Anda di halaman 1dari 8

UPEJ 8 (2) (2019)

Unnes Physics Education Journal


Terakreditasi SINTA 3
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/upej

Pengembangan Soal Higher Order Thinking Skill (HOTS) Fisika Kelas VIII SMP
Materi Gerak Pada Benda

Aula Husnawati, Hartono Hartono, Masturi Masturi


Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang, Indonesia
Gedung D7 Lt. 2, Kampus Sekaran Gunungpati, Semarang 50229

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel: Telah dilakukan penelitian pengembangan untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi
Diterima Juli 2019 siswa SMP, melalui pengembangan soal HOTS Fisika SMP. Hal ini didasarkan pada kurangnya
Disetujui Juli 2019
keterampilan siswa dalam menjawab soal yang sifatnya menuntut analisis, evaluasi, dan kreativitas,
Dipublikasikan Agustus
sehingga dalam pembelajaran mereka tidak dapat menjawab soal yang membutuhkan kemampuan
2019
berpikir tingkat tinggi. Pengambilan sampel dilakukan secara acak dan didapat tiga kelas yaitu kelas
Keywords: VIII D,E,F. Selanjutnya dilakukan pengambilan data menggunakan soal HOTS yang telah diuji
high-level thinking skills ahli. Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah uji validitas ahli materi, validitas butir soal,
daya pembeda, tingkat kesukaran, reliabilitas tes, serta uji t-test. Hasil dari penelitian ini yaitu
seperangkat instrumen soal HOTS Fisika SMP materi gerak pada benda yang dapat digunakan untuk
melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa.

Abstract
Development research has been carried out to measure high-level thinking skills of junior high school students,
through the development of HOTS questions of Physics in Middle School. This is based on the lack of students'
skills in answering questions that require analysis, evaluation, and creativity, so that in learning activities they
cannot answer questions that require high-level thinking skills. Sampling was done randomly and obtained three
classes, namely class VIII D, E, F. Then the data was collected using HOTS questions that have been tested by
experts. The analysis used in this study was to test the material validity by experts, the validity of the items, the
distinguishing power, the level of difficulty, the reliability of the test, and the t-test. The results of this study are a
set of instruments about the HOTS Physics Middle School subject matter on objects that can be used to measure
students' high-level thinking abilities.

© 2019 Universitas Negeri Semarang



Alamat korespondensi: ISSN 2252-6935
E-mail: aula.wati.vip@gmail.com
Aula Husnawati/ Unnes Physics Education Journal 8 (2) (2019)

