Anda di halaman 1dari 27

MANFAAT PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Makalah

Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Penelitian Pendidikan

Dosen Pengampu:
Prof. Dr. H. Aim Abdulkarim, M.Pd
Dr. Kokom Komalasari, M.Pd
Diana Noor Anggraini, M.Pd

Disusun Oleh:

Dewi Mega Anjani1 1705877


Jadug Grahana Alghianza 1702226
Lia Ameliani 1700245
Mery Rahayu 1701654
Siti Imaniarti Rohimah 1705775

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN


FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat
dan kasih sayang-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
Penelitian Pendidikan yang berjudul “Manfaat Penelitian Tindakan Kelas”
Makalah ini disusun untuk memberikan penjelasan mengenai salah satu
bentuk penelitian yaitu penelitian tindakan kelas serta manfaat ari penelitian
tindakan kelas itu sendiri.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut
berkontribusi dalam kelancaran pembuatan makalah ini, terutama Dosen
Pengampu pada mata kuliah Penelitian Pendidikan atas saran dan bimbingannya
selama proses pembuatan makalah.
Kami menyadari sepenuhnya masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini. Terlepas dari semua itu, kami secara terbuka menerima
kritik dan saran yang membangun supaya kami dapat membuat makalah yang
lebih baik lagi untuk kedepannya.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah mengenai manfaat penelitian
tindakan kelas ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Bandung, April 2019

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i


DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
BAB 1 ................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 2
1.3 Tujuan ....................................................................................................................... 2
BAB II................................................................................................................................. 3
TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................................... 3
2.1 Pengertian Penelitian Tindakan kelas ....................................................................... 3
2.2 Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas................................................................... 4
2.3 Prinsip Penelitian Tindakan Kelas ............................................................................ 6
2.4 Proses Penelitian Tindakan ....................................................................................... 6
2.5 Penelitian Tindakan Kelas ..................................................................................... 13
BAB III ............................................................................................................................. 14
PEMBAHASAN ............................................................................................................... 14
3.1 Manfaat Penelitian Tindakan Kelas ........................................................................ 14
3.2 Cara Menetapkan Fokus Masalah Dalam PTK ....................................................... 17
3.3 Menyusun Proposal PTK ........................................................................................ 19
BAB IV ............................................................................................................................. 22
SIMPULAN ...................................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 23

ii
iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan berfungsi membantu peserta didik dalam pengembangan
dirinya, yaitu pengembangan semua potensi, kecakapan, serta karakteristik
pribadinya ke arah yang positif, baik bagi dirinya maupun lingkungannya.
Pendidikan bukan sekedar memberikan pengetahuan, nilai-nilai atau melatih
ketrampilan. Pendidikan berfungsi mengembangkan apa yang secara potensial dan
aktual telah dimiliki oleh peserta didik, sebab peserta didik bukanlah gelas kosong
yang harus diisi dari luar. Dalam pendidikan terdapat proses belajar yang berarti
suatu kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental
dalam setiap penyelenggaraan jenis serta jenjang pendidikan. Kegiatan belajar
dapat memberikan proses pengembangan moral keagamaan, aktivitas dan
kreativitas para peserta didik melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar.
Penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar dalam suatu proses pembelajaran
merupakan salah satu tugas utama guru di dalam lembaga pendidikan.
Predikat yang melekat pada seorang guru professional tentu saja harus
diimbangi dengan kinerja, prestasi, dan kompetensi yang mumpuni. Seiring
dengan tuntutan profesionalisme, tentunya semangat membelajarkan siswa sesuai
dengan kaidah dalam kurikulum harus dijalankan. Oleh karena itu, aplikasi
pembelajaran harus diwujudkan dalam persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi
pembelajaran. Semangat menerapkan pembelajaran yang ideal sesuai dengan
kurikulum yang digunakan, sering terkendala oleh realita yang banyak dijumpai
para guru ketika berada di dalam kelas.
Pemasalahan yang ditemui sesungguhnya telah mengakar dari tahun ke
tahun, yaitu suasana pembelajaran kurang kondusif, siswa kurang antusias, kurang
memperhatikan pembelajaran, yang aktif hanya dimonopoli oleh siswa tertentu
saja, siswa ramai sendiri, siswa kurang dapat memahami konsep dengan benar
sehingga hasil belajar siswa kurang sesuai dengan apa yang diharapkan atau di
bawah Kriteria Ketentuan Minimal (KKM). Belum lagi permasalahan yang

1
muncul dari gurunya, yaitu kurangnya penguasaan guru di dalam kelas, rendahnya
pemahaman dan bekal ilmu untuk memaparkan materi pelajaran, cara mengajar
yang monoton, dan jarang menggunakan media pembelajaran. Padahal dalam
pembelajaran, kompetensi ketiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor
harus diperoleh secara seimbang.
Peningkatan kualitas pembelajaran merupakan dampak logis dari tuntutan
perkembangan ipteks yang pesat. Perkembangan ipteks menuntut penyesuaian dan
peningkatan proses pembelajaran secara terus menerus. Disamping itu perlu juga
pemutakhiran pilihan atas konsep-konsep pembelajaran yang mendidik dan
diperlukan untuk meningkatan kualitas siswa maupun lulusan.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apakah manfaat penelitian tindakan kelas bagi guru, siswa dan sekolah?

