Anda di halaman 1dari 9

Ratna Setyowati dkk.

/ Unnes Science Education Journal 2 (2) (2013)

USEJ 2 (2) (2013)

PENGEMBANGAN MODUL IPA BERKARAKTER PEDULI


LINGKUNGAN TEMA POLUSI SEBAGAI BAHAN AJAR SISWA
SMK N 11 SEMARANG

Ratna Setyowati , Parmin, Arif Widiyatmoko

Prodi Pendidikan IPA, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam


Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel : Modul adalah satuan program pembelajaran terkecil yang dapat dipelajari oleh peserta didik secara
Diterima Juli 2013 perseorangan (self instructional). Tujuan penelitian ini adalah memberikan gambaran tentang bagaimana
Disetujui September 2013 pengembangan modul, serta layak dan efektifnya modul yang dikembangkan. Metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Research and Development. Dalam pengertian penelitian berisi
Dipublikasikan November 2013
tentang bagaimana cara mengembangkan bahan ajar melalui beberapa tahap seperti validasi oleh ahli, serta
revisi. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa dan guru SMK N 11 Semarang. Hasil
Keywords : penelitian menunjukkan bahwa modul yang dikembangkan layak dan efektif digunakan untuk siswa kelas XI
SMK N 11 Semarang. Modul mendapat penilaian layak dari ahli setelah melalui beberapa tahapan revisi,
Character,Environmentally,
selain itu modul efektif digunakan oleh siswa dilihat dari keaktifan serta nilai ketuntasan klasikal yang
Modules, Polution, Sciences mencapai lebih 85% dari siswa. Berpijak dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa modul yang
dikembangkan mendapat penilaian layak dari pakar, serta efektif digunakan dalam pembelajaran oleh siswa
kelas XI Multimedia 2 dengan ketuntasan klasikal mencapai 86% dan aktivitas siswa sebesar 91,4%.

Abstract
Module is the smallest unit learning program that can be studied by students as individuals The purpose of
this observation is to provide on overwiew of how the development of the module, as well as feasible and
effective modules developed. The method used in this observation is Research and Development.
Understanding research describes how to develop teaching materials through several stages such as
validation by experts, as well as revisions. Sources of data used in this observation were students an
teachers. The results showed that the modules developed feasible and effective to uses for class XI SMK N 11
Semarang. Module gets adequate assessment of experts after going through several stages of revision, but it
module be effectively used by students as well as the value of active classical completeness. From the
results, it can be concluded that the developed module gets decent ratings from experts, as well as the
effective use of learning by the students of class XI SMK N 11 Semarang with classical completeness reaches
86% and amounted to 91,4% of student activity.

© 2013 Universitas Negeri Semarang

Alamat korespondensi: ISSN 2252-6609


Prodi Pendidikan IPA FMIPA Universitas Negeri Semarang
Gedung D7 Lantai 3 Kampus Sekaran Gunungpati Telp. (024)
70805795 Semarang 50229
E-mail: saya_latna@yahoo.com

