Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Dwijendra, Denpasar, Indonesia
e-mail: karangwidhi@gmail.com
ABSTRAK
Kata kunci: Bahan Ajar IPA, Pembelajaran Berbasis Konstektual, Tri Hita Karana
ABSTRACT
siswa dalam belajar sehingga hal ini akan Widiastuti, (2018) bahwa penerapan media
berdampak pada peningkatan pemahaman pembelajaran berbasis multimedia interaktif
konsep siswa pada pelajaran IPA.(Manik et dengan konsep Tri Hita Karana efektif untuk
al., 2015; Sari Astiti et al., 2017). Jadi, dengan meningkatkan motivasi hasil belajar siswa
mengembangkan bahan ajar kontekstual yang karena media pembelajaran ini mensinergikan
memadukan materi dengan masalah yang semua media dan animasi yang
ditemukan dalam kehidupan sehari-hari akan menggambarkan cara menjaga keharmonisan
membantu siswa lebih mandiri dan aktif. Hal hubungan manusia dengan manusia, manusia
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan dengan alam dan manusia dengan Tuhan yang
oleh (Abidin Pasaribu, 2017) menunjukkan merupakan konsep dari ajaran Tri Hita
bahwa bahan ajar konseptual efektif Karana. Kegiatan pembelajaran seperti ini
diterapkan untuk meremidiasi miskonsepsi akan mendidik siswa untuk berpegang teguh
pada materi gaya dan hukum newton tentang pada Konsep Tri Hita Karana yang diyakini
gerak yang praktis. Serta penelitian yang oleh masyarakat khususnya masyarakat Bali
dialakukan oleh Purwanto & Rizki, (2015) dalam menjaga menjaga hubungan harmonis
menunjukan bahwa bahan ajar yang dengan sesama manusia, alam dan Tuhan
dikembangkan layak digunakan sebagai bahan sehingga dapat menekan degradasi moral anak
ajar untuk membantu peserta didik dan guru bangsa.
pada proses belajar mengajar. Salah satu pembelajaran IPA yang
Selain pengembangan bahan ajar, dapat dikaitkan dengan konsep Tri Hita
salah satu cara yang bisa dilkukan untuk Karana yaitu materi interkasi makhluk hidup
mengatasi masalah tersebut adalah penerapan dengan lingkungannya. Materi ini sangat
konsep kearifan lokal pada kegiatan dekat dengan kehidupan sehari-hari sehingga
pembelajaran. Berdasarkan kondisi ini siswa mudah untuk mencari serta memahami
pendidikan memiliki peran yang sangat bagaimana pola interaksi makhluk hidup
penting dan strategis dalam pembentukan khususnya manusia mempengaruhi ekosistem,
moral dan jati diri anak bangsa. Selain itu, dalam hal ini hubungan manusia dengan
fungsi pendidik juga harus dimaksimalkan Tuhan, Hubungan manusia dengan manusia,
dalam dunia pendidikan sehingga pendidik dan hubungan manusia dengan
bukan hanya sebagai pengajar di depan kelas lingkungannya. Keterkaitan antara materi IPA
namun juga ikut aktif dalam melakukan dan konsep kearifan lokal siswa pada
pembaharuan dalam dunia pendidikan seperti pembelajaran IPA menyebabkan materi IPA
mengembangkan media-media pembelajaran akan mudah dipahami dan lebih bermakna
maupun bahan ajar untuk siswa. Oleh karena serta siswa dapat belajar sesuai dengan tradisi
itu, dalam pengembangan bahan ajar berbasis dan kearifan lokalnya sendiri (Sardijyo,
kontekstual akan diintegrasikan dengan 2005). Kegiatan pembelajaran seperti ini
konsep kearifan lokal sebagai solusi untuk dapat meningkatkan pemahaman konsep
mengatasi masalah degredasi mental anak siswa. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
bangsa. Pembelajaran yang bersumber pada dilakukan oleh (Satriawan, M., 2016) yang
nilai kearifan lokal juga penting bagi menyatakan bahwa bahan ajar Fisika
pengembangan diri peserta didik. kearifan Berbasisis Kontekstual dengan
lokal merupakan seperangkat pengetahuan, mengintegrasikan kearifan lokal sangat layak
nilai-nilai, perilaku, serta cara bersikap untuk digunakan serta dapat meningkatkan
terhadap objek dan peristiwa tertentu di pengusaan konsep fisika mahasiswa.
