Anda di halaman 1dari 9

151 Jurnal Ilmu Pendidikan, Jilid 17, Nomor 2, Juni 2010, hlm.

94-100

MOTIVASI DAN KEMAMPUAN BERPIKIR


TINGKAT TINGGI SISWA
SETELAH PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN
STRATEGI INKUIRI TERBIMBING

Inma Yunita Setyorini, Subandi, & Aman Santoso


Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang 5 Malang
e-mail: inta.yorin@gmail.com

Abstract: Learning Motivation, Higher-order Thinking Skills, and Guided Inquiry Strategy. This
quasi experimental study examines the effect of guided inquiry strategy on learning motivation and higher-
order thinking skills. Employing a pretest-posttest control group design, the study involved two equivalent
groups of science stream, one being an experimental group taught using guided inquiry strategy and the
other being a control group taught using expository strategy. Three types of test used to determine the ef-
fect were motivation test, thinking-skill test, and deductive-reasoning test, all of which were found valid
and reliable. The results of MANOVA analysis reveal that the students experiencing the guided inquiry
strategy outperformed in all the three types of test.

Keywords: inquiry, motivation, higher order, thinking skills

Abstrak: Motivasi dan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa Setelah Pembelajaran Kimia
Dengan Strategi Inkuiri Terbimbing. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh strategi
inkuiri terbimbing terhadap motivasi dan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa pada pembelajaran hi-
drolisis. Penelitian eksperimen semu ini menggunakan pretest-postest control group design. Subjek pe-
nelitian adalah dua kelas XI IPA dengan rerata kemampuan yang setara, yaitu kelas XI IPA 1 (kelas eks-
positori) dan kelas XI IPA 3 (kelas inkuiri terbimbing) SMA Negeri 6 Malang tahun pelajaran 2013/2014.
Ketiga instrumen pengukuran yaitu tes motivasi, tes kemampuan berpikir tingkat tinggi yang terdiri dari tes
pemahaman konseptual dan algoritmik serta tes kemampuan logika deduktiv, telah diuji coba dan menun-
jukkan bahwa ketiganya valid dan reliabel. Perbedaan hasil tes di kedua kelas dianalisis dengan uji MA-
NOVA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi belajar dan kemampuan berpikir tingkat tinggi,
baik dalam bentuk pemahaman konseptual dan pemahaman algoritmik, maupun kemampuan logika de-
duktif, dari siswa yang dibelajarkan dengan strategi inkuiri terbimbing adalah lebih tinggi dibanding siswa
yang dibelajarkan dengan strategi ekspositori.

Kata kunci: inkuiri terbimbing, motivasi belajar, kemampuan berpikir tingkat tinggi

Bahan kajian ilmu kimia meliputi banyak hal, di an- dengan yang lainnya saling berhubungan, sehingga
taranya adalah sifat-sifat zat termasuk struktur zat, pe- menuntut siswa untuk memahami materi sebelum-
rubahan zat yang pada dasarnya adalah reaksi kimia, nya, sebelum berganti ke materi yang lain (Kean &
hukum, prinsip, konsep, dan teori (Effendy, 2002:2). Middlecamp: 1985:7).
Ilmu kimia mempunyai banyak konsep yang bersifat Salah satu materi kimia yang dianggap sulit oleh
abstrak dan umumnya sulit untuk dipahami oleh siswa siswa adalah hidrolisis. Hidrolisis tidak hanya terdiri
(Hanson et al., 2011; Ozmen & Ayas, 2003; Sirhan, dari submateri yang bersifat konseptual, tetapi juga
2007). Ilmu kimia tidak hanya memiliki konsep-kon- submateri yang bersifat algoritmik. Sub materi yang
sep yang rumit, tetapi juga membutuhkan keterapilan bersifat konseptual seperti sifat larutan garam dan ciri-
matematika untuk menyelesaikan soal-soal. Materi ciri garam yang mengalami hidrolisis, sedangkan sub
yang tercakup dalam kimia bersifat berurutan dan materi yang bersifat algoritmik seperti penentuan pH
berjenjang serta cukup kompleks karena materi satu larutan garam. Ketika mempelajari materi hidrolisis,