245
Ratna Setyowati dkk./ Unnes Science Education Journal 2 (2) (2013)

PENDAHULUAN

Ilmu Pengetahuan Alam merupakan objek penting digunakan dalam pembelajaran, karena
kajian yang sangat luas, yang terdiri dari bahan ajar berfungsi sebagai alat bantu dalam
kumpulan suatu konsep, prinsip, hukum, dan teori kegiatan pembelajaran, dengan menggunakan
yang terbentuk melalui sikap ilmiah dan bahan ajar lebih menekankan pada aktivitas siswa
keterampilan proses penemuan. IPA merupakan di banding guru. Ada banyak sekali bahan ajar
konsep pembelajaran alam dan mempunyai yang digunakan guru, namun di SMK N 11
hubungan yang sangat luas terkait dengan Semarang, dalam pembelajaran IPA masih
kehidupan manusia. Pembelajaran IPA sangat menggunakan LKS dan buku paket, selain itu
berperan dalam proses pendidikan dan juga pembelajaran IPA di sana belum terpadu,
perkembangan teknologi. Dalam pendidikan, IPA sehingga dibutuhkan bahan ajar lain yang dapat
itu memiliki tiga disiplin ilmu, yaitu fisika, membantu dalam proses pembelajaran, salah
biologi dan kimia. Masing-masing disiplin ilmu satunya modul.
tersebut memiliki kajian tersendiri, namun materi Modul merupakan bahan ajar yang
yang dikaji dalam setiap disiplin ilmu tersebut disusun secara sistematis dan menarik yang
saling berhubungan. Untuk meningkatkan mencakup isi materi, metode, dan evaluasi yang
pamahaman tentang konsep IPA yang menyeluruh dapat digunakan secara mandiri. Dengan
perlu dikembangkan pembelajaran IPA terpadu. menggunakan modul, siswa dapat belajar secara
IPA terpadu merupakan suatu konsep atau mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru,
tema yang dibahas dari berbagai aspek bidang adanya kontrol terhadap hasil belajar melalui
kajian dalam bidang kajian IPA, yaitu fisika, penggunaan standar kompetensi dalam setiap
biologi, dan kimia. Pembelajaran IPA terpadu modul yang harus dicapai oleh siswa, dan mereka
dibedakan berdasarkan pengintegrasian materi menjadi lebih bertanggung jawab atas segala
atau tema. Berdasarkan amanat KTSP model tindakannya. Diharapkan dengan semakin
pembelajaran terpadu merupakan salah satu aktifnya siswa, maka semakin baik pula kualitas
model implementasi kurikulum yang hasil belajar yang diperoleh. Menurut Sungkono
dianjurkan untuk diterapkan pada semua jenjang (2009) bahan ajar mempunyai manfaat yaitu: 1)
pendidikan, mulai dari tingkat Sekolah Dasar/ siswa dapat belajar tanpa atau dengan kehadiran
Madrasah Ibtidaiyah sampai dengan Sekolah guru; 2) siswa dapat belajar kapan saja dan
Menengah Atas/ Madrasah Aliyah (Trianto, dimana saja; 3) siswa dapat belajar sesuai
2007). Dalam pembelajaran IPA terpadu beberapa dengan kecepatannya sendiri; 4) siswa dapat
konsep yang relevan dapat dijadikan satu tema belajar menurut urutan yang dipilihnya sendiri;
dalam bidang kajian yang berbeda, sehingga 5) dan 6) membantu potensi untuk menjadi
penggunaan waktunya dapat lebih efisien dan pelajar mandiri.
pencapaian tujuan pembelajaran diharapkan agar Upaya untuk siswa dapat lebih aktif
lebih efektif. Salah satu usaha untuk mencapai mencari tahu informasi mengenai materi IPA
tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien yaitu dapat dilakukan dengan pembelajaran IPA yang
dengan pengadaan bahan ajar. menggunakan modul IPA terpadu, agar siswa
Bahan ajar merupakan segala bahan (baik lebih dapat berfikir kreatif dan menggali lebih
informasi, alat, maupun teks) yang disusun secara dalam lagi. Dengan pembelajaran modul dapat
sistematis, yang menampilkan sosok utuh dari juga diisikan pendidikan karakter. Pendidikan
kompetensi yang akan dikuasai peserta didik dan karakter merupakan suatu sistem penanaman
digunakan dalam proses pembelajaran dengan nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang
tujuan perencanaan dan penelaahan implementasi meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau
pembelajaran (Prastowo, 2001). Bahan ajar kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-
246
Ratna Setyowati dkk./ Unnes Science Education Journal 2 (2) (2013)

nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha lingkungan, melakukan aktivitas di lingkungan,
Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, sehingga harus dijaga kelestariannya.
maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia Dilihat dari latar belakang tersebut, maka
insan kamil. Dengan pembelajaran menggunakan dikembangkan modul IPA berkarakter peduli
modul berkarakter, secara tidak langsung siswa lingkungan tema polusi sebagai bahan ajar siswa
selain mendapatkan materi, siswa sekaligus dapat SMK N 11 Semarang kelas XI dengan tujuan
menumbuhkan karakter peduli lingkungan. mengetahui apakah modul IPA berkarakter peduli
Karakter peduli lingkungan pada modul lingkungan tema polusi layak dan efetif
IPA yang akan dikembangkan ini sangat penting, digunakan oleh siswa kelas XI SMK N 11
agar siswa memiliki karakter peduli lingkungan Semarang? Cara yang ditempuh adalah dengan
dalam aplikasi kehidupan sehari-hari, sekolah melakukan validasi modul oleh pakar dan
atau dalam dunia industri. Menurut Character melakukan uji coba pembelajaran menggunakan
Education Partnership dalam Pala (2011), modul yang dikembangkan.
“Since children spend about 900 hours a
year in school, it is essential that schools METODE
resume a proactive role in assisting Jenis penelitian ini menggunakan
families and communities by developing
caring, respectful environments where prosedur Research and Development. Penelitian
students learn core, ethical values. When pengembangan ini, mengacu pada model dari
a comprehensive approach to character Sugiyono (2009) yang telah dimodifikasi pada
education is used, a positive moral tahapanya. Penelitian ini dilaksanakan pada
culture is created in the school—a total semester genap tahun ajaran 2012/2013 di kelas
school environment that supports the XI SMK Negeri 11 Semarang. Subyek penelitian
values taught in the classroom”.
ini adalah siswa kelas XI Multimedia 2.
Di SMK, IPA merupakan salah satu mata Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
pelajaran yang mengajarkan tentang alam. Materi adalah lembar validasi pakar, lembar observasi
yang diajarkan di SMK lebih mengacu pada kegiatan pembelajaran, angket respon guru dan
aplikasi di dunia industri, berbeda dengan IPA di siswa. Metode pengumpulan data yang dilakukan
SMP yang mengajarkan materi dasarnya. dalam penelitian ini adalah metode angket
Pembelajaran IPA bermodul yang berkarakter validasi, metode angket respon guru dan siswa,
peduli lingkungan ini diharapkan siswa dapat lembar observasi dan hasil belajar siswa. Metode
lebih mudah dalam memahami materi IPA, serta analisis data yang digunakan adalah deskriptif
siswa dapat lebih menjaga dan memperbaiki persentase.
lingkungan yang ada di sekitarnya. Pembelajaran Tahapan penelitian yang pertama dengan
IPA, lingkungan dan industripun saling menganilisis potensi dan masalah yang ada
berhubungan, sehingga pentingnya dilakukan mengenai pembelajaran di SMK N 11 Semarang,
penelitian mengenai pengembangan modul ini. selanjutnya melakukan pengumpulan data untuk
Hasil observasi awal di SMK N 11 membuat bahan ajar modul. Tahapan yang ketiga
Semarang, ada beberapa siswa yang mengatakan memulai mendesain modul awal yang selanjutnya
bahwa lingkungan tidak perlu dirawat lagi karena dilakukan validasi oleh pakar, setelah proses
sudah ada yang mengatur atau mengurusnya validasi dilakukan revisi sesuai saran yang
sendiri, namun tidak sedikit pula yang diberikan pakar. Modul yang telah direvisi
mengatakan bahwa lingkungan juga harus tetap dilakukan uji coba penggunaan modul pada skala
dijaga dengan cara terkecil sekalipun. Sikap kecil dengan 6 orang siswa, setelah uji coba skala
peduli lingkungan pada siswa harus mulai kecil lalu dilakukan revisi lagi sebelum uji coba
ditanamkan sejak sekarang, karena kita hidup di skala besar. Pelaksanaan uji coba skala besar
dilakukan pembelajaran dengan menggunakan
247
Ratna Setyowati dkk./ Unnes Science Education Journal 2 (2) (2013)

