bukanlah
semata-mata mentransfer pengetahuan yang ada di luar darinya, tetapi belajar
lebih pada bagaimana otak memproses dan menginterpretasikan pengalaman yang
baru dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya dalam format yang baru.
Apa hakikat mengajar? Mengajar pada hakikatnya tidak lebih dari sekedar
menolong para siswa untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, sikap, serta
ide dan apresiasi yang menjurus kepada perubahan tingkahlaku dan pertumbuhan
siswa (Subiyanto, 1988:30). Cara mengajar yang baik merupakan kunci dan
prasarat bagi siswa untuk dapat belajar dengan baik. Pemebelajaran merupakan
aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan.
Pembelajaran secara simple dapat diartikan sebagai produk interaktif
berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Dalam makna yang
lebih kompleks pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari seorang guru
untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber
belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Dalam makna ini
jelas terlihat bahwa pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru
dan peserta didik, dimana antara keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang
intens dan terarah menuju pada suatu target yang telah di tetapkan sebelumnya.
6
2. Pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau materi pembelajaran:
a. Apakah materi pelajaran itu berupa fakta, konsep, hukum atau teori
tertentu?
b. Apakah untuk mempelajari materi pembelajaran itu memerlukan prasyarat
atau tidak?
c. Apakah tersedia bahan atau sumber-sumber yang relevan untuk
mempelajari materi itu?
3. Pertimbangan darisudut peserta didik atau siswa.
a. Apakah model pembelajaran sesuai dengan tingkat kemetangan peserta
didik?
b. Apakah model pembelajaran itu sesuai dengan minat, bakat, dan kondisi
peserta didik?
c. Apakah model pembelajaran itu sesuai dengan gaya belajar peserta didik?
4. Pertimbangan lainnya yang bersifat nonteknis.
a. Apakah untuk mencapai tujuan hanya cukup dengan satu model saja?
b. Apakah model pembelajaran yang kita tetapkan dianggap satu-satunya
model yang dapat digunakan?
c. Apakah model pembelajaran itu memiliki nilai efektifitas atau efisiensi?
D. Ciri-Ciri Model Pembelajaran
Model pembelajaran memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu.
2. Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu.
3. Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar di
kelas.
4. Memiliki bagian-bagian model yang dinamakan:
a. Urutan langkah-langkah pembelajaran (syntaks).
b. Adanya prinsip-prinsip reaksi.
c. Sistem sosial.
d. Sistem pendukung.
5. Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran. Dampak
tersebut meliputi:
a. Dampak pembelajaran, yaitu hasil belajar yang dapat diukur.
7
b. Dampak pengiring, yaitu hasil belajar jangka panjang.
6. Membuat persiapan mengajar (desain instruksional) dengan pedoman
model pembelajaran yang dipilihnya.
8
4. Menciptakan masyarakat belajar, seperti melalui kegiatan kelompok
berdiskusi, tanya jawaban, dan lain sebagainya.
5. Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran, bisa melalui ilustrasi,
model, bahkan media yang sebenarnya.
6. Membiasakan anak untuk melakukan refleksi dari setiap kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan.
7. Melakukan penilaian secara objektif, yaitu menilai kemampuan yang
sebenarnya pada setiap siswa.
9
Dalam implementasi CTL, pertanyaan yang diajukan oleh guru atau sisw
harus dijadikan alat atau pendekatan untuk menggali informasi atau sumber
belajar yang ada kaitannya dengan kehidupan nyata. Melalui penerapan bertanya,
pembelajaran akaan lebih hudup, akan mendorong proses dan hasil pembelajaran
yang lebih luas dan mendalam, dan akan ditemukan unsur-unsur terkait yang
sebelumnya tidak terpikir baik oleh guru maupun siswa. Dengan pengembangan
bertanya produktifitas pembelajaran akan lebih tinggi karena dengan bertanya,
maka:
a. Dapat menggali informasi, baik administrasi maupun akademik,
b. Mengecek pemahaman siswa,
c. Membangkitkan respoon siswa,
d. Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa,
e. Mengetahui hal-hal yang diketahui siswa,
f. Memfokuskan perhatian siswa,
g. Membengkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa, dan
h. Menyegarkan kembali pengetahuan yang telah dimiliki siswa.
