Disusun oleh :
Tasikmalaya, Februari
2021
Kelompok 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI ...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................1
1.1 Latar Belakang .....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................1
1.3 Tujuan ..................................................................................................2
1.4 Manfaat.................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................3
2.1 Komponen-komponen Proses Pendidikan ...........................................3
2.2 Landasan dan Perbuatan Mendidik.....................................................10
2.3 Kurikulum dan Manajemen Pendidikan..............................................15
2.4 Teori Pendidikan dan Kurikulum........................................................17
2.5 Penelitian Bidang-bidang Pendidikan.................................................26
BAB III :PENUTUP .....................................................................................31
A. Simpulan ............................................................................................31
B. Saran ...................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penelitian dalam bidang pendidikan banyak yang lebih diarahkan pada aplikasi
dari konsep dan teori. Penelitian dalam bidang pendidikan ini dilakukan untuk
mengevaluasi pelaksanaan atau keberhasilan suatu sistem, ketepatan penggunaan
suatu sistem, program model, metode, media, instrumen, dan sebagainya.
Selanjutnya dijelaskan bahwa pendidikan memiliki segi teori dan ilmu, dan segi
praktik. Penelitian pendidikan mencakup penelitian segi ilmu dan praktik
pendidikan, ilmu dan praktik kurikulum, ilmu dan praktik pembelajaran, ilmu dan
praktik bimbingan dan konseling, segi ilmu dan praktik manajemen pendidikan.
Ruang lingkup dan kajian pendidikan, diantaranya: komponen-komponen proses
pendidikan dan penelitian bidang pendidikan. Komponen-komponen proses
pendidikan tersebut meliputi: interaksi pendidikan, tujuan pendidikan, lingkungan
pendidikan, dan pergaulan pendidikan. Sedangkan penelitian bidang-bidang
pendidikan, antara lain meliputi: penelitian bidang ilmu dan praktek pendidikan
1.2 Rumusan Masalah
Sehubungan dengan latar belakang tersebut, maka masalahnya akan dirumuskan
secara terperinci untuk mempermudah dalam merumuskan tujuan penulisan yang
hendak dicapai. Adapun rumusan masalah penulisan adalah sebagai berikut :
a. Apa yang dimaksud dengan komponen-komponen proses pendidikan?
b. Apa yang dimaksud dengan landasan dan perbuatan mendidik?
c. Bagaimana kurikulum dan manajemen pendidikan?
d. Apa saja teori pendidikan dan kurikulum?
e. Bagaimana contoh penelitian dalam bidang pendidikan?
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui komponen-komponen proses pendidikan
b. Untuk mengetahui landasan dan perbuatan mendidik
c. Untuk mengetahui kurikulum dan manjemen pendidikan
d. Untuk mengetahui teori pendidikan dan kurikulum
e. Untuk mengetahui penelitian bidang-bidang pendidikan
1.4 Manfaat
1
2
Tujuan pendidikan dapat dilihat dalam kurikulum pendidikan yang terjabar mulai
dari
a. Tujuan nasional, adalah tujuan yang ingin dicapai oleh bangsa seperti yang
dicantumkan pada pembukaan UUD 1945.
b. Tujuan institusional, adalah tujuan yang ingin dicapai oleh suatu lembaga
pendidikan.
c. Tujuan kurikuler, adalah tujuan yang ingin dicapai oleh tiap bidang studi
pelajaran/ mata kuliah.
d. Tujuan instrukisonal, adalah tujuan yang ingin dicapai oleh suatu standar
kompetensi dan kompetensi dasar.
Dengan penjabaran tersebut, dapat terlihat bahwa tujuan pendidik atau guru
dalam pembelajaran dikelas berkaitan dengan tujuan pendidikan nasional yang
bersumber pada Pancasila dan UUD 1945.
2. Peserta Didik
Berkembangnya konsep pendidikan, berpengaruh pada pemikiran masyarakat
3
4
terhadap pengertian peserta didik. Kalau dulu orang berpikir peserta didik terdiri
dari anak-anak pada usia sekolah saja, maka sekarang peserta didik dimungkinkan
termasuk juga didalamnya orang dewasa.
Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa peserta didik adalah anggota
masyarakat yang berusaha mengembangkan kemampuan/ potensi/ bakat yang ada
pada diri mereka melalui proses pembelajaran yang disediakan oleh lembaga
pendidikan dan pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu/ sesuai dengan
usia mereka. Peserta didik dapat di didik karena mereka memiliki kemampuan/
potensi/ bakat yang memungkinkan untuk dikembangkan, mempunyai daya
eksplorasi (penjelajahan dengan tujuan memperoleh pengetahuan yang lebih
banyak), dan dorongan untuk menjadi manusia yang lebih baik.
3. Pendidik
Salah satu komponen penting dalam pendidikan adalah pendidik. Secara
akademis, pendidik adalah tenaga kependidikan yakni anggota masyarakat yang
mengabdikan diri dan diangat pada lembaga tertentu yang berkualitas, seperti
guru, dosen, tutor, fasilitator, instruktur, dan sebutan lain yang sesuai dengan
khususunya.
Terdapat beberapa jenis pendidik yang tidak terbatas pada pendidik di
sekolah saja. Dilihat dari lembaga pendidikan, munculah beberapa individu yang
tergolong pada pendidik. Pertama guru sebagai pendidik dalam lembaga sekolah,
kedua orang tua sebagai pendidik dalam lingkungan keluarga, dan ketiga
pimpinan masyarakat baik formal maupun nonformal sebagai pendidik
dilingkungan masyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut yang termasuk
kategori pendidik adalah sebagai berikut :
a. Orang Dewasa
Orang dewasa sebagai pendidik dilandasi oleh sifat umum kepribadian orang
dewasa, sebagaimana dikemukakan oleh syaifullah yaitu:
a) Manusia yang memiliki pandangan hidup dan prinsip hidup yang pasti dan
tetap.
b) Manusia yang telah memiliki tujuan hidup atau cita-cita hidup tertentu,
termasuk cita-cita untuk mendidik.
5
akan berjalan dengan lancar. Sehingga tujuan pendidikan akan lebih mudah
dicapai. Contoh alat dan fasilitas pendidikan diantaranya adalah ruang kelas,
lapangan upacara, laboratorium lengkap dengan alat-alat percobaannya, internet di
ruang lingkup sekolah, lapangan olahraga, tempat ibadah, perpustakaan, WC
sekolah, kantin sekolah, ruang UKS, dan masih banyak lagi yang lainnya.
5. Metode Pendidikan
Salah satu hal yang harus dilakukan oleh guru adalah dapat menguasai
keadaan kelas sehingga tercipta suasana belajar yang menyenangkan. Dengan
demikian, guru harus menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik peserta didiknya. Tiap-tiap kelas kemungkinan menggunakan
metode pembelajaran yang berbeda dengan kelas lain. Untuk itu seorang guru
harus mampu menerapkan berbagai metode pembelajaran.Terdapat beberapa
metode yang dilakukan dalam proses pembelajaran, yaitu:
a) Metode Ceramah
Metode ceramah adalah metode mengajar dengan menyampaikan informasi
secara lisan atas bahan pembelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan
pembelajaran tertentu dalam jumlah yang relatif besar. Seperti ditunjukkan
oleh Mc Leish (1976), melalui ceramah, dapat dicapai beberapa tujuan.
Dengan metode ceramah, guru dapat mendorong timbulnya inspirasi bagi
pendengarnya. Gage dan Berliner (1981:457), menyatakan metode ceramah
cocok untuk penyampaian bahan belajar yang berupa informasi dan jika bahan
belajar tersebut sukar didapatkan.
Kelebihan metode ceramah
a) Guru mudah menguasai kelas.
b) Guru mudah menerangkan bahan pelajaran berjumlah besar.
c) Dapat diikuti anak didik dalam jumlah besar.
d) Mudah dilaksanakan.
Kelemahan metode ceramah:
a) Membuat siswa pasif.
b) Bila terlalu lama membosankan.
c) Sukar mengontrol sejauh mana pemerolehan belajar anak didik.
d) Kegiatan pengajaran menjadi verbalisme (pengertian kata-kata).
7
pendidikan anak.
Masyarakat yang berperan aktif dalam bidang pendidikan dapat
diklasifikasikan menjadi beberapa macam. Kelompok ini berupa
organisasi-organisasi pendidikan, sosial, politik, ekonomi, keagamaan dan
sebagainya. Semua kelompok ini perlu dilibatkan secara aktif dalam
membantu dan mendukung penyelenggaraan pendidikan.
