fransiskadini99@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan modul Blended Learning materi organ
gerak hewan menggunakan model Problem Based Learning untuk siswa kelas V sekolah
dasar. Penelitian ini dilakukan dengan metode Research and Development (RnD) tipe
ADDIE. Terdapat dua validator yaitu satu dosen IPA dan satu guru kelas IV,serta lima belas
siswa untuk uji coba lapangan secara terbatas dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini
menunjukkan 1) Modul pembelajaran IPA dikembangkan sesuai dengan tahapan tipe
ADDIE, yaitu Analyze, Design, Develop, Implement, dan Evaluate; 2) Kualitas modul
pembelajaran IPA berada pada kategori “Sangat Baik” setara denganskor 3,64 (Skala 1-4)
dengan rekomendasi “Revisi sesuai saran”; dan 3) Uji coba keterbacaan modul berada pada
kategori “Sangat Baik” setara dengan skor 3,47 (Skala1-4).
ABSTRACT
This study aims to develop a Blended Learning mode for animal movement organsusing a
Problem Based Learning model for fifth grade elementary school students. Thisresearch
was conducted using the Research and Development (RnD) method of ADDIEtype. There
are two validators, one science lecturer and one fourth grade teacher, as well as fifteen
students for limited field trials in this study. The results of this study show 1) The science
learning module was developed according to the stages of the ADDIE type, namely
Analyze, Design, Develop, Implement, and Evaluate; 2) The quality of the science
learning module is in the "Very Good" category equivalent to a score of 3.64 (Scale 1-4)
with the recommendation "Revision according to suggestions"; and 3) The module's
readability test was in the “Very Good” category equivalent to a score of 3.47 (Scale 1-4).
1
Keywords: research and development, science learning module, Problem Based
Learning
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan hal yang esensial sebagai fondasi kehidupan, baik yang
diselenggarakan secara formal maupun informal. Pendidikan formal dapat diperoleh dari
instansi pemerintah maupun swasta, sedangkan pendidikan informal bisa didapatkan dari
satuan terkecil yaitu keluarga hingga lingkungan yang bisa diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari. Pendidikan formal tidak terlepas dari kegiatan belajar mengajar di dalam kelas,
sehingga dalam pelaksanaannya, seorang pendidik harus mampu memfasilitasi siswanya
dengan menggunakan metode-metode yang menarik sehingga akan mendukung
terlaksananya kegiatan pembelajaran. Menurut Gagne & Briggs, pembelajaran adalah
serangkaian sistem yang mendukung proses pembelajaran siswa yang dirancang dengan
sistematis. Oleh karena itu, keefektifan pembelajaran perlu diperhatikan salah satunya
adalah dengan menyusun strategi agar anak bisa termotivasi dalam belajar. Selain itu orang
tua juga berperan besar dalam proses belajar ini.
Dalam tingkat pendidikan dasar, ada berbagai mata pelajaran yang akan diberikan
ke siswa, salah satunya yaitu Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau yang biasa dikenal dengan
Sains (Science: Bahasa Inggris) atau dari bahasa latin “scientia” yang berartipengetahuan
tentang, atau tahu tentang; pengetahuan, pengertian, faham yang benar dan mendalam
(Wonoraharjo, 2010: 11). Pembelajaran IPA mencangkup studi yang mempelajari struktur
dari perilaku alam yang dapat dibuktikan misalnya melalui eksperimen. Maka dari itu,
pelajaran sains berfokus pada praktik dalam pengembangan kompetensinya secara ilmilah
sehingga siswa bisa memperoleh pengetahuan yang terperinci tentang alam.
Ada banyak sekali metode pembelajaran salah satunya adalah metode Blended
Learning atau yang biasa dikenal dengan Hybrid Learning yaitu merupakan penggabungan
metode luring (tatap muka) dan daring (virtual). Dalam era pandemi ini, metode tersebut
sangat banyak diaplikasikan dalam kegiatan pembelajaran. Ada beberapa aplikasi
pembelajaran seperti Zoom, Google Meet, Microsoft Team, Whatsapp dan lain sebagainya.
Blended learning adalah campuran dari berbagai jenis metode belajar dan dalam metode
penyampaiannya bertujuan untuk mengoptimalkan pengalaman belajar bagi peserta didik.
