Makalah
Dosen Pengampu:
Prof. Dr. H. Aim Abdulkarim, M.Pd
Dr. Kokom Komalasari, M.Pd
Diana Noor Anggraini, M.Pd
Disusun Oleh:
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat
dan kasih sayang-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
Penelitian Pendidikan yang berjudul “Manfaat Penelitian Tindakan Kelas”
Makalah ini disusun untuk memberikan penjelasan mengenai salah satu
bentuk penelitian yaitu penelitian tindakan kelas serta manfaat ari penelitian
tindakan kelas itu sendiri.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut
berkontribusi dalam kelancaran pembuatan makalah ini, terutama Dosen
Pengampu pada mata kuliah Penelitian Pendidikan atas saran dan bimbingannya
selama proses pembuatan makalah.
Kami menyadari sepenuhnya masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini. Terlepas dari semua itu, kami secara terbuka menerima
kritik dan saran yang membangun supaya kami dapat membuat makalah yang
lebih baik lagi untuk kedepannya.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah mengenai manfaat penelitian
tindakan kelas ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
muncul dari gurunya, yaitu kurangnya penguasaan guru di dalam kelas, rendahnya
pemahaman dan bekal ilmu untuk memaparkan materi pelajaran, cara mengajar
yang monoton, dan jarang menggunakan media pembelajaran. Padahal dalam
pembelajaran, kompetensi ketiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor
harus diperoleh secara seimbang.
Peningkatan kualitas pembelajaran merupakan dampak logis dari tuntutan
perkembangan ipteks yang pesat. Perkembangan ipteks menuntut penyesuaian dan
peningkatan proses pembelajaran secara terus menerus. Disamping itu perlu juga
pemutakhiran pilihan atas konsep-konsep pembelajaran yang mendidik dan
diperlukan untuk meningkatan kualitas siswa maupun lulusan.
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui manfaat penelitian PTK bagi guru, siswa dan sekolah
1.3.2 Untuk mengetahui bagaimana cara menetapkan fokus masalah dalam PTK
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
adalah penelitian yang mengangkat masalah – masalah yang actual yang
dilakukan oleh para guru yang merupakan pencermatan kegiatan belajar yang
berupa tindakan untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran
di kelas secara lebih professional.
4
c. Kolaboratif
Upaya perbaikan proses dan hasil pembelajaran tidak dapat
dilakukan sendiri oleh pendidik, tetapi ia harus berkolaborasi dengan
pendidik lain. Peneliti dalam PTK hendaknya selalu diingat bahwa dia
adalah bagian dari situasi yang diteliti, dia bukan hanya pengamat, tetapi
juga terlibat langsung dalam proses situasi tersebut. Kolaborasi di antara
keanggotaan situasi itulah yang memungkinkan proses itu berlangsung.
Koraborasi yang dimaksud di sini adalah sudut pandang setiap orang akan
dianggap memberikan andil pada pemahaman, tidak ada sudut pandang
seseorang yang akan dipakai sebagai pemahaman tuntas dan mumpuni
dibandingkan dengan sudut-sudut pandang yang lain.
Untuk menjamin adanya kolaborasi penelitian, dalam PTK
hendaknya memulai pekerjaannya dengan mengumpulkan sejumlah sudut
pandang, dan sederet sudut pandang itulah yang memberikan struktur dan
makna awal pada situasi yang diteliti, namun perlu diingat bahwa bekerja
secara kolaboratif tidak berarti memadukan semua sudut pandang ini
untuk mencapai kesepakatan melalui evaluasi, sebaliknya ragam sudut
pandang itulah yang menjadikan sumber daya yang kaya, dan dengan
menggunakan sumber daya inilah, analisis peneliti dapat mulai bisa
bergeser keluar dari titik awal yang tak terhindarkan menuju gagasan-
gagasan yang telah secara antarpribadi dinegosiasikan. Jadi, sudut pandang
siapa pun, termasuk sudut pandang siswa harus dipikirkan secara serius.
Hubungan kolaboratif dan objektivitas digambarkan: (a) proses kolaboratif
berfungsi sebagai tantangan terhadap keobjetivan seseorang, (b) proses
kolaboratif melibatkan pemeriksaan terhadap antardata yang disediakan
oleh berbagai orang yang terlibat dalam penelitian, (c) keluaran proses
kolaboratif adalah sederet analisis yang didasari hubungan yang melekat
dan diperlukan, baik logis maupun empiris, dan (d) keluaran proses
kolaboratif adalah usulan praktis.
