Anda di halaman 1dari 33

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA

BERORIENTASI FRAMEWORK SCIENCE PISA PADA


KONTEN FISIKA UNTUK SEKOLAH MENENGAH
PERTAMA

PROPOSAL PENELITIAN

Oleh
Devy Destiani
NIM: 06111181320002
Program Studi Pendidikan Fisika

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2016
PROPOSAL PENELITIAN MAHASISWA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Judul : Pengembangan Bahan Ajar IPA Berorientasi Framework


Science PISA pada Konten Fisika untuk Sekolah
Menengah Pertama
Nama : Devy Destiani
NIM : 06111181320002
Pembimbing I : Dr. Ismet, S.Pd., M.Si.
Pembimbing 2` : Dr. Ketang Wiyono, S.Pd., M.Pd.

1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang

Literasi sains merupakan kemampuan seseorang menggunakan


pengetahuannya dalam bidang sains, teknologi, dan masyarakat dengan berpikir
logis, untuk membuat keputusan-keputusan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk
memperoleh informasi seberapa jauh orang-orang menggunakan pengetahuan dan
keterampilan untuk menghadapi tantangan kehidupan nyata, bukan hanya pada
sejauh yang mereka kuasai dalam kurikulum sekolah dapat dilihat dari hasil
asesmen PISA (OECD, 2010). PISA (Programme for International Student
Assesment) adalah program internasional yang diselenggarakan oleh OECD
(Organization for Economic Cooperation and Development) untuk mengukur
kemampuan peserta didik pada rentang usia 15 tahun. Program ini memiliki tiga
fokus penilaian antara lain literasi sains, literasi matematika, dan literasi
membaca (OECD, 2013).
PISA terdiri dari beberapa negara peserta yang salah satunya adalah
Indonesia. Sejak keikutsertaan Indonesia sebagai peserta PISA mulai tahun 2000
sampai sekarang, prestasi Indonesia belum meningkat. Anggriani (2015)

2
menjelaskan berdasarkan data hasil tes PISA pencapaian literasi sains siswa
Indonesia berada pada urutan ke 38 dari 41 negara peserta PISA pada tahun 2000
dengan skor rata-rata mencapai 393. Pada tahun 2003 Indonesia berada pada
urutan ke 38 dari 40 negara dengan skor rata-rata mencapai 395. Pada tahun 2006,
Indonesia berada pada urutan ke 50 dari 57 negara dengan skor rata-rata mencapai
393. Pada tahun 2009, Indonesia berada pada urutan ke 60 dari 65 negara, skor
rata-rata 383 dengan skor rata-rata internasional 500. Pada tahun 2012 prestasi
Indonesia semakin menurun yaitu pada urutan ke 64 dari 65 negara, skor rata-rata
373 dengan skor rata-rata internasional adalah 501. Rendahnya capaian Indonesia
pada PISA dapat disebabkan siswa di Indonesia belum terbiasa menyelesaikan
soal-soal PISA yang sebagian besar berupa soal berkategori higher order thinking
skill.
Hasil penelitian Herlant, dkk. mengenai kualitas soal tes buatan guru
menunjukkan hampir 99% soal berkategori low order thinking skill, yang hanya
menguji kemampuan kognitif siswa dalam mengingat dan memahami. Padahal
tuntutan kurikulum 2013 adalah siap dalam menghadapi tantangan eksternal yaitu
PISA (Kemendikbud, 2013). Oleh karena itu, salah satu upaya dalam menghadapi
tantangan tersebut yaitu dengan cara menyesuaikan asesmen dengan sistem
asesmen PISA. Dewasa ini, penelitian pengembangan asesmen PISA sudah
banyak dilakukan. Misalnya, penelitian dari Lia (2015) dengan judul
pengembangan animasi asesmen PISA aspek konteks pada literasi sains siswa di
Sekolah Menengah Pertama. Meskipun instrumen yang sesuai dengan asesmen
PISA sudah ada, namun belum didukung dengan bahan ajar yang memuat aspek
literasi sains, terkhusus pada konten fisika
Kurnia, dkk. (2014) menyatakan bahwa rendahnya kemampuan sains
peserta didik Indonesia dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satu faktor yang
berhubungan langsung dengan pembelajaran yang mempengaruhi rendahnya
kemampuan sains peserta didik adalah keberadaan bahan ajar yang disediakan
guru untuk peserta didik. Bahan ajar seharusnya memuat aspek literasi sains untuk
melatih peserta didik mengembangkan keterampilan sains melalui kerja ilmiah
dan menerapkannya dalam konteks kehidupan sehari-hari, memahami gejala alam,

3
serta dapat memecahkan masalah yang ada. Menurut OECD (2013) aspek yang
dinilai dalam listerasi sains meliputi konteks, konten, kompetensi, dan sikap,
sehingga untuk meningkatkan kemampuan sains peserta didik, dibutuhkan bahan
ajar yang memuat keempat aspek tersebut. Secara umum, buku ajar yang ada
menurut penelitian Kurnia, dkk. (2014) belum mencakup keempat aspek literasi
sains yang ditetapkan oleh OECD secara keseluruhan. Keberadaan aspek literasi
sains di dalam buku ajar yang digunakan tidak seimbang antara konteks, konten,
kompetensi, dan sikap. Bahkan aspek konteks dalam bidang aplikasi sains masih
belum ditemukan.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, diperlukan pengembangan
bahan ajar IPA berorientasi framework science PISA di SMP yang memuat aspek
konteks, konten, kompetensi, dan sikap yang saling berkaitan. Bahan ajar yang
dipilih berupa modul yang ditulis dengan tujuan agar peserta didik dapat belajar
secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru (Ditjen Dikdasmen, 2008).
Pemilihan materi untuk modul disesuaikan dengan konten PISA dan kompetensi
dasar kelas VII Sekolah Menengah Pertama. Maka dari itu penelitian ini
mengambil judul Pengembangan Bahan Ajar IPA Berorientasi Framework
Science PISA pada Konten Fisika untuk Sekolah Menengah Pertama.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana
mengembangkan bahan ajar IPA berorientasi framework science PISA pada
Konten Fisika untuk Sekolah Menengah Pertama yang valid dan praktis?

1.3 Batasan Masalah


Batasan masalah dalam penelitian ini yaitu:
1. Produk yang dikembangkan adalah bahan ajar IPA berorientasi framework
science PISA untuk Sekolah Menengah Pertama dalam bentuk modul.
2. Pengembangan bahan ajar IPA berorientasi framework science PISA dibatasi
pada konten sistem fisik dan sistem bumi dan antariksa. Dengan jabaran
materi yaitu: sifat materi, perubahan kimia materi, energi dan
transformasinya, struktur sistem bumi, energi dalam sistem bumi, perubahan

4
dalam sistem bumi, sejarah bumi, bumi dalam ruang, serta sejarah dan skala
alam semesta.