Dalam kombinasi pembelajaran tersebut, kegiatan bisa didominasi oleh kegiatan tatap muka,
lalu pembelajaran e-learning yang disisipkan atau sebaliknya kegiatan sehari-hari diisi oleh
aktivitas virtual kemudian disisipkan pertemuan luring untuk review maupun ujian.
Untuk mengisi kegiatan belajar mengajar baik secara daring maupun luring,
2
diperlukan bahan ajar sebagai sarana pembelajaran. Berdasarkan Prastowo (2014:16), bahan
ajar merupakan materi yang didesain secara terstruktur baik secara lisan maupun tertulis
sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif. Dari segi pendidik, bahan ajar berguna
untuk mempersiapkan materi belajar sehingga guru mempunyai pedoman ketika mengajar
siswanya supaya lebih terarah. Sedangkan untuk siswa, bahan ajar dapat dimanfaatkan untuk
pegangan yang harus dipelajari baik secara individu maupun kelompok.
Bahan ajar yang akan dikembangkan dalam penelitian ini adalah dalam berbentuk
cetak yaitu berupa modul dan berbasis Problem Based Learning. Modul pembelajaran
disusun sedemikian rupa sehingga bisa menarik dan disusun berdasarkan standar kompetensi
(Anwar, 2010). Modul merupakan salah satu sarana pendukung belajar siswa yang
dilengkapi dengan latihan soal dan ilustrasi yang bisa dikerjakan secara individual atau
dengan arahan pendidik. Peneliti mengidentifikasi sebuah modul yang dapat meningkatkan
perkembangan siswa terhadap materi organ gerak hewan. Dengan menerapkan problem
based learning, guru mendorong siswa untuk aktif dalam kegiatan praktik ilmiah yang
terkait dengan kehidupan sehari-hari sehingga diharapkan materi organ gerak hewan dapat
lebih bermakna bagi peserta didik.
Kemudian untuk mengaplikasikannya, peneliti menggunakan metode Research and
Development atau R and D. Desain yang digunakana adalah ADDIE yang merupakan
singkatan dari Analyze, Design, Develop, Implement, Evaluate (Tung, 2017: 57). Ditahap
analisis, peneliti menginvestigasi metode yang cocok untuk diterapkan, Ditahap desain,
peneliti merancang desain yang cocok untuk kemudian dikembangkan. Pada tahap
perkembangan dan implementasi, penulis merealisasikan dan mengimplementasikan produk
tersebut di dalam kelas. Sedangkan dalam tahap evaluasi, akan ada feedback atau umpan
balik dari hasil akhir produk.
Rumusan masalah yang diangkat penulis adalah (1) Bagaimana mengembangkan
modul Blended Learning materi organ gerak hewan menggunakan model Problem Based
Learning untuk siswa kelas V Sekolah Dasar? dan (2) Bagaimana kualitas modul Blended
Learning materi organ gerak hewan menggunakan model Problem Based Learning untuk
siswa kelas V Sekolah Dasar? Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah
mengembangkan modul Blended Learning materi organ gerak hewan menggunakan model
Problem Based Learning untuk siswa kelas V Sekolah Dasar dan mengetahui kualitas modul
Blended Learning materi organ gerak hewan menggunakan model Problem Based Learning
untuk siswa kelas V Sekolah Dasar.
3
Ada beberapa penelitan terdahulu yang relevan dan berkaitan dengan melakukan
penelitian mengenai pengembangan modul pada pembelajaran IPA. Keefektifan modul
praktikum IPA berbasis Kurikulum 2013 tingkat SD dalam meningkatkan keterampilan
proses dan keaktifan mahasiswa PGSD (Nurbaeti & Sunarsih 2020). Modul IPA terpadu
dengan pendekatan saintifik tema sampah dapat membuat pembelajaran menjadi sangat
efektif (Lestari, Sarwanto, & Masykuri 2015). Modul IPA berbasis inkuiri terbimbing untuk
meningkatkan keterampilan proses dasar Sains peserta didik kelas IV (Yulita,2018). Modul
IPA dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi suhu dan
kalor untuk melatihkan keterampilan proses sains (Astuti, Hartini, & Mastuang 2018).
