Anda di halaman 1dari 16

PENGEMBANGAN MODUL BLENDED LEARNING MATERI ORGAN

GERAK HEWAN MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED


LEARNING UNTUK SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

Fransiska Dini Andini1, Wahyu Wido Sari2

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

fransiskadini99@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan modul Blended Learning materi organ
gerak hewan menggunakan model Problem Based Learning untuk siswa kelas V sekolah
dasar. Penelitian ini dilakukan dengan metode Research and Development (RnD) tipe
ADDIE. Terdapat dua validator yaitu satu dosen IPA dan satu guru kelas IV,serta lima belas
siswa untuk uji coba lapangan secara terbatas dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini
menunjukkan 1) Modul pembelajaran IPA dikembangkan sesuai dengan tahapan tipe
ADDIE, yaitu Analyze, Design, Develop, Implement, dan Evaluate; 2) Kualitas modul
pembelajaran IPA berada pada kategori “Sangat Baik” setara denganskor 3,64 (Skala 1-4)
dengan rekomendasi “Revisi sesuai saran”; dan 3) Uji coba keterbacaan modul berada pada
kategori “Sangat Baik” setara dengan skor 3,47 (Skala1-4).

Kata kunci: penelitian dan pengembangan, modul pembelajaran IPA, Problem


Based Learning

ABSTRACT

This study aims to develop a Blended Learning mode for animal movement organsusing a
Problem Based Learning model for fifth grade elementary school students. Thisresearch
was conducted using the Research and Development (RnD) method of ADDIEtype. There
are two validators, one science lecturer and one fourth grade teacher, as well as fifteen
students for limited field trials in this study. The results of this study show 1) The science
learning module was developed according to the stages of the ADDIE type, namely
Analyze, Design, Develop, Implement, and Evaluate; 2) The quality of the science
learning module is in the "Very Good" category equivalent to a score of 3.64 (Scale 1-4)
with the recommendation "Revision according to suggestions"; and 3) The module's
readability test was in the “Very Good” category equivalent to a score of 3.47 (Scale 1-4).

1
Keywords: research and development, science learning module, Problem Based
Learning

PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan hal yang esensial sebagai fondasi kehidupan, baik yang
diselenggarakan secara formal maupun informal. Pendidikan formal dapat diperoleh dari
instansi pemerintah maupun swasta, sedangkan pendidikan informal bisa didapatkan dari
satuan terkecil yaitu keluarga hingga lingkungan yang bisa diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari. Pendidikan formal tidak terlepas dari kegiatan belajar mengajar di dalam kelas,
sehingga dalam pelaksanaannya, seorang pendidik harus mampu memfasilitasi siswanya
dengan menggunakan metode-metode yang menarik sehingga akan mendukung
terlaksananya kegiatan pembelajaran. Menurut Gagne & Briggs, pembelajaran adalah
serangkaian sistem yang mendukung proses pembelajaran siswa yang dirancang dengan
sistematis. Oleh karena itu, keefektifan pembelajaran perlu diperhatikan salah satunya
adalah dengan menyusun strategi agar anak bisa termotivasi dalam belajar. Selain itu orang
tua juga berperan besar dalam proses belajar ini.
Dalam tingkat pendidikan dasar, ada berbagai mata pelajaran yang akan diberikan
ke siswa, salah satunya yaitu Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau yang biasa dikenal dengan
Sains (Science: Bahasa Inggris) atau dari bahasa latin “scientia” yang berartipengetahuan
tentang, atau tahu tentang; pengetahuan, pengertian, faham yang benar dan mendalam
(Wonoraharjo, 2010: 11). Pembelajaran IPA mencangkup studi yang mempelajari struktur
dari perilaku alam yang dapat dibuktikan misalnya melalui eksperimen. Maka dari itu,
pelajaran sains berfokus pada praktik dalam pengembangan kompetensinya secara ilmilah
sehingga siswa bisa memperoleh pengetahuan yang terperinci tentang alam.
Ada banyak sekali metode pembelajaran salah satunya adalah metode Blended
Learning atau yang biasa dikenal dengan Hybrid Learning yaitu merupakan penggabungan
metode luring (tatap muka) dan daring (virtual). Dalam era pandemi ini, metode tersebut
sangat banyak diaplikasikan dalam kegiatan pembelajaran. Ada beberapa aplikasi
pembelajaran seperti Zoom, Google Meet, Microsoft Team, Whatsapp dan lain sebagainya.
Blended learning adalah campuran dari berbagai jenis metode belajar dan dalam metode
penyampaiannya bertujuan untuk mengoptimalkan pengalaman belajar bagi peserta didik.
Dalam kombinasi pembelajaran tersebut, kegiatan bisa didominasi oleh kegiatan tatap muka,
lalu pembelajaran e-learning yang disisipkan atau sebaliknya kegiatan sehari-hari diisi oleh
aktivitas virtual kemudian disisipkan pertemuan luring untuk review maupun ujian.
Untuk mengisi kegiatan belajar mengajar baik secara daring maupun luring,
2
diperlukan bahan ajar sebagai sarana pembelajaran. Berdasarkan Prastowo (2014:16), bahan
ajar merupakan materi yang didesain secara terstruktur baik secara lisan maupun tertulis
sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif. Dari segi pendidik, bahan ajar berguna
untuk mempersiapkan materi belajar sehingga guru mempunyai pedoman ketika mengajar
siswanya supaya lebih terarah. Sedangkan untuk siswa, bahan ajar dapat dimanfaatkan untuk
pegangan yang harus dipelajari baik secara individu maupun kelompok.
Bahan ajar yang akan dikembangkan dalam penelitian ini adalah dalam berbentuk
cetak yaitu berupa modul dan berbasis Problem Based Learning. Modul pembelajaran
disusun sedemikian rupa sehingga bisa menarik dan disusun berdasarkan standar kompetensi
(Anwar, 2010). Modul merupakan salah satu sarana pendukung belajar siswa yang
dilengkapi dengan latihan soal dan ilustrasi yang bisa dikerjakan secara individual atau
dengan arahan pendidik. Peneliti mengidentifikasi sebuah modul yang dapat meningkatkan
perkembangan siswa terhadap materi organ gerak hewan. Dengan menerapkan problem
based learning, guru mendorong siswa untuk aktif dalam kegiatan praktik ilmiah yang
terkait dengan kehidupan sehari-hari sehingga diharapkan materi organ gerak hewan dapat
lebih bermakna bagi peserta didik.
Kemudian untuk mengaplikasikannya, peneliti menggunakan metode Research and
Development atau R and D. Desain yang digunakana adalah ADDIE yang merupakan
singkatan dari Analyze, Design, Develop, Implement, Evaluate (Tung, 2017: 57). Ditahap
analisis, peneliti menginvestigasi metode yang cocok untuk diterapkan, Ditahap desain,
peneliti merancang desain yang cocok untuk kemudian dikembangkan. Pada tahap
perkembangan dan implementasi, penulis merealisasikan dan mengimplementasikan produk
tersebut di dalam kelas. Sedangkan dalam tahap evaluasi, akan ada feedback atau umpan
balik dari hasil akhir produk.
Rumusan masalah yang diangkat penulis adalah (1) Bagaimana mengembangkan
modul Blended Learning materi organ gerak hewan menggunakan model Problem Based
Learning untuk siswa kelas V Sekolah Dasar? dan (2) Bagaimana kualitas modul Blended
Learning materi organ gerak hewan menggunakan model Problem Based Learning untuk
siswa kelas V Sekolah Dasar? Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah
mengembangkan modul Blended Learning materi organ gerak hewan menggunakan model
Problem Based Learning untuk siswa kelas V Sekolah Dasar dan mengetahui kualitas modul
Blended Learning materi organ gerak hewan menggunakan model Problem Based Learning
untuk siswa kelas V Sekolah Dasar.