4. Masyarakat belajar
Masyarakat belajar adalah membiasakan siswa untuk melakukan kerjasama dan
memanfaatkan sumber belajar dari teman-teman belajarnya.
5. Pemodelan (Modelling)
Tahap pembuatan model dapat dijadikan alternatif untuk mengembangkan
pembelajaran siswa bisa memenuhi harapan siswa secara menyeluruh,
dan membantu mengatasi keterbatasan yang dimiliki oleh para guru.
6. Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru terjadi atau baru saja
dipelajari. Pada saat refleksi siswa diberi kesempatan untuk mencerna,
menimbang, membandingkan, menghayati, dan melakukan diskusi dengan dirinya
sendiri (learning to be). Melalui model CTL, pengalaman belajar bukan hanya
terjadi dan dimiliki ketika seorang siswa berada di dalam kelasa,akan tetapi jauh
lebih penting dari pada itu adalah bagaimana membawa pengalaman belajar
tersebut ke luar dari kelas, yaitu pada saat dituntut menanggapi dan memecahkan
permasalahan nyata yang dihadapi sehari-hari.
10
7. Penilaian Sebenarnya (Authentic Assessment)
Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data dan informasi yang bisa
memberikan gambaran atau petunjuk terhadap pengalaman belajar siswa. Dengan
terkumpulnya berbagai data dan informasi yang lengkap sebagai perwwujudan
dari penerapan penilaian, maka akan semakin akurat pula pemahaman guru
terhadap proses dan hasil pengalaman belajar setiap siswa.
11
B. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif
1. Pembelajaran Secara Tim
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dilakukan secara tim.
Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus
mampu membuat setiap siswa belajar. Setiap anggota timharus saling membantu
untuk mencapai tujuan pembelajaran.
2. Didasarkan pada Manajemen Kooperatif
Tiga fungsi manajemen, yaitu :
a. Perencanaan pelaksanaan menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif
dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, dan langkah-langkah pembelajaran yang
sudah ditentukan.
b. Organisasi, menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memerlukan
perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan dengan efektif.
c. Kontrol, menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif perlu
ditentukan kriteriakeberhasilan baik melalui bentuk tes maupun nontes.
3. Kemauan untuk Beekerja Sama
Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara
kelompok, oleh karenanya prinsip kebersamaan atau kerja sama perlu ditentukan
dalam pembelajaran kooperatif.
4. Keterampilan Bekerja Sama
Kemampuan bekerja sama itu dipraktikkan melalui aktivitas dalam kegiatan
pembelajaran secara berkelompok. Dengan bemikian, siswa perlu didorong untuk
mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain dalam
rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
SAINTAKS
Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif
12
Menyajikan informasi. siswa dengan jalan demonstrasi atau melalui
bahan bacaan.
Tahap 3 Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana
Mengorganisasikan siswa caranya membentuk kelompok belajar dan
ke dalam kelompok- membimbing setiap kelompok agar melakukan
kelompok belajar. transisi secara efektif dan efisien.
Tahap 4 Guru membimbing kelompok-kelompok velajar
Membimbing kelompok pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
bekerja dan belajar.
Tahap 5 Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi
Evaluasi. yang telah dipelajariatau masing-masing
kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
Tahap 6 Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik
Memberikan upaya maupun hasil belajar individu dan
penghargaan. kelompok.
13
Model ini dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas
John Hopkin. Dalam STAD, siswa dibagi menjadi kelompok beranggotakan
empat orang yang beragam kemampuan, jenis kelamin, dan sukunya. Guru
memberikan suatu pelajaran dan sisa-siswa di dalam kelompok memastikan
bahwa semua anggota kelompok itu bisa menguasai pelajaran tersebut.
Slavin memaparkan bahwa: “gagasan utama dibelakang STAD adalah memacu
siswa agara saling mendorong dan membantu satu sama lain untuk
menguasai keterampilan yang diajarkan guru”. STAD merupakan suatu metode
generik tentang pengaturan kelas dan bukan metode pengajaran kooprehensif
untuk subjek tertentu, guru menggunakan materi mereka sendiri untuk menambah
atau mengganti materi-materi ini.