modul pada 35 siswa, saran yang diberikan siswa Ketuntasan siswa secara klasikal
digunakan untuk menyempurnakan produk final. digunakan untuk mengukur efektivitas modul IPA
Pakar yang memvalidasi adalah pakar terpadu yang dikembangkan. Persentase
materi, pakar bahasa dan pakar karakter. Pakar ketuntasan klasikal siswa dapat dihitung dengan
berasal dari dosen FMIPA UNNES serta guru dengan hasil bagi jumlah siswa yang tuntas
SMK Negeri 11 Semarang. Kemudian hasil dengan jumlah siswa keseluruhan. Modul IPA
validasi yang berupa saran dan komentar terpadu yang dikembangkan dikatakan efektif
digunakan untuk memperbaiki modul yang apabila 85% siswa telah tuntas.
dikembangkan. Selanjutnya divalidasi atau dinilai
kembali oleh pakar. Setelah dilakukan validasi HASIL DAN PEMBAHASAN
kemudian hasil validasi dianalisis dan diperoleh Pengembangan modul IPA terpadu pada
skor rata-rata. Skor rata-rata yang diperoleh penelitian ini mengacu pada langkah-langkah
berdasarkan hasil bagi skor yang diperoleh penelitian pengembangan menurut Sugiyono
dengan skor maksimal. Kriteria skor kelayakan (2009) yang telah dimodifikasi pada tahapan-
yang dinilai dengan skor ≥ 2,5 dinyatakan layak, tahapanya Tema yang diambil dalam penyusunan
1 < skor < 2,5 dinyatakan layak dengan revisi, modul IPA terpadu adalah tema polusi. Modul ini
dan skor ≤ 1 dinyatakan tidak layak. terbagi atas 3 bagian. Bagian pertama berisi
Angket tanggapan guru dan siswa dianalisis dan sampul, kata pengantar, daftar isi, pedoman
dipersentase. Persentase data yang diperoleh penggunaan, SK dan KD, tujuan pembelajaran,
dapat dihitung dengan hasil bagi skor yang jaringan tema, pendahuluan dan peta konsep.
diperoleh dengan skor maksimal. Persentase yang Bagian kedua berisi uraian materi yang berisi
didapatkan diinterpretasikan kedalam kriteria- tujuan pembelajaran, kata kunci, tahukah anda,
kriteria yang ditetapkan, yang dapat dilihat pada jelajah internet dan tindak lanjut. Bagian ketiga
Tabel 1. berisi daftar pustaka, indeks dan glosarium. Selain
itu didalam modul juga terdapat aspek karakter
Tabel 1. Kriteria Persentase Skor Penilaian
peduli lingkungan yang tersirat dalam uraian
Interval % skor Kriteria
materi dengan tujuan mendorong siswa untuk
81% - 100% Sangat Baik
lebih meningkatkan karakter peduli lingkungan
61% - 80% Baik
setelah mempelajari modul.
41% - 60% Cukup
Setelah pembuatan modul IPA terpadu
21% - 40% Kurang Baik
selesai, langkah yang ditempuh selanjutnya
<20% Tidak Baik
adalah validasi pakar. Dalam hal ini modul IPA
terpadu divalidasi oleh pakar materi, pakar
Hasil belajar siswa dihitung berdasarkan
karakter dan pakar grafik. Validasi dilakukan
nilai tes. Siswa dikatakan tuntas apabila nilai
sampai modul dikatakan layak oleh pakar. Hasil
mencapai ≥ Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
validasi pakar tersebut dapat disajikan dalam
KKM yang ditetapkan di sekolah adalah 75.Tabel
Tabel 3.
2. Kriteria Penilaian Karakter Peduli Lingkungan
Tabel 3. Rekapitulasi Data Hasil Validasi oleh
Interval pencapaian indikator Kriteria Pakar terhadap Modul
0 BT Rata-
1-2 MT No Validator Kriteria
Rata
3-4 MB 1 Pakar Materi 3,57 Layak
5-6 MK 2 Pakar Karakter 3,57 Layak
Keterangan : 3 Pakar Grafik & 3,53 Layak
BT: Belum terlihat MB:Mulai berkembang Bahasa
MT: Mulai terlihat MK: Membudaya
248
Ratna Setyowati dkk./ Unnes Science Education Journal 2 (2) (2013)