151
152 Jurnal Ilmu Pendidikan, Jilid 21, Nomor 2, Desember 2015, hlm. 151-159

sebagian besar siswa mengalami kesulitan dalam fakta kimia, pengetahuan prosedural, dan pemaham-
menentukan sifat larutan garam. Siswa memahami an algoritmik tanpa menekankan pada pemahaman
bahwa larutan garam selalu bersifat netral (Barke et konseptual.
al, 2009; Demerouti et al, 2004; Lin & Chiu, 2007). Strategi pembelajaran yang dapat diterapkan
Kesulitan yang dialami oleh siswa dalam mempela- dalam pembelajaran kimia, khususnya materi hidro-
jari materi hidrolisis kemungkinan disebabkan oleh: lisis adalah strategi pembelajaran inkuiri terbimbing.
(1) motivasi siswa dalam mengikuti proses pembela- Hidrolisis merupakan salah satu materi kimia yang
jaran masih rendah. Koulogliotis & Salta (2012) me- menuntut siswa untuk melakukan percobaan. Perco-
nyatakan bahwa motivasi siswa yang rendah pada baan dilakukan untuk mendapatkan data perubahan
mata pelajaran kimia disebabkan oleh penerapan mo- warna kertas lakmus dan nilai pH dari larutan garam
del pembelajaran guru yang kurang menarik dan ku- yang diuji. Berdasarkan data hasil percobaan, selan-
rang melibatkan peran siswa; (2) selama ini guru masih jutnya siswa dapat memproses informasi atau mem-
menggunakan model pembelajaran ekspositori, sesuai bangun pengetahuannya sendiri dengan cara menga-
dengan pernyataan Zarotiadou & Tsaparlis (2000:38), nalisis data hasil percobaan. Oleh karena itu, materi
bahwa pembelajaran kimia umumnya masih didomi- hidrolisis cocok dibelajarkan kepada siswa dengan
nasi oleh pembelajaran dengan penyampaian materi strategi pembelajaran yang melibatkan siswa secara
secara verbal, seperti ekspositori dan didaktik; dan aktif dalam menemukan konsep-konsep dalam ma-
(3) pemahaman konseptual dan pemahaman algorit- teri hidrolisis, seperti strategi pembelajaran inkuiri
mik siswa masih rendah. terbimbing.
Agar dapat meningkatkan motivasi, proses pem- Strategi pembelajaran inkuiri terbimbing dapat
belajaran kimia hendaknya dilakukan sesuai dengan digunakan sebagai alternatif untuk meningkatkan mo-
karakteristik kimia, yaitu antara lain mengharuskan tivasi belajar dan kemampuan berpikir tingkat tinggi
siswa mempunyai kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa. Pada pembelajaran inkuiri, siswa dirancang un-
agar dapat memahami kimia dengan baik (Aksela, tuk bertindak sebagai peneliti yang melakukan kegi-
2005:33). Kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah atan ilmiah, siswa bekerja dalam kelompok, meng-
kemampuan berpikir individu yang telah mencapai gunakan kemampuan berpikir tingkat tinggi, menun-
tahap analisis, evaluasi, dan sintesis menurut taksono- jukkan minat yang besar terhadap sains. Jika siswa
mi Bloom revisi (Aksela, 2005; Kaberman & Dori, bertindak sebagai peneliti dalam proses pembelajar-
2007; Miri et al., 2007; Zohar & Dori, 2003). Ke- an, maka hal-hal berikut akan nampak: bersemangat
mampuan berpikir siswa dapat dikembangkan me- untuk melakukan sains, menunjukkan keinginan un-
lalui pelaksanaan pembelajaran yang sesuai dengan tuk mengetahui lebih banyak, berkolaborasi dalam
standar kompetensi pada kelompok mata pelajaran kelompok kooperatif, percaya diri dalam melakukan
Ilmu Pengetahuan Alam dan Teknologi dalam Kuri- sains, dan menghargai perbedaan pendapat (Iskan-
kulum Tingkat Satuan Pendidikan, yang bertujuan dar, 2011:27). National Research Education Stan-
untuk mengembangkan logika, kemampuan berpi- dars (dalam Hofstein et al., 2005:792) menyatakan
kir, dan analisis siswa (Mulyasa, 2011:97). inkuiri sebagai pembelajaran dimana siswa mempu-
Cakupan materi kimia yang terdiri dari fakta, nyai kesempatan untuk membangun sendiri konsep-
konsep, simbol (aturan, rumus matematika dan gra- konsep. Dengan demikian, penerapan strategi pem-
fik) (Kean & Middlecamp, 1985:8), dapat memung- belajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan mo-
kinkan pengukuran kemampuan berpikir tingkat ting- tivasi belajar siswa karena melalui pembelajaran ini
gi melalui 3 aspek, yaitu pemahaman konseptual dan siswa dapat bertindak sebagai peneliti melalui bimbing-
pemahaman algoritmik. Siswa diharapkan mempu- an guru, sehingga menarik minat siswa dalam mengi-
nyai pemahaman konseptual dan algoritmik untuk kuti pembelajaran. Selain itu, kemampuan berpikir
dapat mempelajari kimia dengan baik, namun siswa tingkat tinggi siswa juga akan berkembang karena
umumnya lebih menguasai materi yang bersifat hi- melalui pembelajaran inkuiri terbimbing siswa di-
tungan tanpa memahami konsep yang terkait dengan ajak untuk berpikir dalam memperoleh konsep.
materi tersebut. Kemampuan pemecahan masalah Strategi pembelajaran inkuiri terbimbing selain
algoritmik siswa lebih baik dibandingkan dengan dapat meningkatkan motivasi, strategi pembelajaran
kemampuan pemecahan masalah konseptual (Costu, ini juga dapat digunakan untuk meningkatkan kemam-
2010; Stamovlasis et al., 2005; Yilmaz et al., 2007). puan berpikir tingkat tinggi dalam bentuk kemam-
Scalise et al. (2003:1) menyatakan bahwa sebagian puan logika deduktif. Marzano (dalam King et al.,
besar siswa di tingkat sekolah menengah dan maha- 2009:21) menyatakan bahwa kemampuan berpikir
siswa di universitas hanya dibelajarkan tentang fakta- tingkat tinggi mencakup berpikir kritis, berpikir krea-
Setyorini, dkk, Motivasi dan Kemampuan Berpikir … 153

