Anda di halaman 1dari 12

MODEL MENTAL SISWA DALAM MEMAHAMI

PERUBAHAN WUJUD ZAT


LUKMAN ABDUL RAUF LALIYO
Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA
Universitas Negeri Gorontalo

Abstract: This study is aimed to describe the mental models and the factors that cause
confusion in understanding the concept of material shape changes of students of the
XIth grade of SMA 3 Gorontalo. This study used the survey as the source of the data
and it was analyzed by using descriptive analysis technique. The population of this
study was 450 students with the sample 84 students. The results found that (a) only a
few students have a correct understanding on the substance shape changes, in terms of
conception of the particle size (21,4%), weight of particles (27,3%), the distance
between the particles (53,5%), and the movement of particles (53,5%), (b) students'
comprehension mental models tend to be similar in describing the visualization of
microscopic of the molecule in the form of substance changes, (c) the main factor
causing students' confusion is students developed their own understanding, and (d) the
inability of students to link the theories/concept with the phenomenon that would be
explained.

Keyword: mental models, material shape changes

Abstract: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan model mental dan faktor-
faktor penyebab kerancuan pemahaman konsep Perubahan Wujud Materi siswa kelas XI
di SMA Negeri III Gorontalo. Metode penelitian yang digunakan survey dengan teknik
analisis deskriptif. Populasi penelitian ini 450 siswa dengan anggota sampel berjumlah
84 siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (a) hanya sebagian kecil siswa yang
memiliki konstruksi pemahaman yang benar tentang perubahan wujud zat, ditinjau dari
konsepsinya tentang ukuran partikel (21,4%), berat partikel (27,3%), jarak antar partikel
(53,5%), dan gerak partikel (53,5%); (b) model mental pemahaman siswa yang
cenderung sama dalam menggambarkan visualisasi mikroskopis keadaan molekul pada
perubahan wujud zat; (c) faktor utama penyebab kerancuan pemahaman siswa adalah
adanya pemahaman yang dikembangkan sendiri oleh siswa, dan (d) ketidakmampuan
siswa mengaitkan konsep yang dipelajari dengan fenomena yang hendak dijelaskannya.

Key words: model mental, perubahan wujud zat.

Pada dasarnya belajar sains (kimia), sesuai (a) siswa dapat lebih memahami adanya hubung-
dengan karakteristiknya, harus diupayakan seopti- an antara konsep kimia dengan situasi, kondisi
mal mungkin dimulai dengan mengerjakan masa- dan kejadian di lingkungan sekitarnya; (b) siswa
lah yang terkait langsung dengan kehidupan sis- menjadi terampil dan mandiri menyelesaikan ma-
wa sehari-hari. Menyelesaikan masalah dalam salah dengan mengembangkan kemampuan ber-
realita kehidupan yang nyata dengan menerapkan pikir saintifik (analisis, nalar, logika, dll) yang
pengetahuan kimia, membantu siswa membangun ada dalam dirinya; (c) tumbuhnya rasa percaya
pengertian dan pemahaman kimia lebih bermak- diri yang proporsional dalam mengembangkan
na. Beberapa manfaat yang diperoleh antara lain, ilmu pengetahuan. Hal ini dapat berimplikasi

1
Jurnal Penelitian dan Pendidikan, Volume 8 Nomor 1, Maret 2011

pada terciptanya suasana pembelajaran kimia seringkali merepresentasikan permasalahan ilmi-


