Anda di halaman 1dari 23

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI OPERASI

HITUNG CAMPURAN MELALUI MEDIA PATUNG PADA SISWA

KELAS IV SDI YPI BINTARO PESANGGRAHAN

1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu kebutuhan penting untuk meningkatkan


kualitas sumber daya manusia. Hal tersebut juga telah dicantumkan dalam
Undang Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional pada Pasal 1 disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara.
Menurut Purwanto (2014:39) belajar merupakan proses dalam diri
individu yang berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan
dalam perilakunya. Belajar adalah aktivitas mental/psikis yang berlangsung
dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-
perubahan dalam pengetahuan, keterampilan dan sikap. Tujuan pendidikan
tersebut dapat tercapai apabila guru mampu mewujudkan suatu proses belajar
mengajar yang baik. Guru harus mampu mengetahui karakteriktistik siswa
dan juga materi yang akan disampaikan. Salah satu mata pelajaran yang
siswanya sering mengalami kesulitan yaitu matematika. Hal tersebut
dikarenakan siswa merasa tidak mampu berpikir secara abstrak, selain itu
guru tidak menampilkan media-media yang dapat membantu siswa
memahami materi.
Pelajaran matematika merupakan pelajaran berhitung yang dirasakan
sulit oleh sebagian besar siswa. Data di sekolah menunjukkan bahwa nilai

1
rata-rata matematika kelas IV lebih rendah dibandingkan dengan pelajaran
yang lain misal bahasa indonesia, IPA, IPS.
Tabel 1. Nilai rata-rata mata pelajaran siswa SDI YPI Bintaro
Pesanggrahan

No Mata Pelajaran Nilai Rata-Rata


1 Matematika 63
2 Bahasa Indonesia 75
3 IPA 73
4 IPS 80

Kesulitan siswa pada mata pelajaran matematika terletak pada


materi operasi hitung campuran. Data hasil ulangan harian siswa kelas IV
SDI YPI Bintaro Pesanggrahan menunjukkan dari 14 siswa, terdapat 4 siswa
yang memenuhi KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) dan 10 siswa lainnya
mendapatkan nilai kurang dari KKM. Nilai KKM dari mata pelajaran
matematika adalah 70.
Tabel 2. Hasil ulangan harian siswa kelas IV SDI YPI Bintaro Pesanggrahan
Keterangan Jumlah Siswa Persentase (%)
Nilai dibawah KKM 4 28,6%
Nilai diatas KKM 10 71,4%

Hasil belajar siswa yang kurang pada materi operasi hitung


campuran di kelas IV diakibatkan oleh kelemahan guru dan siswa.
Kelemahan guru tersebut adalah kurangnya kemampuan untuk menarik
perhatian siswa, kurangnya kemampuan untuk menciptakan suasana kelas
yang kondusif dan kurangnya kemampuan untuk menciptakan media-media
pembelajaran yang inovatif. Sebaliknya kelemahan siswa adalah kesulitan
memahami materi pemelajaran dan cepat bosan dalam menerima materi.
Media pembelajaran PATUNG (Papan Berhitung) dapat menjadi
alternatif dalam membantu guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada
materi operasi hitung campuran. Media PATUNG membantu partisipasi aktif
siswa dalam pembelajaran, hal itu diharapkan dapat meningkatnya hasil

2
belajar siswa. Media pembelajaran PATUNG adalah media visual dan
merupakan media grafis yang berfungsi untuk menyalurkan pesan dari
pengirim kepada penerima. Media PATUNG adalah singkatan dari “Papan
Hitung” media ini berbentuk papan yang dapat digunakan untuk melakukan
perhitungan operasi bilangan dan dilengkapi oleh soal-soal latihan. Media
PATUNG ini menekankan pada pengulangan kalimat yang terdapat pada
media. Kalimat pada media tersebut dibacakan oleh siswa sebelum
menyelesaikan soal yang disediakan oleh guru. Setelah membacakan kalimat
yang tertera pada papan berhitung, siswa mengerjakan soal yang disediakan
oleh guru di media papan berhitung tersebut. Kemudian soal dibahas
bersama-sama oleh guru dan siswa.
Secara bahasa media berasal dari bahasa Yunani yaitu
‘medium’. Menurut Heinich, dan kawan kawan (1982) dalam Arsyad (2013:3)
mengemukakan istilah medium sebagai perantara yang mengantar informasi
antara sumber dan penerima. Pendapat itu menenkankan bahwa medium atau
media merupakan alat bantu yang digunakan untuk mempermudah pesan
yang disampaikan untuk diterima. Sementara menurut Arsyad (2013:3) media
dalam proses belajar mengajar cendrung diartikan sebagai alat-alat grafis,
photografis atau electronis untuk menangkap, memproses dan menyusun
kembali informasi visual atau verbal. Pengertian dari Arsyad menekankan
media adalah alat yang digunakan untuk menyusun kembali informasi visual
atau verbal yang memudahkan siswa menerima pesan. Media menjadi alat
bantu yang digunakan untuk menyampaikan informasi. Mempermudah
peserta didik dalam menyerap informasi yang disampaikan oleh guru.
Berdasarkan definisi media menurut ahli di atas, dapat dikatakan
bahwa media memberikan manfaat, yaitu mempermudah siswa dalam
menerima pesan yang disampaikan oleh guru. Lebih lanjut media
pembelajaran dapat meningkatkan motivasi, perhatian dan minat siswa dalam
belajar
Berdasarkan pembahasan di atas maka, untuk mengatasi masalah
belajar anak peneliti mencoba untuk menyelesaikan
masalahnya. Penyelesaian masalah tersebut dilakukan peneliti dengan cara

