Anda di halaman 1dari 8

DESKRIPSI MISKONSEPSI SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL

TERMOKIMIA PADA SISWA KELAS XI MAN KUBU RAYA

Sri Murniati, Eny Enawaty, Ira Lestari


Program Studi Pendidikan Kimia FKIP UNTAN
Email: murniatisri33@gmail.com

Abstract
This research aims to determine misconception of student and to describe the causes
of the misconception in thermochemistry material on XI grade of MAN Kubu Raya.
This research type is qualitative research with descriptive method. The sample that
used is 19 students. This instrument of this research was diagnostic test that organized
as multiple choice with four answer alternative. The most common misconceptions is
bond energy concept (92.11%). The least misconceptions are the change in entalphy
concept (5.26%) and Hess’s Law concept (5.26%). These results show the student’s
misconceptions caused by assosiative thinking student (23.18%), incomplete
reasoning (2.65%), intuition thinking (23.84%), preconception (21.85%), ability of
student (9.27%), and interest of student (19.21).

Keywords: Descriptive, misconception, diagnostic test, thermochemistry

PENDAHULUAN (Faridah, 2004). Berdasarkan cakupan


Mata pelajaran kimia merupakan materi mata pelajaran kimia sebagian besar
bagian dari IPA yang mempelajari tentang bersifat abstrak dan sangat kompleks.
sifat, struktur materi, komposisi materi, Effendy (2002) mengatakan bahwa (1)
perubahan materi, serta energi yang sebagian besar konsep kimia bersifat
menyertai perubahan materi secara umum abstrak, (2) konsep-konsep kimia pada
yang diperoleh melalui hasil-hasil umumnya merupakan penyederhanaan dari
eksperimen dan penalaran (Depdiknas, keadaan sebenarnya (analogi), (3) konsep
2003:2). Kimia merupakan suatu bidang kimia bersifat berurutan.Siswa yang
ilmu pengetahuan yang menekankan pada mengalami kesulitan dalam memahami
penguasaan konsep. Salah satu tujuan yang konsep-konsep pada pelajaran kimia
harus dicapai dalam pembelajaran kimia terkadang membuat penafsiran sendiri
adalah siswa mampu menguasai konsep- terhadap konsep yang dipelajari sebagai
konsep kimia yang telah dipelajarinya, suatu upaya untuk mengatasi kesulitan
kemudian siswa diharapkan mampu belajarnya. Namun, hasil tafsiran siswa
mengaitkan konsep-konsep yang telah terhadap konsep terkadang tidak sesuai
dipelajarinya dengan materi yang sedang dengan konsep ilmiah yang disampaikan
dipelajarinya. Oleh karena itu, penekanan oleh para ahli (Yunitasari, 2013). Hal inilah
penguasaan konsep dalam pelajaran kimia yang akan berdampak pada munculnya
menjadi sangat penting. miskonsepsi.
Dalam proses pembelajaran, konsep Konsep-konsep dalam ilmu kimia
merupakan hal yang perlu dipahami, merupakan konsep esensial, sebab
dipelajari dan dikuasai oleh siswa. Konsep merupakan prasyarat untuk memahami
kimia terbentuk dalam diri siswa secara konsep yang lain. Salah satu konsep esensial
berangsur-angsur melalui pengalaman dan adalah konsep termokimia. Konsep
interaksi mereka dengan alam sekitarnya termokimia berkaitan erat dengan konsep-

