Anda di halaman 1dari 32

TUGAS RUTIN

MK. DESAIN PEMBELAJARAN


PRODI S1 Pend . Tata Busana
Fakultas Teknik

Skor Nilai:

“ MODEL - MODEL PEMBELAJARAN DAN SINTAKSNYA”

Dosen Pengampu :
- Dra Dina Ampera, M,Si.
- Yetty Pangaribuan, M,Pd

Disusun Oleh:

-Aska Vionida Damanik (5173143008)


-Aufaa Nabiilah Lubis (5172143008)
-Dicky Chandra (5172143002)
-Wan Aras (5173143025)

JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


2018/2019

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat tuhan Yang Maha Esa Allah Swt
Karena dengan rahmat, karunia serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat
menyelesaikan Tugas Rutin Dan juga kami berterimakasih kepada Ibu selaku
dosen mata kuliah ini yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita. kami juga menyadari bahwa di dalam makalah
ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, saya berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan makalah yang
telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya. Sekiranya kritikan yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya
sendiri dan orang yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan saya memohon kritik dan
saran yang membangun dari dosen demi perbaikan makalah ini diwaktu yang akan
datang.

Medan,23Oktober 2018
Penulis

KELOMPOK

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………..I
DAFTAR ISI…………............…………………………………………………ii
BAB I. PENDAHULUAN……………………………..........………………….1
A. Latar Belakang ……......…………………………………………………1
B. Tujuan………………………………………………………………....…1
C. Manfaat …………………………….……………………………………1
BAB II. PEMBAHASAN..................................................................…………..2
BAB III PENUTUP.............................................................................................28
A. Kesimpulan……………………………………………………......…….28
B. Saran ..........…………………………………………………………….28
DAFTAR PUSTAKA….........…………....…………………………….……….29

3
BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah


Model-model pembelajaran biasanya disusun berdasarkan berbagai prinsip
atau teori sebagai pijakan dalam pengembangannya. Biasanya mempelajari
model-model pembelajaran didasarkan pada teori belajar yang dikelompokan
menjadi empat model pembelajaran. Model tersebut merupakan pola umum
prilaku pembelajaran untuk mencapai kompetensi/tujuan pembelajaran yang
diharapkan. Jocyce & Weil berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu
rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum dan
pembelajaran di kelas atau di luar kelas. Model pembelajaran dapat dijadikan pola
pilihan, artinya para guruboleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan
efesien untuk mencapai tujuan pembelajaran.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka munculah permasalahan-
permasalahan, yaitu :
1.      Sebutkan pengertian model pembelajaran?
2.      Sebutkan hakikat dari belajar dan pembelajaran?
3.      Apa saja dasar pertimbangan pemilihan model pembelajaran?
4.      Sebutkan ciri-ciri model pembelajaran?
5.      Sebutkan macam-macam model pembelajaran?

C.     Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan  makalah ini adalah :
1.      Mengetahui pengertian model pembelajaran.
2.      Mengetahui hakikat dari belajar dan pembelajaran.
3.      Mengetahui dasar pertimbangan pemilihan model pembelajaran.
4.      Mengetahui berbagai macam model-model pembelajaran.

4
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Model Pembelajaran
Secara kharfiah model dimaknakan sebagai suatu objek atau konsep yang
di gunakan untuk merepresentasikan suatu hal. Sesuatu yang nyata dan di
konversi untuk sebuah bentuk yang lebih komprehensif (Meyer, W.J., 1985:2).
Adapun Soekamto, dkk (dalam Nurulwati, 2000:10) mengemukakan maksud dari
model pembelajaran adalah “kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi paraperancang pembelajaran
dan parapengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar”. Dengan
demikian, aktivitas peembelajaran benar-benar merupakan kegiatan bertujuan
yang tertata secara sistematis. Istilah model pembelajaran mempunyai makna
yang lebih luas dari pada strategi, metode, atau prosedur. Model pengajaran
mempunyai empat cirri khusus yang tidak dimiliki strategi, metode atau prosedur.
Ciri-ciri tersebut ialah:
1)      Rasional teoritis logis yang di susun oleh para pencipta atau
pengembangnya;
2)      Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan
pembelajaran yang akan di capai)
3)      Tingkah laku mengajar yang di perlukan agar model tersebut dapat di
laksanakan dengan berhasil;
4)      Lingkungan belajar yang di perlukan agar tujuan pembelajaraan itu dapat
tercapai (Kardi dan Nur, 2000:9).

B.     Hakikat Belajar dan Pembelajaran.


1.      Pengertian Belajar.
Secara sederhana Anthony Robbins, mendefinisikan belajar sebagai
proses menciptakan hubungan antara sesuatu (pengetahuan) yang sudah di pahami
dan sesuatu (pengetahuan) yang baru. Pandangan Anthony Robbins senada
dengan apa yang di kemukakan oleh Jerome Brunner dalam (Romberg & Kaput,
1999), bahwa belajar adalah suatu proses aktif dimana siswa membangun

5
(mengkonstruk) pengetahuan baru berdasarkan pada pengalaman/pengetahuan
yang sudah dimilikinya. Dalam pandangan konstruktivisme ‘belajar’ bukanlah
semata-mata mentransfer pengetahuan yang ada di luar darinya, tetapi belajar
lebih pada bagaimana otak memproses dan menginterpretasikan pengalaman yang
baru dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya dalam format yang baru.
Apa hakikat mengajar? Mengajar pada hakikatnya tidak lebih dari sekedar
menolong para siswa untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, sikap, serta
ide dan apresiasi yang menjurus kepada perubahan tingkahlaku dan  pertumbuhan
siswa (Subiyanto, 1988:30). Cara mengajar yang baik merupakan kunci dan
prasarat bagi siswa untuk dapat belajar dengan baik. Pemebelajaran merupakan
aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan.
Pembelajaran secara simple dapat diartikan sebagai produk interaktif
berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Dalam makna yang
lebih kompleks pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari seorang guru
untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber
belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Dalam makna ini
jelas terlihat bahwa pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru
dan peserta didik, dimana antara keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang
intens dan terarah menuju pada suatu target yang telah di tetapkan sebelumnya.

C.    Dasar Pertimbangan Pemilihan Model Pembelajaran


Sebelum menentukan model pembelajaran yang akan digunakan dalam
kegiatan pembelajaran, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan guru dalam
memilihnya, yaitu:
1.      Pertimbangan terhadap tujuan yang hendak dicapai. Pertanyaan-pertanyaan
yang dapat diajukan adalah:
a.       Apakah tujuan pembelajaran yang ingin dicapai berkenaan dengan
kompetensi akademik, kepribadian, sosial dan kompetensi vokasional atau yang
dulu diistilahkan dengan domain kognitif, afektif atau psikomotor?
b.      Bagaimana kompleksitas tujuan pembelajaran tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai?
c.       Apakah untuk mencapai tujuan itu memerlukan keterampilan akademik?

