Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Imiah Pendidikan dan Pembelajaran

p-ISSN : 1858-4543 e-ISSN : 2615-6091

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA BERBASIS KONTEKSTUAL


DENGAN KONSEP TRI HITA KARANA UNTUK MENINGKATKAN
PEMAHAMAN KONSEP SISWA
Ni Luh Gede Karang Widiastuti

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Dwijendra, Denpasar, Indonesia
e-mail: karangwidhi@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan mengembangkan bahan ajar IPA berbasis kontekstual


dengan konsep Tri Hita Karana untuk siswa kelas VII SMP yang valid, praktis, dan
efektif digunakan dalam pembelajaran. Jenis penelitian yang digunakan, yaitu
penelitian dan pengembangan (R&D) mengadopsi dari model R & D yang terdiri dari
tiga tahapan, yaitu tahap penyusunan draft bahan ajar, uji ahli, dan uji lapangan dalam
skala terbatas. Sample penelitian ini berjumlah 32 orang, terdiri dari 17 orang
perempuan dan 15 orang laki-laki. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) validitas
bahan ajar yang dikembangkan tergolong dalam kategori sangat valid. (2)
Kepraktisan bahan ajar yang dikembangkan tergolong dalam kategori praktis. (3)
Efektivitas bahan ajar yang dikembangkan tergolong dalam kategori efektif.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa bahan ajar yang
dikembangkan telah memiliki kualitas yang baik dan memenuhi standar kelayakan
bahan ajar sehingga mampu meningkatkan pemahaman konsep siswa.

Kata kunci: Bahan Ajar IPA, Pembelajaran Berbasis Konstektual, Tri Hita Karana

ABSTRACT

This study aimed at developing a valid, practical, and effective contextual-


based science teaching materials with the Tri Hita Karana concept for seventh grade
students of junior high school. This study was research and development (R&D)
which consists of 10 stages as it adopts the R & D model which consisted of three
stages: drafting teaching materials, expert testing, and field testing on a limited scale.
The sample of this study was 32 students, consist of 17 female and 15 males. The
results showed that: (1) the validity of the developed teaching materials was
classified as highly valid. (2) The practicality of the developed teaching materials
was classified as practical. (3) The effectiveness of the developed teaching materials
was classified as effective. Based on the results of this study, it can be concluded that
the teaching materials developed has good quality and meet the feasibility of teaching
materials so it can improve students' conceptual understanding.

Keywords: Science Teaching Materials, Contextual-Based Learning, Tri Hita Karana

JIPP, Volume 4 Nomor 3 Oktober 2020 _________________________________________________________ 479


Jurnal Imiah Pendidikan dan Pembelajaran
p-ISSN : 1858-4543 e-ISSN : 2615-6091

PENDAHULUAN pembelajaran yang jelas dan tepat sesuai


dengan materi yang ada pada pembelajaran
Bahan ajar adalah salah satu perangkat IPA. Selain itu, metode pembelajaran IPA
pembelajaran yang berisikan konsep atau yang digunakan guru bersifat konvensional,
materi. Bahan ajar berisikan materi yang dengan model pengajaran langsung (direct
disusun secara sistematis, sehingga instruction), guru mendominasi jalannya
memungkinkan siswa untuk belajar pembelajaran, siswa cenderung pasif dan
(Daryanto, 2013; Syafii, 2017). Dengan hanya menerima informasi dari guru sehingga
adanya bahan ajar, pendidik akan dibantu pembelajaran IPA menjadi membosankan dan
dalam proses pembelajaran (Prastowo dalam kurang bermakna. Hal serupa juga
Martha & Andini, 2019; Weriyanti et al., disampaikan (Redhana, 2007) bahwa
2020). Adanya bahan ajar yang berkualitias umumnya guru-guru mengajarkan materi IPA
akan mampu mengembangkan keaktifan siswa biasanya hanya mengacu pada satu buku ajar
untuk belajar sendiri (Hidayah & Priscylio, serta dalam pembelajaran guru biasanya
2019). Tanpa disadari oleh pendidik bahan menggunakan metode informasi dan tanya
ajar sangat penting dalam proses jawab, kemudian dilanjutkan dengan latihan
pembelajaran. beberapa peran bahan ajar soal-soal yang sering diambilkan dari buku
antara lain: 1) merupakan alat bantu guru ajar serta kurang mengkaitkan dengan situasi
dalam pembelajaran, 2) bahan ajar dapat dunia nyata siswa sehingga pembelajaran
menarik perhatian siswa, 3) bahan ajar juga menjadi membosankan. Walaupun
cara inovatif guru dalam mengembangkan ketersediaan bahan ajar IPA saat ini memang
pembelajaran dengan berbagai karakteristik sudah banyak, akan tetapi kebanyakan bahan
siswa, (4) bahan ajar penting sebagai referensi IPA yang ada masih kurang dapat dicerna
guru dalam memperbaiki pembelajaran yang oleh peserta didik khususnya. Hal ini
selanjutnya (Lestariningsih & Suardiman, dikarenakan oleh gaya bahasa yang terlalu
2017 dalam Gustiawati et al., 2020). Begitu rumit, permasalahan yang diangkat tidak
pentingnya peranan bahan ajar, sehingga pernah dialami atau diketahui oleh peserta
dalam memilih bahan ajar atau membuat didik, gambar-gambar yang ditunjukkan
bahan ajar harus disesuaikan dengan kurang jelas dan cenderung gambar-gambar
kebutuhan serta karakteristik peserta didik. tersebut masih asing untuk peserta didik
Kriteria dalam pemilihan bahan ajar perlu konsumsi. Selain itu, buku yang dihasilkan
diperhatikan agar bahan ajar yang digunakan dari karya penelitian cenderung: (1) berupa
efektif untuk mendukung keterlaksanaan “kumpulan deskripsi pengetahuan”; (2) ditulis
proses pembelajaran. Salah satu kriteria dalam dengan program pengolah kata yang bukan
memilih bahan ajar, yaitu memperhatikan khusus untuk publishing; (3) layoutnya kaku,
karakteristik siswa dan materi yang membosankan, dan tidak menunjang
disampaikan, serta dekat dengan lingkungan perwajahan yang layak sebagai buku; (4)
belajar siswa. Hal ini sejalan dengan yang gambar/foto yang mengiringi “asal comot”
diungkapkan (Perwitasari et al., 2018), bahan tanpa editing foto yang memadai dan (5)
ajar yang dekat dengan lingkungan siswa aspek kebenaran isi, bahasa dan penyajian
merupakan bahan ajar yang didasarkan pada yang kurang validasi (Satriawan, M., 2016).
teori pembelajaran konstektual. Oleh karena Beberapa bahan ajar yang terdapat di
itu, peran dan kreativitas guru sangat pasaran hanya mengacu pada konsep-konsep
diperlukan dalam pengembangan suatu bahan yang harus diingat oleh siswa, kurang melatih
ajar. siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan dan
Namun kondisi yang terjadi di pengalaman mereka untuk menemukan sendiri
lapangan, sebagian besar guru masih kurang konsep-konsep yang harus dipahami, serta
dalam pengembangan bahan ajar dan hanya keterkaitan konsep yang dipelajari tersebut
menggunakan bahan ajar yang diterbitkan dengan kehidupan nyata yang mereka alami
oleh pemerintah. Dimana tidak semua bahan (Oktaviani, W., Gunawan, 2017). Kondisi
ajar tersebut berisi secara rinci strategi seperti ini akan berdampak pada rendahnya

