Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH

RUANG LINGKUP PENELITIAN PENDIDIKAN, KURIKULUM, DAN


PEMBELAJARAN
diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Metode Penelitian
Pendidikan SD
Dosen Pengampu : Dr. Karlimah, M.Pd.

Disusun oleh :

Agis Setiyadi 1807214 3B PGSD


Heni Veronika 1804532 3B PGSD
Herda Dwiani Utami 1802177 3B PGSD
Kurniati Rezki Fitra 1800429 3B PGSD
Resi Ritadewi 1806926 3B PGSD
Rhieke Nurmalasari 1804547 3B PGSD

PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KAMPUS TASIKMALAYA
2021
KATA PENGANTAR

Pertama – tama penulis ingin memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah


Swt, atas segala rahmat dan petunjuk nya, dalam proses pembuatan
makalah ini dari awal hingga akhir pembuatan sehingga kami dapat
menyelesaikan pembuatan makalah ini.

Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk menjadi pedoman


dalam belajar para mahasiswa dan sebagai pedoman dalam berdiskusi.
Untuk memenuhi maksud tersebut pemakalah mengumpulkan data dari
beberapa sumber seperti buku Metodologi Penelitian dan berbagai sumber
dari internet untuk dijadikan pembahasan pada materi makalah ini dengan
materi tugas berjudul “Ruang Lingkup Penelitian Pendidikan, Kurikulum,
dan Pembelajaran.”

Dalam penyusunan makalah kami tak jarang mengalami beberapa


kendala seperti keterbatasan materi maupun proses pengembangan materi
itu sendiri . oleh karena itu makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
kritik dan saran dari ibu dosen dan teman teman sangat kami harapkan.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dr.


Karlimah, M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Metode Penelitian,
beserta rekan rekan 3B PGSD yang kami banggakan.

Akhir kata kami mengharapkan semoga makalah ini bermanfaat


bagi pembacanya khususnya bagi rekan – rekan mahasiswa.

Tasikmalaya, Februari
2021

Kelompok 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI ...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................1
1.1 Latar Belakang .....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................1
1.3 Tujuan ..................................................................................................2
1.4 Manfaat.................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................3
2.1 Komponen-komponen Proses Pendidikan ...........................................3
2.2 Landasan dan Perbuatan Mendidik.....................................................10
2.3 Kurikulum dan Manajemen Pendidikan..............................................15
2.4 Teori Pendidikan dan Kurikulum........................................................17
2.5 Penelitian Bidang-bidang Pendidikan.................................................26
BAB III :PENUTUP .....................................................................................31
A. Simpulan ............................................................................................31
B. Saran ...................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penelitian dalam bidang pendidikan banyak yang lebih diarahkan pada aplikasi
dari konsep dan teori. Penelitian dalam bidang pendidikan ini dilakukan untuk
mengevaluasi pelaksanaan atau keberhasilan suatu sistem, ketepatan penggunaan
suatu sistem, program model, metode, media, instrumen, dan sebagainya.
Selanjutnya dijelaskan bahwa pendidikan memiliki segi teori dan ilmu, dan segi
praktik. Penelitian pendidikan mencakup penelitian segi ilmu dan praktik
pendidikan, ilmu dan praktik kurikulum, ilmu dan praktik pembelajaran, ilmu dan
praktik bimbingan dan konseling, segi ilmu dan praktik manajemen pendidikan.
Ruang lingkup dan kajian pendidikan, diantaranya: komponen-komponen proses
pendidikan dan penelitian bidang pendidikan. Komponen-komponen proses
pendidikan tersebut meliputi: interaksi pendidikan, tujuan pendidikan, lingkungan
pendidikan, dan pergaulan pendidikan. Sedangkan penelitian bidang-bidang
pendidikan, antara lain meliputi: penelitian bidang ilmu dan praktek pendidikan
1.2 Rumusan Masalah
Sehubungan dengan latar belakang tersebut, maka masalahnya akan dirumuskan
secara terperinci untuk mempermudah dalam merumuskan tujuan penulisan yang
hendak dicapai. Adapun rumusan masalah penulisan adalah sebagai berikut :
a. Apa yang dimaksud dengan komponen-komponen proses pendidikan?
b. Apa yang dimaksud dengan landasan dan perbuatan mendidik?
c. Bagaimana kurikulum dan manajemen pendidikan?
d. Apa saja teori pendidikan dan kurikulum?
e. Bagaimana contoh penelitian dalam bidang pendidikan?
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui komponen-komponen proses pendidikan
b. Untuk mengetahui landasan dan perbuatan mendidik
c. Untuk mengetahui kurikulum dan manjemen pendidikan
d. Untuk mengetahui teori pendidikan dan kurikulum
e. Untuk mengetahui penelitian bidang-bidang pendidikan
1.4 Manfaat

1
2

a. Memberikan pemahaman tentang komponen-komponen proses pendidikan


b. Memberikan pemahamn tentang landasan dan perbuatan mendidik
c. Memberikan informasi mengenai kurikulum dan manjemen pendidikan
d. Memberikan pemahaman mengenai teori pendidikan dan kurikulum
e. Memberikan informasi tentang penelitian dalam bidang pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Komponen - Komponen Proses Pendidikan
Komponen merupakan bagian dari suatu sistem yang memiliki peran dalam
keseluruhan berlangsungnya suatu proses untuk mencapai tujuan sistem.
Komponen pendidikan berarti bagian-bagian dari system proses pendidikan yang
menentukan berhasil atau tidaknya, atau ada atau tidaknya proses pendidikan.
Komponen-komponen yang memungkinkan terjadinya proses pendidikan adalah:
1. Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan merupakan suatu hal yang ingin dicapai oleh lembaga
pendidikan melalui suatu kegiatan pendidikan. Tujuan pendidikan ini didasari
oleh sifat ilmu pendidikan yang normatif dan praktis. Ilmu pendidikan sebagai
ilmu pengetahuan normatif, ilmu pendidikan merumuskan kaidah-kaidah, norma-
norma dan ukuran tingkah laku manusia. Ilmu pendidikan sebagai ilmu
pengetahuan prkatis, tugas pendidikan dalam hal ini adalah menanamkan sistem
norma tingkah laku yang dijunjung tinggi oleh lembaga pendidikan dalam
masyarakat melalui para pendidik.

Tujuan pendidikan dapat dilihat dalam kurikulum pendidikan yang terjabar mulai
dari
a. Tujuan nasional, adalah tujuan yang ingin dicapai oleh bangsa seperti yang
dicantumkan pada pembukaan UUD 1945.
b. Tujuan institusional, adalah tujuan yang ingin dicapai oleh suatu lembaga
pendidikan.
c. Tujuan kurikuler, adalah tujuan yang ingin dicapai oleh tiap bidang studi
pelajaran/ mata kuliah.
d. Tujuan instrukisonal, adalah tujuan yang ingin dicapai oleh suatu standar
kompetensi dan kompetensi dasar.
Dengan penjabaran tersebut, dapat terlihat bahwa tujuan pendidik atau guru
dalam pembelajaran dikelas berkaitan dengan tujuan pendidikan nasional yang
bersumber pada Pancasila dan UUD 1945.
2. Peserta Didik
Berkembangnya konsep pendidikan, berpengaruh pada pemikiran masyarakat

3
4

terhadap pengertian peserta didik. Kalau dulu orang berpikir peserta didik terdiri
dari anak-anak pada usia sekolah saja, maka sekarang peserta didik dimungkinkan
termasuk juga didalamnya orang dewasa.
Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa peserta didik adalah anggota
masyarakat yang berusaha mengembangkan kemampuan/ potensi/ bakat yang ada
pada diri mereka melalui proses pembelajaran yang disediakan oleh lembaga
pendidikan dan pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu/ sesuai dengan
usia mereka. Peserta didik dapat di didik karena mereka memiliki kemampuan/
potensi/ bakat yang memungkinkan untuk dikembangkan, mempunyai daya
eksplorasi (penjelajahan dengan tujuan memperoleh pengetahuan yang lebih
banyak), dan dorongan untuk menjadi manusia yang lebih baik.
3. Pendidik
Salah satu komponen penting dalam pendidikan adalah pendidik. Secara
akademis, pendidik adalah tenaga kependidikan yakni anggota masyarakat yang
mengabdikan diri dan diangat pada lembaga tertentu yang berkualitas, seperti
guru, dosen, tutor, fasilitator, instruktur, dan sebutan lain yang sesuai dengan
khususunya.
Terdapat beberapa jenis pendidik yang tidak terbatas pada pendidik di
sekolah saja. Dilihat dari lembaga pendidikan, munculah beberapa individu yang
tergolong pada pendidik. Pertama guru sebagai pendidik dalam lembaga sekolah,
kedua orang tua sebagai pendidik dalam lingkungan keluarga, dan ketiga
pimpinan masyarakat baik formal maupun nonformal sebagai pendidik
dilingkungan masyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut yang termasuk
kategori pendidik adalah sebagai berikut :
a. Orang Dewasa
Orang dewasa sebagai pendidik dilandasi oleh sifat umum kepribadian orang
dewasa, sebagaimana dikemukakan oleh syaifullah yaitu:
a) Manusia yang memiliki pandangan hidup dan prinsip hidup yang pasti dan
tetap.
b) Manusia yang telah memiliki tujuan hidup atau cita-cita hidup tertentu,
termasuk cita-cita untuk mendidik.
5