5
2.3 Prinsip Penelitian Tindakan Kelas
Ada beberapa prinsip dasar yang melandasi Penelitian Tindakan kelas,
Menurut Hopkins (1933) prinsip yang dimaksud antara lain :
1. Tugas pendidik dan tenaga kependidikan yang utama adalah
menyelenggarakan pembelajaran yang baik dan berkualitas.
2. Meneliti merupakan bagian integral dari pembelajaran yang tidak
menuntut kekhususan waktu maupun metode pengumpulan data.
3. Kegiatan peneliti yang merupakan bagian integral dari pembelajran harus
diselenggarakan dengan tetap bersandar pada alur dan kaidah ilmiah.
4. Masalah yang ditangani adalah masalah – masalah pembelajran yang riil
merisaukan tanggung jawab professional dan komitmen terhadap
diagnosis masalah bersandar pada kejadian nyata yang berlangsung dalam
konteks pembelajran yang sesungguhnya.
5. Konsistensi sikap dan kepedulian dalam memperbaiki dan meningkatkan
kualitas pembelajaran sangat diperlukan.
6. Cakupan permasalahan penelitian tindakan tidak seharunya dibatasi
masalah pembelajaran dikelas tetapi dapat diperluas pada tataran diluar
kelas.
6
1. Identifikasi dan Perumusan Masalah
PTK dilakukan untuk mengubah perilaku Anda sendiri, perilaku
sejawat dan murid-murid Anda, atau mengubah kerangka kerja, proses
pembelajaran, yang pada gilirannya menghasilkan perubahan pada
perilaku Anda dan sejawat serta murid-murid Anda. Singkatnya, PTK
Anda lakukan untuk meningkatkan praktik pembelajaran Anda. Contoh-
contoh bidang garapan PTK: 1) metode mengajar, mungkin mengganti
metode tradisional dengan metode penemuan; 2) strategi belajar,
menggunakan pendekatan integratif pada pembelajaran daripada satu gaya
belajar mengajar; 3) prosedur evaluasi, misalnya meningkatkan metode
dalam penilaian kontinyu/otentik; 4) penanaman atau perubahan sikap dan
nilai, mungkin mendorong timbulnya sikap yang lebih positif terhadap
beberapa aspek kehidupan; 5) pengembangan profesional guru misalnya
meningkatkan keterampilan mengajar, mengembangkan metode mengajar
yang baru, menambah kemampuan analisis, atau meningkatkan kesadaran
diri; 6) pengelolaan dan kontrol, pengenalan bertahap pada teknik
modifikasi perilaku; dan 7) administrasi, menambah efisiensi aspek
tertentu dari administrasi sekolah (Cohen dan Manion, 1980: 181).
Identifikasi masalah Seperti dalam jenis penelitian lain, langkah
pertama dalam penelitian tindakan adalah mengidentifikasi masalah.
Langkah ini merupakan langkah yang menentukan. Masalah yang akan
diteliti harus dirasakan dan diidentifikasi oleh peneliti sendiri bersama
kolaborator meskipun dapat dengan bantuan seorang fasilitator supaya
mereka betul-betul terlibat dalam proses penelitiannya. Masalahnya dapat
berupa kekurangan yang dirasakan dalam pengetahuan, keterampilan,
sikap, etos kerja, kelancaran komunikasi, kreativitas, dsb. Pada dasarnya,
masalahnya berupa kesenjangan antara kenyataan dan keadaan yang
diinginkan. Masalahnya hendaknya bersifat tematik seperti telah
disebutkan di atas dan dapat diidentifikasi dengan pertolongan tabel dua
arah model Aristoteles. Misalnya dalam bidang pendidikan, ada empat sel
lajur dan kolom, sehubungan dengan anggapan bahwa ada empat
7
komponen pokok yang ada di dalamnya (Schab, 1969) yaitu: guru, siswa,
bidang studi, dan lingkungan. Semua komponen tersebut berinteraksi
dalam proses belajar-mengajar, dan oleh karena itu dalam usaha
memahami komponen tertentu peneliti perlu memikirkan bubungan di
antara komponen-komponen tersebut.