1
konsep reaksi kesetimbangan. Karena (2011) yang menunjukan bahwa siswa SMA
adanya konsep-konsep yang berkaitan kelas XI mengalami miskonsepsi pada
dengan konsep termokimia maka apabila konsep sistem, lingkungan, reaksi eksoterm
terjadi miskonsepsi pada konsep-konsep dan endoterm. Lebih lanjut ia
termokimia akan memberikan dampak mengungkapkan miskonsepsi yang dialami
terjadinya miskonsepsi pada konsep-konsep siswa menimbulkan permasalahan
lain yang berkaitan dengan konsep pembelajaran dalam termokimia. Siswa
termokimia tersebut. Hartono (2002) mengalami kesulitan dalam
menyatakan, apabila konsep-konsep mengklasifikasikan bahwa reaksi pemutusan
prasyarat ini kurang dikuasai dan dipahami ikatan merupakan reaksi endoterm,
oleh siswa akan menjadi hambatan dalam sedangkan reaksi pembentukan ikatan
memahami konsep-konsep selanjutnya dan adalah reaksi eksoterm, dan beranggapan
akan kesulitan dalam menyelesaikan soal- bahwa setiap reaksi dengan oksigen
soal kimia. termasuk persamaan termokimia dari
Termokimia adalah salah satu materi perubahan entalpi pembakaran.
pembelajaran kimia yang dianggap sulit oleh Kesalahan-kesalahan siswa dalam
peserta didik, karena banyak menggunakan materi termokimia perlu diteliti lebih lanjut
perhitungan, sehingga kurang diminati. maka dapat dilakuan penelitian tentang
Suatu pelajaran yang dianggap sulit oleh deskripsi miskonsepsi siswa dalam
seorang siswa biasanya dihindari atau menyelesaikan soal-soal termokimia pada
bahkan tidak dipelajari lebih lanjut. Hasil siswa kelas XI MAN Kubu Raya untuk
wawancara dengan guru mata pelajaran mengungkapkan miskonsepsi yang terjadi.
kimia MAN Kubu Raya menyatakan bahwa Dengan demikian dapat ditelusuri penyebab
nilai siswa pada materi termokimia sebagian miskonsepsi tersebut.
besar masih dibawah standar ketuntasan
minimal (SKM) yaitu 75, ini berdasarkan METODE PENELITIAN
nilai ulangan harian termokimia tahun ajaran Penelitian ini dilakukan menggunakan
2015/2016. metode deskriptif. Penelitian ini bertujuan
Hasil prariset yang dilakukan pada siswa untuk memberikan gambaran secara
kelas XI IPA 2 MAN Kubu Raya dapat mendetail tentang miskonsepsi dan
disimpulkan bahwa masih banyak terjadi penyebab miskonsepsi yang dilakukan siswa
kesalahan yang dialami oleh siswa dalam kelas XI MAN Kubu Raya dalam
memahami materi termokimia sehingga menyelesaikan soal-soal termokimia.
dapat diduga terjadi miskonsepsi dalam Populasi dalam penelitian ini adalah
mengerjakan soal-soal tersebut. Berdasarkan siswa MAN Kubu Raya Kelas XI Tahun
hasil penelitian Narsudin (2015) ajaran 2015-2016 yang terdiri dari dua kelas,
menunjukkan bahwa miskonsepsi masih yaitu kelas XI IPA1, dan XI IPA2. Sampel
terjadi pada sebagian besar konsep-konsep dalam penelitian ini adalah kelas XI IPA1
pada materi termodinamika diantaranya dengan jumlah siswa sebanyak 19 orang.
pada konsep-konsep termokimia dan konsep Pertimbangan pemilihan sampel dalam
energi. Adapun hasil penelitian Rohmah penelitian ini adalah rata-rata nilai ulangan
(2012) siswa kelas XI-A2 SMA Negeri 2 termokimia dengan rata-rata terendah dari
Malang tahun ajaran 2011-2012 mengalami kelas IPA yang ada di MAN Kubu Raya.
kesalahan konsep pada meteri termokimia Teknik yang digunakan dalam
yaitu menganggap bahwa reaksi penelitian ini adalah teknik pengukuran dan
pembentukan berasal dari senyawa bukan komunikasi langsung dengan menggunakan
berasal dari unsur. instrumen penelitian. Pengukuran
Gambaran rendahnya penguasaan menggunakan instrumen berupa tes
konsep termokimia akibat miskonsepsi diagnostik dalam bentuk obyektif (pilihan
diperkuat oleh hasil penelitian Kismarini ganda) disertai alasan atau langkah-langkah