3
menerapkan media PATUNG dalam pembelajaran. Selanjutnya untuk melihat
hasil dari implementasi media PATUNG peneliti merumuskan membuat
Penelitian Tindakan Kelas dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar
Matematika Materi Operasi Hitung Campuran Melalui Media PATUNG Pada
Siswa Kelas IV SDI YPI Bintaro Pesanggrahan”.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan


pembatasan masalah, maka peneliti dapat merumuskan masalah sebagai berikut:
Apakah penerapan media pembelajaran PATUNG pada materi operasi hitung
campuran dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDI YPI Bintaro
Pesanggrahan?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan peneliti, maka


tujuan dari PTK;

1. Secara umum yang menjadi tujuan dalam PTK ini adalah untuk meningkatkan
sikap profesionalitas guru dan meningkatkan kualitas pembelajaran di SDI YPI
Bintaro Pesanggrahan sehingga dapat memiliki nilai akademik yang baik.

2. Secara khusus penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk mengetahui apakah
penerapan media pembelajaran PATUNG pada materi operasi hitung campuran
dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDI YPI Bintaro Pesanggrahan.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:


1. Bagi Sekolah; Memberikan kontribusi yang baik mengenai media-media
pembelajaran yang inovatif dalam rangka peningkatan kualitas dan hasil
pembelajaran di sekolah.
2. Bagi Guru; Mengetahui media-media pembelajaran yang menarik dan
menyenangkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa, serta profesionalitas guru
juga akan semakin meningkat.

4
3. Bagi Siswa; Membiasakan siswa untuk belajar aktif dan juga siswa mampu
meningkatkan kemampuan berhitung yang secara otomatis akan
dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika.

5
LANDASAN TEORI

1. Belajar
Skinner dalam Walgito (2009:166) memberikan definisi belajar
“Learning is a process of progressive behavior adaptation”. Dari definisi tersebut
dapat dikemukakan bahwa belajar itu merupakan suatu proses adaptasi perilaku
yang bersifat progersif. Ini berarti bahwa sebagai akibat dari belajar adanya sifat
progresivitas, adanya tendensi ke arah yang lebih sempurna atau lebih baik dari
keadaan sebelumnya. Sementara Mc Geoch dalam Walgito (2009:167)
memberikan definisi mengenai belajar “Learning is a change in performance as a
result of practice”. Ini berarti bahwa belajar membawa perubahan
dalam performance, dan perubahan itu sebagai akibat dari latihan (practice).
Pengertian latihan atau practice mengandung arti bahwa adanya usaha dari
individu yang belajar.
Piaget dalam Dimyati dan Mudjiono (2009:13) berpendapat pengetahuan
dibentuk oleh individu. Sebab individu melakukan interaksi terus menerus dengan
lingkungan. Lingkungan tersebut mengalami perubahan. Dengan adanya interaksi
dengan lingkungan maka fungsi intelek semakin berkembang. Selain itu Morgan,
dkk. memberikan definisi mengenai belajar “Learning can be defined as any
relatively permanent change in behavior which occurs as a result of practice or
experience ”. Hal yang muncul dalam definisi ini ialah bahwa perubahan perilaku
atau performance itu relatif permanen (Walgito, 2009:167). Di samping itu juga
dikemukakan bahwa perubahan perilaku itu sebagai akibat belajar karena latihan
(practice) atau karena pengalaman (experience).
Berdasarkan berbagai pengertian belajar yang telah dikemukakan oleh
beberapa ahli maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses untuk
memperoleh perubahan perilaku sebagai hasil dari latihan atau pengalaman dari
seseorang.