2. Model Jigsaw
Model ini dikembangkan dan diujicoba oleh Elliot Aronson dan teman-
temannya di Universitas Texas. Model pembelajaran kooperatif model Jigsaw
adalah sebuah model belajar kooperatif yang menitik beratkan pada kerja
kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil. Langkah-langkahnya adalah
sebagai berikut:
a. Siswa dikelompokkan dengan anggota ± 4 orang.
b. Tiap orang dalam tim diberi matrri tugas yang berbeda.
c. Anggota dari tim yang berbeda dengan penugasan yang sama membentuk
kelompok baru (kelompok ahli).
d. Setelah kelompok ahli berdiskusi, tiap anggota kembali ke kelompok asal
dan menjelaskan kepada anggota kelompok tentang subbab yang mereka kuasai.
e. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi.
f. Pembahasan.
g. Penutup.
3. Investigasi Kelompok (Group Investigation)
Strategi belajar kooperatif GI dikembangkan oleh Shlomo Sharan dan
Yael Sharan di Universitas Tel Aviv, Israel. Model pembelajaran kooperatif tipe
Group Investigation dapat dipakai guru untuk mengembangkan kreativitas siswa,
baik secara perorangan maupun kelompok. Model pembelajaran kooperatif
dirancang untuk membantu terjadinya pembagian tanggung jawab ketika siswa
14
mengikuti pembelajaran dan berorientasi menuju pembentukan manusia sosial
(Mafune, 2005:4).
Langkah-langkah (sintaks) model pembelajaran kooperatif tipe group
investigation adalah :
a. Membagi siswa ke dalam kelompok kecilyang terdiri dari ± 5 siswa.
b. Memberikan pertanyaan terbuka yang bersifat analitis.
c. Mengajak setiap siswa untuk berpartisipasi dalam menjawab pertanyaan
kelompok secara bergiliran searah jarum jam dalam kurun waktu yang disepakati.
4. Model Struktural
Menurut pendapat Spencer dan Miguel Kagan (Sholom Sharan, 2009:267)
bahwa terdapat eman komponen utama di dalam pembelajaran kooperatif tipe
pendekatan struktural diantaranya, yaitu:
a. Struktur dan Konstruktur yang berkaitan
b. Prinsip-prinsip Dasar
Empat prinsip dasar dalam model struktural, yaitu: intrraksi serentak, partisipasi
sejajar, interdependensi positif, dan akuantibilitas perseorangan.
c. Pembentukan Kelompok dan Pembentukan Kelas
Lima tujuan pembentukan kelompok adalah: agar dikenal, identitas kelompok,
dukungan timbal-balik, menilai perbedaan, dan mengembangkan sinergi.
d. Kelompok
Kagan (Shlom Shara, 2009: 288) membedakan empat tipe kelompok belajar
adalah: kelompok heterogen, kelompok acak, kelompok minat, kelompok bahasa
homogen.
e. Tata Kelola
f. Keterampilan Sosial
The Structured natural Approach untuk pemerolehan keterampilan sosial
menggunakan empat alat, yakni: peran dan gerakan pembuka, pemodelan dan
penguatan, struktur dan penstrukturan, dan refleksi dan waktu perencanaan.
15
KELOMPOK L
Tujuan Informasi Informasi akademik Informasi akademik Informasi
kognitif akademik sederhana tingkat tinggi dan akademik
sederhana keterampilan inquiry sederhana
Tujuan Kerja kelompok Kerja kelompok Kerja sama dalam Keterampilan
sosial dan kerja sama dan kerja sama kelompok kompleks kelompok dan
keterampilan
sosial
Struktur tim Kelompok Kerja kelompok Kelompok belajar Bervariasi
belajar heterogen dan kerja sama dengan dengan 5-6 berdua, bertiga,
dengan 4-5 orang anggota homogen kelompok
anggota dengan 4-6
anggota..