tif, dan metakognitif. Ennis (2014) menyatakan bah- penalaran siswa yang dibelajarkan dengan strategi
wa kemampuan logika deduktif merupakan bagian pembelajaran inkuiri terbimbing lebih baik daripada
penting dalam berpikir kritis. Kemampuan logika siswa yang dibelajarkan dengan strategi pembelajar-
deduktif siswa dapat dilatih pada tahap pembuatan an konvensional (Matthew & Kenneth, 2013:139).
hipotesis. Logika deduktif sangat erat kaitannya de- Penelitian ini pada pembelajaran kimia pada
ngan penelitian karena merupakan sebagian dari ber- topik hidrolisis ini bertujuan untuk mengetahui: (1)
pikir ilmiah. Hasil dari logika deduktif dapat diguna- perbedaan motivasi belajar siswa yang dibelajarkan
kan untuk menyusun hipotesis (Kertayasa, 2011:35). dengan strategi inkuiri terbimbing dengan siswa yang
Penelitian-penelitian sebelumnya tentang pene- dibelajarkan dengan strategi pembelajaran eksposi-
rapan strategi pembelajaran inkuiri terbimbing me- tori; (2) perbedaan kemampuan berpikir tingkat ting-
nunjukkan bahwa penerapan strategi pembelajaran gi siswa yang dibelajarkan dengan strategi inkuiri
ini dapat meningkatkan motivasi belajar dan kemam- terbimbing dengan siswa yang dibelajarkan dengan
puan berpikir tingkat tinggi siswa. Hasil penelitian strategi ekspositori. Kemampuan berpikir tingkat ting-
Tuan et al. (2005:541) menunjukkan bahwa motiva- gi dalam penelitian ini berupa pemahaman konseptual
si belajar siswa lebih meningkat setelah dibelajarkan dan algoritmik serta kemampuan logika deduktif.
dengan strategi pembelajaran inkuiri daripada siswa
yang dibelajarkan dengan pembelajaran tradisional. METODE
Motivasi belajar siswa yang dibelajarkan dengan
strategi pembelajaran inkuiri terbimbing lebih tinggi Penelitian eksmerimental semu ini mengguna-
daripada siswa yang dibelajarkan dengan strategi pem- kan pretest-postest control group design. Sampel pe-
belajaran konvensional (Chiang et al., 2014; Helen, nelitian adalah dua kelas XI IPA SMA Negeri 6 Ma-
2013; Wahyuni, 2014). Minat siswa yang dibelajar- lang yang ditentukan dengan teknik cluster random
kan dengan strategi pembelajaran inkuiri terbimbing sampling. Satu kelas dibelajarkan dengan inkuiri ter-
lebih tinggi daripada siswa yang dibelajarkan dengan bimbing, yaitu kelas XI IPA 3 dan satu kelas yang
strategi pembelajaran ekspositori (Gaddis & Schoff- lain dibelajarkan dengan pembelajaran ekspositori,
stall, 2007; Wang et al., 2013). Penerapan strategi yaitu kelas XI IPA 1. Perbandingan sintaks pembela-
inkuiri terbimbing memberikan hasil positif terhadap jaran inkuiri terbimbing dan pembelajaran eksposito-
kemampuan berpikir tingkat tinggi dan motivasi be- ri yang diterapkan dalam penelitian ini dapat dilihat
lajar siswa (Avsec & Slavko, 2014:234). Kemampuan pada Tabel 1.

Tabel 1. Perbedaan Sintaks Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dan Pembelajaran Ekspositori dalam
Penelitian Ini
Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pembelajaran Ekspositori
1. Perumusan Masalah 1. Persiapan
Guru memberikan suatu permasalahan kepada siswa tentang Guru mengingatkan kembali pengetahuan yang telah dimiliki
materi yang akan dipelajari. oleh siswa yang berhubungan dengan materi yang akan dipela-
jari.
2. Pembuatan Hipotesis 2. Penyajian
Siswa membuat hipotesis sesuai dengan rumusan masalah yang Guru menyampaikan materi pelajaran
diberikan oleh guru.
3. Pengumpulan Data 3. Resitasi
Siswa melakukan eksperimen berdasarkan prosedur yang Guru meminta siswa menjawab soal-soal di dalam LKS untuk
diberikan oleh guru. Siswa juga mengumpulkan data melalui mengetahui pemahaman siswa
studi literatur.
4. Evaluasi Hipotesis 4. Menyimpulkan
Siswa menganalisis data yang telah diperoleh dengan cara men- Siswa membuat kesimpulan
jawab soal-soal dalam LKS.
5. Pembuatan Kesimpulan 5. Penerapan
Siswa membuat kesimpulan berdasarkan hipotesis yang telah Guru memberikan kuis kepada siswa
dibuat.
6. Komunikasi
Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok dan guru
mengajukan pertanyaan yang mengarahkan siswa mengkon-
struk dan memahami konsep.
154 Jurnal Ilmu Pendidikan, Jilid 21, Nomor 2, Desember 2015, hlm. 151-159