2
mengerjakan soal, sedangkan komunikasi
lansung dengan wawancara semi terstruktur. Tahap Akhir Penelitian
Instrumen penelitian divalidasi oleh dua Langkah-langkah yang dilakukan pada
validator yaitu satu orang dosen kimia FKIP tahap akhir adalah: (1) Mengoreksi dan
Untan dan satu orang guru kimia MAN menganalisis jawaban siswa untuk
Kubu Raya. mengetahui miskonsepsi yang dialami
siswa; (2) Melakukan wawancara terhadap
Tahap Persiapan Penelitian siswa yang mengalami miskonsepsi untuk
Langkah-langkah yang dilakukan pada mengetahui penyebabnya; (3) Membahas
tahap persiapan antara lain: (1) Melakukan dan mendeskripsikan hasil analisis data; (4)
pra riset, Pra riset pada tanggal 20 Januari Memberikan kesimpulan dari riset yang
2016 dengan melakukan wawancara kepada dilakukan; (5) Menyusun laporan penelitian
guru kimia kelas XI MAN Kubu Raya. Dari dalam bentuk skripsi.
hasil wawancara yang dipilih adalah materi
termokimia berdasarkan nilai rata-rata siswa HASIL PENELITIAN DAN
yang paling rendah dibandingkan dengan PEMBAHASAN
nilai materi yang lain (2) Perumusan
masalah dari hasil pra riset; (3) Persiapan Hasil Penelitian
penelitian, Persiapan penelitian yang Jumlah siswa yang menjadi subjek
dilakukan adalah: Menyiapkan instrumen penelitian ini sebanyak 24 siswa namun
penelitian berupa kisi-kisi soal, soal tes yang dapat diolah datanya hanya 19 siswa
pilihan ganda, kunci jawaban, dan rubrik hal ini karena 5 siswa lainnya tidak berada
penskoran. Pembuatan instrumen ini dibuat didalam kelas. Siswa-siswa yang tidak
dengan bimbingan dosen, melakukan diteliti tersebut diantaranya 3 mengikuti
validasi instrumen penelitian sampai kegiatan OSIS dan 2 orang tidak hadir.
dinyatakan valid, membuat pedoman Pengambilan data dilakukan dengan
wawancara, menghubungi kepala sekolah memberikan tes diagnostik termokimia
untuk melakukan penelitian, mempersiapkan kepada siswa. Berdasarkan analisis data,
dan mengurus surat izin penelitian. miskonsepsi yang paling sedikit terjadi pada
soal berindikator menentukan perubahan
Tahap Pelaksanaan Penelitian suhu suatu senyawa saat menyerap kalor
Langkah-langkah dalam tahapan dari lingkungan dan menentukan perubahan
melaksanakan penelitian, yaitu: (1) entalpi berdasarkan persamaan reaksi
Memberikan soal tes termokimia kepada dengan persentase miskonsepsi masing-
siswa yang menjadi sampel penelitian; (2) masing 5,26%. Miskonsepsi yang paling
Melakukan penilaian pada tes termokimia, banyak terjadi pada soal yang berindikator
kemudian hasil tes, dibuat dalam sebuah menentukan kalor penguraian berdasarkan
tabel; (3) Melakukan wawancara terhadap energi ikat dengan persentase miskonsepsi
subjek penelitian untuk mendapatkan sebesar 92,11%.
keterangan lebih dalam terhadap hasil tes
termokimia.

3
Tabel 1

Miskonsepsi Siswa Kelas XI IPA MAN Kubu Raya pada materi Termokimia

Rata-Rata
No. Indikator Soal Persentase
(%)

1. Menentukan suatu sistem berdasarkan percobaan 21,06


sederhana.