Pemilihan Biasanya guru Biasanya guru Biasanya guru Biasanya guru
topik
pelajaran
Tugas Siswa dapat Siswa mempelajari Siswa Siswa
utama menggunakan materi dalam menyelesaikan mengerjakan
lembar kegiatan kelompok “ahli”, inquiry jompleks tugas-tugas yang
dan saling kemudian membantu diberikan sosial
membantu untuk anggota kelompok dan kognitif
menuntaskan “asal” mempelajari
materi belajar materi itu
Penilaian Tes mingguan Bervariasi, dan Menyelesaikan Bervariasi
berupa tes mingguan proyek dan
menulis laporan,
dapat menggunakan
tes essai
Pengakuan Lembar Publikasi lain Lembar Bervariasi
pengetahuan dan pengetahuan dan
publikasi lain publikasi lain
16
dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi segala sesuatu yang baru dan
kompleksitas yang ada (Tan, 2000).
Karakteristik pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut :
a. Permasalahan menjadi starting point dalam belajar,
b. Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia nyata
yang tidak terstruktur,
c. Permasalahan membutuhkan perspektif ganda (multiple perspective),
d. Permasalahan, menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, sikap,
dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan
bidang baru dalam belajar,
e. Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama,
f. Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya, dan
evaluasi sumber informasi merupakan proses yang esensial dalam PBM,
g. Belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif,
h. Pengembangan keterampilan inquiry dan pemcahan masalah sama
pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari sebuah
permasalahan,
i. Keterbukaan proses dalam PBM meliputi sintesis dan integrasi dari
sebuah proses belajar, dan
j. PBM melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses
belajar.
Studi kasus Pembelajaran Berbasis Masalah, meliputi :
1. Penyajian masalah,
2. Menggerakkan inquiry,
3. Langkah-langkah PBM, yaitu analisis inisial, mengangkat isu-isu belajar,
iterasi kemandirian dan kolaborasi pemecahan masalah, integrasi pengetahuan
baru, penyajian solusi dan evaluasi.
17
a. Membantu siswa mengubah cara berpikir,
b. Menjelaskan apakah PBM itu? Pola apa yang akan dialami siswa?,
c. Memberi siswa ikhtisar siklus PBM, struktur, dan batasan waktu,
d. Mengomunikasikan tujuan, hasil dan harapan,
e. Menyiapkan siswa untuk pembaruan dan kesulitan yang akan menghadang
f. Membantu siswa merasa memiliki masalah.
2. Menekankan Belajar Kooperatif
Dalam proses PBM, siswa belajar bahwa dalam bekerja dalam tim dan
kolaborasi itu penting untuk mengembangkan proses kognitif yang berguna untuk
meneliti lingkungan, memahami permasalahan, mengambil dan menganalisis data
penting, dan mengelaborasi solusi.
3. Memfasilitasi Pembelajaran Kelompok Kecil dalam Pembelajaran Berbasis
Masalah
Kelompok kecil berkisar 1 sampai 10 siswa atau bahkan lebih sedikit
dengan satu orang guru. Guru dapat menggunakan berbagai teknik belajar
kooperatif untuk menggabungkan kelompok-kelompok tersebut dalam langkah-
lngkah yang beragam dalam siklus PBM untuk menyatukan ide, berbagai hasil
belajar, dan penyajian ide.
4. Melaksanakan Pembelajaran Berbasis Masalah
Guru mengatur lingkungan belajar untuk mendorong penyatuan dan pelibatan
siswa dalam masalah. Guru juga memainkan peran aktif dalam memfasilitasi
inquiry kolaboratif dan proses belajar siswa.
C. Intisari Pembelajaran Berbasis Masalah
Menurut Ibrahim dan Nur (2002) mengemukakan tujuan PBM secara lebih rinci,
yaitu :
1. Membantu siswa mengambangkan kemampuan berpikir dan memecahkan
masalah.
2. Belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam
pengalaman nyata.
3. Menjadi para siswa yang otonom.
Ibrahim dan Nur (2000: 13) dan Ismail (2002; 1) mengemukakakn bahwa
langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah adalah sebagai berikut :
18
fase indikator Tingkah laku guru
1. Orientasi siswa Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan
pada masalah logistik yang diperlukan, dan memotivasi siswa
terlibat pada aktivitas pemecahan masalah.
2. Mengorganisasi Membantu siswa mendefinisikan dan
siswa untuk belajar mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan
dengan masalah tersebut.
