Anda di halaman 1dari 9

Machine Translated by Google

Februari 2023, 11(1)


HIDROGEN e-ISSN: 2656-3061
JURNAL KEPENDIDIKAN KIMIA p-ISSN: 2338-6487
http:// ojs.ikipmataram.ac.id/ index.php/ hydrogen/ index hal. 51-59

Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) pada Senyawa Hidrokarbon


Pelajaran untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

Nur Gaib Karepesina* & Julita B. Manuhutu


Program Studi Pendidikan Kimia, FKIP, Universitas Pendidikan Pattimura, Indonesia
* Email Penulis Koresponden: nurgaibkarepesina@gmail.com

Sejarah Artikel Abstrak


Diterima: 11-01-2023 Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPA kelas 11 SMA Negeri 3 Ambon
Revisi: 23-01-2023 pada materi senyawa hidrokarbon dengan menggunakan model Problem Based Learning.
Diterbitkan: 15-02-2023 Penelitian ini dilakukan dengan 37 siswa kelas 11 IPA 4 sebagai sampel penelitian.
Pengumpulan data dilakukan dengan tes, lembar observasi, dan lembar kerja. Data dianalisis
Kata kunci: secara deskriptif persentase dan n-gain dengan kategori. Hasil penelitian menunjukkan
pembelajaran berbasis bahwa hasil belajar siswa dicapai dengan kualifikasi yang berbeda-beda. Terdapat 2 siswa
masalah (PBL), senyawa (5,41%) yang memiliki kualifikasi sangat baik, 27 siswa (72,97%) berada pada kualifikasi
hidrokarbon, hasil belajar baik, 5 siswa (13,51%) berada pada kualifikasi cukup, dan 3 siswa (8,11%) berada pada
kualifikasi kurang/gagal. Prestasi N-gain sebanyak 28 (75,68%) siswa berada pada kategori
tinggi dan 9 (24,32%) siswa berada pada kategori sedang. Hasil analisis rata-rata skor
normalized gain seluruh siswa adalah 0,77 yang termasuk dalam kategori tinggi. Oleh karena
itu, model Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

How to Cite : Karepesina, N., & Manuhutu, J. (2023). Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) pada Pembelajaran
Senyawa Hidrokarbon untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Hidrogen: Jurnal Kependidikan Kimia, 11(1), 51-59.
doi:https://doi.org/10.33394/hjkk.v11i1.6961

Ini adalah artikel akses terbuka di bawah Lisensi CC-BY-SA.


https://doi.org/10.33394/hjkk.v11i1.6961

PERKENALAN

Kurikulum adalah komponen yang telah diprogramkan, direncanakan, dan dirancang secara teratur dan
dijadikan acuan dalam proses kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan.
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang menuntut peserta didik untuk berhasil dalam segala aspek, baik
berupa aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Kurikulum 2013 saat ini sudah banyak digunakan di
beberapa sekolah, salah satunya adalah kegiatan di dalam kelas yang melibatkan siswa untuk lebih aktif
terutama dalam proses pembelajaran. Dalam kurikulum 2013 mata pelajaran harus diikuti oleh semua
peserta didik dalam satu satuan pendidikan pada setiap satuan atau jenjang pendidikan (Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan, 2012).

Hasil belajar siswa merupakan salah satu tujuan dari proses pembelajaran di sekolah, untuk itu seorang
guru perlu mengetahui, mempelajari beberapa model pembelajaran, dan mempraktekkannya saat mengajar.
Untuk menghasilkan prestasi (hasil) belajar siswa yang tinggi, guru dituntut untuk mendidik dan mengajar
siswa dengan menggunakan model pembelajaran yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran di kelas
(Mulyasa, 2010; Nasution, 2017).

