Anda di halaman 1dari 13

RESUME

INOVASI PEMBELAJARAN IPS SD BERBASIS DIGITAL


MERANCANG MATERI PEMBELAJARAN IPS SD BERDASARKAN
KURIKULUM MERDEKA

Oleh:

SOVI HELENA SAFIRTRI

21129483

21 BB 04

Dosen Pengampu Mata Kuliah:


Dra. Hamimah, M.Pd

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2023
A. Pengertian Materi Pembelajaran
Menurut Sitohang (dalam Djumingin, S., 2022) materi pembelajaran adalah
segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru atau pendidik dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan yang dimaksud dapat berupa
yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Dengan kata lain, materi merupakan alat atau
sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, Batasan-batasan, dan cara mengevaluasi
yang dirancang secara sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi yang
diharapkan (Lestari, 2013). Materi pembelajaran adalah pengetahuan, keterampilan, dan
sikap yang harus dipelajari agar capaian pembelajaran dapat dicapai.
Kemudian, menurut Widodo (dalam Djumingin, S., 2022) bahan ajar adalah
seperangkat sarana atau alat pembelajaran yang berisikan materi pembelajaran, metode,
batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik
dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Sedangkan menurut Prastowo (2014)
bahan ajar merupakan segala bahan (baik informasi, alat, maupun teks) yang disusun
secara sistematis, yang menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai
peserta didik dan digunakan dalam proses pembelajaran dengan tujuan perencanaan dan
penelaahan implementasi pembelajaran. Misalnya, buku pelajaran, modul, handout,
LKPD, model atau maket, bahan ajar audio, bahan ajar interaktif, dan sebagainya.
Materi pendidikan biasa juga disebut isi atau kandungan pendidikan dan
kurikulum. Materi pendidikan ialah segala sesuatu yang diberikan kepada anak didik
untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dengan demikian, tujuan
pendidikan tidak akan tercapai sebagaimana mestinya tanpa pembekalan anak didik
dengan materi pendidikan. Pembicaraan tentang materi pendidikan ditempatkan setelah
pembahasan mengenai fitrah manusia dan tujuan pendidikan karena pada hakikatnya,
materi pendidikan merupakan alat yang akan dipakai untuk mengubah anak dari kondisi
awal (fithrah) menjadi manusia ideal yang dicita-citakan. Setelah dipahami kondisi awal
serta tujuan akhir yang diharapkan, perlu diketahui dan dipahami lebih lanjut bahan-
bahan yang perlu diberikan kepada anak didik untuk membawa perubahan dimaksud.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa materi pembelajaran adalah segala bahan
baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis yang dapat digunakan oleh pendidik dalam
melaksanakan proses pembelajaran. Bahan yang dimaksud tersebut adalah materi yang
berupa pengetahuan, keterampilan dan juga sikap yang dinilai dapat mencapai tujuan
pembelajaran.

B. Tujuan dan Manfaat Materi Pembelajaran


Menurut Kantun (2015) terdapat beberapa tujuan penyusunan bahan ajar, yakni:
1. Menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan
mempertimbangkan kebutuhan siswa, sekolah, dan daerah yang sesuai dengan
karakteristik dan setting atau lingkungan peserta didik.
2. Membantu siswa dalam memeroleh alternatif bahan ajar.
3. Memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran
4. Mengevaluasi materi yang disampaikan bagi peserta didik dalam memilih materi yang
efektif untuk dkembangkan sesuai dengan tuntutan zaman.

