Anda di halaman 1dari 12

MODUL VII

PANCASILA SEBAGAI DASAR PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DAN


TEKNOLOGI
Capaian Pembelajaran
Mahasiswa mampu menjadikan pancasila sebagai Dasar Pengembangan Ilmu dalam bidang
ilmu masing-masing (C6, A5, P4)
Materi:

1. Konsep Pancasila sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu


Apakah Pancasila telah memenuhi syarat sebagai kajian? Untuk menjawab pertanyaan tersebut
kita dapat menggunakan pendapat dari Ir. Poedjowijatno, dimana syarat-syarat ilmiahnya yaitu
 Berobjek
Syarat pertama bagi suatu pengetahuan agar memenuhi syarat ilmiah yaitu harus
memiliki objek. Oleh karena itu secara ilmiah Pancasila harus memiliki objek yang terdiri
atas objek forma dan objek materia. Objek forma Pancasila yaitu sudut pandang tertentu
dalam membahas Pancasila. Dimana Pancasila pada hakikatnya dapat dibahas dari
berbagai macam sudut pandang. Misalnya moral, maka dalam hal ini terdapat pembahasan
moral Pancasila. Dalam sudut pandang ekonomi juga akan menjadi pembahasan ekonomi
Pancasila. Begitupun sudut pandang lain seperti hukum dan kenegaraan dan filsafat.
Kemudian objek materia Pancasila yaitu suatu objek yang menjadi sasaran bagi
pembahasan dan pengkajian Pancasila baik yang bersifat empiric dan non empiric.
Pancasila merupakan kristalisasi dari budaya bangsa Indonesia, sehingga bangsa Indonesia
sebagai kausa materialis atau sebagai asal mula dari nilai-nilai Pancasila. Oleh karena itu,
objek materia pembahasan Pancasila adalah bangsa Indonesia dengan segala aspek budaya,
masyarakat, berbangsa, dan bernegara. Objek materia pembahasan Pancasila dapat berupa
lembaran sejarah, benda-benda sejarah, benda-benda budaya, lembaran negara, arsip
kenegaraan, atau adat istiadat bangsa Indonesia itu sendiri. Adapun objek yang bersifat non
empiris antara lain nilai-nilai budaya, nilai moral, serta nilai-nilai religious yang tercermin
dalam keprbadian, sifat, karakter, dan pola pola budaya dalam bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara (Kaelan, 2005).
 Bermetode
Metode yaitu seperangkat cara atau system pendekatan dalam pengetahuan ilmiah.
Metode dalam pembahasan Pancasila tergantung pada karakteristik objek forma atau objek
materia Pancasila. Salah satu metode dalam pembahasan Pancasila adalah metode ‘analitico
syntetic’ yaitu perpaduan metode analisis dan sintesis. Pancasila banyak berkaitan dengan
hasil-hasil budaya dan sejarah oleh karena itu sering digunakan metode hermeneutika,
yaitu metode dengan menemukan makna dibalik objek.
 Bersistem
Suatu pengetahuan ilmiah harus merupakan sesuatu yang bulat dan utuh. Setiap
bagian dari pengetahuan ilmiah itu harus merupakan satu kesatuan antara bagian-
bagiannya saling berhubungan baik berupa hubungan interelasi maupun interdependensi.
Pembahasan Pancasila secara ilmiah harus merupakan suatu kesatuan dan keutuhan.
Pancasila itu sendiri dalam dirinya adalah merupakan satu kesatuan dan keutuhan
majemuk tunggal yaitu kelima sila itu, baik rumusannya inti dan isi dari sila-sila Pancasila.
 Bersifat Universal
Kebenaran suatu pengetahuan ilmiah itu harus bersifat universal, artinya tidak
terikat dan terbatas ruang, waktu keadaan, situasi, kondisi, maupun jumlah tertentu. Dalam
kaitannya dengan kajian Pancasila, maka nilai hakikat ontologis nilai-nilai Pancasila adalah
bersifat universal, atau dengan kata lain intisari, esensi, makna yang terdalam dari sila
Pancasila pada hakikatnya bersifat universal (Kaelan, 2004).
Pengertian Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu pengetahuan dapat mengacu
pada beberapa jenis pemahaman. Pertama, Bahwa setiap ilmu pengetahuan dan teknologi yang
dikembangkan di Indonesia haruslah tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila. Pengertian Ini mengandung arti bahwa IPTEK sendiri harus berkembang
secara otonomi, kemudian dalam perjalanannya dilakukan adaptasi dengan nilai-nilai
Pancasila. Kedua, Bahwa setiap ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikembangkan di
Indonesia harus menyertakan nilai-nilai Pancasila sebagai faktor internal pengembangan iptek
itu sendiri. Keterlibatan iptek disini masih dalam posisi tarik ulur. Artinya ilmuwan dapat
mempertimbangkan sebatas yang dianggap layak untuk dilibatkan.
Ketiga, Bahwa nilai-nilai Pancasila berperan sebagai rambu normatif bagi pengembangan
Iptek di Indonesia artinya mengendalikan Iptek agar tidak keluar dari cara berpikir dan cara
bertindak bangsa Indonesia. Ini mengasumsikan bahwa ada aturan main yang harus disepakati
oleh para ilmuwan sebelum ilmu pengetahuan tersebut dikembangkan. Namun tidak ada
jaminan bahwa aturan main itu akan terus ditaati karena Ketika IPTEK terus berkembang maka
aturan main seharusnya dapat mengawal dan membayangi agar tidak terjadi kesenjangan
antara pengembangan IPTEK dan aturan main.
Keempat, setiap pengembangan iptek di Indonesia harus berakar dari budaya dari ideologi
bangsa itu sendiri atau yang dikenal dengan indegenisasi ilmu (membumikan ilmu
pengetahuan). Ini berasumsi kan bahwa Pancasila tidak hanya sebagai dasar nilai
pengembangan ilmu tapi sudah menjadi paradigma ilmu yang berkembang di Indonesia. Oleh
karena itu perlu ada pembicaraan lebih lanjut mengenai sejauh mana nilai-nilai Pancasila itu
akan menjadi bahan pertimbangan bagi keputusan-keputusan ilmiah yang diambil.