yang kondusif dan menyenangkan bagi siswa. ah dengan pengetahuan yang terbatas yang masih
Tantangan efektifitas dan efisiensi penge- berupa bagian-bagian yang belum terintegrasi
lolaan pembelajaran kimia, sesungguhnya terletak dalam bentuk hubungan yang formal. Berkaitan
pada bagaimana guru menyiapkan pembelajaran dengan hal ini, telah dijelaskan sebelumnya oleh
yang memungkinkan siswa menguasai konsep Berg (1991;10) bahwa sebelum menerima peng-
terkait dengan pengalaman belajar yang diper- alaman belajar secara formal di kelas, siswa su-
olehnya selama mengikuti proses pembelajaran. dah mempunyai visualisasi dan pemahaman sen-
Penyiapan strategi dan kondisi pembelajaran yang diri tentang peristiwa atau fenomena alam yang
membantu siswa menemukan cara menguasai dan dijumpai di lingkungannya sehari-hari, bahkan
mengaplikasikan konsep kimia, sesuai dengan telah mengembangkannya secara mandiri. Visua-
kompetensi unjuk kerja yang menjadi target lisasi dan pemahaman yang dikembangkan sen-
pelaksanaan pembelajaran. diri oleh siswa ini, atau yang dikenal dengan is-
Persoalan penyiapan strategi dan kondisi tilah “konsepsi”, sebagian besar belum terinte-
pembelajaran kimia, menuntut penyesuaian ber- grasi atau belum relevan dengan visualisasi dan
kenaan dengan, (1) representase (penyajian) ba- pemahaman para kimiawan. Inilah yang disebut
han ajar kimia, dan (2) kebutuhan belajar siswa. oleh Berg (1991:10), Kirkwood dan Symington
Sinkronisasi keduanya penting diupayakan untuk (1996:343), Krishnan dan Howe (1994:653-654),
memberikan pengalaman belajar yang dapat Lewis dan Linn (1994:657-677) disebut sebagai
membantu siswa membangun pemahaman penge- konsepsi-konsepsi awal (praconception) atau
tahuan kimia dengan baik dan benar. konsepsi alternatif (alternative conception) atau
Menurut Johnstone (1982), Treagust et al., konsepsi intuitif (intuitive conceptions). Konsep-
(2003) bahwa para kimiawan (ahli ilmu kimia) si-konsepsi ini berperan penting mengganggu
membedakan fenomena dan bahan ajar kimia konstruksi pemahaman siswa yang sesuai dengan
pada tiga tingkat representasi; yakni makrosko- konsepsi kimiawan.
pik, mikroskopik, dan simbolik, yang ketiganya Mendukung uraian di atas, Herron (1975:
saling memiliki keterkaitan satu sama lain. Untuk 147), Wiseman (1981:484) menjelaskan bahwa
membangun pemahaman konseptual dalam ilmu karakteristik konsep dalam ilmu kimia yang pada
kimia yang baik dan benar, membutuhkan ke- umumnya merupakan konsep-konsep abstrak ada-
mampuan untuk merepresentasikan, menerjemah- lah salah satu faktor dominan yang menyebabkan
kan dan menyesuaikan strategi dan kondisi pem- munculnya “konsepsi siswa”. Selain itu, siswa
belajaran dengan masalah-masalah kimia dalam cenderung mengembangkan konsepsinya sendiri
bentuk representasi makroskopik, mikroskopik, tentang fenomena alam (kimia), karena pembel-
dan simbolik secara simultan. Hal ini cukup ajaran yang dialaminya belum mampu menyedia-
mendasar dan penting direncanakan dalam pem- kan pengalaman belajar yang menyajikan hu-
belajaran kimia, karena siswa relatif memiliki bungan antara konsep dengan kejadian nyata di
kemampuan dan visualisasi pemahaman yang lingkungannya sehari-hari.
berbeda-beda tingkatannya. Penelitian yag dilakukan oleh Bucat dan
Penelitian yang dilaporkan oleh Russel, et Fenshan (1995:93-96), Laliyo (1999), menunjuk-
al., (1997) menunjukkkan bahwa pada umumnya kan bahwa siswa cenderung mengalami kesulitan
siswa memiliki visualisasi yang tidak lengkap dan dalam memahami konsep perubahan wujud dan
tidak konsisten tentang suatu konsep. Siswa sifat materi, pada tingkat makroskopis dan mi-

2
Laliyo, Model Mental Siswa Dalam Memahami Perubahan Wujud Zat

kroskopis. Padahal, konsep perubahan wujud zat karena itu membentuk model mental ilmiah
ini adalah konsep yang telah dipelajari lebih awal sebagai hasil dari paparan pengajaran model
sebelum mempelajari konsep kimia yang lebih tersebut (Harrison & Treagust, 2000). Artinya,
kompleks. Ini adalah salah satu contoh kesulitan siswa membuat model mental mereka sendiri
siswa, lebih karena pengaruh “konsepsi siswa” ketika mereka belajar dan mencoba untuk
yang rancu dan mengganggu proses konstruksi memahami pengetahuan ilmiah selama proses
pemahaman konsep yang sesuai dengan konsep pembelajaran (Chittleborough, Treagust, Mami-
kimiawan. ala, & Mocerino, 2005).
Untuk membantu siswa memahami gejala Model mental menarik untuk diteliti karena
kimia digunakan model dan pemodelan, terutama ada dua alasan. Pertama, bahwa model mental mem-
yang membahas gejala kimia di tingkat represen- pengaruhi fungsi kognitif dan kedua, model mental
tative submikroskopik. Jika tidak, maka dimung- dapat memberikan informasi yang berharga untuk
kinkan siswa berupaya memahami gejala mikros- para peneliti pendidikan sains tentang susunan kon-
kopik itu dengan usaha sendiri dan mengembang- sep yang dimiliki siswa/mahasiswa. Penelitian ten-
kan model lain dalam benaknya. Kesulitan belajar tang model mental siswa tentang perubahan wujud
bahkan kerancuan pemahaman muncul, manakala materi penting dilakukan untuk mengevaluasi pema-
haman siswa dan kemampuannya menghubungkan
ada perbedaan pemahaman siswa itu dengan apa
fenomena makroskopik (perubahan wujud zat), du-
yang dipelajarinya di jenjang konsep berikutnya
nia submiskroskopik (ukuran, berat, jarak dan gerak
yang lebih kompleks. Jika kerancuan dan atau
partikel) dan representasi simbolik. Representasi
kesulitan pemahaman ini terus berlanjut, maka
submikroskopik merupakan faktor kunci pada ke-
cenderung menimbulkan kesalahan konsep (mis- mampuan tersebut. Ketidakmampuan merepresenta-
konsepsi). Sebab, siswa selalu saja menggunakan sikan aspek submikroskopik dapat menghambat ke-
pemahaman yang dikembangkannya sendiri dan mampuan memecahkan permasalahan yang berka-
diperolehnya dari pengalaman yang belum dida- itan dengan fenomena makroskopik dan representasi
sarkan pada penjelasan-penjelasan sebagaimana simbolik (Kozma & Rusell, 1997; Chandrasegaran,
dalam ilmu kimia. et.al, 2008). Berbagai hasil penelitian menunjukkan
Gambaran tentang adanya konsepsi yang bahwa umumnya siswa/mahasiswa bahkan pada sis-
rancu berupa konsep alternatif, atau prakonsepsi, wa yang performansnya bagus dalam ujian meng-
atau konsepsi intuitif dalam benak siswa, adalah alami kesulitan dalam ilmu kimia akibat ketidak
pencerminan tentang visualisasi dan pemahaman mampuan memvisualisasikan struktur dan proses
yang dikonstruksi siswa untuk mewakili ide-ide pada level submikroskopik dan tidak mampu meng-
atau gagasan dari fenomena atau apa yang di- hubungkannya dengan level representasi kimia yang
pelajarinya. Hal inilah yang disebut sebagai lain (Treagust, 2008).
model mental. Model mental mewakili ide-ide Tujuan penelitian ini adalah untuk me-
dalam pikiran individu yang mereka gunakan nyelidiki dan mengevaluasi pemahaman siswa
untuk menggambarkan dan menjelaskan feno- terkait dengan model mental mereka dalam me-
mena. Menurut Van Der Veer dan Del Carmen mahami perubahan wujud zat. Kami juga tertarik
Puerta Melguizo (2003), model mental dibangun untuk melihat bagaimana siswa mampu membuat
dari persepsi, imajinasi, atau dari pemahaman hubungan antara level makroskopik dan micros-
wacana. Ketika mempelajari ilmu pengetahuan, copic (Coll & Treagust, 2003a, 2003b). Penelitian
siswa memperoleh pengetahuan yang dalam pe- ini bertujuan untuk: (1) mengidentifikasi gambar-
nyajiannya memnggunakan model ilmiah, dan an model mental pemahaman siswa dalam men-
jelaskan topik perubahan wujud zat, makroskopik