Sedangkan menurut Hermawan (2014) tujuan materi pembelajaran, yaitu: (a)


membantu peserta didik dalam mempelajari sesuatu, (b) menyediakan berbagai jenis
pilihan materi pembelajaran, sehingga mencegah timbulnya rasa bosan pada peserta
didik, (c) memudahkan peserta didik dalam melaksanakan pembelajaran, (d) agar
kegiatan pembelajaran lebih menarik karena disesuaikan dneann tuntutan kurikulum
kebutuhan siswa, sekolah dan daerah, (e) membantu peserta didik dalam memperoleh
altenatif bahan ajar, dan (f) memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran.
Kemudian, manfaat penulisan bahan ajar atau materi ajar menurut Kantun (2015)
dibedakan menjadi dua macam, yaitu manfaat bagi guru dan siswa. Manfaat bagi guru,
yakni: (1) diperoleh bahan ajar yang sesuai tuntutan kurikulum dan kebutuhan siswa, (2)
tidak lagi tergantung pada buku teks yang terkadang sulit diperoleh, (3) bahan ajar
menjadi lebih kaya karena dikembangkan dengan berbagai referensi, (4) menambah
pengetahuan dan pengalaman guru dalam menulis bahan ajar, (5) bahan ajar akan
mampu membangun komunikasi pembelajaran yang efektif antara guru dan siswa karena
siswa merasa lebih percaya kepada gurunya, (6) diperoleh bahan ajar yang dapat
membantu pelaksanaan kegitan pembelajaran, (7) dapat diajukan sebagai karya yang
dinilai mampu menambah angka kredit untuk keperluan kenaikan pangkat, (8)
menambah penghasilan guru jika hasil karyanya diterbitkan. Selain manfaat bagi guru
ada juga manfaat bagi siswa yaitu: (1) kegiatan pembelajaran menjadi lebih manarik; (2)
siswa lebih banyak mendapatkan kesempatan untuk belajar secara mandiri dengan
bimbingan guru, dan (3) siswa mendapatkan kemudahan dalam mempelajari setiap
kompetensi yang harus dikuasai.

C. Prinsip Pengembangan Materi Pembelajaran


Dalam pembelajaran diperlukan perangkat ajar yang sesuai dengan prinsip
pembelajaran berbasis Kurikulum Merdeka agar proses penyusunan bahan ajar lebih
terfokus. Prinsip-prinsip yang dijadikan dasar dalam menentukan materi pembelajaran
adalah kesuaian, keajegan, dan kecukupan.
1. Relevansi atau kesesuaian. Materi pembelajaran hendaknya relevan dengan capaian
pembelajaran. Jika kemampuan yang diharapkan dikuasai peserta didik berupa
menghafal fakta, maka materi pembelajaran yang diajarkan harus berupa fakta, bukan
konsep atau prinsip ataupun jenis materi yang lain.
2. Konsistensi atau keajegan. Konsisten berarti tetap atau tidak berubah-ubah, sesuai dan
taat. Jika capaian pembelajaran yang harus dikuasai peserta didik ada tiga macam,
maka materi yang harus diajarkan juga harus tiga macam. Sehingga dengan materi
pembelajaran tersebut tujuan pembelajaran dapat tercapai.
3. Adequacy atau kecukupan. Materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam
membantu peserta didik menguasai capaian pembelajaran. Materi tidak boleh terlalu
sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit maka kurang membantu
tercapainya tujuan pembelajaran. Sebaliknya, jika terlalu banyak maka akan
mengakibatkan keterlambatan dalam pencapaian target kurikulum.

Dalam pengembangan materi pembelajaran guru harus mampu mengidentifikasi


dan mempertimbangankan hal-hal berikut:
1. Potensi peserta didik meliputi potensi intelektual, emosional, spiritual, sosial, dan
potensi vokasional.
2. Relevansi dengan karakteristik daerah, jika peserta didik dan sekolah berlokasi
bertempat di daerah pantai, maka pengembangan materi pembelajaran diupayakan
agar selaras dengan kondisi masyarakat pantai.
3. Tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial dan spiritual peserta didik.
4. Kebermanfaatan bagi peserta didik, pengembangan materi pembelajaran diupayakan
agar manfaatnya dapat dirasakan peserta didik dalam waktu yang relatif singkat
setelah suatu materi pembelajaran tuntas dilaksanakan.
5. Alokasi waktu.

