Anda di halaman 1dari 8

View metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk brought to you by CORE


provided by Portal Jurnal Elektronik Universitas Negeri Malang

IDENTIFIKASI TINGKAT PEMAHAMAN KONSEP HUKUM-


HUKUM DASAR KIMIA DAN PENERAPANNYA DALAM
STOIKIOMETRI PADA SISWA KELAS X IPA DI MAN 3
MALANG

Riski Norjana, Santosa, Ridwan Joharmawan


Jurusan Kimia, FMIPA
Universitas Negeri Malang
riski_kim@yahoo.co.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa kelas X IPA di
MAN 3 Malang pada (1) konsep hukum-hukum dasar kimia, (2) konsep mol, (3)
stoikiometri, dan (4) materi hukum-hukum dasar kimia dan penerapannya dalam
stoikiometri. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif kuantitatif. Sampel
penelitian adalah siswa dari kelas X IPA 1 dan X IPA 4 dengan jumlah 45 siswa yang dipilih
dengan teknik cluster random sampling. Instrumen penelitian yang digunakan adalah 26 soal
tes objektif pilihan ganda dengan 4 alternatif pilihan jawaban. Dalam pengumpulan data,
siswa diminta menuliskan alasan pemilihan jawabannya. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa tingkat pemahaman siswa kelas X IPA di MAN 3 Malang (1) pada hukum-hukum
dasar kimia adalah kurang (48,15), (2) pada konsep mol adalah baik sekali (80,37), (3) pada
stoikiometri adalah kurang (46,94), dan (4) pada materi hukum-hukum dasar kimia dan
penerapannya dalam stoikiometri adalah kurang (55,21).

Kata kunci: tingkat pemahaman, hukum-hukum dasar kimia, konsep mol, stoikiometri

Abstract

This research aimed to determine the understanding level of 10th grade science students
of MAN 3 Malang on (1) the concept of fundamental chemical laws, (2) the mole concept, (3)
stoichiometry, and (4) the fundamental chemical laws and their applications in stoichiometry
subject. This research used a descriptive quantitative research design. The research sample
was students of X IPA 1 dan X IPA 4 that consisted of 45 students. They were chosen using
cluster random sampling technique. The instrument that used in this research was a written
test that consist of 26 multiple choice questions with 4 alternative answers. In the data
collection process, students were required to write down the reasons behind their answers.
The conclusions of this research showed that the understanding level of 10th grade science
students of MAN 3 Malang on (1) the concept of fundamental chemical laws was insufficient
(48,15), (2) the mole concept was very good (80,37), (3) stoichiometry was insufficient
(46,94), and (4) the fundamental chemical laws and their applications in stoichiometry
subject was insufficient (55,21).

Keywords: the understanding level, the fundamental chemical laws, the mole concept,
stoichiometry

PENDAHULUAN perubahan zat yang pada dasarnya adalah


Ilmu kimia merupakan bagian dari ilmu reaksi kimia, hukum, prinsip, konsep, dan
pengetahuan alam. Effendy (2002) teori. Bahan kajian tersebut pada dasarnya
mengungkapkan bahwa kajian ilmu kimia terdiri dari konsep-konsep yang saling
meliputi banyak hal, diantaranya adalah berhubungan satu sama lain. Dengan
sifat-sifat zat termasuk struktur zat, dan demikian, pembelajaran kimia menuntut

42 JURNAL PEMBELAJARAN KIMIA (J-PEK) ISSN: 2528-6536


Vol. 01, No. 2, Desember 2016
Rizki Norjana dkk, Identifikasi Tingkat Pemahaman Konsep Hukum-Hukum Dasar Kimia
dan Penerapannya dalam Stoikiometri