3
Jurnal Penelitian dan Pendidikan, Volume 8 Nomor 1, Maret 2011

dan mikroskopik, (2) mengidentifikasi faktor- siswa. Harrison dan Treagust (2000) menyatakan
faktor penyebab kerancuan pemahaman siswa bahwa semua representasi (penyajian) dari kon-
dalam menjelaskan topik perubahan wujud zat, sep-konsep kimia pada kenyataannya diekspre-
makroskopik dan mikroskopik, sikan dan membentuk model mental siswa. Teori-
teori yang mendukung penelitian ini didasarkan
KAJIAN TEORI pada penjelasan tipelogi model mental yang dike-
Siswa pada umumnya telah memiliki kons- mukakan oleh Norman (1983). Menurutnya, mo-
truksi pemahaman dan visualisasi imajinatif yang del mental dapat diklasifikasikan menjadi empat
dibangunnnya sendiri untuk menjelaskan fenome- jenis, yaitu (1) sistem target (the target system),
na atau peristiwa alam yang terjadi di lingkung- (2) model konseptual sistem target (the concept-
annya. Gambaran tentang adanya konsepsi yang tual model of that target system), (3) mental
rancu berupa konsep alternatif, atau prakonsepsi, model pengguna sistem target (the user’s mental
atau konsepsi intuitif dalam benak siswa, adalah model of the target system), dan (3) konseptua-
pencerminan tentang konstruksi pemahaman dan lisasi ilmuwan tentang sistem target (and the
visualisasi imajinatif yang dipahami siswa untuk scientist’s conceptualization of the target system).
mewakili ide-ide atau gagasan dari fenomena atau Coll dan Treagust (2003.b) memperjelas bahwa
apa yang dipelajarinya yang berbeda dengan target model yang dimaksudkan adalah model
konsepsi para ilmuwan. atau pemodelan yang digunakan oleh guru dalam
Model mental siswa merupakan ide-ide pembelajaran. Model atau pemodelan guru dalam
yang mewakili gambaran konstruksi pemahaman pembelajaran inilah yang dihubungkan dengan
dan visualisasi imajinatif dalam pikiran siswa konseptualisasi sistem target ilmuwan, yang
yang mereka gunakan untuk menggambarkan dan membutuhkan analisis dan sintesis secara men-
menjelaskan fenomena. Menurut Van Der Veer dalam oleh guru dalam menggunakannya, tergan-
dan Del Carmen Puerta Melguizo (2003), model tung pada konteks tertentu di mana proses
mental dibangun dari persepsi, imajinasi, atau pembelajaran itu terjadi. Analisis dan sisntesis
dari pemahaman wacana. Ketika mempelajari diperoleh dari buku teks deskripsi konsep, analisa
ilmu pengetahuan, siswa memperoleh pengeta- catatan siswa dan rencana pelajaran.
huan yang dalam penyajiannya memnggunakan Pembelajaran tentang konsep perubahan
model ilmiah, dan karena itu membentuk model wujud zat (materi), telah diberikan pada siswa
mental ilmiah sebagai hasil dari paparan peng- kelas tujuh hingga kelas dua belas, dengan jen-
ajaran model tersebut (Harrison & Treagust, jang konsep cakupan materi yang berbeda. Pokok
2000). Artinya, siswa membuat model mental sajian materi meliputi, perubahan wujud zat pa-
mereka sendiri ketika mereka belajar dan men- dat-cair, cair-gas, gas-cair. Perubahan wujud ini
coba untuk memahami pengetahuan ilmiah pada level makroskopik merupakan perubahan
selama proses pembelajaran (Chittleborough, sifat fisik zat, sedangkan pada level mikroskopik
Treagust, Mamiala, & Mocerino, 2005). dapat dilihat dari (a) ukuran partikel, (b) berat
Model mental menarik untuk diteliti karena partikel, (c) jarak partikel, dan (d) gerak antar
ada dua alasan. Pertama, bahwa model mental partikel.
mempengaruhi fungsi kognitif dan kedua, model Pembelajaran yang dilakukan untuk siswa
mental dapat memberikan informasi yang ber- pendidikan menengah di Indonesia, sebagaimana
harga untuk para peneliti pendidikan sains ten- dituntut oleh kurikulum, harus dapat menjelaskan
tang susunan konsep yang dimiliki siswa/ maha- perubahan wujud fisik zat hingga ke pemahaman