Modul pembelajaran IPA berbasis Problem Based Learning (PBL) dengan tema hujan asam
untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan keterampilan proses sains (Sari, Ashadi,
& prayitno 2017 ). Modul Ilmu Pengetahuan Alam digunakan sebagai bahan ajar secara
mandiri oleh siswa (Istanti 2011).
Penelitian ini dibatasi untuk mengembangkan modul blended learning materi organ
gerak hewan menggunakan problem based learning kelas 5 Sekolah Dasar. Adapun tujuan
dari modul ini adalah untuk mengembangkan pengetahuan siswa dalam materi IPA. Hal
tersebut dilaksanakan untuk mengembangkan produk menjadi lebih kreatif , menarik, dan
inovatif dan bisa diaplikasikan dalam pembelajaran daring maupun luring.
KAJIAN PUSTAKA
1. Modul Pembelajaran
Modul merupakan salah satu media belajar yang dikemas secara tertulis/cetak yang
kemudian disusun dengan terstruktur dan sistematis, mencangkup materi pembelajaran,
metode, rencana pembelajaran berdasarkan standar kompetensi dasar dan indikator
pencapaian kompetensi, pedoman pembelajaran independen (self-instructional), dan
memberikan peluang untuk siswa supaya dapat mengetes dan mengkoreksi melalui soal-
soal yang terdapat dalam modul secara individual (Suprawoto, 2009:2). Menurut Daryanto
(2013:9), modul pembelajaran adalah seperangkat materi ajar yang terstruktur dan
dirancang untuk siswa dalam mendalami pembelajaran yang terperinci.
Modul akan berpengaruh secara signifikan apabila siswa dapat menyerap
pembelajaran dengan baik. Penggunaan modul memiliki pengaruh yang tinggi terhadap
siswa yang bisa menangkap pembelajaran dengan cepat sehingga tentunya akan dapat
menyelesaikan beberapa kompetensi dasar. Oleh karena itu, modul harus dilengkapi
dengan kompetensi dasar yang akan dicapai peserta didik yang didesain menggunakan
4
bahasa yang baik dan mudah dimengerti, atraktif dan menggunakan ilustrasi sebagai
pendukung. Menurut pendapat para ahli, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa modul
merupakan perangkat pembelajaran yang disusun untuk mewadahi siswa dalam proses
belajar mengajar sehingga akan memudahkan peserta didik untuk menyerap pembelajaran.
2. Blended Learning
Blended learning merupakan strategi pembelajaran yang menggabungkan
pembelajaran virtual dan tatap muka. Metode ini merupakan konsep baru yang mana
penyampaian pembelajaran bisa dilaksanakan di dalam kelas atau online (Bielawski dan
Metcalf dalam Husamah 2014).
Dalam era saat ini, blended learning menjadi populer salah satunya karena
kemajuan teknologi dan adanya pandemic yang membatasai pertemuan tatap muka.
Seperti Semler (dalam Husamah, 2014:11) berpendapat bahwa pengertian blended
learning adalah merupakan gabungan keunggulan e-learning, face-to-face, dan praktiknya
dalam pembelajaran. Blended learning dikembangkan karena terdapat beberapa
kekurangan dalam pembelajaran luring. Namun, ada beberapa kelebiban yang bisa
dikembangkan dari pembelajaran tatap muka.
Beberapa kelebihan dari blended learning yang diungkapkan oleh Kusairi (dalam
Husamah 2014: 35) adalah peserta didik dan guru bisa berkomunikasi di luar kelas, dapat
memakai fasilitas pembelajaran online secara mandiri dan kegiatan pembelajaran tetap
bisa dikontrol oleh pendidik diluar jam kelas.
