Anda di halaman 1dari 2

A.

Dari Jurnal Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Berorientasi pada Taxonomy for
Science Education di Sekolah Dasar. 28(12) 192-202 Imanuel Sairo Awang & Andri (2017).
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan perangkat pembelajaran IPA yang
berorientasi pada taxonomy for science education. Di mana taxonomy for science education
meliputi lima ranah hasil belajar yaitu Ranah I (Knowing and Understanding); Ranah II
(Science Process Skills); Ranah III (Imagine and Creativity); Ranah IV (Attitude and Value); dan
Ranah V (Conection and Applying). Penelitian ini dilaksanakan dengan metode research and
development, dengan siswa kelas IV SD Negeri 20 Mambok dan siswa kelas IV SD Negeri 5
Sintang sebagai subjek ujicoba. Hasil evaluasi oleh ahli menunjukkanbahwa perangkat
pebelajaran berorientasi pada taxonomy for science education valid untuk digunakan.
Sedangkan hasil ujicoba menunjukkan bahwa perangkat pebelajaran berorientasi pada
taxonomy for science education efektif digunakan di sekolah dasar. Simpulan dari penelitian
ini adalah perangkat pembelajaran ipa berorientasi pada taxonomy for science education
layak digunakan di sekolah dasar.
B. Dari jurnal Meningkatkan kemampuan menyusun soal IPA berorientasi HOTS bagi guru
Sekolah Dasar Gugus Pandanaran Dabin IV UPTD Semarang Tengah. 1(2), 175-183. Sari, Y.,
Cahyaningtyas, A. M., Maharani, M. M., Yustiana, S., & Kusumadewi, R. F. (2019). Higher
Order Thinking Skills (HOTS) merupakan suatu kemampuan yang erat kaitannya dengan
penalaran yang bukan hanya sekedar mengingat kembali, ataupun menyatakan kembali,
kemampuan ini menitik beratkan pada kemampuan untuk menganalisis, membuat
keputusan yang tepat dan memecahkan suatu masalah. Berdasarkan observasi yang
dilakukan ditemukan permasalahan guru belum terlatih mengembangkan soal-soal yang
berorientasi HOTS pada muatan IPA, guru masih kesulitan memahai soal soal berdasarkan
kategori tingkatan kognitif siswa sesuai dengan taksonomi bloom terbaru. Untuk
mengembangkan kemampuan guru dalam menyususn soal-soal berbasis HOTS maka
diperlukan pelatihan yang dapat mengaktifkan guru dalam membuat soal-soal yang
berorientasi HOTS. Pelaksanaan pengabdian masyarakat, dalam bentuk kegiatan pelatihan,
diskusi,praktik dan monitoring serta evalusi. Pelaksanaan pengabdian dilakukan dengan
mitra kelompok guru gugus Pandanaran Dabin IV UPTD Semarang Tengah yang bertempat di
SDN Pekunden jalan Pandanaran 1 No.28 Pekunden Peserta terdiri dari guru-guru se-gugus
Pandanaran sejumlah 50 peserta. Tingkat antusiasme dalam mengikuti kegiatan pengabdian
sangatlah tinggi.
C. Dari Jurnal Pengembangan soal tes berbasis hots pada model pembelajaran latihan
penelitian di sekolah dasar. PEDADIDAKTIKA: Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah Dasar,
3(1), 74-83. Lestari, A., Saepulrohman, A., & Hamdu, G. (2016). Penelitian ini bertujuan untuk
mengembangkan soal tes berbasis HOTS yang dikemukakan oleh Bloom revisi C4
(menganalisis), C5 (mengevaluai), C6 (mencipta). Penelitian dilakukan menggunakan metode
DBR (Desigen-Based-Research) yang dikemukaakan oleh Reeves tahun 2007. Tahap pertama
pada studi pendahuluan diperoleh data dari hasil wawancara dan studi dokumentasi. Tahap
kedua dilakukan pengembangan soal HOTS sesuai dengan indikator pembelajaran pada
tema selalu berhemat energi subtema macam-macam sumber energi pada pembelajaran
yang dilakukan menggunakan model latihan penelitian. Tahap tiga, dilakukan validasi ahli
dan mengalami revsi I dan dilakukan uji coba I. Pada hasil uji coba I dilihat dari validitas,
reliabilitas, daya pembeda, tingkat kesukara dan pengecoh terdapat 5 soal yang harus
diperbaiki. Diakuan revisi II dan dilakukan uji coba II dengan hasil semua soal valid dan
reliabel. Soal pula memiliki daya pembeda, tingkat kesukaran, dan pengecoh yang baik. Hasil
akhir pada tahap empat menunjukan bahwa produk soal berupa 10 butir soal pilihah ganda
dan 13 soal essay yang dikembangkan valid, praktis, dan layak untuk digunakan.
D. Dari jurnal Taksonomi Bloom–revisi ranah kognitif: kerangka landasan untuk pembelajaran,
pengajaran, dan penilaian. Premiere educandum: jurnal pendidikan dasar dan pembelajaran,
2(02). Gunawan, I., & Palupi, A. R. (2016). Tingkatan taksonomi Bloom yakni: (1)
pengetahuan (knowledge); (2) pemahaman (comprehension); (3) penerapan (application);
(4) analisis (analysis); (5) sintesis (synthesis); dan (6) evaluasi (evaluation). Tingkatan-
tingkatan dalam taksonomi tersebut telah digunakan hampir setengah abad sebagai dasar
untuk penyusunan tujuan-tujuan pendidikan, penyusunan tes dan kurikulum. Revisi
dilakukan terhadap Taksonomi Bloom, yakni perubahan dari kata benda (dalam Taksonomi
Bloom) menjadi kata kerja (dalam taksonomi revisi). Perubahan ini dibuat agar sesuai
dengan tujuan-tujuan pendidikan. Tujuan-tujuan pendidikan mengindikasikan bahwa siswa
akan dapat melakukan sesuatu (kata kerja) dengan sesuatu (kata benda). Revisi dilakukan
oleh Kratwohl dan Anderson, taksonomi menjadi: (1) mengingat (remember); (2)memahami
(understand); (3) mengaplikasikan (apply); (4) menganalisis (analyze); (5) mengevaluasi
(evaluate); dan (6) mencipta (create).
E. Dari jurnal Penerapan materi ilmu pengetahuan alam pada serious game sosialisasi mitigasi
bencana berbasis model teori aktivitas dan taksonomi bloom. Register: Jurnal Ilmiah
Teknologi Sistem Informasi, 5(2), 106-117. Nugroho, F., Yuniarno, E. M., & Hariadi, M.
(2019). menggabungkan model Teori Aktivitas dan Taksonomi Bloom. Metode ini dapat
menghemat biaya dan waktu. Titik fokus dari penelitian ini adalah materi Ilmu Pengetahuan
Alam berdasarkan kurikulum 2013. Penelitian ini adalah langkah pertama untuk
mengintegrasikan unsur-unsur pendidikan, hiburan, dan teknologi sebagai media
pembelajaran untuk pengurangan risiko bencana. Kemampuan siswa dieksplorasi dengan
menerapkan tiga aspek pembelajaran. Hasil tes menunjukkan bahwa kemampuan siswa
meningkat 14,2% setelah bermain sepuluh kali dan meningkat menjadi 29,48% setelah siswa
bermain 25 kali dibandingkan dengan skor pretest.

Anda mungkin juga menyukai