Anda di halaman 1dari 9

ALOTROP, Jurnal Pendidikan dan Ilmu Kimia, 6(1): 1-9 (2022) p-ISSN 2252-8075

e-ISSN 2615-2819

PENGEMBANGAN E-MODULE BERBASIS KNOWLEDGE BUILDING


ENVIRONMENT MENGGUNAKAN METODE 4S TMD
PADA POKOK BAHASAN LAJU REAKSI
(Research and Development)
Diska Verasanti*1, Sura Menda Ginting2, Dewi Handayani3
1,2,3
Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP
*Email : diskaverasanti7@gmail.com

ABSTRACT
This research was a development research which aim to know characteristic, eligibility and students’ response toward the
developed e-module. The method used inthis research and the development process was DDE(design, development and
evaluation), during the developing stage e-module the method that been used was 4S TMD which limited to structuring stage.
Knowledge Building Environment (KBE) based E-module that has developed contained the values of attention, curiosity,
appreciating health and environment.The feasibility level of the e-module in terms of media and material meets the very feasible
criteria, with a percentage of 95.38% and 89.24%, respectively, so that it can be used in the learning process. TA very good
response of the students to the developed e-module was reflected in 86.15% percentage. Therefore, the KBE-based e-module that
was developed can be used as learning material and teaching material in schools.
Keywords: E-module, Knowledge Building Environment, 4S TMD, Reaction Rate (chemical).

ABSTRAK
Penelitian ini merupakan jenis penelitian development research yang bertujuan untuk mengetahui karakteristik, kelayakan dan
respon peserta didik terhadap e-module yang dikembangkan. Metode penelitian dan pengembangan yang digunakan yaitu DDE
(design, development and evaluation), pada tahap pengembangan e-module digunakan metode 4S TMD yang dibatasi sampai
tahap strukturisasi. E-module berbasis Knowledge Building Environment (KBE) yang dikembangkan mengandung nilai-nilai
perhatian, keingintahuan, menghargai kesehatan, dan menghargai lingkungan. Tingkat kelayakan e-module yang ditinjau dari segi
media dan materi memenuhi kriteria sangat layak, dengan persentase masing-masing yaitu 95,38% dan 89,24% sehingga dapat
digunakan dalam proses pembelajaran. Adapun respon siswa terhadap e-module yang dikembangkan juga sangat baik dengan
persentase sebesar 86,15%. Oleh karena itu e-module berbasis KBE yang dikembangkan dapat digunakan sebagai bahan belajar
dan bahan mengajar di sekolah.
Kata Kunci: E-module, Knowledge Building Environment, 4S TMD, Laju Reaksi.

PENDAHULUAN penyajiannya dalam bentuk elektronik yang


Bahan ajar merupakan salah satu kemudian disebut dengan istiah modul elektronik
komponen utama dalam proses pembelajaran yang atau e-module yang dapat dikembangkan dengan
dapat mendukung tercapainya tujuan memanfaatkan software pendukung, diantaranya
pembelajaran lndonesia [1]. Photoshop dan Flipping Book [4]
Diantara karakteristik bahan ajar yang baik E-module merupakan sebuah bentuk
yaitu substansi materi hasil akumulasi dari standar penyajian bahan belajar mandiri yang didalamnya
kompetensi atau kompetensi dasar yang tertuang terdapat gambar, audio dan video sehingga bisa
pada kurikulum, mudah dipahami, dan mudah digunakan dimana saja dan lebih praktis untuk
dibaca [2]. dibawa kemana saja. Selain bersifat fleksibel,
Salah satu bentuk bahan ajar yang bisa kelebihan e-module lainnya yaitu mampu
dikembangkan oleh guru dan bisa dijadikan bahan menampilkan hal-hal tertentu yang tidak dapat
belajar oleh siswa yaitu modul karena dikemas diamati secara langsung oleh mata, khususnya
secara utuh sehingga dapat digunakan oleh siswa dalam ilmu kimia [5].
sebagai bahan belajar mandiri, dan mampu Ilmu kimia merupakan salah satu cabang
mengakomodasi kecepatan belajar masing-masing Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang kerap
siswa [3]. dianggap sulit oleh kebanyakan siswa, karena
Seiring dengan berkembanganya teknologi bersifat abstrak.
dan informasi, modul bisa ditransformasikan
1
ALOTROP, Jurnal Pendidikan dan Ilmu Kimia, 6(1): 1-9 (2022) p-ISSN 2252-8075
e-ISSN 2615-2819

