Pengembangan Soal Higher Order Thinking Skill (HOTS) Fisika Kelas VIII SMP
Materi Gerak Pada Benda
Abstract
Development research has been carried out to measure high-level thinking skills of junior high school students,
through the development of HOTS questions of Physics in Middle School. This is based on the lack of students'
skills in answering questions that require analysis, evaluation, and creativity, so that in learning activities they
cannot answer questions that require high-level thinking skills. Sampling was done randomly and obtained three
classes, namely class VIII D, E, F. Then the data was collected using HOTS questions that have been tested by
experts. The analysis used in this study was to test the material validity by experts, the validity of the items, the
distinguishing power, the level of difficulty, the reliability of the test, and the t-test. The results of this study are a
set of instruments about the HOTS Physics Middle School subject matter on objects that can be used to measure
students' high-level thinking abilities.
masih sangat rendah. Hal senada coba terbatas, (5) revisi produk awal, (6)
dinyatakan Efendi (2010) bahwa uji coba lapangan, dan (7) produk akhir.
berdasarkan hasil TIMSS dapat ditarik Penelitian ini diterapkan pada
kesimpulan sebagai berikut: (1) rata-rata pembelajaran IPA Fisika pada pokok
capaian fisika siswa Indonesia ditinjau bahasan gerak pada benda. Populasi dalam
dari aspek kognitif masih rendah; (2) penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP
kecenderungan capaian fisika siswa Negeri 43 Semarang. tahun pelajaran
Indonesia selalu menurun pada tiap aspek 2018/2019. Sampel yang dipilih dalam
kognitif sehingga kemampuan fisika siswa penelitian ini adalah siswa kelas VIII D, E,
Indonesia harus ditingkatkan pada semua F SMP Negeri 43 Semarang.
aspek. Dilakukan uji coba terbatas pada
Salah satu faktor yang menyebabkan kelas VIII F. Analisis untuk uji coba
kemampuan berpikirnya masih rendah terbatas adalah uji validitas materi oleh
adalah kurang terlatihnya anak Indonesia ahli, validitas butir soal, daya pembeda.
dalam meyelesaikan tes atau soal soal tingkat kesukaran dan reliabilitas tes. Uji
yang sifatnya menuntut analisis, evaluasi, lapangan dilakukan pada kelas VIII D, E.
dan kreativitas. Soal soal yang memiliki Pada uji lapangan ini ada 2 jenis soal yang
karakteristik tersebut adalah soal-soal di uji, yaitu soal HOTS yang dikembangkan
untuk mengukur HOTS (Dewi, 2016). dan soal OSN IPA sebagai soal
Oleh karena itu, melalui pembanding. Analisis yang digunakan
pengembangan instrumen asesmen HOTS dalam uji lapangan ini adalah validitas
ini diharapkan para pendidik dapat butir soal, daya pembeda. tingkat
mengukur kemampuan berpikir tingkat kesukaran, reliabilitas tes, uji beda
tinggi siswa dengan tepat dan dapat menggunakan metode t-test
melatih siswa dengan soal-soal yang
memiliki karakteristik HOTS sehingga HASIL DAN PEMBAHASAN
mampu mendukung peningkatan kualitas
pendidikan Indonesia di tingkat dunia, Produk yang dihasilkan dalam
khususnya pada kemampuan berpikir penelitian ini berupa seperangkat
tingkat tinggi. instrumen asesmen Higher Order Thinking
Skills (HOTS) Fisika SMP yang meliputi kisi-
METODE kisi, soal HOTS Fisika, dan rubrik
penskoran soal HOTS Fisika. Penelitian ini
Jenis penelitian yang digunakan dilakukan di SMP Negeri 43 Semarang
dalam penelitian ini adalah penelitian dengan menggunakan sampel sebanyak
pengembangan (Research and tiga kelas yaitu kelas VIII D, E, F yang
Development). Untuk mendapatkan masing-masing terdiri atas 35 siswa. Soal
prototipe pengembangan, pada penelitian IPA berbasis HOTS yang dikembangkan
ini dilakukan adaptasi dari model digunakan untuk mengukur kemampuan
pengembangan Research and berpikir tingkat tinggi siswa SMP pada
Development (R&D) Borg dan Gall (dalam materi Gerak Pada Benda.
Sugiyono, 2015). Dari 10 langkah Pada awal tahap pembuatan produk
pengembangan model Borg & Gall dilakukan penelitian awal pada sekolah
diadaptasi menjadi tujuh langkah untuk mendapatkan informasi sebagai data
pengembangan yaitu: (1) penelitian dan pendukung pada penelitian. Pengumpulan
pengumpulan informasi, (2) perencanaan, informasi awal melibatkan guru dan siswa
(3) pengembangan produk awal, (4) uji dalam menemukan masalah. Informasi
135
Aula Husnawati/ Unnes Physics Education Journal 8 (2) (2019)
Setelah dilakukan revisi pada produk adalah C4 (40%), C5 (50%), dan C6 (10%),
awal diperoleh produk utama yaitu dengan tujuan dapat meningkatkan
instrumen asesmen HOTS dengan total 10 kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa.