2.2 Landasan dan Perbuatan Mendidik
A. Pengertian Landasan Pendidikan
penerus hanya dengan berpedoman pada nilai yang dihasilkan saja. Nilai hanya
menunjukan kuantitatif dari hasil pencapaian belajar, tetapi tidak bisa dijadikan
sebagai alat ukur keberhasilan karena kualitas pendidikanlah yang menjadi
indikator utama. Jadi, perlu upaya penetapan landasan pendidikan yang kokoh
supaya tujuan pendidikan bisa tercapai.
c. Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional
Keberlangsungan Negara kesatuan Indonesia, secara tidak langsung menjadi
tanggung jawab para generasi penerus yang duduk di berbagai tingkatan dan
jenjang pendidikan, baik tingkat dasar maupun jenjang pendidikan tinggi karena
merekalah yang akan menjadi penerus lajunya perkembangan bangsa ini. Oleh
karena itu, peningkatan mutu pendidikan selayaknya dilakukan secara serempak
pada setiap sektor dan komponen serta dilakukan oleh berbagai pihak yang
berperan dalam dunia pendidikan. Akan tetapi bila memperhatikan kemampuan
pemerintah dan aspek-aspek lainnya, peningkatan kualitas pendidikan dengan cara
serempak seperti itu tampaknya sulit dilakukan, kecuali secara berangsur dan
memperhatikan skala prioritas. Misalnya dengan memfokuskan pada jenjang
pendidikan dasar.
d. Untuk menjadikan sumber daya manusia yang cerdas
Dengan tidak mengurangi arti dan pentingnya jalur dari jenjang pendidikan lain,
pendidikan dasar khususnya pendidikan anak usia dini memiliki posisi yang
strategis dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Dikatakan
demikian karena, pada masa usia dini merupakan landasan atau pondasi bagi
tingkatan pendidikan selanjutnya. pendidikan yang berkualitas, tentunya akan
menjadi landasan yang kuat bagi tingkatan pendidikan selanjutnya, baik
pendidikan menengah maupun tinggi.
e. Landasan pendidikan menjadi pedoman yang kongkret
Terlebih dahulu kita harus mengetahui landasan-landasan pendidikan yang dianut
oleh suatu bangsa, kita harus mempunyai kesatuan pendapat tentang arti landasan
pendidikan. Landasan pendidikan merupakan norma dasar pendidikan yang
bersifat imperatif; artinya mengikat dan mengharuskan semua pihak yang terlibat
dalam pelaksanaan pendidikan untuk setia melaksanakan dan mengembangkan
berdasarkan landasan pendidikan yang dianut.
12
2) Landasan Sosiologis
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam
kelompok-kelompok dan struktur sosialnya. Artinya bahwa mempelajari
bagaimana manusia berhubungan satu dengan yang lainnya dalam
kelompoknya dan bagaimana susunan unit-unit masyarakat atau sosial di
suatu wilayah serta kaitannya dengan yang lainnya.
Jadi, sosiologi pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari
tentang hubungan dan interaksi manusia, baik individu maupun kelompok
(masyarakat) dengan persekolahan (pendidikan) dan begitu pun
sebaliknya, hubungan antara persekolahan (pendidikan) dengan manusia,
sehingga terjalin kerja sama yang sinergi dan berkesinambungan antara
manusia dengan pendidikan.
3) Landasan Kultural
Landasan pendidikan kutural ini berangkat dari asumsi yang mengatakan
bahwa ada keterkaitan antara kebudayaan dengan pendidikan.kebudayaan
sebagaimana halnya sistem sosial yang berlaku dimasyarakat,merupakan
sebuah kondisi yang esensial untuk perkembangan dan kehidupan
masyarakat.
Kebudayaan dengan pendidikan memiliki keterkaitan karena kebudayaan
menjadi sebuah kondisi belajar, kebudayaan memiliki daya dorong yang
kuat, serta memberikan rangsangan tertentu.
4) Landasan Psikologis
Psikologis merupakan ilmu jiwa, yakni ilmu yang mempelajari tentang
jiwa manusia. Jiwa atau psikis dapat dikatakan inti dan kendali kehidupan
manusia, yang selalu berada dan melekat pada manusia itu sendiri.