2. Menentukan perubahan suhu suatu senyawa saat menyerap 5,26


kalor dari lingkungan.

3. Menghitung jumlah kalor yang dibebaskan pada 21,05


pembakaran suatu senyawa.
4. Menganalisis suatu reaksi endoterm. 31,57

5. Menentukan perubahan entalpi berdasarkan persamaan 5,26


reaksi

6. Menentukan persamaan reaksi termokimia. 78,95

7. Menentukan harga ΔH berdasarkan percobaan sederhana. 52,63

8. Menentukan harga ΔH pembakaran berdasarkan entalpi 52,63


pembentukan.

9. Menentukan harga ΔH reaksi berdasarkan diagram siklus. 89,45

10. Menentukan Kalor Penguraian berdasarkan energi ikatan. 92,11

Berdasarkan hasil wawancara dengan Tabel 2. Penyebab Miskonsepsi Siswa


siswa, miskonsepsi yang terjadi pada siswa
kelas XI IPA MAN Kubu Raya disebabkan Penyebab Persentase
oleh 5 hal yaitu pemikiran asosiatif, Miskonsepsi
penalaran (reasoning) tidak lengkap, intuisi
yang salah, prakonsepsi, dan kemampuan Pemikiran asosiatif 25,9
siswa. Dari sekian banyak miskonsepsi,
Penalaran (reasoning) 5,4
banyak miskonsepsi, penyebab terbesar
tidak lengkap
adalah intuisi yang salah dengan persentase
sebesar 27,1%. Adapun persentase Intuisi yang Salah 27,1
penyebab terjadinya miskonsepsi disajikan
pada tabel 2. Prakonsepsi 19,9

Kemapuan siswa 21,7

4
Miskonsepsi-miskonsepsi tersebut terjadi dengan konsep yang dikemukakan oleh
disebabkan oleh beberapa faktor, secara ilmuan bahwa untuk menentukan suatu
lengkap persentase penyebab terjadinya kalor berdasarkan ΔH tidak
miskonsepsi disajikan pada tabel 2. menggunakanrumus ΔH = ΔHpereaksi
– ΔHhasil reaksi tetapi dengan rumus
Pembahasan ΔH = Hproduk – Hreaktan (Parning,
Berasarkan hasil analisis jawaban siswa 2006).
diketahui bahwa siswa mengalami 3. Menghitung jumlah kalor yang
miskonsepsi disetiap indikator. Pembahasan dibebaskan pada pembakaran suatu
miskonsepsi untuk tiap-tiap indikator dapat senyawa.
dijelaskan sebagai berikut : Terdapat 15,78% siswa yang
1. Menentukan suatu sistem mengalami miskonsepsi. Dari jawaban
berdasarkan percobaan sederhana yang diberikan yakni reaksi endoterm
Terdapat 15,79% siswa yang adalah reaksi kimia dengan entalpi
mengalami miskonsepsi dan 5,26% produk lebih kecil daripada entalpi
yang tidak paham konsep. Air reaktan sehingga entalpi sistem