JIPP, Volume 4 Nomor 3 Oktober 2020 _________________________________________________________ 480


Jurnal Imiah Pendidikan dan Pembelajaran
p-ISSN : 1858-4543 e-ISSN : 2615-6091

pemahaman konsep siswa dalam pelajaran sehingga memudahkan peserta didik


IPA. Rendahnya penguasaan konsep ini dapat menerima atau menyerap materi pelajaran.
dilihat dari pencapaian prestasi yang diperoleh Keberhasilan suatu proses
siswa pada bidang sains (IPA) dalam ajang pembelajaran IPA juga dipengaruhi oleh
olimpiade dengan skala internasional, antara berbagai komponen-komponen pembelajaran
lain TIMSS (The Third International yang digunakan. Salah satu komponen yang
Mathematics and Science Study) Indonesia berperan penting untuk menunjang proses
pada tahun 2015, menyatakan bahwa skor pembelajaran adalah bahan ajar. Menurut
rata-rata dan peringkat Indonesia pada mata (Prastowo, 2014), yang menyatakan bahwa
pelajaran sains, yaitu 500 dan peringkat 44 buku ajar adalah buku yang berisi ilmu
dari 49 negara. Permasalahan lainnya yang pengetahuan dan disusun berdasarkan
muncul di lapangan saat ini adalah mulai kompetensi dasar yang ada dalam kurikulum
terkikisnya moral anak bangsa sehingga tertentu serta digunakan oleh siswa untuk
terjadi degradasi moral karena pengaruh dari belajar. Bahan ajar merupakan salah satu
arus globalisasi. Hal sejalan dengan bagian dari sumber belajar yang dapat
pernyataan yang disampaikan oleh diartikan sesuatu yang mengandung pesan
(Satriawan, M., 2016) bahwa arus modern pembelajaran, baik yang diniati secara khusus
semakin mempengaruhi terkikisnya moral maupun bersifat umum yang dapat
anak bangsa. Seharusnya dengan globalisasi dimanfaatkan untuk kepentingan
dapat meningkatkan moral masyarakatnya pembelajaran (Mulyasa, 2006). Dengan kata
dalam hal ini anak bangsa jika diimbangi lain, bahan ajar bisa berbentuk gambar
dengan pengetahuan dan tindakan preventif maupun gambar suara yang dapat digunakan
yang kuat. Namun kondisi yang terjadi justru sebagai alternatif untuk berkomunikasi di
sebaliknya, anak bangsa kurang mampu dalam proses pembelajaran. Salah satu bentuk
menyaring budaya barat yang baik dan sesuai bahan ajar yang paling mudah digunakan
dengan budaya leluhur Bangsa Indonesia, adalah bahan ajar dalam bentuk cetak,
sehingga gaya berbusana, tingkah laku, dan misalnya buku ajar. Bahan ajar sangat penting
gaya hidup yang kebarat-baratan dianggap artinya bagi guru maupun siswa dalam proses
sebagai sesuatu yang sangat modern dan dapat pembelajaran. Tanpa bahan ajar, guru akan
dibanggakan jika dapat menirukannya. kesulitan untuk meningkatkan efektivitas
Salah satu usaha yang dapat dilakukan pembelajaran. Demikian pun bagi siswa,
untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah tanpa bahan ajar siswa akan mengalami
perlu dilakukan suatu terobosan baru dengan kesulitan menyesuaikan diri dalam belajar,
mengubah orientasi pembelajaran yang apalagi jika gurunya mengajarkan materi yang
berpusat pada guru (teacher centered) belum siswa pahami sama sekali (Perwitasari
menjadi pembelajaran yang berpusat pada et al., 2018).
siswa (student centered) serta mengkaitkan Bahan ajar IPA berbasis kontekstual
materi pembelajaran dengan dunia nyata ini merupakan suatu bahan ajar yang
siswa melalui pengembangan suatu bahan ajar menyajikan materi IPA telah terkait antara
IPA berbasis kontekstual. Trianto (2011) fisika, kimia dan biologi, selain itu materi
menjelaskan bahwa dengan menerapkan yang ada juga dikaitkan dengan berbagai
prinsip pembelajaran kontekstual diharapkan fenomena yang terjadi dalam kehidupan siswa
pembelajaran akan lebih bermakna bagi sehari-hari. Adanya keterpaduan konsep yang
peserta didik, karena peserta didik akan berbasis kontekstual dalam bahan ajar yang
bekerja secara ilmiah dan mengalami sendiri dikembangkan dapat membantu guru untuk
bukan hanya mentransfer pengetahuan mempermudah menyampaikan materi kepada
pendidik ke peserta didik. Dengan demikian, siswa sehingga dapat menunjang terciptanya
pada bahan ajar yang dikembangkan akan suasana yang kondusif dan efektif selama
dicantumkan permasalahan-permasalahan atau proses pembelajaran (Abidin Pasaribu, 2017;
fenomena-fenomena yang biasa terjadi atau Dharsana, 2015). Melalui pembelajaran secara
sudah tidak asing lagi bagi peserta didik kontekstual dapat meningkatkan motivasi

JIPP, Volume 4 Nomor 3 Oktober 2020 _________________________________________________________ 481