4
Laliyo, Model Mental Siswa Dalam Memahami Perubahan Wujud Zat

tentang wujud partikel-partikel. Untuk mengeta- Cosgrove (1983:825-838), Renstrom, dkk. (1990:
hui hal ini, kami meminta siswa menggambarkan 555-569), Laliyo (1999), sebagian lagi dirancang
model (visualisasi imajinatif) yang dipahaminya oleh peneliti sesuai dengan keperluan penelitian.
pada tingkat representasi kimia makroskopik dan Sepuluh siswa diminta secara sukarela
sub-mikroskopis, dan alasan-alasan yang menda- untuk diwawancarai untuk menyelidiki model
sari pemahamannya itu. mental siswa, dengan menyuguhkan pertanyaan
terbuka, menggambar dengan deskripsi, dan data
METODE wawancara, Model mental siswa kemudian dieli-
Metode yang digunakan dalam penelitian sitasi pemahaman mereka pada tingkat repre-
ini adalah metode survei dengan teknik analisis sentasi makroskopik dan submicroscopic. Pedo-
deskriptif. Seluruh data di lapangan, baik yang man wawancara dikembangkan dari item tes
diperoleh dari observasi maupun melalui tes diag- KBP. Dalam wawancara, siswa didorong untuk
nostik kemampuan berpikir partikulat, dianalisis berbicara dengan bebas dan terbuka. Pertanyaan
melalui tabulasi dan penafsiran. Penelitian dila- wawancara yang diajukan, meliputi, pertama,
kukan selama tiga bulan, terhitung sejak bulan siswa diminta untuk menjelaskan apa yang
Januari sampai dengan Maret 2010. Lokasi pene- mereka pahami tentang peristiwa perubahan
litian di SMA Negeri III Gorontalo, sampelnya wujud es mencair. Siswa juga diminta untuk
adalah siswa kelas X. Populasi penelitian ini menggambarkan peristiwa itu pada level mikros-
adalah seluruh karakteristik konsepsi siswa kelas kopis terkait dengan ukuran, berat, jarak dan
X SMA Negeri III Gorontalo, tahun ajaran 2009/ gerak partikel es; dan kedua, siswa diminta untuk
2010 sejumlah 450 siswa, yang tersebar dalam 10 menjelaskan apa yang mereka pahami tentang
kelas. Sampel yang digunakan dalam penelitian peristiwa perubahan wujud air menjadi uap.
ini terdiri atas dua kelas utuh seluruhnya 90 siswa Siswa juga diminta untuk menggambarkan peris-
(usia 16-17 tahun). Sampel penelitian ditentukan tiwa itu pada level mikroskopis terkait dengan
dengan menggunakan teknik random pada kelas ukuran, berat, jarak dan gerak partikel air menjadi
yang ada. Kedua kelas dianggap dapat mewakili uap.
keseluruhan populasi penelitian. Hasil wawancara data maupun gambar
Pengumpulan data dilakukan dengan meng- dianalisis secara tematis berdasarkan penjelasan
gunakan instrumen tes diagnostik kemampuan atau jawaban maupun pemahaman siswa pada
berpikir partikulat (KBP), pedoman observasi dan tingkat makroskopik maupun mikroskopik, serrta
wawancara. Tes digunakan untuk menjaring data kemampuan mereka untuk mengaitkan konsep-
konstruksi pemahaman siswa tentang perubahan sinya dengan konsep lain yang terkait. Kutipan
wujud zat, sedangkan wawancara digunakan un- wawancara dan beberapa gambar siswa yang khas
tuk menelusuri lebih mendalam konstruksi pema- disajikan dalam pembahasan dan diskusi.
haman siswa dan alasan-alasan yang mendasari-
nya. Tes dibuat dalam bentuk pilihan ganda de- HASIL PENELITIAN
ngan tiga pilihan jawaban dan disediakan satu pi- Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada
lihan jawaban yang kosong, di mana siswa dapat umumnya siswa cenderung mengalami kesulitan
mengisinya apabila pilihan jawaban yang tersedia untuk memahami atau menjelaskan konsep per-
tidak memenuhi jawaban yag dikehendakinya. ubahan wujud zat pada level mikroskopis. Secara
Tes KBP sebagian besar disusun me-rujuk pada keseluruhan perolehan skor persentase jawaban
hasil penelitian yang dilakukan oleh Osborne dan siswa diberikan pada Tabel 1.