c) Manusia yang cakap mengambil keputusan batin sendiri atau perbuatannya


sendiri dan yang akan dipertanggung jawabkan sendiri.
d) Manusia yang telah cakap menjadi anggota masyarakat secara konstruktif dan
aktif penuh inisiatif.
e) Manusia yang telah mencapai umur kedewasaan, paling rendah 18 tahun.
f) Manusia berbudi luhur dan berbadan sehat.
g) Manusia yang memiliki kepribadian.
b. Orang Tua
Kedudukan orang tua sebagai pendidik, merupakan pendidik yang kodrati
dalam lingkungan keluarga. Artinya orang tua sebagai pendidik utama dan yang
pertama yang berlandaskan pada hubungan kasih sayang bagi keluarga atau anak
yang lahir di lingkungan keluarga mereka.
Kedudukan orang tua sebagai pendidik sudah berlangsung lama, bahkan
sebelum ada orang yang memikirkan tentang pendidikan.
c. Guru/ Pendidik di Sekolah
Guru sebagai pendidik di sekolah yang secara langsung maupun tidak langsung
mendapat tugas dari orang tua atau masyarakat untuk melaksanakan pendidikan.
Karena itu, kedudukan guru sebagai pendidik harus memenuhi persyaratan-
persyaratan, baik persyaratan pribadi maupun persyaratan jabatan. Persyaratan
pribadi didasarkan pada ketentuan yang terkait dengan nilai dari tingkah laku yang
dianut, kemampuan intelektual, sikap dan emosional. Persyaratan jabatan (profesi)
terkait dengan pengetahuan yang dimiliki, baik yang berhubungan dengan pesan
yang ingin disampaikan, maupun cara penyampainnya.
d. Pemimpin Masyarakat dan Pemimpin Keagamaan
Peran pemimpin masyarakat menjadi pendidik didasarkan pada aktifitas dari
pemimpin tersebut dalam mengadakan pembinaan atau bimbingan kepada anggota
masyarakat yang dipimpin. Pemimpin keagamaan sebagai pendidik tampak pada
aktifitas pembinaan atau pengembangan sifat kerohanian manusia, yang
didasarkan pada nilai-nilai keagamaan.
4. Alat dan Fasilitas Pendidikan
Alat dan fasilitas pendidikan sangat dibutuhkan dalam mendukung proses
pendidikan. Dengan adanya fasilitas-fasilitas pendidikan, maka proses pendidikan
6

akan berjalan dengan lancar. Sehingga  tujuan pendidikan akan lebih mudah
dicapai. Contoh alat dan fasilitas pendidikan diantaranya adalah ruang kelas,
lapangan upacara, laboratorium lengkap dengan alat-alat percobaannya, internet di
ruang lingkup sekolah, lapangan olahraga, tempat ibadah, perpustakaan, WC
sekolah, kantin sekolah, ruang UKS, dan masih banyak lagi yang lainnya.
5. Metode Pendidikan
Salah satu hal yang harus dilakukan oleh guru adalah dapat menguasai
keadaan kelas sehingga tercipta suasana belajar yang menyenangkan. Dengan
demikian, guru harus menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik peserta didiknya. Tiap-tiap kelas kemungkinan menggunakan
metode pembelajaran yang berbeda dengan kelas lain. Untuk itu seorang guru
harus mampu menerapkan berbagai metode pembelajaran.Terdapat beberapa
metode yang dilakukan dalam proses pembelajaran, yaitu:
a) Metode Ceramah
Metode ceramah adalah metode mengajar dengan menyampaikan informasi
secara lisan atas bahan pembelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan
pembelajaran tertentu dalam jumlah yang relatif besar. Seperti ditunjukkan
oleh Mc Leish (1976), melalui ceramah, dapat dicapai beberapa tujuan.
Dengan metode ceramah, guru dapat mendorong timbulnya inspirasi bagi
pendengarnya. Gage dan Berliner (1981:457), menyatakan metode ceramah
cocok untuk penyampaian bahan belajar yang berupa informasi dan jika bahan
belajar tersebut sukar didapatkan.
 Kelebihan metode ceramah
a) Guru mudah menguasai kelas.
b) Guru mudah menerangkan bahan pelajaran berjumlah besar.
c) Dapat diikuti anak didik dalam jumlah besar.
d) Mudah dilaksanakan.
 Kelemahan metode ceramah:
a) Membuat siswa pasif.
b) Bila terlalu lama membosankan.
c) Sukar mengontrol sejauh mana pemerolehan belajar anak didik.
d) Kegiatan pengajaran menjadi verbalisme (pengertian kata-kata).
7

e) Terkadang penafsiran murid dengan apa yang dijelaskan guru berbeda.


b) Metode Diskusi
Metode diskusi adalah metode mengajar dengan cara melibatkan dua
orang peserta atau lebih untuk berinteraksi dan saling bertukar pendapat/ ide
atau saling mempertahankan pendapat/ ide dalam pemecahan masalah,
sehingga didapatkan kesepakatan diantara mereka. Pembelajaran yang
menggunakan metode diskusi merupakan pembelajaran yang bersifat interaktif
(Gagne & Briggs. 1979: 251).
Menurut Mc. Keachie-Kulik dari hasil penelitiannya, dibanding metode
ceramah, metode diskusi dapat meningkatkan anak dalam pemahaman konsep
dan keterampilan memecahkan masalah. Tetapi dalam transformasi
pengetahuan, penggunaan metode diskusi hasilnya lambat dibanding
penggunaan ceramah. Sehingga metode ceramah lebih efektif untuk
meningkatkan kuantitas pengetahuan anak dari pada metode diskusi.
 Kelebihan metode diskusi:
a) Merangsang siswa untuk ikut mengemukakan pendapat sendiri,
menyetujui atau menentang pendapat teman-temannya.
b) Memberi kesempatan kepada siswa untuk memecahkan suatu problem
bersama-sama.
c) Membina suatu tanggung jawab mengenai suatu pendapat, kesimpulan,
atau keputusan yang akan atau telah diambil.
d) Mengembangkan rasa solidaritas/ toleransi.
e) Menuntut kemampuan berbicara secara sistematis dan logis.
 Kelemahan metode diskusi:
a) Tidak semua topik dapat dijadikan metode diskusi, hanya hal-hal yang
bersifat problematis saja yang dapat didiskusikan.
b) Diskusi yang mendalam memerlukan banyak waktu.
c) Sulit untuk menentukan batas luas atau kedalaman suatu uraian diskusi.
d) Biasanya tidak semua siswa berani menyatakan pendapat sehingga waktu
akan terbuang karena menunggu siswa mengemukakan pendapat.
8

e) Memungkinkan timbulnya rasa permusuhan antar kelompok atau


menganggap kelompoknya sendiri lebih pandai dan serba tahu daripada
kelompok lain.
c) Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode yang dilakukan oleh seorang guru atau
seorang demonstrator (orang luar yang sengaja diminta) atau seorang siswa
menjelaskan kepada seluruh siswa dikelas tentang langkah-langkah untuk
mengerjakan sesuatu atau bagaimana cara kerja dari suatu alat. Misalnya
bekerjanya suatu alat pencuci otomatis, cara membuat patung dari tanah liat,
cara membuat lubang serapan air hujan, langkah membuat pupuk, dan masih
banyak lagi yang lainnnya.
 Kelebihan Metode Demonstrasi:
a) Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan.
b) Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari.
c) Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam
diri siswa.
 Kelemahan metode Demonstrasi:
a) Siswa kadang kala sukar melihat dengan jelas benda yang diperagakan.
b) Tidak semua benda dapat didemonstrasikan.
c) Sukar dimengerti jika didemonstrasikan oleh pengajar yang kurang
menguasai apa yang didemonstrasikan.
6. Isi Pendidikan
Isi pendidikan memiliki kaitan yang erat dengan tujuan pendidikan. Untuk
mencapai tujuan pendidikan perlu disampaikan kepada peserta didik isi/
materi yang biasanya disebut kurikulum dalam pendidikan formal. Kurikulum
adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang diberikan oleh
suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran
yang akan diberikan kepada peserta didik dalam satu periode jenjang
pendidikan. Macam-macam pendidikan tersebut terdiri dari pendidikan agama,
pendidikan sosial, pendidikan keterampilan, pendidikan jasman, dll.
7. Lingkungan Pendidikan
Lingkungan pendidikan adalah segala sesuatu yang ada di luar diri anak
9