3. Membimbing Mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi
pengalaman yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk
individual/kelompo mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
k
4. Mengembangkan Membantu siswa dalam merencanakan dan
dan menyajikan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, dan
hasil karya membantu mereka untuk berbagi tugas dengan
temannya.
5. Menganalisis dan Membantu siswa untuk melakukan refleksi atau
mengevaluasi evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses
proses pemecahan yang mereka gunakan.
masalah
19
faktor ekstern yang berpengaruh terhadap hasil belajar dapat dikelompokkan
menjadi tiga macam, yaitu faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.
Model pembelajaranProblem Based Instruction (PBI) berbantuan
media movie merupakan model pembelajaran yang menggunakan suatu
permasalahan di dalam kehidupan sehari-hari untuk diidentifikasi dan dipecahkan,
tidak hanya terpusat pada penguasaan materi.
Model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) berbantuan
media moviemendorong siswa untuk menganalisis masalah, mencari informasi,
menyusun hipotesis, serta memecahkan masalah dengan bantuan tayangan video
maupun film dalam mengidentifikasi suatu permasalahan.
Kelebihan model pembelajaran PBI berbantuan media movie yang diadaptasi
dari Ibrahim dan Nur (2004) yaitu mampu meningkatkan motivasi siswa dalam
pembelajaran, mendorong kerjasama dalam menyelesaikan masalah, mendorong
siswa melakukan pengamatan dan dialog dengan orang lain, melibatkan siswa
dalam penyelidikan pilihan sendiri. Hal ini memungkinkan siswa untuk
menjelaskan serta membangun pemahamannya sendiri mengenai fenomena
tersebut. Selain itu, kelebihan model pembelajaran PBI berbantuan
media movie adalah membantu siswa untuk pembelajaran mandiri. Bimbingan
guru kepada siswa secara berulang-ulang mendorong dan mengarahkan siswa
untuk mengajukan pertanyaan dan mencari penyelesaian masalah mereka sendiri.
Dengan begitu siswa belajar menyelesaikan tugas-tugas mereka secara mandiri
dalam kehidupan kelak.
20
Mesin mengajar pada mulanya diciptakan oleh Pressey untuk melakukan
tes terhadap kemampuan yang dicapai dari hasil belajar. Cara kerja mesin tersebut
adalah:
1. Bahan disusun dalam bentuk pertanyaan pilihan ganda dengan empat
kemungkinan jawaban, dengan satu diantaranya dalah kemungkinan jawaban yang
benar,
2. Testee membaca soal tes pada layar display dan memilih alternatif jawaban
yang benar dari satu soal,
3. Dengan menekan tombol alternatif jawaban yang benar, bila yang ditekan
adalah alternatif jawaban yang benar, maka pada layar display akan muncul soal
tersebut. Tetapi bila salah, maka akan memberikan respon dengna cara tidak
memunculkan soal berikutnya.
Pembelajaran berdasarkan komputer sangat dipengaruhi oleh teori belajar
kognitif model pemrosesan informasi (information processing model), yang mulai
berkembang pada tahun 60 sampai 70-an. Model ini memuncukan konseptualisasi
dari sistem memori pada komputer.
21
keterlibatan siswa pada kegiatan pembelajar (child center/student center) bukan
pada dominasi guru dalam penyampaian materi pelajaran (teacher center).
2. Pembelajaran Aktif
Pembelajaran aktif merupakan pendekatan pembelajaran yang lebih banyak
melibatkan aktivitas siswa dalam mengakses berbagai informasi dan pengetahuan
untuk dibahas dan dikaji dalam proses pembelajaran dikelas, sehingga mereka
mendapatkan berbagai pengalaman yang dapat meningkatkan pemahaman
kompetensi. Dalam pembelajaran aktif, guru lebih banyak memosisikan dirinya
sebagai fasilitator, yang bertugas memberikan kemudahan belajar (to facilitate of
learning) kepada siswa. Siswa terlibat secara aktif dan berperan dalam proses
pembelajaran, sedangkan guru lebih banyak memberikan arahan dan bimbingan,
serta mengatur sirkulasi dan jalannya proses pembelajaran.