1.4 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitizan ini yaitu menghasilkan bahan ajar IPA berorientasi
framework science PISA pada konten fisika untuk Sekolah Menengah Pertama
yang valid dan praktis.

1.5 Menfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan tentang pengembangan bahan ajar IPA berorientasi

framework science PISA pada konten fisika untuk Sekolah Menengah

Pertama yang sesuai dengan kurikulum.

2. Bagi Guru

Hasil penelitian ini dapat dijadikan alternatif bahan ajar yang berorientasi

framework science PISA, dan dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk

mengembangkan modul yang berorientasi framework science PISA pada

materi yang berbeda.

3. Bagi Siswa

Sebagai alternatif bahan ajar yang scientifically literate memiliki pengetahuan

dasar tentang fakta-fakta, konsep-konsep, jaringan konsep, dan keterampilan

proses yang memungkinkan mereka meneruskan belajar dan berpikir secara

logis.

5
2. Tinjauan Pustaka

2.1 Bahan Ajar

Menurut Majid (2011), bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang

digunakan untuk membantu guru atau instruktor dalam melaksanakan kegiatan

belajar mengajar. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk

membantu guru atau instruktor dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar.

Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis

(Ditjen Dikdasmen, 2008).

Bahan ajar pada umumnya mengandung pengetahuan, keterampilan dan

sikap yang harus dipelajari peserta didik untuk mencapai standar kompetensi yang

telah ditentukan. Agar bahan ajar mudah dipelajari, maka setiap bahan ajar harus

memenuhi komponen-komponen yang relevan dengan kebutuhan peserta didik.

Komponen tersebut harus memberikan motivasi, mudah dipelajari, dan dipahami

peserta didik. Selain itu, bahan ajar harus relevan dengan sifat mata pelajaran

yang disajikan serta memiliki karakteristik tertentu yang membedakan dengan

buku-buku lainnya (Prastowo, 2014).

2.1.1 Jenis-Jenis Bahan Ajar

Bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis

sehingga tercipta lingkungan atau suasana yang memungkinkan siswa belajar

dengan baik. Bahan ajar yang diberikan ke peserta didik harus menarik dan

disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik (Hanafiah, 2010). Ditjen

Dikdasmen (2008) mengelompokkan bahan ajar menjadi empat kategori

berdasarkan teknologi yang digunakan. Empat kategori bahan ajar yaitu:

6
1. Bahan cetak (printed) antara lain handout, buku, modul, lembar kerja siswa,

brosur, leaflet, wallchart, foto atau gambar, model atau maket.

2. Bahan ajar dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact

disk audio.

3. Bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti compact disk, film.

4. Bahan ajar interaktif (interactive teaching material) seperti compact disk

interactive.

2.1.3 Modul sebagai Bahan Ajar Cetak

Modul adalah sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta didik

dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru (Ditjen

Dikdasmen, 2008). Modul adalah bahan ajar cetak yang disusun per unit materi

atau bab agar peserta didik dapat belajar mandiri. Modul berfungsi sebagai

fasilitas yang diberikan sebagai pengganti guru artinya modul harus memiliki

bahasa yang mudah agar peserta didik dapat memahami materi pelajaran

(Prastowo, 2014).

Modul memiliki komponen penyusun atau unsur-unsur. Komponen modul

terdiri dari petunjuk belajar (petunjuk siswa atau guru), kompetensi yang akan

dicapai, konten atau isi materi, informasi pendukung, latihan-latihan, petunjuk

kerja berupa lembar kerja peserta didik, evaluasi, serta kunci jawaban evaluasi

(Ditjen Dikdasmen, 2008). Sebuah modul akan bermakna kalau peserta didik

dapat dengan mudah menggunakannya. Oleh karena itu, modul harus

menggambarkan KD yang akan dicapai oleh peserta didik, disajikan dengan

menggunakan bahasa yang baik, menarik, dan dilengkapi dengan ilustrasi.

7
2.1.4 Langkah-Langkah Pembuatan Modul

Hal yang harus diperhatikan dalam proses pembuatan modul adalah

langkah-langkah dalam pembuatan modul. Menurut Ditjen Dikdasmen (2008)

terdapat empat langkah yang harus dilalui dalam pembuatan modul, yaitu:

1. Analisis SK dan KD (kurikulum)

Analisis dimaksudkan untuk menentukan materi-materi yang memerlukan

bahan ajar. Materi dianalisis dengan cara melihat inti dari materi yang

akan diajarkan, kemudian kompetesi yang harus dimiliki oleh siswa.

2. Menentukan judul-judul modul

Judul modul ditentukan atas dasar KD-KD atau materi pembelajaran yang

terdapat dalam silabus.

3. Pemberian kode modul

Kode modul sangat diperlukan untuk memudahkan dalam penggunaan

modul. Biasanya kode modul merupakan angka-angka yang diberi makna,

misalnya digit pertama, angka satu (1) berarti IPA, (2) : IPS, (3) : Bahasa.

Kemudian digit kedua merupakan klasifikasi atau kelompok utama kajian

atau spesialisasi pada jurusan yang bersangkutan. Misalnya jurusan IPA,

nomor 1 digit kedua berarti Fisika, 2 Kimia, 3 Biologi dan seterusnya.

4. Penulisan modul

Langkah-langkah penulisan modul ada lima, yaitu perumusan KD yang

harus dikuasai, menentukan alat evaluasi atau penilaian, penyusunan

materi, urutan pembelajaran, dan struktur bahan ajar atau modul.

8
2.2 PISA (Programme for International Student Assessment)

PISA (Programme for International Student Assessment) merupakan studi

bertaraf internasional yang diselenggarakan oleh OECD (Organization for

Economic Cooperation and Development) yang mengkaji kemampuan literasi

peserta didik pada rentang usia 15 tahun yang diikuti oleh beberapa negara

peserta, termasuk Indonesia. Menurut Wardani (2011) PISA bertujuan untuk

menilai sejauh mana siswa yang duduk di akhir tahun pendidikan dasar (berusia

15 tahun) yang dianggap telah menguasai pengetahuan dan keterampilan yang

penting untuk dapat berpartisipasi sebagai warga negara atau anggota masyarakat

yang membangun dan bertanggung jawab. Pengkajiannya dilakukan dalam bentuk

soal-soal internasional (Anisah, dkk., 2011). Soal PISA literasi sains

dikembangkan berdasarkan tiga konten, ketiga konten tersebut meliputi, sistem

fisik, sitem kehidupan, dan sistem ruang dan bumi. Literasi Sains adalah salah

satu dari tiga kompetensi inti yang termasuk dalam studi PISA. Ketika literasi

sains menjadi fokus pengujian maka literasi matematika dan literasi membaca

menjadi pendamping saja (Olsen & Svein, 2013 dan OECD, 2013).