Berdasarkan hasil observasi di SMA Negeri 3 Ambon melalui wawancara dengan guru mata pelajaran
kimia. Hal tersebut menunjukkan bahwa salah satu materi pelajaran yang sulit bagi siswa adalah
Hidrokarbon. Beberapa siswa merespon dengan baik, tetapi beberapa tidak. Terakhir, hampir semua siswa
mendapatkan nilai di bawah Nilai KKM. Itulah alasan saya mengambil SMA Negeri 3 Ambon pada materi
senyawa hidrokarbon, karena pada masa pandemi sekolah ini menggunakan kurikulum darurat, dimana
indikator pembelajaran yang harus dilakukan adalah

Hak Cipta © HJKK, Penulis


Machine Translated by Google

Karepesina, NG & Manuhutu, JB Penerapan Masalah Berbasis…

sembilan Kompetensi Dasar (KD) sampai tujuh KD, salah satu indikator yang tidak diajarkan adalah materi
pelajaran senyawa hidrokarbon. Saat ditanya apakah hasil pembelajaran sebelumnya tidak bisa diberikan
oleh guru di sekolah karena materi tentang hidrokarbon ini belum diajarkan selama pandemi. Sehingga
materi senyawa hidrokarbon terkesan mudah namun masih banyak yang salah dalam penamaan senyawa
hidrokarbon, menentukan atau mengidentifikasi jenis senyawa hidrokarbon, dan reaksi senyawa hidrokarbon.
Masalah ini berdampak pada motivasi dan akan mempengaruhi hasil belajar siswa.

Senyawa hidrokarbon merupakan materi pelajaran yang cukup abstrak namun juga dapat dijumpai dalam
kehidupan sehari-hari. Senyawa hidrokarbon banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, salah satunya
bensin. Selain itu, senyawa hidrokarbon banyak terdapat pada barang-barang yang digunakan dalam
kehidupan sehari-hari, misalnya plastik, arang, gas, dan lain-lain. Senyawa hidrokarbon merupakan materi
pembelajaran di kelas 11 yang menjelaskan tentang senyawa karbon yang erat kaitannya dengan kehidupan
sehari-hari seperti karbohidrat, lemak, hasil pembakaran, dan lain-lain. Senyawa hidrokarbon dianggap sulit
karena dalam pembelajaran terdapat istilah-istilah teori dan struktur rantai karbon yang sulit dipahami siswa
sehingga pada akhirnya siswa mendapatkan konsep yang salah.
Materi hidrokarbon akan mudah dipahami jika siswa aktif dalam pembelajaran (Ernawati & Ikhsan, 2016;
Khairini et al., 2021; Listari, 2013; Mashami & Khaeruman, 2020; Safira & Effendi, 2022; Zakir et al., 2021) .

Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan menggunakan model PBL karena model ini
merupakan model pembelajaran yang didasarkan pada struktur permasalahan nyata dengan kehidupan sehari-hari dan
berkaitan dengan konsep materi yang akan dipelajari. Selain itu, karena model ini berpusat pada siswa, maka mereka
dituntut untuk berperan aktif dalam menggali dan mengembangkan pemahamannya terhadap konsep yang sedang dipelajari.
dipelajari. Pembelajaran berbasis masalah merupakan model pembelajaran yang menghadirkan masalah
nyata dalam kehidupan sehari-hari siswa (masalah kontekstual) untuk merangsang siswa belajar. PBL
menantang siswa untuk bekerja dalam kelompok untuk menemukan solusi dari masalah dunia nyata.
Masalah yang diberikan digunakan untuk membantu rasa ingin tahu siswa dalam pembelajaran yang
dimaksud. Melalui model PBL yang diajarkan pada materi hidrokarbon, siswa dibawa ke permasalahan
kontekstual, seperti pada tahap orientasi masalah, dibangun kemampuan berpikir kritis siswa dalam
merumuskan masalah nyata (Graaff & Kolmos, 2003; Silver-Hmelo, 2004). .