Rekapitulasi data hasil validasi oleh pakar diberikan, maka langkah selanjutnya adalah
terhadap modul pada Tabel 3 pakar materi, pakar melakukan uji coba skala kecil. Uji coba
karakter dan pakar grafik dan bahasa menyatakan dilakukan terhadap 6 siswa kelas XI
layak dengan rerata skor 3,5, tetapi ada beberapa Multimedia 2 SMK N 11 Semarang dengan
saran yang diberikan sehingga perlu dilakukan
kriteria 2 siswa kelompok bawah, 2 siswa
perbaikan dalam modul. Pakar materi
kelompok tengah dan 2 siswa kelompok atas.
memberikan masukan untuk memperbaiki peta
konsep serta menambahkan sumber memproleh
Setelah dilakukan uji coba skala kecil
gambar. Langkah perbaikan yang dilakukan didapatkan masukan-masukan dari siswa
peneliti yaitu dengan menambahkan kata-kata untuk penyempurnaan produk untuk
seperti, contohnya pada peta konsep, serta selanjutnya di ujikan kembali pada uji coba
menambahkan keterangan sumber memperoleh skala besar. Peneliti memperbaiki modul
gambar di bawah gambar. Setelah dilakukan berdasarkan masukan-masukan dari siswa dan
perbaikan modul selanjutnya dilakukan divalidasi kembali oleh pakar. Respon siswa
penelitian skala kecil terhadap modul IPA terpadu pada uji coba
Hasil validasi pakar dan setelah skala kecil dan luas dapat disajikan pada
dilakukan perbaikan sesuai saran yang Gambar 1.

100
P 80
E 60
R 40
Skala Kecil
S 20
E 0 Skala Besar
N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
ASPEK

Gambar 1. Hasil Angket Tanggapan Siswa

Penilaian siswa terhadap modul yang ada Penyempurnaan yang dilakukan peneliti
pada Gambar 1 terdapat kenaikan persentase mendapatkan tanggapan positif pada siswa
tanggapan siswa pada skala kecil dan skala besar. dikarenakan produk modul yang dihasilkan
Tanggapan siswa yang diberikan pada uji coba memiliki beberapa keunggulan yaitu berkarakter
skala kecil dan skala besar secara keseluruhan peduli lingkungan, sajian tema polusi yang
aspek mendapat tanggapan positif dengan skor singkat dan mudah dipahami oleh siswa melalui
70,6% pada uji skala kecil dan 86,2 % pada uji bahasa yang sederhana dan gambar yang menarik
skala besar termasuk dalam kriteria “sangat baik”, dapat mengarahkan siswa memahami uraian
tetapi pada uji skala kecil aspek tanggapan nomor materi. Presentase pada seluruh item angket baik
6 mendapatkan kriteria “baik” karena ada siswa pada uji skala kecil maupun uji skala besar
yang lebih meyukai modul yang singkat namun diakumulasi dan diambil rata-ratanya terjadi
jelas. Langkah yang dilakukan peneliti untuk peningkatan rata-rata dari 70% menjadi 86%.
memperbaiki modul adalah dengan lebih Dengan demikian, revisi dan validasi yang
menyingkat materi dan memperjelas modul dilakukan setelah uji coba skala kecil dinilai
menjadi lebih menarik agar minat siswa untuk sangat berperan untuk meningkatkan persentase
belajar menggunakan modul bertambah. kelayakan modul. Persentase perolehan
249
Ratna Setyowati dkk./ Unnes Science Education Journal 2 (2) (2013)

menginterpretasikan bahwa modul IPA Pembelajaran di kelas menggunakan


berkarakter peduli lingkungan direspon positif modul IPA terpadu yang dikembangkan peneliti
oleh siswa sebagai bahan ajar yang dapat juga mendapatkan respon positif dari guru. Hasil
diterapkan di SMK Negeri 11 Semarang. Kondisi tanggapan guru digunakan untuk memperoleh
ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan masukan-masukan guna penyempurnaan produk
oleh Nisak (2013) bahwa siswa merespon secara serta sebagai indikator bahwa modul yang
positif pembelajaran IPA terpadu yang dikembangkan efektif. Rekapitulasi tanggapan
disampaikan menggunakan perangkat guru terhadap modul yang dikembangkan peneliti
pembelajaran yang dikembangkan termasuk disajikan pada Gambar 2.
modul.