merupakan salah satu bagian yang berkurang. Konsepsi siswa ini tidak
diamati perubahan energinya namun sesuai dengan konsep yang
tidak hanya air yang diamati dikemukakan oleh ilmuan bahwa
perubahan energinya tetapi urea juga dalam reaksi endoterm adalah reaksi
merupakan bagian yang diamati kimia dengan entalpi produk tidak
perubahan energinya. Adanya lebih kecil daripada entalpi reaktan
pengaruh kalor dari lingkungan tetapi entalpi produk lebih besar dari
membuat suhu es turun. Alasan ini entalpi pereaksi (Justiana, 2009)
menjadi penyebab miskonsepsi siswa 4. Menganalisis suatu reaksi endoterm
tersebut digolongkan pada intuisi yang Terdapat 15,78% siswa yang
salah. Seharusnya, dengan adanya mengalami miskonsepsi. H2SO4 + air
penambahan kalor yang diserap oleh es  Larutan H2SO4 merupakan reaksi
dari lingkungan tidak merubah suhu es endoterm. Dalam reaksi tersebut
hingga es tersebut mencair, setelah es terjadi reaksi endoterm karena adanya
mencair maka suhunya akan naik dan kalor yang dilepas ke lingkungan
energi potensial dari zat-zat kimia sehingga suhu lingkungan meningkat.
yang bersangkutan akan turun Konsepsi siswa ini tidak sesuai dengan
sehingga sistem melepaskan kalor konsep yang dikemukakan oleh ilmuan
kelingkungan (Justiana, 2009). bahwa reaksi endoterm tidak terjadi
2. Menentukan perubahan suhu suatu karena adanya kalor yang dilepas ke
senyawa saat menyerap kalor dari lingkungan tetapi reaksi kimia dengan
lingkungan sistem menyerap kalor dari
Terdapat 5,26% siswa yang lingkungannya (Justiana, 2009).
mengalami miskonsepsi. Dalam 5. Menentukan perubahan entalpi
pengerjaan soal, mereka menggunakan berdasarkan persamaan reaksi`
rumus ΔH= Hreaktan – Hproduk Terdapat 5,26% siswa yang
untuk menghitung jumlah kalor. Dari mengalami miskonsepsi. Pada reaksi
jawaban yang diberikan mereka juga CH4 + 2O2 CO2 + 2H2O terjadi
menjelaskan bahwa setelah perubahan entalpi yakni kalor
mendapatkan nilai ΔH kemudian dikali pembentukan CO2 dan H2O. Konsepsi
dengan 0,02 mol C2H2 untuk siswa ini tidak sesuai dengan konsep
menghitung jumlah kalor yang yang dikemukakan oleh ilmuan bahwa
dibebaskan pada pembakaran gas pada reaksi CH4 + 2O2 CO2 + 2H2O
C2H2. Konsepsi siswa ini tidak sesuai tidak terjadi perubahan entalpi