Landasan psikologis pendidikan harus mempertimbangkan aspek
psikologis peserta didik, peserta didik harus dipandang sebagai subjek
pendidikan yang akan berkembang sesuai engan tingkatan pertumbuhan
dan perkembangan mereka. Pendidikan harus akomodatif terhadap tingkat
perkembangan dan pertumbuhan mereka. Sebagaimana Al- Ghazali, Al-
Zarnuji menyarankan agar guru mengetahui tabiat anak didik dari sisi
kejiwaannya.
15
dalam hal bahan, metode, maupun evaluasi menjadi ciri lain dari kurikulum
tradisional.
Kurikulum progresif di sisi lainnya, terbuka pada hal-hal baru. Kurikulum
ini mementingkan kemampuan memecahkan masalah dan menggunakan
pengetahuan fungsional untuk memecahkan masalah tersebut. Kurikulum ini
mengharapkan siswa sanggup berpikir kreatif, berpikir mandiri, dan mengizinkan
perbedaan pendapat. Sambil memecahkan masalah, siswa akan mengumpulkan
ilmu yang diperlukan. Kurikulum progresif juga mementingkan keunikan dan
perbedaan tiap inidividu, yang mempengaruhi perbedaan bahan, metode, dan
evaluasi. Namun demikian, kurikulum ini mendapat banyak tentangan dalam
pelaksanaannya. Berbagai tentangan dan kesulitan tersebut, misalnya, adalah
banyaknya guru yang bersifat konservatif, selain itu, juga harapan bahwa
kurikulum progresif akan memberi hasil yang sama seperti kurikulum tradisional.
B. MANAJEMEN PENDIDIKAN
1. PENGERTIAN MANAJEMEN
Menurut Terry dan Rue (1992: 5), Manajemen adalah “suatu proses atau
kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok
orang-orang ke arah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang
nyata.
Manajemen pada dasarnya memiliki 5 fungsi, yaitu:
1. Planning (Perencanaan): menentukan tujuan yang hendak dicapai, dan
bagaimana cara mencapai tujuan tersebut.
2. Organizing (Pengorganisasian): mengelompokkan berbagai kegiatan dan
memberikan kekuasaan untuk melaksanakan kegiatan tersebut.
3. Staffing (Kepegawaian): menentukan SDM yang dibutuhkan, serta menyaring,
melatih, dan mengembangkan tenaga kerja.
4. Motivating(Pemotivasian): mengerahkan perilaku manusia ke arah tujuan
yang telah ditentukan
5. Controlling(Pengawasan): menetapkan ukuran untuk pelaksanaan tujuan,
memonitor, dan jika terjadi penyimpangan, harus ditemukan sebabnya dan
memberi tindakan korektif bila diperlukan.
18
Manajemen Pendidikan sendiri menurut Bush (2003) seperti yang dikutip oleh
Amtu, adalah kegiatan yang bersangkutan dengan operasionalisasi organisasi
pendidikan. Manajemen pendidikan harus fokus pada tujuan pendidikan. Di
Indonesia sendiri, tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan
bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang
beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur,
memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,
kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan
dan kebangsaan (UU RI no 2 tahun 1989).
Dalam hal pengelolaan pendidikan, tentu tidak dapat disamakan dengan aktivitas
produksi dalam dunia industri. Pendidikan memerlukan perlakuan spesifik dan
tindakan yang obyektif dengan mengedepankan aspek-aspek pedagogis yang
memberdayakan nilai-nilai kemanusiaan.
tercipatanya suatu desain pendidikan yang baru yang akan menerapkan teori-teori
tersebut dalam suatu sistem.
Teori pendidikan merupakan landasan dalam pengembangan praktik-
praktik pendidikan, misalnya pengembangan kurikulum, proses belajar mengajar
dan manajemen sekolah. Suatu kurikulum dan rencana pembelajaran disusun
dengan mengacu pada teori pendidikan (Kadir., dkk, 2012:141). Kurikulum
memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan teori pendidikan. Suatu kurikulum
disusun dengan mengacu pada satu atau beberapa teori kurikulum dan teori
kurikulum dijabarkan berdasarkan teori pendidikan tertentu. Nana S. Sukmadinata
(1997) mengemukakan 4 (empat ) teori pendidikan yang berhubungan dengan
kurikulum, yaitu :
1. Pendidikan klasik
2. Teknologi pendidikan
3. Pendidikan personal/pribadi
4. Pendidikan interaksional
Pendidikan Klasik
Pendidikan klasik adalah pendidikan yang dipandang sebagai konsep
pendidikan tertua. Pendidikan ini bermula dari asumsi bahwa seluruh warisan
budaya (pengetahuan, ide-ide atau nilai-nilai) telah ditemukan oleh pemikir
terdahulu. Pendidikan hanya berfungsi memelihara atau meneruskan ke
genenerasi berikutnya (Sukmadinata, 2009:7). Jadi guru tidak perlu susah-susah
mencari ataupun mencipatakan pengetahuan, konsep atau nilai-nilai baru sebab
semua sudah tersedia tinggal bagaimana menguasai dan mengajarkannya pada
siswa.