1.2.2 Bagaimanakah cara menetapkan fokus masalah dalam PTK?

1.2.3 Bagaimanakah cara menyusun proposal PTK?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui manfaat penelitian PTK bagi guru, siswa dan sekolah

1.3.2 Untuk mengetahui bagaimana cara menetapkan fokus masalah dalam PTK

1.3.3 Untuk mengetahui bagaimana cara menyusun proposal PTK

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Penelitian Tindakan kelas


Penelitian tindakan merupakan salah satu strategi pemecahan masalah
yang memanfaatkan tindakan nyata dan proses pengembangan kemampuan
dalam mendeteksi masalah. Dalam prosesnya pihak – pihak yang terlibat
saling mendukung satu sama lain dilengkapi dengan fakta – fakta dan
mengembangkan kemampuan analisis. Dalam praktiknya penelitian tindakan
menggabungkan tindakan bermakna dengan prosedur penelitian. Penelitian
tindakan kelas merupakan terjemahan dari Classroom Action Research, yaitu
satu Action Research yang dilakukan di kelas. Penelitian tindakan kelas
adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui
refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru,
sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat.
Menurut wiriaatmadja (2006:13),Penelitian tindakan kelas adalah
bagaimana sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktik
pembelajaran mereka,dan belajar dari pengalaman mereka sendiri.Mereka
dapat mencobakan suatu gagasan perbaikan dalam praktik pembelajaran
mereka,dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu.Sedangkan menurut
Sanford,Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu kegiatan siklis yang
bersifat menyeluruh yang terdiri atas analisis,penemuan fakta, konseptualisasi,
perencanaan, pelaksanaan,penemuan fakta tambahan,dan evaluasi.
Mills (2000) mendefinisikan penelitian tindakan sebagai ”systematic
inquiry” yang dilakukan oleh guru, kepala sekolah, atau konselor sekolah
untuk mengumpulkan informasi tentang berbagai praktik yang dilakukannya.
Informasi ini digunakan untuk meningkatkan persepsi serta mengembangkan
”reflective practice” yang berdampak positif dalam berbagai praktik
persekolahan, termasuk memperbaiki hasil belajar siswa.
Berdasarkan pendapat – pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
penelitian tindakan kelas yang selanjutnya disebut penelitian tindakan kelas

3
adalah penelitian yang mengangkat masalah – masalah yang actual yang
dilakukan oleh para guru yang merupakan pencermatan kegiatan belajar yang
berupa tindakan untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran
di kelas secara lebih professional.

2.2 Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas


Dari beberapa definisi tentang PTK, dapat disimpulkan tiga karakteristik PTK,
yaitu:
a. Inkuiri
Penelitian tindakan kelas berangkat dari permasalahan
pembelajaran riil dan praktis yang sehari-hari dihadapi oleh pendidik dan
peserta didik. PTK bersifat practice driven dan action driven dalam arti
bahwa PTK bertujuan memperbaiki secara lansgung di sini dan sekarang
sehinga dinamakan juga penelitian praktis (pracrical inquiry). Ini berarti
bahwa PTK memusatkan perhatian pada permasalahan yang spesifik,
kontekstual sehingga tidak terlalu menghiraukan kerepresentifan sampel,
karena berbeda dengan penelitian formal - tujuan PTK bukanlah
menemukan pengetahuan baru yang dapat diberlakukan secara meluas.
PTK menerapkan metodologi yang bersifat longgar dalam arti tidak
memperhatikan pembakuan instrumen, namun demikian, di fihak lain,
PTK sebagai kajian yang taat kaiah, pengumpualn data tetap dilakukan
dengan menekankan objektivitas dan memegang teguh imparsialitas
sebagai acuan dalam analisis serta interpretasi data.
b. Reflektif
Penelitian tindakan kelas memiliki ciri khusus, yaitu sikap reflektif
yang berkelanjutan. Langkahlangkah dalam kegiatan reflektif adalah: (a)
mengumpulkan catatan-catatan yang telah dibuat oleh peserta PTK, seperti
catatan lapangan, transkrip wawancara, pernyataan tertulis dari peserta,
atau dokumen resmi; (b) menjelaskan dasar reflektif catatan-catatan ini,
dan (c) pernyataan dapat ditransformasi menjadi pertanyaan, dan sederet
alternatfif yang mungkin dapat dilaksanakan, yang beberapa penafsiran
tertentu telah terfikirkan sebelumnya.

4
c. Kolaboratif
Upaya perbaikan proses dan hasil pembelajaran tidak dapat
dilakukan sendiri oleh pendidik, tetapi ia harus berkolaborasi dengan
pendidik lain. Peneliti dalam PTK hendaknya selalu diingat bahwa dia
adalah bagian dari situasi yang diteliti, dia bukan hanya pengamat, tetapi
juga terlibat langsung dalam proses situasi tersebut. Kolaborasi di antara
keanggotaan situasi itulah yang memungkinkan proses itu berlangsung.
Koraborasi yang dimaksud di sini adalah sudut pandang setiap orang akan
dianggap memberikan andil pada pemahaman, tidak ada sudut pandang
seseorang yang akan dipakai sebagai pemahaman tuntas dan mumpuni
dibandingkan dengan sudut-sudut pandang yang lain.
Untuk menjamin adanya kolaborasi penelitian, dalam PTK
hendaknya memulai pekerjaannya dengan mengumpulkan sejumlah sudut
pandang, dan sederet sudut pandang itulah yang memberikan struktur dan
makna awal pada situasi yang diteliti, namun perlu diingat bahwa bekerja
secara kolaboratif tidak berarti memadukan semua sudut pandang ini
untuk mencapai kesepakatan melalui evaluasi, sebaliknya ragam sudut
pandang itulah yang menjadikan sumber daya yang kaya, dan dengan
menggunakan sumber daya inilah, analisis peneliti dapat mulai bisa
bergeser keluar dari titik awal yang tak terhindarkan menuju gagasan-
gagasan yang telah secara antarpribadi dinegosiasikan. Jadi, sudut pandang
siapa pun, termasuk sudut pandang siswa harus dipikirkan secara serius.
Hubungan kolaboratif dan objektivitas digambarkan: (a) proses kolaboratif
berfungsi sebagai tantangan terhadap keobjetivan seseorang, (b) proses
kolaboratif melibatkan pemeriksaan terhadap antardata yang disediakan
oleh berbagai orang yang terlibat dalam penelitian, (c) keluaran proses
kolaboratif adalah sederet analisis yang didasari hubungan yang melekat
dan diperlukan, baik logis maupun empiris, dan (d) keluaran proses
kolaboratif adalah usulan praktis.