2.2.1 Tujuan PISA

PISA fokus pada kemampuan peserta didik remaja untuk menggunakan

pengetahuan dan keterampilan yang aplikatif dalam kehidupan nyata. Orientasi ini

mencerminkan perubahan dalam tujuan dan sasaran kurikulum, sehingga peserta

didik dapat mengaplikasikan pengetahuan yang mereka dapatkan di sekolah di

kehidupan nyata. Artinya bukan hanya menguasai konsep untuk mencapai

9
kompetensi tertentu tetapi juga menguasai penerapannya dalam kehidupan

(OECD, 2012).

2.2.2 Framework Science PISA

Framework Science PISA adalah kerangka kerja pada setiap periode

pelaksanaan PISA yang secara umum memuat aspek literasi sains atau

karakteristik penilaian PISA. Ada empat aspek literasi sains atau karakteristik

penilaian PISA yang dimuat dalam framework science PISA. Empat aspek

tersebut meliputi kompetensi, konten, konteks, dan sikap. Konten pengetahuan

PISA adalah materi yang akan dipelajari dan diuji pada kontes sains PISA.

Terdapat tiga konten pengetahuan PISA yaitu pengetahuan tentang sitem fisik,

sistem kehidupan, dan sistem ruang dan bumi. Setiap konten terdiri dari beberapa

pembagian materi (OECD, 2013). Konteks adalah situasi yang tergambar dalam

suatu permasalahan yang diujikan terdiri dari konteks pribadi, lokal atau nasional,

dan global (Muslimah, 2014). Aspek yang keempat adalah sikap peserta didik

terhadap ilmu pengetahuan.

2.2.3 Kompetensi

Kompetensi adalah poin-poin yang digunakan untuk mengukur

kemampuan yang dimiliki anak dalam hal penguasaan materi atau konsep utama

dari materi yang dipelajari. Ada tiga kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta

didik yaitu menjelaskan fenomena ilmiah, mengevaluasi dan mendesain penelitian

ilmiah, dan menginterpretasikan data dan bukti ilmiah. Jenis kompetensi dapat

dilihat pada Tabel 2.1.

10
Tabel 2.1. Kompetensi PISA

No Kompetensi Kemampuan
Mengingat dan menerapkan
pengetahuan ilmiah yang sesuai
Mengidentifikasi, menggunakan, dan
menjelaskan suatu model dan
representasi
1 Menjelaskan fenomena ilmiah
Membuat dan membenarkan prediksi
yang tepat
Menawarkan hipotesis jelas
Menjelaskan implikasi potensi
pengetahuan ilmiah bagi massyarakat
Mengidentifikasi pertanyaan dalam
sebuah penelitian ilmiah
Membedakan pertanyaan untuk
menyelidiki secara ilmiah
Mengusulkan dan mengevaluasi cara
Mengevaluasi dan mendesain
2 mengeksplorasi pertanyaan yang
penelitian ilmiah
diberikan secara ilmiah
Menjelaskan dan mengevaluasi
berbagai cara yang ilmuan gunakan
untuk memastikan kebenaran data dan
objektivitas
Mengubah data dari satu representasi
yang lain
Analisa dan menginterpretasikan data
dan menarik kesimpulan yang tepat
Mengidentifikasi asumsi, bukti, dan
Menginterpretasikan data dan penalaran dalam ilmu pengetahuan
3
bukti ilmiah Membedakan antara argument yang
didasarkan pada bukti ilmiah/ teori dan
pertimbangan-pertimbangan lain
Mengevaluasi argument ilmiah dan
bukti dari sumber yang berbeda
(misalnya: Koran, internet, jurnal)
(OECD, 2013)

2.2.4 Konten Pengetahuan

Konten pengetahuan menurut OECD (2013) terdiri dari tiga konten yang

meliputi sistem fisik, sistem kehidupan, dan sitem bumi dan antariksa. Tabel 2.2.

11
memperlihatkan mecam-macam materi yang termasuk kedalam konten

pengetahuan PISA.

Tabel 2.2. Konten pengetahuan PISA

No. Konten Materi


Struktur materi (misalnya, model partikel, obligasi)
Sifat materi (misalnya, panas dan listrik
konduktivitas)
Perubahan kimia materi (misalnya, reaksi kimia,
transfer energi, asam/basa)
Gerak dan kekuatan(misalnya, kecepatan, gesekan)
1 Sistem fisik dan tindakan dari jauh (misalnya, magnet, gaya
gravitasi dan elektrostatik)
Energi dan transformasinya (misalnya, konservasi,
disipasi, reaksi kimia)
Interaksi antara energi dan materi (misalnya,
cahaya dan gelombang radio, suara dan seismic
gelombang)
Sel (misalnya, struktur dan fungsi, DNA, tanaman
dan hewan)
Konsep dari suatu organism (misalnya, uniseluler
dan multiseluler)
Manusia (misalnya, kesehatan, gizi, subsistem
seperti pencernaan, pernapasan, sirkulasi, ekskresi,
2 Sistem Hidup reproduksi, dan hubungan mereka)
Populasi (misalnya, spesies, evolusi,
keanekaragaman hayati, variasi genetik)
Ekosistem (misalnya, rantai makanan, materi, dan
energi aliran)
Biosphere (misalnya, layanan ekosistem, dan
keberlanjutan)
Struktur sistem bumi (misalnya, litosfer, atmosfer,
hidrosfer)
Energi dalam sistem bumi (misalnya, sumber iklim
global)
Perubahan dalam sistem bumi (misalnya, lempeng
Sistem Bumi dan tektonik, siklus geokimia, konstruktif, dan pasukan
3
Antariksa destruktif)
Sejarah bumi (misalnya, fosil, asal dan evolusi)
Bumi dalam ruang (misalnya gravitasi, sistem
tenaga surya, galaksi)
Sejarah dan skala alam semesta dan sejarah
(misalnya, tahun cahaya, big bang teori)
(OECD, 2013)

12
2.2.5 Konteks

Pembagian isu pada konteks PISA dapat dilihat pada tabel 2.3.