Apakah anda tahu Pesantren Salaf? Itulah salah satu contoh lembaga
pendidikan yang mengimplementasikan teori pendidikan klasik, baik secara sadar
atau tidak sadar. Sebagaimana yang kita ketahui, pondok pesantren salaf
menggunakan kurikulum (dalam arti materi) yang berasal dari kitab-kitab klasik
karya para ulama’ salaf. Dengan kata lain, apa yang menjadi tradisi dan khazanah
keilmuan para ulama’ salaf dianggap sebagai sesuatu yang final dan harus
dipelihara, dijaga, dan diwariskan dari generasi ke generasi. Hal ini sejalan
dengan teori pendidikan klasik di mana tujuan pendidikannya diarahkan untuk
20
merombak tata susunan masyarakat lama dan membangun tata susunan hidup
yang baru melalui lembaga dan proses pendidikan.
Diana Lapp (1975: 195-215) menguraikan pandangan mengenai
pendidikan interaksional berdasarkan identifikasi pendidikan, pendidikan
interaksional bersifat radikal yakni mengacu kepada akar proses pendidikan (apa
dan mengapa), dan pendidikan tersebut bersifat humanistik yakni bahwa manusia
sebagai makhluk sosial yang perkembangan potensinya dipengaruhi oleh
ketergantungan dengan orang lain. Konteksnya adalah masyarakat manusia.
Interaksi yang dimaksud adalah hasil belajar yang diperoleh melalui interaksi
antara guru dan murid, interaksi antara murid dengan content, dan interaksi antara
pikiran siswa dengan kehidupannya. Hasil belajar yang diperoleh melalui interaksi
antara guru dan siswa menurut pandangan interaksional adalah adanya dialog
antara guru dan siswa, belajar ada dalam pertukaran dialog tersebut. Belajar tidak
sekedar mengumpulkan fakta, tetapi lebih kepada pengalaman dalam mengerti
fakta yang diinterpretasikan ke dalam keseluruhan konteks kehidupan.
Interaksi antara siswa dengan content memberi arti bahwa content
mengarahkan siswa untuk mempertanyakan apa (fakta), bagaimana (keterampilan)
dan mengapa (tujuan/arti). Dengan demikian timbul kesadaran diri dan kesadaran
sosial, bagaimana saya dapat memahami dunia saya? atau siapa saya di dunia ini?.
Content merupakan aspek lingkungan siswa. Interaksi antara pikiran siswa dengan
kehidupannya didasarkan pada kebenaran tidak pernah dianggap otentik sebelum
dijalankan dalam kehidupan sehari-hari. Apabila siswa telah mengalaminya,
pengalaman tersebut dikembalikan kepada proses interaksi antara dirinya dengan
pikirannya sehingga siswa memperoleh pandangan baru tentang kehidupan.
2.5 PENELITIAN BIDANG-BIDANG PENDIDIKAN
A. Penelitian Historis (Historical Research)
1. Pengertian Penelitian histories adalah penelitian yang mengaplikasikan
metode pemecahan ilmiah dari perspektif histories suatu masalah. Dapat
diartikan juga sebagai proes pengumpulan dan penafsiran data (berupa benda,
peristiwa, atau tulisan) yang timbul di masa lampau, untuk menemukan
generalisasi yang berguna untuk memahami kenyataan-kenyataan sejarah
27
B. Penelitian Deskriptif
1. Pengertian Penelitian deskriptif dapat diartikan sebagai penelitian yang
memusatkan perhatiannya terhadap masalah-masalah aktual melalui proses
pengumpulan, penyusunan atau pengklasifikasikan, pengolahan, dan
penafsiran data.
