Anda di halaman 1dari 26

UTS

disusun untuk memenuhi salah satu tugas ujian tengah semester mata kuliah
Metode penelitian Pendidikan SD

Dosen pengampu: Dr. Karlimah, M.Pd.


.

Disusun Oleh:
Ria Khairani Rahmah
1804425

3 B PGSD

PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KAMPUS TASIKMALAYA
2021
A. Penelitian Kualitatif
1. Metode Survei
a. Pengertian/definisi

Pengertian survey adalah metode untuk mengumpulkan informasi dari kelompok


yang mewakili sebuah populasi. Secara etimologis, kata survey berasal dari bahasa
Latin yang terdiri atas kata sur yang berarti di atas atau melampaui dan kata videre
yang berarti melihat. Dengan demikian, survey berarti melihat di atas atau melampaui.
Menurut Singarimbun (1991, p.3), survei yaitu penelitian yang mengambil sampel dari
satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok.
Menurut Widodo (2008:43), survey digunakan untuk memecahkan masalah-masalah
isu skala besar yang aktual dengan populasi sangat besar, sehingga diperlukan sampel
ukuran besar.

b. Tujuan dan manfaat

Berikut ini tujuan survei menurut Masri Singarimbun :

 Mengumpulkan data sederhana.


 Menerangkan atau menjelaskan (mempelajari suatu fenomena).
 Memaparkan data dari objek penelitian
 Dan menginterpretasikan dan menganalisisnya secara sistematis.

Berikut ini beberapa manfaat atau kegunaan dari survei :

 Untuk memperoleh fakta dari gejala yang ada.


 Mencari keterangan secara faktual dari suatu kelompok, daerah dsb.
 Melakukan evaluasi serta perbandinagn terhadap hal yang telah dilakukan orang
lain dalam menangani hal yang serupa.
 Dilakukan terhadap sejumlah individu / unit baik secara sensus maupun secara
sampel.
c. Keunggulan dan kelemahan

Keuntungan Metode Survei

 Dibandingkan dengan metode lain (observasi langsung, eksperimen), survei


menghasilkan informasi yang lebih luas. Survei efektif untuk menghasilkan
informasi tentang karakteristik sosio-ekonomi, sikap, pendapat, motif, dll. Dan
untuk mengumpulkan informasi untuk perencanaan fitur produk, media periklanan,
promosi penjualan, distribusi dan variabel pemasaran lainnya.
 Bertanya biasanya lebih cepat dan lebih murah daripada Pengamatan.
 Pertanyaan mudah dikelola.
 Data dapat diandalkan
 Variabilitas hasil berkurang.
 Relatif sederhana untuk menganalisis, mengutip dan menghubungkan data yang
diperoleh dengan metode survei

Kekurangan Metode Survei

 Keengganan responden untuk memberikan informasi- Hal ini memerlukan keahlian


menjual dari pihak pewawancara. Pewawancara dapat memastikan bahwa
informasi tersebut akan dirahasiakan atau menerapkan teknik menawarkan
beberapa hadiah.
 Ketidakmampuan responden untuk memberikan informasi (Ini mungkin karena
kurang pengetahuan)
 Kehilangan memori (Lupa)
 Ketidakmampuan untuk mengidentifikasi motif mereka dan memberikan “alasan
mengapa?” atas tindakan mereka
 Ada Bias Manusia dari responden, misalnya: “Ego”
d. Langkah-langkah penelitian (prosedur penelitiannya)
Agar diperoleh data atau informasi yang diharapkan, ada beberapa langkah yang
sebaiknya ditempuh oleh peneliti dalam pengumpulan data survai terutama yang
menggunakan jasa pos (McMillan & Schumacher, 2001)

a. Merumuskan tujuan umum dan tujuan khusus. Langkah pertama dalam


pelaksanaan penelitian survai, adalah merumus-kan tujuan penelitian. ini
mencakup tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum berisi rumusan yang
lebih bersifat umum tentang apa yang ingin dicapai dengan penelitian ini, sedang
tujuan khusus berisi rumusan tentang sasaran-sasaran lebih spesifik yang ingin
dicapai.
b. Memilih sumber dan populasi target. Langkah selanjutnya yang harus ditempuh
adalah populasi target yang ingin dicapai. Keluasan wilayah, penyebaran populasi
dan besarnya populasi akan mempengaruhi waktu, dana, dan jumlah personil yang
diperlukan. Berbagai jenis surnber daya ini perlu dirumuskan bersamaan dengan
penentuan populasi target.
c. Pemilihan teknik dan pengembangan instrumen pengumpulan data. Untuk
mendapatkan data yang objektif dan akurat diperlukan instrumen yang valid atau
menghimpun data yang benar-benar ingin dihimpun. Instrumen yang memiliki
validitas yang tinggi, tidak memberikan penafsiran lain kecuali jawaban atau
informasi lain kecuali yang ingin dihimpun. Teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam survai biasanya ada dua macam, yaitu pedoman Wawancara dan
angket. Pedoman wawancara digunakan kalau survai akan dilaksanakan melalui
wawancara (langsung), sedang kalau pengumpulan data dilakukan secara tidak
langsung maka digunakan angket. pedoman wawancara dan angket yang digunakan
dalam survai biasanya adalah bentuk tertutup, atau telah disediakan kemungkinan
jawaban. Bentuk angket pada survai umumnya bersifat kategorial, kemungkinan
jawabannya berbentuk kategori (data nominal) seperti jenis kelamin, pekerjaan,
dll., walaupun bisa saja dalam bentuk ordinal dan skala (keterangannya dapat
dibaca pada bab tentang instrumen).
d. Petunjuk pengisian. petunjuk pengisian sangat penting di dalam pelaksanaan
survai, karena dalam survai umumnya pengisian instrumen dilakukan tanpa
kehadiran peneliti. Responden mengisi atau menjawab pertanyaan sesuai dengan
penafsiran dia tentang apa yang ada dalam petunjuk. Petunjuk harus berisi rumusan
yang jelas tentang maksud pengedaran angket, serta apa yang harus dikerjakan oleh
responden dan bagaimana pengerjakannya.
e. Penentuan sampel. Pemilihan dan penarikan sampel sangat penting dalam survai.
Sampel harus mewakili populasi baik dalam jumlah maupun karakteristiknya.
Karakteristik sampel diambil berdasarkan strata dan klaster. Dalam setiap strata
dan klaster diambil jumlah sampel secara proporsional berdsarkan besarnya
populasi. Selain jumlah dan karakteristiknya, dalam survai juga perlu
dipertimbangkan kemampuan responden yang menjadi sampel dalam memberikan
jawaban secara tertulis.
f. Pembuatan alamat. Dalam pengumpulan data yang menggunakan jasa pos, alamat
haik alamat responden maupun alamat peneliti, sangat memegang peranan penting.
Buatlah alamat yang jelas, dan gunakan alamat yang mudah dijangkau oleh petugas
dari kantor pos.
g. Uji coba. Sebelum digunakan untuk menghimpun data dari sampel yang
sesungguhnya, sebaiknya diadakan uji coba terlebih dahulu.