6
2.      Pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau materi pembelajaran:
a.       Apakah materi pelajaran itu berupa fakta, konsep, hukum atau teori
tertentu?
b.      Apakah untuk mempelajari materi pembelajaran itu memerlukan prasyarat
atau tidak?
c.       Apakah tersedia bahan atau sumber-sumber yang relevan untuk
mempelajari materi itu?
3.      Pertimbangan darisudut peserta didik atau siswa.
a.       Apakah model pembelajaran sesuai dengan tingkat kemetangan peserta
didik?
b.      Apakah model pembelajaran itu sesuai dengan minat, bakat, dan kondisi
peserta didik?
c.       Apakah model pembelajaran itu sesuai dengan gaya belajar peserta didik?
4.      Pertimbangan lainnya yang bersifat nonteknis.
a.       Apakah untuk mencapai tujuan hanya cukup dengan satu model saja?
b.      Apakah model pembelajaran yang kita tetapkan dianggap satu-satunya
model yang dapat digunakan?
c.       Apakah model pembelajaran itu memiliki nilai efektifitas atau efisiensi?
D.    Ciri-Ciri Model Pembelajaran
Model pembelajaran memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1.      Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu.
2.      Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu.
3.      Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar di
kelas.
4.      Memiliki bagian-bagian model yang dinamakan:
a.       Urutan langkah-langkah pembelajaran (syntaks).
b.      Adanya prinsip-prinsip reaksi.
c.       Sistem sosial.
d.      Sistem pendukung.
5.      Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran. Dampak
tersebut meliputi:
a.       Dampak pembelajaran, yaitu hasil belajar yang dapat diukur.

7
b.      Dampak pengiring, yaitu hasil belajar jangka panjang.
6.      Membuat persiapan mengajar (desain instruksional) dengan pedoman
model pembelajaran yang dipilihnya.

E.     Macam-Macam Model Pembelajaran


1.      Model Pembelajaran Kontekstual  (Contextual Teaching And
Learning)
A.    Konsep Dasar Pembelajaran Kontekstual
Pembelajar konteksual (contextual teaching and learning) merupakan konsep
belajar yang dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya
dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Nurhadi, 2002).
Sistem CTL adalah proses pendidikan yang bertujuan membantu siswa melihat
makna dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan  jalan
menghubungkan mata pelajaran akademik dengan isi kehidupan sehari-hari, yaitu
dengan konteks kehidupan pribadi, sosial, dan budaya.
Pembelajaran kontekstual sebagai suatu model pembelajaran yang memberikan
fasilitas kegiatan belajar siswa untuk mencari, mengolah, dan menemukan
pengalaman belajar yang lebih bersifat konkret (terkait dengan kehidupan nyata)
melalui keterlibatan aktivitas siswa dalam mencoba, melakukan, dan mengalami
sendiri. Dengan demikian, pembelajaran tidak sekedar dilihat dari sisi produk,
akan tetapi yang terpenting adalah proses.
Pada intinya penngembangan setiap komponen CTL  tersebut dalam
pembelajaran dapat dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
1.      Mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar lebih
bermkna, apakah dengan cara bekerja  sendiri, menemukan sendiri, dan
mengonstruksi sendiri pengetahuan dan keterangan baru yang akan dimilikinya.
2.      Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik yang
diajarkan.
3.      Mangembangakan sifat ingin tahu siswa melalui memunculkan pertanya-
pertanyaan.

8
4.      Menciptakan masyarakat belajar, seperti melalui kegiatan  kelompok
berdiskusi, tanya jawaban, dan lain sebagainya.
5.      Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran, bisa melalui ilustrasi,
model, bahkan media yang sebenarnya.
6.      Membiasakan anak untuk melakukan refleksi dari setiap kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan.
7.      Melakukan penilaian secara objektif, yaitu menilai kemampuan yang
sebenarnya pada setiap siswa.

B.     Prinsip Pembelajaran Kontekstual


Ada tujuh prinsip pembelajaran kontekstual yang harus dikembangkan oleh
guru, yaitu:
1.      Konstruktivisme (Contructivism)
Kontruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) dalam CTL, yaitu bahwa
pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas
melalui konteks yang terbatas. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta, konsep
atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat.
Oleh karena itu, dalam CTL, strategi untuk membelajarkan siswa
menghubungkan antara setiap konsep dengan kenyataan merupakan unsur yang
diutamakan  dibandingkan dengan kenyataan merupakan unsur yang diutamakan
dibandingkan dengan penekanan terhadapseberapa banyak pengetahuan yang
harus diingat oleh siswa.
2.      Menemukan (Inquiry)
Menemukan, merupakan kegiatan inti dari CTL, melalui upaya menemukan
akan memberi penegasan bahwa pengetahuan dan keterampilan serta kemampuan-
kemampuan lain yang diperlukan bukan merupakan hasil dari mengingat
seperangkat fakta-fakta, tetapi merupakan hasil menemukan sendiri.
3.      Bertanya (Question)
Penerapan unsur bertanya dalam CTL harus difasilitasi oleh guru, kebiasaan
siswa untuk bertanya atau kemampuan guru dalam menggunakan pertanyaan
dengan baik akan mendorong pada peningkatan kualitas dan produktifitas
pembelajaran.

9
Dalam implementasi CTL, pertanyaan yang diajukan oleh guru atau sisw
harus dijadikan alat atau pendekatan untuk menggali informasi atau sumber
belajar yang ada kaitannya dengan kehidupan nyata. Melalui penerapan bertanya,
pembelajaran akaan lebih hudup, akan mendorong proses dan hasil pembelajaran
yang lebih luas dan mendalam, dan akan ditemukan unsur-unsur terkait yang
sebelumnya tidak terpikir baik oleh guru maupun siswa. Dengan pengembangan
bertanya produktifitas pembelajaran akan lebih tinggi karena dengan bertanya,
maka:
a.       Dapat menggali informasi, baik administrasi maupun akademik,
b.      Mengecek pemahaman siswa,
c.       Membangkitkan respoon siswa,
d.      Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa,
e.       Mengetahui hal-hal yang diketahui siswa,
f.       Memfokuskan perhatian siswa,
g.      Membengkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa, dan
h.      Menyegarkan kembali pengetahuan yang telah dimiliki siswa.
4.      Masyarakat belajar
Masyarakat belajar adalah membiasakan siswa untuk melakukan kerjasama dan
memanfaatkan sumber belajar dari teman-teman belajarnya.
5.      Pemodelan (Modelling)
Tahap pembuatan model dapat dijadikan alternatif untuk mengembangkan
pembelajaran siswa bisa memenuhi harapan siswa secara menyeluruh,
dan  membantu mengatasi keterbatasan yang dimiliki oleh para guru.
6.      Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru terjadi atau baru saja
dipelajari. Pada saat refleksi siswa diberi kesempatan untuk mencerna,
menimbang, membandingkan, menghayati, dan melakukan diskusi dengan dirinya
sendiri (learning to be). Melalui model CTL, pengalaman belajar bukan hanya
terjadi dan dimiliki ketika seorang siswa berada di dalam kelasa,akan tetapi jauh
lebih penting dari pada itu adalah bagaimana membawa pengalaman belajar
tersebut ke luar dari kelas, yaitu pada saat dituntut menanggapi dan memecahkan
permasalahan nyata yang dihadapi sehari-hari.