Jurnal Imiah Pendidikan dan Pembelajaran
p-ISSN : 1858-4543 e-ISSN : 2615-6091

siswa dalam belajar sehingga hal ini akan Widiastuti, (2018) bahwa penerapan media
berdampak pada peningkatan pemahaman pembelajaran berbasis multimedia interaktif
konsep siswa pada pelajaran IPA.(Manik et dengan konsep Tri Hita Karana efektif untuk
al., 2015; Sari Astiti et al., 2017). Jadi, dengan meningkatkan motivasi hasil belajar siswa
mengembangkan bahan ajar kontekstual yang karena media pembelajaran ini mensinergikan
memadukan materi dengan masalah yang semua media dan animasi yang
ditemukan dalam kehidupan sehari-hari akan menggambarkan cara menjaga keharmonisan
membantu siswa lebih mandiri dan aktif. Hal hubungan manusia dengan manusia, manusia
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan dengan alam dan manusia dengan Tuhan yang
oleh (Abidin Pasaribu, 2017) menunjukkan merupakan konsep dari ajaran Tri Hita
bahwa bahan ajar konseptual efektif Karana. Kegiatan pembelajaran seperti ini
diterapkan untuk meremidiasi miskonsepsi akan mendidik siswa untuk berpegang teguh
pada materi gaya dan hukum newton tentang pada Konsep Tri Hita Karana yang diyakini
gerak yang praktis. Serta penelitian yang oleh masyarakat khususnya masyarakat Bali
dialakukan oleh Purwanto & Rizki, (2015) dalam menjaga menjaga hubungan harmonis
menunjukan bahwa bahan ajar yang dengan sesama manusia, alam dan Tuhan
dikembangkan layak digunakan sebagai bahan sehingga dapat menekan degradasi moral anak
ajar untuk membantu peserta didik dan guru bangsa.
pada proses belajar mengajar. Salah satu pembelajaran IPA yang
Selain pengembangan bahan ajar, dapat dikaitkan dengan konsep Tri Hita
salah satu cara yang bisa dilkukan untuk Karana yaitu materi interkasi makhluk hidup
mengatasi masalah tersebut adalah penerapan dengan lingkungannya. Materi ini sangat
konsep kearifan lokal pada kegiatan dekat dengan kehidupan sehari-hari sehingga
pembelajaran. Berdasarkan kondisi ini siswa mudah untuk mencari serta memahami
pendidikan memiliki peran yang sangat bagaimana pola interaksi makhluk hidup
penting dan strategis dalam pembentukan khususnya manusia mempengaruhi ekosistem,
moral dan jati diri anak bangsa. Selain itu, dalam hal ini hubungan manusia dengan
fungsi pendidik juga harus dimaksimalkan Tuhan, Hubungan manusia dengan manusia,
dalam dunia pendidikan sehingga pendidik dan hubungan manusia dengan
bukan hanya sebagai pengajar di depan kelas lingkungannya. Keterkaitan antara materi IPA
namun juga ikut aktif dalam melakukan dan konsep kearifan lokal siswa pada
pembaharuan dalam dunia pendidikan seperti pembelajaran IPA menyebabkan materi IPA
mengembangkan media-media pembelajaran akan mudah dipahami dan lebih bermakna
maupun bahan ajar untuk siswa. Oleh karena serta siswa dapat belajar sesuai dengan tradisi
itu, dalam pengembangan bahan ajar berbasis dan kearifan lokalnya sendiri (Sardijyo,
kontekstual akan diintegrasikan dengan 2005). Kegiatan pembelajaran seperti ini
konsep kearifan lokal sebagai solusi untuk dapat meningkatkan pemahaman konsep
mengatasi masalah degredasi mental anak siswa. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
bangsa. Pembelajaran yang bersumber pada dilakukan oleh (Satriawan, M., 2016) yang
nilai kearifan lokal juga penting bagi menyatakan bahwa bahan ajar Fisika
pengembangan diri peserta didik. kearifan Berbasisis Kontekstual dengan
lokal merupakan seperangkat pengetahuan, mengintegrasikan kearifan lokal sangat layak
nilai-nilai, perilaku, serta cara bersikap untuk digunakan serta dapat meningkatkan
terhadap objek dan peristiwa tertentu di pengusaan konsep fisika mahasiswa.
lingkunganya yang diakui kebaikan dan Berdasarkan pemaparan di atas dalam
kebenarannya (Sartini, 2006). penelitian ini akan dikembangkan sebuah
Pemanfaatan konsep kearifan lokal bahan ajar IPA berbasis kontekstual dengan
dalam hal ini Tri Hita Karana dalam konsep Tri Hita Karana untuk meningkatan
pembelajaran IPA sangat penting. Hal ini pemahaman konsep siswa kelas VII SMP
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh yang meliputi buku ajar untuk siswa yang
Winaya, A., Priantini, DW. A. M., & berisi materi-materi essensial yang terkait

JIPP, Volume 4 Nomor 3 Oktober 2020 _________________________________________________________ 482


