Anda di halaman 1dari 12

SKRIP

1. Salam
2. Penghormatan saya kepada dosen pembimbing 1 ibu Novia Zalmita S.Pd., M.Pd dan
dosen pembimbing 2 bapak Dr. Mirza Desfandi, S.Pd., M.Soc.Sc., serta yang saya
hormati dosen penguji bapak Dazka Aziz S.Pd. MA dan ibu Cut Vita Rajiatul Jummi
S.Pd. M.Pd
3. Sebelumnya izinkan saya untuk memperkenalkan diri nama saya Linda Mastuti dengan
NIM 1906101040056. Pada kesempatan ini saya akan memaparkan hasil penelitian saya
yang berjudul………….

BAB 1

LATAR BELAKANG

(SETELAH SLIDE 1) Sebab penguasaan terhadap konsep dasar geografi tidak hanya terfokus
pada pemahaman defenisi geografi saja. Namun, juga harus menguasai terapannya dalam
kehidupan sehari-hari. Pemahaman konsep sangat penting dalam pembelajaran, agar tidak terjadi
kesalahan konsep yang menyebabkan terjadinya miskonsepsi.

(SETELAH BERDASARKAN WAWANCARA) Untuk itu perlu upaya dalam membedakan


antara siswa yang paham konsep, miskonsepsi atau bahkan tidak paham konsep sama sekali.

(SETELAH SLIDE 2) yang mana Hasil diagnostik dapat digunakan sebagai dasar pemberian
tindak lanjut berupa evaluasi atau perencanaan yang lebih baik dan sesuai dengan kelemahan
siswa.
BAB II

1. Pemahaman Konsep

Konsep merupakan klarifikasi pengetahuan yang terdapat dalam sebuah materi


pelajaran. Pengetahuan yang bersifat konsep yaitu pengetahuan yang mengacu pada
pengertian, definisi, ciri khusus, komponen atau bagian dari suatu objek.

Pemahaman (comprehension) merupakan kemampuan seseorang dalam


mengartikan atau menjelaskan konsep setelah konsep itu dipelajari

Pemahaman konsep: adalah kemampuan seseorang dalam mengartikan,


menjelaskan atau mengaplikasikan suatu hal berdasarkan pengetahuan yang telah
dipelajari.

Pemahaman konsep sangat penting dalam proses pembelajaran karena pemahaman


konsep merupakan tahapan dalam memahami suatu informasi yang abstrak yang dalam
proses memahaminya harus menggolongkan suatu objek atau fenomena.

Untuk mengukur kemampuan pemahaman suatu konsep pada siswa, maka

diperlukan alat ukur (indikator). Beberapa indikator yang menunjukkan suatu pemahaman

konsep adalah sebagai berikut (Effandi dalam Sari, 2019:14)

1. Menyatakan ulang setiap konsep.


2. Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai dengan
konsepnya).
3. Memberikan contoh dan non contoh dari konsep
4. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi.
5. Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep
6. Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu
7. Mengaplikasikan konsep atau pemecahan masalah.

2. Miskonsepsi

Miskonsepsi berasal dari Bahasa Inggris misconception. Conception berarti


kemampuan, fungsi atau proses membentuk idea. Sedangkan kata Mis berarti salah atau
tidak. Gabungan pengertian kedua suku kata tersebut membentuk idea, abstrak, atau
pemahaman yang salah. miskonsepsi juga diartikan sebagai adanya kesalahpahaman yang
dialami peserta didik dengan konsep yang ada saat menangkap serta menafsirkan konsep
tersebut.
Menurut Rohmah, Priyono & Sari, Terjadinya miskonsepsi pada peserta didik

disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu karakteristik materi pembelajaran yang sulit,

pengetahuan yang berasal dari dalam diri siswa, minat dan motivasi untuk belajar yang

kurang dari dalam diri siswa, kurangnya kompetensi guru dan metode pembelajaran yang

diterapkan kurang bervariasi, pemakaian buku teks yang kurang maksimal, dan

penggunakan referensi dengan bahasa yang sulit dipahami. Faktor yang paling dominan

terjadinya miskonsepsi adalah faktor interistik yang ada pada diri siswa yakni pengolahan

pengetahuan yang sudah diterima dan menjadi suatu pengetahuan yang baru dibentuk,

sehingga konsep kesalahan menelaah diawal akan mendominasi kekeliruan yang

mengakibatkan miskonsepsi terjadi.