Berikut adalah beberapa kriteria dalam penentuan masalah: (a)
Masalah harus penting bagi orang yang mengusulkannya dan sekaligus
signifikan dilihat dari segi pengembangan lembaga atau program; (b)
Masalahnya hendaknya dalam jangkauan penanganan. Jangan sampai
memilih masalah yang memerlukan komitmen terlalu besar dari pihak para
penelitinya dan waktunya terlalu lama; (c) Pernyataan masalahnya harus
mengungkapkan beberapa dimensi fundamental mengenai penyebab dan
faktor, sehingga pemecahannya dapat dilakukan berdasarkan hal-hal
fundamental ini daripada berdasarkan fenomena dangkal.
Berikut ini beberapa contoh masalah yang diidentifikasi sebagai
fokus penelitian tindakan: (1) rendahnya kemampuan mengajukan
pertanyaan kritis di kalangan mahasiswa; (2) rendahnya ketaatan staf pada
perintah atasan; (3) rendahnya keterlibatan siswa dalam proses
pembelajaran bahasa Inggris; (4) rendahnya kualitas pengelolaan interaksi
guru-siswa-siswa; (5) rendahnya kualitas pembelajaran bahasa Inggris
ditinjau dari tujuan mengembangkan keterampilan berkomunikasi dalam
bahasa tersebut; dan (6) rendahnya kemandirian belajar siswa di suatu
sekolah menengah atas. Masalah hendaknya diidentifikasi melalui proses
refleksi dan evaluasi, yang dalam model Kemmis dan Taggart disebut
reconnaissance, terhadap data pengamatan awal. Masalah rendahnya
kualitas pembelajaran bahasa Inggris ditinjau dari tujuan mengembangkan
keterampilan berkomunikasi dalam bahasa tersebut nomor 5 diidentifikasi
berdasarkan hasil pengamatan awal terhadap proses pembelajaran bahasa
Inggris di kelas.
2. Analisis Masalah
Analisis masalah perlu dilakukan untuk mengetahui demensi-
dimensi masalah yang mungkin ada untuk mengidentifikasikan aspek-
8
aspek pentingnya dan untuk memberikan penekanan yang memadai.
Analisis masalah melibatkan beberapa jenis kegiatan, bergantung pada
kesulitan yang ditunjukkan dalam pertanyaan masalahnya; analisis sebab
dan akibat tentang kesulitan yang dihadapi, pemeriksaan asumsi yang
dibuat kajian terhadap data penelitian yang tersedia, atau mengamankan
data pendahuluan untuk mengklarifikasi persoalan atau untuk mengubah
perspektif orang-orang yang terlibat dalam penelitian tentang masalahnya.
Kegiatan-kegiatan ini dapat dilakukan melalui diskusi di antara para
peserta penelitian dan fasilitatornya, juga kajian pustaka yang gayut.
3. Perumusan Hipotesis
Tindakan Hipotesis dalam penelitian tindakan bukan hipotesis
perbedaan atau hubungan, melainkan hipotesis tindakan. Idealnya
hipotesis penelitian tindakan mendekati keketatan penelitian formal.
Namun situasi lapangan yang senantiasa berubah membuatnya sulit untuk
memenuhi tuntutan itu. Rumusan hipotesis tindakan memuat tindakan
yang diusulkan untuk menghasilkan perbaikan yang diinginkan. Untuk
sampai pada pemilihan tindakan yang dianggap tepat, peneliti dapat mulai
dengan menimbang prosedur-prosedur yang mungkin dapat dilaksanakan
agar perbaikan yang diinginkan dapat dicapai sampai menemukan
prosedur tindakan yang dianggap tepat. Dalam menimbang-nimbang
berbagai prosedur ini sebaiknya peneliti mencari masukan dari sejawat
atau orang-orang yang peduli lainnya dan mencari ilham dari teori/hasil
penelitian yang telah ditinjau seblumnya sehingga rumusan hipotesis akan
lebih tepat.
4. Pembuatan Rencana Tindakan
Rencana tindakan hendaknya memuat jawaban terhadap pertanyaan-
pertanyaan kunci berikut ini (McNiff, Lomax & Whitehead, 2003: 60):
• Apa persoalan yang diangkat?
• Mengapa persoalan ini telah dipilih?
• Jenis bukti apa yang dapat diproduksi untuk menunjukkan
perubahan telah terjadi?
• Apa yang akan dilakukan dengan temuan?
9
• Bukti apa yang dapat diproduksi untuk menunjukkan bahwa
tindakan terkait memiliki dampak? • Bagaimana dampak akan
dievaluasi?