10
7.      Penilaian Sebenarnya (Authentic Assessment)
Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data dan informasi yang bisa
memberikan gambaran atau petunjuk terhadap pengalaman belajar siswa. Dengan
terkumpulnya berbagai data dan informasi yang lengkap sebagai perwwujudan
dari penerapan penilaian, maka akan semakin akurat pula pemahaman guru
terhadap proses dan hasil pengalaman belajar setiap siswa.

2.      Model Pembelajaran Kooperatif


A.    Konsep Dasar pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran
dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara
kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan
struktur kelompok yang bersifat heterogen. Pada hakikatnya cooperative learning
sama dengan kerja kelompok.
Nurulhayati, (2002;25-28), mengemukakan lima unsur dasar model cooperative
learning, yaitu:
1.      Ketergantungan yang positif,
2.      Pertanggungjawaban individual,
3.      Kemampuan bersosialisasi,
4.      Tatap muka,
5.      Evaluasi proses kelompok.
Ada dua komponen pembelajaran kooperatif, yakni :
1.      Cooperative task atau tugas kerja sama.
2.      Cooperative incentive structure, atau struktur intensif kerja sama.
Pembelajaran kooperatif akan efektif digunakan apabila :
1.      Guru menekankan pentingnya usaha bersama disamping usaha secara
individual.
2.      Guru menghendaki pemerataan perolehan hasil dalam belajar.
3.      Guru ingin menanamkan tutor sebaya atau belajar melalui teman sendiri.
4.      Guru menghendaki adanya pemerataan partisipasi aktif siswa.
5.      Guru menghendaki kemampuan siswa dalam memecahkan berbagai
masalah.

11
B.     Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif
1.      Pembelajaran Secara Tim
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dilakukan secara tim.
Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus
mampu membuat setiap siswa belajar. Setiap anggota timharus saling membantu
untuk mencapai tujuan pembelajaran.
2.      Didasarkan pada Manajemen Kooperatif
Tiga fungsi manajemen, yaitu :
a.       Perencanaan pelaksanaan menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif
dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, dan langkah-langkah pembelajaran yang
sudah ditentukan.
b.      Organisasi, menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memerlukan
perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan dengan efektif.
c.       Kontrol, menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif perlu
ditentukan kriteriakeberhasilan baik melalui bentuk tes maupun nontes.
3.      Kemauan untuk Beekerja Sama
Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara
kelompok, oleh karenanya prinsip kebersamaan atau kerja sama perlu ditentukan
dalam pembelajaran kooperatif.
4.      Keterampilan Bekerja Sama
Kemampuan bekerja sama itu dipraktikkan melalui aktivitas dalam kegiatan
pembelajaran secara berkelompok. Dengan bemikian, siswa perlu didorong untuk
mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain dalam
rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
SAINTAKS
Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif

Tahap Tingkah Laku Guru


Tahap 1 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang
Menyampaikan tujuan akan dicapai pada kegiatan pelajaran dan
dan motivasi siswa. menekankan pentingnya topik yang akan
dipelajari dan memotivasi siswa belajar.
Tahap 2 Guru menyajikan informasi atau materi kepada

12
Menyajikan informasi. siswa dengan jalan demonstrasi atau melalui
bahan bacaan.
Tahap 3 Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana
Mengorganisasikan siswa caranya membentuk kelompok belajar dan
ke dalam kelompok- membimbing setiap kelompok agar melakukan
kelompok belajar. transisi secara efektif dan efisien.
Tahap 4 Guru membimbing kelompok-kelompok velajar
Membimbing kelompok pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
bekerja dan belajar.
Tahap 5 Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi
Evaluasi. yang telah dipelajariatau masing-masing
kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
Tahap 6 Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik
Memberikan upaya maupun hasil belajar individu dan
penghargaan. kelompok.

Prosedur Pembelajaran Kooperatif


1.      Penjelasan Materi, tahap ini merupakan tahap penyampaian pokok-pokok
materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan utama tahap ini
adalah pemahaman siswa terhadap pokok materi pelajaran.
2.      Beajar Kelompok, tahap ini dilakukan setelah guru memberikan penjelasan
materi, seswa bekerja dalam kelompok yang telah dibentuk sebelumnya.
3.      Penilaian, dilakukan melalui tes atau kuis, yang dilakukan secara individu
atau kelompok.
4.      Pengakuan tim, adalah penetapan tim yang dianggap paling menonjol atau
paling berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan atau hadiah, dengan
harapan dapat memotivasi tim untuk terus berprestasi lebih baik lagi.

C.     Model-model Pembelajaran Kooperatif


1.      Model Student Teams Achievement Division (STAD)

13
Model ini dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas
John Hopkin. Dalam STAD, siswa dibagi menjadi kelompok beranggotakan
empat orang yang beragam kemampuan, jenis kelamin, dan sukunya. Guru
memberikan suatu pelajaran dan sisa-siswa di dalam kelompok memastikan
bahwa semua anggota kelompok itu bisa menguasai pelajaran tersebut.
Slavin memaparkan bahwa: “gagasan utama dibelakang STAD adalah memacu
siswa agara saling mendorong dan membantu satu sama lain untuk
menguasai  keterampilan yang diajarkan guru”. STAD merupakan suatu metode
generik tentang pengaturan kelas dan bukan metode pengajaran kooprehensif
untuk subjek tertentu, guru menggunakan materi mereka sendiri untuk menambah
atau mengganti materi-materi ini.
2.      Model Jigsaw
Model ini dikembangkan dan diujicoba oleh Elliot Aronson dan teman-
temannya di Universitas Texas. Model pembelajaran kooperatif model Jigsaw
adalah sebuah model belajar kooperatif yang menitik beratkan pada kerja
kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil. Langkah-langkahnya adalah
sebagai berikut:
a.       Siswa dikelompokkan dengan anggota ± 4 orang.
b.      Tiap orang dalam tim diberi matrri tugas yang berbeda.
c.       Anggota dari tim yang berbeda dengan penugasan yang sama membentuk
kelompok baru (kelompok ahli).
d.      Setelah kelompok ahli berdiskusi, tiap anggota kembali ke kelompok asal
dan menjelaskan kepada anggota kelompok tentang subbab yang mereka kuasai.
e.       Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi.
f.       Pembahasan.
g.      Penutup.
3.      Investigasi Kelompok (Group Investigation)
Strategi belajar kooperatif GI dikembangkan oleh Shlomo Sharan dan
Yael Sharan di Universitas Tel Aviv, Israel. Model pembelajaran kooperatif tipe
Group Investigation dapat dipakai guru untuk mengembangkan kreativitas siswa,
baik secara perorangan maupun kelompok. Model pembelajaran kooperatif
dirancang untuk membantu terjadinya pembagian tanggung jawab ketika siswa