3
Ada beberapa penelitan terdahulu yang relevan dan berkaitan dengan melakukan
penelitian mengenai pengembangan modul pada pembelajaran IPA. Keefektifan modul
praktikum IPA berbasis Kurikulum 2013 tingkat SD dalam meningkatkan keterampilan
proses dan keaktifan mahasiswa PGSD (Nurbaeti & Sunarsih 2020). Modul IPA terpadu
dengan pendekatan saintifik tema sampah dapat membuat pembelajaran menjadi sangat
efektif (Lestari, Sarwanto, & Masykuri 2015). Modul IPA berbasis inkuiri terbimbing untuk
meningkatkan keterampilan proses dasar Sains peserta didik kelas IV (Yulita,2018). Modul
IPA dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi suhu dan
kalor untuk melatihkan keterampilan proses sains (Astuti, Hartini, & Mastuang 2018).
Modul pembelajaran IPA berbasis Problem Based Learning (PBL) dengan tema hujan asam
untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan keterampilan proses sains (Sari, Ashadi,
& prayitno 2017 ). Modul Ilmu Pengetahuan Alam digunakan sebagai bahan ajar secara
mandiri oleh siswa (Istanti 2011).
Penelitian ini dibatasi untuk mengembangkan modul blended learning materi organ
gerak hewan menggunakan problem based learning kelas 5 Sekolah Dasar. Adapun tujuan
dari modul ini adalah untuk mengembangkan pengetahuan siswa dalam materi IPA. Hal
tersebut dilaksanakan untuk mengembangkan produk menjadi lebih kreatif , menarik, dan
inovatif dan bisa diaplikasikan dalam pembelajaran daring maupun luring.