yang ada di alam semesta dan yang memberikan pengaruh terhadap


perkembangannya. Dengan kata lain lingkungan pendidikan merupakan latar
tempat berlangsungnya proses pendidikan.
Lingkungan pendidikan dapat berupa benda-benda, orang-orang, keadaan-
keadaan, dan peristiwa-peristiwa yang ada di sekitar peserta didik yang bisa
memberikan pengaruh terhadap perkembangannya, baik secara langsung
maupun tidak langsung, baik secara sengaja maupun tidak disengaja.
Terdapat tiga pusat lingkungan pendidikan, dimana lingkungan tersebut
meliputi lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
1) Lingkungan keluarga
Lingkungan keluarga merupakan lingkungan yang pertama dan utama.
Kerena keluarga memiliki pengaruh yang kuat terhadap perkembangan
kepribadian anak yang berada ditengah-tengah kehidupan keluarga.
Pendidikan yang paling banyak diterima oleh anak adalah dalam keluarga.
Oleh karena itu, tugas utama keluarga dalam pendidikan anak adalah
peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan.
2) Lingkungan sekolah
Sekolah adalah lembaga pendidikan yang secara resmi
menyelenggarakan kegiatan pembelajaran secara sistematis, berencana,
sengaja dan terarah. Lingkungan sekolah disebut juga lingkungan kedua
yang didirikan oleh masyarakat atau negara untuk membantu memenuhi
kebutuhan keluarga.
Sehingga pendidikan di sekolah berperan sebagai bagian dan lanjutan
dari pendidikan keluarga, serta merupakan jembatan yang menghubungkan
kehidupan dalam keluarga dengan kehidupan dalam masyarakat kelak.
3) Lingkungan masyarakat
Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang bertempat tinggal dalam
suatu kawasan dan saling berinteraksi dengan sesama untuk mencapai
tujuan tertentu. Karena lingkungan masyarakat itu sangat luas dan banyak
berbagai pihak yang berperan dalam masyarakat tersebut, sehingga
memerlukan pengawasan dan pengontrolan yang lebih agar suasana
lingkungan masyarakat dapat memberikan pengaruh yang baik bagi
10

pendidikan anak.
Masyarakat yang berperan aktif dalam bidang pendidikan dapat
diklasifikasikan menjadi beberapa macam. Kelompok ini berupa
organisasi-organisasi pendidikan, sosial, politik, ekonomi, keagamaan dan
sebagainya. Semua kelompok ini perlu dilibatkan secara aktif dalam
membantu dan mendukung penyelenggaraan pendidikan.
2.2 Landasan dan Perbuatan Mendidik
A. Pengertian Landasan Pendidikan

Landasan adalah dasar tempat berpijak atau tempat di mulainya suatu


perbuatan. Dalam bahasa Inggris, landasan disebut dengan istilah foundation,
yang dalam bahasa Indonesia menjadi fondasi. Fondasi merupakan bagian
terpenting untuk mengawali sesuatu. Adapun menurut S. Wojowasito, (1972:
161), bahwa landasan dapat diartikan sebagai alas, ataupun dapat diartikan
sebagai fondasi, dasar, pedoman dan sumber.
Landasan pendidikan adalah tumpuan, dasar atau asas koseptual yang
menyelubungi pendidikan secara keseluruhan. Biasanya yang dibahas terkait
dengan landasan pendidikan ini ialah hakikat manusia sebagai makhluk
pembelajar, situasi, proses, perubahan sosial, aliran pelaksanaan, hingga
permasalahan-permasalahan pendidikan.
Yatimah (201, hlm. 354) mengatakan bahwa secara leksikal, landasan
berarti dasar, tumpuan atau alas. Oleh karena itu, landasan (pendidikan)
merupakan tempat bertumpu, titik tolak atau dasar pijakan dalam melaksanakan
pendidikan.
B. Pentingnya Landasan Pendidikan untuk di Pelajari
Beberapa alasan mengapa landasan pendidikan harus dipelajari, yaitu:
a. Untuk membangun landasan pendidikan yang kokoh
Untuk mendapatkan pendidikan yang kokoh dan berkualitas harus dimulai dari
landasan pendidikan yang kuat. Pendidikan tidak akan berjalan sebagaimana
mestinya jika landasan tidak kuat atau tidak utuh.
b. Sebagai tolak ukuran/dasar dalam study pendidikan
Landasan pendidikan ibarat pondasi dasar untuk membangun pendidikan sesuai
kearah yang dicita-citakan bangsa tentu kita tidak ingin mencetak generasi
11

penerus hanya dengan berpedoman pada nilai yang dihasilkan saja. Nilai hanya
menunjukan kuantitatif dari hasil pencapaian belajar, tetapi tidak bisa dijadikan
sebagai alat ukur keberhasilan karena kualitas pendidikanlah yang menjadi
indikator utama. Jadi, perlu upaya penetapan landasan pendidikan yang kokoh
supaya tujuan pendidikan bisa tercapai.
c. Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional
Keberlangsungan Negara kesatuan Indonesia, secara tidak langsung menjadi
tanggung jawab para generasi penerus yang duduk di berbagai tingkatan dan
jenjang pendidikan, baik tingkat dasar maupun jenjang pendidikan tinggi karena
merekalah yang akan menjadi penerus lajunya perkembangan bangsa ini. Oleh
karena itu, peningkatan mutu pendidikan selayaknya dilakukan secara serempak
pada setiap sektor dan komponen serta dilakukan oleh berbagai pihak yang
berperan dalam dunia pendidikan. Akan tetapi bila memperhatikan kemampuan
pemerintah dan aspek-aspek lainnya, peningkatan kualitas pendidikan dengan cara
serempak seperti itu tampaknya sulit dilakukan, kecuali secara berangsur dan
memperhatikan skala prioritas. Misalnya dengan memfokuskan pada jenjang
pendidikan dasar.
d. Untuk menjadikan sumber daya manusia yang cerdas
Dengan tidak mengurangi arti dan pentingnya jalur dari jenjang pendidikan lain,
pendidikan dasar khususnya pendidikan anak usia dini memiliki posisi yang
strategis dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Dikatakan
demikian karena, pada masa usia dini merupakan landasan atau pondasi bagi
tingkatan pendidikan selanjutnya. pendidikan yang berkualitas, tentunya akan
menjadi landasan yang kuat bagi tingkatan pendidikan selanjutnya, baik
pendidikan menengah maupun tinggi.
e. Landasan pendidikan menjadi pedoman yang kongkret
Terlebih dahulu kita harus mengetahui landasan-landasan pendidikan yang dianut
oleh suatu bangsa, kita harus mempunyai kesatuan pendapat tentang arti landasan
pendidikan. Landasan pendidikan merupakan norma dasar pendidikan yang
bersifat imperatif; artinya mengikat dan mengharuskan semua pihak yang terlibat
dalam pelaksanaan pendidikan untuk setia melaksanakan dan mengembangkan
berdasarkan landasan pendidikan yang dianut.
12

C. Fungsi Landasan Pendidikan


Manfaat landasan pendidikan adalah sebagai titik tolak atau acuan konsep,
prinsip, teori bagi para pendidik (guru) dalam rangka melaksanakan praktik
pendidikan dan studi pendidikan. Landasan pendidikan tertuju kepada
pengembangan wawasan kependidikan, yaitu berkenaan dengan berbagai asumsi
yang bersifat umum tentang pendidikan yang harus dipilih oleh tenaga
kependidikan sehingga menjadi cara pandang dan bersikap dalam melaksanakan
tugasnya. Berbagai asumsi yang bersifat pendidikan yang telah dipilih oleh
seorang tenaga kependidikan berfungsi memberikan dasar rujukan konseptual
dalam rangka praktik pendidikan dan atau studi pendidikan.
Ada berbagai manfaat calon pendidik mempelajari landasan pendidikan:
 Mengetahui berbagai konsep, prinsip, dan teori pendidikan dalam
melaksanakan praktik pendidikan, dengan demikian calon pendidik
menggali pandangan-pandangan pendidikan yang bersifat teoritis.
 Mempunyai pengenalan kritis terhadap pandangan-pandangan teori
pendidikan sehingga dapat memilah-milah dan menentukan teori
pendidikan yang dapat dikembangkan dalam pelaksanaan pendidikan.
 Secara langsung atau tidak langsung memberikan kontribusi pada pola
pikir dan pola kerja calon pendidik secara terpadu tentang bagaimana
seharusnya melaksanakan studi dan praktik.
 Dapat lebih meyakini dan menghayati tentang konsep, prinsip, dan teori
pendidikan yang dipelajarinya dalam pelaksanaan pendidikan. Meyakini
dalam arti keteguhan diri dalam melaksanakan studi pendidikan,
menghayati dalam arti perasaan jiwa tentang pentingnya keyakinan
memahami teori pendidikan dalam menunjang pelaksanaan pendidikan.
D. Jenis-Jenis Landasan Pendidikan