5
4. Ilmu Pengetahuan Alam
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau yang biasa dikenal dengan Sains (Science:
Bahasa Inggris) atau dari bahasa latin “scientia” yang berartipengetahuan tentang, atau tahu
tentang; pengetahuan, pengertian, faham yang benar dan mendalam (Wonoraharjo, 2010:
11). Pembelajaran IPA mencangkup studi yang mempelajari struktur dari perilaku alam yang
dapat dibuktikan misalnya melalui eksperimen. Oleh karena itu, pelajaran sains lebih
berfokus pada praktik dalam pengembangan kompetensinyasehingga siswa bisa
memperoleh pengetahuan yang mendalam tentang alam.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Research and
Development (R & D) tipe ADDIE. Penelitian R & D merupakan metode penelitian
yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan kemudian menguji
keefektifan dari hasil produk tersebut (Sugiyono, 2011). Tempat penelitian ini
beralamat di Jl. Tantular, Kaliwaru, Condongcatur, kec. Depok, Kabupaten Sleman,
Daerah Istimewa Yogyakarta 52283. Waktu penelitian terhitung mulai bulan April
2022 sampai Mei 2022. Penelitian ini dimulai dari wawancara analisis kebutuhan,
pembuatan produk, hingga penyelesaian laporan skripsi. Keseluruhan penelitian
pengembangan ini membutuhkan waktu kurang lebih 2 bulan, sesuai dengan tahap-
tahap dalam penelitian dan pengembangan model ADDIE.
Subjek penelitian dalam uji coba modul ini adalah siswa kelas V SD Negeri Puren
tahun ajaran 2021/2022. Analisis kebutuhan dilakukan kepada wali kelas V SD Negeri
Puren.Uji coba produk yang sudah direvisi akan dilakukan kepada 15 siswa yakni, 7
laki-laki dan8 perempuan kelas V SD Negeri Puren tahun ajaran 2021/2022. Peneliti
memilih model ADDIE dikarenakan modelnya yang sederhana dan mudah dipahami
serta ada tahap ujicoba yang menjadikan produk pengembangan lebih layak digunakan
(Ismi & Ain, 2021). ADDIE merupakan singkatan dari Analyze, Design, Develop,
Implement, Evaluate (Tung, 2017). Berikut adalah bagan penelitian berdasarkan
langkah-langkah ADDIE.
6
Gambar 1
Langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan Tipe ADDIE
7
kelas. Observasi ini dilakukan berdasarkan 5 aspek yaitu: 1) Visi dan misi sekolah, 2)
Kurikulum yang digunakan, 3) Metode belajar yang digunakan dalam kelas, 4) Perilaku
siswa, 5) Ketersediaan modul pembelajaran IPA di SD Kanisius Totogan. Selain itu
wawancara dilakukan untuk kebutuhan guru dalam bahan ajar yang digunakan selama masa
pandemi Covid-19. Berikut ini merupakan instrumen wawancara yang digunakan terdiri
dari 6 aspek yaitu: 1) Penyediaan buku modul pembelajaran IPA di perpustakaan, 2)
Penerapan metode pembelajaran didalam kelas, 3) Upaya mengatasi kesulitan mengajar
IPA, 4) Media/Bahan ajar yang digunakan guru dalam pembelajaran IPA, 5) Saran dalam
pengembangan modul pembelajaran IPA menggunakan model Problem Based Learning di
sekolah, 6) Model Peoblem Based Learning. Sedangkan kuesioner dilakukan berdasarkan
analisis kebutuhan siswa, uji validitas modul dan uji keterbacaan modul pembelajaran IPA.
Kuesioner analisis kebutuhan siswa terdiri dari 15 butir pertanyaan, kuesioner uji validitas
modul terdiri dari 26 butir pertanyaan, dan kuesioner uji keterbacaan modul terdiri dari 20
butir pertanyaan. Metode yang digunakan yaitu skala Likert dengan 4 kemungkinan jawaban
yaitu (4) Sangat Baik, (3) Baik, (2) Kurang Baik, (1) Tidak Baik.
Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah teknik observasi,
wawancara, dan kuesioner. Teknik observasi dilakukan di kelas V SD ketika pembelajaran
Ilmu Pengetahuan Alam dan dilakukan ketika PLP 3 selama 3 bulan untuk mengetahui
aktivitas dan kegiatan siswa sehari-hari. Teknik wawancara dilakukan kepada guru kelas V
SD untuk analisis kebutuhan, mengidentifikasi masalah, dan melakukan analisis tugas.
Sedangkan teknik kuesioner diberikan kepada peserta didik sebagai subjek penelitian,
menggunakan instrumen analisis kebutuhan dengan kuesioner tertutup. Penelitian ini
menggunakan analisis data dengan analisis kebutuhan guru memberikan 10 butir pertanyaan
dan analisis kebutuhan siswa memberikan kuesioner yang berisi 15 butir pertanyaan kepada
peserta didik untuk mengetahui kebutuhan siswa terhadap bahan ajar yang digunakan
terutama pembelajaran IPA.