D. Jenis-jenis Materi Pembelajaran


Hal-hal yang perlu diperhatikan berkenaan dengan pemilihan materi pembelajaran
adalah jenis, cakupan, urutan, dan perlakuan (treatment) terhadap materi pembelajaran.
Depdiknas (dalam Djumingin, S., 2022) jenis- jenis materi pembelajaran dapat
diklasifikasi sebagai berikut:
1. Fakta: segala hal yang berwujud kenyataan dan kebenaran, meliputi nama objek,
peristiwa sejarah, lambang dan nama tempat. Contoh sejarah Indonesia, perjuangan
pahlawan dengan adanya monument dan makam
2. Konsep: segala yang berwujud pengertian-pengertian baru yang biasa timbul sebagai
hasil pemikiran, meliputi definisi, pengertian, ciri khusus, hakikat. Contoh:
penyimpangan sosial adalah suatu pelanggaran terhadap norma- norma kelompok atau
masyarakat atau lain sebagainya.
3. Prinsip: berupa hal utama, pokok dan memiliki posisi terpenting, meliputi dalil,
rumus, adagium, paradigma serta hubungan antar konsep yang menggambarkan
implikasi sebab akibat. Contohnya: prilaku menyimpang timbul karena tidak adanya
nilai atau norma yang dapat ditaati secara teguh, diterima secara luas.
4. Prosedur, merupakan langkah- langkah sistematis atau berurutan dalam mengerjkan
suatu aktifitas dan kronologi suatu system. Contoh: praktik penelitian sosial, dan lain
sebagainya.
5. Sikap atau nilai, merupakan hasil belajar aspek sikap, misalnya nilai kejujuran, kasih
saying, tolong- menolong, semangat dan minat belajar dan bekerja. Contohnya:
aplikasi sosiologi dalam kehidupan sehari- hari dalam bentuk sikap tolerensi dalam
menghadapi fenomena sosial yang bervariasi.
Kemudian, bahan materi yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran
diantaranya adalah :
1. Bahan ajar cetak (printed)
a. Handout adalah bahan tertulis yang disiapkan oleh seorang guru untuk
memperkaya pengetahuan peserta didik. Handout biasanya diperoleh dari
beberapa literatur yang relevan dengan materi yang diajarkan/capaian
pembelajaran dan materi pokok yang harus dikuasai oleh peserta didik.
b. Buku adalah bahan tertulis yang menyajikan ilmu pengetahuan buah pikiran dari
pengarangnya. Isi buku dapat diperoleh dari berbagai cara misalnya: hasil
penelitian, hasil pengamatan, aktualisasi pengalaman, otobiografi, atau hasil
imajinasi seseorang yang disebut sebagai fiksi.
c. Modul adalah sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta didik dapat
belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru. Modul dapat berisi
tentang petunjuk belajar, tujuan pembelajaran, materi, informasi pendukung,
Latihan-latihan, LKPD, evaluasi, dan balikan terhadap hasil evaluasi.
d. LKPD adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta
didik. Lembar kegiatan biasanya berupa petunjuk, langkah-langkah untuk
menyelesaikan suatu tugas. Suatu tugas yang diperintahkan dalam lembar
kegiatan harus jelas kompetensi yang akan dicapainya.
e. Brosur adalah bahan informasi tertulis mengenai suatu masalah yang disusun
secara bersistem atau cetakan yang hanya terdiri atas beberapa halaman dan
dilipat tanpa dijilid atau selebaran cetakan yang berisi keterangan singkat namun
lengkap. Dengan demikian, maka brosur dapat dimanfaatkan sebagai bahan ajar,
selama sajian brosur diturunkan dari capaian pembelajaran yang harus dikuasai
oleh peserta didik.
f. Wallchart adalah bahan cetak, biasanya berupa bagan siklus/proses atau grafik
yang bermakna menunjukkan posisi tertentu. Wallchart biasanya masuk dalam
kategori alat bantu melaksanakan pembelajaran, namun dalam hal ini wallchart
didesain sebagai bahan ajar.
g. Foto/gambar memiliki makna yang lebih baik dibandingkan dengan tulisan.
Foto/gambar sebagai bahan ajar tentu saja diperlukan satu rancangan yang baik
agar setelah selesai melihat sebuah atau serangkaian foto/gambar siswa dapat
melakukan sesuatu yang pada akhirnya menguasai satu atau lebih tujuan
pembelajaran.
h. Model/maket yang didesain secara baik akan memberikan makna yang hampir
sama dengan benda aslinya. Bahan ajar ini tidak dapat berdiri sendiri melainkan
harus dibantu dengan bahan tertulis agar memudahkan guru dalam melaksanakan
pembelajaran maupun siswa dalam belajar.
2. Bahan ajar dengar (audio) adalah semua sistem yang menggunakan sinyal radio
secara langsung, yang dapat dimainkan atau didengar oleh seseorang atau
sekelompok orang. Contohnya seperti kaset, radio, piringan hitam dan compact
diskaudio.
3. Bahan ajar pandang dengar (audiovisual), yakni segala sesuatu yang memungkinkan
sinyal audio dapat dikombinasikan dengan gambar bergerak secara seuensial.
Contohnya video compact disk dan film.
4. Bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching material), yakni kombinasi dari
dua atau lebih media yang dimanipulasi oleh penggunanya untuk mengendalikan
suatu perintah. Contohnya compact disk interactive dan bahan ajar berbasis web (web
based learning materials).