5
Tabel 1. Deskripsi Perolehan Skor (%) Jawaban Siswa Memahami Konsep Perubahan Wujud Zat
pada Level Miksroskopis

Persentase (%) Siswa yg Menjawab Benar (N=84)


No Konsep yg Diteliti Jumlah
Padat-Cair Cair-Gas Padat-Gas
1 Ukuran Partikel 20,2 26,1 17,8 21,4%
2 Berat Partikel 22,6 27,3 32,1 27,3%
3 Jarak antara Partikel 34,5 58,3 66,6 53,5%
4 Gerak Partikel 61,9 53,5 72,6 62,6%

Berdasarkan Tabel 1, diketahui diketahui Konstruksi Pemahaman Siswa tentang


beberapa hal berikut: (a) ukuran partikel; per- Perubahan Wujud Zat
olehan skor siswa yang memahami dengan benar Untuk mengevaluasi konstruksi pemaham-
konsep ukuran partikel dalam perubahan wujud an dan visualisasi imajinatif siswa tentang peru-
fisik zat padat-cair (20,2%), cair-gas (26,1%), dan bahan wujud zat; kepada siswa disajikan peristi-
padat-gas (17,8%). Secara keseluruhan, hanya se- wa perubahan wujud es menjadi air. Siswa dimin-
besar (21,4%) siswa memahami dengan benar ta mengamati secara cermat, perubahan wujud
bahwa perubahan sifat fisik zat tidak akan ber- bongkahan-bongkahan es yang secara perlahan-
pengaruh terhadap ukuran partikel; (b) berat lahan menjadi air. Kemudian kepada mereka
partikel; perolehan skor siswa yang memahami ditanyakan, bagaimana efek dari perubahan es
dengan benar konsep berat partikel dalam per- menjadi air itu terhadap ukuran, berat, jarak dan
ubahan wujud fisik zat padat-cair (22,6%), cair- gerak partikel. Kutipan wawancara dari tiga siswa
gas (27,3%), dan padat-gas (32,1%). Secara kese- berikut ini memberikan gambaran pemahaman
luruhan, hanya sebesar (27,3%) siswa memahami tentang peristiwa tersebut:
dengan benar bahwa perubahan sifat fisik zat
tidak akan berpengaruh terhadap berat partikel; Siswa A : Ukuran partikel es lebih kecil dari
(c) jarak antara partikel; perolehan skor siswa ukuran partikel air, sehingga lebih
yang memahami dengan benar konsep jarak an- ringan. Es dalam bongkahan-bong-
tara partikel dalam perubahan wujud fisik zat kahan sebagian mengapung di atas
padat-cair (34,5%), cair-gas (58,3%), dan padat- permukaan setelah sebagian berubah
gas (66,6%). Secara keseluruhan, hanya sebesar wujud menjadi air. Partikel air lebih
(53,5%) siswa memahami dengan benar bahwa berat. Jarak antar partikel es lebih
perubahan sifat fisik zat akan berpengaruh terha- rapat lebih padat, sehingga gerak
dap jarak antara partikel; (d) gerak partikel; partikel es tidak leluasa dibanding-
perolehan skor siswa yang memahami dengan kan dengan gerak partikel air.
benar konsep gerak partikel dalam perubahan Siswa B : Partkel es ukurannya lebih besar dari
wujud fisik zat padat-cair (61,9%), cair-gas (53, partikel air, lebih berat, dan memiliki
5%), dan padat-gas (72,6%). Secara keseluruhan, jarak yang lebih rapat dan tidak ber-
hanya sebesar (62,6%) siswa memahami dengan gerak.
benar bahwa perubahan sifat fisik zat akan berpe- Siswa C : Ukuran partikel es lebih besar, padat
ngaruh terhadap gerak partikel. dan memiliki rongga, sehingga ja-

6
Laliyo, Model Mental Siswa Dalam Memahami Perubahan Wujud Zat

raknya lebih renggang, dan geraknya menunjukkan bahwa (1) siswa belum mampu
lebih bebas. memiliki pemahaman yang utuh tentang partikel
terkait dengan perubahan wujud zat. Pemahaman
Kutipan wawancara di atas, menunjukkan di tingkat makroskpik, belum dapat diintegrasi-
bahwa siswa berhasil menjelaskan bahwa peru- kan dengan pemahamannya di tingkat mikros-
bahan wujud es mencair, adalah perubahan wujud kopik; dan (2) siswa cenderung memiliki pema-
zat padat-cair. Namun konstruksi pemahaman haman yang terbatas tentang ukuran molekul, dan
siswa pada level mikroskopik berbeda-beda. keterkaitannya dengan berat, jarak dan gerak par-
Dapat dianggap bahwa hal ini dipengaruhi oleh tikel. Pola pemahaman yang sama juga ditemukan
pemahaman yang dikembangkan sendiri oleh pada pemahaman siswa tentang perubahan wujud
siswa, berdasarkan penafsiran yang dipahaminya zat cair-gas maupun padat-gas. Ukuran partikel
selama ini terhadap fenomena di lingkungannya. air dalam wujud cair dipahami siswa memiliki
Kecenderungan pemahaman yang muncul adalah: ukuran lebih besar dibandingkan dengan ukuran
(a) ukuran partikel es lebih besar dari partikel air, partikel air dalam wujud uap. Demikian pula
lebih padat, sehingga jarak antar partikel lebih dengan berat, jarak dan gerak partikel.
rapat dan gerak menjadi terbatas; (b) ukuran Berkenaan dengan gambaran model visua-
partikel es lebih kecil dari partikel air, lebih lisasi imajinatif siswa di level mikroskopik terkait
ringan dan karena itu jaraknya lebih renggang dan dengan perubahan wujud zat padat-cair (peristiwa
gerak partikel lebih leluasa. Pemahaman siswa ini es mencair), dikaitkan dengan pemahamannya
ternyata cenderung didasarkan pada tampilan tentang ukuran, berat, jarak dan gerak partikel,
fisik dari es yang berbentuk bongkahan padat, diidentifikasi dengan menyajikan tiga model ilus-
dan terpengaruh oleh fenomena bongkahan es tratif keadaan partikel-partikel pada perubahan
yang terapung di atas permukaan air. Hal ini wujud zat, seperti pada Gambar 1.

