3. Sumber Historis, Sosiologis, dan Politis tentang Pancasila sebagai Dasar Nilai
Pengembangan Ilmu di Indonesia
a) Sumber Historis
Sumber historis Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu di Indonesia
dapat ditelusuri pada awalnya dalam dokumen negara yaitu Pembukaan UUD 1945 ,
Alinea keempat Pembukaan UUD 1945 yang berbunyi: “Kemudian daripada itu untuk
membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi dan keadilan social, maka disusunlah
kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar negara
Indonesia yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada….”
Kata “mencerdaskan kehidupan bangsa” mengacu pada pengembangan IPTEK
melalui sarana Pendidikan. Amanat yang tercantum pada Pembukaan UUD 1945 ini harus
berdasarkan pada nilai-nilai Pancasila yang tercantum pada kalimat berikutnya. Proses
mencerdaskan kehidupan bangsa tidak terlepas dari nilai-nilai spiritualitas, kemanusiaan,
solidaritas kebangsaaan, musyawarah, dan keadilan. Pancasila sebagai dasar dalam
pengembangan ilmu belum banyak dibicarakan pada awal kemerdekaan. Hal ini
disebabkan para periode awal kemerdekaan, para cendikia dan tokoh bangsa mencurahkan
pemikiran dan tenaga untuk membangun bangsa, mempertahankan kemerdekaan, dan
menata pemerintahan yang baik. Penjajahan oleh Belanda dan Jepang tidak hanya
menguras sumber daya alam Indonesia, namun lebih dari itu telah menciptakan kemiskinan
dan kebodohan. Hanya segelintir rakyat Indonesia yang mengenyam Pendidikan dan
mereka lah yang menjadi polopor bagi kebangkitan bangsa sehingga Ketika kemerdekaan
Indonesia diproklamirkan, mereka merasa perlu untuk mencantumkan aspek
“mencerdaskan kehidupan bangsa” dalam pembukaan Undang Undang Dasar 1945.
Daoed Joesoef dalam artikelnya berjudul Pancasila, Kebudayaan, dan Ilmu
Pengetahuan menyatakan bahwa Pancasila adalah gagasan vital yang berasal dari
kebudayaan Indonesia, artinya nilai-nilai yang benar-benar di ramu dan merupakan
kristalisasi dari system nilai bangsa itu sendiri. Dengan demikian, Pancasila memiliki
metode tertentu dalam menilai sehingga menuntunnya untuk membuat pertimbangan
tertentu tentang gejala, ramalan, dan anjuran tertentu mengenai Langkah-langkah praktikal
(Joesoef, 1987). Konsep Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu menurut cara
pandang Joesoef adalah sebagai tuntunan dan pertimbangan nilai pengembangan IPTEK.
b) Sumber Sosiologis
Sumber sosiologis Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan IPTEK dapat
ditemukan pada sikap masyarakat yang sangat memperhatikan dimensi ketuhanan dan
kemanusiaan sehingga ketika perkembangan IPTEK tidak sejalan dengan nilai tersebut,
akan menimbulkan penolakan. Hal ini membuktikan bahwa masyarakat peka terhadap isu-
isu ketuhanan dan kemanusiaan. Ini dapat dilihat dari berbagai macam penolakan
masyarakat terhadap suatu pembangunan di daerah mereka jika berindikasi merugikan.
Misalnya penolakan masyarakat terhadap pembangunan PLTN di Semenanjung Muria.
Beberapa kasus seperti ledakan nuklir Chernobyl telah menghasilkan limbah radioaktif
yang beracun sehingga dapat membahayakan kelangsungan hidup manusia.
Masyarakat sudah menyadari perannya sebagai makhluk hidup yang dikaruniai
akal dan pertimbangan moral sehingga kepekaan Nurani menjadi sarana untuk bersikap
resisten terhadap kemungkinan buruk yang terjadi di balik pengembangan IPTEK.
Masyarakat menjadi lebih peka terhadap isu kemanusiaan di balik pembangunan dan
pengembangan IPTEK karena dampak negative pengembangan IPTEK seperti kasus di atas.
c) Sumber Politis
Sumber politik Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu di Indonesia dapat
diurut ke dalam berbagai kebijakan yang dilakukan oleh para penyelenggara negara.