14
mengikuti pembelajaran dan berorientasi menuju pembentukan manusia sosial
(Mafune, 2005:4).
Langkah-langkah (sintaks) model pembelajaran kooperatif tipe group
investigation adalah :
a.       Membagi siswa ke dalam kelompok kecilyang terdiri dari ± 5 siswa.
b.      Memberikan pertanyaan terbuka yang bersifat analitis.
c.       Mengajak setiap siswa untuk berpartisipasi dalam menjawab pertanyaan
kelompok secara bergiliran searah jarum jam dalam kurun waktu yang disepakati.
4.      Model Struktural
Menurut pendapat Spencer dan Miguel Kagan (Sholom Sharan, 2009:267)
bahwa terdapat eman komponen utama di dalam pembelajaran kooperatif tipe
pendekatan struktural diantaranya, yaitu:
a.       Struktur dan Konstruktur yang berkaitan
b.      Prinsip-prinsip Dasar
Empat prinsip dasar dalam model struktural, yaitu: intrraksi serentak, partisipasi
sejajar, interdependensi positif, dan akuantibilitas perseorangan.
c.       Pembentukan Kelompok dan Pembentukan Kelas
Lima tujuan pembentukan kelompok adalah: agar dikenal, identitas kelompok,
dukungan timbal-balik, menilai perbedaan, dan mengembangkan sinergi.
d.      Kelompok
Kagan (Shlom Shara, 2009: 288) membedakan empat tipe kelompok belajar
adalah: kelompok heterogen, kelompok acak, kelompok minat, kelompok bahasa
homogen.
e.       Tata Kelola
f.       Keterampilan Sosial
The Structured natural Approach untuk pemerolehan keterampilan sosial
menggunakan empat alat, yakni: peran dan gerakan pembuka, pemodelan dan
penguatan, struktur dan penstrukturan, dan refleksi dan waktu perencanaan.

Perbandingan Karakteristik Model-model Pembelajaran Kooperatif

STAD JIGSAW INVESTIGASI STRUKTURA

15
KELOMPOK L
Tujuan Informasi Informasi akademik Informasi akademik Informasi
kognitif akademik sederhana tingkat tinggi dan akademik
sederhana keterampilan inquiry sederhana
Tujuan Kerja kelompok Kerja kelompok Kerja sama dalam Keterampilan
sosial dan kerja sama dan kerja sama kelompok kompleks kelompok dan
keterampilan
sosial
Struktur tim Kelompok Kerja kelompok Kelompok belajar Bervariasi
belajar heterogen dan kerja sama dengan dengan 5-6 berdua, bertiga,
dengan 4-5 orang anggota homogen kelompok
anggota dengan 4-6
anggota..
Pemilihan Biasanya guru Biasanya guru Biasanya guru Biasanya guru
topik
pelajaran
Tugas Siswa dapat Siswa mempelajari Siswa Siswa
utama menggunakan materi dalam menyelesaikan mengerjakan
lembar kegiatan kelompok “ahli”, inquiry jompleks tugas-tugas yang
dan saling kemudian membantu diberikan sosial
membantu untuk anggota kelompok dan kognitif
menuntaskan “asal” mempelajari
materi belajar materi itu
Penilaian Tes mingguan Bervariasi, dan Menyelesaikan Bervariasi
berupa tes mingguan proyek dan
menulis  laporan,
dapat menggunakan
tes essai
Pengakuan Lembar Publikasi lain Lembar Bervariasi
pengetahuan dan pengetahuan dan
publikasi lain publikasi lain

3.      Model  pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)


A.    Pengertian dan Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran berbasis masalah merupakan penggunaan berbagai macam
kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan konfrontasi terhadap tantangan

16
dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi segala sesuatu yang baru dan
kompleksitas yang ada (Tan, 2000).
Karakteristik pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut :
a.       Permasalahan menjadi starting point dalam belajar,
b.      Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia nyata
yang tidak terstruktur,
c.       Permasalahan membutuhkan perspektif ganda (multiple perspective),
d.      Permasalahan, menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, sikap,
dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan
bidang baru dalam belajar,
e.       Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama,
f.       Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya, dan
evaluasi sumber informasi merupakan proses yang esensial dalam PBM,
g.      Belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif,
h.      Pengembangan keterampilan inquiry dan pemcahan masalah sama
pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari sebuah
permasalahan,
i.        Keterbukaan proses dalam PBM meliputi sintesis dan integrasi dari
sebuah proses belajar, dan
j.        PBM melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses
belajar.
Studi kasus Pembelajaran Berbasis Masalah, meliputi :
1.      Penyajian masalah,
2.      Menggerakkan inquiry,
3.      Langkah-langkah PBM, yaitu analisis inisial, mengangkat isu-isu belajar,
iterasi kemandirian dan kolaborasi pemecahan masalah, integrasi pengetahuan
baru, penyajian solusi dan evaluasi.

B.     Peran Guru Dalam Pembelajaran Berbasis Masalah


1.      Menyiapkan Perangkat Berpikir Siswa
Beberapa hal yang dapat dilakukan guru untuk menyiapkan siswa dalam PBM
dalah :