E. Pengembangan Materi Pembelajaran IPS SD Berdasarkan Kurikulum Merdeka


1. Pengembangan Materi IPS SD
Materi IPS SD adalah seluruh aspek kehidupan sosial yang harus dipelajari oleh
peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sudah dirumuskan. IPS
sebagai suatu pendekatan interdisipliner dari Pelajaran ilmu-ilmu sosial seperti
Sosiologi, Antropologi, Sejarah, Geografi, Ilmu Politik, bahkan Humaniora
(Pujiriyanto dalam Asnafiyah, 2010). Menurut Mukminan (dalam Asnafiyah, 2010)
pengembangan materi pembelajaram IPS perlu memperhatikan beberapa
pertimbangan, yaitu sebagai berikut.
a. Prinsip yang digunakan
b. Pendekatan yang sesuai
c. Kompetensi yang ingin dikembangkan.

Secara umum, menurut Nasar (dalam Asnafiyah 2010) langkah-langkah dalam


mengembangkan materi pembelajaran IPS adalah sebagai berikut.
a. Melakukan analisis terhadap capaian pembelajaran
b. Mendaftarkan materi-materi pokok yang mendukung tercapainya tujuan
pembelajaran.
c. Membuat deskripsi materi pembelajaran.

2. Merancang Materi Pembelajaran IPS SD Berdasarkan Kurikulum Merdeka


Kurikulum merdeka adalah pendidikan yang memberikan lebih banyak
kebebasan kepada guru dalam menyusun materi dan metode pembelajaran. Dalam
pemgembangan kurikulum Merdeka, pembelajaran dilakukan secara berdiferensiasi
sehingga pendidik dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menarik bagi
peserta didik. Untuk mewujudkan pembelajaran paradigma baru yang terdiferensiasi
dan berfokus pada peserta didik, satuan pendidikan harus melaksanakan tahapan-
tahapan perencanaan pembelajaran dan asesmen intrakurikuler. Terdapat tujuh
tahapan perencanaan pembelajaran dan asesmen intrakurikuler, yaitu sebagai berikut.