Berdasarkan karakteristik tersebut, ilmu dengan ketersedian bahan ajar yang mudah
kimia akan mudah dipahami oleh siswa apabila diakses.
mampu direpresentasikan kedalam tiga level Pemerintah menyediakan bahan ajar e-
representasi atau biasa dikenal dengan istilah bookyang sama persis dengan buku teks.
multiple representasi, yang meliputi level Perbedaannya hanya terletak pada bentuk
makroskopik, level submikroskopik dan level formatnya saja, yaitu pdf. Padahal akan lebih baik
simbolik [6]. jika kemajuan teknologi dapat dioptimalkan dalam
Interkoneksi dari ketiga level representasi pembuatan bahan ajar.
terbukti mampu dapat meningkatkan pemahaman Oleh karena itu pengembangan bahan ajar
konsep siswa [7]. Dalam pembelajaran kimia, dengan mempertimbangkan beberapa hal yang
level submikroskopik hanya dapat didekati secara telah diuraikan sebelumnya penting untuk
visual, sehingga karena itu peran e-module dilakukan.
sangatlah penting [8]. Anwar memperkenalkan suatu metode
Salah satu materi kimia yang pengembangan bahan ajar dengan tahap
membutuhkan penjelasan secara multiple pengembangan yang jelas dan terperinci [12].
representasi yaitu laju reaksi [9]. Level yang dikembangkan dinamakan 4S TMD atau
submikroskopik digunakan untuk mempelajari Four Steps Teaching Material Development.
faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi, Metode pengembangan ini mempunyai
level simbolik digunakan untuk menghitung empat tahapan dalam pengembangan bahan ajar
harga-harga pada konstanta dan ordenya, dan level yaitu tahap seleksi, strukturisasi, karakterisasi dan
makroskopik pada aplikasi fenomena alam. reduksi didaktik. Dengan adanya tahapan yang
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru jelas dan terperinci ini maka akan semakin luas
SMA Negeri 3 Bengkulu tengah, siswa kesulitan potensi ketersediaan bahan ajar yang dapat
dalam mempelajari materi laju reaksi. Data digunakan sebagai bahan mengajar oleh guru serta
menunjukkan terdapat 53% siswa kelas XI MIPA bahan belajar oleh siswa. Oleh karena itu metode
SMA Negeri 3 Bengkulu Tengah Tahun Ajaran yang tepat dalam pengembangan bahan ajar salah
2020/2021 yang belum mencapai KKM pada satunya yaitu 4S TMD [13].
ulangan harian laju reaksi. Pada tahap seleksi dalam metode 4S TMD
Selain itu buku, bahan ajar yang digunakan terdapat nilai yang bisa diintegrasikan kedalam
selama proses pembelajaran berupa hand out. bahan ajar. Pemanfaatan lingkungan sebagai
Menurut keterangan guru, siswa tidak termotivasi sumber nilai yang dapat membangun pengetahuan
untuk membaca buku teks kimia sekolah, siswa mampu meningkatkan minat belajar dan
sedangkan hand out yang digunakan juga belum pemahaman konsep siswa [14] .
mampu menghadirkan uraian materi secara utuh, Knowledge Building Environment (KBE)
siswa cenderung menghapal materi yang adalah teori berbasis lingkungan yang
diberikan oleh guru. dikembangkan agar siswa mendapat pengalaman
Hasil pengamatan terhadap hand out yang berkenaan dengan lingkungan sekitar [15].
digunakan juga menunjukkan bahwa penjelasan Knowledge bulding environment
materi lebih ditekankan pada level simbolik dan menyajikan fenomena kimia yang erat dengan
makroskopik saja, dan jika ditinjau dari kebenaran kehidupan sehari-hari siswa, dan dapat ditemui
konsep, terdapat konsep yang belum sesuai secara dalam lingkungan tempat tinggal sehingga siswa
keilmuan. Kebenaran konsep merupakan syarat mampu menyajikan materi pembelajaran secara
mutlak yang harus dipenuhi oleh suatu bahan ajar utuh dan mampu mengaitkan dengan fenomena
[10]. yang sering terjadi pada lingkungan atau
Dilain pihak, dunia sedang dihadapkan kehidupan sehari-hari.
dengan mewabahnya penyakit menular yang Nilai yang dapat dimiliki dan ditampilkan
disebabkan oleh virus Severe Acute Respiratory oleh siswa dari knowledge building environment
Syndrome Coronavirus-2 (SARS-CoV-2) diantaranya yaitu sikap perhatian (attentiveness),
sehingga mengharuskan pembelajaran dilakukan kepedulian (careness), keingintahuan (curiosity),
dari jarak jauh [11]. Penerapan PJJ tidak didukung kritis (critical), moderasi atau suka hal yang
sedang-sedang (moderation), sikap menghormati
2
ALOTROP, Jurnal Pendidikan dan Ilmu Kimia, 6(1): 1-9 (2022) p-ISSN 2252-8075
e-ISSN 2615-2819

