ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk Mengetahui apakah model pembelajaran
kooperatif dengan metode STAD (Student Team Achievement Division) memberikan prestasi
yang lebih tinggi daripada model pembelajaran kooperatif dengan metode TGT (Team Games
Tournament) yang keduanya berbantuan macromedia flash pada pembelajaran Senyawa
Hidrokarbon untuk siswa kelas X semester II SMA 1 Muhammadiyah Karanganyar Tahun
Ajaran 2011/2012. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Data dalam penelitian ini adalah
data prestasi kognitif siswa yang akan dianalisa menggunakan uji-t pihak kanan. Dengan dua
kelas eksperimen, kelas eksperimen STAD dan kelas eksperimen TGT. Kelas eksperimen
STAD akan dilengkapi dengan instrumen tugas portofolio pada akhir bab. Sedangkan untuk
kelas eksperimen TGT, dilakukan permainan ' siapa cepat dia dapat ' pada keberlangsungan
pembelajaran dan permainan ' destinasi ' pada akhir bab. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa
ada perbedaan prestasi siswa yang menggunakan metode STAD (Student Team Achievment
Division) berbantuan macromedia flash dengan metode TGT (Team Games Tournament)
berbantuan macromedia flash, dengan kesimpulan peneltian yang didapat adalah pembelajaran
kimia materi Senyawa Hidrokarbon dengan menggunakan Metode pembelajaran Kooperatif
STAD (Student Team Achievement Division) berbantuan Macromedia Flash, lebih
meningkatkan prestasi belajar siswa daripada dengan menggunakan Metode pembelajaran
Kooperatif TGT (Team Games Tournament) berbantuan Macromedia Flash.
Copyright © 2014 65
JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 3 No. 1 Tahun 2014 Hal. 65-73
dirasa sulit oleh sebagian besar siswa Tugas seorang guru kimia
sehingga menyebabkan prestasi adalah menjembatani agar siswa
belajarnya kurang tinggi. Salah satu mampu dengan mudah mempelajari dan
materi kimia yang dianggap sulit oleh memahami materi pelajaran kimia.
sebagian siswa adalah materi Senyawa Untuk mencapai hal ini tidak terlepas
Hidrokarbon. Pada materi ini diperlukan dari model pembelajaran yang
pemahaman yang baik, karena siswa digunakan oleh guru, yang menjadikan
akan dikenalkan pada macam-macam komunikasi dalam kegiatan belajar
senyawa kimia dan cara penamaannya, mengajar menjadi lebih
keisomeran dan sifat-sifatnya. Selain itu, efektif.Pembelajaran kooperatif
konsep penamaan dan pemberian merupakan salah satu alternatif dalam
lambang pada suatu senyawa kimia proses pembelajaran, karena
telah didefinisikan dengan baik menurut pembelajaran kooperatif dapat
IUPAC. Oleh karena itu, diperlukan meningkatkan kemampuan siswa dalam
metode pembelajaran yang sesuai agar bekerja sama dalam memecahkan
siswa dapat lebih mudah memahami masalah dan berpikir kritis sehingga
materi yang diberikan dan diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Ketika menyelesaikan tugas
siswa. kelompok, setiap siswa dalam sebuah
Berdasarkan fakta dilapangan, kelompok belajar dituntut untuk dapat
siswa di SMA 1 Muhammadiyah saling bekerjasama dan saling
Karangayar masih memiliki prestasi membantu untuk memahami materi
belajar yang rendah pada materi pelajaran. Belajar kelompok
Senyawa Hidrokarbon. Hal tersebut memungkinkan siswa selalu terlibat aktif
dapat dilihat dari data arsip hasil dalam proses belajar, karena siswa
prestasi belajar dan wawancara dengan mempunyai tanggungjawab belajar yang
guru yang telah dilakukan pada tanggal lebih besar sehingga memungkinkan
22 Juli 2011, persentase nilai prestasi berkembangnya daya kreatif, berpikir
belajar siswa dalam mata pelajaran kritis dan sifat kepemimpinan pada diri
kimia materi Senyawa Hidrokarbon siswa yang bersangkutan. Guru
untuk angkatan tahun 2010-2011 yang berperan sebagai organisator, motivator
belum mencapai batas ketuntasan 65 dan salah satu sumber informasi selama
masih sebesar 55% sedangkan prestasi kegiatan belajar kelompok berlangsung
belajar siswa yang telah mencapai batas [1].
ketuntasan hanya 45%, nilai prestasi Salah satu contoh model
belajar siswa tertinggi adalah 80 pembelajaran kooperatif adalah metode
sedangkan nilai prestasi belajar siswa TGT (Teams Games Tournaments).