2. Hasil Belajar
Hasil belajar juga merupakan suatu komponen yang sangat penting bagi
pembelajaran. Hasil belajar menjadi variabel dependen atau variabel yang

6
dipengaruhi. Artinya bahwa hasil belajar merupakan hasil dari sebuah tindakan
yang diberikan dalam proses pembelajaran. Menurut Dimyati dan Mudjiono
(2009:3) hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan
tindak mengajar. Pendapat tersebut menekankan bahwa hasil belajar berasal dari
suatu interaksi. Interaksi adalah komunikasi anatar guru dan peserta didik. Dari
sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar.
Sedangkan menurut Suprijono (2009:5) hasil belajar adalah pola-pola
perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan
ketrampilan. Hal ini berarti hasil belajar merupakan cerminan siswa pada saat
melakukan proses pembelajaran. Cerminan ini merupakan akibat dari terjadinya
suatu proses interaksi anatar guru dan murid yang disebut dengan proses
pembelajaran.
Bersasarkan berbagai pengertian hasil belajar di atas maka dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh seseorang
setelah melakukan proses pembelajaran dengan cara mengevaluasi untuk
mengetahui tercapai tidaknya suatu tujuan pembelajaran.
Terdapat beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat
digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu: (Slameto, 2010:54)
a. Faktor Intern
Faktor intern yaitu faktor yang ada dalam diri individu yang sedang
belajar. Dalam faktor intern terdapat tiga faktor penting yaitu: faktor jasmaniah,
faktor psikologis, dan faktor kelelahan. Faktor jasmaniah meliputi faktor
kesehatan dan cacat tubuh. Faktor psikologis sekurang-kurangnya ada tujuh faktor
yaitu: inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan juga kesiapan.
b. Faktor Ekstern
Faktor Ekstern yaitu faktor yang ada di luar individu. Faktor ekstern
dikelompokkan menjadi 3 faktor, yaitu: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor
masyarakat.
Faktor keluarga memberikan berbagai macam interaksi yang memberikan
pengaruh kepada siswa, berupa: cara orang tua mendidik, relasi antara anggota
keluarga, suasana rumah tangga, dan keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang
tua, latar belakang kebudayaan. Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini

7
mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa
dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran,waktu sekolah, standar pelajaran di
atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah. Sedangkan dalam
faktor masyarakat meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman
bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan terdapat dua faktor yang
mempengaruhi belajar yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern
meliputi jasmaniah, sikologis, dan kelelahan sedangkan faktor ekstern meliputi
keluarga, sekolah dan masyarakat.

3. Operasi Hitung Campuran


Operasi hitung campuran bilangan bulat merupakan materi pokok dari
kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) SD. Mata pelajaran
matematika operasi hitung campuran terdapat pada kelas 4 dengan SK 1 yaitu
memahami dan menggunakan sifat-sifat operasi hitung bilangan dalam
pemecahan masalah dan KD 1.4 yaitu melakukan operasi hitung bilangan
campuran. Materi tersebut merupakan lanjutan dari materi penjumlahan,
pengurangan, perkalian dan pembagian yang telah mulai dipelajari sejak kelas
2 yang terdapat pada SK 1 dengan KD 1.4 yaitu melakukan penjumlahan dan
pengurangan bilangan sampai 500. Prasyarat materi yang harus dikuasai siswa
sebelum mempelajari materi operasi hitung campuran adalah operasi hitung dasar
dan pemahaman tentang bilangan bulat (positif dan negatif). Beberapa kendala
yang sering ditemukan dalam mengajarkan operasi hitung campuran adalah materi
prasyarat yang dikuasai siswa masih lemah. Di samping itu pula, masih banyak
siswa yang tidak mengerti mana yang harus didahulukan dalam penghitungan
hitung campuran.
Kompetensi yang dituntut dalam mempelajari operasi hitung campuran
bilangan bulat adalah siswa dapat melakukan operasi hitung campuran bilangan
bulat dan memecahkan masalah sehari-hari yang berkaitan dengan operasi hitung
campuran bilangan bulat. Kompetensi ini sering tidak tercapai karena siswa tidak
memahami teori dasar melakukan operasi hitung campuran, serta karena
lemahnya pada operasi hitung dasar dan kurangnya ketelitian siswa terhadap