Jurnal Imiah Pendidikan dan Pembelajaran
p-ISSN : 1858-4543 e-ISSN : 2615-6091

dengan IPA terpadu serta dilengkapi dengan sebagai data-data yang menunjang untuk
adanya lembar kerja siswa (LKS) dan buku perencanaan produk bahan ajar. Metode
ajar untuk guru yang dilengkapi dengan pengumpulan data yang dilakukan pada tahap
materi serta petunjuk dalam menyajikan ini, yaitu studi literatur. Pada tahap ini subjek
materi di depan kelas sehingga memudahkan penelitiannya adalah dokumen kurikulum
guru dalam proses implementasi. Penelitian 2013 dan buku-buku literatur. Sementara itu,
ini bertujuan menghasilkan bahan ajar objek penelitiannya adalah SKL, KD, KI, dan
berbasis kontekstual dengan konsep Tri Hita silabus sesuai kurikulum 2013, serta teori-
Karana yang valid, praktis dan efektif untuk teori yang terkait dengan topik yang dipilih.
meningkatkan pemahaman konsep siswa pada
pelajaran IPA sehingga layak digunakan pada Desain Produk
siswa SMP. Desain bahan ajar yang dibuat pada
penelitian ini dilakukan dengan mengadakan
METODE PENELITIAN pemetaan terhadap materi yang akan dipilih
yang disesuaikan dengan KI, KD yang
Jenis penelitian yang digunakan adalah tercantum pada Kurikulum 2013. Materi yang
penelitian pengembangan (research and disajikan menggunakan sebuah topik dengan
development). Model pengembangan yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah.
digunakan dalam penelitian ini mengikuti Topik yang digunakan yaitu interaksi
langkah pengembangan Sugiyono 2011. makhluk hidup dengan lingkungannya yang
Model ini terdiri dari 10 tahap, namun dalam dibagi menjadi empat sub topik, yaitu
penelitian ini hanya akan dilakukan sampai 7 pengertian lingkungan, hal-hal yang
tahap karena keterbatasan sumber daya dan ditemukan dalam suatu lingkungan, interaksi
waktu penelitian yaitu (1) potensi dan ekosistem membentuk suatu pola, dan pola
masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain interaksi manusia mempengaruhi ekosistem.
produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain, Selanjutnya, dilakukan penjabaran mengenai
(6) uji coba produk, dan (7) revisi produk. indikator, tujuan pembelajaran, langkah
pembelajaran, isi materi atau konsep IPA, alat
Potensi Masalah dan bahan yang terkait dengan masing-masing
Pada tahap ini peneliti melakukan sub topik yang dipilih. Setelah itu, dilakukan
identifikasi terhadap potensi masalah terkait pendesainan lebih lanjut sehingga pada tahap
dengan penggunaan bahan ajar IPA di SMP. ini dihasilkan draft I.
Metode yang digunakan untuk
mengidentifikasi potensi masalah, yaitu Proses Validasi
dengan melakukan studi literatur dan studi Proses validasi yang dilakukan terbagi
lapangan. Studi literatur dilakukan dengan dalam dua tahapan, yaitu validasi alat evaluasi
mengkaji beberapa penelitian yang telah tes dan validasi produk bahan ajar. Instrumen
dilakukan sebelumnya, sedangkan studi yang digunakan pada tahap ini, yaitu berupa
lapangan dilakukan melalui wawancara lembar validasi. Proses validasi ini dilakukan
terhadap guru IPA SMP di SMP N 2 dengan menyerahkan bahan ajar dan tes yang
Amlapura. Pada tahap ini subjek penelitiannya telah disusun serta lembar validasi secara
adalah temuan-temuan dari penelitian langsung kepada masing-masing validator
sebelumnya dan guru IPA SMP. Sementara agar dapat memberikan masukan atau saran
itu, objek penelitiannya adalah permasalahan terhadap bahan ajar dan tes yang telah dibuat.
yang terkait dengan pembelajaran dan Pada tahap validasi alat evaluasi tes, subjek
pemanfaatan bahan ajar IPA di SMP. penelitiannya adalah 2 orang validator yang
berasal dari kalangan staf dosen Jurusan
Pengumpulan Data Pendidikan Biologi di Universitas
Pada tahap ini peneliti mengumpulkan Mahasaraswati Denpasar. Sementara itu,
seluruh informasi yang dapat digunakan objek penelitiannya adalah masukan atau

JIPP, Volume 4 Nomor 3 Oktober 2020 _________________________________________________________ 483


Jurnal Imiah Pendidikan dan Pembelajaran
p-ISSN : 1858-4543 e-ISSN : 2615-6091

saran dari validator terhadap isi dari masing- efektivitas bahan ajar digunakan desain pre
masing butir tes yang dibuat. Pada tahap eksperimen, one group pretest posttest design.
validasi produk bahan ajar, subjek
penelitiannya adalah 10 orang validator yang
berasal dari kalangan guru IPA SMP. Revisi Produk
Sementara itu, objek penelitiannya adalah Temuan-temuan penting selama uji
masukan atau saran guru mengenai isi dan empiris yang dilakukan dapat dijadikan acuan
konstruk bahan ajar yang dibuat. Selain itu, untuk merevisi dan menyempurnakan draft II
pada tahap ini juga dilakukan validasi empirik yang telah diuji coba sehingga nantinya
terhadap tes pemahaman konsep untuk dihasilkan bahan ajar.
menentukan validitas butir tes, uji daya beda
tes, tingkat kesukaran tes, dan reliabilitas tes. HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam validasi empirik ini subyek
penelitiannya yaitu siswa kelas VIIIB, VIIIC, Hasil dari penelitian ini berupa produk
dan VIIIF di SMP N 3 Abiansemal. Obyek bahan ajar, yaitu bahan ajar IPA berbasis
penelitiannya adalah pemahaman konsep konstektual dengan konsep Tri Hita Karana
siswa. Dalam pengujian validitas empiris tes untuk meningkatkan pemahaman konsep
pemahaman konsep, uji coba instrumen tes siswa kelas VII SMP yang meliputi buku guru
pemahaman konsep yang telah dibuat dan buku siswa. Bahan ajar yang
dilakukan di SMP N 3 Abiansemal, dikembangkan harus memiliki kualitas yang
Kabupaten Badung. baik dan layak sebagai bahan ajar dengan
memenuhi tiga aspek penting, yaitu valid,
Revisi Produk praktis dan efektif.
Masukan atau saran yang diperoleh Adapun rata-rata skor untuk hasil
pada tahap validasi produk bahan ajar validasi buku guru, buku siswa, dan
digunakan sebagai acuan untuk kesesuaian buku guru dan buku siswa yaitu
menyempurnakan draft I yang telah dibuat. 4,30, 4,36, dan 4,45 dari skor maksimum 5,00
Pada tahap revisi produk ini diperoleh draft II yang ditetapkan. Hasil validasi ini
yang nantinya siap untuk diuji cobakan secara menunjukkan bahwa secara keseluruhan
empiris dalam skala terbatas. Selain itu, pada bahan ajar yang dikembangkan telah
tahap ini juga dilakukan revisi terhadap tes memenuhi kriteria sangat valid. Dalam
pemahaman konsep. penelitian ini juga dilakukan validasi bahasa
untuk menilai keterbacaan dari bahan ajar.
Uji Coba Produk Hasil validasi bahasa ini menunjukkan bahwa
Pada tahap ini draft II diuji coba terdapat beberapa kesalahan, yaitu penulisan
secara empiris, pengujian ini bertujuan untuk cover pada buku siswa disesuaikan dengan
mengetahui kepraktisan dan efektivitas bahan EYD, konsitensi penggunaan simbol dalam
ajar IPA berbasis kontekstual dengan konsep buku siswa, dan kesalahan beberapa tata tulis.
Tri Hita Karana yang dikembangkan. Uji Validasi juga dilakukan pada tes
coba secara empiris ini dilakukan di SMP N 2 pemahaman konsep yang meliputi validasi isi
Amlapura pada semester genap tahun dan validasi empiris. Berdasarkan hasil
pelajaran 2019/2020. Pada tahap uji coba validasi isi diperoleh skor 0,91, yang
produk ini, subjek penelitiannya adalah guru menunjukkan bahwa tes yang dikembangkan
IPA dan siswa kelas VII.2 di SMP N 2 termasuk dalam kategori sangat baik
Amlapura yang berjumlah 32 orang, terdiri sehingga dapat digunakan untuk melakukan
dari 17 orang perempuan dan 15 orang laki- uji coba tes lebih lanjut. Berdasarkan hasil
laki. Sementara itu, objek penelitiannya validasi secara keseluruhan dapat dikatakan
adalah waktu yang digunakan saat bahwa produk yang dikembangkan pada
pembelajaran, respon guru dan siswa, serta penelitian ini berada pada kategori valid atau
pemahaman konsep siswa. Untuk menguji layak untuk diuji coba secara lebih lanjut di