2. Metode Fenomenologi
a. Pengertian/definisi

Secara harfiah, fenomenologi berasal dari kata pahainomenon dari bahasa Yunani
yang berarti gejala atau segala sesuatu yang menampakkan diri. Istilah fenomena dapat
dilihat dari dua sudut pandang, yaitu fenomena itu selalu menunjuk keluar dan
fenomena dari sudut pandang kesadaran kita. Definisi fenomenologi juga diutarakan
oleh beberapa pakar dan peneliti dalam tudinya. Menurut Alase (2017) fenomenologi
adalah sebuah metodologi kualitatif yang mengizinkan peneliti menerapkan dan
mengaplikasikan kemampuan subjektivitas dan interpersonalnya dalam proses
penelitian eksploratori. Kedua, definisi yang dikemukakan oleh Creswell dikutip
Eddles-Hirsch (2015) yang menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah sebuah
penelitian yang tertarik untuk menganalisis dan mendeskripsikan pengalaman sebuah
fenomena individu dalam dunia sehari-hari. Sebagai contoh, studi fenomenologi
tentang anorexia bagi beberapa orang yang terjadi dewasa ini. Anorexia merupakan
gangguan (kalau dapat dikatakan demikian) makan yang dialami seseorang karena
takut terhadap kenaikan berat badan yang disebabkan gaya hidup dan tuntutan budaya
populer. Studi ini dapat ditekankan pada kondisi mengapa seseorang ingin seperti ini
dan menginterpretasikan hidup mereka berdasarkan sudut padang yang mereka
pahami.Studi ini bertujuan untuk memahami dan menggambarkan sebuah fenomena
spesifik yang mendalam dan diperolehnya esensi dari pengalaman hidup partisipan
pada suatu fenomena (Yuksel dan Yidirim: 2015).

Fenomenologi merupakan salah satu jenis metode penelitian kualitatif yang


diaplikasikan untuk mengungkap kesamaan makna yang menjadi esensi dari suatu
konsep atau fenomena yang secara sadar dan individual dialami oleh sekelompok
individu dalam hidupnya. Studi fenomenologis sanggup diseskripsikan sebagai
penerapan metode kualitatif dalam rangka menggali dan mengungkap kesamaan makna
dari sebuah konsep atau fenomena yang menjadi pengalaman hidup sekelompok
individu. Sebagai metode untuk mengungkap esensi makna sekumpulan individu,
fenomenologi menjadi metode riset yang erat dengan filsafat dan psikologi, serta
penerapannya syarat upaya-upaya filosofis dan psikologis. Abstraksi dan refleksi
filosofis kerap dipraktikkan oleh para fenomenolog dalam rangka menangkap maksud
dari informan sebelum diekstrak ke dalam narasi yang mendalam.

b. Tujuan dan manfaat

Tujuan dari penelitian fenomenologis adalah untuk mengurangi pengalaman


individu dari suatu fenomena dalam deskripsi yang menjelaskan sifat universal dari
fenomena tersebut. Ahli fenomenologi berusaha untuk “memahami esensi dari suatu
fenomena”.

c. Keunggulan dan kelemahan

Kelebihan :

 Fenomenologi sebagai suatu metode keilmuan, dapat mendiskripsikan penomena


dengan apa adanya dengan tidak memanipulasi data, aneka macam teori dan
pandangan.
 Fenomenologi mengungkapkan ilmu pengetahuan atau kebenaran dengan benar-
benar yang objektif.
 Fenomenologi memandang objek kajian sebagai bulatan yang utuh tidak terpisah
dari objek lainnya

Kekurangan :

 Tujuan fenomenologi untuk mendapatkan pengetahuan yang murni objektif tanpa


ada pengaruh berbagai pandangan sebelumnya, baik dari adat, agama ataupun ilmu
pengetahuan, merupakan suatu yang absurd.
 Pengetahuan yang di dapat tidak bebas nilai (value-free), tapi bermuatan nilai
(value-bound ).
d. Langkah-langkah penelitian (prosedur penelitiannya)