8
tanda bilangan dan tanda operasinya. Selain itu siswa juga kurang memeahami
sifat-sifat pengerjaan operasi hitung campuran. Adapun sifat-sifat operasi hitung
campuran sebagai berikut: a) Operasi penjumlahan (+) dan pengurangan (-) sama
kuat, artinya operasi yang terletak di sebelah kiri dikerjakan terlebih
dahulu. b) Operasi perkalian (x) dan pembagian (:) sama kuat, artinya operasi
yang terletak di sebelah kiri dikerjakan terlebih dahulu. c) Operasi perkalian (x)
dan pembagian (:) lebih kuat dari pada operasi penjumlahan (+) dan pengurangan
(-), artinya operasi perkalian (x) dan pembagian (:) dikerjakan terlebih dahulu dari
pada operasi penjumlahan (+) dan pengurangan (-).
Untuk mencapai tujuan belajar pada materi operasi hitung campuran
maka proses belajar mengajar di dalam kelas harus berlangsung secara aktif bagi
siswa. Berdasarkan paradigma kontruktivisme Rusman (2015:51) menjelaskan
bahwa belajar adalah kegiatan aktif siswa untuk membangun pengetahuannya.
Siswa belajar dengan aktif untuk menemukan solusi dari permasalahan yang
dipelajari. Belajar dengan malakukan secara mandiri dan guru hanya sebagai
fasilitator yang memfasilitasi siswa untuk dapat secara aktif menemukan
pengetahuan.

4. Media Pembelajaran
Menurut Heinich, dkk (1993) dalam Hernawan, dkk (2007:3) Media
merupakan alat saluran komunikasi, yang berasal dari bahasa Latin yang
merupakan bentuk jamak dari kata “medium” yang berarti “perantara” yaitu
perantara sumber pesan dengan penerima pesan. Media merupakan salah satu
komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju
komunikan menurut Criticos (1996) dalam Daryanto (2012:4)
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa media
pembelajaran adalah alat atau sarana untuk berkomunikasi dengan siswa dalam
proses pembelajaran yang digunakan untuk menyalurkan pesan sehingga dapat
merangsang siswa untuk belajar.
Jenis-jenis media pembelajaran menurut Hernawan, dkk (2007:22-34)
adalah sebagai berikut:
a. Media Visual

9
Media visual adalah media yang hanya dapat dilihat dengan
menggunakan indera penglihatan.
1) Media Visual yang Diproyeksikan
Media visual yang diproyeksikan adalah media yang menggunakan alat
proyeksi (projector) sehingga gambar atau tulisan nampak pada
layar (screen).
2) Media Visual Tidak Diproyeksikan
Media visual yang tidak diproyeksikan adalah media visual yang
ditampilkan tanpa alat proyeksi (projector) sehingga gambar ditampilkan
secara langsung, seperti:
a) Gambar Fotografik
Gambar fotografik adalah gambar diam/mati (still picture), misalnya
gambar tentang manusia, binatang, tempat, atau objek lainnya yang ada
kaitannya dengan isi/ bahan pembelajaran yang akan disampaikan kepada
siswa.
b) Grafis
Media grafis adalah media pandang dua dimensi (bukan fotografik) yang
didalamnya terdapat unsur gambar dan tulisan yang dirancang secara
khusus untuk mengkomunikasikan pesan pembelajaran.
c) Media Tiga Dimensi
Media tiga dibagi menjadi tidua jenis, yaitu media realita dan media
model. Media realita merupakan model atau objek langsung dari benda
nyata, sedangkan media model merupakan tiruan dari objek nyata.

b. Media Audio
Media audio adalah media yang mengandung pesan dalam bentuk
auditif (hanya dapat didengar) yang dapat merangsang pikiran, perasaan,
perhatian, dan kemauan para siswa untuk mempelajari bahan ajar.
c. Media Audio-Visual
Media Audio-Visual merupakan kombinasi audio dan visual yang biasa
disebut media pandang dengar. Kriteria umum pemilihan media menurut
Hernawan, dkk (2007:64-66) adalah sebagai berikut: 1) kesesuaian dengan tujuan
(instructional goals), 2) kesesuaian dengan materi pembelajaran, 3) kesesuaian
dengan karakteristik siswa, 4) kesesuaian dengan teori, 5) kesesuaian dengan gaya
belajar siswa, 6) kesesuaian dengan lingkungan.