Tabel 2.3. Konteks PISA

Pribadi Lokal/ nasional Global/ Mendunia


Pengendalian
Pemeliharaan
Kesehatan penyakit, penularan
kesehatan, Epidermi, penyebaran
dan social, pilihan
kecelakaan, penyakit menular
Penyakit makanan, kesehatan
nutrisi
masyarakat
Sistem alam
Pemeliharaan populasi terbarukan dan tidak
manusia, kualitas terbarukan,
Konsumsi
Sumber hidup, keamanan, pertumbuhan
pribadi bahan
Daya Alam produksi dan penduduk,
dan energy
distribusi makanan, pemanfaatan
pasokan energi berkelanjutan dari
spesies
Keanekaragaman
Tindakan ramah
hayati, keberlanjutan
lingkungan,
Distribusi penduduk, ekologis,
Kualitas penggunaan dan
pembuangan limbah, pengendaliian
Lingkungan pembuangan
dampak lingkungan pencemaran, produksi
bahan dan
dan hilangnya tanah/
perangkat
biomassa
Perubahan yang cepat
[misalnya gempa
bumi, cuaca buruk],
Penilaian risiko Perubahan iklim,
lambat dan progresif
Bahaya dari pilihan dampak komunikasi
perubahan [misalnya
gaya hidup modern
erosi pantai,
sedimentasi],
penilaian resiko
Aspek ilmiah
Batas-batas
dari hobi, Bahan baru, perangkat Kepunahan spesies,
Ilmu
teknologi dan proses, modifikasi eksplorasi ruang, asal
Pengetahuan
pribadi, music genetik, teknologi dan struktur alam
dan
dan kegiatan kesehatan, transportasi semesta
Teknologi
olahraga
(OECD, 2013)

13
2.2.6 Sikap

Sikap terhadap ilmu pengetahuan yang harus terbentuk oleh anak terdiri

dari tiga bidang yaitu minat dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, kesadaran

lingkungan, dan menilai pendekatan ilmiah untuk pertanyaan. Keempat aspek

tersebut menjadi focus dalam penilaian PISA pada framework science PISA 2015

(OECD, 2013).

2.5 Penelitian Pengembangan

Penelitian pengembangan adalah suatu usaha untuk mengembangkan suatu

produk yang efektif untuk digunakan sekolah, dan bukan untuk menguji teori

(Gay, 1990). Seels dan Richey (1994) mendefinisikan penelitian pengembangan

sebagai suatu pengkajian sistematik terhadap pendesainan, pengembangan, dan

evaluasi program, proses dan produk pembelajaran harus memenuhi kriteria

validitas, kepraktisan, dan efektifitas. Akker (1999) menyebut metode penelitian

pengembangan atau Development Research terdiri dari analisis, perancangan dan

evaluasi. Pada tahap evaluasi akan digunakan evaluasi Tessmer.

Terdapat 4 tahapan dalam evaluasi formatif menurut Tessmer (1993), yaitu

expert review (ahli meninjau bahan ajar dengan atau tanpa evaluator), one to one

(satu pelajar pada suatu waktu meninjau bahan ajar dengan evaluator dan

memberikan komentarnya), smallgroup (evaluator mencobakan bahan ajar dengan

sekelompok pelajar dan mencatat penampilan dan komentar), dan field test

(evaluator mengamati bahan ajar yang diujicobakan dalam situasi yang real

dengan sekelompok peserta didik).

14
Menurut Akker (1999) suatu perangkat pembelajaran dikatakan baik jika

memenuhi beberapa kriteria yaitu valid dan praktis. Perangkat dikatakan valid

apabila pengembangannya didasarkan pada rasional teoritik yang kuat serta

terdapat konsistensi internal. Suatu perangkat dikatakan praktis apabila ahli atau

praktisi menyatakan perangkat yang dikembangkan dapat diterapkan.

3. Metode Penelitian

3.1 Metode Penelitian

Penelitian pengembangan dari Akker (1999) dijadikan sebagai metode

dalam mengembangkan produk yang akan dihasilkan yang terdiri dari tiga tahap

yaitu tahap analisis, tahap perancangan, dan tahap evaluasi. Pada tahap evaluasi

peneliti menggunakan evaluasi formatif menurut Tessmer (1993).

3.2 Produk Penelitian

Penelitian pengembangan ini menghasilkan modul IPA yang berorientasi

framework science PISA yang valid dan praktis, serta dapat membantu peserta

didik untuk memahami konten fisika pada Sekolah Menengah Pertama.

3.2 Definisi Operasional

1. Bahan ajar IPA berorientasi framework science PISA adalah bahan ajar yang

disusun berdasarkan empat aspek atau karakteristik penilaian PISA pada

framework science PISA 2015 yang meliputi kompetensi, konteks, konten,

dan sikap.

15
2. Framework science PISA adalah kerangka kerja dalam program PISA yang

memuat empat aspek penilaian PISA yaitu kompetensi, konteks, konten, dan

sikap.

3. Produk valid adalah produk yang telah dinyatakan layak oleh validator untuk

diuji coba pada kelompok kecil.

4. Produk praktis adalah produk yang dapat digunakan dengan mudah oleh

peserta didik pada tahap orang per orang dan kelompok kecil.

3.3 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Semester Genap Tahun Ajaran 2016/2017.

Tahap evaluasi validator dilakukan di FKIP UNSRI, sedangkan tahap pengujian

produk dilakukan di SMP Negeri 1 Indralaya.

3.4 Subjek Penelitian

Penelitian ini melibatkan peserta didik kelas VIII SMP Negeri 1 Indralaya

sebagai subjek penelitian. Penelitian ini juga melibatkan beberapa pihak lain yaitu

dosen FKIP UNSRI sebagai pakar atau ahli yang melakukan validasi produk

modul sebelum uji coba tahap kelompok kecil. Subjek penelitian secara rinci

diterangkan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Subjek Penelitian

Tahap Penelitian Jumlah Subjek Penelitian Keterangan


Peserta didik dapat
Tiga orang yang berbeda memberikan komentar
Orang per orang
tingkat kemampuan prototipe I untuk direvisi
menjadi prototipe II
Peserta didik dapat
Kelompok kecil 15 orang memberikan komentar
prototipe II

16
3.5 Prosedur Penelitian

3.5.1 Tahap Analisis

Pada tahap analisis dilakukan studi pustaka dan identifikasi kebutuhan

oleh peneliti. Studi pustaka yaitu mengkaji bahan-bahan yang berkaitan dengan

modul dan mencari referensi hasil-hasil penelitian terdahulu yang berhubungan

erat dengan pengembangan bahan ajar. Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi

Dasar (KD) untuk bahan ajar IPA berorientasi framework science PISA

ditentukan setelah melakukan identifikasi kebutuhan.