KAJIAN PUSTAKA

1. Modul Pembelajaran
Modul merupakan salah satu media belajar yang dikemas secara tertulis/cetak yang
kemudian disusun dengan terstruktur dan sistematis, mencangkup materi pembelajaran,
metode, rencana pembelajaran berdasarkan standar kompetensi dasar dan indikator
pencapaian kompetensi, pedoman pembelajaran independen (self-instructional), dan
memberikan peluang untuk siswa supaya dapat mengetes dan mengkoreksi melalui soal-
soal yang terdapat dalam modul secara individual (Suprawoto, 2009:2). Menurut Daryanto
(2013:9), modul pembelajaran adalah seperangkat materi ajar yang terstruktur dan
dirancang untuk siswa dalam mendalami pembelajaran yang terperinci.
Modul akan berpengaruh secara signifikan apabila siswa dapat menyerap
pembelajaran dengan baik. Penggunaan modul memiliki pengaruh yang tinggi terhadap
siswa yang bisa menangkap pembelajaran dengan cepat sehingga tentunya akan dapat
menyelesaikan beberapa kompetensi dasar. Oleh karena itu, modul harus dilengkapi
dengan kompetensi dasar yang akan dicapai peserta didik yang didesain menggunakan
4
bahasa yang baik dan mudah dimengerti, atraktif dan menggunakan ilustrasi sebagai
pendukung. Menurut pendapat para ahli, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa modul
merupakan perangkat pembelajaran yang disusun untuk mewadahi siswa dalam proses
belajar mengajar sehingga akan memudahkan peserta didik untuk menyerap pembelajaran.

2. Blended Learning
Blended learning merupakan strategi pembelajaran yang menggabungkan
pembelajaran virtual dan tatap muka. Metode ini merupakan konsep baru yang mana
penyampaian pembelajaran bisa dilaksanakan di dalam kelas atau online (Bielawski dan
Metcalf dalam Husamah 2014).
Dalam era saat ini, blended learning menjadi populer salah satunya karena
kemajuan teknologi dan adanya pandemic yang membatasai pertemuan tatap muka.
Seperti Semler (dalam Husamah, 2014:11) berpendapat bahwa pengertian blended
learning adalah merupakan gabungan keunggulan e-learning, face-to-face, dan praktiknya
dalam pembelajaran. Blended learning dikembangkan karena terdapat beberapa
kekurangan dalam pembelajaran luring. Namun, ada beberapa kelebiban yang bisa
dikembangkan dari pembelajaran tatap muka.
Beberapa kelebihan dari blended learning yang diungkapkan oleh Kusairi (dalam
Husamah 2014: 35) adalah peserta didik dan guru bisa berkomunikasi di luar kelas, dapat
memakai fasilitas pembelajaran online secara mandiri dan kegiatan pembelajaran tetap
bisa dikontrol oleh pendidik diluar jam kelas.

3. Problem Based Learning


Menurut Bould dan Feletti (1997) dalam Rusman (2010: 230) model pembelajaran
Problem Based Learning merupakan suatu terobosan baru yang signifikan dalam dunia
pendidikan. Dalam konsep ini diharapkan agar sebuah kelompok bisa mencari jalan keluar
dalam pemecahan masalah yang kontekstual.
Menurut Torp dan Sage (2002) dalam Sahin dan Yorek (2009) pernyataan tersebut
menjelasakan bahwa Problem Based Learning sebagai pengalaman belajar sekaligus
merupakan penyelesaian masalah dalam kehidupan nyara. Siswa digambarkan sebagai
seorang pemecah masalah yang aktif dan mempunyai inisiatif dalam mencari solusi dari
kondisi tertentu.

5
4. Ilmu Pengetahuan Alam
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau yang biasa dikenal dengan Sains (Science:
Bahasa Inggris) atau dari bahasa latin “scientia” yang berartipengetahuan tentang, atau tahu
tentang; pengetahuan, pengertian, faham yang benar dan mendalam (Wonoraharjo, 2010:
11). Pembelajaran IPA mencangkup studi yang mempelajari struktur dari perilaku alam yang
dapat dibuktikan misalnya melalui eksperimen. Oleh karena itu, pelajaran sains lebih
berfokus pada praktik dalam pengembangan kompetensinyasehingga siswa bisa
memperoleh pengetahuan yang mendalam tentang alam.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Research and
Development (R & D) tipe ADDIE. Penelitian R & D merupakan metode penelitian
yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan kemudian menguji
keefektifan dari hasil produk tersebut (Sugiyono, 2011). Tempat penelitian ini
beralamat di Jl. Tantular, Kaliwaru, Condongcatur, kec. Depok, Kabupaten Sleman,
Daerah Istimewa Yogyakarta 52283. Waktu penelitian terhitung mulai bulan April
2022 sampai Mei 2022. Penelitian ini dimulai dari wawancara analisis kebutuhan,
pembuatan produk, hingga penyelesaian laporan skripsi. Keseluruhan penelitian
pengembangan ini membutuhkan waktu kurang lebih 2 bulan, sesuai dengan tahap-
tahap dalam penelitian dan pengembangan model ADDIE.
Subjek penelitian dalam uji coba modul ini adalah siswa kelas V SD Negeri Puren
tahun ajaran 2021/2022. Analisis kebutuhan dilakukan kepada wali kelas V SD Negeri
Puren.Uji coba produk yang sudah direvisi akan dilakukan kepada 15 siswa yakni, 7
laki-laki dan8 perempuan kelas V SD Negeri Puren tahun ajaran 2021/2022. Peneliti
memilih model ADDIE dikarenakan modelnya yang sederhana dan mudah dipahami
serta ada tahap ujicoba yang menjadikan produk pengembangan lebih layak digunakan
(Ismi & Ain, 2021). ADDIE merupakan singkatan dari Analyze, Design, Develop,
Implement, Evaluate (Tung, 2017). Berikut adalah bagan penelitian berdasarkan
langkah-langkah ADDIE.