2. Ciri-Ciri a. Memusatkan diri pada pemecahan masalah yang aktual, masa
sekarang, atau yang sedang terjadi. b. Data yang terkumpul kemudian disusun,
dianalisis, dan ditafsirkan.
3. Tujuan
a. Mengidentifikasi masalah yang sedang terjadi
b. Menemukan informasi faktual
c. Membuat komparasi atau evaluasi
d. Mengetahui apa yang dikerjakan orang lain dalam menangani masalah
atau situasi yang sama, agar dapat belajar untuk kepentingan pembuatan
rencana dan pengambilan keputusan di masa depan.
4. Jenis-Jenis
a. Survey Survey
merupakan cara pengumpulan data atau informasi dari sejumlah unit atau
individu yang cukup besar dalam jangka waktu bersamaan. Masalah atau
bidang yang sering diteliti dengan survey adalah bidang kemasyarakatan
(survey sosial), bidang pendidikan (survey pendidikan), bidang perusahaan
(survey pasaran dan produksi), bidang komunikasi (survey pendapat
umum), bidang politik (survey kepartaian dan pemilihan umum), dan
bidang kesehatan (survey kesehatan). Teknik pengumpulan data yang
sering digunakan dalam metode survey adalah angket dan wawancara.
b. Studi Kasus Penelitian
memusatkan perhatiannya pada suatu kasus secara intensif dan mendetail.
Subjek yang diteliti terdiri dari satu unit atau satu kesatuan unit - (seorang,
satu keluarga, satu daerah, satu lembaga, satu kelompok, satu peristiwa,
dan hal-hal lain yang dipandang sebagai satu kesatuan). Karena data yang
dikumpulkan bersifat multi aspek, maka teknik pengumpul data yang
digunakan bisa beragam, seperti wawancara, observasi, studi dokumentasi,
29
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bidang pendidikan termasuk rumpun ilmu perilaku, suatu rumpun ilmu yang
mengkaji aktivitas manusia. Lingkup kajian aktivitas manusia sangatlah luas,
mencakup aktivitas manusia sebagai individu atau kelompok, sebagai kesatuan
etnis, bangsa, atau ras, dalam lingkup geografis, administratif atau sosial-
budaya, dalam satuan organisasi, institusi, pemerintahan, berkenaan dengan
kegiatan ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pendidikan, keamanan,
keagamaan, kesejahteraan masyarakat, dll.
32
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. 2007. Ilmu Pendidikan. Jakarta
Hasbullah. 2009. Dasar-dasar ilmu pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.
Khalisa, Maudy. 2019. Pengertian landasan pendidikan,macam-macam landasan
pendidikan, dan fungsi landasan Pendidikan. Diakses secara online
https://aqillamaudy.wordpress.com/2019/03/22/pengertian-landasan-
pendidikanmacam-macam-landasan-pendidikan-dan-fungsi-landasan-
pendidikan/
Nasution, S. 1995. Asas-asas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara. .(2012).
Manajemen Kurikulum .[Online]. diakses dari :
33
http://pribadimam.blogspot.com/2012/10/manajemen-kurikulum_6.html?
m=1
Pridarta, Made Prof Dr. 2009. Landasan pendidikan: stimulasi ilmu pendidikan
bercorak Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta
Teks.Co.Id (Situs Ilmu Pengetahuan). 2020. Landasan Pendidikan. Diakses secara
online https://teks.co.id/landasan
pendidikan/#Landasan_Psikologis_Pendidikan
Tirtarahardja. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta
Sudrajat, A. Teori Pendidikan dan Kurikulum. [Online]. Diakses dari
https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/31/teori-pendidikan-dan-
kurikulum/
Yulianti, Aliffia. (2012). Komponen-komponen Pendidikan. [Online]. Diakses dari
https://www.academia.edu/9337895/KOMPONEN_KOMPONEN_PENDIDI
KAN
-. -. Ruang Lingkup dan Jenis Penelitian. [Online]. Diakses dari
https://lmsspada.kemdikbud.go.id/pluginfile.php/91514/mod_resource/content/
2/1.%20ruang%20lingkup%20dan%20jenis%20penelitian.pdf
-. -. Teori Pendidikan. [Online]. Diakses dari http://sinautp.weebly.com/teori-
pendidikan.html