2. Alasan Diperlukannya Pancasila sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu


Pentingnya Pancasila sebagai dasar pengembangan ilmu pengetahuan dapat ditelusuri
pada hal-hal berikut. Pertama, Pluralitas nilai yang berkembang dalam kehidupan bangsa
Indonesia saat ini seiring dengan kemajuan IPTEK telah menimbulkan perubahan cara pandang
tentang kehidupan. Ini membutuhkan renungan dan refleksi yang mendalam agar bangsa
Indonesia tidak terjerumus ke dalam penentuan keputusan nilai yang tidak sesuai dengan
kepribadian bangsa. Kedua, Dampak negatif yang ditimbulkan oleh kemajuan IPTEK terhadap
lingkungan hidup berada pada titik Nadir yang membahayakan hidup manusia di masa yang
akan dating. Oleh karena itu perlu adanya tuntutan moral bagi para ilmuwan dalam
pengembangan iptek di Indonesia. Ketiga, perkembangan IPTEK yang didominasi oleh negara-
negara Barat dengan politik globalnya telah ikut mengancam nilai-nilai khas dalam kehidupan
bangsa Indonesia seperti nilai spiritual, gotong royong, solidaritas, musyawarah, dan cita rasa
keadilan. Dengan demikian perlu adanya orientasi yang jelas untuk menyaring dan menangkal
pengaruh nilai-nilai global yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia.
Terdapat beberapa alasan pentingnya Pancasila sebagai dasar pengembangan IPTEK di
Indonesia. Pertama, Kerusakan lingkungan yang ditimbulkan oleh IPTEK, baik dengan dalih
percepatan pembangunan daerah tertinggal maupun sebagai upaya peningkatan kesejahteraan
masyarakat, perlu mendapat perhatian yang serius. Penggalian tambang batu bara, minyak
bumi, biji besi, dan sumber alam lainnya menggunakan teknologi canggih telah mempercepat
kerusakan lingkungan. Jika hal ini dibiarkan terjadi berlarut larut, maka generasi mendatang
yang akan menerima resiko karena kondisi lingkungan yang seperti itu rawan akan bencana
alam seperti longsor, banjir, pencemaran limbah, dan bencana lainnya.
Kedua, penjabaran sila-sila Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan IPEK dapat
menjadi sarana untuk mengontrol dan mengendalikan kemajuan IPTEK yang berpengaruh
pada cara berfikir dan bertindak masyarakat yang cenderung pragmatis. Maksudnya adalah
penggunaan perangkat teknologi dewasa ini telah menggantikan peran dari nilai-nilai luhur
yang menciptakan kepribadian manusia Indonesia dengan sifat social, humanis, dan religious.
Sifat-sifat tersebut sudah tergerus oleh sifat individualistis, dehumanis, pragmatis, bahkan
cenderung sekuler.
Ketiga, Nilai-nilai kearifan lokal yang menjadi simbol kehidupan di berbagai daerah mulai
digantikan dengan gaya hidup global. Misalnya gaya hidup yang sederhana telah digantikan
dengan gaya hidup yang penuh muatan, konsumerisme dan hilangnya solidaritas sosial antar
masyarakat.
Pentingnya Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu meliputi hal-hal berikut ini:
 Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini tidak lagi berakar pada nilai-
nilai budaya bangsa namun telah berorientasi kepada budaya barat.
 Perkembangan Ilmu pengetahuan di Indonesia yang saat ini lebih berorientasi kepada
kebutuhan pasar
 Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia tidak melibatkan
masyarakat luas tapi hanya mensejahterakan sebagian kelompok saja.