5
pembentukan CO2 dan H2O tetapi siswa ini tidak sesuai dengan konsep
entalpi pembakaran CH4. Hal ini yang dikemukakan oleh ilmuan bahwa
dikarenakan perubahan entalpi 0,5 𝑚𝑜𝑙 𝐻𝐵𝑟 𝑥 36𝑘𝐽
∆H peruraian HBr= 1𝑚𝑜𝑙
.
pembakaran CH4 yang terjadi melalui
8. Menentukan harga ΔH pembakaran
pembakaran 1 mol senyawa tersebut
berdasarkan entalpi pembentukan
menjadi senyawa CO2 dan H2O pada
Terdapat 94,74% siswa
keadaan standar (Kalsum, 2009).
mengalami miskonsepsi dan 5,26%
6. Menentukan persamaan reaksi
tidak paham konsep. Koefisien dalam
termokimia
persamaan reaksi tidak berpengaruh
Terdapat 57,89% siswa yang
sehingga entalpi standar pembentukan
mengalami miskonsepsi. Reaksi Ag+ +
gas CO2 dapat dihitung dengan rumus
NO3-  AgNO3 merupakan perubahan
∆H1 = ∆H2 + ∆H3. Konsepsi siswa
entalpi yang terjadi pada pembentukan
tersebut tidak sesuai dengan konsep
1 mol AgNO3 dari Ag+ dan NO3-.
yang dikemukakan oleh ilmuan bahwa
Konsepsi siswa ini tidak sesuai dengan
koefisien dalam persamaan reaksi
konsep yang dikemukakan oleh ilmuan
berpengaruh dalam entalpi
bahwa perubahan entalpi pembentukan
pembentukan standar.
1 mol AgNO3 tidak terjadi dari Ag+
9. Menentukan harga ΔH reaksi
dan NO3- tetapi terjadi dari Ag , N2,
berdasarkan diagram siklus
dan O2 dalam keadaan standard dan
Terdapat 84,21% siswa yang
perubahan entalpi yang terjadi
mengalami miskonsepsi. Hal ini
berdasarkan ion-ion pembentuknya.
disebabkan oleh kekeliruan siswa
Sedangkan pada soal lainnya yang
dalam menentukan arah panah pada
memiliki indikator sama terdapat
diagram.
100% yang mengalami miskonsepsi.
10. Menentukan Kalor Penguraian
Konsepsi siswa ini tidak sesuai dengan
berdasarkan energi ikatan.
konsep yang dikemukakan oleh ilmuan
Terdapat 94,74% siswa yang
bahwa pada reaksi 2NO(g) + O2(g)
mengalami miskonsepsi. Kalor yang
2NO2(g)ΔH= -x kJ tidak terjadi
dibutuhkan untuk mengurai HCl
perubahan entalpi pembentukan
berdasarkan energi ikatan dapat
standard NO2 tetapi perubahan entalpi
menggunakan rumus ΔH= ΣEnergi
pembakaran NO. Hal ini berdasarkan
Ikatan Produk – ΣEnergi Ikatan
perubahan entalpi pembakaran yakni
Reaktan yang kemudian dikali dengan
entalpi yang terjadipada pembakaran 1
1 mol HCl. Konsepsi siswa ini tidak
mol NO pada keadaan standar
sesuai dengan konsep yang
(Kalsum, 2009).
dikemukakan oleh ilmuan bahwa
7. Menentukan harga ΔH berdasarkan
berdasarkan energi ikatan ΔH
percobaan sederhana.
tidakdapat dihitung dengan
Terdapat 10,53% siswa yang
menggunakan rumus ΔH= ΣEnergi
mengalami miskonsepsi. Terjadi
Ikatan Produk – ΣEnergi Ikatan
kekeliruan dalam perhitungan yang
Reaktan tetapi ΔHreaksi= ΣEnergi
menyatakan banyaknya mol yang
Ikatan Reaktan – ΣEnergi Ikatan
terbentuk tidak mempengaruhi
Produk. Sedangkan pada soal lainnya
perubahan entalpi pembentukannya
yang memiliki indikator sama terdapat
sehingga perubahan entalpinya CuSO4
89,47% yang mengalami miskonsepsi.
tetap. Sedangkan pada soal lainnya
Penguraian NH3 berdasarkan energi
yang memiliki indikator sama terdapat
ikatan dapat dihitung dengan
94.73% yang mengalami miskonsepsi.
menggunakan rumus ΔH= ΣEnergi
∆H peruraian HBr dapat dihitung
0,5 𝑚𝑜𝑙 𝐻𝐵𝑟 𝑥 (−36𝑘𝐽) Ikatan Produk – ΣEnergi Ikatan
dengan . Konsepsi Reaktan yang kemudian dikali dengan
1𝑚𝑜𝑙