Faktor lain yang menyebabkan timbulnya miskonsepsi pada siswa adalah karena

kurangnya memahami konsep yang telah diajarkan oleh pendidik dan peserta didik terpaku

dalam menghafal sehingga menyebabkan kesalahan dalam memahami konsep

3. Tes Diagnostic
Tes diagnostik merupakan tes yang digunakan untuk mengetahui kelamahan atau
miskonsepsi pada topik tertentu dalam pembelajaran sehingga dari hasil tes didapat
masukan tentang respon siswa untuk memperbaiki kelemahannya. Tes diagnostik
digunakan untuk mengungkapkan karakteristik maupun kesulitan yang dialami oleh siswa
pada proses pembelajaran agar dapat dilakukan upaya-upaya untuk mencari pemecahan
permasalahan tersebut.
4. Four Tier Diagnostic Test
(SEBELUM SLIDE FOUR TIER) Banyak cara yang dapat dilakukan untuk
mengetahui tingkat pemahaman maupun miskonsepsi peserta didik. Salah satu bentuk tes
yang dapat digunakan adalah instrumen four tier diagnostic test atau instrumen tes empat
tingkat. Instrumen four tier merupakan pengembangan dari instrumen tes three tier.

(SETELAH FUNGSI FOUR TIER) Tes diagnostik empat tingkat ini memiliki
empat tingkatan. Tingkat pertama berisi soal pengetahuan dalam bentuk pilihan ganda,
tingkat kedua berisi tingkat keyakinan atas jawaban yang dipilih, tingkat ketiga berisi
alasan mengapa memilih jawaban pada tingkatan pertama, dan yang terakhir adalah
tingkatan keempat yang berisi tingkat keyakinan atas alasan yang dipilih oleh peserta didik.

Untuk mengetahui tingkat keyakinan siswa dalam instrumen four tier diagnostic test maka
dapat digunakan pengukuran tingkat keyakinan berbantuan CRI.

5. CRI
Penggunaan CRI pada pengukuran miskonsepsi dilakukan dengan responden
diminta untuk memberikan tingkat kepastian yang dimiliki berdasarkan kemampuannya
sendiri dengan mengakaitakan tingkat keyakinan tersebut terhadap pengetahuan, konsep
dan hukum yang dimiliki. Setiap pilihan jawaban CRI terdapat nilai skala, sebagaimana
tercantum dalam Tabel.

Tabel tersebut menerangkan bahwa, CRI terdiri atas enam skala yaitu (0-5). Angka
nol menandakan tidak paham konsep sama sekali atau ditebak secara total, sedangkan
angka lima menandakan kepercayaan diri yang sangat tinggi atas kebenaran jawaban, tidak
ada unsur tebakan sama sekali.

CRI rendah yaitu (0-2) menjelaskan adanya unsur penebakan, yang secara tidak
langsung mencerminkan ketidaktahuan konsep dalam mendasri jawaban siswa.
CRI tinggi (CRI 3-5) menandakan tidak ada unsur tebakan sama sekali yang
mempengaruhi dalam menentukan jawaban. Jawaban benar menandakan siswa tersebut
memiliki keyakinan tinggi pada kebenaran konsepsi yang dimilikinya dan dapat teruji
dengan baik. Namun, jika jawaban salah maka hal ini menunjukkan adanya kekeliruan
konsepsi dalam pengetahuan siwa. Hal ini dapat menjadi suatu indikator terjadinya
miskonsepsi.

Untuk membedakan antara siswa paham konsep, tidak paham konsep ataupun
mengalami miskonsepsi digunakan kriteria tertentu. Kriteria tersebut adalah seperti
terdapat dalam Tabel.
BAB III

1. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN


Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai dan jenis data yang digunakan
maka penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan jenis penelitian
deskriptif.
Metode penelitian deskriptif kuantitatif merupakan penelitian yang data
penelitiannya berupa angka-angka dan dianalisis menggunakan statistik.

2. POPULASI DAN SAMPEL


Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa aktif kelas X IPAS SMA Negeri
4 Banda Aceh yang terdiri dari 8 kelas yang berjumlah 270 peserta didik. Dalam
menentukan jumlah sampel yang diteliti, Arikunto (2012:195) menjelaskan bahwa jika
jumlah objeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya
merupakan penelitian populasi. Jika jumlah objeknya besar, maka dapat diambil antara 10-
15% atau 20-25% atau lebih. Berdasarkan pernyataan tersebut maka diambil sampel
penelitian sebanyak 15% dari populasi sehingga jumlah sampelnya adalah 40 siswa.