17
a.       Membantu siswa mengubah cara berpikir,
b.      Menjelaskan apakah PBM itu? Pola apa yang akan dialami siswa?,
c.       Memberi siswa ikhtisar siklus PBM, struktur, dan batasan waktu,
d.      Mengomunikasikan tujuan, hasil dan harapan,
e.       Menyiapkan siswa untuk pembaruan dan kesulitan yang akan menghadang
f.       Membantu siswa merasa memiliki masalah.
2.      Menekankan Belajar Kooperatif
Dalam proses PBM, siswa belajar bahwa dalam bekerja dalam tim dan
kolaborasi itu penting untuk mengembangkan proses kognitif yang berguna untuk
meneliti lingkungan, memahami permasalahan, mengambil dan menganalisis data
penting, dan mengelaborasi solusi.
3.      Memfasilitasi Pembelajaran Kelompok Kecil dalam Pembelajaran Berbasis
Masalah
Kelompok kecil berkisar 1 sampai 10 siswa atau bahkan lebih sedikit
dengan satu orang guru. Guru dapat menggunakan berbagai teknik belajar
kooperatif untuk menggabungkan kelompok-kelompok tersebut dalam langkah-
lngkah yang beragam dalam siklus PBM untuk menyatukan ide, berbagai hasil
belajar, dan penyajian ide.
4.      Melaksanakan Pembelajaran Berbasis Masalah
Guru mengatur lingkungan belajar untuk mendorong penyatuan dan pelibatan
siswa dalam masalah. Guru juga memainkan peran aktif dalam memfasilitasi
inquiry kolaboratif dan proses belajar siswa.
C.     Intisari Pembelajaran Berbasis Masalah
Menurut Ibrahim dan Nur (2002) mengemukakan tujuan PBM secara lebih rinci,
yaitu :
1.      Membantu siswa mengambangkan kemampuan berpikir dan memecahkan
masalah.
2.      Belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam
pengalaman nyata.
3.      Menjadi para siswa yang otonom.
Ibrahim dan Nur (2000: 13) dan Ismail (2002; 1) mengemukakakn bahwa
langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah adalah sebagai berikut :

18
fase indikator Tingkah laku guru
1. Orientasi siswa Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan
pada masalah logistik yang diperlukan, dan memotivasi siswa
terlibat pada aktivitas pemecahan masalah.
2. Mengorganisasi Membantu siswa mendefinisikan dan
siswa untuk belajar mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan
dengan masalah tersebut.
3. Membimbing Mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi
pengalaman yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk
individual/kelompo mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
k
4. Mengembangkan Membantu siswa dalam merencanakan dan
dan menyajikan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, dan
hasil karya membantu mereka untuk berbagi tugas dengan
temannya.
5. Menganalisis dan Membantu siswa untuk melakukan refleksi atau
mengevaluasi evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses
proses pemecahan yang mereka gunakan.
masalah

4.      Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI)


Upaya peningkatan kualitas pendidikan yang sesuai dengan perkembangan
jaman dan teknologi dapat meningkatkan martabat Indonesia di mata dunia.
Peningkatan dan pembaharuan di dalam bidang pendidikan harus terus dilakukan
agar tujuan utama dari pendidikan nasional Indonesia dapat tercapai. Peningkatan
tersebut dapat dilakukan dalam bidang pembaharuan model pembelajaran maupun
pembaharuan dalam bidang teknologi media pembelajaran yang digunakan.
Diedrich (dalam Hamalik 2008 : 172-173) menyatakan bahwa macam
macam aktifitas siswa antara lain visual activities, oral activities,
listening activities, writing activities, drawing activities, motor activities, mental
activities, emotional activities. Slameto (2001:57) menggolongkan faktor-faktor
yang mempengaruhi hasil belajar menjadi dua golongan, yaitu faktor-faktor intern
(dalam) dan faktor-faktor ekstern (luar). Faktor intern ini dibedakan menjadi tiga
faktor yaitu: faktor jasmaniah, faktor psikologi dan faktor kelelahan. Sedangkan

19
faktor ekstern yang berpengaruh terhadap hasil belajar dapat dikelompokkan
menjadi tiga macam, yaitu faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.
Model pembelajaranProblem Based Instruction (PBI) berbantuan
media movie merupakan model pembelajaran yang menggunakan suatu
permasalahan di dalam kehidupan sehari-hari untuk diidentifikasi dan dipecahkan,
tidak hanya terpusat pada penguasaan materi.
Model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) berbantuan
media moviemendorong siswa untuk menganalisis masalah, mencari informasi,
menyusun hipotesis, serta memecahkan masalah dengan bantuan tayangan video
maupun film dalam mengidentifikasi suatu permasalahan.
Kelebihan model pembelajaran PBI berbantuan media movie yang diadaptasi
dari Ibrahim dan Nur (2004) yaitu mampu meningkatkan motivasi siswa dalam
pembelajaran, mendorong kerjasama dalam menyelesaikan masalah, mendorong
siswa melakukan pengamatan dan dialog dengan orang lain, melibatkan siswa
dalam penyelidikan pilihan sendiri. Hal ini memungkinkan siswa untuk
menjelaskan serta membangun pemahamannya sendiri mengenai fenomena
tersebut. Selain itu, kelebihan model pembelajaran PBI berbantuan
media movie adalah membantu siswa untuk pembelajaran mandiri. Bimbingan
guru kepada siswa secara berulang-ulang mendorong dan mengarahkan siswa
untuk mengajukan pertanyaan dan mencari penyelesaian masalah mereka sendiri.
Dengan begitu siswa belajar menyelesaikan tugas-tugas mereka secara mandiri
dalam kehidupan kelak.

5.      Model Pembelajaran Berbasis Komputer


A.    Perspektif Historis Pembelajaran Berbasis Komputer
Pemanfaatan komputer dalam bidang pendidikan, khususnya dalam
pembelajaran sebenarnya merupakan mata rantai dari sejarah teknologi
pembelajaran. Sejarah pembelajaran berbasis komputer dimulai dari munculnya
ide-ide untuk menciptakan perangkat teknologi terapan yang memungkinkan
seseorag melakukan proses belajar secara individual dengan menerapkan prinsip-
prinsip didaktik-metodik tersebut.

20
Mesin mengajar pada mulanya diciptakan oleh Pressey untuk melakukan
tes terhadap kemampuan yang dicapai dari hasil belajar. Cara kerja mesin tersebut
adalah:
1.      Bahan disusun dalam bentuk pertanyaan pilihan ganda dengan empat
kemungkinan jawaban, dengan satu diantaranya dalah kemungkinan jawaban yang
benar,
2.      Testee membaca soal tes pada layar display dan memilih alternatif jawaban
yang benar dari satu soal,
3.      Dengan menekan tombol alternatif jawaban yang benar, bila yang ditekan
adalah alternatif jawaban yang benar, maka pada layar display akan muncul soal
tersebut. Tetapi bila salah, maka akan memberikan respon dengna cara tidak
memunculkan soal berikutnya.
Pembelajaran berdasarkan komputer sangat dipengaruhi oleh teori belajar
kognitif model pemrosesan informasi (information processing model), yang mulai
berkembang pada tahun 60 sampai 70-an. Model ini memuncukan konseptualisasi
dari sistem memori pada komputer.