JIPP, Volume 4 Nomor 3 Oktober 2020 _________________________________________________________ 484


Jurnal Imiah Pendidikan dan Pembelajaran
p-ISSN : 1858-4543 e-ISSN : 2615-6091

lapangan (uji empiris). Hasil validasi produk digunakan sehingga guru dan siswa
bahan ajar tersaji pada Gambar 01. memberikan respon positif terhadap
pembelajaran yang telah dilakukan.
Efektivitas bahan ajar yang dikembangkan
dapat dilihat dari skor tes pemahaman konsep
siswa pada pelajaran IPA. Skor rata-rata
posttest yang diperoleh siswa secara
keseluruhan telah menunjukkan kategori yang
sangat baik, yaitu 81,38 dan nilai gain
ternormalisasi yang diperoleh sebesar 0,71.
Hal tersebut menunjukkan adanya
peningkatan pemahaman konsep siswa yang
cukup besar dari sebelum dan sesudah
implementasi bahan ajar IPA berbasis
kontekstual dengan konsep Tri Hita Karana.
Gambar 01. Grafik Rata-rata Validasi Bahan Selain itu, jika ditinjau terhadap nilai
Ajar ketuntasan minimal yang ditetapkan di
Kepraktisan bahan ajar dapat ditinjau sekolah sekitar 75% siswa telah memenuhi
dari dua aspek, yaitu efesiensi penggunaan kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan
waktu dan respon pengguna terhadap bahan oleh sekolah. Hal ini berarti bahwa penerapan
ajar. Jika ditinjau dari segi penggunaan waktu, bahan ajar IPA yang dikembangkan efektif
pada awal pertemuan penggunaan waktu pada untuk meningkatkan pemahaman konsep
proses pembelajaran masih belum efesien siswa siswa khususnya pada materi interkasi
sehingga peneliti bersama guru berdiskusi makhluk hidup dengan lingkungannya.
untuk mencari upaya-upaya yang dapat Berdasarkan hasil penelitian yang
mendukung penggunaan waktu menjadi lebih diperoleh menunjukkan bahwa bahan ajar
efisien. Berdasarkan hasil observasi terlihat yang dikembangkan telah memenuhi kualitas
bahwa dari segi penggunaan waktu dan proses yang baik dari segi validitas, kepraktisan dan
pembelajaran selama 5 kali pertemuan telah efektivitas. Bahan ajar yang dikembangkan
menunjukkan adanya peningkatan dan pada penelitian ini berada pada kategori valid
termasuk dalam kategori yang baik. atau layak untuk diuji coba secara lebih lanjut
Sementara itu, respon dari siswa dan guru di lapangan (uji empiris), karena disebabkan
untuk implementasi bahan ajar yang oleh beberapa faktor antara lain: (1) Bahan
dikembangkan juga merupakan salah satu ajar yang dikembangkan telah sesuai dengan
aspek yang dapat digunakan untuk menilai tuntutan kurikulum 2013, yaitu
tingkat kepraktisan bahan ajar. Dalam pengembangan bahan ajar berorientasi pada
memperoleh respon tersebut pada penelitian pembelajaran yang berpusat pada siswa.
ini disebarkan angket respon guru dan siswa Dimana dalam penelitian ini bahan ajar IPA
pada akhir pembelajaran topik yang diambil. yang dikembangkan berbasis konstektual
Untuk skor rata-rata respon dari guru dan dengan konsep Tri Hita Karana. Selain itu,
siswa berada pada katagori praktis. Dengan pemilihan topik, kedalaman materi dan
nilai rata-rata respon guru adalah 3,8 dan langkah-langkah pembelajaran yang disusun
respon siswa 3,76. Hal ini menunjukkan telah mengacu pada KI dan KD pada
bahwa bahan ajar yang dikembangkan telah kurikulum 2013. (2) Bahan ajar yang
memenuhi syarat kepraktisan. Kepraktisan ini dikembangkan disesuaikan dengan aspek-
menunjukkan kemudahan guru atau siswa aspek pengukuran validitas yaitu validitas isi
dalam menggunakan bahan ajar yang dan validitas konstruk. (3) Materi yang
dikembangkan sesuai dengan alokasi waktu disajikan pada bahan ajar ini telah sesuai
yang telah ditentukan, begitu juga dengan alat, dengan pendekatan kontekstual dengan
bahan, serta media yang digunakan dalam adanya penyajian konteks-konteks yang
pembelajaran mudah didapatkan serta mudah terkait dengan kehidupan siswa. Selain itu,

JIPP, Volume 4 Nomor 3 Oktober 2020 _________________________________________________________ 485