3. Sumber Historis, Sosiologis, dan Politis tentang Pancasila sebagai Dasar Nilai
Pengembangan Ilmu di Indonesia
a) Sumber Historis
Sumber historis Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu di Indonesia
dapat ditelusuri pada awalnya dalam dokumen negara yaitu Pembukaan UUD 1945 ,
Alinea keempat Pembukaan UUD 1945 yang berbunyi: “Kemudian daripada itu untuk
membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi dan keadilan social, maka disusunlah
kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar negara
Indonesia yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada….”
Kata “mencerdaskan kehidupan bangsa” mengacu pada pengembangan IPTEK
melalui sarana Pendidikan. Amanat yang tercantum pada Pembukaan UUD 1945 ini harus
berdasarkan pada nilai-nilai Pancasila yang tercantum pada kalimat berikutnya. Proses
mencerdaskan kehidupan bangsa tidak terlepas dari nilai-nilai spiritualitas, kemanusiaan,
solidaritas kebangsaaan, musyawarah, dan keadilan. Pancasila sebagai dasar dalam
pengembangan ilmu belum banyak dibicarakan pada awal kemerdekaan. Hal ini
disebabkan para periode awal kemerdekaan, para cendikia dan tokoh bangsa mencurahkan
pemikiran dan tenaga untuk membangun bangsa, mempertahankan kemerdekaan, dan
menata pemerintahan yang baik. Penjajahan oleh Belanda dan Jepang tidak hanya
menguras sumber daya alam Indonesia, namun lebih dari itu telah menciptakan kemiskinan
dan kebodohan. Hanya segelintir rakyat Indonesia yang mengenyam Pendidikan dan
mereka lah yang menjadi polopor bagi kebangkitan bangsa sehingga Ketika kemerdekaan
Indonesia diproklamirkan, mereka merasa perlu untuk mencantumkan aspek
“mencerdaskan kehidupan bangsa” dalam pembukaan Undang Undang Dasar 1945.
Daoed Joesoef dalam artikelnya berjudul Pancasila, Kebudayaan, dan Ilmu
Pengetahuan menyatakan bahwa Pancasila adalah gagasan vital yang berasal dari
kebudayaan Indonesia, artinya nilai-nilai yang benar-benar di ramu dan merupakan
kristalisasi dari system nilai bangsa itu sendiri. Dengan demikian, Pancasila memiliki
metode tertentu dalam menilai sehingga menuntunnya untuk membuat pertimbangan
tertentu tentang gejala, ramalan, dan anjuran tertentu mengenai Langkah-langkah praktikal
(Joesoef, 1987). Konsep Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu menurut cara
pandang Joesoef adalah sebagai tuntunan dan pertimbangan nilai pengembangan IPTEK.