Instrumen penelitian terdiri dari instrumen per- analisis. Hasilnya menunjukkan bahwa semua hasil
lakuan dan pengukuran. Instrumen perlakukan berupa tes mempunyai nilai Sig. > 0,05, yang berarti bahwa
silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) nilai motivasi belajar, nilai tes pemahaman konsep-
dan skenario pembelajaran, handout, dan Lembar tual dan algoritmik, serta nilai tes kemampuan logika
Kerja Siswa (LKS), baik untuk kelas kontrol mau- deduktif setelah pembelajaran di kedua kelas, ter-
pun kelas eksperimen; sedangkan instrumen pengu- nyata terdistribusi normal dan memiliki variansi yang
kuran berupa angket motivasi, soal tes pemahaman homogen.
konseptual dan algoritmik dan soal kemampuan lo- Selanjutnya, hasil analisis Manova terhadap mo-
gika deduktif. Data penelitian berupa skor motivasi tivasi belajar, hasil tes pemahaman konseptual dan
belajar, hasil tes pemahaman konseptual dan algorit- algoritmik, serta kemampuan logika deduktif adalah
mik, serta kemampuan logika deduktif siswa pada seperti pada Tabel 2.
materi hidrolisis. Angket motivasi belajar yang di- Seperti terlihat pada Tabel 2 yang menunjukkan
gunakan adalah terjemahan dari Students’ Motivation bahwa: (a) ada perbedaan motivasi belajar antara sis-
Toward Science Learning (SMTSL) Questionnaire wa yang dibelajarkan dengan strategi inkuiri terbim-
yang dikembangkan oleh Tuan dkk. (2005). Tes pe- bing dengan siswa yang dibelajarkan dengan strategi
mahaman konseptual dan algoritmik masing-masing ekspositori (nilai Sig. < 0,05). Siswa yang dibelajar-
terdiri dari 6 dan 7 butir soal. Soal kemampuan logi- kan dengan strategi inkuiri terbimbing mempunyai
ka deduktif yang digunakan diadaptasi dari Cornell rerata motivasi yang lebih tinggi daripada siswa yang
Critical Thinking Test Series, The Cornell Class- dibelajarkan dengan strategi ekspositori; (b) ada per-
Reasoning Test, Form X yang dikembangkan oleh bedaan kemampuan berpikir tingkat tinggi antara sis-
Ennis et al. (1964). Validitas isi dari instrumen pe- wa dibelajarkan dengan strategi inkuiri terbimbing
ngukuran berturut-turut adalah 96; 97; dan 98% serta dengan siswa yang dibelajarkan dengan strategi eks-
koefisien reliabilitas dihitung dengan persamaan Al- positori (nilai Sig. Pemahaman konseptual dan algo-
pha Cronbach, berturut-turut adalah 0,929; 0,900; ritmik, serta kemampuan logika deduktif < 0,05).
dan 0,810; yang menunjukkan bahwa instrumen tes Siswa yang dibelajarkan dengan strategi inkuiri ter-
tersebut valid dan reliabel. Perbedaan motivasi bela- bimbing mempunyai rerata pemahaman konseptual,
jar, pemahaman konseptual dan algoritmik, serta ke- pemahaman algoritmik, dan kemampuan logika de-
mampuan logika deduktif siswa di kedua kelas pe- duktif yang lebih tinggi daripada siswa yang dibela-
nelitian dianalisis dengan uji statistik MANOVA. jarkan dengan strategi ekspositori.
Adanya perbedaan motivasi antara kelas inku-
HASIL DAN PEMBAHASAN iri terbimbing dengan kelas ekspositori menunjuk-
kan bahwa strategi pembelajaran yang diterapkan di
Setelah kedua kelas penelitian dibelajarkan kelas eksperimen lebih menarik bagi siswa. Sebagian
dengan strategi yang berbeda, dilakukan tes motivasi besar siswa menyatakan ingin berpartisipasi dalam
dan tes kemampuan berpikir tingkat tinggi, yang ter- pembelajaran karena guru menggunakan strategi pem-
diri dari tes pemahaman konseptual dan algoritmik belajaran yang bervariasi. Sebelumnya, siswa belum
serta tes kemampuan logika deduktiv. Data hasil tes pernah dibelajarkan dengan strategi inkuiri terbim-
tersebut masing-masing dianalisis uji normalitas (Kol- bing. Pada pembelajaran dengan strategi inkuiri ter-
mogrov Smirnov Test) dan uji homogenitas (Test of bimbing siswa bertindak sebagai peneliti yang mela-
Homogeneity of Variance), sebagai uji prasyarat kukan kegiatan ilmiah, sehingga dapat memberikan

Tabel 2. Perbandingan Nilai Rerata dan Hasil Uji MANOVA dari skor Motivasi, Pemahaman
Konseptual dan Algoritmik, serta Kemampuan Logika Deduktif antara Siswa di Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol
Std. Sig. Uji
Variabel Dependen Kelas N Rerata Keterangan
Deviasi MANOVA
Eksperimen 31 75,6 7.095 Ada perbedaan antara kelas ek-
Motivasi 0,000
Kontrol 30 72,9 5.980 sperimen dan kelas kontrol
Eksperimen 31 68,6 4.203 Ada perbedaan antara kelas ek-
Pemahaman Konseptual 0,000
Kontrol 30 55,0 3.415 sperimen dan kelas kontrol
Eksperimen 31 44,0 3.552 Ada perbedaan antara kelas ek-
Pemahaman Algoritmik 0,010
Kontrol 30 32,9 3.943 sperimen dan kelas kontrol
Eksperimen 31 65,4 2.106 Ada perbedaan antara kelas ek-
Kemampuan Logika Deduktif 0,043
Kontrol 30 57,8 2.197 sperimen dan kelas kontrol
Setyorini, dkk, Motivasi dan Kemampuan Berpikir … 155

kesempatan kepada siswa untuk meningkatkan rasa Perbandingan nilai rerata hasil pengukuran tiap
ingin tahunya. Rasa ingin tahu yang besar akan men- aspek pemahaman konseptual dan pemahaman algo-
dorong siswa untuk terlibat aktif dalam kegiatan pem- ritmik antara kelas eksperimen dan kelas kontrol
belajaran. setelah pembelajaran dapat dilihat pada Tabel 3.
National Research Education Standars (dalam Tabel 3 menunjukkan bahwa: (a) pada hampir
Hofstein et al., 2005:792) menyatakan inkuiri seba- semua aspek pemahaman konseptual kimia, siswa
gai pembelajaran dimana siswa mempunyai kesem- yang dibelajarkan dengan strategi inkuiri terbimbing
patan untuk membangun sendiri konsep-konsep. Carin lebih menguasai dibandingkan dengan siswa yang di-
& Sund (dalam Wahyuni, 2014:57) menjelaskan bah- belajarkan dengan strategi ekspositori. Hanya pada
wa salah satu keuntungan penerapan pembelajaran aspek penguasaan aturan khusus yang meliputi ru-
inkuiri adalah siswa akan menerima penghargaan in- mus matematika dan grafik, kedua kelas mempunyai
telektual sebagai motivasi intrinsik, yang disebabkan kemampuan yang relatif sama; (b) pemahaman algo-
oleh keberhasilan dalam menemukan konsep. Pernya- ritmik pada siswa yang dibelajarkan dengan strategi
taan ini mempunyai makna bahwa apabila dicipta- inkuiri terbimbing lebih tinggi daripada siswa yang
kan lingkungan pembelajaran yang mendorong sis- dibelajarkan dengan strategi ekspositori; meskipun
wa terlibat aktif dalam menemukan konsep, maka akan penguasan siswa kedua kelas masih tergolong rendah.
dapat meningkatkan motivasi intrinsik siswa. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
Untuk memahami kemampuan berpikir tingkat sebelumnya bahwa strategi inkuiri terbimbing mem-
tinggi siswa dalam bentuk pemahaman konseptual punyai pengaruh yang signifikan terhadap motivasi dan
dan pemahaman algoritmik, setelah pembelajaran, ma- kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa. (Avsec &
ka dapat dilihat melalui beberapa aspek. Pada aspek Slavko, 2014; Chiang et al., 2014; Helen, 2013; Mat-
pemahaman konseptual diukur melalui: (a) penguasa- thew & Kenneth, 2013). Selain itu, strategi inkuiri
an konsep kimia; (b) penguasaan aturan kimia; dan terbimbing dapat meningkatkan pemahaman konsep-
(c) penguasaan aturan khusus yang meliputi rumus tual dan pemahaman algoritmik siswa (Brickman et
matematika dan grafik. Sementara itu aspek pema- al., 2009; Ferguson, 2010; Gaddis & Schoffstall, 2007;
haman algoritmik adalah kemampuan dalam meme- Rajan & Marcus, 2009).
cahkan soal-soal kimia yang relatif kompleks.