siswa untuk mampu memahami konsep- adanya 47,48% siswa kelas X SMAN 2
konsep kimia. Karanganyar tahun pelajaran 2010-2011
Kimia seringkali dianggap sebagai ilmu yang tidak tuntas pada ulangan harian
yang paling sulit terutama pada level hukum dasar kimia. Kolb (dalam Dahsah,
pengenalan (Chang, 2010:7). Siswa 2008) memberikan pendapat bahwa tidak
seringkali kesulitan memahami konsep ada konsep yang lebih sulit bagi siswa
kimia, sehingga siswa mengalami kesalahan dibandingkan dengan konsep mol. Konsep
pemahaman. Penyebab kesalahan stoikiometri juga sulit dimengerti oleh
pemahaman konsep kimia ditinjau dari segi siswa. Kind (2004: 52) mengemukakan
materi diakibatkan oleh karakteristik ilmu bahwa kunci kesulitan memahami konsep
kimia sendiri. Menurut Kean dan stoikiometri selama ini adalah konsep
Middlecamp (1985) ciri-ciri ilmu kimia, tersebut seringkali diajarkan kepada siswa
yaitu sebagian besar konsep kimia bersifat secara matematis yang sifatnya abstrak
abstrak, konsep dalam ilmu kimia sehingga pengertian kimia mengenai konsep
merupakan penyederhanaan dari yang tersebut menjadi tidak jelas. Siswa yang
sebenarnya, dan konsep kimia sifatnya berusaha memanipulasi angka dan simbol
berurutan. Menurut Kirkwood dan akan memiliki persepsi bahwa mempelajari
Symington (dalam Effendy, 2002) kimia konsep tersebut sangat sulit.
dari segi materi merupakan konsep-konsep
Berdasarkan hasil wawancara dengan
yang kompleks dan abstrak, serta
beberapa siswa kelas X IPA di MAN 3
mengandung materi kajian yang terlalu
Malang, diketahui bahwa siswa menganggap
padat. Kirkwood dan Symington juga
materi hukum-hukum dasar kimia dan
mengungkapkan penyebab kesalahan
penerapannya dalam stoikiometri merupakan
pemahaman ditinjau dari pengajar, yaitu
materi yang sulit dipelajari dan dipahami,
kemungkinan terletak pada metode dan
sehingga perlu diketahui tingkat pemahaman
pendekatan belajar yang digunakan. Apabila
siswa agar ditemukan konsep yang kurang
siswa kesulitan dan tidak memahami konsep
dipahami untuk selanjutnya dapat diperbaiki
dasar, maka siswa akan kesulitan memahami
secara tepat sesuai kebutuhan siswa. Dengan
konsep selanjutnya. Hal ini sesuai dengan
demikian, penelitian ini bertujuan untuk
pendapat Sastrawijaya (dalam Effendy,
mengetahui tingkat pemahaman siswa kelas
2002) yang mengemukakan bahwa konsep
X IPA di MAN 3 Malang pada materi: (1)
di dalam ilmu kimia merupakan konsep
konsep hukum-hukum dasar kimia, (2)
yang berjenjang dari yang sederhana ke
konsep mol, (3) stoikiometri, dan (4) materi
konsep yang lebih tinggi tingkatannya.
hukum-hukum dasar kimia dan
Untuk memahami konsep yang lebih tinggi
penerapannya dalam stoikiometri.
tingkatannya perlu pemahaman yang benar
terhadap konsep dasar yang membangun METODE
konsep tersebut. Penelitian ini menggunakan rancangan
Konsep-konsep yang terdapat pada penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian
materi hukum-hukum dasar kimia dan dilakukan untuk mengetahui tingkat
penerapannya dalam stoikiometri, yaitu pemahaman siswa pada materi hukum-
konsep hukum-hukum dasar kimia, konsep hukum dasar kimia dan penerapannya dalam
mol, dan stoikiometri merupakan konsep stoikiometri. Populasi penelitian adalah
dasar yang harus dipahami sebelum siswa kelas X IPA di MAN 3 Malang yang
mempelajari konsep kimia lain, misalnya terdiri dari 5 kelas. Sampel penelitian adalah
termokimia, laju reaksi, dan kesetimbangan siswa dari kelas X IPA 1 dan X IPA 4
kimia. Tetapi konsep-konsep ini bersifat dengan jumlah 45 siswa yang dipilih dengan
abstrak sehingga sering menimbulkan teknik cluster random sampling. Instrumen
kesulitan dan salah konsep pada siswa. penelitian yang digunakan adalah 26 soal tes
Susanto (2012:68) mengemukakan bahwa objektif pilihan ganda dengan 4 alternatif
hukum-hukum dasar kimia dianggap sulit pilihan jawaban yang disertai kolom alasan,
oleh siswa karena bersifat abstrak, konkret, agar siswa menuliskan alasan pemilihan
dan matematis yang ditunjukkan dengan