3. Pembelajaran Kreatif
Pembelajaran kreatif merupakan proses pembelajaran yang mengharuskan guru
untuk dapat memotifasi dan memunculkan kreativitas siswa selama pembelajaran
berlangsung, dengan menggunakan beberapa metode dan strategi yang bervariasi,
misalnya kerja kelompok, bermain peran,dan pemecahan masalah.
4. Pembelajaran Efektif
Pembelajaran dapatdikatan efektif jika mampu memberikan pengalam baru
kepada siswa membentuk kompetensi siswa, serta mengantarkan mereka ke tujuan
yang ingin dicapai secara optimal.
Untuk menciptakan pembelajaran yang efektif, guru harus memperhatikan
beberapa hal, yaitu :
a. Pengelolaan tempat belajar,
b. Pengelolaan siswa,
c. Pengelolaan kegiatan pembelajaran,
d. Pengelolaan konten/materi pelajaran, dan
e. Pengelolaan media dan sumber belajar.
5. Pembelajaran Menyenangkan
Pembelajaran menyenangkan (joyfull instruction) merupakan suatu proses
pembelajaran yang di dalamnya terdapat suatu kohensi yang kuat antara guru dan
siswa, tanpa ada perasaan terpaksa atau tertekan (not under pressure) (Mulyasa,
22
2006:194). Dengan demikina pembelajaran menyenangkan adalah adanya pola
hubungan yang baik antara guru dengan siswa dalam proses pembelajaran. Guru
memosisikan dirinya sebagai mitra belajar siswa, bahkan dalam hal tertentu tidak
menutup kemungkinan guru belajar dari siswanya.
Untuk mewujudkan proses pembelajaran yang menyenangkan, guru harus
mampu merancang pembelajaran dengan baik, memilih materi yang tepat, serta
memilih dan mengembangkan strategi yang dapat melibatkan siswa secara
optimal.
Terdapat empat aspek yang memenuhi model PAKE, yaitu pengalaman,
komunikasi, interaksi, dan refleksi.
a. Pengalaman
Di aspek pengalaman ini siswa diajarkan untuk dapat belajar mandiri. Di
dalamnya terdapat banyak cara untuk penerapannya, antara lain seperti
eksperimen, pengamatan, percobaan, penyelidikan, dan wawancara. Karena di
aspek pengalaman, anak belajar banyak melalui berbuat dan dengan melalui
pengalaman langsung, dapat mengaktifkan banyak indera yang dimiliki anak
tersebut.
b. Komunikasi
Aspek komunikasi ini dapat dilakukan dengan beberapa bentuk, antara lain
mengemukakan pendapat, presentasi laporan, dan memajang hasil kerja. Di aspek
ini anak dapat mengungkapkan gagasan, dapat mengonsolidasi pikiran,
mengeluarkan gagasan, memancing gagasan orang lain, dan membuat bangunan
makna mereka dapat diketahui oleh guru.
c. Interaksi
Aspek interaksi ini dapat dilakukan dengan cara interaksi, tanya jawab, dan
saling melempar pertanyaan. Dengan hal-hal seperti itulah kesalahan makna yang
diperbuat oleh anak-anak berpeluang untuk terkoreksi dan makna yang terbangun
semakin mantap, sehingga dapat menyebabkan hasil belajar meningkat.
d. Refleksi
Dalam aspek ini yang dilakukan adalah memikirkan kembali apa yang telah
diperbuat/dipikirkan oleh anak selama mereka belajar. hal ini dilakukan supaya
23
terdapatnya perbaikan gagasan/makna yang telah dikeluarkan oleh anak dan agar
mereka tidak mengulangi kesalahan. Di sini anak diharapkan juga dapat
menciptakan gagasan-gagasan baru.
24
B. Pemanfaatan Internet Sebagai Media pembelajaran
Rusman (2007) menyebutkan bahwa internet merupakan perpustakaan raksasa
dunia, karena di dalam internet terdapat miliaran sumber informasi, sehingga kita
dapat menggubakan informasi tersebut sesuai dengan kebutuhan. Pemanfaatan
internet sebagai media pembelajaran mengondisikan siswa untuk belajar secara
mandiri. Para siswa dapat mengakses secara online dari berbagai pustaka,
museum, database, dan mendapatkan sumber primer tentang berbagai peristiwa
sejarah, biografi, rekaman, laporan, data statistik (Gordin et. Al., 1995). Siswa
dapat berperan sebagai seorang peneliti, menjadi seorang analis, tidak hanya
konsumen enformasi saja.