3.5.2 Tahap Perancangan

Pada tahap perancangan dilakukan perumusan tujuan pembelajaran lalu

penyusunan jabaran materi. Selanjutnya dihasilkan rancangan atau draf modul

yang disebut dengan prototipe I.

3.5.3 Tahap Evaluasi

Evaluasi yang digunakan pada penelitian pengembangan ini adalah

evaluasi formatif yang dilakukan berdasarkan pemikiran dari Tessmer (1993).

Langkah-langkah evaluasi fromatif dapat dilihat pada Gambar 3.1. Tahap evaluasi

yang dilakukan pada penelitian ini hanya sampai pada tahap kelompok kecil.

17
Gambar 3.1 Alur desain formative evaluation (Tessmer, 1993)

1. Evaluasi sendiri

Prototipe I diperbaiki dari aspek materi, komponen dan penyajian bahan

ajar, tentang aspek PISA, serta bahasa yang digunakan pada bahan ajar oleh

peneliti dengan bantuan pembimbing sebelum diserahkan kepada validator.

2. Evaluasi validator

Prototipe I diberikan kepada validator yang meliputi satu validator materi,

dua validator PISA, satu validator konstruk modul, dan satu validator bahasa.

Setiap validator menilai produk (prototipe I) sesuai bidang masing-masing dengan

mengisi lembar validasi. Penilaian dilakukan untuk menentukan kelemahan dan

kekuatan produk sehingga dapat diketahui kelayakan produk untuk diuji coba

kepada peserta didik pada tahap kelompok kecil.

18
Prototipe I yang dianggap belum layak untuk diuji coba pada tahap

berikutnya direvisi oleh peneliti dan diberikan lagi kepada validator, lalu validator

melakukan penilaian kembali. Prototipe I yang telah dinilai baik disebut sebagai

prototipe II dan selanjutnya diuji coba kepada peserta didik pada tahap kelompok

kecil.

3. Orang per Orang


Prototipe I diberikan kepada tiga orang peserta didik (dengan kemampuan
tinggi, sedang, dan rendah) sebagai subjek penelitian untuk menilai kepraktisan
prototipe I. Setelah tahap evaluasi selesai peserta didik diminta mengisi lembar
angket kepraktisan. Lembar angket yang diisi peserta didik merupakan acuan
untuk melakukan revisi. Hasil revisi dari tahap ini disebut prototipe II yang akan
diuji coba pada tahap kelompok kecil.

4. Kelompok Kecil
Prototipe II diuji coba kepada 15 peserta didik sebagai subjek penelitian
untuk menilai kepraktisan prototipe II. Lima belas peserta didik tersebut
mengikuti kegiatan pembelajaran menggunakan prototipe II. Sama halnya dengan
tahap orang per orang, setelah selesai tahap evaluasi kelompok kecil, peserta didik
diminta mengisi lembar angket kepraktisan. Hasil pengisian lembar angket
tersebut dijadikan panduan untuk merevisi prototipe II. Hasil revisi prototipe II
merupakan produk akhir modul berorientasi PISA atau disebut prototipe III.
Prosedur penelitian pengembangan bahan ajar berorientasi framework
science PISA dapat dilihat pada Gambar 3.2.

19
Tahap Analisis Studi Literatur Identifikasi Kebutuhan

Tahap Perumusan tujuan


pembelajaran Menyusun Materi
Perancangan

Membuat prototipe I

Revisi

Tidak Valid

Validator Valid
Tahap Evaluasi
sendiri Prototipe I
Evaluasi
Orang per orang Praktis
s

Tidak Praktis

Revisi

Prototipe III Praktis Kelompok Kecil Prototipe II


s

Tidak Praktis

Revisi

Gambar 3.2 Alur Prosedur penelitian pengembangan (Modifikasi Akker (1999)


& Tessmer (1993))

3.6 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:

20
3.6.1 Dokumentasi
Dokumen yang diambil berupa lembar validasi, lembar angket, foto-foto
kegiatan peserta didik, serta video pada tahap evaluasi orang per orang dan
kelompok kecil.
3.6.2 Walkthrough (Validasi Ahli)
Teknik pengumpulan data dengan walkthrough dilakukan pada tahap
evaluasi validator. Data yang dikumpulkan berupa hasil penilaian validator
terhadap prototipe I pada lembar validasi yang terdiri dari indikator penilaian
validasi.
3.6.3 Angket
Angket diberikan kepada peserta didik setelah tahap evaluasi orang per
orang dan kelompok kecil selesai dilaksanakan. Angket diberikan untuk
mengetahui kepraktisan modul saat digunakan oleh peserta didik.

3.7 Teknik Analisis Data


3.7.1 Analisis Data Deskriptif
Analisis data deskriptif dilakukan untuk menganalisis data yang
dikumpulkan dari dokumentasi, berupa lembar validasi dan angket.
3.7.2 Analisis Data Lembar Validasi
Analisis data lembar validasi dilakukan untuk mengolah nilai yang
didapatkan pada tahap validasi ahli. Langkah-langkah anlisis data lembar validasi
adalah:
1. Menjumlahkan nilai yang didapat pada lembar validasi
2. Menghitung rata-rata nilai validasi dengan rumus:

Rata-rata nilai validasi =

3. Mengonversi nilai validasi yang didapatkan dari rata-rata nilai validasi


untuk mengetahui kevalidan produk sesuai dengan Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Konversi nilai validasi
Rerata Kriteria Keterangan
3,28 4,00 Sangat Baik Sangat Valid

21
2,52 3,27 Baik Valid
1,76 2,51 Tidak Baik Tidak Valid
1,00 1,75 Sangat Tidak Baik Sangat Tidak Valid
(Modifikasi Sugiyono, 2011)
3.7.3 Analisis Data Lembar Angket
Analisis data angket terdiri dari beberapa langkah yaitu:
1. Menjumlahkan nilai yang didapat dari lembar angket.
2. Menghitung rata-rata nilai angket dengan rumus:

Rata-rata nilai validasi =

3. Rata-rata nilai angket yang didapat selanjutnya dikonversi untuk


menentuka kepraktisan produk sesuai Tabel 3.3.
Tabel 3.3. Konversi nilai angket
Rerata Kriteria Keterangan
3,28 4,00 Sangat Baik Sangat Praktis
2,52 3,27 Baik Praktis
1,76 2,51 Tidak Baik Tidak Praktis
1,00 1,75 Sangat Tidak Baik Sangat Tidak Praktis
(Modifikasi Sugiyono, 2011)