I II. III

Gambar 1. Model Ilustratif Partikel pada Perubahan Wujud Zat

Berdasarkan pada Gambar 1, kepada siswa pada hasil tes KBP (lihat Tabel 1), di mana siswa
ditanyakan tentang model ilustratif yang sesuai cenderung memiliki pemahaman yang rancu
untuk tipe perubahan wujud zat padat-cair, cair- bahkan salah konsep, utamanya menghubungkan
gas, dan padat-gas, dalam bentuk notasi I-II, atau fenomena perubahan wujud dengan keadaan par-
II-III, atau I-III. Hasilnya menunjukkan bahwa tikel zat.
siswa memiliki model mental penggambaran Model ilustratif sebagaimana diberikan
mikroskopik keadaan partikel dalam perubahan pada Gambar 2, adalah salah satu contoh model
wujud zat yang sebagian besar rancu atau me- mental siswa yang menafsirkan partikel-partikel
ngandung miskonsepsi. Asumsi yang dapat di- air berukuran besar dengan jarak yang agak reng-
kembangkan terkait hal ini adalah didasarkan gang, sedangkan partikel-partikel uap berukuran

7
Jurnal Penelitian dan Pendidikan, Volume 8 Nomor 1, Maret 2011

kecil dengan jarak yang rapat. Molekul air yang ukuran lebih besar dibandingkan dengan molekul
dipahami siswa ini dalam keadaan bebas dan ber- air dalam wujud gas (uap air).

Gambar 2. Contoh Model Mental Pemahaman Siswa tentang Keadaan


Partikel pada Perubahan Wujud Zat Cair - Gas

Pemahaman Siswa tentang Fenomena Peng- Berdasarkan kutipan wawancara di atas,


embunan dapat dikatakan bahwa dasar penafsiran siswa
Fenome perubahan wujud zat berikutnya tentang fenomena pengembunan adalah penga-
yang disajikan pada siswa adalah peristiwa peng- matan bentuk fisik dari peristiwa es mencair, ke-
embunan, di mana siswa diminta untuk meng- mudian dikembangkan sendiri oleh siswa tanpa
amati sebuah gelas yang di dalamnya berisi bong- didasarkan pada konsep yang sebenarnya. Jelas
kahan-bongkahan es, dan dibiarkan terbuka. Sete- sekali pemahaman seperti ini menunjukkan kele-
lah beberapa menit, pada dinding gelas bagian mahan bangunan pemahaman siswa pada level
luar, nampak bintik-bintik air yang menempel di mikroskopik dan keterkaitannya dengan konsep
dinding gelas. Kepada siswa ditanyakan, berasal pengembunan dan perbedaan temperatur. Siswa
dari mana bintik-bintik air yang menempel di belum mampu mengaitkan penjelasan bahwa
dinding gelas bagian luar itu? Berikut ini kutipan bintik-bintik air berasal dari uap air yang berubah
wawancara dari tiga siswa menjawab pertanyaan wujud menjadi cair, karena “menerpa” dinding
dimaksud. gelas yang temperaturnya lebih rendah dari ling-
Siswa A : Bintik-bintik air itu berasal dari hasil kungan.
reaksi antara uap es dengan udara di Selain itu, dapat dikemukakan bahwa pe-
sekitar gelas, uap es tidak masuk lagi mahaman siswa tentang ukuran, jarak, berat dan
ke dalam gelas, tetapi hanya ada di lu- gerak partikel umumnya masih mengandung ke-
ar saja. rancuan. Pada Gambar 3 berikut ini adalah salah
Siswa B : Karena es itu uapnya bergerak ke atas, satu contoh model pemahaman siswa, ketika di-
jadi mengalami reaksi dengan udara. minta untuk menggambarkan keadaan partikel air
Bintik-bintik air itu hasil reaksi antara dalam wujud cair dan wujud padat (es). Nampak
udra dengan es yang menguap. bahwa siswa mengandung kerancuan pemaham-
Siswa C : Bintik-bintik air itu berasal dari es an, dengan menggambarkan keadaan partikel air
yang menembus pori-pori dinding ge- dalam wujud cair berukuran besar, jarak yang
las. Es itu pada akhirnya akan menca- renggang dibanding dengan keadaan partikel air
ir, dan cairan es itu akan masuk pada dalam wujud padat (es).
pori-pori gelas, dan lama-lama akan
ada titik-titik air pada gelas tersebut.

8
Laliyo, Model Mental Siswa Dalam Memahami Perubahan Wujud Zat

Gambar 2. Contoh Model Mental Pemahaman Siswa tentang Keadaan Partikel


Air dalam Wujud Cair dan Wujud Pada (Es)

