Anda di halaman 1dari 10

JPPSI: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Sains Indonesia

Volume 2, Nomor 2, Oktober 2019


ISSN: 2623-0852

ANALISIS KEBUTUHAN UNTUK PENGEMBANGAN MEDIA


PEMBELAJARAN IPA BERBASIS MIND MAPPING
I.K. Dadi, I.W. Redhana, P.P. Juniartina

Program Studi S1 Pendidikan IPA


Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

e-mail: i.ketut.dadi@undiksha.ac.id, redhana.undiksha@gmail.com,


prima.juniartina@undiksha.ac.id

Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah melakukan analisis kebutuhan untuk merancang media
pembelajaran IPA berbasis mind mapping. Analisis kebutuhan dilakukan melalui studi
literatur dan studi lapangan. Studi literatur dilakukan untuk mengumpulkan informasi
mengenai konsep materi IPA di kelas VIII semester 2. Hasil analisis konsep pada materi
cahaya dan alat optik menunjukan bahwa 44% konsep abstrak, 52% konsep konkret, dan 4%
konsep berdasarkan prinsip. Studi lapangan dilakukan untuk mengumpulkan informasi
mengenai proses pembelajaran di kelas dan media yang digunakan. Hasil analisis kebutuhan
dari 19 orang guru IPA dan 190 orang siswa di Kabupaten Buleleng khususnya di Kecamatan
Buleleng dan Kecamatan Sawan menunjukan bahwa 100% guru menyatakan media
pembelajaran IPA berbasis mind mapping itu menarik, 100% guru menginginkan perlunya
dikembangkan media pembelajaran IPA berbasis mind mapping dan 100% guru menyatakan
setuju menggunakan media pembelajaran IPA berbasis mind mapping dalam menjelaskan
konsep IPA. Hasil analisis kebutuhan siswa juga mendapatkan hasil yang tidak jauh berbeda
dengan hasil analisis kebutuhan guru, 95,3% siswa menyatakan media pembelajaran IPA
berbasis mind mapping itu menarik dan 97,4% siswa menyatakan setuju menggunakan
media pembelajaran IPA berbasis mind mapping pada kegiatan belajar di kelas. Hasil studi
literatur dan studi lapangan menunjukkan bahwa perlu dikembangkan media pembelajaran
IPA berbasis mind mapping.

Kata kunci: analisis kebutuhan, media pembelajaran IPA, mind mapping

Abstract
The purpose of this study is to conduct a needs analysis to design a mind-based science
learning media. Needs analysis is done through literature studies and field studies. Literature
study was conducted to gather information about the concept of science material in class VIII
semester 2. The results of c oncept analysis on light material and optical devices showed that
44% abstract concepts, 52% concrete concepts and 4% concepts based on principles. Field
studies are conducted to collect information about the learning process in the classroom and
the media used. The results of the needs analysis of 19 science teachers and 190 students in
Buleleng Regency, especially in Buleleng and Sawan Subdistricts shows that 100% of
teachers said mind mapping-based science learning media were interesting, 100% of
teachers wanted the need to develop mind mapping based science learning media. and
100% of teachers stated that they agreed to use mind-based science learning media in
explaining the science concept. The results of student needs analysis also get results that are
not much different from the results of the analysis of teacher needs, 95.3% of students stated
mind mapping based science learning media was interesting and 97.4% of students said they
agreed to use mind mapping-based science learning media in learning activities in the
classroom. The results of literature studies and field studies show that it is necessary to
develop mind mapping based science learning media.