atau menghargai lingkungan (respect for Kegiatan pada tahap seleksi diawali
environment), menghargai kesehatan (respect for dengan pemilihan kompetensi dasar, penentuan
health), dan kearifan atau kebijakan (wisdom) indikator, label konsep, dan identifikasi nilai-nilai
[16]. KBE yang dapat dikembangkan dalam materi
Berdasarkan uraian dari beberapa tersebut. Hasil dari setiap tahapan kemudian
permasalahan diatas, maka diperlukan penelitian direviu oleh ahli.
tentang “Pengembangan E-module Berbasis
Knowledge Building Environment Menggunakan 2. Strukturisasi
Metode 4S TMD Pada Pokok Bahasan Laju Kompilasi materi pada tahap seleksi
Reaksi” distrukturisasi kedalam peta konsep, struktur
makro, dan multiple representasi. Setelah itu
METODE PENELITIAN kembali direviu oleh ahli.
Jenis penelitian ini merupakan penelitian Hasil reviu dikompilasi menjadi draft e-
dan pengembangan (Researh and Development). module, yang kemudian ditransformasikan
Metode penelitian dan pengembangan yang kedalam bentuk elektronik.
digunakan yaitu DDE (Design, Development, and
Evaluation)[17]. C. Evaluation
Pada tahap Development diintegrasikan Tahapan terakhir yaitu evaluasi. Evaluasi
metode pengembangan 4S TMD yang e-module yang dilakukan didasarkan pada uji
dikembangkan oleh Anwar. kelayakan dan uji respon siswa. Uji kelayakan
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan dilihat dari dua aspek yaitu kelayakan media dan
Maret 2021 sampai Juli 2021 di Universitas kelayakan materi.
Bengkulu dan SMA Negeri 3 Bengkulu Tengah Uji kelayakan materi pada e-module
kelas XI MIPA Tahun Ajaran 2020/2021. bertujuan untuk melihat kelayakan materi dari
Populasi pada penelitian ini yaitu seluruh beberapa komponen yang meliputi komponen
siswa kelas XI MIPA SMA Negeri 3 Bengkulu bahasa, standar isi, dan KBE.
Tengah Tahun Ajaran 2020/2021. Hasil pemilihan Uji kelayakan media pada e-module
sampel diperoleh sebanyak 29 siswa dari kelas XI bertujuan untuk melihat kelayakan media dari
MIPA A. beberapa komponen yang meliputi komponen
Pemilihan sampel didasarkan pada teknik bahasa, rekayasa perangkat lunak, serta visual dan
purpossive sampling yaitu berdasarkan kriteria audio.
siswa yang sudah atau akan mempelajari materi Analis data yang dilakukan terdiri dari
laju reaksi. analisis data hasil uji kelayakan materi dan media
Tahapan penelitian dan pengembangan serta analisis data hasil respon siswa.
yang dilakukan yaitu: Lembar hasil uji kelayakan materi dan
media dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif.
A. Design Data kuantitatif yang diperoleh dianalisis
Tahap desain dilakukan dengan membuat menggunakan skala Likert, untuk dapat
rencana atau rancangan produk yang akan dibuat. menunjukkan seberapa kuat tingkat setuju dan
Perencanaan tersebut diawali dengan analisis tidak setuju, selain itu skala Likert juga mudah
kebutuhan yang dilakukan melalui wawancara untuk digunakan dan dipahami oleh responden
semiterstruktur dan studi literatur. [18].
Rancangan awal produk yang dibuat Berikut ini Tabel 1 yang menunjukkan
menakup bagian halaman depan, pendahuluan, isi, skala penilaian dalam lembar uji kelayakan
dan penutup.
Tabel 1 Skala Penilaian Lembar Uji Kelayakan
B. Development
Kegiatan pengembangan produk dilakukan No Kriteria Skor
menggunakan tahapan 4S TMD yang meliput: 1 Sangat Tidak Baik 1
2 Tidak Baik 2
1. Seleksi 3 Cukup Baik 3
3
ALOTROP, Jurnal Pendidikan dan Ilmu Kimia, 6(1): 1-9 (2022) p-ISSN 2252-8075
e-ISSN 2615-2819

4 Baik 4
5 Sangat Baik 5
Keterangan :
Skor yang diperoleh pada setiap komponen V = persentase respon siswa
dihitung menggunakan persamaan berikut:
Interpretasi persentase respon siswa dapat
̅ dilihat pada Tabel 3.
Keterangan : Tabel 3 Kriteria Interpretasi Skor Respon Siswa
̅ = skor rata-rata
= skor total masing-masing komponen Interval Kriteria
n = jumlah penilai V > 80% Sangat menarik
61% < V ≤ 80% Menarik
Persentase hasil uji kelayakan pada setiap 41% < V ≤ 60% Cukup menarik
komponen menggunakan persamaan berikut: 21% < V ≤ 40% Kurang menarik
V ≤ 20% Tidak menarik