5
2.3 Prinsip Penelitian Tindakan Kelas
Ada beberapa prinsip dasar yang melandasi Penelitian Tindakan kelas,
Menurut Hopkins (1933) prinsip yang dimaksud antara lain :
1. Tugas pendidik dan tenaga kependidikan yang utama adalah
menyelenggarakan pembelajaran yang baik dan berkualitas.
2. Meneliti merupakan bagian integral dari pembelajaran yang tidak
menuntut kekhususan waktu maupun metode pengumpulan data.
3. Kegiatan peneliti yang merupakan bagian integral dari pembelajran harus
diselenggarakan dengan tetap bersandar pada alur dan kaidah ilmiah.
4. Masalah yang ditangani adalah masalah – masalah pembelajran yang riil
merisaukan tanggung jawab professional dan komitmen terhadap
diagnosis masalah bersandar pada kejadian nyata yang berlangsung dalam
konteks pembelajran yang sesungguhnya.
5. Konsistensi sikap dan kepedulian dalam memperbaiki dan meningkatkan
kualitas pembelajaran sangat diperlukan.
6. Cakupan permasalahan penelitian tindakan tidak seharunya dibatasi
masalah pembelajaran dikelas tetapi dapat diperluas pada tataran diluar
kelas.

2.4 Proses Penelitian Tindakan


Ada beberapa langkah yang hendaknya diikuti dalam melakukan
penelitian tindakan Cohen dan Manion, 1908; Taba dan Noel, 1982; Winter,
1989 Langkah langkah tersebut adalah sebagai berikut: (1) mengidentifikasi
dan merumuskan masalah; (2) menganalisis masalah; (3) merumuskan
hipotesis tindakan; (4) membuat rencana tindakan dan pemantauannya; (5)
melaksanakan tindakan dan mengamatinya; (6) mengolah dan menafsirkan
data; dan (7) melaporkan. Secara alami, langkah-langkah itu biasanya tidak
terjadi dalam alur yang lurus. Apabila terjadi perubahan masalah pada waktu
dilakukan analisis masalah, maka diperlukan identifikasi masalah yang baru.
Data diperlukan untuk memfokuskan masalahnya dengan mengidentifikasi
faktor penyebab, dalam menentukan hipotesis tindakan, dalam evaluasi dsb.

6
1. Identifikasi dan Perumusan Masalah
PTK dilakukan untuk mengubah perilaku Anda sendiri, perilaku
sejawat dan murid-murid Anda, atau mengubah kerangka kerja, proses
pembelajaran, yang pada gilirannya menghasilkan perubahan pada
perilaku Anda dan sejawat serta murid-murid Anda. Singkatnya, PTK
Anda lakukan untuk meningkatkan praktik pembelajaran Anda. Contoh-
contoh bidang garapan PTK: 1) metode mengajar, mungkin mengganti
metode tradisional dengan metode penemuan; 2) strategi belajar,
menggunakan pendekatan integratif pada pembelajaran daripada satu gaya
belajar mengajar; 3) prosedur evaluasi, misalnya meningkatkan metode
dalam penilaian kontinyu/otentik; 4) penanaman atau perubahan sikap dan
nilai, mungkin mendorong timbulnya sikap yang lebih positif terhadap
beberapa aspek kehidupan; 5) pengembangan profesional guru misalnya
meningkatkan keterampilan mengajar, mengembangkan metode mengajar
yang baru, menambah kemampuan analisis, atau meningkatkan kesadaran
diri; 6) pengelolaan dan kontrol, pengenalan bertahap pada teknik
modifikasi perilaku; dan 7) administrasi, menambah efisiensi aspek
tertentu dari administrasi sekolah (Cohen dan Manion, 1980: 181).
Identifikasi masalah Seperti dalam jenis penelitian lain, langkah
pertama dalam penelitian tindakan adalah mengidentifikasi masalah.
Langkah ini merupakan langkah yang menentukan. Masalah yang akan
diteliti harus dirasakan dan diidentifikasi oleh peneliti sendiri bersama
kolaborator meskipun dapat dengan bantuan seorang fasilitator supaya
mereka betul-betul terlibat dalam proses penelitiannya. Masalahnya dapat
berupa kekurangan yang dirasakan dalam pengetahuan, keterampilan,
sikap, etos kerja, kelancaran komunikasi, kreativitas, dsb. Pada dasarnya,
masalahnya berupa kesenjangan antara kenyataan dan keadaan yang
diinginkan. Masalahnya hendaknya bersifat tematik seperti telah
disebutkan di atas dan dapat diidentifikasi dengan pertolongan tabel dua
arah model Aristoteles. Misalnya dalam bidang pendidikan, ada empat sel
lajur dan kolom, sehubungan dengan anggapan bahwa ada empat

7
komponen pokok yang ada di dalamnya (Schab, 1969) yaitu: guru, siswa,
bidang studi, dan lingkungan. Semua komponen tersebut berinteraksi
dalam proses belajar-mengajar, dan oleh karena itu dalam usaha
memahami komponen tertentu peneliti perlu memikirkan bubungan di
antara komponen-komponen tersebut.
Berikut adalah beberapa kriteria dalam penentuan masalah: (a)
Masalah harus penting bagi orang yang mengusulkannya dan sekaligus
signifikan dilihat dari segi pengembangan lembaga atau program; (b)
Masalahnya hendaknya dalam jangkauan penanganan. Jangan sampai
memilih masalah yang memerlukan komitmen terlalu besar dari pihak para
penelitinya dan waktunya terlalu lama; (c) Pernyataan masalahnya harus
mengungkapkan beberapa dimensi fundamental mengenai penyebab dan
faktor, sehingga pemecahannya dapat dilakukan berdasarkan hal-hal
fundamental ini daripada berdasarkan fenomena dangkal.
Berikut ini beberapa contoh masalah yang diidentifikasi sebagai
fokus penelitian tindakan: (1) rendahnya kemampuan mengajukan
pertanyaan kritis di kalangan mahasiswa; (2) rendahnya ketaatan staf pada
perintah atasan; (3) rendahnya keterlibatan siswa dalam proses
pembelajaran bahasa Inggris; (4) rendahnya kualitas pengelolaan interaksi
guru-siswa-siswa; (5) rendahnya kualitas pembelajaran bahasa Inggris
ditinjau dari tujuan mengembangkan keterampilan berkomunikasi dalam
bahasa tersebut; dan (6) rendahnya kemandirian belajar siswa di suatu
sekolah menengah atas. Masalah hendaknya diidentifikasi melalui proses
refleksi dan evaluasi, yang dalam model Kemmis dan Taggart disebut
reconnaissance, terhadap data pengamatan awal. Masalah rendahnya
kualitas pembelajaran bahasa Inggris ditinjau dari tujuan mengembangkan
keterampilan berkomunikasi dalam bahasa tersebut nomor 5 diidentifikasi
berdasarkan hasil pengamatan awal terhadap proses pembelajaran bahasa
Inggris di kelas.
2. Analisis Masalah
Analisis masalah perlu dilakukan untuk mengetahui demensi-
dimensi masalah yang mungkin ada untuk mengidentifikasikan aspek-