b) Sumber Sosiologis
Sumber sosiologis Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan IPTEK dapat
ditemukan pada sikap masyarakat yang sangat memperhatikan dimensi ketuhanan dan
kemanusiaan sehingga ketika perkembangan IPTEK tidak sejalan dengan nilai tersebut,
akan menimbulkan penolakan. Hal ini membuktikan bahwa masyarakat peka terhadap isu-
isu ketuhanan dan kemanusiaan. Ini dapat dilihat dari berbagai macam penolakan
masyarakat terhadap suatu pembangunan di daerah mereka jika berindikasi merugikan.
Misalnya penolakan masyarakat terhadap pembangunan PLTN di Semenanjung Muria.
Beberapa kasus seperti ledakan nuklir Chernobyl telah menghasilkan limbah radioaktif
yang beracun sehingga dapat membahayakan kelangsungan hidup manusia.
Masyarakat sudah menyadari perannya sebagai makhluk hidup yang dikaruniai
akal dan pertimbangan moral sehingga kepekaan Nurani menjadi sarana untuk bersikap
resisten terhadap kemungkinan buruk yang terjadi di balik pengembangan IPTEK.
Masyarakat menjadi lebih peka terhadap isu kemanusiaan di balik pembangunan dan
pengembangan IPTEK karena dampak negative pengembangan IPTEK seperti kasus di atas.
c) Sumber Politis
Sumber politik Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu di Indonesia dapat
diurut ke dalam berbagai kebijakan yang dilakukan oleh para penyelenggara negara.
Dokumen pada masa orde lama yang meletakkan Pancasila sebagai dasar nilai
pengembangan atau orientasi ilmu, antara lain dapat dilihat dari pidato Soekarno Ketika
menerima gelar Doctor Honoris Causa di UGM pada 19 September 1951, sebagai berikut:
Bagi saya ilmu pengetahuan hanyalah akan berharga penuh jika ia dipergunakan untuk
mengabdi kepada praktik hidup manusia, atau praktiknya bangsa, atau praktiknya hidup dunia
kemanusiaan, memang sejak muda, saya ingin mengabdi kepada praktik hidup manusia, bangsa
dan dunia kemanusiaan itu. Itulah sebabnya saya selalu mencoba menghubungkan ilmu dengan
amal, menghubungkan pengetahuan dengan perbuatan sehingga pengetahuan ialah untuk
perbuatan, dan perbuatan dipimpin oleh pengetahuan. Ilmu dan amal harus wahyu-mewahyui
satu sama lain. Buatlah ilmu berdwitunggal dengan amal, malahan angkatlah derajat
kemahasiswaaanmu itu kepada derajat mahasiswa patriot yang sekarang mencari ilmu, untuk
kemudian beramal terus-menerus di wajah ibu pertiwi (Ketut, 2011).
Dari pidato diatas dapat dipahami bahwa kedudukan Pancasila sebagai dasar
pengembangan ilmu pada zaman orde baru belum secara eksplisit dikemukakan,
namun oleh Soekarno lebih dikaitkan pada dimensi kemanusiaan dan hubungan antara
ilmu dan amal. Pada pidato selanjutnya di Akademi Pembangunan Nasional di
Yogyakarta 18 Maret 1962, Soekarno tidak mengaitkan pengembangan ilmu dengan
Pancasila namun dengan karakter, yakni adanya kepercayaan sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila.
Kemudian pada masa orde baru, presiden Soeharto menyinggung Pancasila
sebagai dasar pengembangan ilmu Ketika memberikan pidato pada kongres
Pengetahuan Nasional IV tahun 1986 di Jakarta sebagai berikut:
Ilmu pengetahuan dan teknologi harus diabdikan kepada manusia dan
kemanusiaan, harus dapat memberi jalan bagi peningkatan martabat manusia dan
kemanusiaan. Dalam ruang lingkup nasional, ilmu pengetahuan dan teknologi yang
ingin kita kuasai dan perlu kita kembangkan haruslah ilmu pengetahuan yang bisa
memberi dukungan pada kemajuan pembangunan nasional kita. Betapapun besarnya
kemampuan ilmiah dan teknologi kita dan betapapun suatu karya ilmiah kita
mendapatkan tempat terhormat pada tingkat dunia, tetapi apabila kemampuan ilmu
pengetahuan dan teknologi itu tidak dapat membantu memecahkan masalah-masalah
pembangunan kita, maka jelas hal itu merupakan kepincangan, bahkan suatu
kekurangan dalam penyelenggaraan ilmu pengetahuan dan teknologi (Soeharto, 1986).
Meskipun Pancasila diterapkan sebagai satu satunya asas organisasi politik dan
kemasyarakatan, tetapi penegasan tentang Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan
ilmu di Indonesia belum diungkap secara tegas. Penekanan yang diberikan hanya
sebatas IPTEK harus dapat mengabdikan diri pada manusia dan kemanusiaan sehingga
dapat meningkatkan harkat dan martabat manusia dan kemanusiaan tersebut.
Pada masa reformasi, BJ Habibie melalui pidato 1 Juni 2011 menegaskan bahwa
penegasan Pancasila sebagai dasar nilai dalam berbagai kebijakan penyelenggaraan
negara merupakan suatu upaya untuk mengaktualisasikan Pancasila dalam kehidupan
(Habibie, 2011:6). Selanjutnya pada masa presiden Susilo Bambang Yudhoyono, dalam
sambutannya pada acara silaturrahim dengan Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia 20
Januari 2010 menegaskan sebagai berikut:
Setiap negara memiliki system inovasi nasional dengan corak yang berbeda dan
khas, yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisinya masing-masing. Saya berpendapat
di Indonesia, kita juga harus mengembangkan siste inovasi nasional, yang didasarkan
pada suatu kemitraan antara pemerintah, komunitas ilmuwan, dan swasta, dan dengan
berkolaborasi dengan dunia internasional. Oleh karena itu, berkaitan dengan
pandangan ini dalam waktu dekat saya akan membentuk komite inovasi nasiona, yang
langsung bertanggung jawab kepada presiden, untuk ikut memastikan bahwa system
inovasi nasional dapat berkembang dan berjalan dengan baik. Semua ini penting kalua
kita sungguh ingin Indonesia menjadi knowledge society, strategi yang kita tempuh
untuk menjadi negara maju, developed country, adalah dengan memadukan
pendekatan sumber daya alam, iptek dan budaya atau knowledge based, resourced
based and culture based development (Yudhoyono, 2010)