HASIL DAN PEMBAHASAN


Penelitian dan pengembangan e-module ini
Keterangan : menggunakan metode DDE, yang pada tahap
V = persentase validitas development dilakukan dengan mengintegrasikan
metode 4S TMD.
Analisis respon siswa pada penelitian ini Metode 4S TMD mempunyai empat tahapan
menggunakan skala Likert, dengan ketentuan yang meliputi seleksi, strukturisasi, karakterisasi,
penilaian seperti pada Tabel 1 dan reduksi didaktik, tetapi pada penelitian ini
Interpretasi persentase kelayakan penilai dibatasi sampai tahap strukturisasi. E-module yang
dapat dilihat pada Tabel 2. dikembangkan pada penelitian ini berbasis KBE
(Knowledge Building Environment).
Tabel 2. Kriteria Interpretasi Skor Vaidasi Ahli Hasil wawancara yang sudah dilakukan
sebelumnya dapat disimpulkan bahwa
Interval Kriteria permasalahan utama yang dihadapi oleh guru dan
V > 80% Sangat layak siswa yaitu terbatasnya bahan ajar yang memadai
61% < V ≤ 80% layak dalam pembelajaran disekolah.
41% < V ≤ 60% Cukup layak Nilai hasil ujian siswa juga menunjukan
21% < V ≤ 40% Kurang layak sebanyak 53% siswa yang belum tuntas pada
V ≤ 20% Tidak layak
pokok bahasan laju reaksi.
Oleh karena itu, peneliti akan
Data kuantitatif yang diperoleh dari mengembangkan bahan ajar berupa e-module pada
lembar respon siswa dihitung skorn rata-rata pada pokok bahasan laju reaksi. Pemilihan e-module
setiap komponen menggunakan persamaan didasarkan pada alasan bahwa pemanfaatan
berikut: elektronik mampu memuat gambar, video,
̅ animasi, sehingga penjelasan pada tingkat
submikroskopik dapat terpenuhi.
Keterangan :
̅ = skor rata-rata
= skor total masing-masing pertanyaan Karakteristik E-module Berbasis Knowledge
n = jumlah siswa Building Environment Menggunakan Metode
4S TMD Pada Pokok Bahasan Laju Reaksi
Persentase respon siswa dari setiap E-module yang dikembangkan mencakup KD
komponen menggunakan persamaan berikut: 3.6, dan 3.7 dimana terdapat sembilan indikator
dan label konsep yang dikembangkan.

4
ALOTROP, Jurnal Pendidikan dan Ilmu Kimia, 6(1): 1-9 (2022) p-ISSN 2252-8075
e-ISSN 2615-2819

Adapun buku teks yang digunakan sebagai Uraian Bagaimana luas permukaan dapat
sumber materi dalam penyusunan e-module ini Pengembangan mempengaruhi laju reaksi?
Konteks Sebelumnya mari kita perhatikan
dapat dilihat pada Tabel 4.. gambar disamping!