• Bagaimana penelitian menjamin bahwa penilaian yang akan
dibuatnya bersifat adil dan akurat?
• Bagaimana praktik akan dimodifikasi berdarakan hasil evaluasi?
Selain itu, rencana tindakan juga perlu memuat: a. alat-alat
dan teknik yang diperlukan untuk mengumpulkan bukti/data, dan
b. rencana perekaman/pencatatan data dan pengolahannya Untuk
dapat menyajikan informasi di atas, peneliti perlu melakukan 1)
pemilihan, peosedur, yang mencakup penelitian, administrasi,
pemilihan materi, metode mengajar dan belajar, alokasi sumber
daya dan tugas, dan (2) pemilihan prosedur pemantauan dan
evaluasi, yang mencakup pemilihan teknik pengukuran dan teknik
perekaman/pencatatan data bersama alat-alat yang diperlukan.
Teknik pengukuran yang diperlukan biasanya teknik yang
sederhana.
5. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan yang direncanakan hendaknya cukup
fleksibel untuk mencapai perbaikan yang diinginkan. Artinya, jika sesuatu
memerlukan perubahan karena tuntutan situasi, peneliti hendaknya siap
melakukan perubahan itu asal saja perubahan itu mendukung tercapainya
perbaikan. Pada saat tindakan dilaksanakan itulah pengumpulan data
dilakukan. Data yang dikumpulkan mencakup semua yang dilakukan oleh
siapapun yang ada dalam situasi terkait, perubahan-perubahan yang perlu
dilakukan, pengaruh suatu kegiatan pada peserta penelitian (sikap
motivasi, prestasi), pola interaksi yang terjadi, dan proses yang
berlangsung. Data dapat dikumpulkan lewat teknik-teknik yang disebutkan
di atas. Apa yang dimaksud dengan jurnal? Menurut White (1988), jurnal
adalah berbagai cara merekam/mencatat respon tertulis terhadap
pengalaman yang dimiliki oleh subyek penelitian selama pelaksanaan
10
tindakan. Fungsi utama rekaman/catatan adalah untuk mengembangkan
dialog antara peserta penelitian tentang pelaksanaan tugasnya.
Agar memenuhi fungsinya, penulisan jurnal hendaknya mengikuti
asas-asas berikut a. Semua peserta menulis jurnal dalam format yang tepat
seperti yang telah disepakati untuk kegiatan-kegiatan tertentu dalam
putaran penelitian tindakan. b. Hendaknya disediakan waktu tertentu
secara teratur untuk penulisan jurnal tanpa disela sama sekali. c. Semua
tulisan harus diacu bersama oleh semua peserta penelitian. d. Hendaknya
ada waktu tertentu yang disisihkan secara teratur untuk bertukar jurnal
yang telah ditulis oleh peserta, dan juga saling memberikan respon
terhadap isi jurnal masing-masing. e. Penulisan jurnal memerlukan
struktur dan lingkungan yang mendukung. Hal itu dapat dilaksanakan
dengan menentukan fokus sebelum dimulai penulisan jurnal terkait, dan
menentukan prosedur interaksi di antara peserta ketika mereka bertukar
tulisan dan saling memberikan respon.
Penulisan jurnal ini penting, karena jurnal dapat menyediakan hal-
hal berikut: a. mekanisme yang menuntun penulisnya dalam menjajagi
praktiknya; b. kemponen keterampilan evaluatif dalam diri pelaku terkait;
c. strategi untuk menemukan diri-sendiri sebagai penulis dan sebagai
pemaham proses penulisan; d. model untuk penulis yang baru belajar; e.
alat untuk memperoleh kewenangan melalui pengembangan kepercayaan
diri dalam memanfaatkan tulisan untuk menuntun tindakan dan
memberikan kesempatan untuk melakukan refleksi terhadap tindakan ini
dan rencana baru untuk bertindak; dan f. alat bantu untuk mempermudah
interaksi yang suportif tetapi kritis di antara peserta penelitian.
Hal-hal yang dapat dimuat dalam jurnal dapat mencakup: a. rincian
program sehari-hari (ringkasan); b. rincian percakapan, acara perencanaan,
wawancara dengan tamu; c. pertanyaan untuk penelitian selanjutnya; d.
gambar, sketsa, contoh-contoh gagasan yang bagus; e. pembuatan log
harian mengenai bagian praktik tertentu; f. amatan tentang penggunaan
strategi; g. refleksi tentang sesuatu yang dilakukan, misalnya pelajaran
11
yang diberikan; h. rencana untuk kegiatan di masa datang; dan i. respon
terhadap fokus pertanyaan yang telah ditentukan sebelumnya.