10
Suatu media pengajaran tentunya terdapat nilai praktisnya. Menurut Nana
Sudjana (1991) dalam Djamarah dan Zain (2010:135) mengemukakan nilai-nilai
praktis media pengajaran adalah; 1) Dengan media dapat meletakkan dasar-dasar
yang nyata untuk berpikir. 2) Dengan media dapat memperbesar minat dan
perhatian siswa untuk belajar. 3) Dengan media dapat meletakkan dasar untuk
perkembangan belajar sehingga hasil belajar bertambah mantap. 4) Memberikan
pengalaman yang nyata dan dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiripada
setiap siswa. 5)Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan berkesinambungan. 6)
Membantu tumbuhnya pemikiran dan memantu berkembangnya kemampuan
berbahasa. 7) Memberikan pengalaman yang tak mudah diperoleh dengan cara
lain serta membantu berkembangnya efisiensi dan pengalaman belajar yang lebih
sempurna. 8) Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya, sehingga dapat lebih
dipahami oleh para siswa dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran
lebih baik.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
beberapa macam kriteria atau pertimbangan dalam pemilihan sebuah media.
Pemilihan media tidak semata-mata hanya seberapa menarik media tersebut, tetapi
juga melihat pertimbangan-pertimbangan lain sehingga media tersebut dapat
digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran dan tujuan pembelajaran itu sendiri
dapat tercapai.

5. Media PATUNG (Papan Berhitung)


Sebuah penelitian menunjukan bahwa penggunaan media papan mampu
meningkatkan hasil belajar siswa. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Marifah
Hermin yang menyatakan bahwa Media pembelajaran papan napier memiliki
dampak positif dalam meningkatkan hasil belajar siswa materi operasi hitung
perkalian bagi kelas III SD Dapuan Surabaya. Hal tersebut diketahui dengan
adanya peningkatan yang sangat baik dengan diperoleh presentase nilai aktivitas
guru dalam proses pembelajaran pada siklus I 67,64% dan pada siklus II 89,21%,
presentase nilai aktivitas siswa pada proses pembelajaran pada siklus I 70,00%
dan pada siklus II 89,94%, serta ketuntasan belajar siswa secara klasikal, yaitu

11
siklus I (65,00%) dengan rata-rata 64,75 dan siklus II (85,00%) dengan rata-rata
81,35.
Menurut Marifah media papan napier yang digunakan peneliti dalam
penelitian tersebut merupakan modifikasi dari teknik perkalian napier yang
diwujudkan ke dalam bentuk media yang berupa papan visual yaitu papan tulis
putih atau whiteboard yang terbuat dari papan kayu triplek. Papan napier adalah
papan tulis putih yang terdapat susunan atau pola yang sama dengan teknik
perkalian napier yaitu dengan menuliskan semua hasil perkalian dua bilangan
pada susunan kotak yang memiliki garis diagonal/garis miring.
Media PATUNG atau media papan berhitung merupakan media visual
dan termasuk media grafis yang berbentuk papan. Sebagaimana halnya media
yang lain media PATUNG berfungsi untuk menyalurkan pesan dari sumber ke
penerima pesan. Pesan yang dituangkan dalam bentuk grafis. Media papan hitung
adalah media papan dua dimensi yang berbentuk persegi panjang. Mempunyai
panjang 100 cm dengan lebar 70 cm. Pada papan tersebut terdapat penjelasan cara
melakukan operasi hitung campuran. Lebih lanjut dalam media tersebut juga
terdapat kolom soal dan kolom untuk mengerjakan soal tersebut.
Media PATUNG ini menekankan pada pengulangan kalimat yang
terdapat pada media tersebut yang dibacakan oleh siswa sebelum menyelesaikan
soal yang disediakan oleh guru. Setelah membacakan kalimat yang tertera pada
papan berhitung, siswa mengerjakan soal yang disediakan oleh guru di media
papan berhitung tersebut. Kemudian soal dibahas bersama-sama oleh guru dan
siswa. Pengulangan terus – menerus pada materi yang dibacakan oleh salah satu
siswa akan membuat siswa yang lain lebih ingat tentang materi yang disampaikan,
dan penyampaian materi oleh teman sebaya akan lebih mudah dipahami oleh
siswa tersebut.
Papan napier sebagai media pembelajaran mempunyai kesamaan dengan
media PATUNG yang peneliti gunakan, dimana media papan napier adalah media
yang terbuat dari papan yang ditunjukan kepada siswa untuk meningkatkan fokus
siswa dalam menjawab soal-soal yang diberikan guru. Sama dengan media napier,
media PATUNG juga terbuat dari papan. Kesamaan lain ada pada fungsinya