6
1 mol NH3. Konsepsi siswa ini tidak Saran
sesuai dengan konsep yang Berdasarkan hasil penelitian, maka
dikemukakan oleh ilmuan bahwa peneliti memberikan sebagai berikut: (1)
berdasarkan energi ikatan ΔH tidak Perlunya mempelajari konsep-konsep yang
dapat dihitung dengan menggunakan ada pada materi termokimia, sehingga
rumus ΔH= ΣEnergi Ikatan Produk – siswa tidak terjadi miskonsepsi pada materi
ΣEnergi Ikatan Reaktan tetapi ΔH termokimia; (2) Dengan mengetahui adanya
reaksi= ΣEnergi Ikatan Reaktan – miskonsepsi pada siswa, hendaknya guru
ΣEnergi Ikatan Produk (Partan, 2009). dapat memilih metode atau strategi
pembelajaran yang sesuai dengan sub
Hasil tes diagnostik tersebut digunakan konsep dalam materi termokimia.
untuk melihat bentuk-bentuk miskonsepsi
yang terdapat pada materi termokimia. DAFTAR RUJUKAN
Selanjutnya dilakukan wawancara kepada Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004 SMA
siswa yang mengalami miskonsepsi Pedoman Khusus Pengembangan
sehingga dapat diketahui penyebab Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran
terjadinya miskonsepsi pada tiap soal. Kimia. Proyek Pelita, Jakarta.
Penyebab terjadi miskonsepsi dapat Effendy. 2002. Upaya untuk Mengatasi
diketahui dari hasil wawancara terhadap Kesalahan Konsep dalam Pengajaran
siswa yang mengalami miskonsepsi tiap Kimia dengan Menggunakan Strategi
soal. Berdasarkan wawancara tersebut, Konflik Kognitif. Jurnal Media
miskonsepsi siswa disebabkan oleh 5 hal, Komunikasi Kimia, No. 2, th 6.
yaitu pemikiran asosiatif (25,9%), Faridah. 2004. Miskonsepsi dalam Topik
penalaran (reasoning) tidak lengkap Elektrolisis dikalangan Pelajar
(5,4%), intuisi yang salah (27,1%), Tingkatan Empat Di Daerah Tanah
prakonsepsi (19,9%), dan kemampuan Merah. Kelantan. Tesis. Universiti
siswa (21,7%). Setiap miskonsepsi yang teknologi Malaysia. Johor Bahru.
sama belum tentu disebabkan oleh hal yang Hartono. 2002. Meminimalkan Kesalahan
sama. Siswa dalam Menjawab Soal-Soal
Kimia Melalui Pemahaman Konsep
KESIMPULAN DAN SARAN Prasyarat Menggunakan Poster Di
Kesimpulan SMUN 1 Inderalaya. Forum Pendidikan.
Berdasarkan hasil penelitian dapat 21(2). 101-102.
disimpulkan bahwa terdapat miskonsepsi Justiana. 2009. Chemistry 2 for Senior High
siswa kelas XI MAN Kubu Raya dalam School. Yudistira. Jakarta
menyelesaikan soal-soal termokimia. Kalsum. 2009. Kimia 2: Kelas XI SMA dan
Bentuk-bentuk miskonsepsi siswa terdapat MA. Pusat Pembukuan Departemen
pada sub konsep sistem dan lingkungan, Pendidikan Nasional. Jakarta.
kalor, reaksi eksoterm dan endoterm, Kismarini, Henny 2011. Identifikasi dan
perubahan entalpi persamaan reaksi Reduksi Miskonsepsi pada Materi
termokimia, Hukum Hess, entalpi Pokok Termokimia Menggunakan
pembentukan standar, diagram siklus dan Pembelajaran Kimia Kontekstual. Tesis
energi ikatan. Penyebab miskonsepsi yang Magister SPS UPI. Bandung
dialami siswa kelas XI IPA MAN Kubu Partan. 2009. Mari Belajar Kimia Untuk
Raya yaitu pemikiran asosiatif (23.18%), SMA MA Kelas XI IPA. Pusat
penalaran (reasoning) tidak lengkap Perbukuan, Departemen Pendidikan
(2.65%), intuisi yang salah (23.84%), Nasional. Jakarta.
prakonsepsi (21.85%), kemampuan siswa Parning. 2006. Kimia Untuk SMA kelas X
(9.27%), dan minat siswa (19.21%). Semester Pertama. Yudhistira. Jakarta.

7
Yuniasri, D. 2013. Identifikasi Miskonsepsi Mandara pada Materi Struktur Atom dan
Siswa Kelas XI di SMA Negeri 1 Ikatan Kimia. Skripsi. Universitas
Singaraja dan SMA Negeri Bali Pendidikan Ganesha. Singaraja.

Anda mungkin juga menyukai