Anda di halaman 1dari 9

Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri

Terbimbing Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa


Materi Pokok Asam Basa

Isnaini Rahmadhani1, Mohamad Agung Rokhimawan1, Setia


Rahmawan1
1
Program Studi Pendidikan Kimia, FITK, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta

Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing
terhadap hasil belajar kimia siswa materi pokok asam basa pada siswa kelas XI MIPA SMAN 1
Bambanglipuro tahun ajaran 2020/2021. Desain penelitian ini adalah quasi eksperimental
design dengan rancangan posttest only control group design. Populasi dalam penelitian ini
adalah siswa kelas XI MIPA SMAN 1 Bambanglipuro. Teknik pengambilan sampel yang
digunakan adalah random sampling. Sampel yang terpilih yaitu 3 orang siswa perempuan
kelas XI MIPA 1 sebagai kelas eksperimen dan 2 orang siswa laki-laki kelas XI MIPA 2 sebagai
kelas kontrol. Pada kelas eksperimen diberi perlakuan dengan menggunakan model
pembelajaran inkuiri terbimbing sedangkan pada kelas kontrol diberi perlakuan dengan
menggunakan model pembelajaran konvensional atau ceramah. Pengumpulan data
menggunakan tes hasil belajar dalam bentuk soal pilihan ganda.
Kata kunci: Inkuiri terbimbing, hasil belajar, dan asam basa

1. Pendahuluan
Keberhasilan belajar siswa dapat dilihat dari hasil Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) (Sutarno & Mukhidin, 2015). Namun menurut penelitian, keberhasilan suatu
pendidikan juga dapat dilihat dari hasil belajar siswa. Hasil belajar adalah proses
belajar dengan tujuan pendidikan dan menjadi acuan dalam perubahan perilaku yang
terjadi. Hasil belajar perlu dinilai untuk mengetahui tingkat pemahaman dan
kemampuan siswa saat belajar. Hasil belajar adalah perubahan pengetahuan,
perilaku, dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah melakukan proses
pembelajaran dan dinilai baik secara formal maupun numerik (Flora Siagian, 2015).
Hasil belajar kimia siswa di beberapa sekolah masih rendah, jauh di bawah Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) (Engel, 2014), seperti di SMA Negeri 1 Bambanglipuro.
Menurut pengamatan dari peneliti, rata-rata nilai semua siswa kelas XI masih di
bawah KKM.

Menurut Slameto (2003), faktor penyebab yang mempengaruhi pembelajaran


adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal mengacu pada faktor yang
ada di dalam diri siswa, dan faktor eksternal mengacu pada faktor yang ada di luar diri
siswa. Sedangkan menurut Suryabrata (2012), faktor yang menyebabkan turunnya
hasil belajar adalah faktor internal yaitu faktor fisiologis dan psikologis, dan faktor
eksternal yaitu faktor sosial dan non sosial. Siswa dapat belajar dengan baik jika
faktor psikologis, kebugaran jasmani dan kesehatan bertahan, tetapi faktor
psikologis adalah faktor psikologis, tetapi jika motivasi, minat, bakat, dan
kemampuan kognitif yang baik bertahan, siswa unggul di sekolah. Faktor sosial yang
dimaksud disini adalah faktor manusia (orang sekitar) seperti teman terdidik, media
massa dan aktivitas mahasiswa di masyarakat. Faktor non-sosial meliputi kondisi
cuaca, udara, lokasi lokasi survei, dan sumber belajar yang dirancang untuk saling
mendukung. Menurut Abdurrahman (2012), salah satu penyebab siswa kurang atau
tidak memahami konsep kimia adalah metode pembelajaran yang digunakan oleh
guru. Dapat disimpulkan bahwa semua faktor yang dijelaskan tadi benar, namun
menurut penelitian bahwa faktor lain yang juga bisa menurunkan hasil belajar siswa
adalah siswa tidak tertarik dengan pelajaran kimia. Hal ini disebabkan adanya
anggapan bahwa kimia merupakan salah satu mata pelajaran yang paling sulit dan
menakutkan dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya.