Ada berbagai jenis landasan pendidikan, berdasarkan sumber perolehannya kita


dapat mengidentifikasi jenis landasan pendidikan menjadi:
a) Landasan religius pendidikan yaitu asumsi-asumsi yang bersumber dari
religi atau agama yang menjadi titik tolak dalam rangka praktek
pendidikan dan atau studi pendidikan.
13

b) Landasan filosofis pendidikan yaitu asumsi-asumsi yang bersumber dari


filsafat yang menjadi titik tolak dalam rangka praktek pendidikan dan atau
studi pendidikan.
c) Landasan ilmiah pendidikan yaitu asumsi-asumsi yang bersumber dari
berbagai cabang atau disiplin ilmu yang menjadi titik tolak dalam rangka
praktek pendidikan dan atau studi pendidikan. Tergolong ke dalam
landasan ilmiah pendidikan antara lain: landasan psikologis pendidikan,
landasan sosiologis pendidikan, landasan antropologis pendidikan,
landasan historis pendidikan, dsb. Landasan ilmiah pendidikan dikenal
pula sebagai landasan empiris pendidikan atau landasan faktual
pendidikan.
d) Landasan yuridis atau hukum pendidikan yaitu asumsi-asumsi yang
bersumber dari peraturan perundang-undangan yang berlaku yang menjadi
titik tolak dalam rangka praktek pendidikan dan atau studi pendidikan.
E. Ruang Lingkup Landasan Pendidikan
Pengertian dari Ruang lingkup adalah Batasan. Ruang lingkup landasan
pendidikan adalah batasan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan oleh dirinya sendiri, masyarakat, bangsa dan negara.
Adapun ruang lingkup landasan pendidikan yaitu sebagai berikut:
1) Landasan Filosofis Pendidikan
Dalam kaitannya dengan landasan filosofis pendidikan, merupakan titik
permulaan dalam proses pendidikan dan menjadi titik tolak akan arah dan
tujuan dalam pendidikan, terutama ketika menentukan aspek tujuan-tujuan
dalam pendidikan.Dalam landasan pendidikan, filsafat memberikan
konsep dasar yang dibutuhkan sebagai prakarsa, baik bagi masyarakat
maupun pemerintah dalam membentuk formulasi dan orientasi pendidikan.
Formulasi yang mengandung nilai-nilai pendidikan selanjutnya
diaplikasikan dalam suatu realita, agar proses pendidikan terealisir. Salah
satu aspeknya dengan pengembangan afeksi, yang menekankan pada
perilaku peserta didik sehari-hari.
14

2) Landasan Sosiologis
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam
kelompok-kelompok dan struktur sosialnya. Artinya bahwa mempelajari
bagaimana manusia berhubungan satu dengan yang lainnya dalam
kelompoknya dan bagaimana susunan unit-unit masyarakat atau sosial di
suatu wilayah serta kaitannya dengan yang lainnya.
Jadi, sosiologi pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari
tentang hubungan dan interaksi manusia, baik individu maupun kelompok
(masyarakat) dengan persekolahan (pendidikan) dan begitu pun
sebaliknya, hubungan antara persekolahan (pendidikan) dengan manusia,
sehingga terjalin kerja sama yang sinergi dan berkesinambungan antara
manusia dengan pendidikan.
3) Landasan Kultural
Landasan pendidikan kutural ini berangkat dari asumsi yang mengatakan
bahwa ada keterkaitan antara kebudayaan dengan pendidikan.kebudayaan
sebagaimana halnya sistem sosial yang berlaku dimasyarakat,merupakan
sebuah kondisi yang esensial untuk perkembangan dan kehidupan
masyarakat.
Kebudayaan dengan pendidikan memiliki keterkaitan karena kebudayaan
menjadi sebuah kondisi belajar, kebudayaan memiliki daya dorong yang
kuat, serta memberikan rangsangan tertentu.
4) Landasan Psikologis
Psikologis merupakan ilmu jiwa, yakni ilmu yang mempelajari tentang
jiwa manusia. Jiwa atau psikis dapat dikatakan inti dan kendali kehidupan
manusia, yang selalu berada dan melekat pada manusia itu sendiri.
Landasan psikologis pendidikan harus mempertimbangkan aspek
psikologis peserta didik, peserta didik harus dipandang sebagai subjek
pendidikan yang akan berkembang sesuai engan tingkatan pertumbuhan
dan perkembangan mereka. Pendidikan harus akomodatif terhadap tingkat
perkembangan dan pertumbuhan mereka. Sebagaimana Al- Ghazali, Al-
Zarnuji menyarankan agar guru mengetahui tabiat anak didik dari sisi
kejiwaannya.
15

Aspek kejiwaan anak didik harus dikuasai untuk membantu memilih


metode dan teknik pembelajaran yang tepat, baik ketika mengajar,
membina mental, dan memberikan petunjuk. Disini, bisa dikatakan bahwa
ketidakmampuan guru dalam memahami aspek psikologis anak didik akan
berakibat fatal dalam pembelajaran.
5) Landasan Ilmiah dan Teknologis
Kebutuhan pendidikan yang mendesak cenderung memaksa tenaga
pendidik untuk mengadopsinya teknologi dari berbagai bidang teknologi
ke dalam penyelenggaraan pendidikan. Pendidikan yang berkaitan erat
dengan proses penyaluran pengetahuan haruslah mendapat perhatian yang
proporsional dalam bahan ajaran, dengan demikian pendidikan bukan
hanya berperan dalam pewarisan IPTEK tetapi juga ikut menyiapkan
manusia yang sadar IPTEK dan calon pakar IPTEK itu. Selanjutnya
pendidikan akan dapat mewujudkan fungsinya dalam pelestarian dan
pengembangan iptek tersebut.
2.3 KURIKULUM DAN MANAJEMEN PENDIDIKAN
A. PENGERTIAN  KURIKULUM
Pengertian kurikulum mengalami perkembangan dan terus mengalami perdebatan
dari waktu ke waktu.  Berbagai pendapat berbeda mengenai definisi kurikulum,
misalnya disebutkan oleh Nasution adalah sebagai berikut :
1. Saylor dan Alexander (1956) menyebutkan bahwa kurikulum adalah segala
usaha sekolah untuk mempengaruhi anak belajar, apakah dalam ruangan kelas,
di halaman sekolah, atau di luar sekolah.
2. Albertycs (1965) memandang kurikulum sebagai semua aktifitas yang
disediakan oleh sekolah untuk siswa.
3. Smith, Stanley, dan Shores memandang kurikulum sebagai sejumlah
pengalaman potensial yang diatur di sekolah dalam rangkan mendisiplinkan
anak dan pemuda agar mereka dapat berpikir dan berbuat sesuai
masyarakatnya.
4. Edward A. Krug (1960) melihat kurikulum sebagai cara-cara dan usaha untuk
mencapai tujuan persekolahan.
16

Walaupun terdapat perbedaan definisi mengenai kurikulum ini, kita dapat


menyimpulkan bahwa kurikulum ini merupakan suatu rencana pembelajaran
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam rencana tersebut
juga mencakup media dan strategi yang akan digunakan dalam pembelajaran.
Pengertian kurikulum memang tidak pernah stagnan. Definisi kurikulum
menurut para ahli bisa jadi mengalami perbedaan makna yang cukup besar dari
waktu ke waktu. Hamalik menjelaskan bahwa pengertian kurikulum  dapat
dibedakan menjadi pandangan lama dan pandangan baru. Menurut pandangan
lama, kurikulum merupakan sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh murid
untuk memperoleh ijazah. Pandangan ini memberi implikasi, bahwa semua murid
harus mengikuti mata pelajaran yang sama. Selain itu, peran aktif dipegang oleh
guru untuk menyampaikan materi pembelajaran.
Pada perkembanngannya, definisi kurikulum meluas. Misalnya pengertian
yang diberikan oleh Romine (1954) seperti yang dikutip oleh Hamalik (2008:17)
“Curriculum is interpreted to mean all of the organized courses, activities, and
experiences which pupils have under direction of the school, whether in the
classroom or not”.
Tafsiran di atas tentu lebih luas. Bukan hanya mata pelajaran, kurikulum
mencakup semua kegiatan dan pengalaman siswa, selama masih menjadi
tanggung jawab sekolah. Selain itu, kegiatan pembelajaran dapat dilakukan di
dalam atau di luar kelas, sehingga kegiatan ekstrakurikuler pun sebenarnya
termasuk dalam kurikulum. Dalam pengertian yang lebih luas ini, menjadi
kewajiban guru untuk mengajar dengan cara yang lebih bervariasi, sehingga siswa
menjadi lebih aktif.
Kurikulum juga dapat dibedakan menjadi kurikulum tradisional  dan
kurikulum progresif.  Kurikulum tradisional ingin mengawetkan nilai-nilai lama
yang berlaku di masyarakat. Kekuatan hafalan dan kecepatan hitungan, misalnya,
masih dipentingkan dalam kurikulum ini. Kurikulum tradisional masih
berdasarkan subjek atau mata pelajaran yang diberikan terpisah-pisah. Dalam
kurikulum tradisional, diperlukan pengarahan dan control yang ketat, agar siswa
mendapat bahan yang sama dan tingkat penguasaan yang sama. Pemerataan siswa
17