12
dimana kedua media ini berfungsi untuk membantu siswa menghitung secara
langsung pada papan media.
Penerapan media PATUNG akan menjadikan pembelajaran mudah
dipahami oleh siswa. Dengan mendemostrasikan cara mengerjakan soal-soal
materi operasi bitung campuran. Melalui media PATUNG siswa dapat melihat
secara nyata bagaimana sebuah soal dapat dikerjakan atau diperoleh solusi
penyelesaiannya. Dengan beberapa siswa yang mengerjakan soal didepan kelas
dengan menggunakan media PATUNG maka siswa akan secara aktif mencoba
untuk mengerjakannya. Lebih lanjut suasana kelas akan menjadi lebih kondusif
karena perhatian siswa tertuju pada materi pelajaran dengan menggunakan media
PATUNG.

6. Kerangka Berpikir
Hasil belajar yang baik,
idealnya tercapai karena proses
belajar mengajar berlangsung
dengan baik pula. Sehingga tercapai
tujuan dari proses belajar yang telah
ditetapkan. Namun dalam sebuah
kelas yang terdapat di SDI YPI
Bintaro Pesanggrahan khusunya di kelas 4, pada mata pelajaran matematika
dengan materi pembelajaran operasi hitung campuran tujuan pembelajaran
tersebut tidak tercapai, hal tersebut ditandai dengan nilai pelajaran pada mata
pelajaran matematika yang lebih rendah dibandingkan mata pelajaran lainnya.
Lebih lanjut nilai ulangan siswa kelas 4 SDI YPI Bintaro Pesanggrahan juga
menunjukan rata-rata nilai yang belum mencapai KKM.
Rendahnya hasil belajar pada siswa kelas 4 SDI YPI Bintaro
Pesanggrahan diakibatkan oleh prsoses pembelajaran yang dilakukan oleh guru
tidak menggunakan media pembelajaran dalam pembelajaran matematika materi
operasi hitung campuran. Solusi untuk mengatasi masalah tersebut yaitu peneliti
melakukan PTK dengan dua siklus. Pada siklus pertama akan diberikan tindakan

13
yaitu guru menggunakan media PATUNG pada pembelajaran matematika materi
operasi hitung campuran. Setelah tindakan dilakukan selanjutnya peneliti
mengamati hasil belajar dengan penggunaan treatmean tersebut. Jika hasil
tersebut belum mencapai target peningkatan yang ditetapkan maka
dilakukan treatmeant atau tindakan pada siklus yang kedua yaitu dengan guru
menggunakan media PATUNG dalam pembelajaran materi operasi hitung
campuran. Dari hasil siklus tersebut diharapkan terjadi peningkatan siknifikan
pada hasil belajar siswa. Artinya bahwa penerapan media PATUNG dapat
meningkatkan hasil belajar matematika materi operasi hitung campuran siswa
kelas IV SDI YPI Bintaro Pesanggrahan

METODOLOGI PENELITIAN

1. Setting Penelitian
a. Subjek Penelitian

14
Subjek yang akan diteliti dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah siswa
kelas IV SDI YPI Bintaro Pesanggrahan yang berjumlah 14 siswa.
b. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di kelas IV SDI YPI Bintaro Pesanggrahan
yang beralamat Jakarta Selatan.
c. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan selama 2 minggu, yaitu pada tanggal 8
Februari 2020 sampai dengan tanggal 20 Februari 2020.

2. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian adalah langkah-langkah atau cara yang harus
dilakukan secara teratur dan sistematis oleh peneliti untuk mencapai tujuan-tujuan
penelitiannya. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan dalam bentuk siklus yang
berulang yang di dalamnya terdapat empat tahapan utama yaitu: (a) perencanaan,
(b) tindakan, (c) pengamatan, dan (d) refleksi.
Perencanaan adalah kegiatan yang dilakukan untuk membuat rencana
yang akan dijadikan acuan dalam melakukan tindakan. Pelaksanaan tindakan
adalah aktifitas yang dilakukan oleh guru berdasarkan pada rancangan atau
rencana yang telah disusun. Pengamatan adalah tindakan yang dilakukan guru
untuk mengamati dan mencatat hal-hal yang diperlukan dan terjadi dalam proses
pelaksanaan tindakan berlangsung. Refleksi adalah proses untuk melihat kembali
atau mengulas kembali tentang perubahan yang terjadi pada proses tindakan yang
telah dilakukan. Untuk lebih jelasnya digambarkan pada gamabr berikut ini:

15
a) Sikuls 1
1) Perencanaan tindakan I

Agar pelaksanaan tindakan dapat berjalan dengan lancar serta perubahan


akibat tindakan dapat direkam dengan baik maka dalam perencanaan ini harus
disiapkan dengan lengkap. Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:

a) Merancang program pelaksanaan pembelajaran yang konsisten dengan


metode atau model yang akan dilakukan (RPP).
b) Menyusun lembar observasi aktivitas siswa.
c) Merancang dan menyiapkan media atau alat pelajaran yang akan
digunakan.
d) Menyusun instrumen evaluasi dan uji instrumen.