Dokumen pada masa orde lama yang meletakkan Pancasila sebagai dasar nilai
pengembangan atau orientasi ilmu, antara lain dapat dilihat dari pidato Soekarno Ketika
menerima gelar Doctor Honoris Causa di UGM pada 19 September 1951, sebagai berikut:
Bagi saya ilmu pengetahuan hanyalah akan berharga penuh jika ia dipergunakan untuk
mengabdi kepada praktik hidup manusia, atau praktiknya bangsa, atau praktiknya hidup dunia
kemanusiaan, memang sejak muda, saya ingin mengabdi kepada praktik hidup manusia, bangsa
dan dunia kemanusiaan itu. Itulah sebabnya saya selalu mencoba menghubungkan ilmu dengan
amal, menghubungkan pengetahuan dengan perbuatan sehingga pengetahuan ialah untuk
perbuatan, dan perbuatan dipimpin oleh pengetahuan. Ilmu dan amal harus wahyu-mewahyui
satu sama lain. Buatlah ilmu berdwitunggal dengan amal, malahan angkatlah derajat
kemahasiswaaanmu itu kepada derajat mahasiswa patriot yang sekarang mencari ilmu, untuk
kemudian beramal terus-menerus di wajah ibu pertiwi (Ketut, 2011).
Dari pidato diatas dapat dipahami bahwa kedudukan Pancasila sebagai dasar
pengembangan ilmu pada zaman orde baru belum secara eksplisit dikemukakan,
namun oleh Soekarno lebih dikaitkan pada dimensi kemanusiaan dan hubungan antara
ilmu dan amal. Pada pidato selanjutnya di Akademi Pembangunan Nasional di
Yogyakarta 18 Maret 1962, Soekarno tidak mengaitkan pengembangan ilmu dengan
Pancasila namun dengan karakter, yakni adanya kepercayaan sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila.
Kemudian pada masa orde baru, presiden Soeharto menyinggung Pancasila
sebagai dasar pengembangan ilmu Ketika memberikan pidato pada kongres
Pengetahuan Nasional IV tahun 1986 di Jakarta sebagai berikut:
Ilmu pengetahuan dan teknologi harus diabdikan kepada manusia dan
kemanusiaan, harus dapat memberi jalan bagi peningkatan martabat manusia dan
kemanusiaan. Dalam ruang lingkup nasional, ilmu pengetahuan dan teknologi yang
ingin kita kuasai dan perlu kita kembangkan haruslah ilmu pengetahuan yang bisa
memberi dukungan pada kemajuan pembangunan nasional kita. Betapapun besarnya
kemampuan ilmiah dan teknologi kita dan betapapun suatu karya ilmiah kita
mendapatkan tempat terhormat pada tingkat dunia, tetapi apabila kemampuan ilmu
pengetahuan dan teknologi itu tidak dapat membantu memecahkan masalah-masalah
pembangunan kita, maka jelas hal itu merupakan kepincangan, bahkan suatu
kekurangan dalam penyelenggaraan ilmu pengetahuan dan teknologi (Soeharto, 1986).
Meskipun Pancasila diterapkan sebagai satu satunya asas organisasi politik dan
kemasyarakatan, tetapi penegasan tentang Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan
ilmu di Indonesia belum diungkap secara tegas. Penekanan yang diberikan hanya
sebatas IPTEK harus dapat mengabdikan diri pada manusia dan kemanusiaan sehingga
dapat meningkatkan harkat dan martabat manusia dan kemanusiaan tersebut.
Pada masa reformasi, BJ Habibie melalui pidato 1 Juni 2011 menegaskan bahwa
penegasan Pancasila sebagai dasar nilai dalam berbagai kebijakan penyelenggaraan
negara merupakan suatu upaya untuk mengaktualisasikan Pancasila dalam kehidupan
(Habibie, 2011:6). Selanjutnya pada masa presiden Susilo Bambang Yudhoyono, dalam
sambutannya pada acara silaturrahim dengan Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia 20
Januari 2010 menegaskan sebagai berikut:
Setiap negara memiliki system inovasi nasional dengan corak yang berbeda dan
khas, yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisinya masing-masing. Saya berpendapat
di Indonesia, kita juga harus mengembangkan siste inovasi nasional, yang didasarkan
pada suatu kemitraan antara pemerintah, komunitas ilmuwan, dan swasta, dan dengan
berkolaborasi dengan dunia internasional. Oleh karena itu, berkaitan dengan
pandangan ini dalam waktu dekat saya akan membentuk komite inovasi nasiona, yang
langsung bertanggung jawab kepada presiden, untuk ikut memastikan bahwa system
inovasi nasional dapat berkembang dan berjalan dengan baik. Semua ini penting kalua
kita sungguh ingin Indonesia menjadi knowledge society, strategi yang kita tempuh
untuk menjadi negara maju, developed country, adalah dengan memadukan
pendekatan sumber daya alam, iptek dan budaya atau knowledge based, resourced
based and culture based development (Yudhoyono, 2010)
6. Rangkuman Materi
Pancasila sebagai dasar dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
berarti bahwa kelima sila-sila Pancasila merupakan pegangan dan pedoman dalam
pengembangan ilmu pengetahuan di Indonesia. Pancasila berperan sebagai rambu-
rambu normatif dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi agar
perkembangan IPTEK tidak bertentangan dengan nilai-nilai budaya dan agama.