6.      Model PAKEM (Partisipatif, Aktif, Kreatif, dan Menyenangkan)


A.    Pengertian PAKEM
PAKEM merupakan model pembelajaran dan menjadi pedoman dalam bertindak
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan pelaksanaan pembelajaran
PAKEM, diharapkan berkembangnya berbagai macam inovasi kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang partisipasif, aktif, kreatif
dan ,menyenagkan.
Dalam model PAKEM ini, guru dituntut untuk dapat melakukan kegiatan
pembelajaran yang dapat melibatkan siswa melalui partisipatif, aktif, kreatif, dan
menyenangkan yang pada akhirnya membuat siswa dapat menciptakan membuat
karya, gagasan, pendapat, ide atas hasil penemuannya dan usahanya sendiri,
bukan dari gurunya.
1.      Pembelajaran Partisipatif
Pembelajaran partisipatif yaitu pembelajaran yang melibatkan siswa dengan
kegiatan pembelajaran secara optimal. Pelajaran ini menitikberatkan pada

21
keterlibatan siswa pada kegiatan pembelajar (child center/student center) bukan
pada dominasi guru dalam penyampaian materi pelajaran (teacher center).
2.      Pembelajaran Aktif
Pembelajaran aktif merupakan pendekatan pembelajaran yang lebih banyak
melibatkan aktivitas siswa dalam mengakses berbagai informasi dan pengetahuan
untuk dibahas dan dikaji dalam proses pembelajaran dikelas, sehingga mereka
mendapatkan berbagai pengalaman yang dapat meningkatkan pemahaman
kompetensi. Dalam pembelajaran aktif, guru lebih banyak memosisikan dirinya
sebagai fasilitator, yang bertugas memberikan kemudahan belajar (to facilitate of
learning) kepada siswa. Siswa terlibat secara aktif dan berperan dalam proses
pembelajaran, sedangkan guru lebih banyak memberikan arahan dan bimbingan,
serta mengatur sirkulasi dan jalannya proses pembelajaran.
3.      Pembelajaran Kreatif
Pembelajaran kreatif merupakan proses pembelajaran yang mengharuskan guru
untuk dapat memotifasi dan memunculkan kreativitas siswa selama pembelajaran
berlangsung, dengan menggunakan beberapa metode dan strategi yang bervariasi,
misalnya kerja kelompok, bermain peran,dan pemecahan masalah.
4.      Pembelajaran Efektif
Pembelajaran dapatdikatan efektif jika mampu memberikan pengalam baru
kepada siswa membentuk kompetensi siswa, serta mengantarkan mereka ke tujuan
yang ingin dicapai secara optimal.
Untuk menciptakan pembelajaran yang efektif, guru harus memperhatikan
beberapa hal, yaitu :
a.       Pengelolaan tempat belajar,
b.      Pengelolaan siswa,
c.       Pengelolaan kegiatan pembelajaran,
d.      Pengelolaan konten/materi pelajaran, dan
e.       Pengelolaan media dan sumber belajar.
5.      Pembelajaran Menyenangkan
Pembelajaran menyenangkan (joyfull instruction) merupakan suatu proses
pembelajaran yang di dalamnya terdapat suatu kohensi yang kuat antara guru dan
siswa, tanpa ada perasaan terpaksa atau tertekan (not under pressure) (Mulyasa,

22
2006:194). Dengan demikina pembelajaran menyenangkan adalah adanya pola
hubungan yang baik antara guru dengan siswa dalam proses pembelajaran. Guru
memosisikan dirinya sebagai mitra belajar siswa, bahkan dalam hal tertentu tidak
menutup kemungkinan guru belajar dari siswanya.
Untuk mewujudkan proses pembelajaran yang menyenangkan, guru harus
mampu merancang pembelajaran dengan baik, memilih materi yang tepat, serta
memilih dan mengembangkan strategi yang dapat melibatkan siswa secara
optimal.
Terdapat empat aspek yang memenuhi model PAKE, yaitu pengalaman,
komunikasi, interaksi, dan refleksi.
a.       Pengalaman
Di aspek pengalaman ini siswa diajarkan untuk dapat belajar mandiri. Di
dalamnya terdapat banyak cara untuk penerapannya, antara lain seperti
eksperimen, pengamatan, percobaan, penyelidikan, dan wawancara. Karena di
aspek pengalaman, anak belajar banyak melalui berbuat dan dengan melalui
pengalaman langsung, dapat mengaktifkan banyak indera yang dimiliki anak
tersebut.
b.      Komunikasi
Aspek komunikasi ini dapat dilakukan dengan beberapa bentuk, antara lain
mengemukakan pendapat, presentasi laporan, dan memajang hasil kerja. Di aspek
ini anak dapat mengungkapkan gagasan, dapat mengonsolidasi pikiran,
mengeluarkan gagasan, memancing gagasan orang lain, dan membuat bangunan
makna mereka dapat diketahui oleh guru.

c.       Interaksi
Aspek interaksi ini dapat dilakukan dengan cara interaksi, tanya jawab, dan
saling melempar pertanyaan. Dengan hal-hal seperti itulah kesalahan makna yang
diperbuat oleh anak-anak berpeluang untuk terkoreksi dan makna yang terbangun
semakin mantap, sehingga dapat menyebabkan hasil belajar meningkat.
d.      Refleksi
Dalam aspek ini yang dilakukan adalah memikirkan kembali apa yang telah
diperbuat/dipikirkan oleh anak selama mereka belajar. hal ini dilakukan supaya

23
terdapatnya perbaikan gagasan/makna yang telah dikeluarkan oleh anak dan agar
mereka tidak mengulangi kesalahan. Di sini anak diharapkan juga dapat
menciptakan gagasan-gagasan baru.

7.      Model Pembelajaran Berbasis WEB (E-Learning)


Secara sederhana dapat dikatakan bahwa semua pelajaran dilakukan dengan
memanfaatkan teknologi internet dan selama proses belajar dirasakan terjadi oleh
yang mengikutinya, maka kegiatan itu dapat disebut sebagai pembelajaran
berbasis web. Kemudian, yang ditawarkan oleh teknologi ini adalah kecepatan
dan tidak terbatasnya tempat dan waktu untuk mengakses informasi. Kegiatan
belajar dapat dengan mudah dilakukan oleh peserta didik kapan saja dan di mana
saja dirasakan aman oleh peserta didik tersebut. Batas ruang, jarak, dan waktu
tidak lagi menjadi masalah yang rumit untuk dipecahkan.
Monitoring proses dalam pembelajaran berbasis web lebih sulit daripada di
ruang kelas. Menyediakan bahan belajar online tidak cukup. Diperlukan sebuah
desain intruksional sebagai model belajar yang mengudang sejumlah (sama
banyak dengan kegiatan di ruang kelas) peserta didik untuk terlibat dalam
berbagai kegiatan belajar.
A.    Implementasi Pembelajaran Berbasis Web
Untuk merancang dan mengimplementasikan pembelajaran berbasis web,
langkahnya adalah sebagai berikut :
1.      Sebuah program pendidikan untuk peningkatan mutu pembelajaran di
lingkungan kampus dengan berbasis web. Program ini dilakukan idealnya selama
5-10 bulan dan dibagi  menjadi 5 tahap. Tahap 1, 3, 5 dilakukan  secarajarak jauh
dan untuk itu dipilih media web sebagai alat komunikasi. Sedangkan tahap 2 dan
4 dilakukan secara konvensional dengan tatap muka.
2.      Menetapkan sebuah mata kuliah pilihan di jurusan. Pembelajaran dengan
tatap muka dilakukan secara rutin tiap minggu pada tujuh minggu pertama.
Setelah itu, tatap muka dilakukan setiap 2 atau 3 minggu sekali. Dua program
pendidikan itu disampaikan melalui berbagai macam kegiatan belajar secara
kelompok. Belajar dan mengerjakan tugas secara kolaboratif dalam kelompok
sangat dominan pada kedua program tersebut.