2) Pelaksanaan tindakan I

Pada tahapan ini rancangan strategi dan skenario penerapan pembelajaran


akan diterapkan. Kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan RPP yang telah
disusun.

3) Pengamatan/Pengumpulan data I

Tahapan ini terkait dengan pelaksanaan tindakan kelas. Kegiatan ini dengan
menggunakan lembar observasi yang meliputi aktivitas siswa serta hasil belajar.

16
4) Refleksi I

Tahapan refleksi ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh


tindakan yang telah dilakukan pada setiap siklus, berdasar data yang telah
terkumpul, dan kemudian melakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan
yang berikutnya. Kegiatan yang dilakukan adalah analisis dan penilaian terhadap
hasil pengamatan atas tindakan yang telah dilakukan. Hasil refleksi digunakan
untuk dasar perbaikan dalam menyusun perencanaan pada siklus berikutnya.

b. Siklus 2

1) Perencanaan tindakan II

Agar pelaksanaan tindakan dapat berjalan dengan lancar serta perubahan


akibat tindakan dapat direkam dengan baik maka dalam perencanaan ini harus
disiapkan dengan lengkap. Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:

a) Merancang program pelaksanaan pembelajaran yang konsisten dengan metode


atau model yang akan dilakukan (RPP).
b) Menyusun lembar observasi akivitas siswa.
c) Merancang dan menyiapkan media atau alat pelajaran yang akan digunakan.
d) Menyusun instrumen evaluasi dan uji instrumen.

2) Pelaksanaan tindakan II

Pada tahapan ini rancangan strategi dan skenario penerapan pembelajaran


akan diterapkan. Kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan RPP yang telah
disusun.

3) Pengamatan/Pengumpulan data II

Tahapan ini terkait dengan pelaksanaan tindakan kelas. Kegiatan ini dengan
menggunakan lembar observasi yang meliputi aktivitas siswa dan hasil belajar
siswa.

4) Refleksi II

17
Tahapan refleksi ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh
tindakan yang telah dilakukan pada setiap siklus, berdasar data yang telah
terkumpul, dan kemudian melakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan
yang berikutnya. Kegiatan yang dilakukan adalah analisis dan penilaian terhadap
hasil pengamatan atas tindakan yang telah dilakukan untuk mengetahui
peningkatan hasil belajar siswa.

3. Teknik Pengumpulan Data

a. Dokumentasi

Teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data yang berkaitan


dengan daftar siswa kelas IV, jumlah siswa kelas IV, baik laki-laki maupun
perempuan, dan daftar nilai siswa kelas IV.

b. Tes

Tes dilakukan setiap akhir siklus untuk mengetahui hasil belajar siswa kelas
IV khususnya untuk peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan media
PATUNG . Data hasil belajar siswa ini didapat dari hasil evaluasi setiap akhir
siklusnya.

c. Pengamatan (observasi)

Pengamatan betujuan untuk memperoleh data tentang proses


berlangsungnya belajar mengajar yang meliputi aktivitas siswa, suasana atau
situasi belajar siswa.

Instrumen Penelitian

Sebelum dilaksanakannya PTK, maka disusun berbagai instrumen terlebih


dahulu yang akan digunakan pada saat dilakukannya PTK yaitu sebagai berikut:

a. Membuat input instrumental yang digunakan untuk memberi perlakuan dalam


PTK, yaitu menyusun RPP dan juga menyusun perangkat pembelajaran berupa
lembar pengamatan.

b. Membuat output instrumental yang digunakan untuk menganalisis data setelah


memberi perlakuan PTK, instrumennya adalah butir tes.

18
Langkah-langkah yang dilakukan sebelum menyusun instrumen penelitian
diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Menyusun kisi-kisi

Tujuan penyusunan kisi-kisi tes adalah untuk menjaga agar tes yang akan disusun
sesuai dengan materi.

2) Menentukan tipe tes

Tipe tes yang digunakan adalah pilihan ganda.


3) Menentukan jumlah soal
Jumlah yang digunakan untuk uji coba sebanyak 25 soal pilihan ganda dengan
alokasi waktu 30 menit.