Temuan di atas, mendukung hasil peneliti- yang telah terpisah, sebab air terdiri
an yang dilaporkan oleh Osborne dan Cosgrove atas unsur hidrogen dan oksigen.
(1983) tentang konsepsi siswa terhdap wujud air Siswa B : Gelembung-gelembung itu merupa-
dengan metode interview klinis, pada 34 respon- kan udara yang larut dalam air,
den berusia 12-17 tahun, bahwa bintik-bintik air karena saya pikir dalam air mungkin
yang membasahi permukaan gelas bagian luar ada air dan udara, sehingga udara
berasal dari (a) leburan es yang dapat menembus inilah yang menyebabkan timbulnya
pori-pori dinding gelas, (b) proses pendinginan gelembung-gelembung.
yang menyebabkan gas oksigen dan gas hidrogen
di udara bereaksi membentuk air, (3) reaksi an- Hal menarik dari kutipan wawancara di
tara permukaan yang dingin dengan energi yang atas adalah, pertama, bahwa gelembung-gelem-
ada di udara, dan (d) proses pendinginan partikel- bung yang timbul pada air mendidih, dipahami
partikel yang ada di udara. siswa tersusun dari unsur hidrogen dan oksigen
yang terpisah; dan kedua, merupakan udara yang
Pemahaman siswa tentang senomena air men- larut dalam air. Gambaran konsepsi siswa ini me-
didih nunjukkan bahwa pemahaman siswa tentang per-
Fenomena penguapan yang disajikan pada ubahan wujud zat cair-gas yang dipelajari di se-
siswa berupa peristiwa “air mendidih”. Siswa kolah, dipahami secara terpisah dari pemaham-
diminta untuk mengamati sebuah gelas kimia annya tentang peristiwa penguapan.
berisi air yang dipanaskan sampai mendidih, dan
muncul gelembung-gelembung pada permukaan PENUTUP
air. Kepada siswa ditanyakan, tersusun dari Jika dicermati, beberapa temuan penelitian
apakah gelembung-gelembung tersebut? Kutipan dan kecenderungan model mental pemahaman
wawancara dari dua siswa menjawab pertanyaan siswa yang di uraikan di atas, menunjukkan bah-
dimaksud diberikan sebagai berikut: wa siswa cenderung memiliki pemahaman yang
Siswa A : Gelembung-gelembung itu tersusun dikembangkan sendiri, berdasarkan pengalaman
atas molekul hidrogen dan oksigen belajarnya. Dalam pembelajaran kimia, pema-

9
Jurnal Penelitian dan Pendidikan, Volume 8 Nomor 1, Maret 2011

haman yang dikembangkan sendiri oleh siswa kan fenomena kimia adalah strategi yang berguna
meliputi dua hal, pertama, pemahaman yang untuk meningkatkan pemahaman siswa, terutama
berasal dari konsepsi alternatif, intuitif, ataupun ketika fenomena/kejadian alam tersebut tersam-
prakonsepsi dikembangkan siswa berdasarkan bung dengan pengalaman mereka. Secara khusus,
nalar alamiahnya merespon peristiwa atau feno- mereka mengerti peran kejadian itu pada tingkat
mena alam, dan kedua, pemahaman yang dikem- makroskopik, namun cenderung sulit menjelas-
bangkan setelah siswa menerima materi pembel- kannya pda tingkat mikroskopis. Kecenderungan
ajaran secara formal di kelas, yang disajikan ini nampak jelas pada ekspresi model mental
dengan menggunakan representase model atau siswa yang digambarkan mewakili model yang
pemodelan secara makroskopik maupun mikros- dipahaminya. Beberapa model mental siswa
kopik. Untuk memperjelas keduanya digunakan terlihat lebih rasional, artinya lebih dapat diterima
istilah kontruksi pemahaman dan visualisasi ima- penjelasannya berdasarkan logika keilmuwan,
jinatif. sedangkan sebagian besar mengandung unsur-
Persoalannya adalah bahwa seringkali kon- unsur kerancuan.
struksi pemahaman dan visualisasi imajinatif Kerancuan pemahaman maupun model vi-
yang ada di benak siswa itu berbeda dengan sualisasi imajinatif yang ditampilkan siswa mung-
pemahaman ilmuwan. Inilah yang menyebabkan kin berhubungan dengan strategi pembelajaran
munculnya konsepsi-konsepsi yang rancu atau dan model-model ilustratif yang digunakan guru.
mengandung kesalahan konsep. Sumber kerancu- Russell et al. (1997) dan Treagust et al. (2003)
an pemahaman siswa dominan disebabkan oleh berpendapat bahwa untuk memahami konsep
adanya pengetahuan awal, atau konsepsi-konsepsi kimia siswa harus mampu menciptakan dan atau
intuitif atau dari ekpresi model molekuler yang membentuk kontruksi pemahaman yang dapat
dipahami siswa, baik sebelum maupun sesudah mewakili model mental mereka pada tingkat
mendapat sajian pembelajaran secara formal di makroskopik, mikroskopik dan simbolik, serta
kelas. Kerancuan dan atau kesalahan konsep mampu membuat hubungan antara ketigas tingkat
siswa makin “mengganggu” bahkan menjadi pe- ini satu sama lain. Kerancuan yang muncul cen-
nyebab kesulitan belajar, apabila proses pembel- derung juga disebabkan oleh pembelajaran yang
ajaran di kelas tidak disiapkan atau tidak men- belum dapat membuat hubungan yang jelas antara
dukung optimalisasi pengalaman belajar yang ke tingkat representase dimaksud. Pembelajaran
membantu siswa memahami fenomena dengan lebih banyak didominasi oleh resprentase sim-
baik dan benar. Pembelajaran lebih bersifat verbal bolik, dan jarang sekali ada kaitan konseptual
dan tidak menarik bagi siswa, ditambah lagi antara ketiganya. Nampaknya, pada point ini
dengan metode pembelajaran yang sama sekali penting untuk dilakukan pergeseran pembel-
tidak mendukung elaborasi strategi representase ajaran, dari yang terlalu berat dan fokus pada
mikroskopik. tingkat simbolik ke arah untuk mempertimbang-
Dalam pembelajaran konsep perubahan kan bagaimana tiga tingkat saling berhubungan.
wujud zat, baik dalam kurikulum maupun buku- Oleh karena itu, kami merekomendasikan proses
buku teks disajikan materi dengan tiga tingkat pembelajaran yang melibatkan kombinasi strategi
representasi, yang ditujukan untuk meningkatkan instruksional, laboratorium yang diselaraskan de-
pemahaman siswa. Temuan penelitian ini menun- ngan upaya membangun model mental siswa
jukkan bahwa pendekatan peristiwa atau menyaji- yang baik dan benar.