lingkunganya yang diakui kebaikan dan Berdasarkan pemaparan di atas dalam
kebenarannya (Sartini, 2006). penelitian ini akan dikembangkan sebuah
Pemanfaatan konsep kearifan lokal bahan ajar IPA berbasis kontekstual dengan
dalam hal ini Tri Hita Karana dalam konsep Tri Hita Karana untuk meningkatan
pembelajaran IPA sangat penting. Hal ini pemahaman konsep siswa kelas VII SMP
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh yang meliputi buku ajar untuk siswa yang
Winaya, A., Priantini, DW. A. M., & berisi materi-materi essensial yang terkait
dengan IPA terpadu serta dilengkapi dengan sebagai data-data yang menunjang untuk
adanya lembar kerja siswa (LKS) dan buku perencanaan produk bahan ajar. Metode
ajar untuk guru yang dilengkapi dengan pengumpulan data yang dilakukan pada tahap
materi serta petunjuk dalam menyajikan ini, yaitu studi literatur. Pada tahap ini subjek
materi di depan kelas sehingga memudahkan penelitiannya adalah dokumen kurikulum
guru dalam proses implementasi. Penelitian 2013 dan buku-buku literatur. Sementara itu,
ini bertujuan menghasilkan bahan ajar objek penelitiannya adalah SKL, KD, KI, dan
berbasis kontekstual dengan konsep Tri Hita silabus sesuai kurikulum 2013, serta teori-
Karana yang valid, praktis dan efektif untuk teori yang terkait dengan topik yang dipilih.
meningkatkan pemahaman konsep siswa pada
pelajaran IPA sehingga layak digunakan pada Desain Produk
siswa SMP. Desain bahan ajar yang dibuat pada
penelitian ini dilakukan dengan mengadakan
METODE PENELITIAN pemetaan terhadap materi yang akan dipilih
yang disesuaikan dengan KI, KD yang
Jenis penelitian yang digunakan adalah tercantum pada Kurikulum 2013. Materi yang
penelitian pengembangan (research and disajikan menggunakan sebuah topik dengan
development). Model pengembangan yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah.
digunakan dalam penelitian ini mengikuti Topik yang digunakan yaitu interaksi
langkah pengembangan Sugiyono 2011. makhluk hidup dengan lingkungannya yang
Model ini terdiri dari 10 tahap, namun dalam dibagi menjadi empat sub topik, yaitu
penelitian ini hanya akan dilakukan sampai 7 pengertian lingkungan, hal-hal yang
tahap karena keterbatasan sumber daya dan ditemukan dalam suatu lingkungan, interaksi
waktu penelitian yaitu (1) potensi dan ekosistem membentuk suatu pola, dan pola
masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain interaksi manusia mempengaruhi ekosistem.
produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain, Selanjutnya, dilakukan penjabaran mengenai
(6) uji coba produk, dan (7) revisi produk. indikator, tujuan pembelajaran, langkah
pembelajaran, isi materi atau konsep IPA, alat
Potensi Masalah dan bahan yang terkait dengan masing-masing
Pada tahap ini peneliti melakukan sub topik yang dipilih. Setelah itu, dilakukan
identifikasi terhadap potensi masalah terkait pendesainan lebih lanjut sehingga pada tahap
dengan penggunaan bahan ajar IPA di SMP. ini dihasilkan draft I.