a. Pemetaan Capaian Pembelajaran (CP) untuk menyusun Tujuan Pembelajaran dan


Alur Tujuan Pembelajaran

Menurut Dyah, P. N., dkk (2017) capaian pembelajaran (learning outcomes)


adalah suatu ungkapan tujuan pendidikan, yang merupakan suatu pernyataan
tentang apa yang diharapkan diketahui, dipahami, dan dapat dikerjakan oleh siswa
setelah menyelesaikan suatu periode belajar. Capaian pembelajaran adalah
kemampuan yang diperoleh melalui internalisasi pengetahuan, sikap,
keterampilan, kompetensi, dan akumulasi pengalaman kerja. Pemetaan capaian
pembelajaran dilakukan untuk mengetahui kompetensi pembelajaran yang harus
dicapai peserta didik pada setiap tahap perkembangan untuk setiap mata pelajaran
pada satuan pendidikan usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

b. Perencanaan dan pelaksanaan asesmen diagnostic

Asesmen diagnostik adalah asesmen yang dilakukan secara spesifik untuk


mengidentifikasi kompetensi, kekuatan, kelemahan peserta didik, sehingga
pembelajaran dapat dirancang sesuai dengan kompetensi dan kondisi peserta
didik. Asesmen diagnostik dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal peserta
didik dan menyesuaikan pembelajaran dengan kebutuhan mereka.

c. Pengembangan modul ajar

Modul adalah bahan ajar yang dirancang secara sistematis berdasarkan


kurikulum tertentu dan dikemas dalam bentuk satuan pembelajaran terkecil dan
memungkinkan dipelajari secara mandiri dalam satuan waktu tertentu agar siswa
menguasai kompetensi yang diajarkan (Darmiyatun, 2013). Modul pembelajaran
menurut Winkel (2009), merupakan satuan program belajar mengajar yang
terkecil, yang dipelajari oleh siswa sendiri secara perseorangan atau diajarkan oleh
siswa kepada dirinya sendiri (self-instructional). Modul ajar dikembangkan untuk
memandu pendidik melaksanakan pembelajaran. Modul ajar yang dikembangkan
harus bersifat esensial, menarik, bermakna, dan menantang; relevan dan
kontekstual; dan berkesinambungan.

d. Penyesuaian pembelajaran dengan tahap capaian dan karakteristik peserta didik

Pembelajaran disesuaikan dengan tahapan pencapaian dan karakteristik peserta


didik. Ruang lingkup materi pembelajaran adalah apa yang akan diajarkan oleh
pendidik di kelas atau apa yang akan dipelajari oleh peserta didik di kelas.
Selanjutnya, pendidik menyesuaikan proses pembelajaran, menyesuaikan produk
hasil belajar, dan mengkondisikan lingkungan belajar. Ketika melakukan
pembelajaran sesuai tahap capaian dan karakteristik peserta didik, tidak berarti
pendidik harus menyusun beberapa modul ajar untuk mengakomodasi kebutuhan
belajar yang berbeda, pendidik cukup menyusun satu modul ajar dengan kegiatan
pembelajaran yang dilengkapi petunjuk penyesuaian terhadap tahap capaian dan
karakteristik peserta didik.

e. Perencanaan, pelaksanaan, dan pengolahan asesmen formatif dan sumatif

Dalam merencanakan dan melaksanakan asesmen, terdapat lima prinsip


asesmen yang hendaknya diperhatikan. Prinsip pertama adalah asesmen sebagai
bagian terpadu dari proses pembelajaran, memfasilitasi pembelajaran, dan
menyediakan informasi yang holistik sebagai umpan balik. Kedua adalah asesmen
dirancang dan dilakukan sesuai dengan fungsi asesmen dengan keleluasaan untuk
menentukan teknik dan waktu pelaksanaan asesmen. Ketiga, asesmen dirancang
secara adil, proporsional, valid, dan dapat dipercaya (reliable). Keempat laporan
kemajuan belajar dan pencapaian peserta didik bersifat sederhana dan informatif.
Terakhir, hasil asesmen digunakan oleh peserta didik, pendidik, tenaga
kependidikan, dan orang tua.

f. Pelaporan kemajuan belajar

Bentuk Pelaporan hasil belajar yang efektif adalah pelaporan yang melibatkan
orang tua peserta didik, peserta didik dan pendidik sebagai partner; merefleksikan
nilai-nilai yang dianut oleh sekolah; menyeluruh, jujur, adil dan dapat
dipertanggung jawabkan; jelas dan mudah dipahami oleh semua pihak.

g. Evaluasi pembelajaran dan asesmen


Pembelajaran dan asesmen yang sudah dilaksanakan selanjutnya dievaluasi.
Pendidik melakukan refleksi pembelajaran dan asesmen pada masing-masing
modul ajar. Setelah itu pendidik mengidentifikasi apa saja yang sudah berhasil
dan apa saja yang perlu diperbaiki. Dengan mengidentifikasi hal tersebut maka
modul ajar dapat disempurnakan kembali.