Tabel 4. Sumber Acuan Pengembangan E-module


Kimia Materi Laju Reaksi

No Penulis Judul Buku


1. Syukri, S. Kimia Dasar Jilid 1
Kimia Untuk SMA/MA
2 Unggul Sudarmo
Kelas XI
Jauh sebelum munculnya LPG dan
Ilmu Kimia Untuk minyak tanah, masyarakat memasak
3 Keenan, dkk.
Universitas menggunakan kayu. Pada gambar
4 Petruci, R. Kimia Dasar diatas kayu dibelah menjadi ukuran
yang lebih kecil-kecil, tujuan supaya
Berdasarkan hasil uraian materi terdapat mudah terbakar ketika digunakan
beberapa bahasan yang diintegrasikan nilai KBE, yaitu untuk memasak. Kayu dengan ukuran
pada bahasan terkait faktor yang mempengaruhi laju yang lebih besar akan sulit terbakar.
reaksi serta pada bagian pengantar. Semakin kecil ukuran kayu maka luas
permukaan kayu yang terkena api
Keterkaitan materi dengan aspek KBE
semakin banyak sehingga kayu lebih
menunjukkan bahwa materi yang disampaikan kepada cepat terbakar. Sedangkan kayu
siswa tidak hanya berisi konten kimia saja, melainkan dengan ukuran besar mempunyai luas
konteks kimia yang erat dengan kehidupan sehari-hari. permukaan yang lebih kecil sehingga
Tabel 5 merupakan salah satu contoh hasil bagian kayu yang terkena api juga
integrasi nilai-nilai KBE yang telah sedikit oleh karena itu kayu lebih
dikembangkan. lama terbakar. Selain sebagai bahan
bakar untuk memasak, kayu juga
Beberapa nilai yang diintegrasikan biasa digunakan sebagai bahan bakar
kedalam pembahasan lainnya meliputi nilai dalam proses pengeringan genting
perhatian, menghargai lingkungan, keingintahuan atau batu bata yang terbuat dari tanah
dan menghargai kesehatan. liat. Perlu kita perhatikan bersama,
Pembuatan peta konsep dilakukan dengan paparan asap yang dihasilkan dari
pembakaran kayu dapat
mengidentifikasi konsep pada pokok bahasan laju mempengaruhi kerusakan paru-paru,
reaksi, dilanjutkan dengan menyusun konsep dari iritasi mata dan gangguan pernafasan
yang umum sampai konsep yang lebih khusus. lainnya. Karbon monoksida hasil
Jenis peta konsep yang dibuat berbentuk pembakaran juga dapat menurunkan
pohon jaringan, konsep-konsep dibuat didalam kualitas udara yang kita hirup setiap
detiknya. Tidak hanya asap kayu
kotak persegi panjang dengan menempatkan bakar, sumber polutan juga dapat
konsep umum diatas konsep khusus. dijumpai pada asap kendaraan. Oleh
Antar konsep dihubungkan menggunakan karena itu, kita perlu membatasi
garis dan kata hubung. Kata hubung berada pada segala bentuk kegiatan yang dapat
samping garis hubung yang diberi warna merah. menghasilkan polutan.

Tabel 5 Hasil Pengembangan Nilai KBE Keberadaan peta konsep dapat membuat
pengetahuan siswa terstruktur dengan baik pada
Uraian Materi Laju suatu reaksi bertambah dengan struktur kognitifnya, sehingga dapat
penambahan konsentrasi pereaksi. mempermudah siswa untuk mengingat informasi
Jika konsentrasi ditambah maka
baru yang diterima [19].
jumlah molekul juga akan semakin
banyak. Sehingga peluang terjadinya Struktur makro yang dihasilkan disusun
tumbukan yang dapat mengakibatkan secara horizontal yang memperlihatkan cakupan
reaksi kimia juga semakin besar. atau kedalaman materi dan secara vertikal yaitu
Nilai Terkait Menghargai atau menghormati hubungan dengan materi lain. Fungsi struktur
lingkungan dan menghargai makro yaitu dapat menjaga ketepatan dan
kesehatan
5
ALOTROP, Jurnal Pendidikan dan Ilmu Kimia, 6(1): 1-9 (2022) p-ISSN 2252-8075
e-ISSN 2615-2819