43
JURNAL PEMBELAJARAN KIMIA (J-PEK) ISSN: 2528-6536
Vol. 01, No. 2, Desember 2016

jawabannya. Soal dibagi dalam 3 konsep Kriteria tingkat pemahaman siswa


berbeda, yaitu 12 soal hukum-hukum dasar berdasarkan konversi nilai siswa menurut
kimia, 6 soal konsep mol, dan 8 soal Arikunto (2013:281) dapat dilihat pada
stoikiometri. Sebelum digunakan untuk Tabel 1 sebagai berikut.
mengambil data, dilakukan validasi terlebih
dahulu dengan hasil validitas isi sangat Tabel 1. Kriteria Tingkat Pemahaman
tinggi sebesar 86,81%, validitas butir soal Nilai Kriteria
antara 0,367-0,665, dan reliabilitas soal 80 100 Baik sekali
sangat tinggi sebesar 0,881. 66 79 Baik
Pengumpulan data dilakukan dengan 56 65 Cukup
mengadakan tes tertulis terhadap sampel 40 55 Kurang
penelitian untuk mengetahui tingkat 39 Sangat kurang/ gagal
pemahaman dan wawancara dengan guru
dan beberapa siswa untuk mengetahui proses
HASIL DAN PEMBAHASAN
pembelajaran yang mempengaruhi hasil
tingkat pemahaman. Analisis data Grafik nilai siswa pada hukum-hukum
menggunakan statistika deskriptif dengan dasar kimia, konsep mol, dan stoikiometri
menghitung nilai setiap siswa dan rata-rata pada Gambar 1.
nilai seluruh siswa dengan rumus sebagai
berikut.

Gambar 1. Grafik Nilai Siswa pada Hukum-Hukum Dasar Kimia, Konsep Mol, dan Stoikiometri

Tingkat Pemahaman Siswa pada Hukum- pemahaman siswa pada hukum-hukum dasar
Hukum Dasar Kimia kimia perlu ditingkatkan. Hasil ini serupa
dengan penelitian yang dilakukan
Gambar 1 menunjukkan bahwa rata-rata sebelumnya oleh Krisnawati (2013) yang
nilai yang diperoleh siswa pada hukum- menemukan bahwa tingkat pemahaman
hukum dasar kimia adalah 48,15, sehingga hukum dasar kimia siswa tergolong rendah
tingkat pemahaman siswa kelas X IPA di dan sangat perlu ditingkatkan. Selain itu,
MAN 3 Malang adalah kurang. Tingkat hasil penelitian Sunyono (2009) menemukan

