Anda di halaman 1dari 22

PROPOSAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

“Pengembangan Modul IPA Berbasis Audio Visual Untuk Kelas


VIII Sekolah Menengah Pertama Pada Pokok Bahasan Energi
dan Usaha”

Disusun untuk Memenuhi Tugas Matakuliah


Penelitian dan Pengembangan
Yang dibimbing oleh Bapak Dr. Parno, M.si

OLEH :

FENUDYA SANDING P. (150321602569)


YULIANI FATUROHMA (150321604309)

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
APRIL 2018
42

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemajuan suatu bangsa salah satu alat ukurnya adalah kemajuan
pendidikan. Oleh sebab itu, peningkatan mutu pendidikan sangat diperlukan.
Salah satu upaya untuk meningkatkan pendidikan adalah dengan adanya sarana
penunjang pembelajaran yang memadai. Menurut Mikrajudin, fisika merupakan
cabang paling utama dalam ilmu sains, hal ini karena berbagai prinsipnya
merupakan dasar atas setiap cabang sains yang lainnya.
Dalam mengajarkan fisika, seorang guru memerlukan suatu pembelajaran
dimana pembelajaran fisika tersebut membutuhkan sarana yang baik dan tepat
guna untuk mendukung tercapainya hasil sesuai dengan yang diharapkan. Salah
satu sarana yang dapat mendukung adalah inovasi media ajar sebagai panduan
yang memadai dan disesuaikan dengan kurikulum yang diterapkan di lembaga
pendidikan
Penyusunan media ajar dapat disesuaikan dengan karakteristik lingkungan
alam sekitar sekolah dan karakteristik siswa itu sendiri. Seperti yang
diungkapkan Holley and Moore (2005) bahwa “method subjects were collapsed
into an integrated study of theory, skills and practices of classroom work and
connections were drawn between all subjects or knowledge”. Sebelum
menentukan tindakan maka perlu disebar angket analisis pembelajar.
Berdasarkan observasi pendahuluan dengan menyebar angket analisis
kebutuhan di 4 sekolah SMP di Kecamatan Lawang diperoleh informasi bahwa
media ajar yang digunakan oleh siswa masih kurang. Siswa hanya menggunakan
lembar kerja siswa dan buku paket yang jumlahnya tidak mencukupi yaitu satu
buku paket digunakan untuk dua hingga empat siswa. Dalam buku paket tersebut
hanya terdapat rumus-rumus, uraian materi, dan soal latihan sehingga
pengetahuan siswa tentang fenomena-fenomena alam yang terkait dengan ilmu
fisika masih minim. Selain itu, tampilan yang kurang menarik dan materi yang
tidak familiar menyebabkan minat baca dan belajar siswa menjadi rendah.
43

Kenyataannya, siswa cenderung sulit memahami apa yang dimaksud dalam


materi tersebut karena fisika merupakan salah satu pelajaran yang membutuhkan
kemampuan berpikir abstrak. Akibat dari tidak pahamnya konsep, siswa juga
kurang mampu memecahkan masalah hitungan matematis.
Dari hasil studi awal penelitian diketahui bahwa siswa membutuhkan
adanya suatu inovasi Modul untuk membantu pembelajaran dalam meningkatkan
minat belajar mereka serta meningkatkan pemahaman pada materi Energi dan
Usaha, hal tersebut dapat dilihat dari hasil analisis kebutuhan sarana
pembelajaran khususnya Modul berbantuan Audio Visual. Sarana pembelajaran
yang akan dikembangkan merupakan Modul yang diharapkan dapat membantu
siswa dalam memahami konsep-konsep Energi dan Usaha. Dalam Modul
pengembangan ini peneliti bermaksud merancang Modul yang berbantuan media
audio visual berupa animasi maupun video pembelajaran tentang berbagai
macam sub materi pada materi Energi dan Usaha.
Pengembangan sarana pembelajaran ini merupakan salah satu inovasi yang
dilakukan untuk meningkatkan minat belajar siswa. Dengan demikian dirasa
perlu untuk mengembangkan Modul IPA Fisika yang mampu memfasilitasi
belajar siswa secara optimal. Karena disisi lain pada proses pembelajaran di
dalam kelas guru cenderung menggunakan media pembelajaran seadanya.