Keywords: needs analysis, science learning media, mind mapping


70
Peringkat pendidikan dunia tersebut
berhubungan dengan PISA (Program for
PENDAHULUAN International Student Assessment). PISA
Pendidikan merupakan tolak ukur sendiri adalah program yang cukup
kemajuan suatu bangsa. Tujuan pendidikan disegani di seluruh dunia, dan kemungkinan
nasional menurut UU nomor 20 Sistem besar politisi dan pembuat kebijakan untuk
Pendidikan Nasional tahun 2003 adalah menilai perbedaan sistem pendidikan
mengembangkan potensi peserta didik agar diberbagai Negara. Berdasarkan hasil studi
menjadi manusia yang beriman dan PISA tahun 2015 Indonesia mendapatkan
bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, nilai membaca 397, matematika 386, dan
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, sains 403 menunjukan bahwa Indonesia
kreatif, mandiri dan menjadi warga yang menduduki peringkat 52 dari 60 Negara
demokratis serta bertanggung jawab. yang ikut serta dalam kompetisi sains.
Peningkatan mutu pendidikan merupakan Singapura masih menjadi peringkat tertinggi
komitmen untuk meningkatkan mutu bahkan Negara tetangga lainnya Thailand
sumber daya manusia sebagai modal dasar masih berada di atas Indonesia dengan
pembangunan bangsa, agar dapat sejajar peringkat 44.
dengan Negara-negara lain di dunia Peringkat dan rata-rata skor
(Depdiknas 2004). Peningkatan mutu pencapaian siswa Indonesia tersebut tidak
pendidikan merupakan salah satu usaha jauh berbeda dengan hasil tes dan survei
untuk mencapai tujuan pendidikan. dari data TIMSS (Trends In Mathematics
Menjawab tuntunan tersebut and Science Study) pada tahun 2015
pemerintah memandang perlu adanya Indonesia mendapatkan skor matematika
perbaikan dan penyempurnaan kurikulum 397 Indonesia menduduki peringkat 45 dari
pendidikan sains karena kurikulum 50 dan skor perolehan di bidang sains 397
merupakan jantungnya pendidikan Indonesia menduduki peringkat 45 dari 48
(Rosyada, 2004). Perubahan kurikulum Negara yang ikut serta dalam kompetisi
pada dasarnya bertujuan untuk matematika dan sains. Singapura tetap
menyesuaikan proses pendidikan dengan menjadi peringkat tertinggi. Sejalan dengan
tuntunan perkembangan zaman serta kondisi peringkat pendidikan Indonesia
perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi dibandingkan Negara-negara lain di dunia,
yang dilaksanakan dengan pengembangan banyak faktor yang menentukan
kurikulum. Pengembangan kurikulum keberhasilan peserta didik.
diarahkan mencapai tujuan tertentu, yang Faktor-faktor yang menentukan
bertitik tolak dari tujuan pendidikan nasional keberhasilan peserta didik mulai dari
(Hamalik, 2013). Usaha-usaha yang sarana dan prasarana sekolah, kondisi
dilakukan pemerintah untuk mencapai ekonomi orang tua, lingkungan belajar,
tujuan tersebut belum berhasil secara lingkungan keluarga, psikis dari peserta
maksimal. didik, dan peran pendidik (Kurniawan,
Masalah pendidikan di Indonesia 2016). Dari sekian banyak faktor yang
apabila ditinjau dari sisi kualitas sumber mempengaruhi keberhasilan peserta didik
daya manusia masih jauh bila dibandingkan yang paling berperan adalah pendidik
dengan Negara-negara lain. Bedasarkan dalam hal ini adalah guru. Saat ini tuntunan
data World Education Ranking yang kurikulum 2013 guru sebagai mediator serta
diterbitkan Organication for Economic sebagai fasilitator dalam pembelajaran.
Coperation and Development (OECD), Sebagai fasilitator, guru harus mampu
dalam organisasi ini menentukan peringkat menyediakan berbagai fasilitas belajar agar
Negara ditinjau dari segi membaca, siswa dengan mudah bisa memperoleh
matematika, dan sains. Bedasarkan laporan informasi (Prasetyo, 2015).
OECD, posisi pertama diraih oleh Guru sebagai fasilitator dan
Singapura, kedua Jepang, ketiga Estonia, mediator memerlukan media yang dapat
dan keempat Cina (Taipei). digunakan dalam proses pembelajaran.