kejelasan hubungan antar teks sehingga Level mikroskopik direpresentasikan


mempermudah dalam penulisan bahan ajar [20]. dengan memberikan video animasi yang
Multiple representasidikembangkan pada menggambarkan bagaimana pengaruh suhu
beberapa konsepseperti pada penjelasan teori terhadap pergerakan partikel, disertasi dengan
tumbukan serta faktor yang mempengaruhi laju penjelasan yang dinarasikan. Adanya video dapat
reaksi. Tabel 6 menunjukkan salah satu contoh membantu merepresentasikan materi pada level
dari hasil multiple representasi. mikroskopik.
Berdasarkan teori menurut kerucut Edgar
Tabel 6 Hasil Multiple Representasi Dale, gambar animasi atau gambar yang bergerak
akan memberikan pengalaman belajar yang lebih
Level Uraian besar jika dibandingkan gambar yang diam atau
Representasi cetak. [22] Sedangkan untuk level simbolik
diberikan persamaan reaksi berdasarkan
percobaan yang dilakukan.
Berdasarkan penelitian terdahulu, adanya
interkoneksi antara ketiga level representasi dapat
membantu siswa dalam memahami konsep yang
Makroskopik Sebanyak 100ml larutan Na2S2O3 diberikan [23]. Semua hasil dikompilasi menjadi
0,1 M dimasukkan kedalam tiga draft modul yang kemudian ditransformasikan
gelas kimia, gelas kimia B menjadie-module. E-module dapat diakses secara
dipanaskan sampai suhu 40˚C, dan online melalui link https://online .flipping
gelas kimia C dipanaskan sampai book.com/view /291109431/. Penggunaan modul
suhu 60˚C. Masing-masing gelas elektronik terbukti dapat meningkatkan prestasi
kimia ditambahkan HCl 0,1 M. belajar siswa [24].
Video animasi pergerakan
partikel akibat perubahan suhu
Kelayakan E-module Berbasis Knowledge
Building Environment Menggunakan Metode
https://www.youtube.com/watch?v=jJ8 4S TMD Pada Pokok Bahasan Laju Reaksi
aam6dBrQ Hasil uji kelayakan oleh ahli materi dan
ahli mediadiperoleh persentase kelayakan masing-
Ketika suhu dinaikkan, pergerakan masing sebesar 89,24 dan 95,38 yang jika
Mikroskopik partikel akan lebih cepat karena diinterpretasikan berada pada kriteria sangat layak.
energi kinetik yang semakin tinggi. Ketiga komponen pada uji kelayakan
Oleh karena itu tabrakan antar materi masing-masing memenuhi kriteria sangat
partikel juga akan lebih sering dan layak. Grafik persentase uji kelayakan materi
dampak dari tabrakan juga lebih
untuk setiap komponen dapat dilihat seperti pada
besar sehingga peluang terjadinya
tabrakan yang menghasilkan reaksi Gambar 1.
juga akan lebih besar (tumbukan Menurut ahli, semua materi yang disajikan
efektif). dalam e-module sudah sesuai dengan konsep, KD,
Na2S2O3(aq) + 2HCl(aq) → 2NaCl(aq) dan indikator yang telah dikembangkan
Simbolik sebelumnya. Simbol dan lambang kimia,
+ SO2(g) + S(s) + H2O(l)
kesesuaian penggunaan gambar, serta kesesuaian
Representasi pada level makroskopik penyajian materi dengan submateri sudah baik.
diberikan dengan menampilkan gambar hasil Ketiga komponen uji kelayakan media
percobaan, yang disertai penjelasan untuk masing- juga memenuhi kriteria sangat layak. Grafik
masing perlakuan. Hal ini dilakukan supaya siswa persentase uji kelayakan media untuk setiap
dapat mengamati secara kasat mata bagaimana komponen dapat dilihat pada Gambar 2.
pengaruh suhu terhadap hasil percobaan yang Menurut kedua ahli,e-module mudah untuk
didapatkan. Ciri dari representasi level diakses dan mempunyai tampilan navigasi yang
makroskopik adalah nyata dan kasat mata [21]. sederhana sehingga dapat mempermudah
pengguna. Secara keseluruhan rekayasa perangkat
6
ALOTROP, Jurnal Pendidikan dan Ilmu Kimia, 6(1): 1-9 (2022) p-ISSN 2252-8075
e-ISSN 2615-2819

lunak pada e-module sudah sangat baik, karena itu Penggunaan bahasa dan penulisan kalimat
e-module sangat layak untuk diujicobakan kepada yang digunakan dalam e-module sudah baik.
peserta didik. Meskipun belum terlalu komunikatif, tetapi
bahasa yang digunakan sudah jelas dan mudah
dipahami.
Histogram Hasil Uji Kelayakan Apabila dilihat dari komponen visual dan
Materi audio, jenis dan ukuran font yang digunakan sudah
tepat dan konsisten sehingga dapat terbaca. Begitu
100%
juga dengan kualitas tampilan layar e-module,
80% desain yang digunakan sudah sangat menarik dan
Kebahasaan
rapi.
60% Uji respon peserta didik mencakup tiga
90 89 90 Standar Isi
40%
komponen yaitu kebahasaan,penyajiaan, dan
KBE manfaat. Gambar 3 menunjukkan hasil yang
20% diperoleh dari respon peserta didik pada setiap
komponennya.
0% Secara umum komentar peserta didik
menunjukkan ketertarikan terhadap e-module
Gambar 1 Histogram Hasil Uji Kelayakan Materi yang digunakan. Penggunaan e-module yang
mudah serta pengadaan modul dalam bentuk
elektronik memungkinkan peserta didik untuk
Histogram Hasil Uji Kelayakan mengakses e-module kapan saja dan dimana saja.
Media Siswa juga merasa terbantu dengan adanya e-
100% module ini.
90%
Diantara kelebihan e-module berbasisi
80% Kebahasaan
70%
knowledge building environment (KBE) yang
60% dihasilkan yaitu mampu menyajikan gambar,
Rekayasa
50% 90 96.67 96
perangkat lunak
video dan audio yang dapat membantu peserta
40%
didik dalam memahami materi, dapat digunakan
30% Visual dan audio
20%
secara mandiri sehingga dapat membantu siswa
10% mengulang materi pembelajaran, membantu
0% pendidik dalam melaksanakan pembelajaran
daring (dari jaringan), serta menyajikan konteks
Gambar 2 Histogram Hasil Uji Kelayakan Media kimia yang erat dengan kehidupan sehari-hari.
Bahan ajar berbasis KBE yang
dikembangkan dengan menggunakan metode 4S
Respon Peserta Didik pada TMD, layak untuk digunakan dalam proses
Setiap Komponen pembelajaran karena mampu meningkatkan
pemahaman siswa hingga 89,5% .
100%