Jurnal Imiah Pendidikan dan Pembelajaran
p-ISSN : 1858-4543 e-ISSN : 2615-6091

bahan ajar ini juga mensinergikan materi seperti yang terlihat pada kegiatan
pelajaran dengan konsep Tri Hita Karana yang pembelajaran. (3) Dalam kegiatan diskusi,
menggambarkan cara menjaga menjaga guru belum mampu menjadi fasilitator secara
hubungan harmonis dengan sesama manusia, optimal. (4) Guru masih mendominasi
alam dan Tuhan manusia dengan Tuhan pembelajaran sehingga masih banyak
menyebabkan materi IPA akan mudah memberikan kata kunci dalam proses
dipahami dan lebih bermakna serta siswa pembelajaran.
dapat belajar sesuai dengan tradisi dan Bertolak dari kendala-kendala yang
kearifan lokalnya sendiri (Sardijyo, 2005), (4) dihadapi pada pertemuan pertama, maka
Komponen-komponen bahan ajar yang peneliti bersama guru IPA melakukan diskusi
dikembangkan sesuai dengan indikator yang dengan rancangan yang akan digunakan
telah ditetapkan pada instrumen validasi. Hal dalam pertemuan kedua. Rancangan
ini berarti penyajian bahan ajar secara umum penanganan yang dilakukan disesuaikan
baik dari segi tampilan, isi materi, dan dengan kendala yang dihadapi. Secara umum
penggunaan bahasa sehingga memenuhi dan proses implementasi bahan ajar belum
sesuai dengan indikator yang menjadi acuan berlangsung secara optimal. Hal ini terlihat
dalam menilai kualitas bahan ajar. Meskipun dari penggunaan waktu untuk masing-masing
sudah memenuhi kriteria valid sehingga layak tahapan pembelajaran tidak sesuai dengan
digunakan dalam pembelajaran, bahan ajar ini perencanaan kegiatan pembelajaran yang ada
masih memiliki kelemahan karena uji validasi pada buku guru. Pada pertemuan kedua
yang dilakukan hanya menggunakan praktisi penggunaan waktu dalam proses pembelajaran
guru saja. Hal ini disebabkan karena tidak masih belum sesuai dengan alokasi waktu
semua guru memahami model pembelajaran yang terdapat dalam buku guru. Untuk
berbasis konstektual dengan konsep Tri Hita mengatasi hal tersebut berbagai upaya
Karana yang digunakan sebagai model perbaikan dilakukan oleh peneliti bersama
pengembangan dalam pembelajaran IPA ini guru yang nantinya dijadikan acuan untuk
sehingga hal ini yang menjadikan alasan pertemuan selanjutnya sehingga waktu
minimnya masukan atau saran dari para pembelajaran dapat dimanfaatkan secara lebih
validator. Hendaknya proses validasi efisien.
melibatkan para ahli sehingga dapat Pada pertemuan ketiga dan
memberikan saran yang lebih mendalam selanjutnya, pengembangan bahan ajar
mengenai konten dan struktur penyajian berbasis konstektual dengan konsep Tri Hita
bahan ajar. Karana telah memenuhi syarat kepraktisan
Kepraktisan bahan ajar dapat yaitu berada dalam kategori baik/praktis.
ditinjau dari dua aspek, yaitu efisiensi Berdasarkan hasil refleksi dari kelima
penggunaan waktu dan respon pengguna pertemuan yang telah dilakukan, maka ada
terhadap bahan ajar. Berdasarkan hasil beberapa hal positif yang terjadi selama
penelitian diperoleh bahwa pada pertemuan pembelajaran, yaitu: (1) Buku guru membantu
pertama, penggunaan waktu dalam proses guru dalam pembelajaran karena dalam buku
pembelajaran masih belum sesuai dengan guru berisi langkah-langkah pembelajaran
alokasi waktu yang terdapat dalam buku guru. yang harus dilaksanakan dalam proses
Selama proses implementasi bahan ajar pembelajaran di kelas. (2) Siswa mulai
berlangsung terlihat beberapa kendala yaitu: terbiasa melakukan kegiatan pembelajaran
(1) Dalam melakukan kegiatan pada buku sesuai dengan petunjuk pada buku siswa
siswa kebanyakan siswa masih kelihatan sehingga hal ini akan memudahkan siswa
kebingungan dalam melakukan kegiatan. (2) nantinya dalam mengikuti pembelajaran IPA
Guru belum terbiasa dengan kegiatan pada kegiatan dan materi pelajaran lain. (3)
pembelajaran yang dirancang. Hal ini terlihat Menumbuhkan sikap kerjasama dan tanggung
dari kesulitan guru dalam jawab melalui kerja kelompok yang dirancang
mengimplementasikan pembelajaran berbasis dalam proses pembelajaran. (4)
kontekstual dengan konsep Tri Hita Karana Menumbuhkan sikap bertanggung jawab,

JIPP, Volume 4 Nomor 3 Oktober 2020 _________________________________________________________ 486


Jurnal Imiah Pendidikan dan Pembelajaran
p-ISSN : 1858-4543 e-ISSN : 2615-6091

saling menghargai dan menjaga keharmonisan tampilannya menarik. Buku siswa disajikan
hubungan dengan sesama manusia, alam dan dengan struktur alur yang sistematis sehingga
Tuhan melalui konsep Tri Hita Karana. (5) memudahkan siswa untuk menggunakannya.
Memberikan pengalaman kepada guru tentang Selain itu, buku guru dirancang agar mampu
perubahan paradigma belajar dari teacher menuntun guru dalam pembelajaran di kelas
centered menjadi student centered. (6) baik dalam proses pembelajaran maupun
Memberikan pemahaman yang menyeluruh penilaian. Dengan desain bahan ajar yang
kepada siswa mengenai materi yang dipelajari menarik akan membuat siswa tertarik
dan keterakaitannya dengan konsep Tri Hita membaca yang secara langsung dan
Karana. menyelesaikan tugas-tugas atau latihan yang
Sementara itu, dari aspek respon siswa ada di bahan ajar yang sudah dibuat hal ini
dan guru terhadap bahan ajar juga telah akan mambuat siswa lebih memahami materi
terlihat bahwa untuk buku ajar siswa dan buku yang sedang dibelajarkan. Kedua, bahan ajar
pegangan guru memenuhi kategori praktis. yang dirancang sesuai dengan tuntutan
Jika ditinjau dari keterlaksanaan dan respon kurikulum dan disesuaikan dengan karakter
siswa dan guru terhadap bahan ajar yang perkembangan siswa SMP N 2 Amlapura,
dibuat maka dapat dikatakan bahwa bahan sehingga mampu memandu siswa dalam
ajar IPA terpadu berbasis kontekstual dengan menemukan konsep sesuai dengan kegiatan
konsep Tri Hita Karana yang dibuat telah pembelajaran yang telah dirancang. Bahan
mendukung jalannya proses pembelajaran IPA ajar yang disusun sesuai dengan karakteristik
dengan baik. siswa yang akan mempengaruhi pembelajaran
Efektivitas bahan ajar yang karena konsep yang diberikan akan lebih
dikembangkan dapat ditinjau dari perolehan mudah di pahami karena sesuai dengan
skor pemahaman konsep siswa pada mata perkembangan siswa.
pelajaran IPA. Skor rata-rata posttest yang Ketiga, bahan ajar yang
diperoleh siswa secara keseluruhan telah dikembangakan menggunakan pendekatan
menunjukkan kategori yang sangat baik. Hal kontekstual sehingga siswa dapat lebih mudah
tersebut menunjukkan adanya peningkatan memahami keterkaitan antara dunia nyata
pemahaman konsep siswa yang cukup besar siswa dengan materi IPA yang dipelajari. Hal
dari sebelum dan sesudah implementasi bahan ini sejalan dengan (Trianto, 2011) yang
ajar IPA berbasis kontekstual dengan konsep menyatakan bahwa dengan menerapkan
Tri Hita Karana. Penelitian lain yang prinsip pembelajaran kontekstual diharapkan
memberikan hasil serupa yakni penelitian pembelajaran akan lebih bermakna bagi
yang dilakukan oleh (Hera, R,. Khairil, 2014) peserta didik, karena peserta didik akan
memperoleh hasil bahwa Penggunaan handout bekerja secara ilmiah dan mengalami sendiri
pembelajaran embriologi berbasis kontekstual bukan hanya mentransfer pengetahuan
mampu meningkatkan pemahaman konsep pendidik ke peserta didik. Dengan demikian
mahasiswa terhadap materi embriologi pada bahan ajar yang dikembangkan akan
perkuliahan Perkembangan Hewan. Hasil dicantumkan permasalahan-permasalahan atau
penelitian ini sejalan dengan (Astiti, 2019) fenomena-fenomena IPA yang biasa terjadi
bahwa berdasarkan hasil uji skala besar atau sudah tidak asing lagi bagi peserta didik
ditunjukkan bahwa bahan ajar Fisika SMA sehingga memudahkan peserta didik
berbasis kontekstual pada materi suhu dan menerima atau menyerap materi pelajaran.
kalor yang telah dikembangkan cukup efektif Dengan konsep kearifan lokal sebagai solusi
digunakan dalam proses pembelajaran karena untuk mengatasi masalah degradasi mental
mampu meningkatkan hasil belajar siswa. anak bangsa. Pembelajaran yang bersumber
Selain itu, diperolehnya bahan ajar pada nilai kearifan lokal juga penting bagi
IPA berbasis konstektual dengan konsep Tri pengembangan diri peserta didik.
Hita Karana yang efektif disebabkan oleh Pemanfaatan konsep kearifan lokal dalam hal
beberapa faktor antara lain: Pertama, bahan ini Tri Hita Karana dalam pembelajaran IPA
ajar didesain sedemikian rupa sehingga sangat penting. Hal ini sejalan dengan