4. Teknik Analisis Data

a. Analisis Instrumen Penelitian

Data dalam penelitian ini, dikumpulkan melalui catatan harian dan


pengamatan guru. Setelah instrumen diujicobakan kemudian dianalisis, untuk
mendapatkan soal yang baik dan memenuhi kriteria. Menganalisa hasil tes ini
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1) Validitas

Validitas sebuah tes dapat diketahui dari hasil pemikiran dan dari hasil
pengalaman (Arikunto, 2009:65). Sebuah tes dikatakan memiliki validitas jika
hasilnya sesuai dengan kriterium, dalam arti memiliki kesejajaran antara hasil tes
tersebut dengan kriterium. Teknik yang digunakan untuk mengetahui kesejajaran
adalah teknik korelasi product moment dengan angka kasar, yaitu:

19
Sebuah tes dikatakan valid apabila mempunyai dukungan yang besar
terhadap skor total. Skor tiap butir soal menyebabkan skor total menjadi tinggi
atau rendah. Dengan kata lain dapat dikemukakan bahwa sebuah butir soal
memiliki validitas yang tinggi jika skor pada tiap butir soal mempunyai
kesejajaran dengan skor total. Kesejajaran ini dapat diartikan dengan korelasi
sehingga untuk mengetahui validitas tiap butir soal digunakan rumus korelasi
tersebut di atas. Dengan berkonsultasi ke tabek harga kritik r product
moment sehingga dapat diketahui signifikan tidaknya korelasi tersebut. Jika harga
rXY> rtabel maka korelasi tersebut signifikan atau valid, dan sebaliknya (Arikunto,
2009 : 75).
Untuk soal-soal bentuk objektif skor untuk butir soal biasa diberikan
dengan 1 (bagi soal yang dijawab benar) dan 0 (bagi soal yang dijawab salah),
sedangkan skor total selanjutnya didapat dari jumlah keseluruhan skor untuk
semua butir soalnya.
2) Reliabilitas
Suatu tes dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes
tersebut memberikan hasil yang tetap. Arti tetap tidak selalu harus sama, tetapi
mengikuti perubahan secara ajeg yaitu sama dalam kedudukan siswa di antara
anggota kelompok yang lain (Arikunto, 2009:86). Analisis realibilitas tes pilihan
ganda menggunakan rumus K-R. 20, yaitu:

20
Setelah diperoleh harga kemudian dibandingkan dengan produk moment
dengan =5%. Instrumen dikatakan reliabel jika

3) Taraf kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu
sukar. Soal yang mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha
memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa
menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba
lagi(Arikunto, 2009: 207). Untuk menghitung besarnya indeks kesukaran tiap
butir soal, peneliti menggunakan rumus sebagai berikut :

Arikunto (2009:210) mengatakan bahwa indeks kesukaran sering


diklasifikasikan sebagai berikut:
0 < P ≤ 0,3 : sukar
0,3< P ≤ 0,7 : sedang

21
0,7< P ≤ 1,0 : mudah
4) Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan
antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang kurang
pandai (berkemampuan rendah) (Arikunto, 2009:211).Cara menentukan daya
pembeda yaitu dengan rumus sebagai berikut:

Klasifikasi daya beda adalah(Arikunto, 2009:218):


D : 0,00 – 0,20 = jelek (poor)
D : 0,20 – 0,40 = cukup (satisfactory)
D : 0,40 – 0,70 = baik (good)
D : 0,70 – 1,00 = baik sekali (exellent)
b. Analisis Data.
Teknik analisis data yang digunakan perlu dikemukakan secara jelas dan
rinci sesuai dengan jenis data yang dikumpulkan pada saat dilakukannya kegiatan
observasi.
1) Data hasil belajar siswa
Data mengenai hasil belajar diambil dari kemampuan siswa dalam
memecahkan masalah. Analisis data hasil belajar dilakukan dengan cara
menghitung rata-rata nilai dan ketuntasan belajar siswa secara klasikal.
a) Menghitung nilai rata-rata
Rumus yang digunakan untuk menghitung rata-rata yaitu:

22
5. Indikator Keberhasilan
Sebagai tolak ukur keberhasilan penelitian tindakan kelas ini sebagai berikut:
a. Kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah dengan nilai rata-rata kelas ≥
70, ketuntasan belajar individu mencapai ≥ 70% dan ketuntasan belajar klasikal
mencapai ≥ 70%
b. Keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran meningkat dengan kriteria tinggi
dan mencapai persentase ≥ 75%

23

Anda mungkin juga menyukai