4
S 3
K 2
O 1 Skala Kecil
R 0 Skala Besar
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

ASPEK

Gambar 2. Hasil Angket Tanggapan Guru

Berdasarkan Gambar 2 dapat diketahui bahan ajar bentuk lain sehingga pembelajaran IPA
bahwa guru memberikan tanggapan positif. terpadu di sekolah efektif.
Persentase pada seluruh item angket baik pada uji Efektivitas modul IPA terpadu diukur
skala kecil maupun uji skala besar diakumulasi berdasarkan hasil belajar siswa setelah melakukan
dan diambil rata-ratanya yaitu terjadi peningkatan pembelajaran menggunakan modul yang disusun.
rata-rata dari 73% menjadi 90%. Walaupun Rekapitulasi hasil belajar siswa terhadap
penilaian guru positif tetapi guru memberikan penggunaan modul yang dikembangkan disajikan
masukan untuk memberikan contoh yang mudah pada Tabel 4.
ditemui di lingkungan sekolah dan industri. Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa
Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan No Kategori Ketercapaian
revisi dan validasi yang dilakukan setelah uji coba 1 Rata-rata 80,7
skala kecil dinilai sangat berperan untuk 2 Jumlah siswa 35
meningkatkan persentase kelayakan modul. 3 Nilai tertinggi 92
Persentase tersebut menginterpretasikan bahwa 4 Nilai terendah 56
modul IPA terpadu berkarakter peduli lingkungan 5 Siswa tuntas 30
dapat menjadi pedoman pembelajaran IPA 6 Siswa tidak tuntas 5
disekolah sehingga guru tidak lagi melakukan 7 Ketuntasan klasikal 86%
pembelajaran terpisah-pisah menjadi kimia dan
fisika melainkan sudah terpadu menjadi Hasil dari Tabel 4 terlihat dari jumlah
pembelajaran IPA terpadu. Harapanya dengan siswa yang tuntas sebanyak 30 siswa dengan
modul IPA terpadu yang dikembangkan peneliti ketuntasan belajar siswa secara klasikal 86%
dapat menjadi pedoman penyusunan modul IPA dengan rata-rata nilai 80,7. Keberhasilan
terpadu pada tema yang lain atau penyusunan penggunaan modul IPA terpadu dikarenakan
250
Ratna Setyowati dkk./ Unnes Science Education Journal 2 (2) (2013)

siswa dapat memahami modul IPA terpadu yang Al Irsyad, pengaruh positif sebagai dampak
disajikan. Hal ini terbukti dari hasil tanggapan penerapan modul hasil penelitian terhadap nilai
siswa menyatakan bahwa 86% siswa lebih mudah hasil belajar siswa.
memahami modul IPA terpadu tema polusi Perbedaan prestasi ketika menggunakan
dikarenakan modul disusun dengan modul IPA terpadu dikarenakan perbedaan
menambahkan pendidikan karakter peduli aktivitas siswa dalam pembelajaran. Siswa yang
lingkungan di dalamnya. Hasil tersebut tuntas sebagian besar merupakan siswa yang
membuktikan bahwa modul IPA terpadu mempunyai kategori aktivitas sangat aktif dan
berkarakter peduli lingkungan efektif digunakan aktif. Adanya siswa berkategori keaktifan tinggi
untuk siswa SMK kelas XI. Hal tersebut namun tidak tuntas KKM maupun siswa dengan
dikarenakan modul IPA terpadu yang kategori keaktifan rendah namun tuntas KKM
dikembangkan peneliti berbeda dengan bahan ajar terutama disebabkan oleh faktor internal yang ada
yang ada di sekolah. Hal itu sesuai dengan pada dalam diri siswa tersebut. Aspek aktivitas
penelitian yang dilakukan oleh Purnomo (2013), siswa dinilai oleh observer menggunakan lembar
penerapan modul hasil penelitian berpengaruh observasi. Rekapitulasi observasi aktivitas siswa
positif terhadap hasil belajar biologi siswa SMP disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Rekapitulasi Observasi Aktivitas Siswa


No Kategori Nilai Kriteria Keaktifan Jumlah Siswa Persentase
1 87-100 Sangat Aktif 7 20%
2 73-86 Aktif 25 71,4%
3 59-72 Cukup aktif 3 8,6%
4 45-58 Kurang Aktif 0 0
5 ≤ 44 Tidak Aktif 0 0