Pemanfaatan internet sebagai media pembelajaran memiliki beberapa kelebihan
sebagai berikut :
1. Terjadinya distribusi pendidikan ke semua penjuru tanah air dan kapasitas
daya tampung yang tidak terbatas karena tidak memerlukan ruang kelas.
2. Proses pembelajaran tidak terbatas oleh waktu seperti halnya tatap muka
biasa.
3. Pembelajaran dapat memilih topik atau bahan ajar yang sesuai dengan
keinginan dan kebutuhan masing-masing.
4. Lama waktu belajar juga tergantung pada kemampuan masing-masing siswa.
5. Adanya keakuratan dan kekinian materi pembelajaran.
6. Pembelajaran dapat dilakukan secara interaktif, sehingga menarik siswa; dan
memungkinkan pihak berkepentingan (orang tua siswa maupun guru) dapat turut
serta menyukseskan proses pembelajaran, dengan cara mengecek tugas-tugas yang
dikerjakan siswa secara online.
C. Pemanfaatan e-Learning untuk Pembelajaran
Rosenberg (2001) menekankan bahwa e-learning merunjuk pada
penggunaan teknologi internet untuk mengirimkan serangkaian solusi yang dapat
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan.
Perbedaan pembelajaran tradisional dengan e-learning, yaitu kelas
tradisional guru dianggap sebagai orang yang serba tahu dan ditugaskan untuk
menyalurkan ilmu pengetahuan kepada pelajarnya. Sedangkan di dalam
pembelajaran e-learning fokus utamanya adalah pelajar. Pelajar mandiri pada
25
waktu tertentu dan bertanggung jawab untuk pembelajaran. Suasana pembelajaran
e-learning akan memaksa pelajar memainkan peranan yang lebih aktif dalam
pembelajarannya. Pelajar membuat perancangan dan mencari materi dengan usaha
dan inisiatif sendiri.
Karakteristik e-learning, antara lain:
a. Memanfaatkan jasa teknologi elektronik, dimana guru dan siswa, siswa
dan sesama siswa atau guru dan sesama guru dapat berkomunikasi dengan relatif
mudah dengan tanpa dibatasi oleh hal-hal yang protokoler.
b. Memanfaatkan keunggulan komputer (digital median dan komputer
networks).
c. Menggunakan bahan ajar bersifat mandiri (self learning materials)
disimpan di komputer sehingga dapat diakses oleh guru dan siswa kapan saja dan
di mana saja bila yang bersangkutan memerlukannya.
d. Memanfaatkan jadwal pembelajaran, kurikulum, hasil kemajuan belajar,
dan hal-hal yang berkaitan dengan administrasi pendidikan dapat dilihat setiap
saat di komputer.
D. Kelebihan dan Kekurangan e-Learning
Manfaat penggunaan internet, khususnya dalam pendidikan terbuka dan
pembelajaran jarak jauh, antara lain :
1.Tersedianya fasilitas e-moderating di mana pendidik dan peserta didik dapat
berkomunikasi secara mudah melalui fasilitas internet secara reguler atau kapan
saja kegiatan berkomunikasi itu dilakukan dengan tanpa dibatasi oleh jarak,
tempat, dan waktu.
2.Pendidik dan peserta didik dapat menggunakan bahan ajar atau petunjuk belajar
yang terstruktur dan terjadwal melalui internet, sehingga keduanya bisa saling
menilai sampai berapa jauh bahan ajar dipelajari.
3.Peserta didik dapat belajar atau me-review bahan pelajaran setiap saat dan
dimana saja kalau diperlukan, mengingat bahan ajar tersimpan di komputer.
4.Bila peserta didik memerlukan tambahan informasi yang berkaitan dengan
bahan yang dipelajarinya, ia dapat melakukan akses di internet secara lebih
mudah.
26
5.Baik pendidik maupun peserta didik dapat melakukan diskusi melalui internet
yang dapat diikuti dengan jumlah peserta yang banyak, sehingga menambah ilmu
pengetahuan dan wawasan yang lebih luas.