Tabel 3. Perbandingan Nilai Rerata dan Hasil Uji MANOVA Tiap Aspek Pemahaman Konseptual
dan Pemahaman Algoritmik antara Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Nilai Rerata
Sig. Uji
Aspek Pemahaman No. Soal Kategori Kelas Eksperi- Kelas Keterangan
MANOVA
men Kontrol
Ada perbedaan antara
Menguasai konsep
10 C5 83,9 80,0 0,001 kelas eksperimen dan
kimia
kelas kontrol
16 C5
18 C6 Ada perbedaan antara
Menguasai aturan
60,1 39,6 0,000 kelas eksperimen dan
Konseptual kimia 20 C5 kelas kontrol
28 C4
Menguasai aturan Tidak Ada perbedaan
khusus yang meli- antara kelas eksperi-
8 C4 61,8 45,6 0,204
puti rumus mate- men dan kelas kon-
matika dan grafik trol
Nilai rerata 68,6 55,0
Kriteria pemahaman Tinggi Rendah
7 C6
9 C5
Memecahkan soal- 17 C6 Ada perbedaan antara
Algoritmik soal yang relatif 19 C4 44,0 32,9 0,006 kelas eksperimen dan
kompleks/ sukar 23 C4 kelas kontrol
25 C6
29 C5
Nilai rerata 44,0 32,9
Kriteria pemahaman Rendah Rendah
156 Jurnal Ilmu Pendidikan, Jilid 21, Nomor 2, Desember 2015, hlm. 151-159