JIPP, Volume 4 Nomor 3 Oktober 2020 _________________________________________________________ 487


Jurnal Imiah Pendidikan dan Pembelajaran
p-ISSN : 1858-4543 e-ISSN : 2615-6091

penelitian yang dilakukan oleh Winaya, A., PENUTUP


Priantini, DW. A. M., & Widiastuti, (2018)
bahwa penerapan media pembelajaran Berdasarkan analisis dan pembahasan
berbasis multimedia interaktif dengan konsep yang telah dipaparkan, maka simpulan dalam
Tri Hita Karana efektif untuk meningkatkan penelitian adalah bahan ajar yang
motivasi dan hasil belajar siswa karena media dikembangkan telah memenuhi standar
pembelajaran ini mensinergikan semua media kelayakan suatu bahan ajar yang meliputi tiga
dan animasi yang menggambarkan cara aspek, yaitu valid, praktis dan efektif sehingga
menjaga keharmonisan hubungan manusia dalam pengaplikasiannya pengembangan
dengan manusia, manusia dengan alam dan bahan ajar IPA berbasis kontekstual dengan
manusia dengan Tuhan yang merupakan konsep Tri Hita Karana dapat meningkatkan
konsep dari ajaran Tri Hita Karana. Kegiatan pemahaman konsep siswa yang ditunjukkan
pembelajaran seperti ini akan mendidik siswa dari perolehan skor rata-rata posttest termasuk
untuk berpegang teguh pada Konsep Tri Hita dalam kategori sangat baik, yaitu sebesar
Karana yang diyakini oleh masyarakat 81,38 dan nilai gain ternormalisasi termasuk
khususnya masyarakat Bali dalam menjaga dalam kategori tinggi, yaitu sebesar 0,71. Hal
menjaga hubungan harmonis dengan sesama ini disebabkan karena bahan ajar ini
manusia, alam dan Tuhan sehingga dapat menggunakan pendekatan kontekstual
menekan degradasi moral anak bangsa. sehingga siswa dapat lebih mudah memahami
Keterkaitan antara materi IPA dan konsep keterkaitan antara dunia nyata siswa dengan
kearifan lokal siswa pada pembelajaran IPA materi IPA yang dipelajari. Selain itu bahan
menyebabkan materi IPA akan mudah ajar ini diintegrasikan dengan konsep kearifan
dipahami dan lebih bermakna serta siswa lokal yaitu Tri Hita Karana sebagai solusi
dapat belajar sesuai dengan tradisi dan untuk mengatasi masalah degradasi mental
kearifan lokalnya sendiri (Sardijyo, 2005). anak bangsa karena akan mendidik anak untuk
Kegiatan pembelajaran seperti ini dapat berpegang teguh pada Konsep Tri Hita Karana
meningkatkan pemahaman konsep siswa. yang diyakini oleh masyarakat khususnya
Kelima, bahan ajar yang masyarakat Bali dalam menjaga hubungan
dikembangkan disesuaikan dengan fasilitas harmonis dengan sesama manusia, alam dan
yang ada di sekolah dan di lingkungan sekitar Tuhan sehingga dapat menekan degradasi
sehingga memudahkan siswa maupun guru moral anak bangsa. Selain itu, keterkaitan
untuk mencari alat dan bahan yang digunakan antara materi IPA dan konsep Tri Hita Karana
dalam kegiatan pembelajaran. Jadi secara siswa pada pembelajaran IPA menyebabkan
umum bahan ajar ini berhasil dikembangkan materi IPA akan mudah dipahami dan lebih
serta telah memenuhi keseluruhan aspek bermakna serta siswa dapat belajar sesuai
kualitas bahan ajar yang baik, yaitu valid, dengan tradisi dan kearifan lokalnya sendiri.
praktis dan efektif. Hal ini berarti bahwa Bahan ajar IPA berbasis kontekstual
pengembangan bahan ajar IPA berbasis dengan konsep Tri Hita Karana memiliki
kontekstual dengan konsep Tri Hita Karana pengaruh positif dalam peningkatan
efektif untuk meningkatkan pemahaman pemahaman konsep siswa, maka para
konsep siswa pada pelajaran IPA, khususnya pendidik perlu mengembangkan dan
pada topik Interaksi Makhluk hidup dengan mengimplementasikan bahan ajar berbasis
lingkungan. Hal ini sejalan dengan penelitian kontekstual dengan konsep Tri Hita Karana
yang dilakukan oleh (Satriawan, M., 2016) pada pada pokok bahasan yang lain pada
yang menyatakan bahwa bahan ajar Fisika pelajaran IPA.
Berbasisis Kontekstual dengan
mengintegrasikan kearifan lokal sangat layak DAFTAR PUSTAKA
untuk digunakan serta dapat meningkatkan
pengusaan konsep fisika mahasiswa Abidin Pasaribu, S. (2017). Pengembangan
Bahan Ajar Berbasis Kontekstual untuk
Meremidiasi Miskonsepsi pada Materi

JIPP, Volume 4 Nomor 3 Oktober 2020 _________________________________________________________ 488


Jurnal Imiah Pendidikan dan Pembelajaran
p-ISSN : 1858-4543 e-ISSN : 2615-6091

Gaya dan Hukum Newton. Jurnal Cerita Rakyat Kabupaten Banjarnegara.