6.Berubahnya peran peserta didik yang biasanya pasif menjadi aktif dan lebih
mandiri.
7.Relatif lebih efisien. Misalnya, bagi mereka yang tinggal jauh dari perguruan
tinggi atau sekolah konvensional.
Menurut kritik (Bullen, 2001, Beam, 1997) kekurangan dari e-learning,
antara lain :
1. Kurangnya interaksi antara pendidik dan peserta didik atau bahkan antar
sesama peserta didik itu sendiri.
2. Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan
sebaliknya mendorong tumbuhnya aspek bisnis/komersial.
3. Proses pembelajaran cenderung ke arah pelatihan daripada pendidikan.
4. Berubahnya peran pendidik dari yang semula menguasai teknik
pembelajaran konvensional, kini juga dituntut mengetahui teknik pembelajaran
yang menggunakan ICT/medium komputer.
5. Peserta didik yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung
gagal.
6. Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet.
7. Kurangnya tenaga yang mengetahui dan memiliki keterampilan
mengoperasikan internet.
8. Kurangnya personel dalam hal penguasaan bahasa pemprograman komputer.
27
proses yang ditempu siswa saat berusaha memahami isi pembelajaran sejalan
dengan bentuk-bentuk keterampilan yang harus dikembangkannya.
28
Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran
dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa dapat memahami
konsep-konsep tersebut secara utuh.
5. Bersifat fleksibel
Guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata
pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan
keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.
6. Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa
Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai
dengan minat dan kebutuhannya.
7. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenagkan.
29
tersebut dapat dibentuk dalam bentuk bagan atau matriks jaringan tema yang
memperlihatkan kaitan antara tema pemersatu dengan kompetensi dasar dari
setiap mata pelajaran.
5. Menyusun silabus pembelajaran tematik
Dalam menyusun silabus perlu didasarkan pada matriks/bagan keterhubungan
yang telah dikembangkan. Format silabus disusun dalam bentuk matriks dan
memuat tentang :
1) Mata pelajaran yang akan dipadukan,
2) Kompetensi dasar,
3) Indikator yang akan dicapai,
4) Kegiatan pembelajaran berisi tentang meteri pokok, strategi pembelajaran,
dan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan, dan aloksi waktu yang
dibutuhkan,
5) Sarana dan sumber, yaitu diisi dengan media/sarana yang akan digunakan
dan sumber-sumber bacaan yang akan dijadikan bahan atau rujukan dalam
kegiatan pembelajaran, dan
6) Penilaian, yaitu jenis dan bentuk evaluasi yang akan dilakukan.
30
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Model pembelajaran
adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang di gunakan sebagai pedoman
dalam merencanakan pembelajaran dikelas atau pembelajaran dalam tutorial dan
untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya
buku-buku, film, computer, kurikulum dan lain-lain (joyce, 1992:4).
Sebelum menentukan model pembelajaran yang akan digunakan dalam kegiatan
pembelajaran, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan guru dalam
memilihnya, yaitu:
1. Pertimbangan terhadap tujuan yang hendak dicapai.
2. Pertimbangan terhadap tujuan yang hendak dicapai.
3. Pertimbangan darisudut peserta didik atau siswa.
4. Pertimbangan lainnya yang bersifat nonteknis.
Dimana terdapat macam-macam model pembelajaran, diantaranya yaitu:
1. Model Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching And Learning).
2. Model Pembelajaran Kooperatif.
3. Model pembelajaran Berbasis Masalah (PBM).
4. Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI).
5. Model Pembelajaran Berbasis Komputer.
6. Model PAKEM (Partisipatif, Aktif, Kreatif, dan Menyenangkan).
7. Model Pembelajaran Berbasis WEB (E-Learning).
8. Model Pembelajaran Tematik.
B. SARAN
Saran yang dapat kami berikan adalah Untuk guru dan calon guru yang
nantinya akan melakukan pembelajaran di kelas semoga dengan membaca
makalah ini guru dan calon guru lebih selektif dalam menentukan model
pembelajaran yang akan di implementasikannya. Pemilihan model pembelajaran
harus di sesuaikan dengan kurikulum, siswa, dan sarana dan prasarana sekolah.
31
DAFTAR PUSTAKA
32