Salah satu materi kimia yang dipelajari dan dirasa sulit oleh siswa SMA adalah
materi asam basa. Materi asam basa secara konseptual memiliki sifat padat yang
memerlukan pemahaman yang komprehensif dengan bahan kimia lainnya (Sheppard,
2006). Asam basa adalah konsep dasar dalam kimia, karena sebagian besar reaksi
kimia adalah reaksi asam basa (Cetingul & Geban, 2005). Asam dan basa diajarkan
dengan cara yang berbeda di berbagai tingkat pendidikan, tetapi materi asam-basa
merupakan tema penting dalam kurikulum kimia di seluruh tingkat pendidikan
(Furqani et al., 2018). Senyawa asam basa banyak terdapat di lingkungan dan
digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, siswa harus terbiasa dengan
konsep asam basa yang diajarkan di sekolah. Adapun kesulitan dalam memahami ilmu
kimia menurut saya, yaitu kesulitan angka dan kesulitan dalam memahami konsep
kimia. Kesan sulit yang terjadi karena sebagian besar konsep-konsep kimia bersifat
abstrak dan kompleks, sehingga membutuhkan pemahaman yang mendalam dalam
mempelajarinya.

Berdasarkan uraian masalah di atas, perlu dilakukan upaya untuk menemukan dan
menemukan model pembelajaran kimia yang dapat memotivasi siswa untuk
berpartisipasi lebih aktif dalam pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang
dapat memotivasi siswa untuk berpartisipasi lebih aktif dalam pembelajaran adalah
model pembelajaran inkuiri terbimbing. Pembelajaran inkuiri terbimbing adalah
model pembelajaran dimana guru memberikan instruksi atau bimbingan yang
komprehensif kepada siswa (Fathurrohman, 2015). Model guided query merupakan
salah satu model pembelajaran yang dikembangkan untuk mengajarkan konsep dan
keterkaitannya (Puspaningtyas, 2017). Pembelajaran berbasis inkuiri bertujuan untuk
mengajarkan siswa proses menyelidiki dan menafsirkan peristiwa (Ramandha, 2018).
Proses bertanya terbimbing yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengembangkan prosedur, menganalisis hasil, dan menarik kesimpulan mereka
sendiri. Guru hanya berperan sebagai fasilitator dalam mendefinisikan topik,
pertanyaan, dan suplemen (Sugiarti, 2018). Dalam hal ini, siswa dapat berpartisipasi
aktif dalam proses pembelajaran. Karena siswalah yang paling banyak
mengerjakannya. Menurut saya, bisa disimpulkan kalau model pembelajaran inkuiri
terbimbing adalah model pembelajaran yang aktif melaksanakan eksperimen dan
ditetapkan oleh guru sehingga siswa berfungsi aktif dalam tiap aktivitas eksperimen.
Partisipasi aktif dalam aktivitas pembelajaran serta pendidikan oleh siswa bisa
meningkatkan hasil belajarnya.

Berdasarkan pada pernyataan di atas, peneliti tertarik membuat dan


melaksanakan penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Pendidikan Inkuiri
Terbimbing Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Materi Pokok Asam Basa”.

2. Metode

Menurut (Sugiyono, 2006) bahwa secara umum metode penelitian diartikan


sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa metode penelitian adalah suatu prosedur
atau cara untuk mengetahui sesuatu langkah-langkah sistematis untuk mendapatkan
fakta-fakta atau prinsip-prinsip baru yang bertujuan untuk mendapatkan pengertian
atau hal-hal baru dan menaikkan tingkat ilmu serta teknologi. Pendekatan yang
peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Metode kualitatif
adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-
kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Adapun alasan
kenapa dipilih metode kualitatif adalah, karena masalah penelitian ini masih belum
jelas atau atau belum ada data yang cocok tentang masalah yang akan diteliti. Oleh
karena itu peneliti terjun langsung ke lapangan untuk melakukan eksplorasi terhadap
objek penelitian.