Kehadiran ilmu pengetahuan di satu sisi akan dapat memecahkan permasalahan dan
persoalan hidup. Namun di sisi lain IPTEK dapat merusak hingga memusnahkan
peradaban manusia. Oleh karena itu perlu adanya Pancasila yang menjadi rambu
normatif pengembangan IPTEK di Indonesia.
7. Tes Formatif (10 soal objektif)
1. Pernyataan berikut ini yang merupakan urgensi dari Pancasila sebagai dasar
pengembangan ilmu adalah
a. Perkembangan ilmu pengetahuan telah memberikan sumbangsih bagi kemajuan
negara
b. Orientasi pengembangan ilmu yang berakar dari nilai dan budaya bangsa
c. Perkembangan ilmu pengetahuan di Indonesia lebih berorientasi pada
kebutuhan pasar dunia
d. IPTEK telah menjadi bagian penting dalam kehidupan manusia
2. Berikut ini yang merupakan tantangan Pancasila sebagai dasar pengembangan ilmu
adalah:
a. Perkembangan globalisasi telah mempermudah kerjasama bidang penelitian
ilmiah
b. Budaya konsumerisme masyarakat Indonesia
c. Optimisme masyarakat Indonesia dalam mengikuti perkembangan teknologi
dunia
d. Hilangnya perilaku pragmatism
3. Pernyataan berikut yang merupkana hubungan antara IPTEK, budaya dan nilai
agama yaitu:
a. IPTEK harus bersifat human-religius
b. Jika IPTEK lepas dari nilai agama dan budaya akan menimbulkan sekularisasi
c. budaya dan agama seyogyanya berkembang dengan mengikuti kemajuan
IPTEK
d. IPTEK memerlukan aspek budaya dan agama sebagai factor internal untuk
bertukar pikiran
4. Dampak positif perkembangan IPTEK di Indonesia adalah
a. Eksplotasi sumberdaya alam untuk kebutuhan IPTEK
b. Alih fungsi lahan untuk pembangunan pabrik
c. Pembangunan sumberdaya manusia berorientasi pasar
d. Meningkatkan kolaborasi ilmuwan dalam dan luar negeri
Daftar Rujukan
Amran, Ali. 2016. Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada
Diponolo, Gunadi Sukarno. Ilmu negara. Balai Pustaka, 1975
Direktorat Pembelajaran Dan kemahasiswaan Direktorat Jenderal pendidikan tinggi. 2013.
Materi Ajar Mata Kuliah Pendidikan Pancasila. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional kementerian pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia
Hatta, Mohammad. 1977. Pengertian Pancasila. Jakarta: Idayu Press
Kaelan, M. S. 2019. Pendidikan Pancasila. Jakarta: Paradigma.
Kaelan. 2013. Negara Kebangsaan Pancasila: Kultural, Historis, Filosofis, Yuridis, dan
aktualisasinya. Yogyakarta: Paradigma
Latif, Yudi. 2011. Negara Paripurna: Hostorisitas, Rasionalitas, dan AKtualitas Pancasila.
Jakarta: Gramedia
Mahfud, M.D. 2009. Pancasila Hasil Karya dan Milik Bersama. Makalah pada Kongres Pancasila
di UGM tanggal 30 Mei 2009
Pimpinan MPR dan tim kerja sosialisasi MPR periode 2009-2014. Empat Pilar kehidupan
berbangsa dan bernegara. Jakarta: Sekjen MPR RI
Suweca, I Ketut. 2011. Apa kata Bung Karno tentang Buku, Ilmu, dan Amal?. Kompasiana.com