71
Penggunaan media pembelajaran dalam signifikan dengan pembelajaran
proses pembelajaran juga dapat membantu powerpoint. Hasil penelitian Klentien dan
siswa meningkatkan pemahaman, Kamnungwut (2015) menyatakan bahwa
menyajikan data dengan menarik dan perhatian siswa meningkat dan mereka
terpercaya, memudahkan penafsiran data, lebih aktif dalam belajar menggunakan
dan menyimpulkan informasi (Tania dan komputer karena media dapat menampung
Fadiawati, 2015; Anwariningsih dan teks, gambar, video, animasi, audio, dan
Ernawati, 2013). Fungsi media dalam simulasi yang interaktif. Oleh karena itu,
proses pembelajaran tidak hanya sebagai perlu dilakukan suatu penelitian
media bantu guru melainkan media juga pengembangan media pembelajaran IPA
berperan dalam pembawa informasi atau berbasis berbasis mind mapping.
data yang dibutuhkan oleh siswa (Benson, Adapun tujuan penelitian ini adalah
2013). Media yang memuat gambar, video, sebagai dasar untuk merancang media
audio, animasi, dan simulasi tentunya akan pembelajaran IPA berbasis mind mapping.
melibatkan lebih banyak indera yang dapat Analisis kebutuhan dilakukan dengan studi
meningkatkan daya ingat siswa. Berbagai pendahuluan meliputi studi literatur dan
media yang digunakan serta metode dalam studi lapangan. Studi literatur dilakukan
pembelajaran dapat mempengaruhi daya dengan mencermati kurikulum di sekolah
ingat siswa. Hal ini sesuai dengan dan konsep materi IPA di kelas VIII
penelitian (Davis dan Summers, 2014) yang semester 2. Studi lapangan dilakukan
menyebutkan bahwa kemampuan daya dengan pengumpulan informasi terkait
ingat dipengaruhi oleh pemilihan media, proses pembelajaran di kelas dan media
metode, dan bahan pembelajaran yang yang digunakan.
digunakan.
Salah satu media pembelajaran METODE
yang inovatif dan dapat meningkatkan daya Penelitian ini merupakan penelitian dan
ingat siswa terhadap materi pembelajaran pengembangan atau sering disebut dengan
IPA yaitu media pembelajaran Research and Development (R&D). Model
menggunakan mind mapping. Windura yang digunakan dalam penelitian ini adalah
(2010) menyatakan bahwa mind mapping model pengembangan ADDIE yang terdiri
adalah media pembelajaran yang sering dari lima tahapan yaitu (1) Analysis, (2)
digunakan diseluruh dunia. Media ini sudah Design, (3) Development, (4)
membantu siswa di dunia untuk Implementation, and (5) Evaluation. Pada
menggunakan kemampuan otaknya berpikir penelitian pengembangan ini hanya
lebih tinggi dalam kegiatan belajar. Mind dilakukan tiga tahap saja (Analysis, Design,
mapping adalah salah satu media yang dan Development) dikarenakan penelitian
menggunakan prinsip manajemen otak pengembangan ini hanya menilai validitas,
untuk membuka seluruh potensi dan keterbacaan, dan kepraktisan produk dan
kapasitas otak yang masih tersembunyi. karena keterbatasan waktu dan biaya
Hal ini didukung oleh penelitian penelitian ini tidak sampai menilai
Nikhilkumar (2016) menunjukkan bahwa keefektifannya.
berdasarkan nilai rata-rata ujian, standar Penelitian ini merupakan penelitian
deviasi dan standar eror dari rata-rata hasil dengan model prosedural yang
kuesioner didapat bahwa teknik menunjukkan langkah-langkah dari proses
pembelajaran dengan menggunakan media pengembangan produk. Pengembangan
mind mapping lebih efektif digunakan produk dalam penelitian berbentuk media
daripada menggunakan teknik pengajaran pembelajaran IPA berbasis mind mapping
tradisional. Penelitian lainnya adalah Lilisari yang dikembangkan akan dinilai oleh ahli
et al. (2016) menyatakan bahwa media, ahli bahasa, ahli isi, uji keterbacaan
peningkatan semua aspek berpikir kreatif oleh siswa, dan uji kepraktisan oleh guru
siswa dengan menggunakan pembelajaran dan siswa.
multimedia interaktif berbeda secara