Pada pembelajaran dengan strategi pembelajar- guru, sehingga dapat menyusun hipotesis dengan be-
an inkuiri terbimbing siswa diharapkan bisa meng- nar; (2) pada tahap pengumpulan data siswa dilatih
konstruk sendiri konsep-konsep yang dipelajari. Oleh untuk terampil dalam merencanakan dan melaksana-
karena itu, pemahaman siswa akan lebih baik jika kan kegiatan eksperimen serta mengumpulkan data-
mereka difasilitasi untuk dapat membangun penge- data yang relevan dengan hipotesis yang akan diuji;
tahuannya sendiri daripada hanya diberi informasi (3) pada tahap evaluasi hipotesis, siswa harus bisa
secara langsung atau melalui verifikasi.Berdasarkan menganalisis data yang telah diperoleh untuk menen-
hasil penelitian Nyasulu et al. (2008:294), pada pem- tukan apakah hipotesis yang disusun diterima ataukah
belajaran titrasi asam-basa siswa yang dibelajarkan ditolak, jika ditolak siswa harus dapat menjelaskan
dengan strategi inkuiri terbimbing dapat mengkon- penyebabnya; dan (4) pada tahap pembuatan kesim-
struk pengetahuannya secara mandiri dan lebih me- pulan, siswa diharapkan mampu membangun konsep
nyenangkan dalam melaksanakan praktikum. Penge- dari materi yang sedang dipelajari melalui kesimpulan-
tahuan yang didapat sendiri oleh siswa akan lebih kesimpulan yang dibuat berdasarkan hasil evaluasi
bermakna, dapat diingat lebih lama karena mereka hipotesis dan masalah yang dipecahkan.
mengalami sendiri proses belajar dalam menemukan Aksela (2005:63) juga menyatakan bahwa un-
konsep yang dipelajari. Selain itu, diskusi kelompok tuk mendukung perkembangan kemampuan berpikir
atau belajar dengan percobaan di laboratorium be- tingkat tinggi siswa dalam pembelajaran kimia diper-
lum memberikan hasil maksimal jika tidak disertai lukan strategi pembelajaran yang tepat, seperti inkui-
dengan kesadaran untuk membangun pengetahuan ri terbimbing. Hal ini juga sesuai dengan pendapat
siswa yang terstruktur. Barak & Dori (2009:459), bahwa penerapan pembe-
Menurut teori perkembangan kognitif Piaget, lajaran konstruktivistik dapat mengembangkan ke-
pemerolehan konsep berkaitan dengan terjadinya kon- mampuan berpikir tingkat tinggi siswa.
fik kognitif di dalam pemikiran siswa. Pada inkuiri Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa,
terbimbing guru dapat menciptakan situasi yang mam- baik siswa yang dibelajarkan dengan strategi inkuiri
pu menimbulkan konflik kognitif pada siswa. Terjadi- maupun strategi ekspositori, mempunyai pemaham-
nya konflik kognitif mendorong siswa untuk mencari an konseptual yang lebih tinggi daripada pemahaman
cara menyelesaikannya. Guru dapat membantu siswa algoritmiknya. Hasil ini berbeda dengan hasil peneli-
mencapai keadaan setimbang (equilibrium) melalui tian Nahkleh (1993) yang menunjukkan bahwa siswa
tahapan-tahapan pembelajaran yang dilaksanakan, dengan pemahaman konseptual yang baik akan lebih
yaitu pembuatan hipotesis, pengumpulan data dengan mudah menyelesaikan soal pemahaman algoritmik.
cara eksperimen atau studi literatur, evaluasi hipote- Pemahaman algoritmik yang lebih rendah kemung-
sis, dan pembuatan kesimpulan. Keadaan yang dicip- kinan disebabkan oleh belum terampilnya siswa dalam
takan oleh guru dalam suatu strategi pembelajaran ini memanipulasi persamaan dan perhitungan matema-
akan mendorong siswa untuk melakukan penyesuaian tika. Atau bisa juga dikarenakan rumus-rumus mate-
(adaptasi) agar struktur kognitifnya dapat berfungsi matika yang digunakan dalam kimia tidak bersifat
secara efektif (Hitipeuw, 2009:99). Penerapan inkuiri sederhana, sehingga untuk menggunakannya dibutuh-
terbimbing dapat mendorong siswa mengalami keti- kan banyak latihan (Kean & Middlecamp, 1985:67).
dakseimbangan (disequilibrium), proses penyesuaian Selain itu, pada penelitian ini kemungkinan siswa
(adaptasi), dan kemudian keadaan setimbang (equili- belum memahami dengan baik prosedur matematika
brium), sehingga menyebabkan pemahaman siswa yang digunakan untuk menyelesaikan soal-soal. Ke-
terhadap suatu konsep menjadi mendalam. mungkinan penyebab ini didukung oleh data peneli-
Berpikir kritis merupakan salah satu proses ber- tian yang menunjukkan bahwa siswa mengalami ke-
pikir tingkat tinggi yang dapat digunakan dalam pem- sulitan dalam menjawab soal no 17 dengan indikator
bentukan sistem konseptual siswa. Pada pembelajaran menentukan jenis senyawa garam dan massa yang
inkuiri terbimbing siswa tertantang untuk berpikir kri- tepat yang digunakan untuk menetralisir air limbah
tis dalam memecahkan suatu permasalahan. Menurut industri jika diketahui volume, pH awal, dan pH akhir
Sadeh & Zion (2009:1139), sebagian besar pendidik air limbah tersebut. Pada soal tersebut siswa harus bisa
sains setuju bahwa, baik inkuiri terbuka maupun in- menghitung konsentrasi senyawa garam terlebih da-
kuiri terbimbing, efisien digunakan dalam mengem- hulu, kemudian menghitung massa yang diperlukan.
bangkan keterampilan berpikir kritis. Kemampuan Hasil uji MANOVA pada Tabel 3 menunjukkan
berpikir kritis siswa dapat dikembangkan melalui pro- bahwa tidak ada perbedaan pemahaman konseptual
ses pembelajaran yang berlangsung, antara lain: (1) pada aspek menguasai aturan khusus yang meliputi
pada tahap penyusunan hipotesis, siswa diharapkan rumus matematika dan grafik. Kemampuan yang sama
mampu menganalisis masalah yang diberikan oleh dalam menguasai aturan karena siswa tidak sering
Setyorini, dkk, Motivasi dan Kemampuan Berpikir … 157