Mengacu pada langkah-langkah ini, merujuk pada pendapat ahli tentang metodologi
Creswell :
1. Para peneliti menemukan bahwa perumusan masalah yang diajukan relevan dengan
penelitian menggunakan pendekatan fenomenologi. Perumusan masalah penelitian
yang relevan dalam penerapan fenomenologi adalah masalah penelitian di mana
sangat penting untuk memahami pengalaman pribadi sekelompok orang dalam
kaitannya dengan fenomena yang mereka jalani. Memahami pengalaman-
pengalaman ini nantinya akan berkontribusi pada proses perkembangan politik atau
untuk pemahaman yang lebih dalam tentang fenomena yang sedang dipelajari.
2. Ketika para peneliti berkumpul, para peneliti menangkap fenomena itu dan
mempertanyakan artinya bagi sekelompok orang yang mengalaminya. Misalnya,
apa artinya menjadi pro, apa artinya menjadi korban HIV / AIDS, apa artinya
kehilangan sesuatu atau seseorang yang Anda cintai, dan sebagainya.
3. Sebagai manusia, para peneliti harus menyimpan pengalaman pribadi mereka
sebanyak mungkin dalam fokus penelitian mereka. Upaya ini disebut “braket”.
Tujuan dari kurung adalah untuk membantu para peneliti mendapatkan pemahaman
yang paling mendalam dan objektif tentang fenomena yang dialami oleh informan
secara pribadi, tanpa terkontaminasi oleh para peneliti itu sendiri. Misalnya, studi
fenomenologis terhadap orang yang baru saja patah hati. Ahli fenomenologi,
misalnya, harus meninggalkan pengalaman patah hati sebanyak mungkin.
4. Data fenomenologis dalam bentuk narasi deskriptif yang berasal dari cerita orang
yang mengalami fenomena yang diteliti. Data penelitian fenomenologis berasal
dari wawancara mendalam dengan sekelompok individu. Jumlahnya tidak bisa
ditentukan. Beberapa peneliti merekomendasikan antara 5-25 orang. Pertanyaan
yang diajukan oleh seorang ahli fenomenologi dapat bervariasi. Biasanya, peneliti
bertanya apa yang dialami dan bagaimana fenomena itu bisa dialami.
5. Proses analisis data pada prinsipnya serupa dengan analisis kualitatif lainnya, yaitu
data ditranskripsikan dan dengan demikian berkaitan dengan perumusan masalah
interpretasi. Proses bolak-balik serta analisis data kualitatif secara umum.
6. Setiap topik yang muncul dalam proses analisis berisi narasi teks. Pada prinsipnya,
deskripsi tekstual tentang apa yang telah dialami peserta dan bagaimana mereka
mengalaminya. Dari deskripsi tekstual, peneliti menggambarkan sifat universal
dari fenomena yang diteliti.
3. Metode Studi Kasus
a. Pengertian/definisi
Terdapat beberapa definisi studi kasus, diantaranya yaitu;

 Studi kasus adalah strategi penelitian dan penyelidikan empiris yang menyelidiki
fenomena dalam konteks kehidupan nyata.
 Studi kasus didasarkan pada investigasi mendalam terhadap satu individu,
kelompok, atau peristiwa untuk mengeksplorasi penyebab prinsip-prinsip yang
mendasarinya.
 Studi kasus adalah analisis deskriptif dan eksploratif dari seseorang, kelompok atau
peristiwa.
 Penelitian studi kasus dapat berupa studi kasus tunggal atau ganda, termasuk bukti
kuantitatif, bergantung pada berbagai sumber bukti dan manfaat dari
pengembangan proposisi teoritik sebelumnya.
 Studi kasus adalah analisis terhadap orang, kelompok, peristiwa, keputusan,
periode, kebijakan, lembaga atau sistem lain yang dipelajari secara holistik dengan
satu atau lebih metode.

Penelitian studi kasus mengacu pada studi yang mendalam dan terperinci tentang
seseorang atau sekelompok kecil individu. Studi semacam itu biasanya bersifat
kualitatif, menghasilkan deskripsi naratif tentang perilaku atau pengalaman. Penelitian
studi kasus tidak digunakan untuk menentukan sebab dan akibat, juga tidak digunakan
untuk menemukan kebenaran yang dapat digeneralisasikan atau membuat prediksi.

Sebaliknya, penekanan dalam penelitian studi kasus ditempatkan pada eksplorasi


dan deskripsi suatu fenomena. Karakteristik utama penelitian studi kasus adalah
fokusnya sempit, memberikan tingkat detail yang tinggi, dan mampu menggabungkan
data objektif dan subyektif untuk mencapai pemahaman yang mendalam.

b. Tujuan dan manfaat

Tujuan studi kasus secara umum diantaranya yaitu sebagai berikut;


 Menggambarkan situasi individu (kasus), misalnya: seseorang, bisnis, organisasi,
atau institusi, secara terperinci;
 Mengidentifikasi masalah-masalah utama dari kasus tersebut;
 Menganalisis kasus menggunakan konsep-konsep teoritis yang relevan dari unit
atau disiplin ilmu tertentu;
 Merekomendasikan tindakan untuk kasus tertentu (terutama untuk studi kasus
penyelesaian masalah).

Sedangkan secara lebih spsifik, berikut ini tujuan studi kasus pada beberapa bidang
ilmu, antara lain:

 Tujuan di balik studi kasus psikolog adalah mencari informasi mendalam tentang
otak manusia, perilaku, atau pemikiran kognitif.
 Tujuan studi kasus sosiolog akan serupa dengan psikolog, kecuali yang melihat ke
dalam perilaku atau interaksi di dalam, antara, atau di sekitar komunitas, kelompok,
atau organisasi.
 Tujuan dari studi kasus para ilmuwan adalah untuk bereksperimen di antara teori
atau menghasilkan teori baru. Para ilmuwan dapat mengembangkan hipotesis dan
merinci melalui penelitian mereka dan bereksperimen ketika memproses melalui
jenis studi kasus pilihan mereka.