72
Data yang diperlukan dalam pembelajaran IPA yang dikembangkan.
penelitian ini adalah data kualitatif dan Selanjutnya dari hasil analisis kompetensi
kuantitatif. Data kualitatif didapat dari saran inti dan kompetensi dasar ditetapkan
dan masukan ahli dan guru. Data kuantitatif indikator pembelajaran.
didapat melalui hasil angket validasi, angket Studi literatur yang kedua dilakukan
uji keterbacaan, dan angket uji kepraktisan. dengan menganalisis konsep-konsep
Teknik analisis data yang digunakan adalah materi, dalam hal ini adalah materi cahaya
teknik perhitungan rata-rata yang dan alat optik. Analisis konsep yang
dikemukakan oleh Widoyoko (2009). dilakukan adalah analisis yang
dikembangkan oleh Herron (dalam
HASIL DAN PEMBAHASAN Tsaparlis dan Kampourakis, 2000).
Analisis kebutuhan sebagai dasar Klasifikasi konsep menurut Herron
pengembangan media pembelajaran IPA mencakup delapan klasifikasi konsep yakni,
berbasis mind mapping merupakan (1) konsep konkret, (2) konsep abstrak, (3)
kegiatan pertama dilakukan oleh peneliti konsep abstrak dengan contoh konkret, (4)
sebelum ke tahap design, dan konsep berdasarkan prinsip, (5) konsep
development. Adapun studi pendahuluan yang menyatakan simbol, (6) konsep yang
yang dilakukan oleh peneliti yaitu studi menyatakan nama proses, (7) konsep yang
literatur dan studi lapangan. menyatakan sifat dan nama atribut, dan (8)
konsep yang menyatakan ukuran atribut.
Studi Literatur Berdasarkan hasil analisis konsep pada
Studi literatur yang pertama topik cahaya dan alat optik berdasarkan
dilakukan dengan menganalisis Kompetensi klasifikasi konsep menurut Herron memiliki
Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD). Selain tiga dari delapan klasifikasi konsep yaitu (1)
itu, juga dilakukan analisis konsep-konsep konsep konkret, (2) konsep abstrak, dan (3)
materi dalam hal ini adalah materi cahaya konsep berdasarkan prinsip. Selengkapnya
dan alat optik sebagai sampel materi yang analisis konsep materi cahaya dan alat
dianalisis. Analisis kompetensi dasar dan optik disajikan pada Tabel 1 sedangkan
kompetensi inti dilakukan dengan tujuan hasil analisis konsep materi cahaya dan
untuk mendapatkan indikator pembelajaran alat optik disajikan pada Gambar 1.
yang akan dicantumkan pada media

Tabel 1
Analisis Konsep Materi Cahaya dan Alat Optik
No Konsep Definisi Konsep Jenis Konsep
1 Cahaya Cahaya adalah rambatan gelombang yang Konsep abstrak
dihasilkan oleh gabungan medan listrik dan
medan magnet (gelombang elektromagnetik)
2 Cahaya tampak Cahaya tampak adalah cahaya yang dapat Konsep abstrak
dilihat oleh mata manusia ketika semua warna
yang membentuk spektrum cahaya tampak
digabungkan
3 Bayangan Bayangan adalah perpotongan pemanjangan Konsep abstrak
dari sinar-sinar pantul yang terjadi pada cermin
dan lensa
4 Hukum Snellius Hukum Snellius adalah rumus matematika Konsep
yang memberikan hubungan antara sudut berdasarkan
datang dan sudut bias pada cahaya atau prinsip
gelombang lainnya yang melalui batas antara
dua medium isotropik berbeda, seperti udara
dan gelas
5 Cermin Cermin adalah suatu benda yang sangat halus Konsep konkret