44
Rizki Norjana dkk, Identifikasi Tingkat Pemahaman Konsep Hukum-Hukum Dasar Kimia
dan Penerapannya dalam Stoikiometri

bahwa materi hukum-hukum dasar kimia massa reaktan, (3) siswa menganggap
sulit diajarkan oleh guru dan sulit dipahami perbandingan massa unsur-unsur pembentuk
oleh siswa SMA yang berada di propinsi senyawa sebagai massa unsur-unsur
Lampung. tersebut yang digunakan dalam bereaksi, dan
(4) siswa menganggap perbandingan massa
1. Hukum Lavoisier sama dengan perbandingan koefisien.
Terdapat 46,67% siswa menjawab salah
soal hukum Lavoisier. Alasan kesalahan 3. Hukum Dalton
siswa terjadi karena (1) siswa menganggap Terdapat 23,33% siswa menjawab salah
pada ruangan terbuka massa gas tidak soal hukum Dalton. Alasan kesalahan siswa
mempengaruhi massa sebelum ataupun pada penentuan perbandingan massa salah
massa sesudah reaksi dan (2) siswa satu unsur pembentuk senyawa karena siswa
menganggap jumlah massa reaktan lebih tidak menyamakan massa unsur yang lain
kecil daripada jumlah massa produk pada dalam senyawa I dan II. Hal ini tidak sesuai
reaksi yang menghasilkan endapan. dengan hukum perbandingan berganda yang
berbunyi “bila dua unsur membentuk dua
Siswa tidak mengetahui zat-zat yang
macam senyawa atau lebih, untuk massa
terlibat dalam reaksi, sehingga massa zat
salah satu unsur yang sama banyaknya,
terutama massa gas diabaikan. Namun
massa unsur kedua dalam senyawa-senyawa
demikian, meskipun zat-zat yang terlibat
akan berbanding sebagai bilangan-bilangan
sudah diketahui dalam bentuk persamaan
bulat dan sederhana”. Alasan kesalahan
reaksi dan massa gas yang terlibat diketahui
siswa pada penentuan massa salah satu
siswa tidak menjumlahkan massa gas yang
unsur pembentuk senyawa terjadi karena
terlibat baik sebagai zat pereaksi ataupun
siswa menganggap perbandingan massa
hasil reaksi pada perhitungan massa sebelum
oksigen dalam SO2 dan SO3 adalah sama.
ataupun massa sesudah reaksi sesuai dengan
Akibatnya ketika massa belerang dalam
pendapat Kind ( 2004), sehingga siswa
senyawa I dan II sama, maka massa oksigen
menganggap bahwa reaksi kimia yang
dalam senyawa I dan II juga sama.
terjadi tidak selalu mengikuti hukum
kekekalan massa. Akibatnya siswa 4. Hukum Gay Lussac
beranggapan bahwa massa sebelum dan
Terdapat 77,78% siswa menjawab salah
massa sesudah reaksi bisa sama atau berbeda
soal hukum Gay Lussac. Alasan kesalahan
tergantung jenis zat.
siswa yaitu siswa menganggap volume gas-
Sesuai dengan penelitian Krisnawati gas yang terlibat dalam reaksi selalu sama.
(2013), siswa menganggap massa endapan Hal ini terjadi karena siswa kurang
yang dihasilkan akan memberikan kontribusi memahami pengertian hukum perbandingan
jumlah massa yang besar. Akibatnya siswa volume, yaitu volume gas-gas yang bereaksi
menganggap pada reaksi pengendapan dan volume gas-gas hasil reaksi bila diukur
jumlah massa zat hasil reaksi lebih besar pada suhu dan tekanan yang sama
daripada jumlah massa zat sebelum reaksi. berbanding sebagai bilangan-bilangan bulat
sederhana. Siswa tidak memahami bahwa
2. Hukum Proust angka perbandingan berupa bilangan bulat
Terdapat 36,65% siswa menjawab salah sederhana juga menunjukkan angka
soal hukum Proust. Alasan kesalahan yaitu koefisien gas dalam persamaan reaksi. Siswa
(1) pada penentuan perbandingan massa juga menganggap hukum perbandingan
unsur-unsur pembentuk senyawa melalui volume juga berlaku pada selain gas seperti
data percobaan siswa menganggap pada penelitian Wahyuni (2010). Siswa
perbandingan yang digunakan adalah masih rancu dalam menerapkan berlakunya
perbandingan massa unsur-unsur yang hukum perbandingan volume, sehingga juga
direaksikan tanpa memperhatikan reaksi menerapkan hukum ini pada zat-zat yang
berlebih, (2) siswa menentukan massa berfasa liquid dan larutan.
produk dengan membandingkan koefisien
produk dengan koefisien reaktan dikali