Manfaat Studi kasus memungkinkan pembaca untuk menemukan konsistensi


internal yang tidak hanya merupakan konsistensi gaya dan konsistensi faktual tetapi
juga keterpercayaan (trust-worthines) serta terbuka bagi penilaian atas konteks yang
turut berperan bagi pemaknaan atas fenomena dalam konteks tersebut.

c. Keunggulan dan kelemahan

Kelebihan utama studi kasus adalah:


Fleksibilitas. Pendekatan studi kasus biasanya lebih fleksibel karena disainnya
memang ditujukan untuk mengeksplorasi suatu permasalahan. Berbeda dengan
pendekatan yang didisain dengan keinginan untuk menguji suatu teori atau hipotesa,
dengan sifat eksploratif studi kasus, memungkinkan si peneliti untuk lebih fleksibel
menyesuaikan arah penelitiannya sesuai dengan perkembangan kegiatan penelitiannya.
Tambahan pula, karena formatnya yang lebih longkar, hal ini memungkinkan peneliti
untuk memulai penelitiannya dengan issu-issu atau pertanyaan umum kemudian
mengerucut kepada persoalan-persoalan khusus bersamaan dengan perjalanan
pelaksanaan penelitiannya itu sendiri.

Penekanan pada pemahaman konteks. Usaha mencari tahu melalui studi kasus
pendalaman pemahaman mengenai persoalan atau kelompok orang tertentu. Ini
mengarahkan pada terkumpulkanya informasi yang rinci atau detail tentang persoalan
atau kelompok orang yang menjadi focus kajian. Luaran dari studi seperti ini adalah
apa yang disebut thick description yakni deskripsi mendalam tentang suatu persoalan
atau kelompok orang dan segala konteks terkait permasalahan atau kelompok orang
tersebut.

Kelemahan dari studi kasus adalah:

 Studi kasus seringkali dipandang kurang ilmiah atau pseudo-scientific karena


pengukurannya bersifat subjectif atau tidak bisa dikuantifisir. Dalam hal ini, kritik
ini juga mempertanyakan validitas dari hasil penelitian studi kasus.
 Karena masalah interpretasi subjektif pada pengumpulan dan analisa data studi
kasus, maka mengerjakan pekerjaan ini relative lebih sulit dari penelitian
kuantitatif.
 Masalah generalisasi. Karena skupa penelitian baik issu maupun jumlah orang yang
menjadi target kajian studi kasus sangat kecil, kemampuan generalisasi dari temuan
pada studi kasus adalah rendah.
 Karena lebih bersifat deskriftif, studi kasus juga dianggap kurang memberi
sumbangan pada persoalan-persoalan praktis mengatasi suatu masalah.
 Biaya penyelenggaraan yang relative mahal. Karena kedalaman ibformasi yang
digali pada studi kasus, maka luangan waktu dan fikiran untuk mengerjakan studi
kasus jauh lebih banyak daripada studi dengan skala yang besar, tetapi hanya
melingkupi data yang terbatas. Untuk hal ini, sebagian orang menganggap bahwa
studi kasus lebih mahal dari pada penelitian-penelitian kuantitatif.
d. Langkah-langkah penelitian (prosedur penelitiannya)
 Pemilihan Tema, Topik dan Kasus. Pada tahap pertama ini peneliti harus yakin
bahwa dia akan memilih kasus tertentu yang merupakan bagian dari “body of
knowledge”nya bidang yang dipelajari.
 Pembacaan Literatur. Setelah kasus diperoleh, peneliti mengumpulkan literatur
atau bahan bacaan sebanyak-banyaknya berupa jurnal, majalah ilmiah, hasil-hasil
penelitian terdahulu, buku, majalah, surat kabar yang terkait dengan kasus tersebut.
Menurut Yin (1994: 9) pembacaan literatur sangat penting untuk memperluas
wawasan peneliti di bidang yang akan diteliti dan mempertajam rumusan masalah
yang akan diajukan.
 Perumusan Fokus dan Masalah Penelitian. Langkah sangat penting dalam setiap
penelitian ialah merumuskan fokus dan masalah. Fokus penelitian perlu dibuat agar
peneliti bisa berkonsentrasi pada satu titik yang menjadi pusat perhatian.
 .Pengumpulan Data. Sebagaimana telah ditulis di muka, data penelitian Studi Kasus
dapat diperoleh dari beberapa teknik, seperti wawancara, observasi pelibatan
(participant observation), dan dokumentasi. Peneliti sendiri merupakan instrumen
kunci, sehingga dia sendiri yang dapat mengukur ketepatan dan ketercukupan data
serta kapan pengumpulan data harus berakhir. Dia sendiri pula yang menentukan
informan yang tepat untuk diwawancarai, kapan dan di mana wawancara
dilakukan.
 Penyempurnaan Data. Data yang telah terkumpul perlu disempurnakan. Bagaimana
caranya peneliti mengetahui datanya kurang atau belum sempurna? Caranya ialah
dengan membaca keseluruhan data dengan merujuk ke rumusan masalah yang
diajukan. Jika rumusan masalah diyakini dapat dijawab dengan data yang tersedia,
maka data dianggap sempurna. Sebaliknya, jika belum cukup untuk menjawab
rumusan masalah, data dianggap belum lengkap, sehingga peneliti wajib kembali
ke lapangan untuk melengkapi data dengan bertemu informan lagi. Itu sebabnya
penelitian kualitatif berproses secara siklus.
 Pengolahan Data. Setelah data dianggap sempurna, peneliti melakukan pengolahan
data, yakni melakukan pengecekan kebenaran data, menyusun data, melaksanakan
penyandian (coding), mengklasifikasi data, mengoreksi jawaban wawancara yang
kurang jelas. Tahap ini dilakukan untuk memudahkan tahap analisis.
 Analisis Data. Setelah data berupa transkrip hasil wawancara dan observasi,
maupun gambar, foto, catatan harian subjek dan sebagainya dianggap lengkap dan
sempurna, peneliti melakukan analisis data. Analsis data Studi Kasus dan penelitian
kualitatif pada umumnya hanya bisa dilakukan oleh peneliti sendiri, bukan oleh
pembimbing, teman, atau melalui jasa orang lain.
 .Proses Analisis Data. Pada hakikatnya analisis data adalah sebuah kegiatan untuk
memberikan makna atau memaknai data dengan mengatur, mengurutkan,
mengelompokkan, memberi kode atau tanda, dan mengkategorikannya menjadi
bagian-bagian berdasarkan pengelompokan tertentu sehingga diperoleh suatu
temuan terhadap rumusan masalah yang diajukan.
 Dialog Teoretik. Untuk melahirkan temuan konseptual berupa “thesis statement,
setelah pertanyaan penelitian terjawab, peneliti Studi Kasus, khususnya calon
magister dan lebih-lebih doktor, melakukan langkah selanjutnya, yaitu melakukan
dialog temuan tersebut dengan teori yang telah dibahas di bagian kajian pustaka,
sehingga bagian kajian pustaka bulan sekadar ornamen belaka.
 Triangulasi Temuan (Konfirmabilitas). Agar temuan tidak dianggap bias, peneliti
perlu melakukan triangulasi temuan, atau yang sering disebut sebagai
konfirmabilitas, yakni dengan melaporkan temuan penelitian kepada informan
yang diwawancarai.
 Simpulan Hasil Penelitian. Kesalahan umum yang sering terjadi pada bagain ini
ialah peneliti mengulang atau meringkas apa yang telah dikemukakan pada bagian-
bagian sebelumnya, tetapi membuat sintesis dari semua yang telah dikemukakan
sebelumnya. Pada bagian ini peneliti mencantumkan implikasi teoretik.
 Laporan Penelitian. Langkah paling akhir kegiatan penelitian ialah membuat
laporan penelitian. Laporan penelitian merupakan salah satu bentuk
pertanggungjawaban kegiatan penelitian yang dituangkan dalam bahasa tulis untuk
kepentingan umum.
B. Penelitian Kuantitatif
1. Penelitian Deskriptif
a. Pengertian/definisi