73
No Konsep Definisi Konsep Jenis Konsep
dan mampu memantulkan cahaya
6 Cermin datar Cermin datar adalah cermin yang memiliki Konsep konkret
permukaan datar dan dibelakang kaca dilapisi
logam tipis mengkilap sehingga tidak tembus
cahaya
7 Cermin cekung Cermin cekung adalah cermin yang Konsep konkret
permukaannya melengkung ke dalam, cermin
cekung bersifat mengumpulkan cahaya
(konvergen)
8 Cermin cembung Cermin cembung adalah cermin yang Konsep konkret
permukaannya melengkung ke luar, cermin
cembung bersifat menyebarkan cahaya
(divergen)
9 Lensa Lensa adalah benda bening yang dibatasi oleh Konsep konkret
dua permukaan berdasarkan bentuk
permukaannya
10 Lensa cekung Lensa cekung adalah lensa yang bagian Konsep konkret
tengahnya lebih tipis ketimbang bagian tepinya
11 Lensa cembung Lensa cembung adalah sebuah lensa yang Konsep konkret
bagian tengahnya memiliki ketebalan lebih
daripada bagian tepinya
12 Mata Mata adalah organ penglihatan pada makhluk Konsep konkret
hidup
13 Rabun Rabun adalah gangguan pada penglihatan Konsep abstrak
yang menyebabkan objek terlihat kabur
14 Rabun jauh Rabun jauh adalah cacat mata yang tidak Konsep abstrak
(miopi) dapat melihat benda-benda yang jauh karena
lensa mata tidak dapat menjadi pipih sehingga
bayangan yang jauh terbentuk di depan retina
15 Rabun dekat Rabun dekat adalah cacat mata yang tidak Konsep abstrak
(hipermetropi) dapat melihat benda-benda yang dekat karena
lensa mata tidak dapat menjadi cembung
sehingga bayangan benda terbentuk di
belakang retina
16 Mata tua Presbiopi adalah kondisi mata yang kehilangan Konsep abstrak
(presbiopi) kemampuan fokus secara bertahap, untuk
melihat objek pada jarak dekat karena titik
dekat dan titik jauhnya telah bergeser
17 Buta warna Buta warna adalah kelainan pada mata yang Konsep abstrak
disebabkan ketidakmampuan sel-sel kerucut
mata untuk menangkap suatu warna tertentu
18 Astigmatisma Asigmatisma adalah gangguan pada mata Konsep abstrak
karena penyimpangan dalam pembentukan
bayangan pada lensa
19 Omatidium Omatidium adalah mata majemuk dari Konsep abstrak
anthropoda seperti serangga, krustasea, dan
kaki seribu
20 Lup Lup atau kaca pembesar adalah alat optik Konsep konkret
berupa lensa cembung yang digunakan untuk
melihat benda-benda kecil agar terlihat lebih
besar

74
No Konsep Definisi Konsep Jenis Konsep
21 Teropong Teropong adalah sebuah alat optik yang Konsep konkret
digunakan untuk melihat
benda-benda yang letaknya jauh agar tampak
lebih dekat dan jelas
22 Mikroskop Mikroskop adalah alat optik yang berfungsi Konsep konkret
untuk melihat benda-benda yang berukuran
sangat kecil
23 Kamera Kamera adalah alat optik yang mampu Konsep konkret
merekam suatu kejadian dalam bentuk gambar

Hasil Analisis Konsep Materi IPA Studi lapangan


Cahaya dan Alat Optik Studi lapangan dilakukan dengan
menyebarkan kuesioner secara online dan
terjun langsung ke beberapa sekolah SMP
di Kabupaten Buleleng khususnya di
Kecamatan Buleleng dan Kecamatan
Sawan. Penyebaran kuesioner secara
online menggunakan Google Form dipilih
sebagai upaya untuk mempercepat
penyebaran dengan jangkauan yang luas.
Peneliti meminta bantuan kepada teman-
teman kelas untuk menyebar link ke
beberapa sekolah di Kecamatan Buleleng
dan Kecamatan Sawan, serta terjun
langsung ke beberapa sekolah di
Kecamatan Buleleng dan Kecamatan
Sawan untuk menyebar link tersebut.
Gambar 1. Diagram hasil analisis Berikut hasil analisis kebutuhan guru dan
konsep materi IPA cahaya hasil analisis kebutuhan siswa dapat dilihat
dan alat optik pada Tabel 2 dan Tabel 3.

Tabel 2
Hasil Analisis Kebutuhan Guru
No Pernyataan Respon Guru Persentase (%)
1 Media yang biasanya digunakan Buku 57,9
dalam proses pembelajaran LKS 15,8
Papan tulis 15,8
LKS, buku, dan papan tulis 5,3
PPT, buku, dan papan tulis 5,2

2 Guru yang pernah menggunakan Pernah 100


media ICT dalam proses Tidak pernah -
pembelajaran
3 Media ICT yang digunakan dalam Powerpoint 78,9
proses pembelajaran Media flash -
Video 21,1