Metode yang digunakan untuk
mengidentifikasi potensi masalah, yaitu Proses Validasi
dengan melakukan studi literatur dan studi Proses validasi yang dilakukan terbagi
lapangan. Studi literatur dilakukan dengan dalam dua tahapan, yaitu validasi alat evaluasi
mengkaji beberapa penelitian yang telah tes dan validasi produk bahan ajar. Instrumen
dilakukan sebelumnya, sedangkan studi yang digunakan pada tahap ini, yaitu berupa
lapangan dilakukan melalui wawancara lembar validasi. Proses validasi ini dilakukan
terhadap guru IPA SMP di SMP N 2 dengan menyerahkan bahan ajar dan tes yang
Amlapura. Pada tahap ini subjek penelitiannya telah disusun serta lembar validasi secara
adalah temuan-temuan dari penelitian langsung kepada masing-masing validator
sebelumnya dan guru IPA SMP. Sementara agar dapat memberikan masukan atau saran
itu, objek penelitiannya adalah permasalahan terhadap bahan ajar dan tes yang telah dibuat.
yang terkait dengan pembelajaran dan Pada tahap validasi alat evaluasi tes, subjek
pemanfaatan bahan ajar IPA di SMP. penelitiannya adalah 2 orang validator yang
berasal dari kalangan staf dosen Jurusan
Pengumpulan Data Pendidikan Biologi di Universitas
Pada tahap ini peneliti mengumpulkan Mahasaraswati Denpasar. Sementara itu,
seluruh informasi yang dapat digunakan objek penelitiannya adalah masukan atau
saran dari validator terhadap isi dari masing- efektivitas bahan ajar digunakan desain pre
masing butir tes yang dibuat. Pada tahap eksperimen, one group pretest posttest design.
validasi produk bahan ajar, subjek
penelitiannya adalah 10 orang validator yang
berasal dari kalangan guru IPA SMP. Revisi Produk
Sementara itu, objek penelitiannya adalah Temuan-temuan penting selama uji
masukan atau saran guru mengenai isi dan empiris yang dilakukan dapat dijadikan acuan
konstruk bahan ajar yang dibuat. Selain itu, untuk merevisi dan menyempurnakan draft II
pada tahap ini juga dilakukan validasi empirik yang telah diuji coba sehingga nantinya
terhadap tes pemahaman konsep untuk dihasilkan bahan ajar.
menentukan validitas butir tes, uji daya beda
tes, tingkat kesukaran tes, dan reliabilitas tes. HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam validasi empirik ini subyek
penelitiannya yaitu siswa kelas VIIIB, VIIIC, Hasil dari penelitian ini berupa produk
dan VIIIF di SMP N 3 Abiansemal. Obyek bahan ajar, yaitu bahan ajar IPA berbasis
penelitiannya adalah pemahaman konsep konstektual dengan konsep Tri Hita Karana
siswa. Dalam pengujian validitas empiris tes untuk meningkatkan pemahaman konsep
pemahaman konsep, uji coba instrumen tes siswa kelas VII SMP yang meliputi buku guru
pemahaman konsep yang telah dibuat dan buku siswa. Bahan ajar yang
dilakukan di SMP N 3 Abiansemal, dikembangkan harus memiliki kualitas yang
Kabupaten Badung. baik dan layak sebagai bahan ajar dengan
memenuhi tiga aspek penting, yaitu valid,
Revisi Produk praktis dan efektif.
Masukan atau saran yang diperoleh Adapun rata-rata skor untuk hasil
pada tahap validasi produk bahan ajar validasi buku guru, buku siswa, dan
digunakan sebagai acuan untuk kesesuaian buku guru dan buku siswa yaitu
menyempurnakan draft I yang telah dibuat. 4,30, 4,36, dan 4,45 dari skor maksimum 5,00
Pada tahap revisi produk ini diperoleh draft II yang ditetapkan. Hasil validasi ini
yang nantinya siap untuk diuji cobakan secara menunjukkan bahwa secara keseluruhan
empiris dalam skala terbatas. Selain itu, pada bahan ajar yang dikembangkan telah
tahap ini juga dilakukan revisi terhadap tes memenuhi kriteria sangat valid. Dalam
pemahaman konsep. penelitian ini juga dilakukan validasi bahasa
untuk menilai keterbacaan dari bahan ajar.