PENDAHULUAN menggunakan HOTS untuk mendorong


pemahaman konsep siswa (Jansen 2014).
Kemajuan teknologi di era globalisasi Sedangkan Fischer dan Pribesh (2011)
saat ini menyebabkan ketatnya persaingan meneliti pengunaan HOTS dalam belajar
kualitas sumber daya manusia antar pada kelompok kecil. Penelitian Carlgreen
bangsa. Salah satu faktor yang dapat menyimpulkan siswa menghadapi
meningkatkan kualitas sumber daya hambatan dalam berkomunikasi, berpikir
manusia suatu bangsa adalah kualitas kritis, dan pemecahan masalah yang
pendidikan. Upaya yang dilakukan oleh disebabkan oleh tiga faktor: yaitu struktur
pemerintah Indonesia dalam sistem pendidikan saat ini, kompleksitas
meningkatkan kualitas pendidikan belum keterampilan siswa, dan kompetensi guru
menampakkan hasil yang signifikan. Hal dalam mengajar (Carlgren 2013).
tersebut ditunjukkan berdasarkan hasil Kemampuan berpikir tingkat tinggi
Education For All Global Monitoring Report ini menghendaki seseorang untuk
2012, peringkat pendidikan Indonesia menerapkan informasi baru atau
berada pada urutan ke 64 diantara 120 pengetahuan sebelumnya dan
negara. Aspek pendidikan yang koheren memanipulasi informasi untuk
dengan perkembangan zaman adalah menjangkau kemungkinan jawaban dalam
pendidikan sains. situasi baru (Heong, dkk, 2011). Menurut
Kurikulum yang berlaku sekarang taksonomi Bloom yang telah direvisi,
(Kurikulum 2013 versi 2016) menuntut proses kognitif terbagi menjadi
guru untuk melakukan pembelajaran yang kemampuan berpikir tingkat rendah yaitu
dapat mendorong siswa untuk berpikir kemampuan mengingat, memahami, dan
kritis dan memiliki keterampilan berpikir menerapkan, sedangkan kemampuan
tingkat tinggi (high order thinking skills) berpikir tingkat tinggi meliputi
atau HOTS. Menurut Resnick, sebagaimana kemampuan menganalisis, mengevaluasi,
diungkapkan oleh Yee et al. (2011) dan menciptakan (Anderson & Krathwohl,
berpikir tingkat tinggi dikategorikan 2001).
sebagai berpikir yang non algoritmik, Salah satu studi internasional yang
kompleks, bermakna, sukar, menghasilkan menguji kemampuan berpikir tingkat
banyak solusi, sarat dugaan, banyak tinggi siswa yaitu TIMSS (Trends in
kriteria, dan tidak pasti. Mathematics and Science Study) yang
HOTS sangat erat hubungan dengan diadakan oleh IEA (International
berpikir kritis. Kemampuan berpikir kritis Association for the Evaluation of
merupakan kemampuan yang sangat Educational Achievement). Hasil TIMSS
esensial dalam semua aspek kehidupan, (201) menunjukkan bahwa Indonesia
tak terkecuali di bidang pendidikan. Hal ini berada pada peringkat 4 dari 48 negara
senada dengan Fahim & Pazeshki (2012) yang telah disurvei. Bidang kajian yang
yang menyatakan bahwa berpikir kritis dilakukan pada survey itu adalah bidang
dapat digunakan dalam berbagai bidang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang
studi.Oleh karena itu sangat perlu siswa meliputi Ilmu Hayati, Ilmu Fisika, dan Ilmu
untuk dilatih berpikir kritis, hal ini Bumi, diperoleh nilai 397 dimana nilai ini
merupakan jembatan antara berada di bawah nilai rata-rata
permasalahan di kelas dengan internasional yaitu 500.
permasalahan yang ada di dunia nyata. Berdasarkan hasil survei di atas
Beberapa penelitian tentang HOTS dapat dikatakan bahwa kemampuan siswa
antara lain tentang peran test yang Indonesia dalam berpikir tingkat tinggi
134
Aula Husnawati/ Unnes Physics Education Journal 8 (2) (2019)