Secara keseluruhan dapat diketahui mendapatkan nilai rata-rata yang lebih tinggi
bahwa aktivitas siswa dalam pembelajaran pada kelas yang diajar dengan menggunakan
memperoleh keaktifan secara klasikal pada kelas Modul.
ujicoba skala besar sebesar 91,4% yang diambil Khusniati (2012), integrasi pendidikan
dari persentase kriteria siswa yang sangat aktif karakter dapat dilaksanakan melalui tahap
dan aktif, sehingga dapat diketahui bahwa tingkat perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi
keaktifan siswa secara klasikal termasuk dalam pembelajaran. Dalam penelitian ini karakter
kategori sangat aktif. Hasil penelitian ini diukur dengan lembar angket yang diisi oleh
menunjukkan bahwa penggunaan modul tema siswa dari penugasan yang berupa jurnal kegiatan
polusi berkarakter peduli lingkungan efektif sehari-hari untuk memantau perkembangan
digunakan dalam pembelajaran yang dilihat dari penumbuhan karakter siswa (Syahrul, 2010).
hasil keaktifan siswa yang diperoleh. Seperti Hasil angket penumbuhan karakter peduli
menurut Ningtiyas (2012) dapat diketahui bahwa lingkungan dapat dilihat pada Tabel 6.
siswa yang mempunyai aktivitas tinggi

251
Ratna Setyowati dkk./ Unnes Science Education Journal 2 (2) (2013)

Tabel 6. Rekapitulasi Penumbuhan Karakter Peduli Lingkungan


Persentase
No Aspek yang dinilai
Ya Tidak
1 Membuang sampah di tempat sampah 92 % 8%
2 Tidak mencoret-coret tembok/ meja 85 % 15%
3 Memisahkan sampah organik dan anorganik 61 % 39%
4 Membersihkan kelas 92 % 8%
5 Tidak merusak tanaman hias atau pohon 86 % 14%
6 Membantu proses penghijauan di sekolah 46 % 54%
7 Mematikan alat elektronik jika tidak digunakan 46 % 54%
8 Memanfaatkan barang bekas 35 % 65%
Persentase Rata-Rata 67,87%
Kriteria Mulai
Berkembang

Hasil rekapitulasi penumbuhan karakter kelayakan baik dari segi teoritis, karakter maupun
peduli lingkungan diperoleh karakter yang mulai grafik dan bahasa.
berkembang dari siswa dengan menggunakan Selain aspek tersebut tanggapan dari guru
instrumen yang telah dikembangkan oleh peneliti. dan siswa yang menunjukkan seberapa layak
Pada ujicoba skala besar persentase rata-rata yang penggunaan modul IPA terpadu tersebut, aspek
diperoleh sebesar 67,87%. Hal ini menunjukkan penting yang perlu diperhatikan adalah
bahwa penggunaan modul tema polusi berkarakter penggunaan saat pembelajaran di kelas.
peduli lingkungan dapat meningkatkan karakter Berdasarkan uji coba skala kecil dan besar yang
peduli lingkungan pada siswa kelas XI SMK N 11 dilakukan, siswa menanggapi positif dibuktikan
Semarang seperti yang dikemukakan Ahmad dengan hasil analisis tanggapan siswa dan hasil
(2010), bahwa melalui wahana pendidikan, belajar siswa yang diperoleh. Dari sisi guru, guru
seseorang dapat merubah cara pandang, merespon positif modul yang dikembangkan
meningkatkan kapasitas wawasan ekologinya peneliti. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil
sehingga dapat menggerakkan perilaku dan gaya analisis tanggapan guru menunjukan hasil yang
hidup yang ramah lingkungan. Namun ada baik.
beberapa aspek yang memiliki nilai rendah seperti Dari hasil penelitian dan pembahasan modul IPA
pada memanfaatkan barang bekas, siswa masih berkarakter peduli lingkungan tema polusi layak
kurang perduli pada aspek ini kebanyakan siswa digunakan oleh siswa kelas XI SMK Negeri 11
lebih suka untuk membuang langsung barang Semarang. Hal itu terbukti dengan persentase
yang sudah tidak digunakan lagi. Selanjutnya hasil validasi pakar materi 3,57, pakar karakter
pada proses penghijauan di sekolah, siswa juga 3,57, dan pakar bahasa 3,53, telah mencapai
kurang peduli dengan penghijauan hal ini kriteria penilaian yaitu layak sesuai dengan
dikarenakan sudah ada bapak tukang kebun yang standar penilaian buku teks BSNP 2006 yang
merawat tanaman di sekolah. telah dimodifikasi. Selain itu, dari hasil penelitian
Pengembangan modul IPA terpadu dan pembahasan modul IPA berkarakter peduli
membutuhkan berbagai tahapan mulai dari studi lingkungan yang dikembangkan efektif digunakan
pendahuluan, perumusan model, validasi, uji dalam pembelajaran di SMK Negeri 11
skala kecil, uji skala besar, revisi dan produk Semarang. Hal itu terbukti dengan tanggapan
akhir. Modul IPA terpadu berkarakter peduli positif yang diberikan guru dan siswa serta tingkat
lingkungan dalam penelitian ini telah melalui ketuntasan klasikal siswa 86% telah mencapai
berbagai tahapan tersebut. Berdasarkan data yang kriteria yaitu ≥85% siswa telah tuntas belajar
diperoleh dapat disimpulkan bahwa modul IPA (KKM≥75) dengan rata-rata hasil belajar siswa
terpadu yang disusun telah memenuhi aspek sebesar 80,7.
252
Ratna Setyowati dkk./ Unnes Science Education Journal 2 (2) (2013)