Uji Coba Produk Hasil validasi bahasa ini menunjukkan bahwa
Pada tahap ini draft II diuji coba terdapat beberapa kesalahan, yaitu penulisan
secara empiris, pengujian ini bertujuan untuk cover pada buku siswa disesuaikan dengan
mengetahui kepraktisan dan efektivitas bahan EYD, konsitensi penggunaan simbol dalam
ajar IPA berbasis kontekstual dengan konsep buku siswa, dan kesalahan beberapa tata tulis.
Tri Hita Karana yang dikembangkan. Uji Validasi juga dilakukan pada tes
coba secara empiris ini dilakukan di SMP N 2 pemahaman konsep yang meliputi validasi isi
Amlapura pada semester genap tahun dan validasi empiris. Berdasarkan hasil
pelajaran 2019/2020. Pada tahap uji coba validasi isi diperoleh skor 0,91, yang
produk ini, subjek penelitiannya adalah guru menunjukkan bahwa tes yang dikembangkan
IPA dan siswa kelas VII.2 di SMP N 2 termasuk dalam kategori sangat baik
Amlapura yang berjumlah 32 orang, terdiri sehingga dapat digunakan untuk melakukan
dari 17 orang perempuan dan 15 orang laki- uji coba tes lebih lanjut. Berdasarkan hasil
laki. Sementara itu, objek penelitiannya validasi secara keseluruhan dapat dikatakan
adalah waktu yang digunakan saat bahwa produk yang dikembangkan pada
pembelajaran, respon guru dan siswa, serta penelitian ini berada pada kategori valid atau
pemahaman konsep siswa. Untuk menguji layak untuk diuji coba secara lebih lanjut di
lapangan (uji empiris). Hasil validasi produk digunakan sehingga guru dan siswa
bahan ajar tersaji pada Gambar 01. memberikan respon positif terhadap
pembelajaran yang telah dilakukan.
Efektivitas bahan ajar yang dikembangkan
dapat dilihat dari skor tes pemahaman konsep
siswa pada pelajaran IPA. Skor rata-rata
posttest yang diperoleh siswa secara
keseluruhan telah menunjukkan kategori yang
sangat baik, yaitu 81,38 dan nilai gain
ternormalisasi yang diperoleh sebesar 0,71.
Hal tersebut menunjukkan adanya
peningkatan pemahaman konsep siswa yang
cukup besar dari sebelum dan sesudah
implementasi bahan ajar IPA berbasis
kontekstual dengan konsep Tri Hita Karana.
Gambar 01. Grafik Rata-rata Validasi Bahan Selain itu, jika ditinjau terhadap nilai
Ajar ketuntasan minimal yang ditetapkan di
Kepraktisan bahan ajar dapat ditinjau sekolah sekitar 75% siswa telah memenuhi
dari dua aspek, yaitu efesiensi penggunaan kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan
waktu dan respon pengguna terhadap bahan oleh sekolah. Hal ini berarti bahwa penerapan
ajar. Jika ditinjau dari segi penggunaan waktu, bahan ajar IPA yang dikembangkan efektif
pada awal pertemuan penggunaan waktu pada untuk meningkatkan pemahaman konsep
proses pembelajaran masih belum efesien siswa siswa khususnya pada materi interkasi
sehingga peneliti bersama guru berdiskusi makhluk hidup dengan lingkungannya.