masih sangat rendah. Hal senada coba terbatas, (5) revisi produk awal, (6)
dinyatakan Efendi (2010) bahwa uji coba lapangan, dan (7) produk akhir.
berdasarkan hasil TIMSS dapat ditarik Penelitian ini diterapkan pada
kesimpulan sebagai berikut: (1) rata-rata pembelajaran IPA Fisika pada pokok
capaian fisika siswa Indonesia ditinjau bahasan gerak pada benda. Populasi dalam
dari aspek kognitif masih rendah; (2) penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP
kecenderungan capaian fisika siswa Negeri 43 Semarang. tahun pelajaran
Indonesia selalu menurun pada tiap aspek 2018/2019. Sampel yang dipilih dalam
kognitif sehingga kemampuan fisika siswa penelitian ini adalah siswa kelas VIII D, E,
Indonesia harus ditingkatkan pada semua F SMP Negeri 43 Semarang.
aspek. Dilakukan uji coba terbatas pada
Salah satu faktor yang menyebabkan kelas VIII F. Analisis untuk uji coba
kemampuan berpikirnya masih rendah terbatas adalah uji validitas materi oleh
adalah kurang terlatihnya anak Indonesia ahli, validitas butir soal, daya pembeda.
dalam meyelesaikan tes atau soal soal tingkat kesukaran dan reliabilitas tes. Uji
yang sifatnya menuntut analisis, evaluasi, lapangan dilakukan pada kelas VIII D, E.
dan kreativitas. Soal soal yang memiliki Pada uji lapangan ini ada 2 jenis soal yang
karakteristik tersebut adalah soal-soal di uji, yaitu soal HOTS yang dikembangkan
untuk mengukur HOTS (Dewi, 2016). dan soal OSN IPA sebagai soal
Oleh karena itu, melalui pembanding. Analisis yang digunakan
pengembangan instrumen asesmen HOTS dalam uji lapangan ini adalah validitas
ini diharapkan para pendidik dapat butir soal, daya pembeda. tingkat
mengukur kemampuan berpikir tingkat kesukaran, reliabilitas tes, uji beda
tinggi siswa dengan tepat dan dapat menggunakan metode t-test
melatih siswa dengan soal-soal yang
memiliki karakteristik HOTS sehingga HASIL DAN PEMBAHASAN
mampu mendukung peningkatan kualitas
pendidikan Indonesia di tingkat dunia, Produk yang dihasilkan dalam
khususnya pada kemampuan berpikir penelitian ini berupa seperangkat
tingkat tinggi. instrumen asesmen Higher Order Thinking
Skills (HOTS) Fisika SMP yang meliputi kisi-
METODE kisi, soal HOTS Fisika, dan rubrik
penskoran soal HOTS Fisika. Penelitian ini
Jenis penelitian yang digunakan dilakukan di SMP Negeri 43 Semarang
dalam penelitian ini adalah penelitian dengan menggunakan sampel sebanyak
pengembangan (Research and tiga kelas yaitu kelas VIII D, E, F yang
Development). Untuk mendapatkan masing-masing terdiri atas 35 siswa. Soal
prototipe pengembangan, pada penelitian IPA berbasis HOTS yang dikembangkan
ini dilakukan adaptasi dari model digunakan untuk mengukur kemampuan
pengembangan Research and berpikir tingkat tinggi siswa SMP pada
Development (R&D) Borg dan Gall (dalam materi Gerak Pada Benda.
Sugiyono, 2015). Dari 10 langkah Pada awal tahap pembuatan produk
pengembangan model Borg & Gall dilakukan penelitian awal pada sekolah
diadaptasi menjadi tujuh langkah untuk mendapatkan informasi sebagai data
pengembangan yaitu: (1) penelitian dan pendukung pada penelitian. Pengumpulan
pengumpulan informasi, (2) perencanaan, informasi awal melibatkan guru dan siswa
(3) pengembangan produk awal, (4) uji dalam menemukan masalah. Informasi