3. Konsep Desain Pembelajaran IPAS


Desain pembelajaran merupakan proses sistematis, berdasarkan teori
pendidikan, strategi pembelajaran, dan spesifikasi untuk mempromosikan pengalaman
belajar yang berkualitas (Mustaro, dkk., 2017). Desain pembelajaran didefinisikan
sebagai pembuatan rancangan dan perangkat pembelajaran dengan memperhatikan
kebutuhan peserta didik, mendefinisikan pencapaian tujuan pembelajaran, merancang
dan merencanakan tugas/penilaian pembelajaran, serta merancang kegiatan belajar
mengajar untuk memastikan kualitas pembelajaran.
Pembelajaran IPAS merupakan gabungan antara IPA dan IPS. IPAS secara
konten sangat dekat dengan alam dan interaksi antarmanusia. Pembelajaran IPAS
perlu menghadirkan konteks yang relevan dengan kondisi alam dan lingkungan
sekitar siswa (Tim, 2021). IPAS juga berperan penting dalam pembentukan
kompetensi literasi dan numerasi. Saat ini literasi dan numerasi secara umum
dipahami hanya terkait dengan Bahasa Indonesia dan Matematika. Oleh sebab itu
perlu dilakukan pengembangan IPAS yang dapat dikaitkan dengan literasi dan
numerasi. Dengan demikian, siswa dapat terbantu dalam memahami konten dan
konteks mata pelajaran IPAS, memperkuat penguasaan literasi dan numerasi serta
menjadi kecakapan hidup dalam kehidupan sehari-hari.
IPA atau Sains merupakan kumpulan pengetahuan dan cara-cara untuk
mendapatkan dan mempergunakan pengetahuan itu. Sains memiliki tiga komponen
yang tidak dapat dipisahkan, yaitu produk, proses ilmiah, dan sikap ilmiah. Oleh
sebab itu belajar sains adalah belajar produk, proses, dan sikap. Sains sebagai produk
memiliki makna sains merupakan organisasi fakta, konsep, prosedur, prinsip, dan
hukum-hukum alam. Sains sebagai proses menjelaskan bahwa temuan sains diperoleh
dari proses ilmiah atau kerja ilmiah. Sains sebagai sikap memiliki makna bahwa sikap
ilmiah mendasari proses ilmiah yang berguna dalam menghasilkan produk sains. IPS
merupakan pengetahuan yang mengkaji peristiwa, fakta, dan konsep yang berkaitan
dengan ilmu sosial. Melalui pembelajaran IPS, siswa diarahkan untuk menjadi warga
negara Indonesia yang berwawasan sosial luas, demokratis, dan bertanggung jawab,
serta menjadi warga dunia yang cinta damai.