6. Pengolahan dan Penafsiran Data
Isi semua catatan/rekaman hendaknya dilihat untuk dijadikan
landasan melakukan refleksi. Dalam hal ini peneliti harus membandingkan
isi catatan yang dilakukan para peserta untuk menentukan bagaimana
dapat sampai pada suatu temuan yang relatif andal dan sahih. Dengan
perbandingan ini, unsur kesubjektifan dapat dikurangi. Penggolongan
dapat dilakukan juga untuk dapat menyimpulkan makna data. Untuk
menentukan apakah perbaikan yang diinginkan terjadi, data tentang
perubahan perilaku, sikap, dan motivasi hendaknya dianalisis. Bila
perubahan dicatat secara kualitatif, hendaknya ditentukan indikator-
indikaror deskriptifnya sehingga perubahan yang terjadi akan dapat dilihat.
Data yang diperoleh melalui tes akan sangat menolong untuk menentukan
adanya perbaikan yang diinginkan. Semua yang terjadi, baik yang
direncanakan maupun yang tidak direncanakan, perlu dianalisis untuk
menentukan apakah ada perubahan ke arah perbaikan di segala aspek
praktik dalam situasi terkait. Jadi, hasil analisis data dapat disajikan secara
kualitatif deskriptif.
7. Pelaporan Hasil
Hasil analisis data dilaporkan, dan laporannya hendaknya
mencakup ulasan lengkap tentang pelaksanaan tindakan yang telah
direncanakan bersama pelaksanaan pemantauannya serta perubahan yang
dilakukan. Secara rinci laporan tersebut hendaknya mencakup ulasan
tentang butir-butir berikut: a. bagaimana gagasan umum peneliti telah
berkembang dan berubah dari permulaan sampai akhir penelitian,
termasuk pengembangan penalaran untuk praktik yang dilakukan oleh
peneliti ybs; b. bagaimana tindakan yang telah dirumuskan itu terlaksana
melalui penjajagan, dan bagaimana tindakan itu dirumuskan kembali
untuk tindakan masa datang; c. bagaimana pemantauan telah berlangsung
dan apakah ada kemacetan, atau apakah ada perubahan teknis sesuai
dengan kondisi lapangan yang dialami; d. situasi tempat dilaksanakan
12
tindakan tersebut; e. tindakan strategik yang dilakukan dan apakah
tindakan itu terus dilakukan, atau harus diubah (disengaja atau tak
disengaja) selama pelaksanaan penelitian; f. konsekuensi tindakan yang
dilakukan; termaksud, tak termaksud, terantisipasi, tak terantisipasi; g.
perubahan peran semua orang yang terlibat; h. pengaruh pada orang,
negosiasi lebih lanjut yang dilakukan; i. kesulitan yang dihadapi dan
bagaimana kesulitan tersebut diatasi; j. keberhasilan usaha untuk menjaga
kerahasiaan, keleluasaan pribadi dan kehati-hatian (apakah peneliti terlalu
hati-hati atau harus lebih berhati-hati di masa datang); k.
perbaikan/peningkatan (bila ada) dalam praktik dan pemahaman terhadap
praktik tersebut; dan l. pendapat peneliti setelah melakukan tindakan
terhadap subyek penelitian, dan apa yang telah diperoleh dari sistem
komunikasi (penyampaian) di lembaga terkait (Kemmis & McTaggart,
1988).
13
BAB III
PEMBAHASAN
14
dampak adanya perubahan relasi atasan-bawahan menjadi relasi
kolegial, dan dari hubungan hierarkikal menjadi hubungan dalam
tim (Hopkins, 1993).
c) PTK membuat guru lebih percaya diri. Jika PTK mampu membuat
guru berkembang sebagai pekerja profesional, maka sebagai
konsekuensinya, PTK juga mampu membuat guru lebih percaya
diri. Guru yang mampu melakukan analisis terhadap kinerjanya
sendiri di dalam kelas sehingga menemukan kekuatan dan
kelemahan dan kemudian mengembangkan alternatif untuk
mengatasi kelemahannya jelas-jelas merupakan guru yang penuh
percaya diri. Guru yang mampu melakukan PTK, lebih-lebih jika
guru tersebut pernah mempublikasikan hasil PTK-nya akan merasa
punya sesuatu untuk dibanggakan. Ia mampu berperan sebagai
guru dan peneliti di kelasnya sendiri.