Teknik analisis data dalam penelitian ini yaitu data kualitatif dan data kuantitatif.
Data kualitatif dikumpulkan dalam penelitian ini berdasarkan hasil observasi dan wawancara,
komentar, kritik dan saran dari para ahli dan guru kelas V SD. Sedangkan data kuantitatif
dalam penelitian ini diperoleh dari skor hasil uji kelayakan modul yang dilakukan oleh
seorang ahli IPA dan 1 guru kelas V SD, serta diperoleh dari skor hasil uji keterbacaan
modul pembelajaran IPA yang dilakukan secara terbatas oleh 15 siswa SD kelas V.
Perhitungan data kuantitatif dalam penelitian ini menggunakan empat skala Likert
(Widoyoko, 2014: 144). Uraian dari keempat skala Likert meliputi sebagai berikut: (4)
8
Sangat Baik, (3) Baik, (2) Kurang Baik, (1) Sangat Kurang Baik.
Tabel 1
Kategori Skala Likert
10
Negeri Puren dikarenakan sebelumnya peneliti sudah menjalankan PLP 3 di SD
tersebut, jadi peneliti melanjutkan observasi dan penelitian di SD Negeri Puren. Peneliti
melakukan uji coba ditengah masa pandemi Covid-19 sehingga tidak memungkinkan
siswa untuk berkumpul dalam jumlah yang banyak. Pertama-tama peneliti
menyampaikan materi kepada siswa dan melakukan kegiatan berdasarkan panduan
dalam modul pembelajaran yang telah dibuat dengan model Problem Based Learning
dan dilakukan secara Blended Learning yaitu perpaduan antara pembelajaran luring dan
daring. Setelah selesai menyampaikan materi, peneliti memberikan angket penilaian uji
keterbacaan modul pembelajaran IPA kepada siswa dan diisi sesuai dengan pengalaman
siswa secara individu.
Tahap kelima yaitu Evaluate. Tahapan ini merupakan tahap yang terakhir dalam
penelitian ini. Pada tahap ini, peneliti melakukan evaluasi yang diperoleh dari hasil
validasi produk modul pembelajaran IPA oleh para validator yang terdiri dari satu dosen
IPA dan satu guru kelas V SD. Evaluasi selanjutnya diperoleh berdasarkan angket hasil
uji keterbacaan modul pembelajaran IPA yang diberikan kepada 15 siswa kelas V SD
saat melakukan uji coba secara terbatas di SD Negeri Puren.
Berdasarkan hasil pembahasan di atas, pengembangan produk modul Blended
Learning materi organ gerak hewan menggunakan model Problem Based Learning
untuk siswa kelas V sekolah dasar dapat diketahui bahwa penelitian sudah dilakukan
oleh peneliti sesuai dengan tahapan pengembangan dan penelitian tipe ADDIE yang
terdiri dari 5 tahapan yaitu Analyze, Design, Develop, Implement, Evaluate.
Produk modul Learning materi organ gerak hewan menggunakan model Problem
Based Learning untuk siswa kelas V sekolah dasar telah divalidasi oleh 2 validator yang
terdiri dari satu dosen IPA dan satu guru kelas V SD. Hasil validasi yang telah dilakukan
oleh Dosen IPA memperoleh skor rata-rata 3,5 dengan kategori “ Sangat Baik”, guru
SD Negeri Puren memperoleh skor rata-rata 3,78 dengan kategori “Sangat Baik”.
Berdasarkan hasil perolehan skor validasi oleh 2 validator yaitu memperoleh skor rata-
rata yaitu 3,64 Dengan demikian, modul Blended Learning pembelajaran IPA yang telah
dirancang dan dikembangkan oleh peneliti memiliki kualitas yang “Sangat Baik”.