butir soal. Selanjutnya dilakukan pengujian Suryapuspitarini et al. (2018) yang
produk utama yaitu uji lapangan yang menyatakan jika soal dengan tipe HOTS
melibatkan total 70 siswa pada kelas VIII D, adalah soal yang melatih siswa untuk
E SMP Negeri 43 Semarang. Berdasarkan berpikir tingkat tinggi yaitu pada level
data-data yang diperoleh dari uji lapangan analisis, evaluasi, dan mengkreasi.
ini, kemudian dianalisis yang terdiri atas Kemampuan berpikir tingkat tinggi
analisis validitas butir soal, tingkat merupakan salah satu kompetensi penting
kesukaran, daya pembeda dan reliabilitas. dalam Kurikulum 2013, sehingga wajib
Berdasarkan analisis validitas butir dimiliki oleh setiap peserta didik.
soal pada uji lapangan, diperoleh hasil Setelah dilakukan analisis keefektifan
sebanyak 10 soal valid, hal ini internal, maka dilakukan analisis
menunjukkan bahwa validitas butir soal keefektifan eksternal. Tahap ini digunakan
HOTS sangat tinggi (Arikunto,2013). untuk mengetahui apakah produk soal
Uji daya pembeda soal dihitung pengembangan ini dapat digunakan untuk
setelah memperoleh soal-soal yang telah mengukur kemampuan berpikir tingkat
valid dan direvisi. Diperoleh hasil analisis tinggi atau tidak. Hal ini dilakukan dengan
daya pembeda berupa 1 soal memiliki daya membandingkannya dengan soal
pembeda sangat baik, 5 soal memiliki daya Olimpiade Sains Nasional Ilmu
pembeda baik, 3 memiliki daya pembeda Pengetahuan Alam (OSN IPA). Teknik yang
cukup baik soal dan 1 soal memiliki daya digunakan yaitu uji t-test.
pembeda kurang baik. Berdasarkan hasil uji t-test diperoleh
Analisis uji tingkat kesukaran soal nilai t sebesar 0,724 dengan sig (2-tailed)
pada uji lapangan diperoleh 9 soal 0,470. Oleh karena nilai sig > 0,05 maka
berkategori sedang, 1 soal berkategori dapat disimpulkan bahwa tidak ada
sukar. Berdasarkan pendapat Nitko (1996), perbedaan antara instrumen asessmen
bahwa suatu soal dikatakan efektif tingkat HOTS dengan OSN IPA. Dengan demikian
kesukarannya apabila soal tersebut dapat dapat disimpulkan jika instrumen asesmen
dijawab dengan benar oleh semua HOTS yang dikembangkan memiliki
kelompok yaitu kelompok atas, menengah keefektifan eksternal dalam mengukur
maupun bawah. kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa.
Nilai reliabilitas produk Maka hasil akhir diperoleh hipotesis
pengembangan soal pada uji lapangan H0 yang berbunyi instrumen asesmen
adalah sebesar 0,92 dengan r tabel 0,334. higher order thinking skills yang
Hal ini menunjukkan bahwa reliabilitas dikembangkan tidak dapat mengukur
produk pengembangan soal adalah tinggi kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa
(Arikunto, 2013). ditolak, serta H1 yang berbunyi instrumen
Setelah uji lapangan, dilakukan asesmen higher order thinking skills yang
analisis keefektifan internal berdasarkan dikembangkan dapat mengukur
kriteria HOTS. Dalam pembuatan kisi-kisi, kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa
indikator yang digunakan menggunakan diterima.
ranah kognitif HOTS, meliputi C4, C5, dan Maka hasil akhir diperoleh hipotesis
C6. H0 yang berbunyi instrumen asesmen
Ranah kognitif yang digunakan dalam higher order thinking skills yang
pembuatan instrumen asesmen HOTS IPA dikembangkan tidak dapat mengukur
137
Aula Husnawati/ Unnes Physics Education Journal 8 (2) (2019)
kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa berpikir tingkat tinggi siswa sehingga
ditolak, serta H1 yang berbunyi instrumen siswa terbiasa dengan sasalah berdasarkan
asesmen higher order thinking skills yang keaksaraan ilmiah (Rusilowati et al., 2016).
dikembangkan dapat mengukur Oleh karena itu, sangatlah tepat
kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa menggunakan instrumen asesmen HOTS
diterima. untuk merangsang siswa berpikir kritis
Pembelajaran IPA di sekolah sesuai yang termuat dalam kurikulum 2013
termasuk asesmen yang digunakan lebih yang diterapkan sekarang ini.
terbatas dan ketat dengan materi / konten
IPA (Diana et al., 2015). Siswa-siswa SMP N SIMPULAN
43 Semarang belum terbiasa menghadapi
soal-soal berwacana dan memuat grafik Produk ini dinyatakan layak
atau gambar yang membutuhkan berdasarkan validitas ahli materi, analisis
kemampuan mencermatinya. Siswa perlu keefektifan internal dan eksternal.