4. Dinamika dan Tantangan Pancasila sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu


Pancasila sebagai dasar dalam pengembangan ilmu belum banyak dibicarakan
secara eksplisit oleh para penyelenggara negara sejak orde lama sampai bergulirnya
reformasi. Mereka hanya menyinggung keterkaitan antara pengembangan ilmu
pengetahuan dengan dimensi kemanusiaan. Pasca reformasi Pancasila sebagai dasar
pengembangan ilmu pengetahuan mulai dibahas oleh para akademisi melalui seminar
seminar dan sarasehan.
Terdapat beberapa tantangan implementasi Pancasila sebagai dasar pengembangan
ilmu pengetahuan sebagai berikut:
i. Berkembangnya ideologi kapitalisme yang mengakibatkan terbatasnya ruang
bagi penerapan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar pengembangan ilmu.
ii. Globalisasi telah menyebabkan lemahnya daya saing bangsa Indonesia dalam
pengembangan iptek sehingga Indonesia hanya berkedudukan sebagai
konsumen daripada produsen
iii. Budaya konsumerisme yang menyebabkan Indonesia menjadi pasar utama bagi
produk teknologi negara-negara yang lebih maju pengetahuannya.
iv. Perilaku pragmatisme yang mulai mewarnai kehidupan sebagian besar
masyarakat Indonesia.
5. Esensi dan Urgensi Pancasila sebagai Dasar Pengembangan IPTEK untuk masa depan
 Esensi Pancasila sebagai Dasar Pengembangan IPTEK untuk masa depan
Esensi Pancasila sebagai dasar dalam pengembangan IPTEK dikemukakan oleh
Prof Wahyudi Setiawan. Pada Sila Pertama, memberikan kesadaran kepada
manusia bahwasanya hidup di dunia layaknya sebuah ujian. Kemudian hasil
dari ujian tersebut akan menjadi penentu kehidupan selanjutnya yang abadi di
akhirat nanti. Hal ini sejalan dengan konsep amar ma’ruf nahi munkar, yaitu
ujian dalam melakukan kebaikan dalam kehidupan dan bukan justru membuat
kerusakan di muka bumi. Konsep ini diimplementasikan dalam dunia ilmiah
dan pengetahuan yaitu: menjunjung tinggi keselamatan kerja, Kesehatan,
kesejahteraan masyarakat, dan lain lain. Sikap ini merupakan wujud mensyukuri
nikmat Tuhan. Selanjutnya pada Sila Kedua memberikan hakikat kemanusiaan
atau humanisme yang menginginkan adanya perlakuan yang sama terhadap
kodrat sebagai manusia yaitu perlu bersosialisasi, bebas mengemukakan
pendapat, saling menghargai, dan lain lain.
Sila Ketiga merupakan landasan esensial bagi keutuhan negara Kesatuan
Republlik Indonesia. Oleh karena itu para ilmuwan perlu untuk menjunjung
tinggi nilai nilai persatuan dalam setiap pengembangan IPTEK yang dilakukan.
Suatu pekerjaan yang dilakukan dengan semangt profesionalisme maka akan
menghasilkan produktivitas yang lebih optimal. Sila keempat memberikan
kesadaran bagi seluruh rakyat Indonesia bahwa pembentukan negara Indonesia
adalah oleh dan untuk seluruh rakyat. Oleh karena itu setiap warga negara