6
Gambar 1
Langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan Tipe ADDIE

Pada tahap analyze bertujuan untuk mengetahui informasi aktual di lapangan


berdasarkan analisis kebutuhan yang berkaitan dengan topik penelitian. Tahap ini
melakukan pengumpulan data yaitu berupa visi dan misi sekolah di SD Negeri Puren, dan
kurikulum yang digunakan sekolah, serta gaya belajar yang digunakan. Tahap design
bertujuan untuk mengembangkan garis besar produk berupa modul pembelajaran IPA
sebagai tindak lanjut dari temuan-temuan yang diperoleh dalam analisis kebutuhan. Pada
tahap ini, dimulai dari merancang konsep produk tersebut lalu mengembangkan dari standar
kompetensi yang telah ada ke dalam indikator tertentu. Tahap develop, tujuan dari tahap ini
adalah untuk menciptakan produk berupa modul pembelajaran IPA yang sudah dirancang
sebelumnya lalu dikembangkan. Tahap ini merumuskan instrumen validasi untuk menguji
kelayakan produk. Tahap implement, tujuan tahap ini adalah produk yang sudah dirancang
dan dikembangkan kemudian diujicobakan secara terbatas dilakukan dengan 2 ahli validator
yaitu 1 dosen IPA dan 1 guru kelas V SD dan dengan subjek 15 siswa yang terdiri dari 7
laki-laki dan 8 perempuan. Kemudian, tahap evaluate adalah tahap akhir yang dilakukan
dalam penelitian ini yaitu dengan memberikan evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.
Selanjutnya, setting penelitian ini yaitu dengan melibatkan Kepala Sekolah, Guru
kelas V, dan peserta didik kelas V SD Negeri Puren sebagai subjek penelitian. Objek
penelitian yaitu pengembangan modul Blended Learning materi organ gerak hewan
menggunakan model Problem Based Learning untuk siswa kelas V sekolah dasar. Lokasi
penelitian dilakukan di SD Negeri Puren yang beralamat di Jl. Tantular, Kaliwaru,
Condongcatur, kec. Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 52283.
Waktu penelitian terhitung mulai bulan April 2022 sampai Mei 2022.
Instrumen penelitian yang digunakan yaitu observasi, wawancara, dan kuesioner.
Observasi dilakukan untuk mengetahui proses pembelajaran IPA berlangsung di dalam

7
kelas. Observasi ini dilakukan berdasarkan 5 aspek yaitu: 1) Visi dan misi sekolah, 2)
Kurikulum yang digunakan, 3) Metode belajar yang digunakan dalam kelas, 4) Perilaku
siswa, 5) Ketersediaan modul pembelajaran IPA di SD Kanisius Totogan. Selain itu
wawancara dilakukan untuk kebutuhan guru dalam bahan ajar yang digunakan selama masa
pandemi Covid-19. Berikut ini merupakan instrumen wawancara yang digunakan terdiri
dari 6 aspek yaitu: 1) Penyediaan buku modul pembelajaran IPA di perpustakaan, 2)
Penerapan metode pembelajaran didalam kelas, 3) Upaya mengatasi kesulitan mengajar
IPA, 4) Media/Bahan ajar yang digunakan guru dalam pembelajaran IPA, 5) Saran dalam
pengembangan modul pembelajaran IPA menggunakan model Problem Based Learning di
sekolah, 6) Model Peoblem Based Learning. Sedangkan kuesioner dilakukan berdasarkan
analisis kebutuhan siswa, uji validitas modul dan uji keterbacaan modul pembelajaran IPA.
Kuesioner analisis kebutuhan siswa terdiri dari 15 butir pertanyaan, kuesioner uji validitas
modul terdiri dari 26 butir pertanyaan, dan kuesioner uji keterbacaan modul terdiri dari 20
butir pertanyaan. Metode yang digunakan yaitu skala Likert dengan 4 kemungkinan jawaban
yaitu (4) Sangat Baik, (3) Baik, (2) Kurang Baik, (1) Tidak Baik.
Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah teknik observasi,
wawancara, dan kuesioner. Teknik observasi dilakukan di kelas V SD ketika pembelajaran
Ilmu Pengetahuan Alam dan dilakukan ketika PLP 3 selama 3 bulan untuk mengetahui
aktivitas dan kegiatan siswa sehari-hari. Teknik wawancara dilakukan kepada guru kelas V
SD untuk analisis kebutuhan, mengidentifikasi masalah, dan melakukan analisis tugas.
Sedangkan teknik kuesioner diberikan kepada peserta didik sebagai subjek penelitian,
menggunakan instrumen analisis kebutuhan dengan kuesioner tertutup. Penelitian ini
menggunakan analisis data dengan analisis kebutuhan guru memberikan 10 butir pertanyaan
dan analisis kebutuhan siswa memberikan kuesioner yang berisi 15 butir pertanyaan kepada
peserta didik untuk mengetahui kebutuhan siswa terhadap bahan ajar yang digunakan
terutama pembelajaran IPA.
Teknik analisis data dalam penelitian ini yaitu data kualitatif dan data kuantitatif.
Data kualitatif dikumpulkan dalam penelitian ini berdasarkan hasil observasi dan wawancara,
komentar, kritik dan saran dari para ahli dan guru kelas V SD. Sedangkan data kuantitatif
dalam penelitian ini diperoleh dari skor hasil uji kelayakan modul yang dilakukan oleh
seorang ahli IPA dan 1 guru kelas V SD, serta diperoleh dari skor hasil uji keterbacaan
modul pembelajaran IPA yang dilakukan secara terbatas oleh 15 siswa SD kelas V.
Perhitungan data kuantitatif dalam penelitian ini menggunakan empat skala Likert
(Widoyoko, 2014: 144). Uraian dari keempat skala Likert meliputi sebagai berikut: (4)