45
JURNAL PEMBELAJARAN KIMIA (J-PEK) ISSN: 2528-6536
Vol. 01, No. 2, Desember 2016

5. Hipotesis Avogadro 1. Definisi Mol


Terdapat 68,88% siswa menjawab salah Terdapat 18,89% siswa menjawab salah
soal hipotesis Avogadro. Alasan kesalahan soal definisi mol. Kesalahan siswa terjadi
siswa terjadi karena siswa menganggap karena masih ada siswa yang belum
hipotesis Avogadro tidak hanya berlaku memahami konsep jenis partikel. Siswa
pada gas, tetapi juga berlaku pada air yang belum mampu membedakan jenis partikel
berfasa liquid. Anggapan ini sesuai dengan zat yang terdiri dari atom, molekul, dan ion.
pernyataan Effendy (2002) yang Siswa menganggap partikel H2O adalah
menyatakan bahwa siswa yang mengalami atom, sedangkan partikel Ca adalah molekul.
kesalahan mengenai hipotesis Avogadro Selain itu kesalahan siswa juga terjadi
menganggap pada tekanan dan temperatur karena siswa belum memahami standar dari
yang sama perbandingan jumlah mol zat-zat mol, yaitu setiap mol zat mengandung 6,02 x
adalah sama dengan perbandingan 1023 partikel. Siswa belum mampu
volumenya. Siswa tidak mengetahui bahwa menerapkan definisi tersebut dalam
zat yang dimaksud dalam hipotesis menghitung jumlah mol dari jumlah partikel
Avogadro adalah gas. Selain itu, siswa juga zat yang diketahui.
tidak memahami partikel yang dimaksud
dalam hipotesis Avogadro. Siswa 2. Massa Molar
menganggap pada suhu dan tekanan yang Terdapat 23,33% siswa menjawab salah
sama, untuk gas-gas diatomik/poliatomik soal massa molar. Alasan kesalahan siswa
yang volumenya sama berarti memiliki terjadi karena siswa menganggap massa
jumlah atom yang sama. Siswa tidak molar memiliki satuan gram seperti pada
mengetahui bahwa partikel gas hasil penelitian Robi’ah (2009). Siswa juga
diatomik/poliatomik yang dimaksud adalah kurang memahami perbedaan Mr dan Ar,
molekul gas. Alasan kesalahan siswa yang sehingga menganggap massa molar senyawa
lain adalah menganggap volume gas sama besarnya sama dengan Ar. Kesalahan siswa
dengan massa gas. juga terjadi karena menganggap bahwa
senyawa-senyawa dengan massa yang sama
Tingkat Pemahaman Siswa pada Konsep mempunyai jumlah mol yang sama pula
Mol seperti pada hasil penelitian Krisnawati
Berdasarkan Gambar 1 diketahui bahwa (2013) karena belum dapat menerapkan
rata-rata nilai yang diperoleh siswa pada konsep massa molar dalam mengonversi
konsep mol adalah 80,37, sehingga tingkat massa terhadap mol atau sebaliknya.
pemahaman siswa kelas X IPA di MAN 3
Malang adalah baik sekali. Hasil ini tidak 3. Volume Molar
sesuai dengan pendapat Sastrawijaya (dalam Terdapat 16,67% siswa menjawab salah
Effendy, 2002) yang mengemukakan bahwa soal volume molar. Alasan kesalahan siswa
konsep di dalam ilmu kimia merupakan karena siswa menganggap pada keadaan
konsep yang berjenjang dari yang sederhana STP (0oC, 1 atm) volume gas sama dengan
ke konsep yang lebih tinggi tingkatannya. massa gas. Ada juga siswa yang
Hasil tingkat pemahaman pada konsep mol menganggap pada keadaan STP volume 22,4
adalah baik sekali meskipun tingkat Liter gas memiliki massa 1 gram. Hal ini
pemahaman pada hukum-hukum dasar kimia terjadi karena siswa tidak memahami konsep
adalah kurang. Berdasarkan hasil wawancara volume molar gas, yaitu volume gas tiap 1
dengan guru dan siswa, diketahui bahwa hal mol gas. Siswa tidak memahami bahwa pada
ini terjadi karena pembelajaran konsep mol keadaan STP setiap 22,4 Liter gas berarti
dilakukan terlebih dahulu daripada hukum- mengandung 1 mol gas. Siswa juga salah
hukum dasar kimia, sehingga siswa lebih mengidentifikasi zat-zat yang memiliki
memahami konsep mol. volume molar 22,4 Liter/mol karena siswa
tidak memahami bahwa hanya gas yang
memiliki volume molar 22,4 Liter/mol pada