3. TEKNIK DAN ALAT PENGUMPULAN DATA


Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini ialah Teknik tes.
Adapun alat pengumpulan data yang digunakan adalah soal tes pilihan ganda beralasan
(four tier diagnostic test) yang disertai CRI.

Agar layak digunakan maka soal terlebih dahulu diuji tingkat validitas dan
reliabilitasnya secara kuantitatif yang dilakukan pada kelas selain sampel.

4. UJI VALIDITAS
Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data

(mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur
apa yang hendak diukur. Uji validitas alat ukur dalam penelitian ini menggunakan rumus

korelasi product moment, dengan rumus (Arikunto, 2010:72 ) :

Setelah mendapat hasil rhitung, kemudian membuat keputusan dengan

membandingkan rtabel dan rhitung pada taraf signifikansinya 5% dan dk = (n-2). Intrumen

dikatakan valid jika rhitung ≥ rtabel dan tidak valid jika rhitung < rtabel (Sugiyono, 2016:357).

5. UJI RELIABILITAS

Suatu intrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali

akan menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 2017:364). Dalam penelitian ini uji

reliabilitas instrumen dilakukan dengan menggunakan rumus K-R 20. Menurut Siregar

(2014:110), rumus K-R 20 adalah instrumen yang pilihan jawaban untuk setiap pertanyaan

hanya ada dua jawaban. Misalnya jawaban “Ya” diisi dengan nilai 1 dan jawaban “Tidak”

diisi dengan nilai 0.

6. TEKNIK ANALISIS DATA


Untuk mengidentifikasi kombinasi jawaban pemahaman konsep siswa dalam

penelitian ini mengadaptasi teknik kombinasi jawaban yang digunakan oleh Amin,

Wiendartun, & Samsudin (2016:177). Dalam penelitian ini tingkat keyakinan jawaban akan

berbantuan CRI dengan enam alternatif jawaban atau skala 0-5 (Tayubi, 2005:6).

Kombinasi jawaban untuk menganalisis pemahaman konsep siswa dapat dilihat pada Tabel

berikut ini.
7. PENJELASAN SLIDE RUMUS PERSENTASE
Setiap kemungkinan jawaban siswa kemudian dihitung dalam bentuk persentase,
untuk mengetahui persentase siswa pada masing-masing kategori paham, tidak paham,
miskonsepsi, dan error dalam setiap konsep.

8. PENJELASAN SLIDE TABEL PERSENTASE


Selanjutnya hasil persentase tingkat pemahaman siswa dikelompokkan berdasarkan
kategori berikut.
Berdasarkan Tabel dapat dijelaskan bahwa apabila presentase pemahaman konsep
yang diperoleh oleh siswa sebesar 80-100% maka tingkat pemahaman siswa tersebut
termasuk dalam kategori baik sekali, sedangkan presentase 66-79% dikategorikan baik,
presentase 56-65% dikategorikan cukup, presentase 46-55% dikategorikan kurang, dan
presentase dibawah 45% dikategorikan gagal.
BAB IV

1. SLIDE HASIL PENELITIAN


Hasil jawaban dari siswa yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Paham Konsep
(PK), Miskonsepsi (M), Tidak Paham Konsep (TPK), dan Error (E).

(PENJELASAN GAMBAR/DIAGRAM) Gambar tersebut menunjukkan bahwa

persentase tingkat pemahaman siswa pada setiap alur tujuan pembelajaran (ATP) materi

konsep dasar geografi. Rata-rata siswa yang paham konsep sebesar 39,5%, siswa yang

mengalami miskonsepsi sebesar 24,5%, tidak paham konsep sebesar 28%, dan error 8%.

Berdasarkan pendeskripsian data pada Tabel 3.2 tentang tingkat pemahaman siswa, maka

tingkat pemahaman siswa masuk ke dalam kategori gagal karena skor persentase paham

konsep yang diperoleh di bawah 45%.