untuk mencari upaya-upaya yang dapat Berdasarkan hasil penelitian yang
mendukung penggunaan waktu menjadi lebih diperoleh menunjukkan bahwa bahan ajar
efisien. Berdasarkan hasil observasi terlihat yang dikembangkan telah memenuhi kualitas
bahwa dari segi penggunaan waktu dan proses yang baik dari segi validitas, kepraktisan dan
pembelajaran selama 5 kali pertemuan telah efektivitas. Bahan ajar yang dikembangkan
menunjukkan adanya peningkatan dan pada penelitian ini berada pada kategori valid
termasuk dalam kategori yang baik. atau layak untuk diuji coba secara lebih lanjut
Sementara itu, respon dari siswa dan guru di lapangan (uji empiris), karena disebabkan
untuk implementasi bahan ajar yang oleh beberapa faktor antara lain: (1) Bahan
dikembangkan juga merupakan salah satu ajar yang dikembangkan telah sesuai dengan
aspek yang dapat digunakan untuk menilai tuntutan kurikulum 2013, yaitu
tingkat kepraktisan bahan ajar. Dalam pengembangan bahan ajar berorientasi pada
memperoleh respon tersebut pada penelitian pembelajaran yang berpusat pada siswa.
ini disebarkan angket respon guru dan siswa Dimana dalam penelitian ini bahan ajar IPA
pada akhir pembelajaran topik yang diambil. yang dikembangkan berbasis konstektual
Untuk skor rata-rata respon dari guru dan dengan konsep Tri Hita Karana. Selain itu,
siswa berada pada katagori praktis. Dengan pemilihan topik, kedalaman materi dan
nilai rata-rata respon guru adalah 3,8 dan langkah-langkah pembelajaran yang disusun
respon siswa 3,76. Hal ini menunjukkan telah mengacu pada KI dan KD pada
bahwa bahan ajar yang dikembangkan telah kurikulum 2013. (2) Bahan ajar yang
memenuhi syarat kepraktisan. Kepraktisan ini dikembangkan disesuaikan dengan aspek-
menunjukkan kemudahan guru atau siswa aspek pengukuran validitas yaitu validitas isi
dalam menggunakan bahan ajar yang dan validitas konstruk. (3) Materi yang
dikembangkan sesuai dengan alokasi waktu disajikan pada bahan ajar ini telah sesuai
yang telah ditentukan, begitu juga dengan alat, dengan pendekatan kontekstual dengan
bahan, serta media yang digunakan dalam adanya penyajian konteks-konteks yang
pembelajaran mudah didapatkan serta mudah terkait dengan kehidupan siswa. Selain itu,
bahan ajar ini juga mensinergikan materi seperti yang terlihat pada kegiatan
pelajaran dengan konsep Tri Hita Karana yang pembelajaran. (3) Dalam kegiatan diskusi,
menggambarkan cara menjaga menjaga guru belum mampu menjadi fasilitator secara
hubungan harmonis dengan sesama manusia, optimal. (4) Guru masih mendominasi
alam dan Tuhan manusia dengan Tuhan pembelajaran sehingga masih banyak
menyebabkan materi IPA akan mudah memberikan kata kunci dalam proses
dipahami dan lebih bermakna serta siswa pembelajaran.
dapat belajar sesuai dengan tradisi dan Bertolak dari kendala-kendala yang
kearifan lokalnya sendiri (Sardijyo, 2005), (4) dihadapi pada pertemuan pertama, maka
Komponen-komponen bahan ajar yang peneliti bersama guru IPA melakukan diskusi
dikembangkan sesuai dengan indikator yang dengan rancangan yang akan digunakan
telah ditetapkan pada instrumen validasi. Hal dalam pertemuan kedua. Rancangan
ini berarti penyajian bahan ajar secara umum penanganan yang dilakukan disesuaikan
baik dari segi tampilan, isi materi, dan dengan kendala yang dihadapi. Secara umum
penggunaan bahasa sehingga memenuhi dan proses implementasi bahan ajar belum
sesuai dengan indikator yang menjadi acuan berlangsung secara optimal. Hal ini terlihat
dalam menilai kualitas bahan ajar. Meskipun dari penggunaan waktu untuk masing-masing
sudah memenuhi kriteria valid sehingga layak tahapan pembelajaran tidak sesuai dengan
digunakan dalam pembelajaran, bahan ajar ini perencanaan kegiatan pembelajaran yang ada
masih memiliki kelemahan karena uji validasi pada buku guru. Pada pertemuan kedua
yang dilakukan hanya menggunakan praktisi penggunaan waktu dalam proses pembelajaran
guru saja. Hal ini disebabkan karena tidak masih belum sesuai dengan alokasi waktu
semua guru memahami model pembelajaran yang terdapat dalam buku guru. Untuk
berbasis konstektual dengan konsep Tri Hita mengatasi hal tersebut berbagai upaya
Karana yang digunakan sebagai model perbaikan dilakukan oleh peneliti bersama
pengembangan dalam pembelajaran IPA ini guru yang nantinya dijadikan acuan untuk
sehingga hal ini yang menjadikan alasan pertemuan selanjutnya sehingga waktu
minimnya masukan atau saran dari para pembelajaran dapat dimanfaatkan secara lebih
validator. Hendaknya proses validasi efisien.