dalam hal bahan, metode, maupun evaluasi menjadi ciri lain dari kurikulum
tradisional.
Kurikulum progresif di sisi lainnya, terbuka pada hal-hal baru. Kurikulum
ini mementingkan kemampuan memecahkan masalah dan menggunakan
pengetahuan fungsional untuk memecahkan masalah tersebut. Kurikulum ini
mengharapkan siswa sanggup berpikir kreatif, berpikir mandiri, dan mengizinkan
perbedaan pendapat. Sambil memecahkan masalah, siswa akan mengumpulkan
ilmu yang diperlukan. Kurikulum progresif juga mementingkan keunikan dan
perbedaan tiap inidividu, yang mempengaruhi perbedaan bahan, metode, dan
evaluasi. Namun demikian, kurikulum ini mendapat banyak tentangan dalam
pelaksanaannya. Berbagai tentangan dan kesulitan tersebut, misalnya, adalah
banyaknya guru yang bersifat konservatif, selain itu, juga harapan bahwa
kurikulum progresif akan memberi hasil yang sama seperti kurikulum tradisional. 
B. MANAJEMEN PENDIDIKAN
1.  PENGERTIAN MANAJEMEN
Menurut Terry dan Rue (1992: 5), Manajemen adalah “suatu proses atau
kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok
orang-orang ke arah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang
nyata.
Manajemen pada dasarnya memiliki 5 fungsi, yaitu:
1. Planning (Perencanaan): menentukan tujuan yang hendak dicapai, dan
bagaimana cara mencapai tujuan tersebut.
2. Organizing (Pengorganisasian): mengelompokkan berbagai kegiatan dan
memberikan kekuasaan untuk melaksanakan kegiatan tersebut.
3. Staffing (Kepegawaian): menentukan SDM yang dibutuhkan, serta menyaring,
melatih, dan mengembangkan tenaga kerja.
4. Motivating(Pemotivasian): mengerahkan perilaku manusia ke arah tujuan
yang telah ditentukan
5. Controlling(Pengawasan): menetapkan ukuran untuk pelaksanaan tujuan,
memonitor, dan jika terjadi penyimpangan, harus ditemukan sebabnya dan
memberi tindakan korektif bila diperlukan.
18

Manajemen Pendidikan sendiri menurut Bush (2003) seperti yang dikutip oleh
Amtu, adalah kegiatan yang bersangkutan dengan operasionalisasi organisasi
pendidikan. Manajemen pendidikan harus fokus pada tujuan pendidikan. Di
Indonesia sendiri, tujuan pendidikan nasional adalah  mencerdaskan kehidupan
bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang
beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur,
memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,
kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan
dan kebangsaan (UU RI no 2 tahun 1989). 
Dalam hal pengelolaan pendidikan, tentu tidak dapat disamakan dengan aktivitas
produksi dalam dunia industri. Pendidikan memerlukan perlakuan spesifik dan
tindakan yang obyektif dengan mengedepankan aspek-aspek pedagogis yang
memberdayakan nilai-nilai kemanusiaan.

2.4 TEORI PENDIDIKAN DAN KURIKULUM


Seiring berjalannya waktu dan dengan semakain pesatnya tingkat intelektual
dan kualitas kehidupan, dimensi pendidikan pun menjadi semakin kompleks, dan
tentu saja hal itu membutuhkan sebuah desain pendidikan yang juga tepat dan
sesuai dengan kondisinya. Oleh karena itu berbagai teori, metode, dan desain
pendidikan pun dibuat dan diciptakan untuk mengapresiasi semakin beragam
tingkat kebutuhan dan kerumitan permasalahan pendidikan.
Jika ditinjau dari sejarah, teori-teori dan desain tersebut muncul karena
adanya teori yang sudah ada sebelumnya, yang posisinya adalah memperbaiki,
merevisi, atau malah menciptakan teori baru. Teori dan desain dalam pendidikan
muncul setelah terdapatnya berbagai permasalahan yang terjadi didalam
pendidikan itu sendiri. Suatu teori akan muncul apabila terjadi suatu kekurangan
yang terdapat di dalam dunia pendidikan.
Dalam perkembangan teori dan desain pendidikan inilah, berdampak pada
suatu sistem yang akan diterapkan dalam suatu penerapan pendidikan yang
disepakati pada waktu itu yaitu kurikulum, suatu teori memberikan pandangan-
pandangan pada pendidikan, sehingga muncul inovasi dan kreativitas teoretikus
untuk melahirkan teori-teori yang lebih kontekstual, yang akan merangsang pula
19

tercipatanya suatu desain pendidikan yang baru yang akan menerapkan teori-teori
tersebut dalam suatu sistem.
Teori pendidikan merupakan landasan dalam pengembangan praktik-
praktik pendidikan, misalnya pengembangan kurikulum, proses belajar mengajar
dan manajemen sekolah. Suatu kurikulum dan rencana pembelajaran disusun
dengan mengacu pada teori pendidikan (Kadir., dkk, 2012:141). Kurikulum
memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan teori pendidikan. Suatu kurikulum
disusun dengan mengacu pada satu atau beberapa teori kurikulum dan teori
kurikulum dijabarkan berdasarkan teori pendidikan tertentu. Nana S. Sukmadinata
(1997) mengemukakan 4 (empat ) teori pendidikan yang berhubungan dengan
kurikulum, yaitu :
1. Pendidikan klasik
2. Teknologi pendidikan
3. Pendidikan personal/pribadi
4. Pendidikan interaksional
Pendidikan Klasik
Pendidikan klasik adalah pendidikan yang dipandang sebagai konsep
pendidikan tertua. Pendidikan ini bermula dari asumsi bahwa seluruh warisan
budaya (pengetahuan, ide-ide atau nilai-nilai) telah ditemukan oleh pemikir
terdahulu. Pendidikan hanya berfungsi memelihara atau meneruskan ke
genenerasi berikutnya (Sukmadinata, 2009:7). Jadi guru tidak perlu susah-susah
mencari ataupun mencipatakan pengetahuan, konsep atau nilai-nilai baru sebab
semua sudah tersedia tinggal bagaimana menguasai dan mengajarkannya pada
siswa.
Apakah anda tahu Pesantren Salaf? Itulah salah satu contoh lembaga
pendidikan yang mengimplementasikan teori pendidikan klasik, baik secara sadar
atau tidak sadar. Sebagaimana yang kita ketahui, pondok pesantren salaf
menggunakan kurikulum (dalam arti materi) yang berasal dari kitab-kitab klasik
karya para ulama’ salaf. Dengan kata lain, apa yang menjadi tradisi dan khazanah
keilmuan para ulama’ salaf dianggap sebagai sesuatu yang final dan harus
dipelihara, dijaga, dan diwariskan dari generasi ke generasi. Hal ini sejalan
dengan teori pendidikan klasik di mana tujuan pendidikannya diarahkan untuk
20

memelihara, menjaga, dan meneruskan warisan tradisi masa lalu. Implementasi


teori pendidikan klasik dalam proses pembelajaran ditandai dengan peran sentral
guru. Guru dianggap sebagai sumber pengetahuan yang dominan, sedangkan
murid cenderung pasif dan menerima begitu saja materi yang disampaikan oleh
guru.
Dalam teori pendidikan klasik lebih menekankan pada isi pendidikan
daripada proses atau bagaimana mengajarkannya. Isi pendidikan tersebut diambil
dari disiplin-disiplin ilmu yang telah ditemukan oleh para ahli terdahulu
(Sukmadinata, 2009:8). Dalam pendidikan klasik tugas guru dan pengembang
kurikulum adalah memilih dan menyajikan materi sesuai dengan tingkat
perkembangan perserta didik. Sebelum menyampaikannya pada peserta didik
pendidik harus mempelajarinya dengan sungguh-sungguh karena tugas pendidik
bukan hanya mengajarkan materi pengetahuan tetapi juga melatih keterampilan
dan menanamkan nilai. Ada tiga model konsep pendidikan klasik yaitu
eksistensialisme, perenialisme dan esensialisme.
1. Eksistensialisme
Eksistensialisme adalah aliran filsafat yang pahamnya berpusat pada
manusia individu yang bertanggung jawab atas kemauannya yang bebas
tanpa memikirkan secara mendalam mana yang benar dan mana yang tidak
benar. Sebenarnya bukannya tidak mengetahui mana yang benar dan mana
yang tidak benar, tetapi seorang eksistensialis sadar bahwa kebenaran
bersifat relatif, dan karenanya masing-masing individu bebas menentukan
sesuatu yang menurutnya benar.
Dalam studi sekolahan filsafat, eksistensialisme paling dikenal melalui
kehadiran Jean-Paul Sartre, yang terkenal dengan diktumnya “human is
condemned to be free” atau manusia dikutuk untuk bebas. Artinya, dengan
adanya kebebasan maka manusia itu dapat bertindak. Pertanyaan yang
paling sering muncul sebagai derivasi kebebasan eksistensialis adalah,
sejauh mana kebebasan tersebut bebas? atau “dalam istilah orde baru”,
apakah eksistensialisme mengenal “kebebasan yang bertanggung jawab”?
Bagi eksistensialis, ketika kebebasan adalah satu-satunya universalitas
21