4 Penggunaan multimedia Interaktif Pernah 57,9


dalam proses pembelajaran Tidak pernah 42,1

75
No Pernyataan Respon Guru Persentase (%)
5 Perlunya penggunaan multimedia Perlu 100
interaktif dalam proses Tidak perlu -
pembelajaran
6 Cara guru memperoleh multimedia Membuat sendiri 5,6
interaktif Download dari internet 88,8
Disediakan dari sekolah -
Tidak ada sarana 5,6

7 Guru yang pernah mendapatkan Pernah 10,5


pelatihan pembuatan multimedia Tidak pernah 89,5
interaktif

8 Media pembelajaran berbasis mind Menarik 100


mapping merupakan media yang Tidak menarik -
menarik

9 Perlunya penggunaan media Perlu 100


pembelajaran berbasis mind Tidak perlu -
mapping digunakan dalam
menjelaskan materi IPA

10 Guru yang setuju menggunakan Setuju 100


media pembelajaran berbasis mind Tidak setuju -
mapping untuk menjelaskan materi
IPA

Tabel 3
Hasil Analisis Kebutuhan Siswa
No Pernyataan Respon Siswa Persentase (%)
1 Media yang digunakan oleh guru Buku 53,2
kepada siswa dalam proses LKS 26,8
pembelajaran Papan tulis 13,2
LKS dan papan tulis 0,6
Carta 2,1
Buku dan LKS 0,6
Buku, papan tulis, dan carta 0,6
Laptop 0,6
LCD 0,6
Buku dan papan tulis 1,1
Buku, LCD, LKS, papan tulis 0,6

2 Siswa yang pernah diajarkan Pernah 90


menggunakan media ICT dalam Tidak pernah 10
proses pembelajaran

3 Sarana yang digunakan untuk Powerpoint 66,3


menyajikan media ICT dalam Media flash 3,7
proses pembelajaran Video 28,5
LCD 0,5
Tidak ada sarana 1

76
No Pernyataan Respon Siswa Persentase (%)
4 Siswa yang pernah diajarkan Pernah 76,8
menggunakan multimedia Tidak pernah 23,2
interaktif dalam proses
pembelajaran
5 Penggunaan multimedia Ya 96,3
interaktif membantu siswa dalam Tidak 3,7
memahami konsep

6 Perlunya penggunaan Perlu 98,9


multimedia interaktif dalam Tidak perlu 1,1
proses pembelajaran

7 Siswa yang pernah diajarkan Pernah 33,2


menggunakan media Tidak pernah 66,8
pembelajaran berbasis mind
mapping

8 Media pembelajaran berbasis Menarik 95,3


mind mapping merupakan media Tidak menarik 4,7
yang menarik

9 Perlunya penggunaan media Perlu 97,4


pembelajaran berbas is mind Tidak perlu 2,6
mapping digunakan dalam
menjelaskan materi IPA
Hal ini didukung dari hasil penelitian
Hasil analis kebutuhan guru dan yang dilakukan oleh Ali (2009) bahwa
siswa terhadap media yang dilakukan produk yang dihasilkan berupa media
dengan penyebaran kuesioner kepada 19 pembelajaran sangat baik untuk
orang guru IPA dan 190 orang siswa di mendukung belajar mandiri. Penelitian
Kecamatan Buleleng dan Kecamatan lainnya adalah Nikhilkumar (2016)
Sawan menunjukkan 100% guru menunjukkan bahwa berdasarkan nilai rata-
menyatakan bahwa media pembelajaran rata ujian, standar deviasi dan standar eror
IPA berbasis mind mapping itu menarik, dari rata-rata hasil kuesioner didapat bahwa
100% guru menginginkan perlunya teknik pembelajaran dengan menggunakan
dikembangkan media pembelajaran IPA
berbasis mind mapping, dan 100% guru media mind mapping lebih efektif digunakan
menyatakan setuju menggunakan media daripada menggunakan teknik pengajaran
pembelajaran IPA berbasis mind mapping tradisional. Penelitian Lilisari et al. (2016)
dalam menjelaskan konsep IPA. Dari hasil menyatakan bahwa peningkatan semua
analisis kebutuhan siswa juga aspek berpikir kreatif siswa dengan
mendapatkan hasil yang tidak jauh berbeda menggunakan pembelajaran multimedia
dengan analisis kebutuhan guru, 95,3% interaktif berbeda secara signifikan dengan
siswa menyatakan media pembelajaran IPA pembelajaran powerpoint. Hasil penelitian
berbasis mind mapping itu menarik, dan Klentien dan Kamnungwut (2015)
97,4% siswa menyatakan setuju menyatakan bahwa perhatian siswa
menggunakan media pembelajaran IPA meningkat dan mereka lebih aktif dalam
berbasis mind mapping pada kegiatan belajar menggunakan komputer karena
belajar di kelas. media dapat menampung teks, gambar,
video, animasi, audio, dan simulasi yang