8
Sangat Baik, (3) Baik, (2) Kurang Baik, (1) Sangat Kurang Baik.

Tabel 1
Kategori Skala Likert

Interval Skor Kategori

3,26 – 4,00 Sangat Baik

2,51 – 3,25 Baik

1,76 – 2,50 Kurang Baik

1,00 – 1,75 Tidak Baik

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian menggunakan pengembangan tipe ADDIE yaitu Analyze,


Design, Develop, Implement, Evaluate. Tahap Analyze merupakan tahap awal dalam
penelitian ini. Tahap ini dilakukan dengan melakukan analisis kebutuhan dengan
beberapa metode penelitian yaitu observasi, wawancara, dan kuesioner. Berdasarkan
hasil observasi, dalam proses pembelajaran IPA berlangsung guru belum
memaksimalkan penggunaan bahan ajar untuk menyampaikan materi namun sudah
menggunakan beberapa media yang ada di sekolah. Berdasarkan hasil wawancara,
proses pembelajaran selama masa pandemi guru. masih menggunakan metode daring
yaitu melalui Zoom atau gmeet dan WA Group. Ketersediaan bahan ajar di sekolah
masih terbatas. Jadi, di masa pandemi ini dalam proses kegiatan pembelajaran IPA
berlangsung guru hanya menggunakan media yang ada di sekolah seperti buku paket,
BUPENA, LKS, PPT, dan juga video pembelajaran.
Permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran berkaitan dengan tidak
semua siswa memahami secara bersamaan pada pembelajaran IPA materi organ gerak
hewan. Oleh karena itu, guru membutuhkan bahan ajar tambahan berupa modul
pembelajaran IPA yang lengkap, dimana terdapat kegiatan dan materi yang dijelaskan
secara mendalam dengan dilengkapi gambar yang simpel dan ilustrasi yang menarik
serta menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh siswa. Guru membutuhkan
bahan ajar berupa modul pembelajaran IPA menggunakan model Problem Based
Learning pada materi organ gerak hewan yang diharapkan dapat mengatasi
permasalahan dalam meningkatkan hasil belajar dan menumbuhkan motivasi belajar
9
peserta didik dalam pembelajaran IPA.
Berdasarkan hasil analisis kebutuhan siswa kelas V SD Negeri Puren
membutuhkan modul pembelajaran untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar di
kelas khususnya pada pembelajaran IPA, karena modul pembelajaran IPA sangat
membantu siswa-siswi untuk memperluas pengetahuannya dalam proses pembelajaran
baik secara luring maupun daring. Tahap kedua yaitu Design. Pada Tahapan ini, peneliti
merancang produk yaitu modul Blended Learning materi organ gerak hewan
menggunakan model Problem Based Learning untuk siswa kelas V sekolah dasar.
Pertama-tama peneliti merancang cover modul pembelajaran, membuat susunan isi
modul yaitu kata pengantar, daftar isi, cara menggunakan modul, pemilik modul,
kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, silabus, RPP,
sintaks model Problem Based Learning, materi pembelajaran, praktik
percobaan/pengamatan, rangkuman, refleksi, soal evaluasi, daftar pustaka, dan biografi
penulis. Pada bagian pertama yaitu cover modul pembelajaran, peneliti menggunakan
aplikasi Canva dalam proses pembuatannya. Selanjutnya, biografi penulis berisi tentang
riwayat singkat dari penulis dan daftar pustaka digunakan untuk menuliskan sumber-
sumber yang dipakai oleh penulis dalam membuat isi modul pembelajaran terutama
materi ajar.
Tahap ketiga yaitu Develop. Pada tahap ini, peneliti menyusun modul
pembelajaran IPA dengan menggunakan Microsoft Word pada bagian isi modul dan
Cover modul menggunakan aplikasi Canva. Modul pembelajaran ditulis dengan
menggunakan jenis huruf Times New Roman dengan ukuran 12pt sedangkan untuk
judul 16 pt. Spasi yang digunakan dalam modul pembelajaran yaitu 1,5. Selanjutnya
kertas yang digunakan untuk mencetak bagian isi modul menggunakan HVS 80 gram
dan mencetak bagian Cover menggunakan Art Paper. Setelah modul pembelajaran yang
dikembangkan telah diselesaikan oleh peneliti, maka tahap selanjutnya melakukan
validasi oleh para ahli. Validasi dilakukan oleh 2 validator yaitu satu ahli IPA dan satu
guru kelas V SD. Hasil dari validasi tersebut memiliki tingkat pada kategori “Sangat
Baik” sehingga modul Blended Learning materi organ gerak hewan menggunakan
model Problem Based Learning layak digunakan dalam proses belajar mengajar di
kelas.
Tahap keempat yaitu Implement. Tahap ini, peneliti melakukan implementasi di
SD Negeri Puren pada siswa kelas V SD secara terbatas dengan melibatkan 15 siswa
terdiri dari 7 laki-laki dan 8 perempuan. Peneliti memilih melakukan uji coba di SD