8
aspek pentingnya dan untuk memberikan penekanan yang memadai.
Analisis masalah melibatkan beberapa jenis kegiatan, bergantung pada
kesulitan yang ditunjukkan dalam pertanyaan masalahnya; analisis sebab
dan akibat tentang kesulitan yang dihadapi, pemeriksaan asumsi yang
dibuat kajian terhadap data penelitian yang tersedia, atau mengamankan
data pendahuluan untuk mengklarifikasi persoalan atau untuk mengubah
perspektif orang-orang yang terlibat dalam penelitian tentang masalahnya.
Kegiatan-kegiatan ini dapat dilakukan melalui diskusi di antara para
peserta penelitian dan fasilitatornya, juga kajian pustaka yang gayut.
3. Perumusan Hipotesis
Tindakan Hipotesis dalam penelitian tindakan bukan hipotesis
perbedaan atau hubungan, melainkan hipotesis tindakan. Idealnya
hipotesis penelitian tindakan mendekati keketatan penelitian formal.
Namun situasi lapangan yang senantiasa berubah membuatnya sulit untuk
memenuhi tuntutan itu. Rumusan hipotesis tindakan memuat tindakan
yang diusulkan untuk menghasilkan perbaikan yang diinginkan. Untuk
sampai pada pemilihan tindakan yang dianggap tepat, peneliti dapat mulai
dengan menimbang prosedur-prosedur yang mungkin dapat dilaksanakan
agar perbaikan yang diinginkan dapat dicapai sampai menemukan
prosedur tindakan yang dianggap tepat. Dalam menimbang-nimbang
berbagai prosedur ini sebaiknya peneliti mencari masukan dari sejawat
atau orang-orang yang peduli lainnya dan mencari ilham dari teori/hasil
penelitian yang telah ditinjau seblumnya sehingga rumusan hipotesis akan
lebih tepat.
4. Pembuatan Rencana Tindakan
Rencana tindakan hendaknya memuat jawaban terhadap pertanyaan-
pertanyaan kunci berikut ini (McNiff, Lomax & Whitehead, 2003: 60):
• Apa persoalan yang diangkat?
• Mengapa persoalan ini telah dipilih?
• Jenis bukti apa yang dapat diproduksi untuk menunjukkan
perubahan telah terjadi?
• Apa yang akan dilakukan dengan temuan?

9
• Bukti apa yang dapat diproduksi untuk menunjukkan bahwa
tindakan terkait memiliki dampak? • Bagaimana dampak akan
dievaluasi?
• Bagaimana penelitian menjamin bahwa penilaian yang akan
dibuatnya bersifat adil dan akurat?
• Bagaimana praktik akan dimodifikasi berdarakan hasil evaluasi?
Selain itu, rencana tindakan juga perlu memuat: a. alat-alat
dan teknik yang diperlukan untuk mengumpulkan bukti/data, dan
b. rencana perekaman/pencatatan data dan pengolahannya Untuk
dapat menyajikan informasi di atas, peneliti perlu melakukan 1)
pemilihan, peosedur, yang mencakup penelitian, administrasi,
pemilihan materi, metode mengajar dan belajar, alokasi sumber
daya dan tugas, dan (2) pemilihan prosedur pemantauan dan
evaluasi, yang mencakup pemilihan teknik pengukuran dan teknik
perekaman/pencatatan data bersama alat-alat yang diperlukan.
Teknik pengukuran yang diperlukan biasanya teknik yang
sederhana.
5. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan yang direncanakan hendaknya cukup
fleksibel untuk mencapai perbaikan yang diinginkan. Artinya, jika sesuatu
memerlukan perubahan karena tuntutan situasi, peneliti hendaknya siap
melakukan perubahan itu asal saja perubahan itu mendukung tercapainya
perbaikan. Pada saat tindakan dilaksanakan itulah pengumpulan data
dilakukan. Data yang dikumpulkan mencakup semua yang dilakukan oleh
siapapun yang ada dalam situasi terkait, perubahan-perubahan yang perlu
dilakukan, pengaruh suatu kegiatan pada peserta penelitian (sikap
motivasi, prestasi), pola interaksi yang terjadi, dan proses yang
berlangsung. Data dapat dikumpulkan lewat teknik-teknik yang disebutkan
di atas. Apa yang dimaksud dengan jurnal? Menurut White (1988), jurnal
adalah berbagai cara merekam/mencatat respon tertulis terhadap
pengalaman yang dimiliki oleh subyek penelitian selama pelaksanaan

10
tindakan. Fungsi utama rekaman/catatan adalah untuk mengembangkan
dialog antara peserta penelitian tentang pelaksanaan tugasnya.
Agar memenuhi fungsinya, penulisan jurnal hendaknya mengikuti
asas-asas berikut a. Semua peserta menulis jurnal dalam format yang tepat
seperti yang telah disepakati untuk kegiatan-kegiatan tertentu dalam
putaran penelitian tindakan. b. Hendaknya disediakan waktu tertentu
secara teratur untuk penulisan jurnal tanpa disela sama sekali. c. Semua
tulisan harus diacu bersama oleh semua peserta penelitian. d. Hendaknya
ada waktu tertentu yang disisihkan secara teratur untuk bertukar jurnal
yang telah ditulis oleh peserta, dan juga saling memberikan respon
terhadap isi jurnal masing-masing. e. Penulisan jurnal memerlukan
struktur dan lingkungan yang mendukung. Hal itu dapat dilaksanakan
dengan menentukan fokus sebelum dimulai penulisan jurnal terkait, dan
menentukan prosedur interaksi di antara peserta ketika mereka bertukar
tulisan dan saling memberikan respon.
Penulisan jurnal ini penting, karena jurnal dapat menyediakan hal-
hal berikut: a. mekanisme yang menuntun penulisnya dalam menjajagi
praktiknya; b. kemponen keterampilan evaluatif dalam diri pelaku terkait;
c. strategi untuk menemukan diri-sendiri sebagai penulis dan sebagai
pemaham proses penulisan; d. model untuk penulis yang baru belajar; e.
alat untuk memperoleh kewenangan melalui pengembangan kepercayaan
diri dalam memanfaatkan tulisan untuk menuntun tindakan dan
memberikan kesempatan untuk melakukan refleksi terhadap tindakan ini
dan rencana baru untuk bertindak; dan f. alat bantu untuk mempermudah
interaksi yang suportif tetapi kritis di antara peserta penelitian.
Hal-hal yang dapat dimuat dalam jurnal dapat mencakup: a. rincian
program sehari-hari (ringkasan); b. rincian percakapan, acara perencanaan,
wawancara dengan tamu; c. pertanyaan untuk penelitian selanjutnya; d.
gambar, sketsa, contoh-contoh gagasan yang bagus; e. pembuatan log
harian mengenai bagian praktik tertentu; f. amatan tentang penggunaan
strategi; g. refleksi tentang sesuatu yang dilakukan, misalnya pelajaran