77
interaktif. Leow dan Neo (2014) belajar di kelas. Dapat disimpulkan dari
menemukan dari hasil survei terhadap hasil studi literatur dan studi lapangan
penggunaan multimedia didapat bahwa bahwa memang perlu dikembangkan media
87,1% dari siswa setuju bahwa video telah pembelajaran IPA berbasis mind mapping.
membantu mereka untuk mendapatkan Sebagai tindak lanjut dari hasil
informasi yang lebih realistis. 77,4% siswa penelitian ini, maka dikemukakan saran
setuju bahwa penggunaan media dapat yaitu analisis konsep hendaknya dianalisis
memperdalam pemahaman mereka. Hasil pada semua materi IPA di kelas VIII
tersebut menunjukkan bahwa unsur-unsur semester 2. Hal ini dilakukan untuk
pada multimedia seperti video atau gerak mengetahui konsep-konsep abstrak yang
grafis dapat memberikan informasi lebih perlu dikaji lebih lanjut sehingga konsep-
rinci. Mengintegrasikan berbagai media ke konsep abstrak tersebut dapat disajikan
dalam pembelajaran sangat penting untuk dengan menggunakan media pembelajaran
meningkatkan hasil belajar siswa serta sebagai upaya untuk memudahkan dalam
meningkatkan keterampilan mengajar guru menguasai materi. Analisis kebutuhan
itu sendiri (Ghavifekr et al., 2014) terhadap guru dan siswa hendaknya
Penggunaan komputer yang merujuk pada dilakukan di sekolah di Kabupaten Buleleng
multimedia interaktif dalam pembelajaran sehingga dari data yang didapatkan
secara langsung sangat penting dalam kemudian dapat dikembangkannya media
meningkatkan kualitas, aksesbilitas, dan pembelajaran IPA berbasis mind mapping
efesiensi biaya untuk mencapai tujuan yang yang disesuikan pada kondisi sekolah dan
diharapkan (Ghavifekr dan Rosdy, 2015). karakteristik siswa yang berbeda.
Karena kekuatan kolaborasi dan
komunikasi antara siswa dengan guru DAFTAR PUSTAKA
adalah dua faktor dasar dalam motivasi Ali, M. 2009. “Pengembangan Media
belajar (Vero dan Puka, 2017). Dari hasil Pembelajaran Interaktif Mata Kuliah
studi literatur, studi lapangan, dan hasil Medan Elektromagnetik”. Jurnal
penelitian yang dilakukan memang perlu Edukasi Elektro Vol. 5, No 1, Maret
dikembangkan media pembelajaran IPA 2009, hlm. 11-18.
berbasis mind mapping. Anwariningsih, S. H. 2013. Development of
interactive Media for ICT Learning at
SIMPULAN DAN SARAN Elementary School Based on
Berdasarkan hasil analisis Student Self Learning, 7(154), 121-
kebutuhan sebagai dasar pengembangan 128.
media pembelajaran IPA berbasis mind Benson, A., & Odera, F. 2013. Selection
mapping dapat disimpulkan bahwa hasil and use of Media in Teaching
analisis terhadap konsep materi IPA kelas Kiswahili Language in Secondary
VIII semester 2 pada topik Cahaya dan Alat School in Kenya. International
Optik berdasarkan klasifikasi konsep Journal of Information and
menurut Herron memiliki tiga dari delapan Communication Technology, 3(1),
klasifikasi konsep yaitu (1) konsep konkret 12-18.
52%, (2) konsep abstrak 44%, dan (3) Davis, B., & Summers, M. 2015. Applying
konsep berdasarkan prinsip 4%. Dan hasil Dale’s Cone of Experience to
analisis kebutuhan guru dan siswa dari 19 increase learning and retention: A
orang guru IPA dan 190 orang siswa di study of student learning in a
Kabupaten Buleleng khususnya di foundational leadership course.