dilatih dan melatih diri dalam menyelesaikan soal- memerlukan waktu lebih banyak untuk mengumpul-
soal grafikal. Selain itu, kemungkinan siswa juga be- kan data, baik saat praktikum maupun studi literatur
lum memahami konsep prasyarat dengan benar. Ke- dan (3) ketika dilaksanakan kegiatan praktikum, sua-
mampuan siswa yang kurang ini didukung oleh data sana kelas lebih ramai dibanding kelas expositori.
penelitian yang menunjukkan bahwa siswa menga- Oleh sebab itu dalam pembelajaran inkuiri ter-
lami kesulitan dalam menjawab soal no 8 (indikator bimbing dapat direkomendasikan beberapa hal seba-
menganalisis grafik yang dihasilkan dari titrasi antara gai berikut. (1) Guru sebaiknya membimbing siswa
asam lemah dan basa kuat). Agar dapat membaca dalam menganalisis permasalahan yang diberikan
atau menganalisis grafik titrasi siswa mestinya harus dengan cara memberikan pertanyaan-pertanyaan yang
memahami tentang konsep titrasi asam basa terlebih berkaitan dengan pengetahuan awal yang telah dimi-
dahulu. Berdasarkan jawaban siswa, diketahui bahwa liki oleh siswa agar siswa dapat lebih mudah untuk
mereka belum memahami bahwa diakhir titrasi, CH3 menyusun hipotesis. (2) Guru sebaiknya memberikan
COONa yang dihasilkan mengalami hidrolisis, se- petunjuk tentang hal-hal apa saja yang harus diper-
hingga terbentuk ion OH-, sehingga titik ekivalen oleh siswa pada tahap pengumpulan data, sehingga
pada titrasi CH3COOH dengan NaOH bersifat basa. siswa mengetahui dengan pasti apa yang harus dicari
Berdasarkan Data pada Tabel 2 menunjukkan dan dapat menyelesaikan tahap pengumpulan data
bahwa ada perbedaan kemampuan logika deduktif dalam waktu yang tepat. Selain itu, guru perlu meng-
siswa yang dibelajarkan dengan strategi inkuiri lebih ingatkan kepada siswa untuk membagi tugas kepada
tinggi dibanding siswa yang dibelajarkan dengan stra- masing-masing anggota kelompok sehingga kerja tim
tegi ekspositori. Kemampuan logika deduktif siswa menjadi lebih efisien.
yang dibelajarkan dengan strategi inkuiri lebih sering
terlatih ketika siswa membuat hipotesis. Hal ini se- SIMPULAN
suai dengan pernyataan Kertayasa (2011:35) bahwa
hasil dari logika deduktif dapat digunakan untuk me- Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada
nyusun hipotesis. Sementara pada pembelajaran eks- perbedaan motivasi belajar antara siswa yang dibelajar-
positori tidak ada tahap pembuatan hipotesis. Meski- kan dengan strategi pembelajaran inkuiri terbimbing
pun demikian siswa yang dibelajarkan dengan strategi dengan siswa yang dibelajarkan dengan strategi pem-
inkuiri juga masih mengalami kesulitan dalam mem- belajaran ekspositori. Siswa yang dibelajarkan dengan
buat hipotesis, terutama pada pertemuan pertama. strategi pembelajaran inkuiri terbimbing mempunyai
Mungkin karena strategi ini belum pernah diberlaku- motivasi belajar yang lebih tinggi daripada siswa yang
kan kepada mereka. dibelajarkan dengan strategi pembelajaran eksposi-
Secara keseluruhan hasil penelitian menunjukkan tori; (2) ada perbedaan kemampuan berpikir tingkat
bahwa penerapan strategi pembelajaran inkuiri terbim- tinggi antara siswa yang dibelajarkan dengan strategi
bing mampu lebih memotivasi belajar dan mening- pembelajaran inkuiri terbimbing dengan strategi pem-
katkan kemampuan berpikir tingkat tinggi dibanding belajaran ekspositori. Siswa yang dibelajarkan dengan
siswa dibandingkan pembelajaran ekspositori. Meski- strategi pembelajaran inkuiri terbimbing mempunyai
pun demikian, dalam pelaksanaannya pada pembelajar- pemahaman konseptual dan algoritmik, serta kemam-
an dengan strategi pembelajaran inkuiri terbimbing, puan logika deduktif yang lebih tinggi daripada sis-
terdapat beberapa kendala di antaranya: (1) siswa me- wa yang dibelajarkan dengan strategi pembelajaran
ngalami kesulitan dalam menyusun hipotesis; (2) siswa ekspositori.

DAFTAR RUJUKAN

Aksela, M. 2005. Supporting Meaningful Chemistry ers Via Embedded Assessment. Journal of Scinece
Learning and Higher-Order Thinking through Teacher Education, 20: 459-474.
Computer-Assisted Inquiry: A Design Research Barke, H.D., Hazari, A. & Yitbarek, S. 2009. Misconcep-
Approach. (Online), (http://ethesis.helsinki.fi), di- tions in Chemistry: Addressing Perceptions in
akses 28 September 2013. Chemical Educations. Berlin: Springer.
Avsec, S. & Slavko, K. 2014. The Effect of The Use An Brickman, P., Gormally, C., Armstrong, N., & Hallar, B.
Inquiry-Based Approach in An Open Learning 2009. Effect of Inquiry-based Learning on Stu-
Middle School Hydaulic Turbine Optimisation dents’ Science Literacy Skill and Confidence. In-
Course. World Transaction on Engineering and ternational Journal for Scholarship of Teaching
Technology Education. 12(3): 329-337. and Learning, 3(2): 1-22.
Barak, M. & Dori, Y. J. 2009. Enhancing Higher Order Chiang, T., Yang, S., & Hwang, G. 2014. An Augmented
Thinking Skills Among Inservice Science Teach- Reality-based Mobile Learning System to Improve
158 Jurnal Ilmu Pendidikan, Jilid 21, Nomor 2, Desember 2015, hlm. 151-159