11
yang diberikan; h. rencana untuk kegiatan di masa datang; dan i. respon
terhadap fokus pertanyaan yang telah ditentukan sebelumnya.
6. Pengolahan dan Penafsiran Data
Isi semua catatan/rekaman hendaknya dilihat untuk dijadikan
landasan melakukan refleksi. Dalam hal ini peneliti harus membandingkan
isi catatan yang dilakukan para peserta untuk menentukan bagaimana
dapat sampai pada suatu temuan yang relatif andal dan sahih. Dengan
perbandingan ini, unsur kesubjektifan dapat dikurangi. Penggolongan
dapat dilakukan juga untuk dapat menyimpulkan makna data. Untuk
menentukan apakah perbaikan yang diinginkan terjadi, data tentang
perubahan perilaku, sikap, dan motivasi hendaknya dianalisis. Bila
perubahan dicatat secara kualitatif, hendaknya ditentukan indikator-
indikaror deskriptifnya sehingga perubahan yang terjadi akan dapat dilihat.
Data yang diperoleh melalui tes akan sangat menolong untuk menentukan
adanya perbaikan yang diinginkan. Semua yang terjadi, baik yang
direncanakan maupun yang tidak direncanakan, perlu dianalisis untuk
menentukan apakah ada perubahan ke arah perbaikan di segala aspek
praktik dalam situasi terkait. Jadi, hasil analisis data dapat disajikan secara
kualitatif deskriptif.
7. Pelaporan Hasil
Hasil analisis data dilaporkan, dan laporannya hendaknya
mencakup ulasan lengkap tentang pelaksanaan tindakan yang telah
direncanakan bersama pelaksanaan pemantauannya serta perubahan yang
dilakukan. Secara rinci laporan tersebut hendaknya mencakup ulasan
tentang butir-butir berikut: a. bagaimana gagasan umum peneliti telah
berkembang dan berubah dari permulaan sampai akhir penelitian,
termasuk pengembangan penalaran untuk praktik yang dilakukan oleh
peneliti ybs; b. bagaimana tindakan yang telah dirumuskan itu terlaksana
melalui penjajagan, dan bagaimana tindakan itu dirumuskan kembali
untuk tindakan masa datang; c. bagaimana pemantauan telah berlangsung
dan apakah ada kemacetan, atau apakah ada perubahan teknis sesuai
dengan kondisi lapangan yang dialami; d. situasi tempat dilaksanakan

12
tindakan tersebut; e. tindakan strategik yang dilakukan dan apakah
tindakan itu terus dilakukan, atau harus diubah (disengaja atau tak
disengaja) selama pelaksanaan penelitian; f. konsekuensi tindakan yang
dilakukan; termaksud, tak termaksud, terantisipasi, tak terantisipasi; g.
perubahan peran semua orang yang terlibat; h. pengaruh pada orang,
negosiasi lebih lanjut yang dilakukan; i. kesulitan yang dihadapi dan
bagaimana kesulitan tersebut diatasi; j. keberhasilan usaha untuk menjaga
kerahasiaan, keleluasaan pribadi dan kehati-hatian (apakah peneliti terlalu
hati-hati atau harus lebih berhati-hati di masa datang); k.
perbaikan/peningkatan (bila ada) dalam praktik dan pemahaman terhadap
praktik tersebut; dan l. pendapat peneliti setelah melakukan tindakan
terhadap subyek penelitian, dan apa yang telah diperoleh dari sistem
komunikasi (penyampaian) di lembaga terkait (Kemmis & McTaggart,
1988).

2.5 Penelitian Tindakan Kelas


Dapat disimpulkan bahwa semua penelitian bertujuan untuk memecahkan
suatu masalah,namun khusus penelitian tindakan kelas disamping tujuan
tersebut tujuan utamanya adalah untuk perbaikan dan peningkatan layanan
professional guru dalam menangani proses belajar mengajar.Menurut Borg (
1986 ) dalam Sohidi,Basrowi,dan Suranto ( 1992: 37 ) secara eksplisit
menyebutkan bahwa tujuan utama penelitian tindakan kelas adalah
pengembangan keterampilan guru yang bertolak dari kebutuhan untuk
menanggulangi berbagai permasalahan pembelajaran actual yang dihadapi
dikelasnya atau disekolahnya sendiri dengan atau tanpa masukan khusus
berupa berbagai program pelatihan yang lebih eksplisit.
Tujuan lain penelitian Tindakan Kelas adalah untuk meningkatkan dan
atau perbaikan praktik pembelajaran yang seharusnya dilakukan oleh guru.
Disamping itu dengan Penelitian Tindakan kelas tertumbuhkannya budaya
meneliti di kalangan guru.