22
DAFTAR PUSTAKA

Akker, Jan van den. 1999. Chaper 1 Principles and Methods of Development
Research.http://heybradfords.com/FormativeResearchInstructionalUnit/V2
0der%20Akker%20Ch1.pdf.Diakses pada 11 September 2016.
Anggriani, Latusi. 2015. Pengembangan Modul IPA Berorientasi Framework
Science PISA (Programme for International Student Assessment) Pada
Materi Sistem Ekskresi pada Manusia untuk Peserta Didik Kelas VIII
Sekolah Menengah Pertama. Skripsi Strata 1 pada FKIP UNSRI.
Indralaya: tidak diterbitkan.
Anisah, Zulkardi, & Darmawijoyo. 2011. Pengembangan Soal Matematika Model
PISA pada Konten Quantity untuk Mengukur Kemampuan Penalaran
Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama.
http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jpm/article/view/333/99.Diakses pada
20 September 2016.
Ditjen Dikdasmen. 2008. Pedoman Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Ditjen
Dikdasmen.
Gay, L.R. (1991). Educational Evaluation and Measurement: Com-petencies for
Analysis and Application. Second edition. New York: Macmillan
Publishing Compan.
Hanafiah, Nanang & Cucu Sahana. 2010. Konsep Strategi Pembelajaran.
Bandung: Refika Aditama.
Herlant, dkk. Meneropong Kualitas Soal Tes Buatan Guru Biologi MTs Negeri
Se-Jakarta Selatan. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.
Kemendikbud. 2013. Permendikbud No. 58 tentang Kerangka Dasar dan Struktur
Kurikulum Sekolah Menengah Pertama/ Madarasah Tsanawiyah. Jakarta:
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Kurnia, Feni, Zulherman, & Apit Faturohman. 2014. Analisis Bahan Ajar Fisika
SMA Kelas XI di Kecamatan Indralaya Utara Berdasarkan Ketegori
Literasi Sains. Jurnal Inovasi dan Pembelajaran Fisika. 1(1): 43-47.

23
Lia, Linda. 2015. Pengembangan Animasi Asesmen PISA Aspek Konteks pada
Literasi Sains Sains Siswa di Sekolah Menengah Pertama. Tesis Megister
pada FKIP UNSRI. Indralaya: tidak diterbitkan.
Majid, Abdul. 2011. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar
Kompetensi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Muslimah, R.A. 2014. Pengembangan Soal Berpikir Tingkat Tinggi Model PISA
pada Pembelajaran Matematika untuk Siswa Kelas VIII. Skripsi Strata 1
pada FKIP UNSRI. Indralaya: tidak diterbitkan.
OECD. 2010. PISA 2009 Results: What Students Knows and Can Do. Paris:
OECD.
OECD. 2013. PISA 2015 Draft Science Framework. Paris: OECD.
OECD. 2014. PISA 2012 Result in Focus-What is-years Old Know and What They
Can Do with What They Know. Paris: OECD.
Olsen, Rolf Vegar & Svein Lie. 2011. Profiles of Stugdents Interest in Science
Issues around the World: Analysis of data from PISA 2016. International
Journal of Science Education. 33(1): 97-120.
Prastowo, Andi. 2014. Pengembangan Bahan Ajar Tematik. Jakarta: Kencana.
Seels, Barbara B., Richey,Rita C. 1994. Teknologi Pembelajaran, definisi, dan
kawasannya. Jakarta: UNJ.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D.
Bandung: Alfabeta.
Tessmer, Martin. 1993. Planning and Conducting Formative Evaluations.
London: British Library.
Wardani, Sri & Rumiati. 2011. Instrumen Penilaian Hasil Belajar Matematika
SMP: Belajar dari PISA dan TIMSS. Yogyakarta: kementrian Pendidikan
Nasional.

24
LAMPIRAN

KOMPETENSI DASAR, MATERI PEMBELAJARAN,


DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN

A. Kelas VII
Alokasi waktu: 5 jam pelajaran/minggu

Kompetensi Sikap Spiritual dan Kompetensi Sikap Sosial dicapai melalui


pembelajaran tidak langsung (indirect teaching) pada pembelajaran
Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan melalui
keteladanan, pembiasaan, dan budaya sekolah dengan memperhatikan
karakteristik, mata pelajaran, serta kebutuhan dan kondisi peserta didik.

Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan sepanjang


proses pembelajaran berlangsung, dan dapat dignakan sebagai pertimbangan
guru dalam mengembangkan karakter peserta didik lebih lanjut.

Pembelajaran untuk kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan


sebagai berikut ini.

Kompetensi Materi Kegiatan


Dasar Pembelajaran Pembelajaran

3.1 Menerapkan konsep Objek Ilmu Pengetahuan Mengamati diri sendiri


pengukuran Alam dan dan teman, serta benda-
berbagai besaran pengamatannya benda yang ada di sekitar
yang ada pada diri untuk melihat ciri-ciri
sendiri, makhluk Pengukuran yang dapat diamati seperti
hidup lain, dan Besaran Pokok dan tinggi badan, warna
benda-benda di turunan rambut, warna kulit
sekitar serta Satuan baku dan tak Mengukur panjang benda
pentingnya baku dengan hasil bersatuan
penggunaan satuan baku dan tak baku,untuk
standar (baku) menemukan pentingnya
dalam pengukuran satuan baku dalam
pengukuran
4.1 Menyajikan data Mengumpulkan informasi
hasil pengukuran mengenai berbagai
dengan alat ukur besaran pokok dan turunan
yang sesuai pada yang dijumpai dalam
diri sendiri, makhluk kehidupan sehari-hari,
hidup lain, dan misalnya panjang benda,
benda-benda di massa jenis, energi,
sekitar dengan frekuensi denyut nadi,