Student’s Learning Achievements and Motivations Lin, J. W. & Chiu, M. H. 2007. Exploring The Character-
in Natural Science Inquiry Activities. Educational istics and Diverse Sources of Students’ Mental
Technology & Society, 17 (4): 352-365. Models of Acid and Bases. International of Sci-
Costu, B. 2010. Algorithmic, Conceptual, and Graphical ence Education, 29(6): 771-803.
Chemistry Problems: A Revisited Study. Asian Matthew, B. & Kenneth, I. 2013. A Study on The Effects
Journal of Chemistry, 22(8): 6013-6025. of Guided Inquiry Teaching Method on Students
Demerouti, M., Kousathana, M., & Tsaparlis, G. 2004. Achievement in Logic. International Research,
Acid-Base Equilibria, Part I. Upper Secondary Stu- 2(1): 134-140.
dents Misconceptions and Difficulties. The Chemi- Miri, B., David, B. C., & Uri, Z. 2007. Purposely Teach-
cal Educator, (9): 122-131. ing for The Promotion of Higher-Order Thinking
Effendy. 2002. Upaya untuk Mengatasi Kesalahan Kon- Skills: A Case of Critical Thinking. Research Sci-
sep dalam Pengajaran Kimia dengan Mengguna- ence Education, 37: 353-369.
kan Strategi Konflik Kognitif. Media Komunikasi Mulyasa. 2011. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Kimia, (2): 1-21. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Ennis, R.H., Gardiner, W. L. Morrow, R., Paulus, D., & Nakhleh, M. & Mitchell, R. 1993. Concept Learning Ver-
Ringer, L. 1964. Cornell Critical Thinking Test sus Problem Solving. Journal of Chemical Educa-
Series, The Cornell Class-Reasoning Test, Form tion, 70(3): 190-192.
X. (Online), (http://faculty.education.illinois.edu/ Nyasulu, F. Barlag, R., & Macklin, J. 2008. Drop-Coun-
rhennis/cornellclassreas.pdf). diakses 23 April 2014. ter-Assited Acid/Base Titrations in The Quantita-
Ferguson, K. 2010. Inquiry Based Mathematics Instruc- tive Analysis Laboratory: An In-Depth Guided In-
tion Versus Traditional Mathematics Instruction: quiry Laboratory Exercise. The Chemical Educa-
The Effect on Student Understanding Comprehen- tor, 13(5): 289-294.
sion in an Eight Grade Pre-Algebra Classroom. Ozmen, H. & Ayas, A. 2003. Student’s Difficulties in Un-
(Online), (http://digitalcommons.cedarville.edu/edu- derstanding of The Conversation of Matter in
cation_theses) diakses 25 Maret 2015. Open and Closed-System Chemical Reactions.
Gaddis, B. A., & Schoffstall, A. M. 2007. Incorporating Chemistry Education: Research and Practice,
Guided-Inquiry Learning into The Organic Chem- 4(3): 279-290.
istry Laboratory. Journal of Chemical Education, Rajan, N. & Marcus, L. 2009. Students Attitude and
84(5): 848-851. Learning Outcomes from Process Oriented Guid-
Hanson, R., Taale, K. D., & Antwi, V. 2011. Investigating ed-Inquiry Learning (POGIL) Strategy in an Intro-
Senior High School Students’ Conceptions of In- ductory Chemistry Course fo Non-science Majors:
troductory Chemistry Concepts. International Jour- An Actions Research Study.The Chemical Educa-
nal of Educational Administration, 3(1): 41-57. tor, 14(2): 85-93.
Hitipiew, I. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Malang: Sadeh, I. & Zion, M. 2009. The Development of Dynamic
FIP Universitas Negeri Malang. Inquiry Performances within an Open Inquiry Set-
Hofstein, A., Navon, O., Kipnis, M., & Naaman, R. M. ting: A Comparison to Guided Inquiry Setting.
2005. Developing Students’ Ability to Ask More Journal of Research in Science Teaching, 46(10):
and Better Questions Resulting from Inquiry-Type 1137-1160.
Chemistry Laboratories. Journal of Research in Scalise, K., Claesgens, J., Krystyniak, R., & Mebane, S.
Science Teaching, 42(7): 791-806. 2003. Perspectives of Chemist: Tracking Concep-
Iskandar, S. M. 2011. Pendekatan Pembelajaran Sains tual Understanding of Student Learning in Chem-
Berbasis Konstruktivis. Malang: Bayumedia. istry at The Secondary and University Levels, (On-
Kaberman, Z. & Dori, Y. J. 2009. Qusetion Posing, In- line), (http://www.astacy@socrates.berkeley.edu),
quiry, and Modeling Skills of Chemistry Students diakses 31 Juli 2013.
in The Case-Based Computerized Laboratory En- Sirhan, G. 2007. Learning Difficulties in Chemistry: An
vironment. International Journal of Science and Overview. Journal of Turkish Science Education,
Mathematics Education, (7): 597-625. 4(2): 2-20.
Kean, E. dan Middlecamp, C. 1985. Panduan Belajar Ki- Stamovlasis, D., Tsaparlis, G., Kamilatos, C., Papaoiko-
mia Dasar. Jakarta: Gramedia. nomou, D., Zarotidou, E. 2005. Conceptual Un-
Kertayasa, I. 2011. Logika, Riset, dan Kebenaran. Jurnal derstanding Versus Algorithmic Problem Solving:
Sains dan Teknologi, 10(3): 29-44. Further Evidence from a National Chemistry Ex-
King, FJ., Goodson, L., & Rohani, F. 2009. Higher Order amination. Chemistry Education Research and
Thinking Skills. (Online), (http://www.cala.fsu.edu) Practice, 6(2): 104-118.
diakses 4 April 2014. Tuan, H. L., Chin, C. C., Tsai, C. C., & Cheng, S. F. 2005.
Kougliotis, D. & Salta, K. 2012. Students’ Motivation to Investigating The Effectiveness of Inquiry Instruc-
Learn Chemistry: The Greek Case. New Perspec- tion on The Motivation of Different Learning
tives in Education. Greece: Technological Educa- Styles Students. International Journal of Science
tional Institute (TEI) of Ionian Island. and Mathemathics Education, 3: 541-566.
Setyorini, dkk, Motivasi dan Kemampuan Berpikir … 159

Zohar, A. & Dori, Y.J. 2003. Higher Order Thinking Vocational High School Students. Educational
Skills and Low-Achieving Students: Are They Research International. 2(2): 16-23.
Mutually Exclusive? The Journal of The Learning Yilmaz, A., Tuncer, G., & Alp, E. 2007. An Old Subject
Science. 12(2): 145-181. with Recent Evidence from Turkey: Students’ Per-
Wahyuni, T. S. 2014. Pengaruh Pembelajaran Inkuiri formance on Algorithmic and Conceptual Ques-
Terbimbing menggunakan Real Lab dan Virtual tion of Chemistry. World Applied Sciences Jour-
Lab terhadap Pemahaman Representasi Kimia nal, 2(4): 420-426.
dan Motivasi Siswa pada Materi Kelarutan dan Zarotiadou, E. & Tsaparlis, G. 2000. Teaching Lower-
Hasil Kali Kelarutan. Tesis tidak diterbitkan. Ma- Secondary Chemistry With A Piagetian Construc-
lang: Pascasarjana Universitas Negeri Malang. tivist And An Ausbelian Meaningful-Receptive
Wang, P., Yen, Y., Wu, H., & Wu, P. 2013. The Learning Method: A Longitudinal Comparison. Chemistry
Effectiveness of Inquiry-Based Instruction Among Education.

Anda mungkin juga menyukai