Menurut Hidayat syah penelitian deskriptif adalah metode penelitian yang


digunakan untuk menemukan pengetahuan yang sekuas-luasnya terhadap objek
penelitian pada suatu masa tertentu. Sedangkan menurut Punaji Setyosari ia
menjelaskan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan
untuk menjelaskan atau mendeskripsikan suatu keadaan, peristiwa, objek apakah
orang, atau segala sesuatu yang terkait dengan variabel-variebel yang bisa dijelaskan
baik dengan angka-angka maupun kata-kata. Hal senada juga dikemukakan oleh Best
bahwa penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha
menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya.

Menurut Whintney (1960), metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan


interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajarai masalah-masalah dalam
masyarakat serta tatacara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu,
termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan,
serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu
fenomena. Dalam metode deskriptif, peneliti bisa saja membandingkan fenomena-
fenomena tertentu sehingga merupakan suatu setudi komparatif . adakalanya peneliti
mengadakan klasifikasi, seerta penelitian terhadap fenomena-fenomena dengan
menetapkan suatu setandar atau suatu norma tertentu sehingga banyak ahli menamakan
metode deskriptif ini dengan nama survei normatif (normative survey). Dengan metode
deskriptif ini juga diselidiki kedudukan (status) fenomena atau factor dan melihat
hubungan antara satu factor dengan factor yang lain. Karenanya, metode deskriptif
juga dinamakan studi status (satus study).

Metode deskriptif juga ingin mempelajari norma-norma atau setandar-setandar,


sehingga penelitian deskriptif ini disebut juga survey normative. Dalam metode
deskriptif dapat diteliti masalah normative bersama-sama dengan masalah setatus dan
sekaligus membuat perbandingan-perbandingan antar fenomena. Studi demikian
dinamakan secara umum sebagai studi atau penelitian deskriptif. Prespektif waktu
yang dijangkau dalam penelitian deskriptif , adalah waktu sekarang, atau sekurang-
kurangnya jangka waktu yang masih terjangkau dalam ingatan responden.

b. Tujuan dan manfaat

Tujuan dari penelitian deskriptif adalah menghasilkan gambaran akurat tentang


sebuah kelompok, menggambarkan mekanisme sebuah proses atau hubungan,
memberikan gambaran lengkap baik dalam bentuk verbal atau numerikal, menyajikan
informasi dasar akan suatu hubungan, menciptakan seperangkat kategori dan
mengklasifikasikan subjek penelitian, menjelaskan seperangkat tahapan atau proses,
serta untuk menyimpan informasi bersifat kontradiktif mengenai subjek penelitian.

c. Keunggulan dan kelemahan

Kelebihan

 Mampu menganalisis masalah atau masalah yang sulit atau tidak terukur secara
numerik.
 Mampu melakukan pengamatan dalam konteks sosial alami dan alami.
 Memiliki potensi untuk menggabungkan penelitian kualitatif dan kuantitatif.

Kekurangan

 Mungkin tidak signifikan secara statistik.


 Metode ini rentan terhadap bias karena nuansa pendapat subyektif.
 Sulit untuk diverifikasi ulang karena pengamatan dan sifat kontekstualnya
d. Langkah-langkah penelitian (prosedur penelitiannya)
Dalam melaksanakan penelitian deskriptif, maka langkah-langkah umum yang
sering diikuti adalah sebagai berikut.