manusia, maka batasan dari kebebasan dari setiap individu adalah


kebebasan individu lain.
Namun menjadi eksistensialis tidak selamanya harus menjadi seorang
yang berbeda tetapi sadar bahwa keberadaan dunia merupakan sesuatu
yang berada di luar kendali manusia, bukan membuat sesuatu yang unik
ataupun yang baru yang menjadi esensi dari eksistensialisme. Membuat
sebuah pilihan atas dasar keinginan sendiri, dan sadar akan tanggung
jawabnya pada masa depan adalah inti dari eksistensialisme. Sebagai
contoh, mau tidak mau kita akan terjun ke berbagai profesi seperti dokter,
desainer, insinyur, pebisnis dan sebagainya, tetapi yang dipersoalkan oleh
eksistensialisme adalah, apakah kita menjadi dokter atas keinginan orang
tua, atau keinginan sendiri.
Kaum eksistensialis menyarankan kita untuk membiarkan apa pun
yang akan kita kaji, baik itu benda, perasaaan, pikiran, atau bahkan
eksistensi manusia itu sendiri untuk menampakkan dirinya pada kita. Hal
ini dapat dilakukan dengan membuka diri terhadap pengalaman, dengan
menerimanya, walaupun tidak sesuai dengan filsafat, teori, atau keyakinan
kita.
2. Perenialisme
Filsafat Perenalisme memandang bahwa situasi di dunia dewasa ini
penuh dengan kekacauan, ketidakpastian terutama dalam hal moral
intelektual dan sosio kultural. Untuk mengatasi kekacau tersebut para
kaum perenialis mengatasinya dengan cara berjalan mundur kebelakang
dengan menggunakan kembali nilai-nilai atau prinsip-prinsip umum yang
telah menjadi pandangan hidup masyarakat kuno. Mereka lebih berorentasi
ke masa lampau dan kurang mementingkatkan tuntutan-tuntutan
masyarakat yang berkembang pada sekarang (Sukmadinata, 2009:8).
Mereka percaya bahwa pandangan tersebut memiliki kualitas yang dapat
dijadikan tuntutan hidup (Sadulloh, 2012:151). Di dalam dunia yang tidak
menentu seperti sekarang ini tidak ada satupun yang lebih bermanfaat
daripada kepastian tujuan pendidikan, serta kestabilan dalam perilaku
pendidik.
22

Dalam pendidikan perenialisme ini lebih menekankan pada humanitas,


pembentukan pribadi, dan sifat-sifat mental. Sedangkan kurikulum
menurut para kaum perenalis harus menekankan pada pertumbuhan
intelektual siswa pada seni dan sains. Untuk menjadi “terpelajar secara
kultur” karena seni dan sains merupakan karya terbaik paling signifikan
yang diciptakan manusia.
3. Esensialisme
Esensialisme berkembang di Amerika Serikat dalam mayarakat
industri. Pendidikan ini lebih mengutamakan sains daripada humnistis.
Mereka lebih pragmatis, pendidikan diarahkan dalam mempersiapkan
gnerasi muda untuk terjun ke dunia kerja. Konsep ini lebih berorientasi
pada masa sekarang dan yang akan datang. Isi pengajaran lebih diarahkan
kepada pembentukam keterampilan dan pengembangan kemampuan
vocational. Para esensial bersifat praktis mengutamakan kerja, mereka
menghargai seni, keindahan dan humanistis sepanjang hal itu mendukung
kehidupan sehari-hari, kehidupan produktif. Tujuan utama pendidikan
menurut para esensialis :
• memperoleh pekerjaan yang lebih baik;
• dapat bekerja sama lebih baik dengan orang dari berbagai
tingkatan/lapisan masyarakat;
• memperoleh pengahasilan lebih banyak. Mereka berfikiran praktis
bahwa pendidikan adalah jalan untuk mencapai sukses dalam
kehidupan, terutama sukses secara ekonomis (Sukmadinata, 2009:9).
Teknologi Pendidikan
Teknologi pendidikan merupakan suatu konsep pendidikan yang
mempunyai persamaan dengan pendidikan klasik tentang peranan pendidikan
dalam menyampaikan informasi. Namun keduanya ini memiliki perbedaan, yakni
dalam teknologi pendidikan lebih mengutamakan pada pembentukan dan
penguasaan kompetensi atau kemampuan-kemampuan praktis, bukan pengawetan
dan pemeliharaan budaya lama. teknologi pendidikan menjadi sumber untuk
pengembangan model kurikulum teknologis, yaitu model kurikulum yang
bertujuan memberikan penguasaan kompetensi bagi para peserta didik, melalui
23

metode pembelajaran individual, media buku atau pun elektronik, sehingga


mereka dapat menguasai keterampilan-keterampilan dasar tertentu.
Selain itu, dalam konsep pendidikan teknologi, isi pendidikan berupa
objek dan keterampilan yang mengarah pada kemampuan vokasional. Isi disusun
dalam bentuk desain pengajaran dan disampaikan dengan menggunakan media
elektronik, dan para peserta didik belajar secara individual. Sehingga pendidik
berfungsi sebagai direktur belajar, lebih banyak pada tugas-tugas pengelolaan
daripada penyampaian dan pendalaman bahan. Teknologi pendidikan menjadi
sumber berkembangnya model kurikulum yakni model kurikulum yang bertujuan
memberikan penguasaan kompetensi bagi peserta didik, sehingga
pembelajarannya menggunakan media pembelajaran individual, media buku
maupun media elektronik.
Kurikulum teknologi pendidikan menekankan kompetensi atau
kemampuan-kemampuanan praktis. Materi disiplin ilmu dipelajari dan termasuk
dalam kurikulum, apabila hal itu mendukung penguasaan kemampuan-
kemampuan tersebut. Dalam kurikulum, materi disiplin ilmu tersebut disusun
terjalin dalam kemampuan. Penyusunan kurikulum dilakukan para ahli dan atau
guru-guru yang mempunyai kemampuan mengembangkan kurikulum. Perangkat
kurikulum cukup lengkap mulai dari struktur dan sebaran mata pelajaran sampai
dengan rincian bahan ajar yang dipelajari siswa, yang tersusun dalam satuan-
satuan bahan ajar. Dalam satuan-satuan bahan ajar tersebut tercakup pula kegiatan
pembelajaran dan bentuk-bentuk serta alat penilaiannya.
Teknologi pendidikan dapat didefinisikan dengan begagai macam
formulasi. Tidak ada satupun fomulasi yang paling benar, karena berbagai
formulasi saling mengisi (Yusufhadi Miarso, 2004: 6). Teknologi pendidikan
merupakan suatu proses yang kompleks dan terintegrasi meliputi manusia, alat,
dan sistem termasuk diantaranya gagasan, prosedur, dan organisasi. Teknologi
pendidikan memakai pendekatan yang sistematis dalam rangka menganalisa dan
memecahkan persoalan proses belajar.teknologi pendidikan merupakan suatu
bidang yang berkepentingan dengan pengembangan secara sistematis berbagai
macam sumber belajar, termasuk di dalamnya pngelolaan dan penggunaan sumber
24

tersebut. Teknologi pendidikan beroperasi dalam seluruh bidang pendidikan


secara rasional berkembang dan berintegrasi dalam berbagai kegiatan pendidikan.
Teknologi pendidikan merupakan spesialisasi lebih lanjut dari ilmu
pendidikan yang terutama berkepentingan dalam mengatasi masalah belajar pada
manusia, dengan memanfaatkan berbagai macam sumber insani dan non-insani
dan menerapkan konsep system dalam usaha pemecahannya itu. Penggarapan
ditopang dengan sejumlah teori, model, konsep, dan prinsip dari bidang dan
disiplin lain seperti ilmu perilaku, ilmu komunikasi, ilmu kerekayasaan,
teori/konsep system, dan lain-lain yang tidak dapat diperinci satu per satu.
Penggarapan ini dilakukan dengan sistematik dan sistemik. Teknologi pendidikan
berusaha menjelaskan, meringkaskan, member orientasi, dan mensistematiskan
gejala, konsep, teori yang saling berkaitan, dan menggabungkannya menjadi satu,
yang merupakan pendekatan isomeristik, yaitu pendekatan yang menekankan pada
perlunya ada daya lipat atau sinergi. Teknologi pendidikan juga berusaha
mengidentifikasi hal-hal yang belum jelas/belum terpecahkan, dan mencari cara-
cara baru yang inovatif sesuai dengan perkembangan budaya dan hasrat manusia
untuk memperbaiki dirinya.
Pendidikan Personal/Pribadi
Teori pendidikan ini bertolak dari asumsi bahwa sejak dilahirkan anak
telah memiliki potensi-potensi tertentu. Pendidikan harus dapat mengembangkan
potensi-potensi yang dimiliki peserta didik dengan bertolak dari kebutuhan dan
minat peserta didik. Dalam hal ini, peserta didik menjadi pelaku utama
pendidikan, sedangkan pendidik hanya menempati posisi kedua, yang lebih
berperan sebagai pembimbing, pendorong, fasilitator dan pelayan peserta didik.
Teori ini memiliki dua aliran :
1. Pendidikan progresif
Progresitivisme adalah gerakan pendidikan yang mengutamakan
penyelenggaraan pendidikan di sekolah berpusat pada anak (child-
centered), sebagai wujud reaksi terhadap pelaksanaan pendidikan yang
masih berpusat pada guru (teacher-centered) atau bahan pelajaran (subject-
centered). Pendidikan progresif dengan tokoh pendahulunya Francis
Parker dan John Dewey yang memandang bahwa peserta didik merupakan
25