4. Materi Pembelajaran IPS SD pada Kurikulum Merdeka


Mata pelajaran IPS adalah lingkungan, manusia, dan masyarakat yang
menekankan pada aspek kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan spaya
peserta didik aktif melalui materi, kegiatan dan proyek pembelajaran, mata pelajaran
IPS dalam konteks nasionalisme menjadi penting dan strategis untuk terwujudnya
generasi penerus yang berwawasan nasional dan global. Di sisi lain, pembelajaran IPS
dapat memberikan solusi terhadap berbagai permasalahan yang berkaitan dengan
manusia, masyarakat dan lingkungan, khususnya dalam bidang pendidikan.
Pembaharuan pembelajaran perlu dilakukan yang bertujuan untuk terus
meningkatkan kualitas pembelajaran yang sudah dimulai pada kurikulum- kurikulum
sebelumnya. Karena itu, pembelajaran paradigma baru pun disertai dengan
penyesuaian kurikulum ke Kurikulum Merdeka. Selain itu, struktur kurikulum
berbasis konteks satuan pendidikan pun kembali dikuatkan. Pembelajaran paradigma
baru memastikan praktik pembelajaran untuk berpusat pada peserta
didik.Pembelajaran IPS dalam kurikulum ini ini didasari tiga hal yaitu berbasis
kompetensi, pembelajaran yang fleksibel dan karakter Pancasila.
Di sekolah Dasar Mata Pelajaran IPS digabung dengan Mata Pelajaran IPA
sehingga Menjadi Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial (IPAS). Berikut merupakan
contoh materi pembelajaran IPS SD pada kelas IV.
a. Bab 1 – 4 : Materi IPA
b. Bab 5 : Cerita Tentang Daerahku
Topik A : Seperti Apa Daerah Tempat Tinggalku Dahulu?
Topik B : Daerahku Dan Kekayaan Alamnya?
Topik C : Masyarakat Di Daerahku
c. Bab 6 : Indonesiaku Kaya Budaya
Topik A : Keunikan Kebiasaan Masyarakat Di Sekitarku
Topik B : Kekayaan Budaya Indonesia
Topik C : Manfaat Keberagaman Dan Melestarikan Keberagaman Budaya
d. Bab 7 : Bagaimana Mendapatkan Semua Kebutuhan Kita?
Topik A : Aku Dan Kebutuhanku
Topik B : Bagaimana Aku Memenuhi Kebutuhanku
Topik C : Kegiatan Jual Beli Sebagai Salah Satu Cara Pemenuhan Kebutuhan
e. Bab 8 : Membangun Masyarakat Yang Beradab
Topik A : Norma Dan Adat Istiadat Di Daerahku
Topik B : Kini Aku Menjadi Lebih Tertib!
Topik C : Awas! Kita Bisa Dihukum!
DAFTAR PUSTAKA

Asnafiah. (2019). Pengembangan Materi Pembelajaran IPS Kurikulum 2006 di MI Bego


Depok Sleman. Jurnal Al-Badiyah, 2, 131-148.

Djumingin, S., dkk. (2022). Pengembangan Materi Pembelajaran Bahasa Indonesia.


Makassar : Badan Penerbit UNM.

Dyah, P. N., Arsa, I. P. S., & Nurhayata, I. G. (2017). Hubungan Capaian Pembelajaran Teori
Simulasi Digital Terhadap Kinerja Siswa dalam Praktikum Simulasi Digital Pada
Kompetensi Keahlian Teknik Audio Video Kelas X di SMK Negeri 3 Singaraja.
Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, 14(2).

Hermawan, A. (2014). Konsep Belajar dan Pembelajaran. Jurnal UIN Banten, 1, 491-516.

Kantun, S. dkk. (2015). Analisis Tingkat kelayakan Bahan Ajar Ekonomi yang Digunakan
oleh Guru di SMA Negeri 4 Jember. Jurnal pendidikan Ekonomi, 9(2), 129-146.

Nasution, S., Dkk. (2017). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jurnal
Pendidikan, 3(1), 1-62.

Nurdyansyah, N. (2018). Pengembangan Bahan Ajar Modul Ilmu Pengetahuan Alam Bagi
Siswa Kelas IV Sekolah Dasar. Jurnal Program Srudi Pendidikan Guru Madrasah
Ibtida’iyah Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, (20), 41-50.

Rusilowati, A. (2022). Konsep Desain Pembelajaran IPAS untuk Mendukung Penerapan


Asesmen Kompetensi Minimal. Universitas Negeri Semarang.

Wicaksana, A., & Rachman T. (2018). Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Sosial (IPAS).
Angewandte Chemie International Edition, 3(1), 10-27.

Anda mungkin juga menyukai