46
Rizki Norjana dkk, Identifikasi Tingkat Pemahaman Konsep Hukum-Hukum Dasar Kimia
dan Penerapannya dalam Stoikiometri

STP. Siswa menganggap volume molar pereaksi dan hasil reaksi tanpa menentukan
tersebut juga berlaku pada selain gas. koefisien reaksi terlebih dahulu, padahal
seharusnya ditentukan perbandingan
Tingkat Pemahaman Siswa pada koefisien reaksi berdasarkan perbandingan
Stoikiometri volume gas sesuai dengan hukum
Gambar 1 menunjukkan bahwa rata-rata perbandingan volume.
nilai yang diperoleh siswa pada stoikiometri
adalah 46,94, sehingga tingkat pemahaman 2. Penentuan Banyaknya Zat Pereaksi dan
siswa kelas X IPA di MAN 3 Malang adalah Hasil Reaksi
kurang. Tingkat pemahaman stoikiometri Terdapat 62,22% siswa menjawab salah
yang dihasilkan pada penelitian ini sama soal penentuan banyaknya zat pereaksi dan
dengan tingkat pemahaman hukum-hukum hasil reaksi. Kesalahan siswa terjadi karena
dasar kimia yaitu kurang, tetapi nilai yang (1) siswa menganggap massa zat sebanding
diperoleh pada stoikiometri lebih rendah dengan koefisien zat yang sesuai dengan
daripada hukum-hukum dasar kimia. Jika hasil penelitian Wahyuni (2010), (2) siswa
dibandingkan juga dengan konsep mol, nilai menganggap jumlah mol sama dengan
dan tingkat pemahaman siswa pada volumenya dan tidak menyetarakan
stoikiometri adalah yang paling rendah. Hal koefisien reaksi, (3) siswa menganggap
ini terjadi karena stoikiometri merupakan volume molar 22,4 Liter/mol juga berlaku
materi yang kompleks dan merupakan pada solid, sehingga banyaknya reaktan
aplikasi dari hukum-hukum dasar kimia dan yang berfasa solid dinyatakan dalam bentuk
konsep mol. Sesuai dengan pendapat volume, (4) siswa menganggap
Sastrawijaya (dalam Effendy, 2002) yang perbandingan volume zat sama dengan
mengemukakan bahwa konsep di dalam perbandingan koefisien, meskipun zat
ilmu kimia merupakan konsep yang tersebut bukan dalam fasa gas, dan (5) siswa
berjenjang dari yang sederhana ke konsep tidak menyetarakan persamaan reaksi.
yang lebih tinggi tingkatannya,
mengimplikasikan bahwa siswa yang kurang 3. Pereaksi Pembatas
paham mengenai konsep mol dan hukum- Terdapat 68,89% siswa menjawab salah
hukum dasar kimia akan kesulitan untuk soal pereaksi pembatas. Alasan kesalahan
memahami dan menyelesaikan soal-soal yaitu siswa menganggap reaktan yang
stoikiometri. Hal ini mengakibatkan tingkat memiliki massa lebih sedikit adalah pereaksi
pemahaman stoikiometri lebih rendah pembatas sesuai dengan hasil penelitian
dibandingkan dengan tingkat pemahaman Wahyuni (2010), siswa menganggap sisa
konsep mol dan hukum-hukum dasar kimia. reaktan dihitung dengan mengurangkan
massa pereaksi berlebih dengan massa
1. Penentuan Rumus Empiris dan Rumus pereaksi pembatas, dan siswa menganggap
Molekul massa zat sebanding dengan koefisien dalam
Terdapat 33,33% siswa menjawab salah persamaan reaksi.
soal penentuan rumus empiris dan rumus
molekul. Kesalahan siswa terjadi karena Tingkat Pemahaman Siswa pada Materi
siswa kurang memahami hukum Hukum-Hukum Dasar Kimia dan
perbandingan tetap dan hukum Penerapannya dalam Stoikiometeri
perbandingan volume. Sebagian besar siswa Berdasarkan nilai siswa pada hukum-
menganggap angka perbandingan massa hukum dasar kimia, konsep mol, dan
unsur-unsur pembentuk senyawa merupakan stoikiometri, maka rata-rata nilai yang
angka indeks untuk masing-masing unsur diperoleh siswa dalam menyelesaikan soal
dalam rumus molekul zat. Siswa juga tidak materi hukum-hukum dasar kimia dan
menerapkan hukum perbandingan volume penerapannya dalam stoikiometri adalah
pada penentuan rumus molekul gas jika 55,21. Dengan demikian, tingkat
diketahui volume-volume gas dalam pemahaman siswa kelas X IPA di MAN 3
persamaan reaksi. Siswa langsung Malang adalah kurang. Berdasarkan
menyetarakan banyaknya atom pada wawancara dengan guru dan beberapa siswa