10
Laliyo, Model Mental Siswa Dalam Memahami Perubahan Wujud Zat

DAFTAR PUSTAKA

Berg, Ed Van. (1991). Miskonsepsi Fisika dan derstand. Journal of Chemical Education.
Remediasi Sebuah pengantar berdasarkan 53(3):147
Lokakarya di Universitas Kristen Satya
Wacana Salatiga, 7-10 Agustus 1990. Johnstone A.H., (1982), Macro- and Micro-
Chemistry, School Science Review., 227,
Bucat, B dan Fenshman, P. (1995). Teaching and No. 64. p. 377-379.
Learning About Particulate Nature of Mat-
ter: dalam Bucat, Bob. (Eds), Selected Kirkwood V dan Symington, D. (1996). Lecturer
Papers in Chemical Educations Research: Perceptions of Students Difficulties in A
Implications for the Teaching of Chemistry, First-Year Chemistry Course. Australian
(hal.93-96) India: The Committe on Tea- Science Education Association Conferen-
ching of Che-mistry (CTC) of the IUPAC. ce.73 (4):339-343.

Chandrasegaran, A. L., Treagust, D. F., & Khrishnan dan Howe. (1994). The Mole Concept.
Mocerino, M. (2008). An evaluation of a Journal Chemical of Education. 71 (8):
teaching intervention to promote students’ 653-654
ability to use multiple levels of represen-
tation when describing and explaining che- Kozma, R. B., & Russell, J. (1997). Multimedia
mical reactions. Rese-arch in Science Edu- and understanding: Expert and novice res-
cation, 38(2), 237-248. ponses to different representations of che-
mical phenomena. Journal of Research in
Chittleborough, G. D., Treagust, D. F., Mamiala, Science Teaching, 34(9), 949-968.
T. L., & Mocerino, M. (2005). Students'
perceptions of the role of models in the Laliyo, Lukman A. R. (1999). Analisis Perubahan
process of science and in the process of Konsepsi Siswa tentang Konsep Partikel
learning. Research in Science and Tech- dalam Perubahan Wujud Materi dengan
nological Education, 23(2), 195-212. Implementasi Model Pengajaran Inkuari.
Tesis. Tidak Dipublikasikan. Malang: PPS
Coll, R. K., & Treagust, D. F. (2003a). Investi- IKIP Malang.
gation of secondary school, undergraduate,
and graduate learners' mental models of Lewis, E dan Linn, M. (1994). Heat energy and
ionic bonding. Journal of Research in Temperature Concepts of Adolescents,
Science Teaching, 40(5), 464-486. Adults, and Experts: Implications for
Curricular Improvements. Journal of Rese-
Coll, R. K., & Treagust, D. F. (2003b). Learners’ arch in Science Teaching. 31(6):657-677
mental models of metallic bonding: A
cross-age study. Science Education, 87(5), Norman, D. A. (1983). Some observations on
685-707. mental models. In D. A. Gentner & A. L.
Stevens (Eds.), Mental models (pp. 7-14).
Harrison, A. G., & Treagust, D. F. (2000). Lear- Hillsdale, NJ: Lawrence Erlbaum Asso-
ning about atoms, molecules, and chemical ciates.
bonds: A case study of multiple-model use
in grade 11 chemistry. Science Education, Treagust, D. F., Chittleborough, G., & Mamiala,
84(3), 352-381. T. L. (2003). The role of submicroscopic
and symbolic representations in chemical
Herron, J.D. (1975). Piaget for Chemistry: Ex- explanations. International Journal of Sci-
planing What “Good” Student Cannot Un- ence Education 25(11), 1353-1368.

11
Jurnal Penelitian dan Pendidikan, Volume 8 Nomor 1, Maret 2011

Treagust, David F. 2008. The Role of Multiple Van Der Veer, C. G., & Del Carmen Puerta
Representations In Learning Science: En- Melguizo, M. (2003). Mental models. In J.
hancing Students’ Conceptual Understan- A. Jacko & A. Sears (Eds.), The human-
ding And Motivation. In Yew-Jin and Aik- computer interaction handbook: Funda-
Ling (Eds).Science Education at The Nexus mentals, evolving technologies, and emer-
Of Theory And Practice. Rotterdam-Taipei: ging applications (pp. 52-80). Uitgever:
Sense Publishers. p. 7 - 23. Lawrence Erlbaum & Associates.

Renstrom, dkk. (1990). Student’s Conception of Wiseman, F.L. (1981). The Teaching of College
Matter. Journal of Educational Psycholo- Chemistry Role of Students Developmental
gy. Vol. 82 (3) 555-569 Level. Journal of Chemical Education, 56
(6),484.
Russell, J. W., Kozma, R. B., Jones, T., Wykoff,
J., Marx, N., & Davis, J. (1997). Use of si-
multaneoussynchronized macroscopic, mi-
croscopic, and symbolic representations to
enhance the teaching and learning of che-
mical concepts. Journal of Chemical Edu-
cation, 74(3), 330-334.

12

Anda mungkin juga menyukai