Penelitian ini dilakukan di SMAN 1 Bambanglipuro. Alasan pemilihan sekolah ini


karena SMAN 1 Bambanglipuro merupakan Sekolah Menegah Atas yang berada di
Kabupaten Bantul, selain itu juga lokasi yang strategis, sehingga tidak menyulitkan
peneliti. Populasinya adalah beberapa siswa kelas XI MIPA 1 dan XI MIPA 2 SMAN 1
Bambanglipuro. Populasi bukan hanya orang, tetapi juga objek dan benda-benda
alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada objek/subjek yang
dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik yang dimiliki oleh subjek atau objek itu
(Sugiyono, 2011). Alasan peneliti memilih populasi kelas XI MIPA 1 dan XI MIPA 2
karena pembelajaran kimia siswa kelas XI MIPA 1 dan XI MIPA 2 sudah menggunakan
model pembelajaran inkuiri terbimbing sehingga data yang diperoleh peneliti akan
lebih akurat. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin untuk meneliti
semua yang ada dalam populasi karena adanya keterbatasan tertentu, maka peneliti
dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Sampel pada penelitian ini
adalah beberapa siswa kelas XI MIPA 1 berjumlah 3 orang siswa perempuan selaku
kelompok eksperimen serta beberapa siswa XI MIPA 2 berjumlah 2 orang siswa laki-
laki selaku kelompok kontrol. Alasan mengapa sampel yang diambil adalah kelas XI
karena siswa kelas XI penalaran dan pemahamannya sudah mulai baik, mereka juga
bisa melakukan kerjasama dengan baik. Teknik pengambilan sampel (sampling) yang
digunakan pada penelitian ini yaitu teknik random sampling. Random sampling
adalah teknik penentuan sampel dengan pengambilan secara acak (Sugiyono, 2012).
Menurut Sutrisno Hadi (2004) random sampling adalah pengambilan sampel secara
random atau tidak pandang bulu. Di dalam random sampling, semua individu baik
secara sendiri-sendiri atau bersama-sama diberi kesempatan yang sama untuk dipilih
menjadi anggota sampel penelitian. Teknik ini digunakan karena peneliti
menggunakan dua kelas yaitu satu sebagai kelas kontrol dan satu sebagai kelas
eksperimen. Jenis penelitian yang digunakan adalah quasi experimental design
(Sugiyono, 2014). Stouffer (1950) dan Campbell (1957) merumuskankan eksperimen
kuasi (quasiexperiment) sebagai eksperimen yang memiliki perlakuan, pengukuran
dampak, unit eksperimen, namun tidak menggunakan penugasan acak untuk
menciptakan pembandingan dalam rangka menyimpulkan perubahan yang
disebabkan perlakuan. Alasan mengapa menggunakan teknik random sampling
karena mudah diterapkan untuk populasi kecil. Desain penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu posttest only control design. Langkah-langkah yang
dilakukan dalam penelitian eksperimen sesuai dengan rancangan Posttest-Only
Control Design adalah sebagai berikut: (1) Melakukan observasi awal ke sekolah yang
dituju untuk mengetahui masalah yang ada sehingga bisa merumuskan tujuan
penelitian; (2) Menentukan populasi; (3) Menentukan sampel; (4) Memberikan
perlakuan (treatment); (5) Melaksanakan tes akhir (posttest); (6) Menyusun data
hasil posttes; (7) Mengolah data; (8) Menganalisis data; dan (9) Menarik kesimpulan.
Alasan mengapa peneliti menggunakan desain “posttest only control design” karena
peneliti mengalami hambatan dan keterbatasan, baik itu dalam penentuan sampel,
lokasi penelitian dan keterbatasan waktu yang peneliti miliki.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan tes
hasil belajar. Suharsimi Arikunto (2006), tes hasil belajar berupa serentetan
pertanyaan yang digunakan untuk mengukur tingkat penguasaan siswa terhadap
materi yang dilihat dari hasil belajar kognitif. Guna mengetahui kemajuan hasil belajar
siswa dan seberapa besar pemahaman setiap siswa terhadap materi yang sedang
diajarkan. Tes hasil belajar adalah tes yang digunakan untuk menilai hasil-hasil belajar
yang telah diberikan oleh guru kepada siswanya dalam jangka waktu tertentu. Tes
hasil belajar dapat digunakan untuk menilai kemajuan belajar dan mencari masalah-
masalah dalam belajar. Tes hasil belajar pada penelitian ini adalah post-test. Post-test
digunakan untuk uji akhir eksperimen dengan tujuan untuk mendapatkan nilai sampel
pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen setelah diberi perlakuan berupa
tidak digunakannya model pembelajaran inkuiri terbimbing atau pembelajaran
ceramah untuk kelompok kontrol dan model pembelajaran inkuiri terbimbing untuk
kelompok eksperimen.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing
pada kelas eksperimen dan model pembelajaran konvensional pada kelas kontrol,
sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar kognitif siswa pada materi asam
basa. Suharsimi Arikunto (2002) menyebutkan bahwa instrumen adalah alat atau
fasilitas yang digunakan dalam waktu penelitian dengan menggunakan sesuatu
metode. Kegunaan instrumen ini agar lebih mudah dalam penelitian dan hasilnya
lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah
dikelola. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes. Pada penelitian
ini digunakan tes soal prestasi untuk mengungkap data prestasi belajar. Tes hasil
belajar yang digunakan peneliti adalah tes tertulis dalam bentuk pilihan ganda
dengan empat alternatif jawaban yaitu a, b, c, dan d. Dari empat alternatif jawaban
itu hanya ada satu jawaban yang benar. Skor dari tes ini digunakan sebagai ukuran
kemampuan siswa. Tes prestasi belajar dilakukan satu kali. Adapun tes prestasi
belajar ini terdiri dari 10 soal, bentuk tes pilihan ganda dengan 3 option dengan 1
jawaban yang benar dan 3 pengecoh. Tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan
siswa serta prestasi atau pencapaian belajar siswa. Metode ini digunakan untuk
mendapatkan data tentang tingkat hasil belajar asam basa siswa kelas XI.