memerlukan kecermatan membaca, Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
memahami isi bacaan, dan kemampuan validitas ahli materi sebesar 88,75% atau
bernalar yang tinggi. Kenyataannya siswa sangat valid. Analisis keefektifan internal
yang mempunyai prestasi akademik tinggi dilakukan berdasarkan ranah kriteria
belum tentu memiliki kemampuan berpikir kognitif HOTS. Ranah kognitif yang
tingkat tinggi yang baik. digunakan dalam pembuatan instrumen
Penting diketahui bahwa untuk asesmen HOTS adalah C4(40%), C5(50%),
meningkatkan kemampuan berpikir C6(10%). Selanjutnya analisis keefektifan
tingkat tinggi bergantung pada kebutuhan eksternal, yaitu membandingkan soal
untuk mengembangkan keahlian interaksi HOTS yang dikembangkan dengan soal OSN
kolektif, perkembangan pribadi dan IPA. Dari hasil perbandingan tersebut
pendekatan – pendekatan komunikasi yang dinyatakan tidak ada perbedaan antara
sesuai dengan kebutuhan mengungkapkan soal HOTS dengan soal OSN IPA. Dengan
alasan yang persuasif dalam mengajukan demikian dapat disimpulkan bahwa
argumen sains (Holbrook & Rannikmae, instrumen asesmen HOTS memiliki
2009) dan kebutuhan untuk keefektifan eksternal dalam mengukur
mengembangkan instrumen asesmen kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa.
HOTS yang bisa mengukur kemampuan
Diana, S., A. Rachmatulloh, & E. S. Rahmawati. Lissa, A.P.B., Prasetya, & D.R. Indriyanti. (2012).
2015. Profil Kemampuan Literasi Pengembangan Instrumen
Sains Siswa SMA Berdasarkan Penilaian Keterampilan Berpikir
Instrumen Scientific Literacy Tingkat Tinggi Materi Sistem
Assesments (SLA). Materi Respirasi dan Ekskresi. Lembaran
dipresentasikan pada Seminar Ilmu Kependidikan, 41(1): 27 – 32.
Nasional XII Pendidikan Biologi
FKIP UNS 2015: 285. Departemen Matondang, Zulkifli. 2009. Validitas Dan
Pendidikan Biologi FPMIPA UPI Reliabilitas Suatu Instrumen
Bandung Indonesia. Penelitian. Jurnal Tabularasa . Vol 6
No 1.
Efendi, Ridwan. 2010. Kemampuan Fisika
Siswa Indonesia dalam TIMSS. Nitko, J Anthony. 1996. Educational
Prosiding Seminar Nasional Fisika Assessment of Student. Columbus:
2010 ISBN : 978-979-98010-6-7 Pamela Bennet.
Fahim, M & Pezeshki, M. (2012). Manipulating Nuh, Mohammad. 2013. Peraturan Menteri
Critical Thinking Skills in Test Pendidikan dan Kebudayaan
Taking, International Journal of Republik Indonesia Nomor 81a
Education, Vol. 4, (1), p 1948- 5476, Tahun 2013 Tentang Implementasi
2012. Kurikulum.
Fischer, C., Bol, L., and Pribesh, S. 2011. An Rusilowati, A., Kurniawati, L., & Nugroho, S.E.
Investigation of Higher-Order 2016. Developing an Instrument of
Thinking Skills in Smaller Learning Scientific Literacy Assessment on
Community Social Studies the Cycle Theme. International
Classrooms. American Secondary Journal of Environmental & Science
Education 39(2) Spring 2011, 39(2): Education, 11 (12): 5718-5727.
5-26.
Rusilowati, A., Nugroho, S.E., &
Heong, Y.M., Othman, W.D., Md Yunos, J., Kiong, Susilowati,S.M.E. 2016.
T.T., Hassan, R., dan Mohamad, M. M. Development of Science Textbook
2011. The Level of Marzano Higher Based on Scientific Literacy for
Order Thinking Skills Among Secondary School. Jurnal
Technical Education Students. Pendidikan Fisika Indonesia, 12
International Journal of Social and (2):98-105.
Humanity.
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian dan
Holbrook, J. & M. Rannikmae. 2009. The Pengembangan. Bandung: Alfabeta.
Meaning of Scientific Literacy.
International Journal of Surapranata, Sumarna. 2007. Panduan
Environmental & Science Education. Penulisan Tes Tertulis
4(3): 275-288. Implementasi Kurikulum 2004. PT
Remaja Rosdakarya. Bandung.
Jensen, J. L., Mc Daniel, M. A., Woodard, S.M., and
Kummer, T. A. 2014. Teaching to the Suryapuspitarini, B.K., Wardono, Kartono.
Tes or Testing to Teach: Exams (2018). Analisis Soal-Soal
Requiring Higher Order Thinking Matematika Tipe Higher Order
Skills Encourage Greater Conceptual Thinking Skill (HOTS) pada
Understanding. Educational Kurikulum 2013 untuk Mendukung
Psychology Review 26:307–329. Kemampuan Literasi Siswa.
Prosiding1st Seminar Nasional
139
Aula Husnawati/ Unnes Physics Education Journal 8 (2) (2019)
140