80% KESIMPULAN
E-module yang dikembangkan pada pokok
Bahasa
60% bahasan laju reaksi yaitu e-module berbasis KBE.
100 87,13 82.8 Penyajian Adapun nilai-nilai KBE yang termuat dalam e-
40%
Manfaat module yaitu nilai keingintahuan (curiosity),
20% kepedulian (careness), menghargai lingkungan
(respect for environment), dan menghargai
0% kesehatan (respect for health). Materi laju reaksi
Gambar 3 Histogram Respon Peserta Didik dalam e-module terstrukturisasi kedalam peta
konsep dan multiple representasi.

7
ALOTROP, Jurnal Pendidikan dan Ilmu Kimia, 6(1): 1-9 (2022) p-ISSN 2252-8075
e-ISSN 2615-2819

Tingkat kelayakan e-module yang Jurnal MIPA dan Pembelajarannya,


diperoleh yaitu sebesar 95,38 untuk media dan 2021, 1(6) : 407–425
89,24 untuk materi. Sehingga e-module berbasis [8] Zidny, R., Wahyu Sopandi, dan Ali
KBE pada pokok bahasan laju reaksi yang Kusrijadi, Gambaran Level
dikembangkan menggunakan metode 4S TMD Submikroskopik Untuk Menunjukkan
layak digunakan pendidik dan peserta didik dalam Pemahaman Konsep Siswa Pada Materi
proses pembelajaran. Persamaan Kimia Dan Stoikiometri,
Hasil uji respon peserta didik terhadap e- Jurnal Penelitian dan Pembelajaran IPA
module sangat baik dengan persentase sebesar (JPPI), 2015, 1(1): 42-59
86,15%. [9] Herawati, R.F., Sri Mulyani, dan Tri
DAFTAR PUSTAKA Redjeki, Pembelajaran Kimia Berbasis
Multiple Representasi Ditinjau Dari
[1] Nuryasana ,E., dan Noviana Desiningrum Kemampuan Awal Terhadap Prestasi
, Pengembangan Bahan Ajar Strategi Belajar Laju Reaksi Siswa SMA Negeri I
Belajar Mengajar Untuk Meningkatkan Karanganyar Tahun Pelajaran 2011/2012,
Motivasi Belajar Mahasiswa , Jurnal Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), 2013. 2
Inovasi Penelitian , 2020, 1 (5): 967-974. (2): 38-43.
[2] Arsanti, M., Pengembangan Bahan Ajar [10] Rusianti, S., Abdul Hadjranul Fatah, dan
Mata Kuliah Penulisan Kreatif Mulawi, Analisis Kesesuaian Konsep
Bermuatan Nilai-Nilai Pendidikan Ikatan Kimia Pada Buku Kimia Kelas X
Karakter Religius Bagi Mahasiswa Prodi SMA/MA Terhadap Silabus Kurikulum
PBSI, FKIP, Unissula, Jurnal Kredo, 2013 Dan Penyusunan Makro Wacana,
2018, 1(2): 71-90. Jurnal Ilmiah Kanderang Tingang ,
[3] Ahmad,K.,dan Ika Lestari, 2019, 10(2): 184-200
Pengembangan Bahan Ajar [11] Basar, A.M., Problematika Pembelajaran
Perkembangan Anak Usia SD Sebagai Jarak Jauh Pada Masa Pandemi Covid-19
Sarana Belajar Mandiri Mahasiswa, (Studi Kasus di SMPIT Nurul Fajri –
Perspektif Ilmu Pendidikan , 2010, 22: Cikarang Barat – Bekasi), Edunesia :
183 - 193. Jurnal Ilmiah Pendidikan , 2021, 2 (1):
[4] Masruroh, D., Yuli Agustina, E‐modul 208-218.
berbasis Android sebagai pendukung [12] Anwar, S., Noviyanti., and Hendrawan.
pembelajaran daring dan upaya untuk Analisis Kelayakan Buku Teks Kimia
meningkatkan hasil belajar peserta SMA/MA Kelas X Materi Reaksi Redoks
Didik, Jurnal Ekonomi, Bisnis dan Berdasarkan Kriteria Tahap Seleksi 4S TMD,
Pendidikan, 2021, 1(6): 559-568 Jurnal Penelitian Pendidikan Kimia, 2017,
[5] Ariyanti, I., Albertus Djoko Lesmono, 4(2) : 97-104.
dan Bambang Supriadi, Kelayakan E- [13] Ashri N., dan Lilik Hasanah,
Modul Flow Virtual Simulation Berbasis Pengembangan Bahan Ajar IPA Terpadu
Macromedia Flash, Jurnal Pembelajaran pada Tema Energi dan Lingkungan,
Fisika, 2019, 8 (3): 215-221 Prosiding Simposium Nasional Inovasi
[6] Safitri, N.C., Euis Nursa’adah, dan Imas dan Pembelajaran Sains 2015 (SNIPS
Eva Wijayanti, Analisis Multipel 2015), Bandung, Indonesia, 8 dan 9 Juni
Representasi Kimia Siswa Pada Konsep 2015, Hal 469-472.
Laju Reaksi, EduChemia (Jurnal Kimia [14] Wulandari, F., Pemanfaatan Lingkungan
dan Pendidikan), 2019, 4(1): 1-12. sebagai Sumber Belajar Anak Sekolah
[7] Yuliani, E., Hayuni Retno Widarti, dan Dasar (Kajian Literatur), Journal Of
Darsono Sigit, Identifikasi kemampuan Educational Review And Research, 2020,
makroskopik, mikroskopik dan simbolik 3(2): 105 – 110
siswa kelas XI MIPA SMA Negeri 1 [15] I Aisah, S Anwar and O Sumarna,
Karangan Trenggalek pada materi larutan Development of Knowledge Building
penyangga Tahun Ajaran 2018/2019, Environment (KBE) - based colloidal
8
ALOTROP, Jurnal Pendidikan dan Ilmu Kimia, 6(1): 1-9 (2022) p-ISSN 2252-8075
e-ISSN 2615-2819