13
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Manfaat Penelitian Tindakan Kelas


Penelitian tindakan kelas (PTK) mempunyai manfaat yang cukup besar,
baik bagi guru, pembelajaran, maupun bagi sekolah. Mari kita kaji manfaat
tersebut satu persatu sebagai berikut1
3.1.1 Manfaat PTK bagi Guru Bagi guru
PTK mempunyai beberapa manfaat sebagai berikut.
a) PTK dapat dimanfaatkan oleh guru untuk memperbaiki
pembelajaran yang dikelolanya karena memang sasaran akhir PTK
adalah perbaikan pembelajaran. Perbaikan ini akan menimbulkan
rasa puas bagi guru karena ia sudah melakukan sesuatu untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran yang dikelolanya. Disamping
itu, hasil PTK yang diperolehnya dapat disebarkan kepada teman
sejawat, sehingga mereka barangkali tergerak untuk mencobakan
hasil tersebut atau paling tidak mencoba melakukan perbaikan bagi
pembelajaran di kelasnya.
b) Dengan melakukan PTK guru dapat berkembang secara
profesional karena dapat menunjukkan bahwa ia mampu menilai
dan memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya. Dengan
perkataan lain, guru mampu menunjukkan otonominya sebagai
pekerja profesional. Sebagaimana diketahui, sebagai pekerja
profesional, guru dituntut untuk mampu mengembangkan diri dari
pemula (novice) sampai ke ahli (expert) atau menurut Riel (1998)
dari entry ke mentor sampai master teacher. Gaung
profesionalisme dalam mengajar semakin santer mulai tahun 1992
(Hopkins, 1993). Salah satu tema yang didengungkan dalam
profesionalisme mengajar adalah perubahan dari individualisme ke
kolaborasi serta dari supervisi ke mentoring, yang membawa
1
Prof. Dr. IG.A.K. Wardani, M.Sc.Ed.2014. Modul 1 Hakikat Penelitian Tindakan Kelas.
IDIK4008/MODUL 1. repository.ut.ac.id

14
dampak adanya perubahan relasi atasan-bawahan menjadi relasi
kolegial, dan dari hubungan hierarkikal menjadi hubungan dalam
tim (Hopkins, 1993).
c) PTK membuat guru lebih percaya diri. Jika PTK mampu membuat
guru berkembang sebagai pekerja profesional, maka sebagai
konsekuensinya, PTK juga mampu membuat guru lebih percaya
diri. Guru yang mampu melakukan analisis terhadap kinerjanya
sendiri di dalam kelas sehingga menemukan kekuatan dan
kelemahan dan kemudian mengembangkan alternatif untuk
mengatasi kelemahannya jelas-jelas merupakan guru yang penuh
percaya diri. Guru yang mampu melakukan PTK, lebih-lebih jika
guru tersebut pernah mempublikasikan hasil PTK-nya akan merasa
punya sesuatu untuk dibanggakan. Ia mampu berperan sebagai
guru dan peneliti di kelasnya sendiri.
d) Melalui PTK, guru mendapat kesempatan untuk berperan aktif
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sendiri. Guru
tidak hanya menerima hasil perbaikan yang ditemukan orang lain,
namun ia sendiri adalah perancang dan pelaku perbaikan tersebut,
yang menghasilkan berbagai teori dalam memperbaiki
pembelajaran. Hasil yang ditemukan sendiri akan merupakan
dorongan yang kuat bagi guru untuk terus- menerus melakukan
perbaikan. Inilah yang diistilahkan sebagai theorizing by
practitioners, yang membangun sendiri pengetahuan (self-
constructed knowledge) berupa personal theory atau theory -in-use
(Raka Joni, Kardiawarman, & Hadisubroto, 1998).
3.1.2 Manfaat PTK bagi Pembelajaran/Siswa
Setelah membaca uraian tentang manfaat PTK bagi guru, cobalah
Anda pikirkan apakah kemampuan guru dalam melaksanakan PTK juga
bermanfaat bagi pembelajaran yang dikelolanya dan juga bagi siswa. Jika
kita mengacu kembali kepada karakteristik PTK, kita tentu sepakat bahwa
PTK mempunyai manfaat yang sangat besar bagi pembelajaran karena
tujuan PTK adalah memperbaiki praktik pembelajaran dengan sasaran

15
akhir memperbaiki belajar siswa (Raka Joni, Kardiawarman, &
Hadisubroto, 1998). Dengan adanya PTK kesalahan dalam proses
pembelajaran akan cepat dianalisis dan diperbaiki, sehingga kesalahan
tersebut tidak akan berlanjut. Jika kesalahan dapat diperbaiki, hasil belajar
siswa diharapkan akan meningkat. Sebaliknya, jika kesalahan dalam
proses pembelajaran dibiarkan berlarut-larut, maka guru akan tetap
mengajar dengan cara yang sama sehingga hasil belajar siswa pun tetap
sama, bahkan mungkin menurun. Dengan demikian, ada hubungan timbal
balik antara pembelajaran dan perbaikan hasil belajar siswa.
3.1.3 Manfaat PTK bagi Sekolah
Sekolah yang para gurunya terampil melaksanakan PTK tentu akan
memetik manfaat. Coba Anda pikirkan sejenak, manfaat apa yang didapat
oleh sekolah? Sebagaimana yang diargumentasikan oleh Hargreaves
(dalam Hopkins, 1993), sekolah yang berhasil mendorong terjadinya
inovasi pada diri para guru telah berhasil pula meningkatkan kualitas
pendidikan untuk para siswa. Preposisinya yang menyebutkan: there is
little school.
development without teacher development; and there is little teacher
development without school development (dalam Hopkins, 1993, hal.
218); menunjukkan betapa eratnya hubungan perkembangan sekolah
dengan perkembangan kemampuan guru. Sekolah tidak akan berkembang
atau hanya sedikit sekali berkembang tanpa berkembangnya kemampuan
guru, demikian pula sebaliknya guru tidak akan berkembang tanpa
berkembangnya sekolah. Sekolah yang para gurunya sudah mampu
membuat perubahan/perbaikan mempunyai kesempatan yang besar untuk
berkembang pesat. Berbagai perbaikan akan dapat diwujudkan seperti
penanggulangan berbagai masalah belajar siswa, perbaikan kesalahan
konsep, serta penanggulangan berbagai kesulitan mengajar yang dialami
oleh guru. Di samping itu, pendekatan penelitian tindakan yang dilakukan
di dalam kelas dapat dilaksanakan dalam pengelolaan kegiatan sekolah
secara keseluruhan. Hubungan kolegial yang sehat yang tumbuh dari rasa
saling membutuhkan akan menumbuhkan iklim kerja sama yang kondusif

16
untuk memajukan sekolah. Dengan terbiasanya para guru melakukan PTK,
berbagai strategi/teknik pembelajaran dapat dihasilkan dari sekolah ini
untuk disebarluaskan kepada sekolah lain. Dengan demikian, sekolah
mempunyai kesempatan yang besar untuk berubah secara menyeluruh.
Dalam konteks ini, PTK memberikan sumbangan yang positif terhadap
kemajuan sekolah, yang tercermin dari peningkatan kemampuan
profesional para guru, perbaikan proses dan hasil belajar siswa, serta
kondusifnya iklim pendidikan di sekolah tersebut.