Kecamatan Buleleng dan Kecamatan QScience Proceedings, 2015(4),6.
Sawan menunjukkan 100% guru Ghavifekr, S., Ahmad, Z. A. R. M. F. A.
menginginkan perlunya dikembangkan Ghani, Ran, N. Y. meixi, Y., &
media pembelajaran IPA berbasis mind Tengyue, Z. 2014. ICT Integration In
mapping dan 97,4% siswa menyatakan Education: Incorporation for
setuju menggunakan media pembelajaran Teaching & Learning Improvement.
IPA berbasis mind mapping pada kegiatan
78
Malaysian Online Journal of Mahasiswa Magister Pendidikan
Education Technology, 2(2), 24-54. Sains Program Pascasarjana
Ghavifekr, S., Athirah, W., & Rosdy, W. Universitas Negeri Surakarta, 14
2015. Teaching and Learning with Juni 2012.
Technology: Effectiveness of ICT Rosyada, D. 2004. Paradigma Pendidikan
Integration in School. International Demokratis. Jakarta: Prenada Media
Journal of Research in Education Rusdi. 2018. Penelitian Desain dan
and Scince (IJRES) International pengembangan Kependidikan:
Journal of Research in Education Konsep, Prosedur dan Sintesis
and Science E, 1(2), 175-191. Pengetahuan Baru. Depok: Raja
Hamalik, O. 2013. Kurikulum dan Grafindo Persada.
Pembelajaran. Jakarta: Bumi Tania, L., & Fadiawati, N. 2015. The
Aksara Development of interactive- book
IEA’s Trends in International Mathematics based chemistry representations
and Science Study. 2016. Match referred to the curriculum of 2013.
Student Achivement Infographic Jurnal pendidikan IPA Indonesia,
Grade 4. TIMSS 2015. 4(2), 164-169.
Klentien, U., & Kamnungwut, W. 2015. Tsaparlis, G., & Kampourakis, C. 2000. An
The Impact of Using Elektronic Integrated Physical-Science
Media in English Teaching (Physics AndChemistry)
for Elementary and Indtroduction For Lower-Secondary
Secondary Students in Thailand. Level (Grade 7) Chemical Education
International Journal of in Europe: Curricula and Policies,
information and Education 1(2), 281-294.
Technology, 5(8), 582-586. Undang-undang No. 20 Tahun 2003
Leow, F., & Neo, M. 2014. Interactive tentang Sistem Pendidikan
Multimedia Learning: Innovating Nasional, 2003. Jakarta.
Classromm Education in a Malaysia Vero, E., & Puka, E. 2017. The Importance
University. TOJET: The Turkish of Motivation in an Educational
Online Journal of Educational Environment L’importanza della
Technology, 13(2). INTI motivazione in un ambiente
International University: Malaysia. educativo. Formazione &
Lilisari, S. S., & Hana, M, N. 2016. insegnamento XV, 57-66.
Students Creative Thinking Widoyoko, E. P. 2009. Evaluasi Panduan
Enhancement Using Interactive Pembelajaran: Panduan Praktis
Multimedia of Redox Reaction Bagi Pendidikan dan Calon
Creative Thinking Enhancement, 30- Pendidiki. Yogyakarta: Pustaka
34. Pelajar.
Nikhilkumar, D. P. 2016. Effectiveness of Widura, S. 2010. Mind Map Langkah Demi
Teaching through Mind Mapping Langkah. Yogyakarta: Gramedia.
Technique. The International Journal
of Indian Psychology, 3 (3). Pasific
Academy of Higher Education and
Research University: Udaipur,
Rajasthan.
OECD. 2015. PISA 2015: Results in focus.
Pisa 2015, (67), 16.
Prasetyo, Z. K. 2015. “Research and
Development: Pengembangan
Berbasis Penelitian”. Makalah
disajikan dalam kuliah umum pada
Dosen Pembimbing Tesis dan

79

Anda mungkin juga menyukai