47
JURNAL PEMBELAJARAN KIMIA (J-PEK) ISSN: 2528-6536
Vol. 01, No. 2, Desember 2016

kelas X IPA di MAN 3 Malang diketahui menyatakan bahwa salah satu penyebab
bahwa dalam pembelajaran materi ini siswa pengajaran di sekolah menjadi tidak efektif
lebih banyak menyelesaikan latihan-latihan karena pengembang kurikulum atau guru
soal perhitungan. Pembelajaran yang jarang sekali mencoba mencari hubungan-
dilakukan dengan metode ceramah, hubungan hirarki di antara konsep-konsep
pemberian contoh dan dilanjutkan dengan yang diajarkan.
penyelesaian soal-soal yang ada pada modul
mengakibatkan siswa bingung dan kesulitan KESIMPULAN
memahami konsep-konsep yang ada. Sesuai Berdasarkan hasil penelitian, tingkat
dengan pernyataan Kind (2004) yang pemahaman siswa kelas X IPA di MAN 3
menyatakan bahwa siswa yang mempelajari Malang pada materi hukum-hukum dasar
konsep dengan memanipulasi angka dan kimia dan penerapannya dalam stoikiometri
simbol akan menemukan persepsi bahwa adalah sebagai berikut.
konsep tersebut sangat sulit untuk 1. Tingkat pemahaman siswa kelas X IPA
dimengerti, siswa di MAN 3 Malang di MAN 3 Malang dalam memahami
menganggap materi ini hanya berisi konsep hukum-hukum dasar kimia
hitungan, rumus, dan langkah-langkah adalah kurang (48,15). Sebanyak
pengerjaan yang rumit, sehingga 46,47% siswa belum memahami hukum
beranggapan bahwa materi ini sulit Lavoisier (hukum kekekalan massa),
dipelajari dan dipahami. 36,65% siswa belum memahami hukum
Selain penyebab di atas, kurangnya Proust (hukum perbandingan tetap),
tingkat pemahaman materi ini kemungkinan 23,33% siswa belum memahami hukum
terjadi karena proses pembelajaran konsep Dalton (hukum perbandingan berganda),
tidak dilakukan secara berurutan. Siswa 77,78% siswa belum memahami hukum
diajarkan konsep mol terlebih dahulu, baru Gay Lussac (hukum perbandingan
kemudian diajarkan hukum-hukum dasar volume), dan 68,88% siswa belum
kimia dan stoikiometri. Keadaan ini memahami hipotesis Avogadro.
bertentangan dengan pendapat Vossen dan 2. Tingkat pemahaman siswa kelas X IPA
Ausubel. Menurut Vossen (1986:122), kimia di MAN 3 Malang dalam memahami
tersusun secara logis menurut konsepnya, konsep mol adalah baik sekali (80,37).
sehingga materi pelajaran hanya dapat Sebanyak 18,89% siswa belum
diajarkan secara berarti dalam urutan memahami definisi mol, 23,33% siswa
tertentu. Ausubel (dalam Dahar, 1988) juga belum memahami massa molar, dan
menyatakan bahwa materi pelajaran 16,67% siswa belum memahami volume
hendaknya disusun sedemikian rupa molar.
berdasarkan hirarki-hirarki konseptual 3. Tingkat pemahaman siswa kelas X IPA
selama proses pembelajaran. Karena dalam di MAN 3 Malang dalam memahami
pembelajaran materi ini konsep-konsep stoikiometri adalah kurang (46,94).
diajarkan tidak sesuai dengan urutan, maka Sebanyak 33,33% siswa belum
siswa kurang mampu menghubungkan memahami penentuan rumus empiris
konsep-konsep sesuai dengan hirarki dan rumus molekul, 62,22% siswa
konsepnya. Siswa kurang mampu belum memahami penentuan banyaknya
menghubungkan konsep hukum-hukum zat pereaksi dan hasil reaksi, dan
dasar kimia dengan konsep mol, sehingga 68,89% siswa belum memahami
stoikiometri sebagai konsep superordinat pereaksi pembatas.
kurang dipahami siswa. Dengan demikian, 4. Tingkat pemahaman siswa kelas X IPA
tingkat pemahaman materi hukum-hukum di MAN 3 Malang dalam memahami
dasar kimia dan penerapannya dalam materi hukum-hukum dasar kimia dan
stoikiometri secara keseluruhan adalah penerapannya dalam stoikiometri adalah
kurang. Hal ini sesuai dengan pendapat kurang (55,21).
Novak (dalam Dahar, 1988:146) yang