memiliki hak dan kewajiban yang sama terhadap negara. Dengan demikian
ilmuwan dan para ahli wajib berkontribusi optimal untuk kemajuan negara.
Kemudian Sila Kelima memberikan arahan agar tidak terjadi jurang
kesejahteraan antara bangsa Indonesia. Para ilmuwan harus mengembangkan
sector industry yang dapat menjamin kesejahteraan karyawan (Wahyudi:2006).
Sebab selama ini sector ekonomi dan industry hanya dikembangkan untuk
memenuhi kebutuhan pasar dan mencari keuntungan semata sehingga aspek
kesejahteraan masyarakat dan Kesehatan lingkungan sering terabaikan.
 Urgensi Pancasila sebagai Dasar Pengembangan IPTEK untuk masa depan

6. Rangkuman Materi
Pancasila sebagai dasar dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
berarti bahwa kelima sila-sila Pancasila merupakan pegangan dan pedoman dalam
pengembangan ilmu pengetahuan di Indonesia. Pancasila berperan sebagai rambu-
rambu normatif dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi agar
perkembangan IPTEK tidak bertentangan dengan nilai-nilai budaya dan agama.
Kehadiran ilmu pengetahuan di satu sisi akan dapat memecahkan permasalahan dan
persoalan hidup. Namun di sisi lain IPTEK dapat merusak hingga memusnahkan
peradaban manusia. Oleh karena itu perlu adanya Pancasila yang menjadi rambu
normatif pengembangan IPTEK di Indonesia.
7. Tes Formatif (10 soal objektif)
1. Pernyataan berikut ini yang merupakan urgensi dari Pancasila sebagai dasar
pengembangan ilmu adalah
a. Perkembangan ilmu pengetahuan telah memberikan sumbangsih bagi kemajuan
negara
b. Orientasi pengembangan ilmu yang berakar dari nilai dan budaya bangsa
c. Perkembangan ilmu pengetahuan di Indonesia lebih berorientasi pada
kebutuhan pasar dunia
d. IPTEK telah menjadi bagian penting dalam kehidupan manusia

2. Berikut ini yang merupakan tantangan Pancasila sebagai dasar pengembangan ilmu
adalah:
a. Perkembangan globalisasi telah mempermudah kerjasama bidang penelitian
ilmiah
b. Budaya konsumerisme masyarakat Indonesia
c. Optimisme masyarakat Indonesia dalam mengikuti perkembangan teknologi
dunia
d. Hilangnya perilaku pragmatism

3. Pernyataan berikut yang merupkana hubungan antara IPTEK, budaya dan nilai
agama yaitu:
a. IPTEK harus bersifat human-religius
b. Jika IPTEK lepas dari nilai agama dan budaya akan menimbulkan sekularisasi
c. budaya dan agama seyogyanya berkembang dengan mengikuti kemajuan
IPTEK
d. IPTEK memerlukan aspek budaya dan agama sebagai factor internal untuk
bertukar pikiran
4. Dampak positif perkembangan IPTEK di Indonesia adalah
a. Eksplotasi sumberdaya alam untuk kebutuhan IPTEK
b. Alih fungsi lahan untuk pembangunan pabrik
c. Pembangunan sumberdaya manusia berorientasi pasar
d. Meningkatkan kolaborasi ilmuwan dalam dan luar negeri