135
Aula Husnawati/ Unnes Physics Education Journal 8 (2) (2019)

yang didapatkan berdasarkan metode menekankan validasi pakar/ahli menjadi


wawancara dan dokumen. bagian yang penting untuk memulai
Berdasarkan hasil wawancara dengan pengembangan. Hal tersebut menunjukkan
salah seorang guru pengampu mata jika instrumen yang telah dikembangkan
pelajaran IPA di SMP Negeri 43 Semarang, sudah memenuhi kriteria HOTS dengan
diperoleh informasi bahwa pola pemikiran beberapa revisi.
tingkat tinggi belum pernah disampaikan Produk pengembangan soal yang
kepada siswa. Selain kurangnya pemberian telah melalui uji materi oleh ahli dan proses
informasi pada siswa, soal HOTS yang revisi, selanjutnya dilakukan uji coba
digunakan untuk mengukur kemampuan terbatas. Tahap uji coba terbatas ini
berpikir tingkat tinggi masih sangat jarang melibatkan sejumlah 35 siswa pada kelas
digunakan. VIII F sebagai sampel.
Setelah memperoleh informasi Berdasarkan analisis validitas butir
berdasarkan penelitian awal di sekolah, soal pada uji coba terbatas, diperoleh hasil
dilakukan pengembangan soal HOTS yang sebanyak 10 soal valid, dan 8 soal tidak
digunakan untuk mengukur kemampuan valid. Soal yang tidak valid tidak digunakan
berpikir tingkat tinggi siswa kelas VIII pada pada tahap selanjutnya yaitu uji lapangan,
materi Gerak Pada Benda di SMP Negeri 43 karena 10 soal yang valid sudah cukup
Semarang. Tahap pengembangan soal yang mewakili masing–masing indikator soal.
pertama yaitu mendesain kisi-kisi soal Uji daya pembeda soal dihitung
yang sesuai dengan indikator materi Gerak setelah memperoleh soal-soal yang telah
Pada Benda yang sesuai dengan valid dan direvisi. Diperoleh daya pembeda
kompetensi dasar pada Permendikbud No. soal 90% sangat baik, dan 10% baik.
24 tahun 2016 tentang Kompetensi Inti dan Produk pengembangan soal yang telah
Kompetensi Dasar (Kemendikbud, 2016). dianalisis daya pembedanya, dilanjutkan
Tahap selanjutnya yaitu mendesain dengan analisis uji tingkat kesukaran.
soal HOTS berdasarkan kisi–kisi tersebut. Diperoleh 80% soal kategori sedang, dan
Soal yang dikembangkan berupa soal 20% soal kategori sukar.
uraian sebanyak 18 butir yang mewakili Produk pengembangan soal yang
semua indikator dan persesuaian waktu. telah dihitung daya pembeda dan tingkat
Produk pengembangan soal akan melalui kesukaran, maka hal yang selanjutnya
beberapa tahapan pengujian agar soal dilakukan adalah menghitung reliabilitas
tersebut layak untuk digunakan. soal. Didapatkan nilai reliabilitas produk
Pengujian produk awal yang pertama pengembangan soal pada uji coba terbatas
dilakukan yaitu uji validitas materi oleh adalah sebesar 0,92 dengan r tabel 0,334.
ahli. Pengujian validitas ini dilakukan Hal ini menunjukkan bahwa reliabilitas
sebelum uji coba terbatas. Uji yang produk pengembangan soal adalah tinggi
dilakukan pada tahap ini terdiri atas uji (Arikunto, 2013).
materi, konstruksi, dan bahasa dengan Berdasarkan analisis uji validitas
melibatkan dosen Fisika UNNES melalui materi oleh ahli dan uji coba terbatas pada
lembar validasi materi oleh ahli. produk awal diperoleh hasil bahwa
Dari hasil angket validasi yang telah instrumen asesmen HOTS layak digunakan
diisi oleh ahli, menunjukkan persentase di lapangan dengan revisi. Revisi yang
cukup tinggi dari ketiga aspek dengan rata- dilakukan pada tahap ini yaitu membuang
rata 88,7% (materi 82,5%, konstruksi 95%, 8 butir soal yang dinyatakan tidak valid
dan bahasa 88,75%), sehingga didapatkan berdasarkan uji validitas butir soal.
kesimpulan sangat valid. Lissa et al. (2012)
136
Aula Husnawati/ Unnes Physics Education Journal 8 (2) (2019)