PENUTUP Pala, A. 2011. The Need For Character Education.


Berdasarkan hasil penelitian, dapat Turkey. International Journal Of
disimpulkan bahwa modul IPA berkarakter peduli Social Sciences And Humanity Studies,
3: 23-32
lingkungan tema polusi yang dikembangkan layak
Prastowo, A. 2001. Panduan Kreatif Membuat
berdasarkan standar penilaian buku teks BSNP Bahan Ajar Inovatif. Jogjakarta: DIVA
2006 yang telah dimodifikasi. Hal itu terlihat dari Press.
persentase hasil validasi pakar yang menilai Purnomo, D., M. Indrowati, & P. Karyanto. 2013.
layak. Selain itu modul IPA berkarakter peduli Pengaruh Penggunaan Modul Hasil
lingkungan tema polusi yang dikembangkan Penelitian Pencemaran di Sungai Pepe
efektif digunakan dalam pembelajaran siswa kelas Surakarta sebagai Sumber Belajar
Biologi Pokok Bahasan Pencemaran
XI SMK Negeri 11 Semarang. Hal itu terlihat dari
Lingkungan Terhadap Hasil Belajar
tanggapan positif yang diberikan guru dan siswa Siswa. Jurnal Pendidikan Biologi, 5:
serta diperoleh ketuntasan belajar secara klasikal 59-6
sebesar 86% serta dilihat dari meningkatnya Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif
karakter peduli lingkungan pada siswa dengan Kualitatif dan R&D. Bandung:
criteria mulai berkembang. Alfabeta.
Saran yang dapat disampaikan oleh Sungkono. 2009. Pengembangan dan
Pemanfaatan Bahan Ajar Modul
peneliti yaitu diperlukan penelitian lebih lanjut
dalam Proses Pembelajaran. Majalah
pada sekolah lain dengan skala lebih luas guna Pembelajaran IPA, Vol. 5, No. 1. Hal:
mengetahui tingkat keefektifan produk modul 49-62.
tema polusi berkarakter peduli lingkungan. Syahrul. 2010. Pengembangan Model Asesmen
Kompetensi Siswa SMK dalam
DAFTAR PUSTAKA Konteks Pembelajaran Berbasis Kerja
di Industri. Jurnal Penelitian dan
Ahmad, M. 2010. Pendidikan Lingkungan Hidup Evaluasi Pendidikan, 14 (2): 246-268
dan Masa Depan Ekologi Manusia. Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu
Jurnal Forum Tarbiyah 8: 57-71
dalam Teori dan Praktek. Jakarta:
Khusniati, M. 2012. Pendidikan Karakter Melalui
Prestasi Pustaka
Pembelajaran IPA. Jurnal Pendidikan
IPA Indonesia, 1(2): 204-210
Ningtiyas, P., & H. Siswaya. 2012. Penggunaan
Metode Kooperatif Tipe TGT
Dilengkapi Modul dan LKS Ditinjau
dari Aktivitas Siswa. Jurnal Penelitian
Pembelajaran Fisika, 3: 51-58

253

Anda mungkin juga menyukai