5. Kebijakan pengembangan IPTEK yang tepat berikut ini adalah, kecuali..


a. Ilmu pengetahuan membuka ruang bagi masyarakat untuk menciptakan system
pengetahuan sesuai kemampuan
b. Ilmu pengetahuan harus menghormati keyakinan religious masyarakat
c. Ilmu pengetahuan ditujukan bagi pengembangan kemanusiaan
d. Penguasaan IPTEK harus merata dan menciptakan keadilan social
6. Nilai-nilai yang tidak sesuai dengan karakter Pancasila adalah
a. Religius
b. Humanis
c. Sekuler
d. Solidaritas
7. Bagaimana jika suatu pengembangan teknologi mendapat penolakan dari
masyarakat ?
a. Perlu pemahaman kepada masyarakat akan pentingnya pengembangan teknologi
tersebut
b. Perangkat teknologi harus diganti sesuai kebutuhan masyarakat
c. Teknologi harus menyesuaikan dengan budaya dan agama yang berkembang
d. Pemerintah turun tangan untuk melaksanakan pembangunan tersebut
8. Sektor yang paling terdampak jika perkembangan teknologi tidak dikawal oleh nilai
Pancasila adalah sector
a. Lingkungan
b. Pendidikan
c. Ekonomi
d. Budaya
9. Pancasila menjadi rambu normative pengembangan IPTEK di Indonesia. Pernyataan
berikut yang sesuai dengan pernyataan di atas adalah
a. Sebagai ideologi terbuka maka Pancasila memberi ruang bagi IPTEK untuk
berkembang di Indonesia
b. Nilai agama dan budaya menjadi mitra dialog bagi pengembangan IPTEK
c. Kerusakan lingkungan merupakan dampak dari perilaku manusia yang masih
menggunakan cara tradisional
d. Nilai-nilai kearifan local tergantikan oleh pengetahuan yang lebih efisien dan
dinamis
10. Peran generasi muda agar bijak terhadap perkembangan IPTEK di Indonesia yaitu:
a. Menyaring pengetahuan yang paling menguntungkan secara ekonomi
b. Mencoba berbagai macam teknologi sesuai kebutuhan
c. Memilah perangkat teknologi dengan tidak meninggalkan nilai-nilai kearifan
local
d. Menjadikan Pancasila sebagai rambu rambu dalam pengembangan IPTEK jika
diperlukan

Daftar Rujukan
Amran, Ali. 2016. Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada
Diponolo, Gunadi Sukarno. Ilmu negara. Balai Pustaka, 1975
Direktorat Pembelajaran Dan kemahasiswaan Direktorat Jenderal pendidikan tinggi. 2013.
Materi Ajar Mata Kuliah Pendidikan Pancasila. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional kementerian pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia
Hatta, Mohammad. 1977. Pengertian Pancasila. Jakarta: Idayu Press
Kaelan, M. S. 2019. Pendidikan Pancasila. Jakarta: Paradigma.
Kaelan. 2013. Negara Kebangsaan Pancasila: Kultural, Historis, Filosofis, Yuridis, dan
aktualisasinya. Yogyakarta: Paradigma
Latif, Yudi. 2011. Negara Paripurna: Hostorisitas, Rasionalitas, dan AKtualitas Pancasila.
Jakarta: Gramedia
Mahfud, M.D. 2009. Pancasila Hasil Karya dan Milik Bersama. Makalah pada Kongres Pancasila
di UGM tanggal 30 Mei 2009
Pimpinan MPR dan tim kerja sosialisasi MPR periode 2009-2014. Empat Pilar kehidupan
berbangsa dan bernegara. Jakarta: Sekjen MPR RI
Suweca, I Ketut. 2011. Apa kata Bung Karno tentang Buku, Ilmu, dan Amal?. Kompasiana.com

Anda mungkin juga menyukai