10
Negeri Puren dikarenakan sebelumnya peneliti sudah menjalankan PLP 3 di SD
tersebut, jadi peneliti melanjutkan observasi dan penelitian di SD Negeri Puren. Peneliti
melakukan uji coba ditengah masa pandemi Covid-19 sehingga tidak memungkinkan
siswa untuk berkumpul dalam jumlah yang banyak. Pertama-tama peneliti
menyampaikan materi kepada siswa dan melakukan kegiatan berdasarkan panduan
dalam modul pembelajaran yang telah dibuat dengan model Problem Based Learning
dan dilakukan secara Blended Learning yaitu perpaduan antara pembelajaran luring dan
daring. Setelah selesai menyampaikan materi, peneliti memberikan angket penilaian uji
keterbacaan modul pembelajaran IPA kepada siswa dan diisi sesuai dengan pengalaman
siswa secara individu.
Tahap kelima yaitu Evaluate. Tahapan ini merupakan tahap yang terakhir dalam
penelitian ini. Pada tahap ini, peneliti melakukan evaluasi yang diperoleh dari hasil
validasi produk modul pembelajaran IPA oleh para validator yang terdiri dari satu dosen
IPA dan satu guru kelas V SD. Evaluasi selanjutnya diperoleh berdasarkan angket hasil
uji keterbacaan modul pembelajaran IPA yang diberikan kepada 15 siswa kelas V SD
saat melakukan uji coba secara terbatas di SD Negeri Puren.
Berdasarkan hasil pembahasan di atas, pengembangan produk modul Blended
Learning materi organ gerak hewan menggunakan model Problem Based Learning
untuk siswa kelas V sekolah dasar dapat diketahui bahwa penelitian sudah dilakukan
oleh peneliti sesuai dengan tahapan pengembangan dan penelitian tipe ADDIE yang
terdiri dari 5 tahapan yaitu Analyze, Design, Develop, Implement, Evaluate.
Produk modul Learning materi organ gerak hewan menggunakan model Problem
Based Learning untuk siswa kelas V sekolah dasar telah divalidasi oleh 2 validator yang
terdiri dari satu dosen IPA dan satu guru kelas V SD. Hasil validasi yang telah dilakukan
oleh Dosen IPA memperoleh skor rata-rata 3,5 dengan kategori “ Sangat Baik”, guru
SD Negeri Puren memperoleh skor rata-rata 3,78 dengan kategori “Sangat Baik”.
Berdasarkan hasil perolehan skor validasi oleh 2 validator yaitu memperoleh skor rata-
rata yaitu 3,64 Dengan demikian, modul Blended Learning pembelajaran IPA yang telah
dirancang dan dikembangkan oleh peneliti memiliki kualitas yang “Sangat Baik”.
Modul pembelajaran IPA yang sudah divalidasi dan direvisi mendapatkan komentar dan
saran yang membangun untuk memperbaiki kualitas produk, kemudian produk dapat
diimplementasikan kepada siswa. Berikut ini merupakan tabel hasil validasi modul
pembelajaran IPA oleh para ahli:

11
Tabel 2
Hasil Validasi Modul Pembelajaran IPA

Validator Skor Kategori Rekomendasi


Dosen IPA 3,5 Sangt Revisi sesuai
Baik saran
Guru SD Negeri 3,78 Sangat Revisi sesuai
Puren Baik saran
Rata-Rata 3,64 Sangat Revisi sesuai
Baik saran