system learning materials to develop Lantanida Journal, 2017, 5 (2): 93-196


student's environmental literacy: An [24] Puspitasari, A.D., Penerapan Media
environmental analysis, IOP Conf. Pembelajaran Fisika Menggunakan
Series: Journal of Physics: Conf. Series, Modul Cetak Dan Modul Elektronik Pada
1469 (2020) 012109. Siswa SMA, Jurnal Pendidikan Fisika ,
[16] C Oktasari, S Anwar, G Priscylio, N R 2019, 7(1): 17-25
Agustina, O Lestari and W S Wahyuni ,
How to develop hydrocarbon e-textbook
of chemistry based knowledge building Penulisan Sitasi Artikel ini adalah :
environment with 4S TMD models?, Verasanti, D., Sura Menda Ginting, dan Dewi
IOP Conf. Series: Journal of Physics: Handayani, Pengembangan E-Module Berbasis
Conf. Series 1469 , 2020, Hal 1-11. Knowledge Building Environment
[17] Silalahi, A., Development Research Menggunakan Metode 4S TMD Pada Pokok
(Penelitian Pengembangan) Dan Bahasan Laju Reaksi, Alotrop, 2022, 6(1): 1-9
Research & Development (Penelitian &
Pengembangan) Dalam Bidang
Pendidikan / Pembelajaran, Seminar &
Workshop Penelitian Disertasi Program
Doktoral Pasca Sarjana Universitas
Negeri Medan , Medan 3-4 Pebruari
2017, Hal 1-13.
[18] Mawardi, Rambu-rambu Penyusunan
Skala Sikap Model Likert untuk
Mengukur Sikap Siswa, Scholaria:
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan,
2019, 9 (3): 292-304
[19] Khasanah, K., Peta Konsep Sebagai
Strategi Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa Sekolah Dasar, Jurnal EduTrained
, 2019, 3 (2): 152-164.
[20] Windayani, N., Ika Hasanah, dan Imelda
Helsy, Analisis Bahan Ajar Senyawa
Karbon Berdasarkan Kriteria
Keterhubungan Representasi Kimia,
JTK: Jurnal Tadris Kimiya , 2018, 3 (1):
83-93
[21] Isnaini , M., dan Wiwid Pungki Ningrum,
Hubungan Keterampilan Representasi
Terhadap Pemahaman Konsep Kimia
Organik, Orbital: Jurnal Pendidikan
Kimia , 2018, 2(2): 12-25.
[22] Sari, P., Analisis Terhadap Kerucut
Pengalaman Edgar Dale Dan Keragaman
Gaya Belajar Untuk Memilih Media
Yang Tepat Dalam Pembelajaran, Mudir
(Jurnal Manajemen Pendidikan) , 2019,
1(1): 42-57.
[23] Mujakir, Pemanfaatan Bahan Ajar
Berdasarkan Multi Level Representasi
Untuk Melatih Kemampuan Siswa
Menyelesaikan Masalah Kimia Larutan,
9

Anda mungkin juga menyukai