24
B.     Pemanfaatan Internet Sebagai Media pembelajaran
Rusman (2007) menyebutkan bahwa internet merupakan perpustakaan raksasa
dunia, karena di dalam internet terdapat miliaran sumber informasi, sehingga kita
dapat menggubakan informasi tersebut sesuai dengan kebutuhan. Pemanfaatan
internet sebagai media pembelajaran mengondisikan siswa untuk belajar secara
mandiri. Para siswa dapat mengakses secara online dari berbagai pustaka,
museum, database, dan mendapatkan sumber primer tentang berbagai peristiwa
sejarah, biografi, rekaman, laporan, data statistik (Gordin et. Al., 1995). Siswa
dapat berperan sebagai seorang peneliti, menjadi seorang analis, tidak hanya
konsumen enformasi saja.
Pemanfaatan internet sebagai media pembelajaran memiliki beberapa kelebihan
sebagai berikut :
1.     Terjadinya distribusi pendidikan ke semua penjuru tanah air dan kapasitas
daya tampung yang tidak terbatas karena tidak memerlukan ruang kelas.
2.      Proses pembelajaran tidak terbatas oleh waktu seperti halnya tatap muka
biasa.
3.      Pembelajaran dapat memilih topik atau bahan ajar yang sesuai dengan
keinginan dan kebutuhan masing-masing.
4.      Lama waktu belajar juga tergantung pada kemampuan masing-masing siswa.
5.      Adanya keakuratan dan kekinian materi pembelajaran.
6.      Pembelajaran dapat dilakukan secara interaktif, sehingga menarik siswa; dan
memungkinkan pihak berkepentingan  (orang tua siswa maupun guru) dapat turut
serta menyukseskan proses pembelajaran, dengan cara mengecek tugas-tugas yang
dikerjakan siswa secara online.
C.     Pemanfaatan e-Learning untuk Pembelajaran
Rosenberg (2001) menekankan bahwa e-learning merunjuk pada
penggunaan teknologi internet untuk mengirimkan serangkaian solusi yang dapat
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan.
Perbedaan pembelajaran tradisional dengan e-learning, yaitu kelas
tradisional guru dianggap sebagai orang yang serba tahu dan ditugaskan untuk
menyalurkan ilmu pengetahuan kepada pelajarnya. Sedangkan di dalam
pembelajaran e-learning fokus utamanya adalah pelajar. Pelajar mandiri pada

25
waktu tertentu dan bertanggung jawab untuk pembelajaran. Suasana pembelajaran
e-learning akan memaksa pelajar memainkan peranan yang lebih aktif dalam
pembelajarannya. Pelajar membuat perancangan dan mencari materi dengan usaha
dan inisiatif sendiri.
Karakteristik e-learning, antara lain:
a.       Memanfaatkan jasa teknologi elektronik, dimana guru dan siswa, siswa
dan sesama siswa atau guru dan sesama guru dapat berkomunikasi dengan relatif
mudah dengan tanpa dibatasi oleh hal-hal yang protokoler.
b.      Memanfaatkan keunggulan komputer (digital median dan komputer
networks).
c.       Menggunakan bahan ajar bersifat mandiri (self learning materials)
disimpan di komputer sehingga dapat diakses oleh guru dan siswa kapan saja dan
di mana saja bila yang bersangkutan memerlukannya.
d.      Memanfaatkan jadwal pembelajaran, kurikulum, hasil kemajuan belajar,
dan hal-hal yang berkaitan dengan administrasi pendidikan dapat dilihat setiap
saat di komputer.
D.    Kelebihan dan Kekurangan e-Learning
Manfaat penggunaan internet, khususnya dalam pendidikan terbuka dan
pembelajaran jarak jauh, antara lain :
1.Tersedianya fasilitas e-moderating di mana pendidik dan peserta didik dapat
berkomunikasi secara mudah melalui fasilitas internet secara reguler atau kapan
saja kegiatan berkomunikasi itu dilakukan dengan tanpa dibatasi oleh jarak,
tempat, dan waktu.
2.Pendidik dan peserta didik dapat menggunakan bahan ajar atau petunjuk belajar
yang terstruktur dan terjadwal melalui internet, sehingga keduanya bisa saling
menilai sampai berapa jauh bahan ajar dipelajari.
3.Peserta didik dapat belajar atau me-review bahan pelajaran setiap saat dan
dimana saja kalau diperlukan, mengingat bahan ajar tersimpan di komputer.
4.Bila peserta didik memerlukan tambahan informasi yang berkaitan dengan
bahan yang dipelajarinya, ia dapat melakukan akses di internet secara lebih
mudah.

26
5.Baik pendidik maupun peserta didik dapat melakukan diskusi melalui internet
yang dapat diikuti dengan jumlah peserta yang banyak, sehingga menambah ilmu
pengetahuan dan wawasan yang lebih luas.
6.Berubahnya peran peserta didik yang biasanya pasif menjadi aktif dan lebih
mandiri.
7.Relatif lebih efisien. Misalnya, bagi mereka yang tinggal jauh dari perguruan
tinggi atau sekolah konvensional.
Menurut kritik (Bullen, 2001, Beam, 1997) kekurangan dari e-learning,
antara lain :
1.      Kurangnya interaksi antara pendidik dan peserta didik atau bahkan antar
sesama peserta didik itu sendiri.
2.      Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan
sebaliknya mendorong tumbuhnya aspek bisnis/komersial.
3.      Proses pembelajaran cenderung ke arah pelatihan daripada pendidikan.
4.      Berubahnya peran pendidik dari yang semula menguasai teknik
pembelajaran konvensional, kini juga dituntut mengetahui teknik pembelajaran
yang menggunakan ICT/medium komputer.
5.      Peserta didik yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung
gagal.
6.      Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet.
7.      Kurangnya tenaga yang mengetahui dan memiliki keterampilan
mengoperasikan internet.
8.      Kurangnya personel dalam hal penguasaan bahasa pemprograman komputer.