Modul pembelajaran IPA yang sudah divalidasi dan direvisi mendapatkan komentar dan
saran yang membangun untuk memperbaiki kualitas produk, kemudian produk dapat
diimplementasikan kepada siswa. Berikut ini merupakan tabel hasil validasi modul
pembelajaran IPA oleh para ahli:
11
Tabel 2
Hasil Validasi Modul Pembelajaran IPA
12
Tabel 3
Hasil Uji Coba Keterbacaan Modul Pembelajaran IPA
KESIMPULAN
13
produk berupa modul pembelajaran IPA secara detail dari bagian awal hingga akhir modul
dan melakukan validasi kepada dua validator yang terdiri dari satu dosen IPA dan satu
guru kelas V SD. Setelah modul pembelajaran IPA di validasi, peneliti melakukan revisi
pada beberapa bagian yang diperlukan. (4) Implement, pada tahap ini peneliti melakukan
uji coba terbatas yang dilakukan kepada enam siswa kelas V SD. (5) Evaluate, pada tahap
ini peneliti menggunakan evaluasi secara sumatif dan formatif, dimana pada evaluasi
sumatif diambil berdasarkan hasil dari validasi produk yang dilakukan oleh dua validator,
sedangkan evaluasi formatif diambil berdasarkan hasil angket yang diberikan kepada lima
belas siswa. Kualitas produk berupa modul pembelajaran IPA berdasarkan hasil validasi
oleh dua ahli yaitu 3,64 menunjukkan kualitas modul pembelajaran IPA “Sangat Baik”.
Memperoleh skor 3,5 dari dosen IPA, skor 3,78 dari guru kelas V SD Negeri Puren. Modul
pembelajaran IPA yang dikembangkan juga efektif dan layak untuk meningkatkan hasil
belajar dan motivasi belajar pada siswa kelas V SD yang memperoleh nilai rata-rata
keseluruhan 3,47 dengan kategori “Sangat Baik”.
Keterbatasan Penelitian
Berdasarkan modul yang dikembangkan oleh peneliti terdapat beberapa
keterbatasan yaitu:
1. Pengambilan data wawancara untuk analisis kebutuhan hanya dilakukan secara
daring melalui Whatsapp karena pandemi Covid-19.
2. Pelaksanaan validasi produk dilakukan hanya dua validator sehingga data yang
diperoleh terbatas.
3. Pelaksanaan uji coba produk dilakukan terbatas oleh 15 siswa dengan protokol
kesehatandikarenakan masa pandemi Covid-19.
Saran
Berdasarkan dari beberapa keterbatasan yang telah dipaparkan oleh peneliti, maka
dibawah ini peneliti akan memaparkan beberapa saran bagi para peneliti selanjutnya.
2. Pelaksanaan uji coba produk dilakukan lebih dari 15 siswa, misalnya pada kelas
paralel agar hasil penelitian lebih akurat.
3. Pelaksanaan validasi produk dilakukan lebih dari dua validator agar data yang diperoleh
lebih akurat
14
DAFTAR PUSTAKA
Balim, A. K. (2019). Pengembangan Modul Pembelajaran IPA Materi Organ Tubuh
Manusia Untuk Siswa Kelas V Sekolah Dasar. Yogyakarta: Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
Darmawati, S., Ashadi, & Sarwanto. (2019). Pengembangan Modul IPA Berbasis
Konstektual Materi Kalor dan Berpindahannya untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis Peserta DIdik SMP Kelas VII. Inkuiri : Jurnal
Pendidikan IPA, 7(3), 365-374.
Lestari, Sarwanto, & Masykuri, M. (2015). Pengembangan Modul IPA Terpadu dengan
Pendekatan Saintifik Tema Sampah Untuk Kelas VII SMP / MTs. Jurnal Inkuiri,
4(2), 116-124.
Nurbaeti, R. U., & Sunarsih, D. (2020). Pengembangan Modul Praktikum IPA Berbasis
Kurikulum 2013 Untuk Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Jurnal
Elementaria Edukasia, 3(1), 109- 116.
Sari, R. T., Siska, A., & Fortuna , R. A. (2019). Pengembangan Modul Pembelajaran
IPA Berbasis Pendekatan Konstruktivisme untuk Kelas V SD. Bio-Pedagogi :
Jurnal Pembelajaran Biologi, 8(2), 89-93.
Nafiah, Y. N., & Suyanto, W. (2014). Penerapan model problem-based learning untuk
15
meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar siswa. Jurnal
PendidikanVokasi, 4(1).
Yulianti, E., & Gunawan, I. (2019). Model Pembelajaran Problem Based Learning
(PBL): Efeknya Terhadap Pemahaman Konsep dan Berpikir Kritis.
Indonesian Journal ofScience and Mathematics Education, 2(3), 399-408.
16