d) Melalui PTK, guru mendapat kesempatan untuk berperan aktif
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sendiri. Guru
tidak hanya menerima hasil perbaikan yang ditemukan orang lain,
namun ia sendiri adalah perancang dan pelaku perbaikan tersebut,
yang menghasilkan berbagai teori dalam memperbaiki
pembelajaran. Hasil yang ditemukan sendiri akan merupakan
dorongan yang kuat bagi guru untuk terus- menerus melakukan
perbaikan. Inilah yang diistilahkan sebagai theorizing by
practitioners, yang membangun sendiri pengetahuan (self-
constructed knowledge) berupa personal theory atau theory -in-use
(Raka Joni, Kardiawarman, & Hadisubroto, 1998).
3.1.2 Manfaat PTK bagi Pembelajaran/Siswa
Setelah membaca uraian tentang manfaat PTK bagi guru, cobalah
Anda pikirkan apakah kemampuan guru dalam melaksanakan PTK juga
bermanfaat bagi pembelajaran yang dikelolanya dan juga bagi siswa. Jika
kita mengacu kembali kepada karakteristik PTK, kita tentu sepakat bahwa
PTK mempunyai manfaat yang sangat besar bagi pembelajaran karena
tujuan PTK adalah memperbaiki praktik pembelajaran dengan sasaran
15
akhir memperbaiki belajar siswa (Raka Joni, Kardiawarman, &
Hadisubroto, 1998). Dengan adanya PTK kesalahan dalam proses
pembelajaran akan cepat dianalisis dan diperbaiki, sehingga kesalahan
tersebut tidak akan berlanjut. Jika kesalahan dapat diperbaiki, hasil belajar
siswa diharapkan akan meningkat. Sebaliknya, jika kesalahan dalam
proses pembelajaran dibiarkan berlarut-larut, maka guru akan tetap
mengajar dengan cara yang sama sehingga hasil belajar siswa pun tetap
sama, bahkan mungkin menurun. Dengan demikian, ada hubungan timbal
balik antara pembelajaran dan perbaikan hasil belajar siswa.
3.1.3 Manfaat PTK bagi Sekolah
Sekolah yang para gurunya terampil melaksanakan PTK tentu akan
memetik manfaat. Coba Anda pikirkan sejenak, manfaat apa yang didapat
oleh sekolah? Sebagaimana yang diargumentasikan oleh Hargreaves
(dalam Hopkins, 1993), sekolah yang berhasil mendorong terjadinya
inovasi pada diri para guru telah berhasil pula meningkatkan kualitas
pendidikan untuk para siswa. Preposisinya yang menyebutkan: there is
little school.
development without teacher development; and there is little teacher
development without school development (dalam Hopkins, 1993, hal.
218); menunjukkan betapa eratnya hubungan perkembangan sekolah
dengan perkembangan kemampuan guru. Sekolah tidak akan berkembang
atau hanya sedikit sekali berkembang tanpa berkembangnya kemampuan
guru, demikian pula sebaliknya guru tidak akan berkembang tanpa
berkembangnya sekolah. Sekolah yang para gurunya sudah mampu
membuat perubahan/perbaikan mempunyai kesempatan yang besar untuk
berkembang pesat. Berbagai perbaikan akan dapat diwujudkan seperti
penanggulangan berbagai masalah belajar siswa, perbaikan kesalahan
konsep, serta penanggulangan berbagai kesulitan mengajar yang dialami
oleh guru. Di samping itu, pendekatan penelitian tindakan yang dilakukan
di dalam kelas dapat dilaksanakan dalam pengelolaan kegiatan sekolah
secara keseluruhan. Hubungan kolegial yang sehat yang tumbuh dari rasa
saling membutuhkan akan menumbuhkan iklim kerja sama yang kondusif
16
untuk memajukan sekolah. Dengan terbiasanya para guru melakukan PTK,
berbagai strategi/teknik pembelajaran dapat dihasilkan dari sekolah ini
untuk disebarluaskan kepada sekolah lain. Dengan demikian, sekolah
mempunyai kesempatan yang besar untuk berubah secara menyeluruh.
Dalam konteks ini, PTK memberikan sumbangan yang positif terhadap
kemajuan sekolah, yang tercermin dari peningkatan kemampuan
profesional para guru, perbaikan proses dan hasil belajar siswa, serta
kondusifnya iklim pendidikan di sekolah tersebut.