Tabel 1. Kisi-kisi instrumen posttest


No Kompetensi dasar Indikator Butir soal Kunci jawaban
1 3.10 menjelaskan Menyebutkan Menurut teori Arrhenius, asam B
konsep asam basa pengertian asam adalah suatu spesies kimia yang
serta kekuatan basa menurut ketika dilarutkan dalam air akan...
dan teori Arrhenius A. melepaskan ion OH-
kesetimbangan B. melepaskan ion H+
pengionannya C. menerima ion OH-
dalam larutan D. menerima ion H+

2 Menyebutkan Menurut teori Bronsted-Lowry, A


pengertian asam basa adalah suatu spesies kimia
basa menurut (Molekul atau ion) yang dapat...dari
teori Bronsted- spesies kimia yang lain.
Lowry A. menerima proton
B. melepas electron
C. melepas proton
D. menerima elektron

3 Menentukan Menurut konsep asam basa B


asam basa Bronsted-Lowry dalam reaksi :
menurut NH3 (g) + H2O (l) = NH4+ (aq) + OH- (aq)
Bronsted-Lowry Dapat ditarik kesimpulan bahwa
A. NH3 dan H2O adalah pasangan
asam basa konjugasi
B. H2O adalah asam karena dapat
mendonorkan sebuah proton
C. NH4+ adalah basa konjugasi
karena menerima proton
D. NH3 adalah basa karena
mendonorkan sebuah proton

4 Menyebutkan Menurut teori Lewis, asam adalah D


pengertian asam suatu senyawa yang mampu...dari
basa menurut senyawa lain.
teori Lewis A. menerima pasangan proton
B. mendonorkan pasangan proton
C. mendonorkan pasangan elektron
D. menerima pasangan elektron

5 Menjelaskan Suatu basa dapat dikatakan kuat B


konsep asam jika dalam bentuk larutannya...
basa kuat dan A. terionisasi sebagian
asam basa lemah B. terionisasi sempurna
C. tidak terionisasi
D. tidak mengalami protonasi
sempurna

6 Menghitung [H+] Larutan H2SO4 0,025 M mempunyai D


atau [OH-] dari [H+] sebesar...
suatu larutan A. 0,015 M
asam basa B. 0,025 M
C. 0,02 M
D. 0,05 M

7 Menentukan Perhatikan data di bawah ini C


contoh asam 1) Fe(OH)3, NH3, dan KOH
basa kuat dan 2) C6H5NH2, NH2OH, FE(OH)3
asam basa lemah 3) NH3, NH2OH, Al(OH)3
4) NaOH, NH2OH, dan NH3
Yang merupakan basa lemah
adalah...
A. 1 dan 3
B. 1 dan 4
C. 2 dan 3
D. 2 dan 4

8 Perhatikan data di bawah ini D


1) HF, HClO4, dan H2CO3
2) CH3COOH, HCN, dan H2PO4
3) H2PO4, HBr, dan HNO2
4) H2C2O4, H2S, dan H2SO3
Yang merupakan asam lemah
adalah...
A. 1 dan 3
B. 1 dan 4
C. 2 dan 3
D. 2 dan 4

9 Menghitung Derajat ionisasi larutan HCN 4 x 10-4 D


derajat ionisasi M yang mempunyai nilai Ka sebesar
darin suatu 1 x 10-10 adalah...
larutan asam A. 1
atau basa B. 0,5
C. 0,05
D. 0,0005