25
Kompetensi Materi Kegiatan
Dasar Pembelajaran Pembelajaran

menggunakan konsentrasi larutan, laju


satuan tak baku dan pertumbuhan tanaman,
satuan baku dan lain-lain.
Melakukan percobaan
mengukur besaran
panjang, massa, dan waktu
menggunakan alat ukur
baku dan tak baku untuk
mendapatkan konsep
satuan baku dan tak baku
Menyajikan hasil
percobaan tentang
pengukuran dengan alat
ukur dalam bentuk laporan
tertulis dan
mendiskusikannya dengan
teman
3.2 Mengklasifikasi-kan Klasifikasi Mengamati manusia,
makhluk hidup dan tumbuhan, hewan, dan
benda berdasarkan Makhluk hidup dan benda di lingkungan
karakteristik yang benda tak hidup sekitar, gejala-gejala
diamati Ciri-ciri makhluk kehidupan yang
4.2 Menyajikan hasil hidup menunjukkan ciri-ciri
pengklasifikasian Klasifikasi makhluk mahluk hidup serta
makhluk hidup dan hidup pengelompok-kannya
benda di lingkungan Pengenalan dengan indera dan dengan
sekitar berdasarkan mikroskop bantuan mikroskop
karakteristik yang Mengidentifikasi ciri-ciri
diamati makhluk dan benda-benda
yang ada di lingkungan
sekitar
Mengumpulkan informasi
mengenai klasifikasi
mahluk hidup berdasarkan
persamaan ciri yang
diidentifikasi, misalnya
kelompok monera,
protista, fungi, plantae,
dan animalia
Menyajikan hasil
mengklasifikasi makhluk
hidup dalam bentuk
laporan tertulis dan

26
Kompetensi Materi Kegiatan
Dasar Pembelajaran Pembelajaran

mendiskusikan-nya
dengan teman.
3.3 Memahami konsep Zat dan Karakteristiknya Mengamatiberbagai benda
campuran dan zat dalam kehidupan sehari-
tunggal (unsur dan Zat Padat, Cair, dan hari yang mengalami
senyawa), sifat fisika Gas perubahan, misalnya air
dan kimia, Unsur, Senyawa, dan menjadi es, es menjadi air,
perubahan fisika dan Campuran air menjadi uap, kertas
kimia dalam Sifat fisika dan kimia dibakar menjadi abu, besi
kehidupan sehari- Perubahan fisika dan berkarat, makanan
hari kimia menjadi basi, dll
4.3 Menyajikan hasil Melakukan penyelidikan
penyelidikan atau karakteristik zat (padat,
karya tentang sifat cair, dan gas) serta
larutan, perubahan mengumpulkan informasi
fisika dan perubahan mengenai unsur, senyawa,
kimia, atau dan campuran
pemisahan campuran Melakukan penyelidikan
asam, basa, dan garam
menggunakan indikator
buatan dan alami
Melakukan percobaan
teknik pemisahan
campuran, misalnya
melalui penyulingan,
kromatografi, atau
penyubliman
Menyajikan hasil
penyelidikan sifat fisika dan
kimia dalam kehidupan
sehari-hari danmendiskusi-
kannya dengan teman.
3.4 Memahami konsep Suhu dan Kalor Mengamati peristiwa
suhu, pemuaian, dalam kehidupan sehari-
kalor, perpindahan Suhu hari yang terkait dengan
kalor, dan Alat pengukur suhu perubahan wujud benda
penerapannya dalam Pemuaian setelah menerima atau
kehidupan sehari- Kalor melepas kalor
hari termasuk Perpindahan kalor Melakukan percobaan
mekanisme menjaga Kestabilan suhu tubuh mengukur suhu benda
kestabilan suhu makhluk hidup dalam menggunakan
tubuh pada manusia kehidupan sehari-hari thermometer serta
dan hewan menyelidiki pemuaian

27
Kompetensi Materi Kegiatan
Dasar Pembelajaran Pembelajaran

pada benda padat, cair,


4.4 Melakukan dan gas
percobaan untuk Melakukan percobaan
menyelidiki untuk menyelidiki
pengaruh kalor pengaruh kalor terhadap
terhadap suhu dan perubahan suhu dan wujud
wujud benda serta benda serta perpindahan
perpindahan kalor kalor secara konduksi,
konveksi, dan radiasi
Mengumpulkan informasi
mengenai berbagai upaya
menjaga kestabilan suhu
tubuh makhluk hidup
dalam kehidupan sehari-
hari
Menyajikan hasil
percobaan dalam bentuk
laporan tertulis dan
mendiskusikan-nya
dengan teman
3.5 Memahami konsep Energi Mengamati berbagai
energi, berbagai aktivitas manusia dalam
sumber energi, dan Bentuk-bentuk energi kehidupan sehari-hari
perubahan bentuk Sumber energi yang terkait dengan
energi dalam Perubahan bentuk penggunaan energi dan
kehidupan sehari- energi krisis energi
hari termasuk Transformasi energi Meyelidiki sumber energi
fotosintesis dalam sel dan perubahan bentuk
Fotosintesis energi serta
4.5.Menyajikan hasil Respirasi mengidentifikasi faktor-
percobaan tentang faktor yang
perubahan bentuk mempengaruhi besarnya
energi termasuk energi potensial dan energi
fotosintesis kinetik melalui percobaan
Mengumpulkan informasi
mengenai perpindahan
energi dalam sel serta
melakukan percobaan
fotosintesis dan
mengukur laju respirasi
hewan hubungannya
dengan berat badan
Menyajikan hasil

28
Kompetensi Materi Kegiatan
Dasar Pembelajaran Pembelajaran

percobaan perubahan
bentuk energi dan
percobaan fotosintesis dan
respirasi dalam bentuk
laporan tertulis dan
mendiskusikannya dengan
teman.
3.6 Memahami sistem Sistem Organisasi Mengamati torso manusia
organisasi kehidupan Kehidupan atau organ tubuh bagian
mulai dari tingkat sel dalam dari ikan/katak/
sampai organism Sel burung/kadal
dan komposisi utama Jaringan Mengindetifikasi
penyusun sel Organ perbedaan antara sel,
Sistem organ jaringan, organ, dan sistem
4.6 Membuat model Organisme organ pada hewan dan
struktur sel tumbuhan melalui
tumbuhan/ pengamatan mikroskopik
hewan dan makroskopik
Membuat model struktur
sel hewan atau tumbuhan
menggunakan bahan yang
mudah didapat di
lingkungan sekitar dan
mendiskusikan hasilnya.
3.7 Menganalisis Makhluk Hidup dan Mengamati ekosistem
interaksi antara Lingkungan buatan berupa akuarium
makhluk hidup dan atau kolam ikan,
lingkungannya serta Interaksi antara difokuskan pada
dinamika populasi makhluk hidup dan komponen biotik dan
akibat interaksi lingkungan abiotik serta interaksi yang
tersebut Dinamika populasi terjadi di dalamnya
Melakukan penyelidikan
4.7 Menyajikan hasil untuk mengidentifikasi
pengamatan terhadap komponen abiotik dan
interaksi makhluk biotik yang ada pada
hidup dengan lingkungan sekitar serta
lingkungan interaksi yang terjadi
sekitarnya didalamnya dalam bentuk
rantai makanan, jaring-
jaring makanan, dan
simbiosis
Melakukan percobaan
pertumbuhan populasi