a. Memilih dan merumuskan masalah yang menghendaki konsepsi ada kegunaan


masalah tersebut serta dapat diselidiki dengan sumber yang ada.
b. Menentuan tujuan dari penelitian yang akan dikerjakan. Tujuan dari penelitian
harus konsisten dengan rumusan dan definisi dari masalah
c. Memberikan limitasi dari area atau scope atau sejauh mana penelitian deskriptif
tersebut akan dilaksanakan. Termasuk didalamnya daerah geografis dimana
penelitian akan dilakukan, batasan-batasan kronologis ukuran tentang dalam
dangkal, serta seberapa utuh daerah penelitian tersebut akan dijangkau.
d. Pada bidang ilmu yang telah mempunyai teori-teori yang kuat, maka perlu
dirumuskan kerangka teori atau kerangka konseptual yang kemudian diturunan
dalam bentuk hipotesis-hipotesis untuk diverifikasikan. Bagi ilmu sosial yang
telah berkembang baik, maka kerangkan analisis dapat dijabarkan dalam bentuk-
bentuk model matematika.
e. Menulusuri sumber-sumber kepustakaan yang ada hubungannya dengan masalah
yang ingin dipecahkan.
f. Merumuskan hipotesis-hipotesis yang diuji, baik secara emplisit maupun secara
implicit.
g. Melakukan kerja lapangan untuk megumpulkan data, gunakan teknik
pengumpulan data yang cocok untuk penelitian.
h. Membuat tabulasi serta analisis statistic dilakukan terhadap data yang telah
dikumpulkan. Kurangi penggunaan statistic sampai kepad batas-batas yang dapat
dikerjakan dengan unit-unit pengukuran yang sepadan.
i. Memberikan interpretasi dari hasil dalam hubungannya dengan kondisi sosial
yang ingin diselidiki serta dari data yang diperoleh serta refrensi khas terhadap
masalah yang ingin dipecahkan.
2. Penelitian Komparatif
a. Pengertian/definisi

Penelitian komparatif merupakan jenis penelitian deskriptif yang berusaha mencari


jawaban secara mendasar mengenai sebab-akibat, dengan menganalisis faktor-faktor
penyebab terjadinya maupun munculnya suatu fenomena atau kejadian tertentu.
Penelitian komparatif merupakan penelitian yang sifatnya membandingkan, yang
dilakukan untuk membandingkan persamaan dan perbedaan 2 atau lebih sifat-sifat dan
fakta-fakta objek yang diteliti berdasarkan suatu kerangka pemikiran tertentu.
Penelitian komparatif biasanya digunakan untuk membandingkan antara 2 kelompok
atau lebih dalam suatu variabel tertentu.

Penelitian komparatif bersifat “expost facto”, yang artinya data dikumpulkan


sesudah peristiwa atau isu yang diteliti terjadi. Expost facto merupakan penelitian
emperis yang sistematis yang mana peneliti tidak mengendalikan variabel bebasnya
secara langsung, karena variabel bebas tersebut sudah terjadi di masa lampau atau
karena variabel bebeas pada dasarnya tidak bisa dimanipulasi. Peneliti tidak
memberikan perlakuan dalam membandingkan dan mencari hubungan sebab-akibat
antar variabelnya. Penelitian ini juga dikenal sebagai Penelitian Kausal Komparatif.

b. Tujuan dan manfaat

Secara umum, tujuan penelitian komparatif yaitu untuk menemukan persamaan dan
perbedaan tentang dua hal atau lebih. Selain itu, penelitian komparatif juga mempunyai
beberapa tujuan sebagai berikut: membandingkan persamaan dan perbedaan 2 atau
lebih fakta dan sifat objek yang diteliti, membuat generalisasi tingkat perbandingan,
menentukan mana yang lebih baik atau mana yang sebaiknya dipilih, menyelidiki
kemungkinan hubungan sebab-akibat.

c. Keunggulan dan kelemahan

Kelebihan Metode Komparatif :


1) Metode komparatif adalah suatu penelitian yang layak pada banyak hal bila metode
eksperimental tidak memungkinkan untuk dilakukan
2) Memperbaiki teknik, metode, statistik dan desain dengan mengontrol fitur-fitur
secara parsial.
3) Metode komparatif dapat mensubstitusikan metode eksperimental
4) Penelitian komparatif dapat mengadakan estimasi terhadap parameter- parameter
hubungan kausal secara lebih efektif
5) Metode komparatif dapat menghasilkan informasi yang sangat berguna mengenai
sifat-sifat gejala yang dipersoalkan
6) Telah membuat metode komparatif itu lebih dapat dipertanggung jawabkan lagi.
(Nazir,1988: 69).

Kelemahan Metode Komparatif :

1) Penelitian tersebut tidak mempunyai kontrol terhadap variabel bebas


2) Sukar memperoleh kepastian bahwa fakta-fakta penyebab yang relevan telah benar-
benar tercakup dalam kelompok faktor-faktor yang telah diselidiki.
3) Kenyataan bahwa faktor penyebab bukanlah faktor tunggal, melainkan kombinasi
dan interaksi antara berbagai faktor dalam kondisi tertentu untuk menghasilkan
efek yang disaksikan, menyebabkan soalnya sangat komplek
4) Suatu gejala mungkin tidak hanya merupakan akibat dari sebab-sebab ganda, tetapi
dapat jugadisebabkan oleh suatu sebab pada kejadian tertentu dan oleh lain pada
sebab yang lain 5) Apabila saling hubungan antara dua variabel telah dikemukakan
mungkin sukar untuk menentukan mana yang sebab mana yang akibat. (
Suryabrata,1989:29-30).
d. Langkah-langkah penelitian (prosedur penelitiannya)

Pada Penelitian Komparatif memiliki prosedur yang tidak jauh beda dengan penelitian
lainnya, berikut ini prosedurnya yang harus dilakukan:

1. Penentuan masalah penelitian


Pada tahap perumusan masalah penelitian atau pertanyaan penelitian, peneliti
berspekulasi dengan apa yang menjadi penyebab fenomena yang berdasarkan pada
hasil penelitian sebelumnya, teori, atau pengamatan langsung.

2. Penentuan kelompok yang mempunyai karakteristik yang akan diteliti.

Peneliti harus menentukan kelompok yang seperti apa yang akan diteliti disesuaikan
dengn isu atau masalah yang akan diangkat.