8.      Model Pembelajaran Tematik


A.    Pengertian Pembelajaran Tematik
Model pembelajaran tematik adalah model pembelajaran terpadu yang
menggunakan pendekatan tematik yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk
memberikan pengalamanbermakna kepada siswa. Dikatakan bermakna karena
dalam pembelajaran tematik, siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka
pelajari mulai pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain
yang telah dipahaminya. Fokus perhatian dalam pelajaran tematik terletak pada

27
proses yang ditempu siswa saat berusaha memahami isi pembelajaran sejalan
dengan bentuk-bentuk keterampilan yang harus dikembangkannya.

B.     Pentingnya Pembelajaran Tematik untuk Murid Sekolah Dasar


Pembelajaran tematik memiliki beberapa keunggulan, diantaranya :
1.      Pengalaman dan kegiatan yang sangat relevan dengan tingkat perkembangan
dan kebutuhan anak usia sekolah dasar.
2.      Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik
bertolak dari minat dan kebutuhan siswa.
3.      Kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa, sehingga
hasil belajar dapat bertahan lebih lama.
4.      Membantu mengembangkan keterampilan berpikir siswa.
5.      Menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan
permasalahan yang sering ditemui siswa dalam lengkungannya, dan
6.      Mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti kerja sama, toleransi,
komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.

C.     Karakteristik Model Pembelajaran Tematik


1.      Berpusat pada siswa
Hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak
menempatkan siswa sebagai subjek belajar, sedangkan guru lebih banyak
berperan sebagai fasilitator, yaitu memberikan kemudahan pada siswa untuk
melakukan aktivitas kegiatan.
2.      Memberikan pengalaman langsung
Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata
(konkret) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.
3.      Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas
Fokus pembelajaran diarahkan pada pembahasan tema-tema yang paling dekat
berkaitan dengan kehidupan siswa.
4.      Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran

28
Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran
dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa dapat memahami
konsep-konsep tersebut secara utuh.
5.      Bersifat fleksibel
Guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata
pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan
keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.
6.      Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa
Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai
dengan minat dan kebutuhannya.
7.      Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenagkan.

D.    Implementasi Pembelajaran Tematik


Alur atau langkah-langkah dalam mengembangkan rencana pelaksanaan
pembelajaran tematik meliputi tujuh tahap, yaitu:
1.      Menetapkan mata pelajaran yang akan dipadukan
Tahap ini sebaiknya dilakukan setelah membuat pemetaan konmpetensi dasar
secara menyeluruh pada semua mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dasar
dengan maksud supaya terjadi pemerataan keterpaduan dan pencapaiannya.
2.      Mempelajari kompetensi dasar dan indikator dari mata pelajaran yang akan
dipadukan
Pada tahap ini dilakukan penkajian atas kompetensi dasar pada jenjang dan kelas
yang sama dari beberapa mata pelajaran yang memungkinkan untuk diajarkan
dengan menggunakan payung sebuah tema pemersatu.
3.      Memilih dan menetapkan tema/topik pemersatu
Pada tahap ini memilih dan menetapkan tema yang dapat mempersatukan
kompetensi-kompetensi dasar dan indikator pada setiap mata pelajaran yang akan
dipadukan pada kelas dan semester yang sama.
4.      Membuat matriks atau bagan hubungan kompetensi dasar dan tema/topik
pemersatu
Pada tahap ini dilakukan pemetaan keterhubungan kompetensi dasar masing-
masing mata pelajaran yang akan dipadukan dengan tema pemersatu. Pemetaan

29
tersebut dapat dibentuk dalam bentuk bagan atau matriks jaringan tema yang
memperlihatkan kaitan antara tema pemersatu dengan kompetensi dasar dari
setiap mata pelajaran.
5.      Menyusun silabus pembelajaran tematik
Dalam menyusun silabus perlu didasarkan pada matriks/bagan keterhubungan
yang telah dikembangkan. Format silabus disusun dalam bentuk matriks dan
memuat tentang :
1)      Mata pelajaran yang akan dipadukan,
2)      Kompetensi dasar,
3)      Indikator yang akan dicapai,
4)      Kegiatan pembelajaran berisi tentang meteri pokok, strategi pembelajaran,
dan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan, dan aloksi waktu yang
dibutuhkan,
5)      Sarana dan sumber, yaitu diisi dengan media/sarana yang akan digunakan
dan sumber-sumber bacaan yang akan dijadikan bahan atau rujukan dalam
kegiatan pembelajaran, dan
6)      Penilaian, yaitu jenis dan bentuk evaluasi yang akan dilakukan.

30
BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Model pembelajaran
adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang di gunakan sebagai pedoman
dalam merencanakan pembelajaran dikelas atau pembelajaran dalam tutorial dan
untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya
buku-buku, film, computer, kurikulum dan lain-lain (joyce, 1992:4).
Sebelum menentukan model pembelajaran yang akan digunakan dalam kegiatan
pembelajaran, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan guru dalam
memilihnya, yaitu:
1.      Pertimbangan terhadap tujuan yang hendak dicapai.
2.      Pertimbangan terhadap tujuan yang hendak dicapai.
3.      Pertimbangan darisudut peserta didik atau siswa.
4.      Pertimbangan lainnya yang bersifat nonteknis.
Dimana terdapat macam-macam model pembelajaran, diantaranya yaitu:
1.      Model Pembelajaran Kontekstual  (Contextual Teaching And Learning).
2.      Model Pembelajaran Kooperatif.
3.      Model  pembelajaran Berbasis Masalah (PBM).
4.      Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI).
5.      Model Pembelajaran Berbasis Komputer.
6.      Model PAKEM (Partisipatif, Aktif, Kreatif, dan Menyenangkan).
7.      Model Pembelajaran Berbasis WEB (E-Learning).
8.      Model Pembelajaran Tematik.

B.     SARAN
Saran yang dapat kami berikan adalah Untuk guru dan calon guru yang
nantinya akan melakukan pembelajaran di kelas semoga dengan membaca
makalah ini guru dan calon guru lebih selektif dalam menentukan model
pembelajaran yang akan di implementasikannya. Pemilihan model pembelajaran
harus di sesuaikan dengan kurikulum, siswa, dan sarana dan prasarana sekolah.

31
DAFTAR PUSTAKA

Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada


Trianto. 2010. Model Prembelajaran Terpadu. Jakarta: PT Bumi Aksara
Uno Hanzah B. 2007. Model Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:
Prenada Media
Staff.uny.ac.id/sites/defalut/files/131414327/jurnal%207.pdf
http://ekosisown.blogspot.com/2013/04/makalah-model-model-pembelajaran-
model.html diakses padatanggal 22 Oktober 2018

32

Anda mungkin juga menyukai