melibatkan para ahli sehingga dapat Pada pertemuan ketiga dan
memberikan saran yang lebih mendalam selanjutnya, pengembangan bahan ajar
mengenai konten dan struktur penyajian berbasis konstektual dengan konsep Tri Hita
bahan ajar. Karana telah memenuhi syarat kepraktisan
Kepraktisan bahan ajar dapat yaitu berada dalam kategori baik/praktis.
ditinjau dari dua aspek, yaitu efisiensi Berdasarkan hasil refleksi dari kelima
penggunaan waktu dan respon pengguna pertemuan yang telah dilakukan, maka ada
terhadap bahan ajar. Berdasarkan hasil beberapa hal positif yang terjadi selama
penelitian diperoleh bahwa pada pertemuan pembelajaran, yaitu: (1) Buku guru membantu
pertama, penggunaan waktu dalam proses guru dalam pembelajaran karena dalam buku
pembelajaran masih belum sesuai dengan guru berisi langkah-langkah pembelajaran
alokasi waktu yang terdapat dalam buku guru. yang harus dilaksanakan dalam proses
Selama proses implementasi bahan ajar pembelajaran di kelas. (2) Siswa mulai
berlangsung terlihat beberapa kendala yaitu: terbiasa melakukan kegiatan pembelajaran
(1) Dalam melakukan kegiatan pada buku sesuai dengan petunjuk pada buku siswa
siswa kebanyakan siswa masih kelihatan sehingga hal ini akan memudahkan siswa
kebingungan dalam melakukan kegiatan. (2) nantinya dalam mengikuti pembelajaran IPA
Guru belum terbiasa dengan kegiatan pada kegiatan dan materi pelajaran lain. (3)
pembelajaran yang dirancang. Hal ini terlihat Menumbuhkan sikap kerjasama dan tanggung
dari kesulitan guru dalam jawab melalui kerja kelompok yang dirancang
mengimplementasikan pembelajaran berbasis dalam proses pembelajaran. (4)
kontekstual dengan konsep Tri Hita Karana Menumbuhkan sikap bertanggung jawab,
saling menghargai dan menjaga keharmonisan tampilannya menarik. Buku siswa disajikan
hubungan dengan sesama manusia, alam dan dengan struktur alur yang sistematis sehingga
Tuhan melalui konsep Tri Hita Karana. (5) memudahkan siswa untuk menggunakannya.