Dari angket analisis kebutuhan siswa yang diberikan kepada beberapa


sekolah yang ada di Kecamatan Lawang dapat diketahui bahwa kebutuhan akan
adanya sarana pembelajaran IPA berbantuan media audio visual bagi siswa
sangat diperlukan guna meningkatkan minat belajat siswa. Dengan demikian
untuk memenuhi kebutuhan sarana pembelajaran tersebut penulis
mengembangkan Modul IPA Fisika yang berbantuan media audio visual.
Pengembangan Modul IPA Fisika berbantuan media audio visual ini akan
mengacu pada kurikulum tingkat satuan pendidikan. Rencana penelitian ini
penulis mengambil judul penelitian adalah “ Pengembangan Modul IPA
Berbasis Audio Visual Untuk Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Pada
Pokok Bahasan Energi dan Usaha”
44

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah maka perumusan masalah
pada penelitian ini adalah :
1. Bagaimana mengembangkan Modul IPA Berbantuan Audio Visual
untuk siswa VIII SMP Pada pokok bahasan Energi dan Usaha?
2. Bagaimana karakteristik Modul Berbantuan Audio Visual untuk
siswa kelas VIII SMP Pada pokok bahasan Energi dan Usaha?
3. Bagaimana kemenarikan Modul Berbantuan Audio Visual untuk
siswa kelas VIII SMP Pada pokok bahasan Energi dan Usaha?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui cara mengembangkan bahan pembelajaran Modul
IPA yang berbantuan media audio visual untuk siswa kelas VIII
SMP.
2. Menganalisis karakteristik Modul Berbantuan Audio Visual untuk
siswa kelas VIII SMP Pada pokok bahasan Energi dan Usaha.
3. Menganalisis kemenarikanModul Berbantuan Audio Visual untuk
siswa kelas VIII SMP Pada pokok bahasan Energi dan Usaha?
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari hasil penelitian ini adalah :
a. Secara teoritis:
Penelitian ini termasuk dalam kawasan pengembangan
terutama pengembangan teknologi media pembelajaran berbasis
Teknologi Informasi Komputer (TIK) yang diharapkan mampu
memberikan kemudahan layanan bagi siswa dan guru dalam
pelaksanaan pembelajaran.
Produk pengembangan ini masuk pada kawasan pemanfaatan
dan diharapkan siswa dan guru dapat memanfaatkannya secara
maksimal. Sehingga bagi sekolah diharapkan Modul Berbantuan
audio visual ini dapat mengatasi masalah pembelajaran untuk materi
yang bersifat abstrak, dan dapat dijadikan koleksi untuk melengkapi
45

sumber belajar di sekolah.


b. Secara Praktis
Hasil dari penelitian adalah Modul berbantuan Audio visual ini
diharapka dapat bermanfaat bagi:
Bagi sekolah diharapkan menjadi informasi dan sumbangan
pemikiran dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran IPA
disekolah.
Bagi guru diharapkan penggunaan Modul berbantuan audio
visual ini menjadi salah satu alternatif pemecahan masalah dalam
melaksanakan pembelajaran IPA khususnya materi Energi dan
Usaha, sehingga pembelajaran berlangsung lebih efektif dan efisien.
Bagi siswa diharapkan akan memberi informasi yang lebih nyata dan
rinci serta memudahkan memahami materi Energi dan Usaha
46

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pembelajaran Sains
Kurikulum sains disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan
sains secara nasional. Kurikulum sains menyediakan berbagai pengalaman
belajar untuk memahami konsep dan proses sains. Pemahaman ini bermanfaat
bagi siswa agar dapat menanggapi: i) isu lokal, nasional, kawasan, dunia, sosial,
ekonomi, lingkungan dan etika: ii) menilai secara kritis perkembangan dalam
bidang sains dan teknologi serta dampaknya: iii) memberi sumbangan terhadap
kelangsungan perkembangan sains dan teknologi: dan memilih karir yang tepat.
Oleh karena itu kurikulum sains lebih menekankan agar siswa menjadi
pembelajar sejati, hal ini sesuai dengan tujuan pembelajaran sains untuk
SMP/MTs yang tercantum dalam Standar Isi Pembelajaran sains.
Tujuan pembelajaran sains di SMP/ MTS yang ada di dalam Standar Isi
secara lengkap adalah sebagai berikut:
a. Menanamkan keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang
Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan
keteraturan alam ciptaanNya
b. Memberikan pemahaman tentang berbagai macam gejala alam,
prinsip dan konsep sains serta membentuk sikap ilmiah.
c. Meningkatkan kesadaran untuk memelihara dan melestarikan
lingkungan serta sumber daya alam
d. Memberikan bekal pengetahuan dasar untuk melanjutkan pendidikan ke
jenjang selanjutnya
Ruang lingkup bahan kajian Sains untuk SMP dan MTS mengutamakan bekerja
ilmiah yaitu agar siswa dapat berlatih menguasai proses sains, kerja ilmiah perlu
dikenalkan pada siswa. Kerja ilmiah meliputi aspek:
a. penyelidikan/penelitian
b. berkomunikasi ilmiah
c. pengembangan kreativitas dan pemecahan masalah
d. sikap dan nilai ilmiah.
47

Berdasarkan Standar Isi Tujuan pembelajaran Sains tersebut maka sangat


perlu adanya sarana pembelajaran salah satunya adalah Modul yang dapat
membantu dan mendukung siswa untuk mencapai apa yang diharapkan oleh
Standar Isi tersebut. Oleh karena itu peneliti mencoba mengembangkan Modul
IPA Fisika yang penggunaannya berbantuan media audio visual berupa animasi
dan video pembelajaran.

2.2 Media Pembelajaran


Fungsi media pembelajaran yang berbantuan media audio visual hampir
sama dengan sarana pembelajaran yang lainnya, namun di dalam sarana
pembelajaran ini setidaknya mampu untuk memotivasi belajar siswa dan mampu
mengkonstruksi pengetahuan baru melalui indra penglihatan dan pendengaran.
Selain hal tersebut beberapa fungsi sarana pembelajaran seperti dikemukakan
Levie dan Lenzt dalam Arsyad ( 2002:16) terdapat empat (4) fungsi
pembelajaran khususnya media visual yaitu : a) fungsi atensi, b) fungsi afektif, c)
fungsi kognitif, d) fungsi kompentasori. Dari keempat fungsi tersebut dapat
dijabarkan sebagai berikut :
Fungsi Atensi
Fungsi atensi merupakan sebuah fungsi inti dimana fungsi ini akan
menarik perhatian siswa terhadap materi belajar yang disajikan. Pada
umumnya di awal pembelajaran siswa kurang tertarik dengan materi
pelajaran hal ini diakibatkan oleh kurangnya perhatian siswa dengan apa
yang di sampaikan oleh guru (Arsyad, 2002:17). Melalui fungsi atensi ini
siswa diarahkan atau dibimbing untuk memperhatikan penjelasan-
penjelasan materi pelajaran yang diproyeksikan melalui LCD proyektor,
VCD player atau DVD player. Sehingga akan merangsang keingintahuan
siswa tentang materi yang disajikan.
Fungsi Afektif
Fungsi afektif dapat terlihat dari kenikmatan siswa dalam
memperhatikan pelajaran melalui video yang disajikan melalui LCD
proyektor, DVD player. Kenikmatan siswa dalam menonton televisi baik
48

itu film maupun drama komedi lebih dari kenikmatan mereka ketika
mereka membaca buku pelajaran, dengan demikian melalui fungsi afektif
ini kenikmatan mereka dalam dalam menonton televisi akan sama dengan
ketika mereka menonton video pembelajaran yang disajikan sedemikian
rupa sehingga memiliki ketertarikan yang sama (Arsyad, 2002:18).
Fungsi Kognitif
Pada umumnya siswa akan lebih lama mengingat apa yang mereka
lihat secara langsung dan apa yang mereka dengarkan (Arsyad, 2002:18),
fungsi inilah yang berperan di dalam media audio visual pembelajaran,
selain mereka melihat mereka juga mendengarkan secara langsung tentang
materi yang disajikan, maka dengan sendirinya mereka telah
mengkonstrusikan materi pelajaran di dalam pemikiran siswa.
Fungsi Kompensori
Fungsi Kompensori berperan untuk mengakomodasikan siswa yang
lemah dan lambat di dalam memahami materi pelajaran yang disajikan
secara teks atau bahasa verbal (Arsyad, 2002:19). Dari penjabaran fungsi-
fungsi sarana pembelajaran berbantuan media audio visual akan membantu
siswa untuk memudahkan mereka mempelajari materi Energi dan Usaha.
2.3 Bahan Ajar
Bahan ajar adalah seperangkat materi/substansi pembelajaran (teaching
material) yang disusun secara sistematis, menampilkan sosok utuh dari
kompetensi yang akan dikuasai siswa dalam kegiatan pembelajaran. Pada
dasarnya berisi tentang pengetahuan, nilai, sikap, tindakan, dan ketrampilan yang
berisi pesan, informasi, dan ilustrasi berupa fakta, konsep, prinsip, dan proses
yang terkait dengan pokok bahasa tertentu yang diarahkan untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Lebih lanjut disebutkan bahwa bahan ajar berfungsi
sebagai:
 Pedoman bagi pengajar yang akan mengarahkan semua aktivitasnya
dalam proses pembelajaran.
 Pedoman bagi siswa yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam
proses pembelajaran.
49

 Alat evaluasi pencapaian/penguasaan hasil pembelajaran.

 Bahan ajar jenisnya ada bermacam-macam di antaranya adalah :


 Bahan ajar visual, yaitu bahan ajar yang penggunaannya dengan indra
penglihatan. Terdiri atas bahan cetak (printed) seperti antara lain
handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart,
foto/gambar, dan non cetak (non printed), seperti model/maket.
 Bahan ajar audio, yaitu bahan ajar yang penggunaanya menggunakan
indra pendengaran, yaitu ditangkap dalam bentuk suara. Contohnya
seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio
 Bahan ajar audio visual, yaitu bahan ajar yang dapat ditangkap
dengan indra pendengaran dan indra penglihatan. Contohnya seperti
video compact disk, film.
 Bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching material) seperti
CAI (Computer Assisted Instruction), compact disk (CD)
multimedia pembelajaran interaktif, dan bahan ajar berbasis web (web
based learning materials).
2.4 Modul
Modul merupakan salah satu bahan ajar yang berisikan pedoman bagi
siswa untuk melaksanakan kegiatan belajar pada pokok kajian tertentu (Dhari,
2003 : 32). Modul sebagai penunjang untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam
proses belajar dapat mengoptimalkan hasil belajar (Darmojo dan Kaligis, 2001 :
26). Pada Modul telah disusun cara kerja, buku penunjang, waktu yang
diperlukan untuk melaksanakan kegiatan, bahkan dapat dilengkapi dengan tabel
untuk menulis data yang diamati. Modul dapat dipakai untuk mempercepat
waktu pembelajaran dan melengkapi materi pelajaran pada buku paket. Modul
harus disusun dengan tujuan dan prinsip yang jelas. Adapun tujuannya meliputi:
(1) memberikan pengetahuan dan sikap serta keterampilan yang perlu dimiliki
siswa; (2) mengecek tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah
disajikan; (3) mengembangkan dan menerapkan materi pelajaran yang sulit
dipelajari. Sedangkan prinsipnya menurut Dhari (2003 : 47) meliputi: (1) tidak
50

dinilai sebagai dasar perhitungan raport, tetapi hanya diberi penguat bagi yang
berhasil menyelesaikan tugasnya serta diberi bimbingan bagi siswa yang
mengalami kesulitan; (2) mengandung permasalahan; (3) sebagai alat
pembelajaran; (4) mengecek tingkat pemahaman, pengembangan dan
penerapannya; (5) Semua permasalahan sudah terjawab dengan benar setelah
selesai pembelajaran.
Modul terdiri dari beberapa komponen dalam susunan isinya yaitu : (1)
ringkasan materi yang merupakan penjabaran dari pokok bahasan, isinya singkat
dan padat sehingga materi pada pokok bahasan tersebut dapat tercakup semua;
(2) lembar kegiatan siswa yang berisi contoh-contoh soal dan penyelesaiannya,
latihan soal, eksperimen/demonstrasi dan soal-soal evaluasi (Yuningsih, 2006 :
6). Modul merupakan materi ajar yang dikemas sedemikian rupa agar siswa
dapat mempelajari materi tersebut secara mandiri. Karenanya dalam Modul
seharusnya memuat materi, ringkasan, dan tugas yang berkaitan dengan materi.
Dalam Modul, siswa pada saat yang sama diberi materi dan tugas yang berkaitan
dengan materi tersebut. Selain itu dalam Modul dapat menemukan arahan yang
terstruktur untuk memahami materi yang diberikan.
Ada beberapa langkah dalam mengembangkan Modul, yaitu:
1. Menganalisis kebutuhan instruksional yang menghasilkan perilaku-
perilaku umum yang dibuat dalam bentuk Standar Kompetensi (SK).
2. Menganalisis tujuan instruksional dengan menjabarkan perilaku-
perilaku umum dari SK menjadi perilaku-perilaku khusus yang
menghasilkan perilaku-perilaku yang diharapkan dimiliki oleh siswa.
3. Menganalisis karakteristik siswa dan lingkungan menghasilkan
perilaku- perilaku khusus yang sudah dimiliki oleh siswa.
4. Merumuskan Kompetensi Dasar (KD) yang diperoleh
dariperilakuperilaku khusus yang diharapkan dan perilaku-perilaku
khusus yang sudah dimiliki siswa. Dalam merumuskan KD harus
memenuhi ketentuan-ketentuan berikut:
a. Dirumuskan dalam bentuk kalimat yang baik dan sesuai
dengan Ejaan Yang Disempurnakan(EYD)
51

b. Dalam merumuskan KD harus mencakup format ABCD dan


TIK harus ditulis dengan jelas dan detail.
5. Membuat alat evaluasi dengan menggunakan Tes Acua Patokan
berupa butir tes, di mana1 KD minimal diuji dengan 1 butir tes.
6. Menyusun strategi instruksional
7. Membuat bahan ajar
a. Pengumpulan materi. Tentukan materi dan tugas yang akan
dimuat dalam Modul dan pastikan pilihan ini sejalan dengan
tujuan instruksional. Kumpulkan bahan/materi dan buat rincian
tugas yang harus dilaksanakan siswa. Bahan yang akan dimuat
dalam Modul dapat dikembangkan sendiri atau memanfaatkan
materi yang sudah tersedia (menyusun).
b. Cek dan penyempurnaan. Ada empat variabel yang harus dilihat
sebelum Modul dapat dibagikan kepada siswa, yaitu:
i. Kesesuaian desain dengan tujuan instruksional.
ii. Kesesuaian materi dengan tujuan instruksional.
iii. Kesesuaian elemen dengan tujuan instruksional. Pastikan
bahwa tugas dan latihan yang diberikan menunjang
pencapaian tujuan pembelajaran.
iv. Kejelasan penyampaian, meliputi keterbacaan, keterpahaman
dan kecukupan ruang untuk mengejakan tugas.Untuk langkah
penyempurnaan, mintalah komentar siswa, kemudian lakukan
evaluasi dan perbaikan seperlunya
Jadi pada dasarnya Modul Merupakan sarana pembelajaran penting yang
dapat membantu siswa dalam proses pembelajaran sehingga siswa dapat
menemukan konsep konsep yang diharapkan. Oleh karena itu idealnya guru
harus dapat mengembangkan Modul itu sendiri agar sesuai dengan kebutuhan
dan keadaan siswa, dengan melihat aturan penulisan atau pembuatan Modul yang
selanjutnya diberi inovasi agar lebih menarik dan menambah semangat belajar
siswa.
2.5 Modul Berbantuan media Audio Visual
52

Tujuan dari proses pembelajaran adalah dapat merubah sikap dan perilaku
dari seseorang. Untuk mencapai itu maka proses pembelajaran harus diupayakan
dengan berbagai metode dan sarana pembelajaran yang mendukung. Pada
konteks penelitian ini sarana pembelajaran Modul yang berbantuan media audio
visual adalah suatu sarana pembelajaran yang dapat digunakan oleh peserta didik
untuk menambah pengetahuan mereka atau memudahkan mereka dalam
memahami konsep-konsep materi pembelajaran yang termuat di dalam bahan
tersebut melalui indra penglihatan dan pendengaran. Bentuk dari media
pembelajaran sangat bervariatif, mulai dari bentuk modul, audio, audio visual,
modul yang dilengkapi audio visual, dan masih banyak bentuk-bentuk lain dari
media pembelajaran ini. Pada penelitian ini akan lebih banyak dibahas mengenai
penggunaan sarana pembelajaran Modul yang berbantuan media audio visual
yaitu berupa animasi dan video pembelajaran.
Sarana pembelajaran yang akan dikembangkan adalah sarana pembelajaran
yang berbantuan media visual berupa animasi dan video pembelajaran dimana
sarana pembelajaran ini mengkolaborasikan gambar bergerak dan suara secara
bersamaan pada saat yang bersamaan pula. Sarana pembelajaran ini tentunya
akan memerlukan media untuk dapat digunakan dengan baik. Adapun media
yang diperlukan dalam sarana pembelajaran ini dapat berupa “ Modul yang
dikolaborasikan dengan kepingan CD (Compact Disc) yang di dalamnya memuat
animasi dan video pembelajaran yang ditampilkan melalui laptop dan LCD.
2.6 Karakteristik Modul Yang Berbantuan media Audio Visual
Sebagai sebuah sarana pembelajaran, Modul yang berbantuan media audio
visual mempunyai karakteristik yang berbeda dengan media lain. Secara umum
media ini mempunyai karakteristik yaitu :
a. Menampilkan gambar dengan gerak, serta suara secara bersamaan.
b. Mampu menampilkan gambaran benda/obyek yang sangat tidak mungkin
dilihat secara langsung maupun dipraktekan secara langsung karena beberapa
alasan.
c. Mampu mempersingkat proses.
d. Memungkinkan adanya rekayasa.
53

Adapun sarana pembelajaran, Modul yang berbantuan media audio visual


ini juga dapat mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan. Dimana
kelebihan dan kekurangan yang terdapat di dalam media pembelajaran ini dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1. Kekurangan dan kelebihan sarana pembelajaran berbantuan media
audio visual
Sarana pembelajaran Modul IPA Yang Berbantuan media Audio visual
Kelebihan Kekurangan
a. Dapat menstimulir efek gerak. a. Memerlukan peralatan TIK dalam
b. Dapat diberi suara maupun warna. penyajiannya.
c. Tidak memerlukan ruang gelap b. Memerlukan tenaga listrik.
dalam penyajiannya. c. Memerlukan keterampilan khusus
d. Dapat diputar ulang, diberhenti dalam penyajiannya.
kan sebentar. d. Sulit dibuat interaktif.

Sumber: Arsyad (2009: 49)


2.7 Hipotesis Penelitian
Modul Berbantuan audio visual yang dikembangkan lebih efektif untuk
membelajarkan materi-materi yang sifatnya abstrak dan sulit dicari contoh nyata
di sekitar siswa, dibandingkan dengan pembelajaran yang menggunakan media
lain
Modul Berbantuan audio visual yang dikembangkan lebih menarik,
dibandingkan dengan pembelajaran yang menggunakan media lain.
2.13 Produk yang Dihasilkan
Produk akhir yang dihasilkan dari pengembangan Modul ini adalah sarana
pembelajaran Modul IPA yang berbantuan media audio visual dan untuk
menggunakan dibutuhkan alat berupa komputer/laptop dan LCD player.
54

BAB III.
METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian Pengembangan


Pada penelitian pengembangan media pembelajara Modul IPA ini
dimaksudkan untuk menghasilkan suatu produk bahan belajar untuk
meningkatkan minat belajar siswa, dan memvalidasinya. Produk yang dihasilkan
berupa Modul pengembangan akan diujicobakan untuk mengetahui keefektifan
dari produk tersebut dalam meningkatkan minat belajar.
Desain Penelitian pengembangan ini menggunakan Desain Model
ASSURE. Model ASSURE merupakan suatu model yang merupakan sebuah
formulasi untuk Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) atau disebut juga model
berorientasi kelas.
Model ini terdiri atas enam langkah kegiatan yaitu:
- Analyze Learners
– States Objectives
– Select Methods, Media, and Material
– Utilize Media and materials
– Require Learner Participation
– Evaluate and Revise
3.2. Tempat Dan Waktu Uji Coba Produk Awal Pengembangan
Uji coba produk awal pengembangan dilaksanakan pada bulan April 2018, di
empat Sekolah Menengah Pertama yang menjadi sampel penelitian di
Kecamatan Lawang.
3.3. Populasi Dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa SMP kelas VIII sekolah negeri
dan swasta yang berada di lingkungan Kecamatan Lawang, yang berjumlah 4
Sekolah menengah pertama. Dari masing – masing sekolah tersebut
selanjutnya dikelompokan menjadi beberapa kelompok dengan kriteria satu
sekolah hanya akan diambil satu kelas yang mewakili karakteristik sekolah
55

tersebut, dan pada setiap kelompok yang dijadikan sampel penelitian hanya
terdiri dari empat sekolah. Pengambilan sampel tersebut secara rinci
dijelaskan pada sampel uji lapangan terbatas, karena sampel yang digunakan
diperoleh dengan teknik yang sama.
3.4. Langkah Pengembangan Modul

Tahap Pertama : Studi Pendahuluan

Analisis Kebutuhan

Tahap Kedua : Perencanaan


Merumuskan Kompetensi Dasar Merumuskan indikator Pembelajaran

Tahap Ketiga : Mengembangkan Produk Awal


Menyusun Modul

Memilih Audio Video Pembelajaran yang akan digunakan

Memadukan Modul dan Audio


-Video Pembelajaran yang telah dpilih

Editing

Finishing

Tahap Ke empat : Validasi Produk Awal

Validasi Ahli Materi Validasi Ahli Media

Tahap Kelima : Ujicoba Produk

Ujicoba Kelompok Kecil Ujicoba Kelompok Terbatas Uji Lapangan Terbatas

Revisi Revisi Revisi

Tahap Ke– enam


Laporan Hasil Uji Coba

Gambar 1. Bagan desain pengembangan Modul


56

Dari bagan tersebut pada tahap pertama pengembang melakukan studi


awal penelitian. Studi awal penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kebutuhan
bahan belajar siswa. Untuk mengetahui hal tersebut peneliti menggunakan studi
dokumentasi serta angket kebutuhan bahan belajar siswa. Pada tahap kedua, dari
hasil analisis studi dokumentasi hasil ulangan semester genap di kelas VIII,
peneliti menganalisis kompetensi dasar sampai pada indikator materi
pembelajaran yang kurang dikuasai oleh siswa, dari hasil analisis tersebut peneliti
merumuskan keberhasilan penelitian.
Setelah tahap pertama hingga tahap kedua diselesaikan selanjutnya adalah
tahap ketiga yaitu proses pembuatan produk, di mulai dari menyusun Modul,
memilih audio video yang akan dipakai hingga pada finishing produk
pengembangan. Setelah bahan belajar Modul IPA berbantuan media audio visual
sudah dalam bentuk kepingan disk, produk awal pengembangan sebelum di
validasi oleh ahli media pembelajaran, selanjutnya adalah tahap keempat
pengembangan yaitu memvalidasi produk kepada orang yang ahli dibidangnya
dalam hal ini adalah ahi materi pembelajaran dan ahli media pembelajaran, setelah
mendapatkan saran dari para ahli dan produk hasil pengembangan tersebut telah
direvisi maka produk tersebut disebut dengan produk awal pengembangan.
Pada tahap kelima, pada tahapan ini produk awal pengembangan di uji
cobakan kepada sampel penelitian yang dilakukan dengan tiga tahapan yaitu
a. Uji Kelompok Kecil
Uji kelompok kecil dilakukan pada beberapa siswa yang sudah ditentukan
untuk mengetahui kemenarikan dari desain Media pembelajaran
berbantuan audio visual.
b. Uji Kelompok Terbatas
Uji kelompok terbatas dilakukan setelah ada revisi dari uji kelompok kecil
sehinngga media pembelajaran yang diujikan adalah hasil revisi dari
media pembelajaran sebelumnya.
c. Uji Lapangan Terbatas.
Uji coba lapangan terbatas dilakukan setelah adanya revisi media
pembelajaran berbantuan audio visual hasil revisi uji kelompok kecil dan
57

revisi dari uji kelompok terbatas dengan melihat kekurangan dan


menambahkan masukan dari berbagai pihak sehingga kemenarikan,
motivasi, dan keefektifitas proses pembelajaran dengan menggunakan
media pembelajaran IPA yang berbasis audio visual dapat meningkatkan
motivasi dan hasil belajar siswa meningkat.
3.5 Metode Penelitian Tahap I
Studi Awal Penelitian
Studi awal penelitian dilakukan dengan melakukan studi dokumentasi dan
angket tanggapan siswa terhadap bahan belajar IPA yang sudah ada di
sekolah masing - masing.
Sampel Studi Awal Penelitian
Pada studi awal penelitian, sampel yang digunakan untuk mengetahui
tanggapan siswa terhadap bahan belajar yang sudah ada adalah 1) Siswa di
kelas VII SMP Negeri 1 Lawang, 2)Siswa kelas VIII SMP Negeri 2
Lawang 3)Siswa kelas VIII di SMP Negeri 3 Lawang 4)Siswa kelas VIII
di SMP Islam Al-Ma’arif Lawang dari masing – masing sekolah tersebut
di ambil sebanyak 10 siswa sebagai responden
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data penelitian tahap I ini bertujuan untuk
mengetahui jenis bahan belajar yang ada pada setiap sekolah yang menjadi
sampel penelitian.
3.5.1 Perencanaan Desain Pengembangan

Perencanaan desain ini diawali dengan menentukan kompetensi dasar,


merumuskan indikator keberhasilan dan tujuan belajar. Perencanaan
desain media belajar Modul IPA berbantuan media audio visual untuk
menyesuaikan dengan isi materi yang dimuat, sehingga pembelajaran
menggunakan media belajar Modul IPA berbantuan media audio visual
akan tepat guna. Sehingga proses pembelajaran dengan sarana belajar
Modul IPA berbantuan media audio visual akan lebih efektif dalam
meningkatkan minat belajar siswa.
58

3.5.2 Validasi Desain Pengembangan

Validasi desain merupakan proses penilaian terhadap desain


pengembangan yang telah dirancang, apakah desain yang telah dirancang
tersebut dapat menjawab tujuan pengembangan media pembelajaran
Modul IPA berbantuan media audio visual atau sebaliknya.Validasi yang
dilakukan oleh ahli masih bersifat rasional dan berdasarkan pengalaman
para ahli media dan ahli materi pada pembelajaran IPA untuk siswa kelas
VIII sekolah menengah pertama. Validasi desain media pembelajaran
dilakukan oleh seorang yang telah bergelar master pendidikan pada
teknologi pendidikan dan validasi materi pembelajaran dilakukan oleh
dosen pembimbing selaku dosen fakultas pendidikan pada jurusan Fisika.
Proses validasi ini disertai dengan produk awal pengembangan
yang telah dibuat, hal ini bertujuan agar penilaian yang diberikan oleh
validator desain tidak saja berdasarkan rancangan desainya melainkan
melihat dari produk hasil rancangan desain pembelajaran. Produk yang
disajikan kepada validator merupakan produk awal pengembangan,
setelah produk awal direvisi maka produk hasil revisi disebut dengan
produk utama pengembangan.

3.6 Metode Penelitian Tahap II


Model Rancangan Eksperimen
Untuk mengetahui apakah produk utama pengembangan efektif digunakan
sebagai bahan belajar mandiri maka rancangan penelitian yang dilakukan
ditunjukkan bagan berikut :
59

Uji kelompok Uji Kelompok


Kecil REVISI I REVISI II
Terbatas

Uji Lapangan terbatas

SMP N 1 SMP N 2 SMP N 3I SMP AL Ma’arif


Lawang Lawang Lawang Lawang

REVISI AKHIR

Gambar 2. Model Rancangan Eksperimen

3.6.2 Populasi Dan Sampel Uji Lapangan Terbatas


Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas VIII sekolah menengah
pertama di Kecamatan Lawang. Dari populasi yang ada di Kecamatan Lawang,
penarikan sampel penelitian dengan menggunakan cluster random sampling,
dengan cara mengelompokkan masing – masing satu untuk setiap sekolah, hal
tersebut dilakukan karena jumlah kelas yang tersebar di tiap sekolah tidak sama
dan tidak merata jumlah siswanya.
3.6.3 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang berkaitan dengan produk pengembangan dan


angket tertulis yang dilakukan untuk mengukur peningkatan minat belajar siswa
sesudah menggunakan produk pengembangan.
Uji Kelompok Kecil
Pada uji kelompok kecil sampel yang akan diambil sebanyak enam
siswa dengan kriteria tiga siswa memiliki nilai di bawah rata – rata kelas
dan tiga siswa memiliki nilai di atas rata – rata nilai kelas, pada setiap
sekolah yang menjadi sampel penelitan. Kelompok tersebut diberikan
angket serta proses pembelajaran menggunakan produk pengembangan,
dimana angket bertujuan untuk mengetahui hasil peningkatan minat belajar
siswa melalui Modul IPA dengan berbantuan media audio visual.
60

Uji Kelompok Terbatas


Pada uji kelompok terbatas sampel yang diambil sebanyak dua
belas siswa, dengan kriteria pengambilan sampel sama dengan uji
kelompok kecil, dengan membagi menjadi dua kategori yaitu siswa dengan
nilai di bawah rata – rata kelas dan siswa dengan nilai di atas rata – rata
kelas pada setiap sekolah yang menjadi sampel penelitan. Pada
pelaksanaan uji kelompok kecil juga bertujuan untuk mengetahui hasil
peningkatan minat belajar siswa melalui Modul IPA dengan
mengkolaborasikan audio visual.
Uji Lapangan Terbatas.
Pada uji lapangan terbatas, hampir sama dengan uji pada kelompok
kecil maupun kelompok terbatas, namun yang membedakan pada uji
lapangan terbatas adalah subjek penelitian tidak dibagi kelompok
berdasarkan nilai rata – rata kelas, akan tetapi satu kelas siswa di kelas
VIII pada sekolah yang menjadi sampel penelitian, dengan diberikan
angket tanggapan terhadap produk pengembangan. Pada uji lapangan
terbatas hasil angket digunakan untuk mengetahui apakah ada peningkatan
minat belajar IPA siswa di kelas VIII, sehingga produk pengembangan
dapat digunakan lebih
luas.
3.6.4 Kisi – Kisi Instrumen Penelitian
Suatu penelitian dikatakan baik apabila memiliki instrumen yang baik
pula, instrumen tersebut dikategorikan baik jika memiliki validatas dan
reabilitas instrumen yang baik pula. Oleh karena itu item angket yang akan
diberikan kepada siswa harus mendapatkan validitas dan reabilitas yang
baik.
Untuk hal ini angket yang diberikan pada responden (siswa)
memiliki tujuan untuk mengetahui kelayakan produk pengembangan.
Kriteria pengembangan instrumen angket mengacu pada dua faktor
utama yaitu : 1) aspek manfaat 2) aspek tampilan atau sajian. Sebelum
angket diberikan untuk menguji produk pengembangan, terlebih dahulu
61

dilakukan validasi instrument, hal ini dilakukan untuk mendapatkan angket


yang baik sehingga hasil dari penelitian yang akan dilakukan dapat
dikatakan baik.
Validasi instrumen ini menggunakan validasi konstruk melalui
analisis faktor terhadap instrumen, untuk mengukur kelayakan produk
pengembangan yang akan digunakan sebagai penunjang proses
pembelajaran. Validasi ini dilakukan dengan berkonsultasi dengan ahli
materi dan ahli media.
3.6.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan satu teknik analisis
Untuk analisis data yang diperoleh melalui angket tanggapan siswa
dianalisis dengan menggunakan skala rating numerik.
Skala Rating Numerik
Data – data yang didapat melalui hasil angket selanjutnya dianalisis
menggunakan skala rating numerik, menurut ( Sukardi 2009:170) skala
ini menggunakan kriteria penskoran sebagai berikut:

a. Skor 1 untuk kategori sangat tidak setuju/sangat tidak sesuai


b. Skor 2 untuk kategori tidak setuju/tidak sesuai
c. Skor 3 untuk kategori setuju/sesuai.
d. Skor 4 untuk kategori sangat setuju/ sangat sesuai.
Dari kriteria tersebut data yang diperoleh selanjutnya dikategorikan
kedalam beberapa kategoti berikut
(Sukardi 2009:170),

a. Produk sangat layak digunakan


b. Produk layak untuk digunakan
c. Produk kurang layak untuk digunakan
d. Produk tidak layak untuk digunakan.
62

Untuk menentukan apakah hasil angket yang diberikan kepada


siswa dapat dikategorikan dengan kategori tersebut, maka persepsi
responden dianalisis dengan menggunakan rumus (Sugiyono,2009:143)

Anda mungkin juga menyukai