terendah adalah 45, dan nilai rata-rata Dalam model pembelajaran kooperatif
prestasi balajar siswa sebesar 63. dengan metode TGT (Team Games
Sehingga prestasi yang telah dicapai di Tournament), belajar dapat dilakukan
tahun sebelumnya masih perlu sambil bermain. Belajar sambil bermain
ditingkatkan. Adapun hal yang tidak selalu berakibat pada rendahnya
melatarbelakangi pemilihan lokasi prestasi belajar siswa. Di dalam
penelitian di SMA Muhammadiyah 1 permainan, para siswa akan
Karangayar adalah mayoritas kegiatan berkompetisi sebagai wakil dari
belajar mengajar dilaksanakan dengan kelompoknya. Dengan adanya
metode ceramah yang memungkinkan permainan, diharapkan siswa tidak
siswa menjadi bosan atau jenuh, sifat bosan terhadap mata pelajaran yang
individu siswa yang tinggi menyebabkan diajarkan oleh guru dan pembelajaran
kurangnya kerjasama siswa dalam dapat berlangsung dalam suasana yang
belajar, kurangnya minat siswa dalam menyenangkan. Metode pembelajaran
belajar kimia menyebabkan prestasi kooperatif TGT lebih tepat untuk
belajar siswa kurang sesuai dengan mengajar obyek yang didefinisikan
kompetensi yang diharapkan. secara baik dengan satu jawaban benar
seperti konsep dan fakta ilmu
Copyright © 2014 66
JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 3 No. 1 Tahun 2014 Hal. 65-73
Copyright © 2014 67
JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 3 No. 1 Tahun 2014 Hal. 65-73
Copyright © 2014 68
JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 3 No. 1 Tahun 2014 Hal. 65-73
terikatnya adalah prestasi belajar siswa dapat menjawab dengan benar butir
aspek kognitif mengenai pokok bahasan item yang bersangkutan dikurangi
Senyawa Hidrokarbon. proporsi test kelompok bawah yang
Media pembelajaran sebelum dapat menjawab dengan benar butir
digunakan divaliditas terlebih dahulu item tersebut [8], setelah dilakukan uji
oleh pembimbing 1 dan pembimbing 2 coba, dari 29 soal, 5 soal sangat kurang,
dengan keterkaitannya terhadap 3 soal kurang, 16 soal cukup, dan 5 soal
kompetensi yang ingin dicapai. lebih.
Teknik analisis Instrumen Teknik analisis data
kognitif menggunakan: (1) Uji validitas, menggunakan uji t-pihak kanan yang
penentuan validitas tes menggunakan mensyaratkan data normal dan
korelasi point biserial untuk validitas homogen [9], untuk menguji apakah
item [1], setelah dilakukan uji coba, dari sampel penelitian dari populasi distribusi
29 soal, 20 soal valid, (2) Uji reliabilitas, normal atau tidak digunakan metode
digunakan rumus Kuder Richardson Lilliefors, sedangkan untuk mengetahui
(KR-20) [7], hasil uji coba reliabilitas, apakah sampel penelitian mempunyai
instrumen dinyatakan reliable sebab variansi yang homogen atau tidak
harga reliabilitas sebesar 0.642 lebih digunakan metode Bartlett [9].
besar dari kriteria minimum (0,339), (3)
Tingkat kesukaran, ditentukan atas
banyaknya siswa yang menjawab benar HASIL DAN PEMBAHASAN
butir soal dibanding jumlah seluruh a. Hasil Belajar Materi Ikatan Kimia
siswa yang mengikuti tes [8], setelah Kelas Eksperimen 1 (TGT) dan
dilakukan uji coba, dari 29 soal, 9 soal Kelas Eksperimen 2 (STAD)
tergolong mudah, 18 soal tergolong Hasil belajar siswa secara
sedang, dan 2 soal tergolong sukar, (4) ringkas dapat di rangkum seperti pada
Daya pembeda suatu item, ditentukan Tabel 3.
dari proporsi test kelompok atas yang
Copyright © 2014 69
JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 3 No. 1 Tahun 2014 Hal. 65-73
Histogram
Selisih Nilai Kognitif Siswa
15 12
Frekuensi
10 7
65 5 55 54
3 4 3
5
1 0 01
0
2,0 3,0 4,1 5,1 6,2 7,2 8,3 9,3
Nilai Tengah
Copyright © 2014 70
JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 3 No. 1 Tahun 2014 Hal. 65-73
Tabel 7. Rangkuman Hasil Uji t-pihak Kanan Selisih Nilai Pretes-Postes Kelas
Eksperimen 1 dan Kelas Eksperimen 2
Kelompok Sampel Selisih Nilai Variansi t
Kelas Eksperimen 1 (TGT) 4.85 1.8426
1.7234
Kelas Eksperimen 2 (STAD) 5.42 2.8584
Copyright © 2014 71
JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 3 No. 1 Tahun 2014 Hal. 65-73
Copyright © 2014 72
JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 3 No. 1 Tahun 2014 Hal. 65-73
DAFTAR RUJUKAN
[1] Isjoni. 2011. Cooperative Learning
Efektivitas Pembelajaran Kelompok.
Bandung: ALFABETA.
[2] Sugiyanto. 2008. Model-model
Pembelajaran Inovatif. Modul
Pendidikan dan Pelatihan Profesi
Guru (PLPG). Panitia Sertifikasi Guru
(PSG) Rayon 13 Surakarta.
[3] Slavin, R. E. 2008. Cooperative
Learning Teori, Riset dan Praktik.
Terjemahan Nurulita Yusron.
Bandung : Nusa Media
Copyright © 2014 73