satu kesatuan yang utuh. Materi pengajaran berasal dari pengalaman


peserta didik sendiri yang sesuai dengan minat dan kebutuhannya. Ia
merefleksi terhadap masalahmasalah yang muncul dalam kehidupannya.
Berkat refleksinya itu, ia dapat memahami dan menggunakannya bagi
kehidupan. Pendidik lebih merupakan ahli dalam metodologi dan
membantu perkembangan peserta didik sesuai dengan kemampuan dan
kecepatannya masing-masing
2. Pendidikan romantik.
Pendidikan romantik berpangkal dari pemikiran-pemikiran J.J. Rouseau
tentang tabula rasa, yang memandang setiap individu dalam keadaan fitrah,
memiliki nurani kejujuran, kebenaran dan ketulusan yang siap diisi dengan
pengetahuan-pengetahuan.
Teori pendidikan personal menjadi sumber bagi pengembangan model
kurikulum humanis. yaitu suatu model kurikulum yang bertujuan memperluas
kesadaran diri dan mengurangi kerenggangan dan keterasingan dari
lingkungan dan proses aktualisasi diri. Kurikulum humanis merupakan reaksi
atas pendidikan yang lebih menekankan pada aspek intelektual (kurikulum
subjek akademis).
Pendidikan Interaksional
Pendidikan Interaksional yaitu suatu konsep pendidikan yang berttik tolak
dari pemikiran manusia sebagai makhluk sosial yang senantiasa berinteraksi dan
bekerjasama dengan manusia lainnya. Pendidikan Interaksional dikembangkan
berdasarkan pemikiran filsafat pragmatisme dimana masyarakat (manusia) sebagai
pusat. Dalam pendidikan ini tidak hanya menekankan interaksi antara peserta
didik dan pendidik, akan tetapi juga peserta didik dengan materi pembelajaran dan
lingkungan, yaitu antara pemikiran manusia dengan lingkungannya.
Peserta didik mengadakan pemahaman eksperimental dari fakta-fakta yang
ada, memberikan interprestasi yang bersifat menyeluruh serta memahaminya
dalam konteks kehidupan. Filsafat yang melandasinya dalah filsafat
rekonstruksionisme yang merupakan variasi dari progresivisme, yang
menginginkan kondisi manusia pada umumnya harus diperbaiki (Callahan, 1983).
Dengan mengkontruksi kembali kehidupan manusia secara total, dengan
26

merombak tata susunan masyarakat lama dan membangun tata susunan hidup
yang baru melalui lembaga dan proses pendidikan.
Diana Lapp (1975: 195-215) menguraikan pandangan mengenai
pendidikan interaksional berdasarkan identifikasi pendidikan, pendidikan
interaksional bersifat radikal yakni mengacu kepada akar proses pendidikan (apa
dan mengapa), dan pendidikan tersebut bersifat humanistik yakni bahwa manusia
sebagai makhluk sosial yang perkembangan potensinya dipengaruhi oleh
ketergantungan dengan orang lain. Konteksnya adalah masyarakat manusia.
Interaksi yang dimaksud adalah hasil belajar yang diperoleh melalui interaksi
antara guru dan murid, interaksi antara murid dengan content, dan interaksi antara
pikiran siswa dengan kehidupannya. Hasil belajar yang diperoleh melalui interaksi
antara guru dan siswa menurut pandangan interaksional adalah adanya dialog
antara guru dan siswa, belajar ada dalam pertukaran dialog tersebut. Belajar tidak
sekedar mengumpulkan fakta, tetapi lebih kepada pengalaman dalam mengerti
fakta yang diinterpretasikan ke dalam keseluruhan konteks kehidupan.
Interaksi antara siswa dengan content memberi arti bahwa content
mengarahkan siswa untuk mempertanyakan apa (fakta), bagaimana (keterampilan)
dan mengapa (tujuan/arti). Dengan demikian timbul kesadaran diri dan kesadaran
sosial, bagaimana saya dapat memahami dunia saya? atau siapa saya di dunia ini?.
Content merupakan aspek lingkungan siswa. Interaksi antara pikiran siswa dengan
kehidupannya didasarkan pada kebenaran tidak pernah dianggap otentik sebelum
dijalankan dalam kehidupan sehari-hari. Apabila siswa telah mengalaminya,
pengalaman tersebut dikembalikan kepada proses interaksi antara dirinya dengan
pikirannya sehingga siswa memperoleh pandangan baru tentang kehidupan.
2.5 PENELITIAN BIDANG-BIDANG PENDIDIKAN
A. Penelitian Historis (Historical Research)
1. Pengertian Penelitian histories adalah penelitian yang mengaplikasikan
metode pemecahan ilmiah dari perspektif histories suatu masalah. Dapat
diartikan juga sebagai proes pengumpulan dan penafsiran data (berupa benda,
peristiwa, atau tulisan) yang timbul di masa lampau, untuk menemukan
generalisasi yang berguna untuk memahami kenyataan-kenyataan sejarah
27

masa lampau, situasi sekarang, dan meramalkan perkembangan situasi yang


akan datang.
2. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk membuat rekonstruksi masa lampau
secara sistematis dan objektif, dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi,
memverifikasi, dan mensintesiskan bukti-bukti untuk menegakkan fakta dan
memperoleh kesimpulan atau generalisasi yang kuat.
3. Ciri-Ciri Penelitian ini mempunyai ciri-ciri tertentu, diantaranya sebagai
berikut:
a. Data yang dikumpulkan tidak hanya primer (yang diperoleh dari sumber
primer, yaitu hasil observasi, atau wawancara peneliti sendiri) tetapi juga
sekunder (diperoleh dari sumber sekunder, yaitu hasil observasi orang
lain).
b. Untuk menentukan bobot data, dilakukan dua macam kritik, yaitu
1) eksternal: meneliti keaslian atau authenticity data, dan
2) internal: meneliti keakuratan atau kebenaran data. Kritik internal ini
menguji motif, kejujuran dan keterbatasan si penulis yang mungkin
melebih-lebihkan, mengurangi, atua memalsukan data.
4. Jenis-Jenis Terdapat beberapa jenis penelitian historis, diantaranya:
a. Komparatif: meneliti perbandingan antar fenomena yang sejenis.
Contohnya: penelitian tentang sistem hukuman terhadap tindak pidana
yang sejenis di beberapa negara.
b. Bibliografis: penelitian melalui studi dokumenter tentang peristiwa
sejarah, seperti: gagasan atau pemikiran seorang ahli dalam bidang
tertentu; dan proses terbentuknya lembaga-lembaga keamanan atau
hukum.
c. Biografis: penelitian tentang riwayat hidup seseorang sebagai pelaku
sejarah (yang berpengaruh terhadap perubahan kehidupan masyarakat,
baik positif maupun negatif).
5. Langkah-Langkah Untuk melakukan penelitian historis dapat ditempuh
langkah-langkah berikut: a. Merumuskan masalah b. Merumuskan tujuan
penelitian c. Mengumpulkan data (primer dan sekunder) d. Mengevaluasi data
(dengan menggunakan kritik eksternal dan internal) e. Membuat generalisasi
28