Memberikan pengalaman kepada guru tentang Selain itu, buku guru dirancang agar mampu
perubahan paradigma belajar dari teacher menuntun guru dalam pembelajaran di kelas
centered menjadi student centered. (6) baik dalam proses pembelajaran maupun
Memberikan pemahaman yang menyeluruh penilaian. Dengan desain bahan ajar yang
kepada siswa mengenai materi yang dipelajari menarik akan membuat siswa tertarik
dan keterakaitannya dengan konsep Tri Hita membaca yang secara langsung dan
Karana. menyelesaikan tugas-tugas atau latihan yang
Sementara itu, dari aspek respon siswa ada di bahan ajar yang sudah dibuat hal ini
dan guru terhadap bahan ajar juga telah akan mambuat siswa lebih memahami materi
terlihat bahwa untuk buku ajar siswa dan buku yang sedang dibelajarkan. Kedua, bahan ajar
pegangan guru memenuhi kategori praktis. yang dirancang sesuai dengan tuntutan
Jika ditinjau dari keterlaksanaan dan respon kurikulum dan disesuaikan dengan karakter
siswa dan guru terhadap bahan ajar yang perkembangan siswa SMP N 2 Amlapura,
dibuat maka dapat dikatakan bahwa bahan sehingga mampu memandu siswa dalam
ajar IPA terpadu berbasis kontekstual dengan menemukan konsep sesuai dengan kegiatan
konsep Tri Hita Karana yang dibuat telah pembelajaran yang telah dirancang. Bahan
mendukung jalannya proses pembelajaran IPA ajar yang disusun sesuai dengan karakteristik
dengan baik. siswa yang akan mempengaruhi pembelajaran
Efektivitas bahan ajar yang karena konsep yang diberikan akan lebih
dikembangkan dapat ditinjau dari perolehan mudah di pahami karena sesuai dengan
skor pemahaman konsep siswa pada mata perkembangan siswa.
pelajaran IPA. Skor rata-rata posttest yang Ketiga, bahan ajar yang
diperoleh siswa secara keseluruhan telah dikembangakan menggunakan pendekatan
menunjukkan kategori yang sangat baik. Hal kontekstual sehingga siswa dapat lebih mudah
tersebut menunjukkan adanya peningkatan memahami keterkaitan antara dunia nyata
pemahaman konsep siswa yang cukup besar siswa dengan materi IPA yang dipelajari. Hal
dari sebelum dan sesudah implementasi bahan ini sejalan dengan (Trianto, 2011) yang
ajar IPA berbasis kontekstual dengan konsep menyatakan bahwa dengan menerapkan
Tri Hita Karana. Penelitian lain yang prinsip pembelajaran kontekstual diharapkan
memberikan hasil serupa yakni penelitian pembelajaran akan lebih bermakna bagi
yang dilakukan oleh (Hera, R,. Khairil, 2014) peserta didik, karena peserta didik akan
memperoleh hasil bahwa Penggunaan handout bekerja secara ilmiah dan mengalami sendiri
pembelajaran embriologi berbasis kontekstual bukan hanya mentransfer pengetahuan
mampu meningkatkan pemahaman konsep pendidik ke peserta didik. Dengan demikian
mahasiswa terhadap materi embriologi pada bahan ajar yang dikembangkan akan
perkuliahan Perkembangan Hewan. Hasil dicantumkan permasalahan-permasalahan atau
penelitian ini sejalan dengan (Astiti, 2019) fenomena-fenomena IPA yang biasa terjadi
bahwa berdasarkan hasil uji skala besar atau sudah tidak asing lagi bagi peserta didik
ditunjukkan bahwa bahan ajar Fisika SMA sehingga memudahkan peserta didik
berbasis kontekstual pada materi suhu dan menerima atau menyerap materi pelajaran.
kalor yang telah dikembangkan cukup efektif Dengan konsep kearifan lokal sebagai solusi
digunakan dalam proses pembelajaran karena untuk mengatasi masalah degradasi mental
mampu meningkatkan hasil belajar siswa. anak bangsa. Pembelajaran yang bersumber
Selain itu, diperolehnya bahan ajar pada nilai kearifan lokal juga penting bagi
IPA berbasis konstektual dengan konsep Tri pengembangan diri peserta didik.
Hita Karana yang efektif disebabkan oleh Pemanfaatan konsep kearifan lokal dalam hal
beberapa faktor antara lain: Pertama, bahan ini Tri Hita Karana dalam pembelajaran IPA
ajar didesain sedemikian rupa sehingga sangat penting. Hal ini sejalan dengan