29
Kompetensi Materi Kegiatan
Dasar Pembelajaran Pembelajaran

terhadap ketersediaan
ruang dan lahan pertanian
serta dampaknya bagi
lingkungan
Membuat laporan hasil
percobaan interaksi antara
komponen biotik dan
abiotik serta dampak
dinamika populasi dan
mendiskusi-kannya
dengan teman.
3.8 Menganalisis Pencemaran Lingkungan Mengamati berbagai
terjadinya pencemaran dilingkungan
pencemaran Pencemaran udara sekitar
lingkungan dan Pencemaran air Mengumpulkan informasi
dampaknya bagi Pencemaran tanah serta menganalisis
ekosistem Dampak pencemaran penyebab dan dampak
bagi ekosistem pencemaran udara, air, dan
tanah bagi ekosistem,
4.8 Membuat tulisan merumuskan masalah
tentang gagasan serta mengajukan
penyelesaian penyelesaian masalahnya
masalah pencemaran Membuat laporan tentang
di lingkungannya penyelesaian masalah
berdasarkan hasil pencemaran yang terjadi
pengamatan di lingkungan sekitar.

3.9 Memahami Perubahan Iklim Mengamati tayangan


perubahan iklim dan tentang dampak perubahan
dampaknya bagi Penyebab terjadinya iklim
ekosistem perubahan iklim Mengumpulkan informasi
Dampak perubahan mengenai proses dan
4.9 Membuat tulisan iklimbagi ekosistem dampak terjadinya
tentang gagasan perubahan iklim bagi
adaptasi/ ekosistem
penanggulangan Mengajukan gagasan
masalah perubahan tentang penanggulangan
iklim masalah perubahan iklim
dalam bentuk laporan
tertulis, dan
mempresentasikan
gagasannya untuk
ditanggapi temannya

30
Kompetensi Materi Kegiatan
Dasar Pembelajaran Pembelajaran

3.10Memahami lapisan Lapisan Bumi dan Mengamati tayangan atau


bumi, gunung api, Bencana model lapisan bumi
gempa bumi, dan Mengumpulkan informasi
tindakan Lapisan bumi mengenai lapisan bumi
pengurangan resiko Gunung api dan mekanisme terjadinya
sebelum, pada saat, Gempa bumi dan letusan gunung berapi,
dan pasca bencana tsunami gempa bumi, dan tsunami
sesuai ancaman Tindakan tanggap Menyajikan hasil studi
bencana di bencana literatur tentang
daerahnya penanggulangan resiko
dan dampak bencana alam
4.10 Mengomuni-kasikan dalam bentuk presentasi
upaya pengurangan Berlatih tindakan
resiko dan dampak penyelamatan diri pada
bencana alam serta saat terjadi bencana alam
tindakan
penyelamatan diri
pada saat terjadi
bencana sesuai
dengan jenis
ancaman bencana di
daerahnya

3.11 Memahami sistem Tata Surya Mengamati model sistem


tata surya, rotasi tata surya
dan revolusi bumi Sistem tata surya Mendiskusikan orbit
dan bulan, serta Karakteristik anggota planet
dampaknya bagi tata surya Mengidentifikasi
kehidupan di bumi Matahari sebagai karakteristik anggota tata
bintang surya serta dampak rotasi
4.11 Menyajikan karya Dampak rotasi dan dan revolusi bumi bagi
tentang dampak revolusi bumi bagi kehidupan
rotasi dan revolusi kehidupan di bumi Mensimulasikan
bumi dan bulan Gerhana bulan dan terjadinya siang dan
bagi kehidupan di matahari malam, fase-fase bulan
bumi, berdasarkan Terjadinya pasang dan proses terjadinya
hasil pengamatan surut gerhana
atau penelusuran Mengumpulkan informasi
berbagai sumber mengenai gerhana bulan
informasi dan matahari serta
pengaruhnya terhadap
pasang surut air laut
Membuat laporan tertulis

31
Kompetensi Materi Kegiatan
Dasar Pembelajaran Pembelajaran

tentang dampak rotasi dan


revolusi bumi serta bulan
bagi kehidupan dan
mendiskusikannya dengan
teman

Analisis Hubungan Kompetensi Dasar IPA SMP kelas VII dan PISA
3.3 Memahami konsep campuran dan zat tunggal (unsur dan senyawa), sifat
fisika dan kimia, perubahan fisika dan kimia dalam kehidupan sehari-hari.
Konten : Sistem fisik
Materi : Perubahan kimia materi (misalnya, reaksi kimia, transfer
energi, asam atau basa)
Konteks : Tobacco Smoking
3.4 Memahami konsep suhu, pemuaian, kalor, perpindahan kalor, dan
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari termasuk mekanisme menjaga
kestabilan suhu tubuh pada manusia dan hewan.
Konten : Sistem fisik
Materi : Sifat materi (misalnya, panas, listrik, konduktivitas)
Konteks : Hot work
3.5 Memahami konsep energi, berbagai sumber energi, dan perubahan bentuk
energi dalam kehidupan sehari-hari termasuk fotosintesis
Konten : Sistem fisik
Materi : Energi dan transformasinya
Konteks : Corn dan wind farms
3.8 Menganalisis terjadinya pencemaran lingkungan dan dampaknya bagi
ekosistem.
Konten : Sistem fisik
Materi : Energi dan transformasinya
Konteks : Acid rain
3.9 Memahami perubahan iklim dan dampaknya bagi ekosistem.
Konten : Sistem bumi dan antariksa
Materi : Energi dalam sistem bumi: sumber iklim global
Konteks : Green house dan ozone
3.10 Memahami lapisan bumi, gunung api, gempa bumi, dan tindakan
pengurangan resiko sebelum, pada saat, dan pasca bencana sesuai ancaman
bencana di daerahnya.

32
Konten : Sistem bumi dan antariksa
Materi : Perubahan dalam sistem bumi (misalnya lempeng tektonik,
siklus geokimia, konstruktif, dan pasukan destruktif)
Konteks : The grand canyon
3.11 Memahami sistem tata surya, rotasi dan revolusi bumi dan bulan, serta
dampaknya bagi kehidupan di bumi.
Konten : Sistem bumi dan antariksa
Materi : Bumi dalam ruang, serta sejaran dan skala alam semesta.
Konteks : Transit of Venus, starlight, dan daylight

33

Anda mungkin juga menyukai