3.2 Cara Menetapkan Fokus Masalah Dalam PTK


Dalam sebuah penelitian kita perlu memfokuskan masalah yang akan kita
kaji. Cara menetapkan fokus masalah dalam PTK sebagai berikut2:
a. Merasakan Adanya Masalah Pertanyaan yang mungkin timbul bagi
peneliti pemula PTK adalah bagaimana memulai penelitian tindakan.
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, mula-mula seorang guru harus
merasakan ketidakpuasan terhadap praktik pembelajaran yang selama
ini dilakukan. Manakala guru telah merasa puas dengan apa yang
dilakukan, meskipun dalam praktik sebenarnya terdapat banyak
hambatan yang dihadapi, sulit bagi guru untuk memunculkan adanya
masalah. Oleh karena itu, guru harus melatih kepekaannya dalam
praktik pembelajaran, harus merasakan hal-hal yang menjadi kendala
dalam praktik pembelajarannya. Ia harus jujur mengenai praktik
pembelajaran. dari sisi-sisi lemah yang masih dihadapinya. Dengan
kata lain, guru harus mampu merefleksi, merenungkan secara berfikir
balik, mengenai apa saja yang telah dilakukan dalam proses
pembelajaran dalam rangka mengidentifikasi sisi-sisi lemah yang
mungkin ada. Dalam proses perenungan itu, terbuka peluang guru
untuk menemukan kelemahan-kelemahan dalam praktik pembelajaran.
Apa yang dirasakan kelemahan nitu dapat diangkat dalam PTK
menjadi permasalahan yang akan dicarikan solusinya. Dengan kata

2
Sutrisna Wibawa (FBS UNY). PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Bahan Pendidikan dan Latihan
Profesi Guru Mata Pelajaran Bahasa Daerah/ Jawa. Jakarta: Dirjen Dikdasmen, 2003 -
staffnew.uny.ac.id

17
lain, permasalahan dalam PTK diangkat yang benar-benar mrupakan
masalah yang dihayati poleh guru dalamk praktik pembelajaran.
b. Identifikasi Masalah Langkah selanjutnya dari merasakan adanya
masalah adalah mengidentifikasi permasalahannya. Cara
mengidentifikasi permasalahan dapat melalui sejumlah pertanyaan,
misalnya: - Apa yang g sedang terjadi sekarang? - Apakah yang terjadi
itu mengandung permasalahan? - Apa yang dapat saya lakukan untuk
mengatasinya? Apabila pertanyaan tersebut telah terjawab, langkah
selanjutnya adalah: - Saya berkeinginan memperbaiki …… - Saya
memilih untuk menentukan cara baru untuk mengatasi masalah yang
saya hadapi. - Dan seterusnya Sebagai contoh dalam pembelajaran
unggah-ungguh basa Jawa, guru merasakan siswa tidak bisa
membedakan penggunaan tembung karma inggil dan tembung krama,
siswa selalu saja menggunakan krama inggil untuk dirinya sendiri,
padahal seharusnya tembung krama inggil untuk menghormati lawan
bicara atau untuk membicarakan orang ketiga. Misalnya, untuk
menyatakan “Kula saweg adus”, dinyatakan dalam kalimat “Kula
nembe siram”. Dalam konteks ini, guru menghadapi permasalahan
dalam pembelajaran unggah-ungguh basa. Kemudian guru menemukan
cara untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan menerapkan
metode bermain peran dalam pembelajaran unggah-ungguh basa, maka
guru kemudian melakukan perencanaan tindakan untuk melaksanakan
pembelajaran unggah-ungguh basa Jawa dengan menerapkan metode
bermain peran.
c. Analisis Masalah Setelah melakukan identifikasi masalah, tahap
selanjutnya adalah guru menilai manakah masalah yang paling urgen
untuk dipilih. Ada sejumlah petunjuk untuk memilih masalah, yaitu (a)
pilih masalah yang dirasa penting oleh guru sendiri dan muridnya, atau
topik yang melibatkan guru dalam rangkaian aktivitas yang memang
diprogramkan oleh sekolah, (b) jangan memilih masalah yang berada
di luar kemampuan dan atau kekuasaan guru untuk mengatasinya, (c)
pilih dan tetapkan permasalahan yang skalanya cukup kecil dan

18
terbatas, (d) usahakan bekerja secara kolaboratif dalam
mengembangkan fokus masalah, dan (e) kaitkan PTK yang akan
dilakukan dengan prioritas-prioritas yang ditetapkan dalam rencana
pengembangan sekolah.
d. Perumusan Masalah Setelah menetapkan fokus masalah serta
menganalisisnya menjadi bagian-bagian yang kecil-kecil dan terfokus,
maka tahap selanjutnya adalah guru merumuskan permasalahan secara
lebih jelas, spesifik, dan operasional. Perumusan masalah yang jelas
akan membuka peluang bagi guru untuk menetapkan tindakan
perbaikan yang perlu dilakukannya, jenis data yang dikumpulkan, dan
penetapan tindakan yang akan dilakukan. Misalnya dalam contoh di
atas, guru akan melaksanakan PTK tentang pembelajaran unggah-
ungguh basa Jawa dengan menerapkan metode bermain peran, dapat
dirumuskan permasalahannya menjadi “Bagaimana meningkatkan
pembelajaran unggah-ungguh bahasa Jawa dengan metode bermain
peran?” atau “Apakah metode bermain peran dapat meningkatkan
pembelajaran unggah-ungguh bahasa Jawa?”.