3. Pemilihan kelompok pembanding.

Setelah memperoleh kelompok yang akan diteliti langkah berikunya memilih


kelompok pembanding dengan mempertimbangkan karakteristik yang membedakan
dengan kelompok penelitian. Kelompok ini harus dideskripsikan secara jelas dan
didefinisikan secara operasional untuk masing-masing kelompok yang mewakili
populasi yang berbeda. Tidak lupa untuk mengontrol variabel ekstra guna membantu
menjamin kesamaan kedua kelompok

4. Pengumpulan data.

Dalam tahap pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen penelitian


yang harus memenuhi persyaratan validitas dan reliabilitas.

5. Analisis data

Pada tahap terakhir yaitu analisis data, analisis data dimulai dengan analisis statistik
deskriptif yaitu menghitung rata-rata dan simpangan baku. Kemudian dilakukan
analisis yang mendalam dengan statistik inferensial. Teknik yang dapat digunakan
sebagai analisis data dalam penelitian komparatif yaitu sebagai berikut:

a. Apabila datanya berbentuk nominal, maka digunakan teknik statistiks : binomial dan
chi kuadrat satu sampel.

b. Apabila datanya berbentuk ordinal, maka digunakan teknik statistik : run test.
c. Apabila datanya berbentuk interval atau ratio maka digunakan tes satu sampel.

3. Penelitian Korelasional
a. Pengertian/definisi

Korelasional berasal dari kata korelasi yang berarti hubungan timbal balik atau
sebab-akibat. Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa penelitian
korelasional adalah sebuah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui hubungan dan
tingkat hubungan di antara dua variabel atau lebih. Namun, kamu harus tahu bahwa
dalam penelitian korelasional, tidak dilakukan upaya untuk memberikan pengaruh
terhadap variabel yang diteliti.

Menurut Suryabrata, penelitian korelasional adalah penelitian dengan tujuan untuk


mendeteksi tingkat kaitan variasi-variasi yang ada dalam suatu faktor dengan variasi-
variasi dalam faktor yang lain dengan berdasarkan pada koefisien korelasi. Menurut
Emzir, penelitian korelasional yang dilakukan dalam berbagai bidang ini terbatas pada
penafsiran hubungan antarvariabel saja, bukan hubungan kausalitas. Meski begitu,
penelitian korelasional dapat menjadi acuan bagi penelitian selanjutnya.

b. Tujuan dan manfaat

Penelitian korelasional memiliki tujuan untuk menentukan ada apa tidaknya


hubungan antara dua variabel atau lebih, kearah manakah hubungan tersebut positif
atau negatif, dan seberapa jauh hubungan yang ada antara dua variabel atau lebih yang
dapat diukur.

Manfaat penelitian korelasional dalam bidang pendidikan, studi korelasi umumnya


digunakan guna melakukan penelitian terhadap sejumlah variabel yang diperkirakan
memiliki peranan yang signifikan dalam mencapai proses pembelajaran. Sebagai
contoh, misalnya mengenai pencapaian hasil belajar dengan motivasi internal,
intensitas kehadiran mengikuti kuliah, belajar strategi, dan lain sebagainya.
c. Keunggulan dan kelemahan

Kelebihan penelitian korelasional, diantaranya yaitu:

 Tidak ada variabel yang melalui proses manipulatif


 Dua metode pengumpulan data berbeda tersedia dalam penelitian korelasional
 Hasil dari penelitian korelasional lebih aplikatif
 Metode ini menawarkan posisi awal yang menguntungkan untuk penelitian
 Peneliti dapat menentukan arah dan kekuatan dari setiap hubungan
 Metode survei sangat membantu dalam penelitian korelasional
 Hasil studi penelitian korelasional mudah untuk diklasifikasikan

Kekurangan penelitian korelasional, diantaranya yaitu:

 Hanya mengungkap hubungan


 Tidak akan menentukan variabel apa yang paling berpengaruh
 Tidak menunjukkan hubungan sebab-akibat
 Memakan waktu
 Hasil dapat dipengaruhi secara negatif oleh kualitas pekerjaan
 Menimbulkan kesalahpahaman apakah studi korelasional termasuk penelitian
kuantitatif atau kualitatif
d. Langkah-langkah penelitian (prosedur penelitiannya)
1. Pemilihan masalah

Studi korelasional bisa dirancang untuk menentukan variabel manakan dari


suatudaftar variabel yang mungkin berhubungan, maupun untuk menguji hipotesis
mengenai suatu hubungan yang diharapkan. Variabel yang dilibatkan dalam penelitian
harus dilakukan seleksi berdasarkan penalaran induktif dan penalaran deduktif. Dengan
kata lain, hubungan yang akan diteliti dan diselidiki haruslah didukung oleh teori atau
diturunkan berdasarkan dari pengalaman.
2. Sampel dan Pemilihan Instrumen

Sampel untuk studi korelasional dapat dipilih dengan memakai metode


sampling yang bisa diterima, dan 30 subjek dirasa sebagai ukuran sampel minimal yang
bisa diterima. Dalam suatu penilitian, merupakan hal penting untuk memilih dan
mengembangkan pengukuran yang reliabel dan valid terhadap suatu variabel yang
hendak diteliti. Bila variabel tidak memadai dikumpulkan, maka koefisien korelasi
yang diperoleh akan mewakili estimasi tingkat korelasi yang kurang bahkan tidak
akurat. Kemudian bila pengukuran yang dilakukan tidak secara nyata benar-benar
mengukur variabel yang diinginkan, maka koefisien yang dihasilkan tidak akan
mengindikasikan hubungan yang diinginkan.