Tahap selanjutnya, modul pembelajaran IPA diujicobakan kepada 15 siswa SD


Negeri Puren secara Blended Learning yaitu mencampurkan pembelajaran secara luring
dan daring. Pertama-tama peneliti mengajak siswa untuk bernyanyi lagu organ gerak
hewan, lalu peneliti bersama siswa mengaitkan dari lagu tersebut dengan materi yang akan
dipelajari. Kemudian peneliti membagikan modul pembelajaran IPA kepada siswa, lalu
mulai menyampaikan materi pembelajaran secara berurutan sesuai sintaks Problem Based
Learning yang tertulis dalam RPP dan modul pembelajaran pada modul guru. Siswa
diajak berdiskusi dan terlibat aktif dalam kelompok sehingga pembelajaran yang terjadi
bersifat menyenangkan dan tidak membosankan. Dalam pembelajaran ini, peneliti hanya
sebagai fasilitator saja dan membimbing siswa dalam melaksanakan pembelajaran. Modul
pembelajaran IPA yang telah dikembangkan dan diselesaikan oleh peneliti disusun
dengan rapi secara runtut, menggunakan bahasa yang mudah dipahami, dan terdapat
gambar/ilustrasi yang menarik perhatian siswa. Diakhir pembelajaran, peneliti
membagikan angket penilaian uji keterbacaan modul pembelajaran IPA kepada siswa
yang harus diisi oleh siswa sesuai dengan pengalamannya setelah menggunakan modul
pembelajaran. Berdasarkan hasil uji keterbacaan modul siswa memperoleh skor rata-rata
3,47 dengan kategori “Sangat Baik” yang artinya modul pembelajaran IPA ini layak untuk
digunakan dalam proses kegiatan belajar mengajar di kelas. Berikut ini merupakan tabel
hasil angket uji keterbacaan modul pembelajaran IPA oleh siswa kelas V SD Negeri Puren
:

12
Tabel 3
Hasil Uji Coba Keterbacaan Modul Pembelajaran IPA

No Nama Rera Keterangan


ta

1. Ainun 3,4 Sangat Baik

2. Naraya 3,4 Sangat Baik

3. Angel 3,6 Sangat Baik

4. Irfan 3,45 Sangat Baik

5. Devan 3,45 Sangat Baik

6. Nizar 3,7 Sangat Baik

7. Zaki 3,5 Sangat Baik

8. Dhea 3,4 Sangat Baik

9. Zaliyani 3,4 Sangat Baik

10. Afifa 3,35 Sangat Baik

11. Fefey 3,65 Sangat Baik

12. David 3,45 Sangat Baik

13. Reza 3,45 Sangat Baik

14. Zidni 3,5 Sangat Baik

15. Prita 3,4 Sangat Baik

Rata-Rata 3,47 Sangat Baik

KESIMPULAN

Pengembangan modul Blended Learning materi Organ Gerak Hewan menggunakan


model Problem Based Learning untuk siswa kelas V Sekolah Dasar dikembangkan
dengan lima langkah pengembangan model ADDIE, yaitu (1) Analyze, pada tahapan ini
peneliti melakukan wawancara kepada guru kelas V SD sebagai proses analisis
kebutuhan. (2) Design, pada tahapan ini peneliti melakukan perancangan modul
pembelajaran IPA menggunakan model Problem Based Learning sesuai dengan analisis
kebutuhan yang telah dilakukan. (3) Develop, pada tahap ini peneliti mengembangkan

13
produk berupa modul pembelajaran IPA secara detail dari bagian awal hingga akhir modul
dan melakukan validasi kepada dua validator yang terdiri dari satu dosen IPA dan satu
guru kelas V SD. Setelah modul pembelajaran IPA di validasi, peneliti melakukan revisi
pada beberapa bagian yang diperlukan. (4) Implement, pada tahap ini peneliti melakukan
uji coba terbatas yang dilakukan kepada enam siswa kelas V SD. (5) Evaluate, pada tahap
ini peneliti menggunakan evaluasi secara sumatif dan formatif, dimana pada evaluasi
sumatif diambil berdasarkan hasil dari validasi produk yang dilakukan oleh dua validator,
sedangkan evaluasi formatif diambil berdasarkan hasil angket yang diberikan kepada lima
belas siswa. Kualitas produk berupa modul pembelajaran IPA berdasarkan hasil validasi
oleh dua ahli yaitu 3,64 menunjukkan kualitas modul pembelajaran IPA “Sangat Baik”.
Memperoleh skor 3,5 dari dosen IPA, skor 3,78 dari guru kelas V SD Negeri Puren. Modul
pembelajaran IPA yang dikembangkan juga efektif dan layak untuk meningkatkan hasil
belajar dan motivasi belajar pada siswa kelas V SD yang memperoleh nilai rata-rata
keseluruhan 3,47 dengan kategori “Sangat Baik”.
Keterbatasan Penelitian
Berdasarkan modul yang dikembangkan oleh peneliti terdapat beberapa
keterbatasan yaitu:
1. Pengambilan data wawancara untuk analisis kebutuhan hanya dilakukan secara
daring melalui Whatsapp karena pandemi Covid-19.