48
Rizki Norjana dkk, Identifikasi Tingkat Pemahaman Konsep Hukum-Hukum Dasar Kimia
dan Penerapannya dalam Stoikiometri

DAFTAR RUJUKAN Kelas X di Propinsi Lampung. Jurnal


Pendidikan MIPA – FKIP Universitas
Arikunto, S. 2013. Dasar-Dasar Evaluasi Lampung, 2009 (1): 1-12.
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Susanto, Susilowati, E. & Haryono. 2012.
Chang, R. 2010. Chemistry 10th Edition. Studi Komparasi Penggunaan Metode
New York: The McGraw-Hill Companies, Pembelajaran TGT dan STAD terhadap
Inc. Prestasi Belajar Siswa Pada Materi Pokok
Hukum Dasar Kimia. Jurnal Pendidikan
Dahar, R.W. 1988. Teori-Teori Belajar. Kimia Program Studi Pendidikan
Jakarta: Depdikbud. KimiaUniversitas Sebelas Maret, 1 (1):
67-73.
Dahsah, C., Coll, R.K., Sung-Ong, S.,
Yutakom, N. & Sanguanruang, S. 2008. Vossen, H. 1986. Kompendium Didaktik
Enhancing Grade 10 Thai Students’ Kimia. Bandung: Remadja Karya CV.
Stoichiometry Understanding and Ability
to Solve Numerical Problems via A Wahyuni, E. 2010. Identifikasi Konsep
Conceptual Change Perspective. Journal Sukar dan Salah Konsep dalam Pokok
Of Science And Mathematics Education In Bahasan Perhitungan Kimia pada Siswa
S.E. Asia, 31 (1):1-43 SMA Negeri 8 Malang. Skripsi tidak
diterbitkan. Malang: FMIPA Universitas
Effendy. 2002. Upaya untuk Mengatasi Negeri Malang.
Kesalahan Konsep dalam Pengajaran
Kimia dengan Menggunakan Strategi
Konflik Kognitif. Media Komunikasi
Kimia Jurnal Ilmu Kimia dan
Pembelajarannya, 2002 (2): 1-22.

Kean, E & Middlecamp, C. 1985.


Panduan Belajar Kimia Dasar. Jakarta:
PT Gramedia.

Kind, V. 2004. Beyond Appearances:


Students’s Misconceptions about Basic
Chemical Ideas 2nd Edition. Durham:
School of Education Durham University.

Krisnawati, I. 2013. Menggali


Pemahaman Konsep Siswa Madrasah
Aliyah tentang Stoikiometri dengan
Menggunakan Instrumen Diagnostik Two-
Tier. Skripsi tidak diterbitkan. Malang:
FMIPA Universitas Negeri Malang.

Robi’ah, A. 2009. Identifikasi Konsep


Sukar dan Miskonsepsi Hukum Gas pada
Siswa SMA Negeri 1 Malang. Skripsi
tidak diterbitkan. Malang: FMIPA
Universitas Negeri Malang.

Sunyono, Wirya, I.W., Suyanto, E. &


Suyadi, G. 2009. Identifikasi Masalah
Kesulitan dalam Pembelajaran Kimia

49

Anda mungkin juga menyukai