B. Penelitian Deskriptif
1. Pengertian Penelitian deskriptif dapat diartikan sebagai penelitian yang
memusatkan perhatiannya terhadap masalah-masalah aktual melalui proses
pengumpulan, penyusunan atau pengklasifikasikan, pengolahan, dan
penafsiran data.
2. Ciri-Ciri a. Memusatkan diri pada pemecahan masalah yang aktual, masa
sekarang, atau yang sedang terjadi. b. Data yang terkumpul kemudian disusun,
dianalisis, dan ditafsirkan.
3. Tujuan
a. Mengidentifikasi masalah yang sedang terjadi
b. Menemukan informasi faktual
c. Membuat komparasi atau evaluasi
d. Mengetahui apa yang dikerjakan orang lain dalam menangani masalah
atau situasi yang sama, agar dapat belajar untuk kepentingan pembuatan
rencana dan pengambilan keputusan di masa depan.
4. Jenis-Jenis
a. Survey Survey
merupakan cara pengumpulan data atau informasi dari sejumlah unit atau
individu yang cukup besar dalam jangka waktu bersamaan. Masalah atau
bidang yang sering diteliti dengan survey adalah bidang kemasyarakatan
(survey sosial), bidang pendidikan (survey pendidikan), bidang perusahaan
(survey pasaran dan produksi), bidang komunikasi (survey pendapat
umum), bidang politik (survey kepartaian dan pemilihan umum), dan
bidang kesehatan (survey kesehatan). Teknik pengumpulan data yang
sering digunakan dalam metode survey adalah angket dan wawancara.
b. Studi Kasus Penelitian
memusatkan perhatiannya pada suatu kasus secara intensif dan mendetail.
Subjek yang diteliti terdiri dari satu unit atau satu kesatuan unit - (seorang,
satu keluarga, satu daerah, satu lembaga, satu kelompok, satu peristiwa,
dan hal-hal lain yang dipandang sebagai satu kesatuan). Karena data yang
dikumpulkan bersifat multi aspek, maka teknik pengumpul data yang
digunakan bisa beragam, seperti wawancara, observasi, studi dokumentasi,
29

dan autobiografi (apabila kasusnya seseorang atau sekelompok kecil


orang).
c. Studi Komparatif
Penelitian ini berusaha mengkaji atau memahami gambaran tentang suatu
gejala dari gua kelompok atau dua tempat tertentu. Contohnya
membandingkan faktor penyebab timbulnya kejahatan (kriminalitas)
antara satu kota dengan kota lainnya. Teknik pengumpulan data yang
dapat digunakan dalam penelitian ini adalah angket, wawancara, dan studi
dokumentasi.
C. Penelitian Eksperimen
Pengertian Penelitian eksperimen bertujuan untuk mengetahui pengaruh
suatu variabel terhadap variabel lainnya, atau untuk mengetahui hubungan sebab
akibat dengan cara mengenakan suatu kondisi perlakuan (treatment) terhadap
kelompok eksperimen dan membandingkan hasilnya dengan kelompok kontrol
yang tidak diberikan perlakuan. Metode ini mencoba untuk mengontrol situasi
penelitian tentang sebab-sebab terjadinya perubahan berdasarkan rancangan
penelitian yang telah ditentukan. Dalam metode ini dibandingkan dua kelompok,
yaitu eksperimen dan kontrol. Oleh karena itu disebut juga Control Group-
Experimental Group Design. Kedua kelompok ini diseleksi secara random, dan
keduanya memiliki karakteristik, nilai, status, dan identitas yang secara teoritis
relatif sama atau identik.
D. Pendidikan Teoritis
Penelitian yang diarahkan pada kajian bidang pendidikan teoritis ini, antara
lain meliputi:
1) Kajian filosofis tentang pendididikan: idealisme, realisme, pragmatisme,
ekssistensialisme.
2) Pendidikan dalam orientasi: tranmisi, transaksi, dan tranformasi.
3) Konsep-konsep pendidikan, perenialisme, esensialisme, romantisme,
progresivisme, teknologi pendidikan dan pendidikan pribadi.
E. Pendidikan Praktis
Penelitian pendidikan yang diarahkan pada kajian bidang pendidikan praktis
dapat dikelompokkan berdasarkan: lingkungan dan kelompok usia, jenjang,
30

bidang studi, dan berdasarkan jenis pendidikan. Pengelompokan bidang


pendidikan praktis tersebut, sebagai berikut:
1) Berdasarkan lingkungan dan kelompok usia, yang meliputi:
(1) Pendidikan dalam keluarga (pendidikan informal);
(2) Pendidikan dalam masyarakat (pendidikan nonformal);
(3) Pendidikan di sekolah (pendidikan formal);
(4) Pendidikan usia dini (termasuk pendidikan prasekolah,
contohnya: Taman-Kanak-Kanak (TK), Kelompok Bermain atau play
group, Taman Bacaan Al-Qur’an (TPAQ), Tempat Penitipan Anak (TPA)
dan sejenisnya, serta
(5) Pendidikan orang dewasa (Adult Education) dan lain-lainnya.
2) Berdasarkan jenjang, terdiri dari:
(1) Pendidikan jenjang sekolah dasar,
(2) Pendidikan jenjang sekolah menengah, dan
(3) Pendidikan jenjang perguruan tinggi. Penelitian Pendidikan SD 2 - 5
3) Berdasarkan Bidang Studi, meliputi:
(1) Pendidikan agama,
(2) Pendidikan bahasa,
(3) Pendidikan sosial,
(4) Pendidikan kewarganegaraan,
(5) Pendidikan matematika,
(6) Pendidikan sains,
(7) Pendidikan olah raga,
(8) Pendidikan kesehatan,
(9) Pendidikan seni,
(10) Pendidikan teknologi,
(11) Pendidikan keterampilan,
(12) Pendidikan berdasarkan jenis,
(13) Pendidikan umum,
(14) Pendidikan kejuruan,
(15) Pendidikan khusus, dan
(16) Pendidikan luar biasa.
31

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bidang pendidikan termasuk rumpun ilmu perilaku, suatu rumpun ilmu yang
mengkaji aktivitas manusia. Lingkup kajian aktivitas manusia sangatlah luas,
mencakup aktivitas manusia sebagai individu atau kelompok, sebagai kesatuan
etnis, bangsa, atau ras, dalam lingkup geografis, administratif atau sosial-
budaya, dalam satuan organisasi, institusi, pemerintahan, berkenaan dengan
kegiatan ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pendidikan, keamanan,
keagamaan, kesejahteraan masyarakat, dll.
32

Dalam dunia pendidikan tentu kita harus menegenal kurikulum, bagaimana


cara mendidik, komponen apa saja yang ada dalam proses pendidikan.
Itu dimaksudkan agar kita bisa paham dan mengerti bagaimana mengahadapi
pendidikan masa kini. Dalam pendidikan terdapat 7 komponen : tujuan
pendidikan; peserta didik; pendidik; alat dan fasilitas pendidikan; metode
pendidikan; isi pendidikan; dan lingkungan pendidikan. Dalam landasan
dijelaskan bagaiman fungsi pendidikan. Kurikulum dan manjemen pendidikan
menjelaskan bagaimana kurikulum berfungsi dalam pendidikan.
B. Saran
Sebelum melakukan penelitian pendidikan, terlebih dahulu harus mengetahui
segala hal mengenai pendidikan, baik komponen, kurikulum, manajemen
pendidikan, cara mendidik, dan lain sebagainya.
Semoga makalah ini dapat diterima dan bermanfaat bagi yang membaca
khusunya bagi kami dan khalayak ramai umumnya. Dan semoga dapat
menambah wawasan bagi pembaca.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. 2007. Ilmu Pendidikan. Jakarta
Hasbullah. 2009. Dasar-dasar ilmu pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.
Khalisa, Maudy. 2019. Pengertian landasan pendidikan,macam-macam landasan
pendidikan, dan fungsi landasan Pendidikan. Diakses secara online
https://aqillamaudy.wordpress.com/2019/03/22/pengertian-landasan-
pendidikanmacam-macam-landasan-pendidikan-dan-fungsi-landasan-
pendidikan/
Nasution, S. 1995. Asas-asas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara. .(2012).
Manajemen Kurikulum .[Online]. diakses dari :
33

http://pribadimam.blogspot.com/2012/10/manajemen-kurikulum_6.html?
m=1
Pridarta, Made Prof Dr. 2009. Landasan pendidikan: stimulasi ilmu pendidikan
bercorak Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta
Teks.Co.Id (Situs Ilmu Pengetahuan). 2020. Landasan Pendidikan. Diakses secara
online https://teks.co.id/landasan
pendidikan/#Landasan_Psikologis_Pendidikan
Tirtarahardja. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta
Sudrajat, A. Teori Pendidikan dan Kurikulum. [Online]. Diakses dari
https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/31/teori-pendidikan-dan-
kurikulum/
Yulianti, Aliffia. (2012). Komponen-komponen Pendidikan. [Online]. Diakses dari
https://www.academia.edu/9337895/KOMPONEN_KOMPONEN_PENDIDI
KAN
-. -. Ruang Lingkup dan Jenis Penelitian. [Online]. Diakses dari
https://lmsspada.kemdikbud.go.id/pluginfile.php/91514/mod_resource/content/
2/1.%20ruang%20lingkup%20dan%20jenis%20penelitian.pdf
-. -. Teori Pendidikan. [Online]. Diakses dari http://sinautp.weebly.com/teori-
pendidikan.html

Anda mungkin juga menyukai