Setelah dilakukan revisi pada produk adalah C4 (40%), C5 (50%), dan C6 (10%),
awal diperoleh produk utama yaitu dengan tujuan dapat meningkatkan
instrumen asesmen HOTS dengan total 10 kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa.
butir soal. Selanjutnya dilakukan pengujian Suryapuspitarini et al. (2018) yang
produk utama yaitu uji lapangan yang menyatakan jika soal dengan tipe HOTS
melibatkan total 70 siswa pada kelas VIII D, adalah soal yang melatih siswa untuk
E SMP Negeri 43 Semarang. Berdasarkan berpikir tingkat tinggi yaitu pada level
data-data yang diperoleh dari uji lapangan analisis, evaluasi, dan mengkreasi.
ini, kemudian dianalisis yang terdiri atas Kemampuan berpikir tingkat tinggi
analisis validitas butir soal, tingkat merupakan salah satu kompetensi penting
kesukaran, daya pembeda dan reliabilitas. dalam Kurikulum 2013, sehingga wajib
Berdasarkan analisis validitas butir dimiliki oleh setiap peserta didik.
soal pada uji lapangan, diperoleh hasil Setelah dilakukan analisis keefektifan
sebanyak 10 soal valid, hal ini internal, maka dilakukan analisis
menunjukkan bahwa validitas butir soal keefektifan eksternal. Tahap ini digunakan
HOTS sangat tinggi (Arikunto,2013). untuk mengetahui apakah produk soal
Uji daya pembeda soal dihitung pengembangan ini dapat digunakan untuk
setelah memperoleh soal-soal yang telah mengukur kemampuan berpikir tingkat
valid dan direvisi. Diperoleh hasil analisis tinggi atau tidak. Hal ini dilakukan dengan
daya pembeda berupa 1 soal memiliki daya membandingkannya dengan soal
pembeda sangat baik, 5 soal memiliki daya Olimpiade Sains Nasional Ilmu
pembeda baik, 3 memiliki daya pembeda Pengetahuan Alam (OSN IPA). Teknik yang
cukup baik soal dan 1 soal memiliki daya digunakan yaitu uji t-test.
pembeda kurang baik. Berdasarkan hasil uji t-test diperoleh
Analisis uji tingkat kesukaran soal nilai t sebesar 0,724 dengan sig (2-tailed)
pada uji lapangan diperoleh 9 soal 0,470. Oleh karena nilai sig > 0,05 maka
berkategori sedang, 1 soal berkategori dapat disimpulkan bahwa tidak ada
sukar. Berdasarkan pendapat Nitko (1996), perbedaan antara instrumen asessmen
bahwa suatu soal dikatakan efektif tingkat HOTS dengan OSN IPA. Dengan demikian
kesukarannya apabila soal tersebut dapat dapat disimpulkan jika instrumen asesmen
dijawab dengan benar oleh semua HOTS yang dikembangkan memiliki
kelompok yaitu kelompok atas, menengah keefektifan eksternal dalam mengukur
maupun bawah. kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa.
Nilai reliabilitas produk Maka hasil akhir diperoleh hipotesis
pengembangan soal pada uji lapangan H0 yang berbunyi instrumen asesmen
adalah sebesar 0,92 dengan r tabel 0,334. higher order thinking skills yang
Hal ini menunjukkan bahwa reliabilitas dikembangkan tidak dapat mengukur
produk pengembangan soal adalah tinggi kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa
(Arikunto, 2013). ditolak, serta H1 yang berbunyi instrumen
Setelah uji lapangan, dilakukan asesmen higher order thinking skills yang
analisis keefektifan internal berdasarkan dikembangkan dapat mengukur
kriteria HOTS. Dalam pembuatan kisi-kisi, kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa
indikator yang digunakan menggunakan diterima.
ranah kognitif HOTS, meliputi C4, C5, dan Maka hasil akhir diperoleh hipotesis
C6. H0 yang berbunyi instrumen asesmen
Ranah kognitif yang digunakan dalam higher order thinking skills yang
pembuatan instrumen asesmen HOTS IPA dikembangkan tidak dapat mengukur
137
Aula Husnawati/ Unnes Physics Education Journal 8 (2) (2019)

kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa berpikir tingkat tinggi siswa sehingga
ditolak, serta H1 yang berbunyi instrumen siswa terbiasa dengan sasalah berdasarkan
asesmen higher order thinking skills yang keaksaraan ilmiah (Rusilowati et al., 2016).
dikembangkan dapat mengukur Oleh karena itu, sangatlah tepat
kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa menggunakan instrumen asesmen HOTS
diterima. untuk merangsang siswa berpikir kritis
Pembelajaran IPA di sekolah sesuai yang termuat dalam kurikulum 2013
termasuk asesmen yang digunakan lebih yang diterapkan sekarang ini.
terbatas dan ketat dengan materi / konten
IPA (Diana et al., 2015). Siswa-siswa SMP N SIMPULAN
43 Semarang belum terbiasa menghadapi
soal-soal berwacana dan memuat grafik Produk ini dinyatakan layak
atau gambar yang membutuhkan berdasarkan validitas ahli materi, analisis
kemampuan mencermatinya. Siswa perlu keefektifan internal dan eksternal.
memerlukan kecermatan membaca, Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
memahami isi bacaan, dan kemampuan validitas ahli materi sebesar 88,75% atau
bernalar yang tinggi. Kenyataannya siswa sangat valid. Analisis keefektifan internal
yang mempunyai prestasi akademik tinggi dilakukan berdasarkan ranah kriteria
belum tentu memiliki kemampuan berpikir kognitif HOTS. Ranah kognitif yang
tingkat tinggi yang baik. digunakan dalam pembuatan instrumen
Penting diketahui bahwa untuk asesmen HOTS adalah C4(40%), C5(50%),
meningkatkan kemampuan berpikir C6(10%). Selanjutnya analisis keefektifan
tingkat tinggi bergantung pada kebutuhan eksternal, yaitu membandingkan soal
untuk mengembangkan keahlian interaksi HOTS yang dikembangkan dengan soal OSN
kolektif, perkembangan pribadi dan IPA. Dari hasil perbandingan tersebut
pendekatan – pendekatan komunikasi yang dinyatakan tidak ada perbedaan antara
sesuai dengan kebutuhan mengungkapkan soal HOTS dengan soal OSN IPA. Dengan
alasan yang persuasif dalam mengajukan demikian dapat disimpulkan bahwa
argumen sains (Holbrook & Rannikmae, instrumen asesmen HOTS memiliki
2009) dan kebutuhan untuk keefektifan eksternal dalam mengukur
mengembangkan instrumen asesmen kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa.
HOTS yang bisa mengukur kemampuan

DAFTAR PUSTAKA Borg, W. R. & Gall, M.D. 1983. Educational


researcher:An introduction,(7th
Anderson, L.W., and Krathwohl, D.R. 2001. A ed.). United States : Pearson
Taxonomy of Learning, Teaching, education, Inc
and Assessing: A Revision of
Bloom’s Taxonomy of Educational Carlgren, T. 2013. Communication, Critical
Objectives. New York Longman. Thinking, Problem Solving:A
Suggested Course for All High
Arifin, Z. (2012). Evaluasi Pembelajaran. School Students in the 21st Century.
Bandung : Remaja Rosdakarya. Interchange, 44:63–81.

Arikunto, Suharsimi. 2013. Dasar dasar Dewi, Nastitisari.2016.Analisis Kemampuan


Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Berpikir Kompleks Siswa Melalui
Bumi Aksara. Pembelajaran Berbasis Masalah
Berbantuan Mind Mapping. Jurnal
EduSains.Vol 8 No 1.
138
Aula Husnawati/ Unnes Physics Education Journal 8 (2) (2019)