2. Pelaksanaan validasi produk dilakukan hanya dua validator sehingga data yang
diperoleh terbatas.

3. Pelaksanaan uji coba produk dilakukan terbatas oleh 15 siswa dengan protokol
kesehatandikarenakan masa pandemi Covid-19.

Saran
Berdasarkan dari beberapa keterbatasan yang telah dipaparkan oleh peneliti, maka
dibawah ini peneliti akan memaparkan beberapa saran bagi para peneliti selanjutnya.

1. Pengambilan data sebagai analisis kebutuhan dapat dilakukan dengan berbagai


cara, yaitu observasi dan juga membagikan angket atau kuesioner.

2. Pelaksanaan uji coba produk dilakukan lebih dari 15 siswa, misalnya pada kelas
paralel agar hasil penelitian lebih akurat.

3. Pelaksanaan validasi produk dilakukan lebih dari dua validator agar data yang diperoleh
lebih akurat
14
DAFTAR PUSTAKA
Balim, A. K. (2019). Pengembangan Modul Pembelajaran IPA Materi Organ Tubuh
Manusia Untuk Siswa Kelas V Sekolah Dasar. Yogyakarta: Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

Darmawati, S., Ashadi, & Sarwanto. (2019). Pengembangan Modul IPA Berbasis
Konstektual Materi Kalor dan Berpindahannya untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis Peserta DIdik SMP Kelas VII. Inkuiri : Jurnal
Pendidikan IPA, 7(3), 365-374.

Lestari, Sarwanto, & Masykuri, M. (2015). Pengembangan Modul IPA Terpadu dengan
Pendekatan Saintifik Tema Sampah Untuk Kelas VII SMP / MTs. Jurnal Inkuiri,
4(2), 116-124.

Mufarroh, A. A. (2015). Implementasi Pembelajaran Tematik Tema Organ Tubuh


Manusia Sub Tema Cara Hidup Manusia, Hewan, dan Tumbuhan Kelas V di SD
Islam Hj. Isriati Baiturrahman 01 Semarang Tahun 2014/2015. Semarang:
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Walisongo.

Nurbaeti, R. U., & Sunarsih, D. (2020). Pengembangan Modul Praktikum IPA Berbasis
Kurikulum 2013 Untuk Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Jurnal
Elementaria Edukasia, 3(1), 109- 116.

Nurhaedah. (2012). IbM Pendekatan Konstekstual (Contextual Teaching and Learning)


dalam Pembelajaran Bagi Guru-Guru di SDN Inpres Bira 2 Bontoa Makasar.
Jurnal Publikasi Pendidikan, 11(2), 153-159.

Riyanti, R. (2019). Pengembangan Modul IPA Berbasis Pendekatan SAVI (Somatic,


Auditory, Visual, Intelectual) untuk Memberdayakan Literasi Sains dan Sikap
Ilmiah Peserta Disik pada Materi Sistem Gerak Manusia Kelas VIII di SMP/MTs
Bandar Lampung. Lampung: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri (UIN) Raden Intan.

Sari, R. T., Siska, A., & Fortuna , R. A. (2019). Pengembangan Modul Pembelajaran
IPA Berbasis Pendekatan Konstruktivisme untuk Kelas V SD. Bio-Pedagogi :
Jurnal Pembelajaran Biologi, 8(2), 89-93.

Shobirin, M. (2020). Pengembangan Modul IPA Kelas VI dengan Model


Cooperative Learning. Jurnal Kajian Teknologi Pendidikan, 5(1), 24-37.

Surati. (2011). Pengembangan Modul Matematika FKIP UMP.

Yulita, E. (2018). Pengembangan Modul Pembelajaran IPA Berbasis Inkuiri Terbimbing


untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Dasar Sains Peserta Didik Kelas IV
MI/SD. Journal of Madrasah Ibtidaiyah Education, 2(2), 165-180.

Nafiah, Y. N., & Suyanto, W. (2014). Penerapan model problem-based learning untuk
15
meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar siswa. Jurnal
PendidikanVokasi, 4(1).
Yulianti, E., & Gunawan, I. (2019). Model Pembelajaran Problem Based Learning
(PBL): Efeknya Terhadap Pemahaman Konsep dan Berpikir Kritis.
Indonesian Journal ofScience and Mathematics Education, 2(3), 399-408.

Assegaff, A., & Sontani, U. T. (2016). Upaya Meningkatkan Kemampuan Berfikir


AnalitisMelalui ModelProblem Based Learning (Pbl Manajemen Perkantoran
(JPManper), 1(1), 38-48.

Rahardjo, M. (2011). Metode pengumpulan data penelitian kualitatif.

Makhin, M. (2021). Hybrid Learning: Model Pembelajaran Pada Masa Pandemi Di SD


NegeriBungurasih Waru Sidoarjo. Mudir: Jurnal Manajemen Pendidikan, 3(2),
95-103.
Lodang, H., & Tanrere, M. (2010). Pengembangan Model Pembelajaran IPA SD
berbasisbahan di lingkungan sekitar melalui pendekatan starter eksperimen.
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 16(9), 311-320.

16

Anda mungkin juga menyukai