2
Sutrisna Wibawa (FBS UNY). PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Bahan Pendidikan dan Latihan
Profesi Guru Mata Pelajaran Bahasa Daerah/ Jawa. Jakarta: Dirjen Dikdasmen, 2003 -
staffnew.uny.ac.id
17
lain, permasalahan dalam PTK diangkat yang benar-benar mrupakan
masalah yang dihayati poleh guru dalamk praktik pembelajaran.
b. Identifikasi Masalah Langkah selanjutnya dari merasakan adanya
masalah adalah mengidentifikasi permasalahannya. Cara
mengidentifikasi permasalahan dapat melalui sejumlah pertanyaan,
misalnya: - Apa yang g sedang terjadi sekarang? - Apakah yang terjadi
itu mengandung permasalahan? - Apa yang dapat saya lakukan untuk
mengatasinya? Apabila pertanyaan tersebut telah terjawab, langkah
selanjutnya adalah: - Saya berkeinginan memperbaiki …… - Saya
memilih untuk menentukan cara baru untuk mengatasi masalah yang
saya hadapi. - Dan seterusnya Sebagai contoh dalam pembelajaran
unggah-ungguh basa Jawa, guru merasakan siswa tidak bisa
membedakan penggunaan tembung karma inggil dan tembung krama,
siswa selalu saja menggunakan krama inggil untuk dirinya sendiri,
padahal seharusnya tembung krama inggil untuk menghormati lawan
bicara atau untuk membicarakan orang ketiga. Misalnya, untuk
menyatakan “Kula saweg adus”, dinyatakan dalam kalimat “Kula
nembe siram”. Dalam konteks ini, guru menghadapi permasalahan
dalam pembelajaran unggah-ungguh basa. Kemudian guru menemukan
cara untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan menerapkan
metode bermain peran dalam pembelajaran unggah-ungguh basa, maka
guru kemudian melakukan perencanaan tindakan untuk melaksanakan
pembelajaran unggah-ungguh basa Jawa dengan menerapkan metode
bermain peran.
c. Analisis Masalah Setelah melakukan identifikasi masalah, tahap
selanjutnya adalah guru menilai manakah masalah yang paling urgen
untuk dipilih. Ada sejumlah petunjuk untuk memilih masalah, yaitu (a)
pilih masalah yang dirasa penting oleh guru sendiri dan muridnya, atau
topik yang melibatkan guru dalam rangkaian aktivitas yang memang
diprogramkan oleh sekolah, (b) jangan memilih masalah yang berada
di luar kemampuan dan atau kekuasaan guru untuk mengatasinya, (c)
pilih dan tetapkan permasalahan yang skalanya cukup kecil dan
18
terbatas, (d) usahakan bekerja secara kolaboratif dalam
mengembangkan fokus masalah, dan (e) kaitkan PTK yang akan
dilakukan dengan prioritas-prioritas yang ditetapkan dalam rencana
pengembangan sekolah.
d. Perumusan Masalah Setelah menetapkan fokus masalah serta
menganalisisnya menjadi bagian-bagian yang kecil-kecil dan terfokus,
maka tahap selanjutnya adalah guru merumuskan permasalahan secara
lebih jelas, spesifik, dan operasional. Perumusan masalah yang jelas
akan membuka peluang bagi guru untuk menetapkan tindakan
perbaikan yang perlu dilakukannya, jenis data yang dikumpulkan, dan
penetapan tindakan yang akan dilakukan. Misalnya dalam contoh di
atas, guru akan melaksanakan PTK tentang pembelajaran unggah-
ungguh basa Jawa dengan menerapkan metode bermain peran, dapat
dirumuskan permasalahannya menjadi “Bagaimana meningkatkan
pembelajaran unggah-ungguh bahasa Jawa dengan metode bermain
peran?” atau “Apakah metode bermain peran dapat meningkatkan
pembelajaran unggah-ungguh bahasa Jawa?”.
3
Prof. Dr. IG.A.K. Wardani, M.Sc.Ed.2014. Modul 1 Hakikat Penelitian Tindakan Kelas.
IDIK4008/MODUL 1. repository.ut.ac.id
19
masalah, dilanjutkan dengan analisis masalah, dan yang terakhir
rumusan masalah.
d. Tujuan Penelitian dan Manfaat Tujuan dirumuskan secara jelas. Tujuan
penelitian harus konsisten dengan hakikat permasalahan yang diajukan.