Diana, S., A. Rachmatulloh, & E. S. Rahmawati. Lissa, A.P.B., Prasetya, & D.R. Indriyanti. (2012).
2015. Profil Kemampuan Literasi Pengembangan Instrumen
Sains Siswa SMA Berdasarkan Penilaian Keterampilan Berpikir
Instrumen Scientific Literacy Tingkat Tinggi Materi Sistem
Assesments (SLA). Materi Respirasi dan Ekskresi. Lembaran
dipresentasikan pada Seminar Ilmu Kependidikan, 41(1): 27 – 32.
Nasional XII Pendidikan Biologi
FKIP UNS 2015: 285. Departemen Matondang, Zulkifli. 2009. Validitas Dan
Pendidikan Biologi FPMIPA UPI Reliabilitas Suatu Instrumen
Bandung Indonesia. Penelitian. Jurnal Tabularasa . Vol 6
No 1.
Efendi, Ridwan. 2010. Kemampuan Fisika
Siswa Indonesia dalam TIMSS. Nitko, J Anthony. 1996. Educational
Prosiding Seminar Nasional Fisika Assessment of Student. Columbus:
2010 ISBN : 978-979-98010-6-7 Pamela Bennet.

Fahim, M & Pezeshki, M. (2012). Manipulating Nuh, Mohammad. 2013. Peraturan Menteri
Critical Thinking Skills in Test Pendidikan dan Kebudayaan
Taking, International Journal of Republik Indonesia Nomor 81a
Education, Vol. 4, (1), p 1948- 5476, Tahun 2013 Tentang Implementasi
2012. Kurikulum.

Fischer, C., Bol, L., and Pribesh, S. 2011. An Rusilowati, A., Kurniawati, L., & Nugroho, S.E.
Investigation of Higher-Order 2016. Developing an Instrument of
Thinking Skills in Smaller Learning Scientific Literacy Assessment on
Community Social Studies the Cycle Theme. International
Classrooms. American Secondary Journal of Environmental & Science
Education 39(2) Spring 2011, 39(2): Education, 11 (12): 5718-5727.
5-26.
Rusilowati, A., Nugroho, S.E., &
Heong, Y.M., Othman, W.D., Md Yunos, J., Kiong, Susilowati,S.M.E. 2016.
T.T., Hassan, R., dan Mohamad, M. M. Development of Science Textbook
2011. The Level of Marzano Higher Based on Scientific Literacy for
Order Thinking Skills Among Secondary School. Jurnal
Technical Education Students. Pendidikan Fisika Indonesia, 12
International Journal of Social and (2):98-105.
Humanity.
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian dan
Holbrook, J. & M. Rannikmae. 2009. The Pengembangan. Bandung: Alfabeta.
Meaning of Scientific Literacy.
International Journal of Surapranata, Sumarna. 2007. Panduan
Environmental & Science Education. Penulisan Tes Tertulis
4(3): 275-288. Implementasi Kurikulum 2004. PT
Remaja Rosdakarya. Bandung.
Jensen, J. L., Mc Daniel, M. A., Woodard, S.M., and
Kummer, T. A. 2014. Teaching to the Suryapuspitarini, B.K., Wardono, Kartono.
Tes or Testing to Teach: Exams (2018). Analisis Soal-Soal
Requiring Higher Order Thinking Matematika Tipe Higher Order
Skills Encourage Greater Conceptual Thinking Skill (HOTS) pada
Understanding. Educational Kurikulum 2013 untuk Mendukung
Psychology Review 26:307–329. Kemampuan Literasi Siswa.
Prosiding1st Seminar Nasional

139
Aula Husnawati/ Unnes Physics Education Journal 8 (2) (2019)

Matematika. Semarang: Universitas Yee, M. H., M. D. Yunos, W. Othman, R. B. Hassan,


Negeri Semarang. T. K. Tee, & M. M. Mohamad. 2011.
The Level of Marzano Higher Order
Widana, I. W. (2017). Modul Penyusunan Soal Thinking Skills among Technical
Higher Order Thinking Skill (HOTS). Education Students. International
Direktorat Pembinaan SMA Ditjen Journal of Social Science and
Pendidikan Dasar dan Menengah: Humanity, 1 (2): 121-125.
Jakarta.

140

Anda mungkin juga menyukai