3.3 Menyusun Proposal PTK


Proposal PTK umumnya terdiri dari bagian-bagian berikut ini3:
a. Judul Judul menyatakan dengan akurat dan padat permasalahan serta
bentuk tindakan yang akan dilakukan sebagai upaya pemecahan
masalah.
b. Latar Belakang Masalah Bagian ini menguraikan pentingnya
penanganan permasalahan, karena itu perlu diuraikan faktafakta yang
mendukung berupa pengamatan guru di kelas dan kajian pustaka.
c. Permasalahan Permasalahan benar-benar diangkat dari masalah
keseharian di kelas atau di sekolah yang memang layak untuk
diselesaikan melalui PTK. Uraian masalah didahului dengan identifikasi

3
Prof. Dr. IG.A.K. Wardani, M.Sc.Ed.2014. Modul 1 Hakikat Penelitian Tindakan Kelas.
IDIK4008/MODUL 1. repository.ut.ac.id

19
masalah, dilanjutkan dengan analisis masalah, dan yang terakhir
rumusan masalah.
d. Tujuan Penelitian dan Manfaat Tujuan dirumuskan secara jelas. Tujuan
penelitian harus konsisten dengan hakikat permasalahan yang diajukan.
Bagian ini diuraikan juga manfaat penelitian, terutama manfaat yang
secara langsung merupakan hasil PTK, baik bagi siswa, guru, ataupun
teman sejawat guru.
e. Kerangka Teoretis dan Hipotesis Bagian ini menguraikan landasan
substantif secara teoretik yang digunakan oleh peneliti dalam
menentukan alternatif tindakan yang akan diimplementasikan.
f. Cara Penelitian
1) Setting Penelitian: di mana penelitian dilakukan, kelas berapa,
bagaimana karakterisik kelas tersebut, serta informasi lain yang
terkait dengan situasi kelas.
2) Variabel penelitian: diuraikan variabel penelitian yang dijadikan
titik-titik untuk menjawab permasalahan yang dihadapi, misalnya
variabel input yang terkait dengan siswa, guru, bahan pelajaran,
sumber belajar dan sebagainya, variabel proses berupa
penyelenggaraan PBM seperti interaksi belajar mengajar,
keterampilan guru, gaya mengajar, gaya belajar siswa dan
sebagainya, dan variabel output seperti rasa keingintahuan siswa,
motivasi siswa, kemampuan siswa, hasil belajar siswa, sikap siswa
dan sebagainya.
3) Rencana tindakan: berisi rencana tindakan guru dengan langkah-
langkah (a) perencanaan, (b) implementasi tindakan, (c) observasi
atau pengamatan, dan (d) refleksi.
4) Data dan cara pengumpulan data: berisi penjelasan jenis data yang
akan dikumpulkan dan cara pengumpulannya. Cara pengumpulan
data misalnya menggunakan catatan lapangan, jurnal harian,
observasi aktivitas di kelas, ters hasil belajar, dan sebagainya.
5) Indilator kinerja: berisi secara eksplisit tolok ukur keberhasilan
tindakan sehingga memudahkan cara ferivikasinya.

20
g. Jadwal Kegiatan Berisi jadwal kegiatan penelitian dalam bentuk
matriks yang menggambarkan urutan kegiatan dari awal sampai akhir.

21
BAB IV

SIMPULAN

Dalam penyusun penelitian tindakan kelas ada beberapa hal yang harus
diperhatikan baik itu dalam hal penyusunan yaitu ikut merasakan adanya
masalah, langkah selanjutnya yaitu identifikasi masalah dan yang terakhi adalah
perumusan masalah. Dalam hal menyusun proposal penelitian tindakan kelaspun
ada beberapa hal yang harus diperhatikan dan itu merupakan komponen yang
harus ada dalam profosal penelitian tindakan kelas diantaranya harus ada judul,
latar belakang, permasalahan, tujuan penelitian kerangka teoritiskerangka teoritis
dan jadwal kegiatan penelitian.

Adapun manfaat yang akan dirasakan oleh guru yaitu untuk memperbaiki
pembelajaranyang dikelolanya karena sasaran akhir penelitian PTK adalah
perbaikan pembelajaran, adapun manfaat untuk siswa yaitu PTk mempunyai
manfaat yang besar dimana tuuan utamanya adalah memperbaiki praktik
pembelajaran dengan adanya PTK kesalahan dalam proses belajar dapat dengan
cepat dianalisis dan diperbaiki sehingga kesalahan kesalahan tersebut tidak akan
berlanjut dab manfaat PTK bagi sekolah yaitu dengan adanya PTK akan
menyebabkan adanya guru yang telah berhasil meningkatkan kualitas pendidikan
bagi siswa.

22
DAFTAR PUSTAKA

JURNAL:

Penelitian Tindakan kelas di akses secara online melaui


http://repository.ut.ac.id/4153/1/IDIK4008-M1.pdf

http://staffnew.uny.ac.id/upload/131570315/pengabdian/penelitian-tindakan-
kelas-plpg2012.pdf

/s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/31800469/PTK.pdf?AWSAccess
KeyId=AKIAIWOWYYGZ2Y53UL3A&Expires=1553604483&Signature=dF
R7lUetBRXi%2F80Esv045JElEF0%3D&response-content-
disposition=inline%3B%20filename%3DPENELITIAN_TINDAKAN_KELA
S_Oleh_Prof._Dr..pdf

Prof. Dr. IG.A.K. Wardani, M.Sc.Ed. 2014. Modul 1 Hakikat Penelitian Tindakan
Kelas. IDIK4008/MODUL 1, diakses melalui repository.ut.ac.id.

Sutrisna Wibawa (FBS UNY). 2003. Penelitian Tindakan Kelas. Bahan


Pendidikan dan Latihan Profesi Guru Mata Pelajaran Bahasa Daerah/ Jawa.
Jakarta: Dirjen Dikdasmen, diakses melalui staffnew.uny.ac.id

BUKU :

Taniredja, Tukiran dkk. 2011. Penelitian Tindakan Kelas ( Untuk Pengembangan


Profesi Guru Praktik, Praktis, dan Mudah). Bandung: alfabeta.

23

Anda mungkin juga menyukai