3. Desain dan Prosedur

Desain korelasional dasar sangatlah sederhana; 2 atau lebih skor yang


didapatkan dari setiap jumlah sampel yang dipilih, 1 skor untuk setiap variabel yang
diteliti, dan skor berpasangan kemudian dikorelasikan. Koefisien korelasi yang
diperoleh mengindikasikan tingkatan atau derajat hubungan antara kedua variabel
tersebut. Penelitian yang berbeda menyelidiki sejumlah variabel, dan beberapa
penggunaan prosedur statistik yang kompleks, namun desain dasar tetaplah sama dalam
semua penelitian korelasional

4. Analisis Data dan Interpretasi

Jika 2 variabel dikorelasikan maka hasilnya yaitu koefisien korelasi. Suatu


koefisien korelasi dalam bentuk angka desimal, antara 0,00 dan + 1,00, atau 0,00 dan
– 1,00, yang mengindikasikan tingkat atau derajat hubungan antara 2 variabel. Bila
koefisien mendekati + 1,00; maka kedua variabel tersebut memiliki hubungan yang
positif. Hal ini dapat diartikan bahwa seseorang yang mempunyai skor yang tinggi pada
suatu variabel tertentu akan mempunyai skor yang tinggi pula pada variabel yang lain.
Dapat juga diartikan suatu peningkatan pada suatu variabel berhubungan atau
diasosiasikan dengan peningkatan juga pada variabel lain.

Apabila koefisien korelasi mendekati 0,00 kedua variabel tersebut tidak


mempunyai hubungan. Hal ini dapat diartikan bahwa skor seseorang pada suatu
variabel tertentu tidak mengindikasikan skor orang tersebut pada variabel yang lain.
Bila koefisien tersebut mendekati -1,00, maka diartikan kedua variabel memiliki
hubungan yang berkebalikan atau negatif. Hal ini diartikan bahwa seseorang dengan
skor tinggi pada suatu variabel tertentu akan mempunyai skor yang rendah pada
variabel yang lain, atau peningkatan pada suatu variabel akan diasosiasikan dengan
penurunan pada variabel lain, dan begitu juga sebaliknya.

Interpretasi suatu koefisien korelasi tergantung pada bagaimana koefisien


tersebut akan digunakan. Dengan kata lain, seberapa besar koefisien tersebut
diperlukan supaya bermanfaat tergantung pada tujuan perhitunganya. Dalam studi yang
dirancang guna menyelidiki atau hubungan yang dihipotesiskan, suatu koefisien
korelasi diinterprestasikan pada suatu istilah signifikansi statistiknya. Dalam penelitian
prediksi, signifikansi statistik merupakan nilai kedua dari koefisien dalam
memudahkan prediksi yang tepat dan akurat. Signifikansi statistik mengacu kepada,
apakah koefisiensi yang didapatkan berbeda secara nyata dari zero (0) dan
mencerminkan hubungan yang benar, bukan suatu kemungkinan hubungan, keputusan
berdasarkan signifikansi statistik dihasilkan pada suatu level kemungkinan
(probability) yang diberikan. Dengan kata lain, berdasarkan pada ukuran sampel yang
diberikan, peneliti tidak bisa menentukan secara positif apakah ada atau tidak ada
hubungan yang benar antara dua variabel, tetapi peneliti bisa mengatakan secara
probabilitas ada atau tidak ada hubungan.

Untuk menentukan signifikansi statistik, peneliti hanya mengonsultasikanya


pada sebuah tabel yang mampu mengatakan pada peneliti seberapa besar koefisiensi
diperlukan untuk menjadi signifikan pada level probabilitas yang diberikan. Untuk
suatu level probabillitas yang sama, atau level signifikansi yang sama, koefisien yang
besar diperlukan jika sampel yang lebih kecil dilibatkan. Kita secara umum memiliki
lebih banyak bukti dalam koefisien yang berdasarkan pada 100 subjek dari pada 10
subjek. Dengan demikian, sebagai contoh, pada level bukti 95% dengan 10 kasus,
Peneliti akan membutuhkan sekurangnya koefisien 0,6319 supaya bisa menyimpulkan
eksistensi suatu hubungan; pada pihak lain, dengan 102 kasus peneliti hanya
memerlukan koefisiensi 0,1946. Konsep seperti ini berarti bahwa peneliti
memerhatikan kasus tersebut, saat peneliti akan mengumpulkan data pada setiap
anggota populasi, bukan hanya sampel. Dalam kasus ini, tidak ada kesimpulan yang
dilibatkan, dan tanpa memerhatikan seberapa kecil koefisiensi korelasi yang ada, itu
akan mewakili derajat korelasi yang benar antara variabel untuk populasi tersebut.

Ketika penginterprestasian suatu koefisien korelasi, peneliti harus selalu ingat


bahwa peneliti hanya berbicara tentang suatu hubungan, bukan hubungan sebab-akibat.
Koefisiensi korelasi yang signifikan mungkin menyarankan hubungan sebab-akibat
akan tetapi tidak menetapkannya. Hanya ada 1 cara untuk menetapkan hubungan
sebab-akibat, yaitu penelitian eksperimen. Jika seseorang menemukan hubungan yang
dekat antara 2 variabel, hal tersebut sering kali menggoda untuk menyimpulkan bahwa
1 variabel menyebabkan variabel yang lain. Pada kenyataannya, hal itu mungkin tidak
saling mempengaruhi; mungkin terdapat variabel ketiga yang mempengaruhi kedua
variabel tersebut.
Referensi
Adiyanta, Susila, F.C. (2019). Hukum dan Studi Penelitian Empiris: Penggunaan
Metode Survei sebagai Instrmen Penelitian Hukum Empiris. Adminitrative Law
& Governance Journal. Vol.2 (4). 706-708.
Consuelo, G. Sevilla, dkk. (1981). Pengantar Metode Penelitian. Malang: Intan
Pariwara.
Moh. Nazir. (2005). Metode penelitian. Jakarta: Galia Indonesia.
Nana Syaodih.(2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Nawawi, Hadari. Dkk. (1994). Penelitian Terapan. Yogyakarta: Gajah Mada Press
Suryabrata, Sumadi. (2005). Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo.
Sukardi. (2007). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Syaudih, Nana Sukmadinata. (2007). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Surkhmad, Winarno. (1994). Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarto
Vredenbregt. J. (1978). Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai