Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Belajar dimaknai sebagai proses perubahan perilaku sebagai hasil interaksi
individu dengan lingkungannya (Syaiful, 2017). Perubahan ini berlaku secara terus
menerus sepanjang hayat (long life learning). Proses terjadinya belajar disebut proses
pembelajaran. Di Indonesia sendiri pembelajaran yang dilakukan saat ini menerapkan
kurikulum 2013. Dalam Permendikbud No. 58 Tahun 2013 tentang Kurikulum 2013
Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Sanawiyah disebutkan bahwa tujuan
pembelajaran kurikulum 2013 adalah mempersiapkan manusia Indonesia agar
memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman,
produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.
Berdasarkan Permendikbud No. 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses
Pendidikan Dasar dan Menengah mengisyaratkan tentang perlunya proses
pembelajaran yang menggunakan pendekatan saintifik/ilmiah. Pendekatan
saintifik/ilmiah merupakan ciri khas dari Kurikulum 2013 yang harus diterapkan pada
semua mata pelajaran terutama mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).
Karakteristik pembelajaran IPA lebih menekankan pada keterampilan proses.
Aspek - aspek pada pendekatan ilmiah (scientific approach) terintegrasi pada
pendekatan keterampilan proses dan metode ilmiah. Keterampilan proses sains
merupakan seperangkat keterampilan yang digunakan para ilmuwan dalam melakukan
penyelidikan ilmiah (Lilis, 2016). Dalam pembelajaran keterampilan proses sains,
pembelajaran bersifat berpusat kepada peserta didik (student centered) dan
memposisikan guru tidak sebagai penyedia informasi utama. Aspek keterampilan
proses sains adalah mengamati, mengklasifikasikan/mengelompokkan,
menginterpretasi/mengukur, identifikasi dan pengendalian variabel, merumuskan
hipotesis, merancang eksperimen, dan mengkomunikasikan
Keterampilan proses sains dikategorikan menjadi dua, keterampilan dasar dan
terintegrasi. Keterampilan dasar melibatkan kemampuan untuk mengamati,
mengklasifikasikan, mengukur, menggunakan angka, efektifitas waktu, dan
berkomunikasi. Sementara itu, keterampilan terintegrasi berguna untuk mempelajari
konsep yang lebih kompleks dan mengandung kemampuan untuk mengidentifikasi
dan mengontrol variabel, interpretasi data, merumuskan hipotesis, dan melakukan
eksperimen (Permatasari, 2020). Sehingga dapat dikatakan bahwa pembelajaran IPA
berdasarkan kurikulum 2013 dapat tercapai secara maksimal apabila peserta didik
tidak hanya diajarkan materi yang bersifat teoritis dan hafalan.
Untuk mewujudkan hal tersebut, guru dituntut untuk selalu melakukan
pembelajaran berbasis keterampilan proses sains. Tipe pembelajaran IPA yang cocok
untuk hal tersebut adalah praktikum. Hal ini dikarenakan dalam proses praktikum,
peserta didik akan terlibat aktif dalam melaksanakan keterampilan proses sains.
Namun kenyataannya, berdasarkan penilitan Faqih (2017), disebutkan bahwa
beberapa SMA di daerah Gunung Kidul memiliki grade rendah dalam pelaksanaan
keterampilan proses sains yang mana semakin rendah grade sekolah, maka semakin
rendah pula penguasaan keterampilan proses sains peserta didik. Hasil analisis data
menunjukkan pada sekolah dengan grade rendah memiliki penguasaan indikator
keterampilan proses sains : observasi, klasifikasi, prediksi, mengukur, melakukan
percobaan, interpretasi secara berturut - turut hanyalah 51,2% ; 62,9% ; 53,8% ;
61,8% ; 49,3% ; 54,1%. Sekolah dengan grade rendah berdasarkan hasil wawancara
juga hanya melaksanakan proses praktikum 1-2 kali dalam satu semester.
Berdasarkan survey PISA (Programme for International Student Assessment)
pada aspek sains, pada tahun 2012 Indonesia menempati peringkat 38 dari 38 negara
dengan skor 382 (PISA, 2012), pada tahun 2015 Indonesia menempati peringkat 41
dari 43 negara dengan skor 403 (PISA, 2015), dan pada tahun 2018 Indonesia
menempati peringkat 41 dari 41 negara dengan skor rata - rata 396 (PISA, 2018).
Sementara itu, berdasarkan survei TIMSS (Trends in International
Mathematics and Science Study) mengenai kemampuan matematika dan sains, pada
tahun 2007 Indonesia menempati peringkat 35 dari 46 negara, pada tahun 2011
Indonesia menempati peringkat 38 dari 42 negara (TIMSS, 2011), dan pada tahun
2015 Indonesia menempati peringkat 44 dari 49 negara (TIMSS, 2015). Menurut Hadi
(2019), persentase pencapaian Indonesia pada TIMSS 2015 pada materi sains adalah
54% dalam kategori rendah, 15% dalam kategori sedang, 6% dalam kategori tinggi,
dan 0% dalam kategori lanjut. Setelah dilakukan hasil analisis terhadap soal evaluasi
TIMSS, ditemukan bahwa peserta didik di Indonesia masih kesulitan pada bidang
domain kognitif pengetahuan dan penerapan yang dibuktikan dengan persentase
jawaban benar pada soal dengan domain kognitif pengetahuan hanya 8% dan
persentase jawaban benar pada soal aljabar hanya 1%. Hal ini telah menunjukkan
kualitas pembelajaran sains di Indonesia masih cenderung pada kategori rendah.
Uraian data di atas menunjukkan rendahnya kualitas belajar sains di Indonesia.
Hal ini disebabkan pembelajaran yang dilakukan di kelas masih berpusat pada guru
(teacher centered) sehingga pemahaman konsep dan kemampuan inkuiri peserta didik
jarang dilatihkan (Fuadi, 2020).
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kemampuan proses sains
adalah dengan mengintegrasikan karakteristik yang dapat menunjang kemampuan
proses sains peserta didik. Karakteristik tersebut adalah pendekatan guided inquiry
bermuatan Nature of Science (NoS). Dalam pendekatan inkuiri, peserta didik
didorong untuk menggunakan metode ilmiah untuk mengenal masalah, mengajukan
pertanyaan, mengemukakan langkah - langkah penelitian, memberikan pemaparan
yang ajeg, membuat ramalan, dan penjelasan yang menunjang ramalan (Harum,
2008). Pembelajaran ini mendorong peserta didik untuk berpartisipasi secara aktif
dalam melaksanakan proses sains yang mana dalam konteks guided inquiry guru
bertugas untuk mengarahkan pertanyaan awal terhadap suatu fenomena tertentu.
Pembelajaran NoS memiliki 6 langkah utama, yaitu : (1) background
readings, (2) case study discussions, (3) inquiry lessons, (4) inquiry labs, (5)
historical studies, (6) multiple assessments (Widiana, 2013). Tahapan inquiry labs
menjadikan peserta didik layaknya ilmuwan yang menerapkan metode ilmiah untuk
memahami fenomena - fenomena yang terjadi di alam. Muatan NoS ini diintegrasikan
dalam LKPD dengan pendekatan Guided Inquiry. Sintaks dalam pendekatan Guided
Inquiry memiliki korelasi dengan indikator keterampilan proses sains yang mana
sama - sama berlandaskan metode ilmiah yang dikuatkan dengan muatan NoS.
LKPD IPA akan mendorong peserta didik terlibat aktif dalam proses
penyelidikan ilmiah untuk memecahkan suatu permasalahan. Materi IPA yang dapat
digunakan untuk mengembangkan keterampilan proses sains adalah pencemaran
lingkungan. Materi pencemaran lingkungan berisi tentang permasalahan lingkungan
yang terjadi di sekitar masyarakat, seperti pencemaran udara, pencemaran air,
pencemaran tanah, dan global warming. Dikarenakan sifat materi yang kontekstual
dan dapat dieksperimenkan, maka materi pencemaran lingkungan dapat berpotensi
meningkatkan keterampilan proses sains peserta didik. Sehubungan dengan hal
tersebut, maka fokus penelitian ini adalah pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik
(LKPD) Guided Inquiry bermuatan Nature of Science (NoS) untuk mengembangkan
keterampilan proses sains peserta didik

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, permasalahan yang dapat
diidentifikasi adalah :
1. Keterampilan proses sains merupakan hal penting yang harus dikuasai peserta
didik dalam pembelajaran IPA untuk dapat memahami hakikat IPA, namun pada
kenyataannya peserta didik masih belum menguasai keterampilan proses sains.
2. Keterampilan proses sains merupakan hal penting yang harus dikuasai guru dalam
membelajarkan IPA untuk dapat memahami hakikat IPA melalui kegiatan
praktikum, namun pada kenyataannya masih banyak guru yang jarang menerapkan
pembelajaran praktikum.
3. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kemampuan proses sains
adalah dengan mengintegrasikan karakteristik yang dapat menunjang kemampuan
proses sains peserta didikm namun pada kenyatannya pembelajaran IPA belum
mengintegrasikan karakteristik yang dapat menunjang kemampuan proses sains
peserta didik
4. Pendekatan guided inquiry bermuatan NoS merupakan inovasi yang dapat
digunakan untuk meningkatkan keterampilan proses peserta didik apabila
diintegrasikan dalam LKPD, namun pada kenyatannya belum banyak yang
mengembangkan LKPD guided inquiry bermuatan NoS.
C. Pembatasan Masalah
Permasalahan dalam penelitian ini dibatasi pada nomor 2,3, dan 4 :
1. Keterampilan proses sains merupakan hal penting yang harus dikuasai guru dalam
membelajarkan IPA untuk dapat memahami hakikat IPA melalui kegiatan
praktikum, namun pada kenyataannya masih banyak guru yang jarang menerapkan
pembelajaran praktikum.
2. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kemampuan proses sains
adalah dengan mengintegrasikan karakteristik yang dapat menunjang kemampuan
proses sains peserta didikm namun pada kenyatannya pembelajaran IPA belum
mengintegrasikan karakteristik yang dapat menunjang kemampuan proses sains
peserta didik
3. Pendekatan guided inquiry bermuatan NoS merupakan inovasi yang dapat
digunakan untuk meningkatkan keterampilan proses peserta didik apabila
diintegrasikan dalam LKPD, namun pada kenyatannya belum banyak yang
mengembangkan LKPD guided inquiry bermuatan NoS.
D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana kelayakan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) guided inquiry
bermuanat Nature of Science (NoS) untuk mengembangkan keterampilan proses
sains peserta didik?
2. Bagaimana perkembangan keterampilan proses sains peserta didik setelah
menggunakan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) guided inquiry bermuanat
Nature of Science (NoS)?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penlitian ini adalah :
1. Mengetahui kelayakan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) guided inquiry
bermuanat Nature of Science (NoS) untuk mengembangkan keterampilan proses
sains peserta didik
2. Mengetahui perkembangan keterampilan proses sains peserta didik setelah
menggunakan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) guided inquiry bermuanat
Nature of Science (NoS)
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini bermanfaat dalam memberikan sumbangan teoritis terkait
pengembangan LKPD guided inquiry bermuatan Nature of Science untuk
mengembangkan keterampilan proses sains peserta didik. Hasil penelitian dan
pengembangan ini dapat digunakan sebagai acuan penelitian berikutnya
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peserta Didik
1) Meningkatkan keterampilan proses sains peserta didik
2) Menigkatkan motivasi peserta didik
3) Meningkatkan pemahaman konsep materi pencemaran lingkungan
b. Bagi Guru
1) Memberi informasi mengenai pembelajaran IPA yang dapat mengembangkan
keterampilan proses sains peserta didik
2) Memberi informasi mengenai langkah pengembangan LKPD guided inquiry
bermuatan Nature of Science untuk mengembangkan keterampilan proses
sains peserta didik
c. Bagi Sekolah
1) Memberikan masukan untuk memperbaiki pelaksanaan pembelajaran IPA
sehingga dapan mengembangkan keterampilan proses sains peserta didik
2) Memperbaiki kualitas pembelajaran IPA
d. Bagi Peneliti
1) Melatih kemampuan dalam melakukan penelitian
2) Mengembangkan kecakapan profesionalitas sebagai calon guru IPA SMP

Anda mungkin juga menyukai