2. SLIDE PERSENTASE SETIAP BUTIR SOAL

Selanjutnya adalah persentase tingkat pemahaman siswa kelas X IPAS SMAN 4

Banda Aceh pada setiap butir soal dapat dilihat pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7 menunjukkan bahwa jumlah siswa paham konsep paling banyak terdapat

pada soal nomor 14, yaitu sebanyak 20 orang dengan persentase sebesar 50%. Tingkat

pemahaman konsep tersebut masuk ke dalam kategori kurang karena skor persentase

paham konsep yang diperoleh berada pada rentang 46-55% berdasarkan pendeskripsian

data pada Tabel 3.2. Adapun soal dengan persentase siswa paham konsep terendah terdapat

pada soal 12, yaitu sebanyak 10 orang dengan persentase sebesar 25%.
Jumlah siswa yang paling banyak mengalami miskonsepsi terdapat pada soal nomor

2 , sebanyak 15 orang dengan persentase miskonsepsinya adalah 37,5%. Soal yang paling

sedikit terjadi miskonsepsi terdapat pada soal nomor 6, dengan jumlah siswa yang

mengalami miskonsepsi sebanyak 5 orang dengan persentase miskonsepsinya sebesar

12,5%.

Berikutnya jumlah siswa tidak paham konsep paling banyak terdapat pada soal

nomor 3 yaitu sebanyak 14 orang dengan persentase sebesar 35%. Jumlah siswa tidak

paham konsep terendah terdapat pada soal nomor 2, yaitu sebanyak 7 orang dengan

persentase sebesar 17,5%.

Siswa mengalami error paling banyak terdapat pada soal nomor 8 yaitu sebanyak

6 orang dengan persentase sebesar 15%, sebaliknya siswa yang mengalami error terendah

terdapat pada soal nomor 10 dan 14 yaitu berjumlah 1 orang pada masing-masing soal

dengan persentase sebesar 2,5%.


UNTUK JAGA JAGA

PENGERTIAN GEOGRAFI
Geografi berasal dari bahasa Yunani, geo:bumi dan graphien: tulisan. Geografi secara
istilah adalah tulisan atau gambaran ttg bumi.

OBJEK GEOGRAFI
1. Material : segala fenomena yang terjadi di permukaan bumi baik fisik maupun sosial
2. Formal : sudut pandang, cara berfikir, atau metode yg digunakan untuk menganalisis objek
material

ASPEK GEOGRAFI
1. Fisik : fenomena geosfer yg bersifat fisik seperti iklim, batuan, tanah air, dll.
2. Non Fisik/sosial : aktivitas manusia, ekonomi, sosial, budaya, politik,

KONSEP GEOGRAFI
1. Konsep Lokasi : absolut dan relative
2. Konsep Jarak :
3. Konsep Keterjangkauan : Aksesbilitas, sarana angkutan atau komunikasi yang dapat
dipakai
4. Konsep Pola : pola pola bentuk persebaran fenomena,
5. Konsep Morfologi : menggambarkan perwujudan daratan muka bumi
6. Konsep Aglomerasi : kecenderuangan persebaran yang bersifat mengelompok
7. Konsep Nilai Kegunaan : terkait manfaat atau kelebihan yang dimiliki suatu wilayah
8. Interelasi dan interdepedensi : fenomena saling mempengaruhi satu tempat dengan tempat
lain.
9. Diferensiasi Area : menekankan pada daerah daerah yang berbeda di muka bumi, berbeda
antara satu dengan yang lain. Setiap wilayah memiliki karakteristik tersendiri.
10. Keterkaitan keruangan; tingkat hubungan antar wilayah, suatu wilayah dapat berkembang
karena ada hubungan antar wilayah.
PRINSIP GEOGRAFI
1. Persebaran : suatu gejala dan fakta yang tersebar tidak merata di permukaan bumi.
2. Prinsip Interelasi : hubungan timbal balik atau sebab akibat antar fenomena geosfair.
3. Deskripsi : digunakan untuk menggambarkan atau memaparkan suatu fenomena
4. Korologi : prinsip penggabungan dari ketiga prinsip sebelumnya.

PENDEKATAN GEOGRAFI
1. Keruangan : metode pendekatan yang pada pelaksanaanya harus tetap berdasrkan prinsip
yang berlaku yaitu persebran, interelasi, dan deskripsi.
2. Ekologi : metode untuk menganalisis suatu gejala atau masalah geografi dengan
menerapkan konsep dan prinsip ekologi
3. Kompleks wilayah : kombinasi antara analisis keruangan dan analisis ekologi. Mengetahui
perbedaan antara satu wilayah dengan wilayash lain.,

Anda mungkin juga menyukai