10 Menghitung pH Larutan H2SO4 0,015 M sebanyak C


asam basa kuat 100 mL memiliki pH sebesar...
A. 2 + log 1
B. 2 - log 1
C. 2 - log 3
D. 2 + log 3

Efektivitas atau pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat dapat
dilihat dari perbedaan skor post-test kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Pada penelitian ini, perlakuan yang peneliti berikan pada kelas eksperimen berupa
penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing, sedangkan pada kelas kontrol
menggunakan model konvensional (ceramah). Kemudian setelah perlakukan selesai
diberikan, dilakukan pengukuran terhadap kedua kelompok. Apabila skor pada
kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan skor kelompok kontrol,
maka dapat disimpulkan bahwa perlakuan yang diberikan mempunyai pengaruh atau
efektif terhadap perubahan yang terjadi pada variabel terikat (Sugiyono, 2011).

3. Hasil Dan Pembahasan


In this section (written in Candara, Font Size 13, Normal) you’ll present your actual
results and discussion, supported by schemes, figures, graphs, tables, reactions and
equations. These items should be numbered clearly.
4. Kesimpulan
The conclusion must answer the purpose of the study or hypothesis. The
conclusions should reflect the innovation or repair of the existing science today.
Write the conclusion briefly and clearly. Do not discuss again at the conclusion.

Daftar Pustaka
Abdurrahman, M. (2012).Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Cetingul, P. İ., & Geban, Ö. (2005). Understanding of Acid-Base Concept By Using Conceptual
Change Approach. H. U. Journal of Education, 29, 69–74.

Engel. (2014). 済無No Title No Title No Title. Paper Knowledge . Toward a Media History of
Documents, 1.

Fathurrohman, M. 2015. Model-model pembelajaran inovatif.Yogyakarta: ArRuzzMedia.

Flora Siagian, R. E. (2015). Pengaruh Minat dan Kebiasaan Belajar Siswa terhadap Prestasi
Belajar Matematika. Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA, 2(2), 122–131.
https://doi.org/10.30998/formatif.v2i2.93

Furqani, D., Feranie, S., & Winarno, N. (2018). The Effect of Predict-Observe-Explain (POE)
Strategy on Students’ Conceptual Mastery and Critical Thinking in Learning Vibration
and Wave. Journal of Science Learning, 2(1), 1. https://doi.org/10.17509/jsl.v2i1.12879

Puspaningtyas, K. (2017). Pengaruh Penerapan Model Inkuiri Terbimbing Terhadap


Kemampuan Analisis Dan Keterampilan Proses Sains. Indonesian Journal of Science and
Education, 1(1), 8–16.

Ramandha, M. E. P., Andayani, Y., & Hadisaputra, S. 2018, October. An analysis of critical
thinking skills among students studying chemistry using guided inquiry models. In AIP
Conference Proceedings (Vol. 2021, No. 1, p. 080007). AIP Publishing.

Sheppard, K. (2006). High school students’ understanding of titrations and related acid-base
phenomena. Chemistry Education Research and Practice, 7(1), 32–45.
https://doi.org/10.1039/B5RP90014J

Slameto,. 2003. Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta. PT Rineka Cipta.

Stouffer, A S, L Guttman , E A Suchman, P F Lazarsfeld, S A Star, and J A Clausen.


Measurement and Prediction, 1950

Sugiarti. (2018). Penilaian Psikomotor Siswa pada Pembelajaran Fisika Melalui Model
Pembelajaran Guided Inquiry. Journal of Physics and Science Learning, 2(1), 78–84.
Sugiyono. (2006). Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif
dan R&D, Alfabeta : Bandung, 2006, hal. 3. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D, 22–29.

Sugiono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). CV. Alfabeta, Bandung, 630
hlm

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta

Suharsimi Arikunto. (2002). Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek). Jakarta: Rineka
Cipta.

Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.

Suryabrata, Sumadi. (2014). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

Sutarno, E., & Mukhidin. (2015). Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Multimedia
Interaktif Pengukuran Untuk Meningkatkan Hasil Dan Kemandirian Belajar Siswa Smp Di
Kota Bandung. Jurnal Pendidikan Teknologi Dan Kejuruan, 21(3), 1–1.

Sutrisno Hadi, Metodologi Research 2, Andi Offset, Yogyakarta, 2004

Anda mungkin juga menyukai