Inovasi Dan Pembelajaran Fisika, 4(2), JINOP, 5(2), 185–197.
36–47. https://doi.org/https://doi.org/10.22219/ji
nop.v5i2.9992
Astiti, K. A. (2019). Pengembangan Bahan
Ajar Fisika SMA Berbasis Kontekstual Mulyasa, E. (2006). Kurikulum Tingkat
pada Materi Suhu dan Kalor. Jurnal Satuan Pendidikan. Remaja Rosdakarya.
Pembelajaran Sains, 3(1), 29–34.
Oktaviani, W., Gunawan, & S. (2017).
Daryanto. (2013). Menyusun Modul (Bahan Pengembangan Bahan Ajar Fisika
Ajar untuk Persiapan Guru dalam Kontekstual Untuk Meningkatkan
Mengajar). Gava Media. Penguasaan Konsep Siswa. Jurnal
Pendidikan Fisika Dan Teknologi, 3(1),
Dharsana, K. S. K. (2015). Pengembangan
1–7.
Bahan Ajar Dengan Pendekatan
Kontekstual Untuk Siswa Kelas VII SMP. Perwitasari, S., Wahjoedi, & Akbar, S.
Universitas Pendidikan Ganesha. (2018). Pengembangan Bahan Ajar
Tematik Berbasis Kontekstual. Jurnal
Gustiawati, R., Arief, D., & Zikri, A. (2020).
Pendidikan : Teori, Penelitian, Dan
Pengembangan Bahan Ajar Membaca
Pengembangan, 3(3), 278–285.
Permulaan dengan Menggunakan Cerita
Fabel pada Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Prastowo, A. (2014). Pengembangan Bahan
Basicedu, 4(2), 355–360. Ajar Tematik Tinjauan Teoritis dan
https://doi.org/10.31004/basicedu.v4i2.3 Praktis. Kencana Prenada Media Group.
39
Purwanto, Y., & Rizki, S. (2015).
Hera, R,. Khairil, & H. (2014). Pengembangan Bahan Ajar Berbasis
Pengembangan Handout Pembelajaran Kontekstual Pada Materi Himpunan
Embriologi Berbasis Kontekstual Pada Berbantu Video Pembelajaran.
Perkuliahan Perkembangan Hewan AKSIOMA Journal of Mathematics
Untuk Meningkatkan Pemahaman Education, 4(1), 67–77.
Konsep Mahasiswa Di Universitas https://doi.org/10.24127/ajpm.v4i1.95
Muhammadiyah Banda Aceh. Jurnal
Redhana, I. . (2007). Chemistry Teachers’
EduBio Tropika, 2(2), 223–229.
Views towards Teaching and Learning
Hidayah, D. N., & Priscylio, G. (2019). and Assessment of Critical Thinking
Pengembangan Bahan Ajar Mandiri Skills. The First International on Science
Pokok Bahasan Suhu Dan Kalor Education.
Menggunakan Software Camtasia.
Sardijyo, dan P. P. (2005). Pembelajaran
Journal of Teaching and Learning
Berbasis Budaya: Model Inovasi
Physics, 4(1), 50–64.
Pembelajaran dan Implementasi
https://doi.org/10.15575/jotalp.v4i1.4093
Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jurnal
MANIK, I., Lasmawan, M., & Marhaeni, M. Pendidikan, 6(2), 83–96.
(2015). Pengaruh Pendekatan
Sari Astiti, N. N., Lasmawan, I. W., &
Kontekstual Terhadap Motivasi Dan
Akhmad Haris, I. (2017). Penerapan
Perestasi Belajar Ips Siswa Kelas Iv Sd
Model Pembelajaran Contextual
Negeri 1 Tulamben. Jurnal Pendidikan
Teaching and Learning, Quantum
Dasar Ganesha, 5(1), 124676.
Teaching Terhadap Motivasi Berprestasi
https://media.neliti.com/media/publicatio
Dan Hasil Belajar Ips Siswa Kelas Vii.
ns/124676-ID-pengaruh-pendekatan-
Jurnal Pendidikan IPS Indonesia, 1(2),
kontekstual-terhadap.pdf
55–65.
Martha, N. U., & Andini, N. P. (2019). https://doi.org/10.23887/pips.v1i2.2825
Pengembangan Bahan Ajar Mata
Sartini. (2006). Menggali Kearifan Lokal
Pelajaran Bahasa Indonesia Berbasis

JIPP, Volume 4 Nomor 3 Oktober 2020 _________________________________________________________ 489


Jurnal Imiah Pendidikan dan Pembelajaran
p-ISSN : 1858-4543 e-ISSN : 2615-6091

Nusantara Sebuah kajian Filsafat.


Satriawan, M., & R. (2016). Pengembangan
Bahan Ajar Fisika Berbasis Kontekstual
Dengan Mengintegrasikan Kearifan
Lokal Untuk Meningkatkan Pemahaman
Konsep Fisika Pada Mahasiswa. Jurnal
Pendidikan Sains Pascasarjana
Universitas Negeri Surabaya, 6(1).
Syafii. (2017). Pengembangan Bahan Ajar
Ornamen Berbasis Candi di Jawa
Tengah: Studi Identifikasi Candi
Gedongsanga. Jurnal Imajinasi, XI(2),
117–124.
https://doi.org/https://doi.org/10.15294/i
majinasi.v11i2.12813
Trianto. (2011). Model Pembelajaran
Terpadu Konsep, Strategi dan
Implementasinya Dalam Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Bumi Aksara.
Weriyanti, W., Firman, F., Taufina, T.,
Taufina, T., & Zikri, A. (2020).
Pengembangan Bahan Ajar Tematik
Terpadu dengan Strategi Question
Student Have di Sekolah Dasar. Jurnal
Basicedu, 4(2), 476–483.
https://doi.org/10.31004/basicedu.v4i2.3
74
Winaya, A., Priantini, DW. A. M., &
Widiastuti, N. K. (2018). Pengembangan
Media Pembelajaran Berbasis
Multimedia Interaktif Dengan Konsep
Tri Hita Karana Untuk Pembelajaran
Tematik di SD Kelas III Gugus 6
Kecamatan Abiansemal, Badung, Bali.
Jurnal Kajian Pendidikan: Widya
Accarya, 9(1), 1–14.
https://doi.org/10.19016/jcshokuriku.3.0
_1

JIPP, Volume 4 Nomor 3 Oktober 2020 _________________________________________________________ 490

Anda mungkin juga menyukai