Bagian ini diuraikan juga manfaat penelitian, terutama manfaat yang
secara langsung merupakan hasil PTK, baik bagi siswa, guru, ataupun
teman sejawat guru.
e. Kerangka Teoretis dan Hipotesis Bagian ini menguraikan landasan
substantif secara teoretik yang digunakan oleh peneliti dalam
menentukan alternatif tindakan yang akan diimplementasikan.
f. Cara Penelitian
1) Setting Penelitian: di mana penelitian dilakukan, kelas berapa,
bagaimana karakterisik kelas tersebut, serta informasi lain yang
terkait dengan situasi kelas.
2) Variabel penelitian: diuraikan variabel penelitian yang dijadikan
titik-titik untuk menjawab permasalahan yang dihadapi, misalnya
variabel input yang terkait dengan siswa, guru, bahan pelajaran,
sumber belajar dan sebagainya, variabel proses berupa
penyelenggaraan PBM seperti interaksi belajar mengajar,
keterampilan guru, gaya mengajar, gaya belajar siswa dan
sebagainya, dan variabel output seperti rasa keingintahuan siswa,
motivasi siswa, kemampuan siswa, hasil belajar siswa, sikap siswa
dan sebagainya.
3) Rencana tindakan: berisi rencana tindakan guru dengan langkah-
langkah (a) perencanaan, (b) implementasi tindakan, (c) observasi
atau pengamatan, dan (d) refleksi.
4) Data dan cara pengumpulan data: berisi penjelasan jenis data yang
akan dikumpulkan dan cara pengumpulannya. Cara pengumpulan
data misalnya menggunakan catatan lapangan, jurnal harian,
observasi aktivitas di kelas, ters hasil belajar, dan sebagainya.
5) Indilator kinerja: berisi secara eksplisit tolok ukur keberhasilan
tindakan sehingga memudahkan cara ferivikasinya.
20
g. Jadwal Kegiatan Berisi jadwal kegiatan penelitian dalam bentuk
matriks yang menggambarkan urutan kegiatan dari awal sampai akhir.
21
BAB IV
SIMPULAN
Dalam penyusun penelitian tindakan kelas ada beberapa hal yang harus
diperhatikan baik itu dalam hal penyusunan yaitu ikut merasakan adanya
masalah, langkah selanjutnya yaitu identifikasi masalah dan yang terakhi adalah
perumusan masalah. Dalam hal menyusun proposal penelitian tindakan kelaspun
ada beberapa hal yang harus diperhatikan dan itu merupakan komponen yang
harus ada dalam profosal penelitian tindakan kelas diantaranya harus ada judul,
latar belakang, permasalahan, tujuan penelitian kerangka teoritiskerangka teoritis
dan jadwal kegiatan penelitian.
Adapun manfaat yang akan dirasakan oleh guru yaitu untuk memperbaiki
pembelajaranyang dikelolanya karena sasaran akhir penelitian PTK adalah
perbaikan pembelajaran, adapun manfaat untuk siswa yaitu PTk mempunyai
manfaat yang besar dimana tuuan utamanya adalah memperbaiki praktik
pembelajaran dengan adanya PTK kesalahan dalam proses belajar dapat dengan
cepat dianalisis dan diperbaiki sehingga kesalahan kesalahan tersebut tidak akan
berlanjut dab manfaat PTK bagi sekolah yaitu dengan adanya PTK akan
menyebabkan adanya guru yang telah berhasil meningkatkan kualitas pendidikan
bagi siswa.
22
DAFTAR PUSTAKA
JURNAL:
http://staffnew.uny.ac.id/upload/131570315/pengabdian/penelitian-tindakan-
kelas-plpg2012.pdf
/s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/31800469/PTK.pdf?AWSAccess
KeyId=AKIAIWOWYYGZ2Y53UL3A&Expires=1553604483&Signature=dF
R7lUetBRXi%2F80Esv045JElEF0%3D&response-content-
disposition=inline%3B%20filename%3DPENELITIAN_TINDAKAN_KELA
S_Oleh_Prof._Dr..pdf
Prof. Dr. IG.A.K. Wardani, M.Sc.Ed. 2014. Modul 1 Hakikat Penelitian Tindakan
Kelas. IDIK4008/MODUL 1, diakses melalui repository.ut.ac.id.
BUKU :
23