Berdasarkan penelitian sebelumnya bahwa model pembelajaran PBL dapat meningkatkan hasil belajar
siswa (Fauziah et al., 2016; Herlina, 2020; Listari, 2013). Hal ini dibuktikan dalam penelitian bahwa
penerapan model pembelajaran PBL memberikan kontribusi sebesar 28,34% terhadap hasil belajar siswa
dari studi pendahuluan sebesar 10,32% sejak pretest dilaksanakan (Lusiyana et al., 2019). Berdasarkan
hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Problem Based
Model pembelajaran PBL pada materi tatanama majemuk efektif terhadap hasil belajar siswa kelas X MAN
Kota Banjarbaru. Hal ini terlihat dari perbedaan rata-rata hasil belajar pretest dan posttest siswa yang
dibuktikan dengan perhitungan uji Wilcoxon dimana nilai sig (0,001) lebih kecil dari nilai ÿ (0,05).

Kajian lebih lanjut (Mautia, 2020) tentang penerapan Problem Based Learning pada hidrokarbon
materi pelajaran majemuk dapat meningkatkan hasil belajar kimia siswa TKR kelas X SMK Muhammadiyah
I Banda Aceh (Meutia, 2020). Pada akhir siklus I siswa yang mencapai ketuntasan belajar sebanyak 47,37%
(9 orang), dan siswa yang belum tuntas sebanyak 52,63% (10 orang), sedangkan pada siklus II siswa yang
mencapai ketuntasan belajar sebanyak 84,21%. (18 orang), dan mahasiswa yang belum tuntas sebanyak
15,79% (3 orang).
Dengan nilai rata-rata pada siklus I sebesar 46, dan rata-rata pada siklus II sebesar 79. Pada penelitian lain
yang dilakukan (Herlina, 2020), pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan hasil belajar siswa
pada materi hidrokarbon. Hal ini terlihat dari hasil posttest pada siklus I dan II meningkat dari 69,47 menjadi
78. Berdasarkan uraian tersebut peneliti tertarik untuk meneliti penerapan model Problem Based Learning
(PBL) pada materi hidrokarbon.

Hidrogen: Jurnal Kependidikan Kimia, Februari 2023, 11(1) |52


Machine Translated by Google

Karepesina, NG & Manuhutu, JB Penerapan Masalah Berbasis…

Pelajaran majemuk terhadap peningkatan hasil belajar IPA siswa kelas 11 SMAN 3 Ambon.

METODE

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk
mendeskripsikan hasil belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah.
Dalam hal ini hasil belajar siswa terlihat setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran berbasis masalah. Populasi dalam penelitian ini adalah 145 siswa kelas 11
IPA SMAN 3 Ambon tahun pelajaran 2022/2023 yang terbagi menjadi empat kelas. Sampel untuk
penelitian ini diambil secara purposive dengan jumlah sampel sebanyak 37 siswa kelas XI IPA 4 SMAN 3
Ambon. Instrumen penelitian terdiri dari tes dan lembar observasi. Tes berupa
Tes awal (pre-test) dan tes akhir (post-test) terdiri dari soal pilihan ganda dan uraian untuk
mengukur kemampuan kognitif siswa. Lembar observasi terdiri dari lembar observasi afektif dan
psikomotor serta lembar kerja siswa (LKPD). Data dianalisis secara kuantitatif dengan
menggunakan rumus persentase untuk mendeskripsikan kemampuan awal siswa (Pre-test),
kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor selama pembelajaran, dan kemampuan akhir. Data
menggambarkan 4 kualifikasi kecakapan, sangat baik (85 – 100), baik (76 – 84), cukup (72 – 75),
dan buruk (<72). Rumus n-gain dilakukan untuk mendeskripsikan peningkatan siswa yang
dinyatakan dalam kategori tinggi (g > 0,7), sedang (0,3<gÿ0,7), dan rendah (g ÿ 0,3) (Sugiyono, 2010).

HASIL DAN DISKUSI

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setelah dilakukan
proses pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning. Penelitian ini
dilakukan dalam tiga kali pertemuan pada materi senyawa hidrokarbon. Kelas yang dijadikan
sampel adalah kelas XI IPA 4 SMA Negeri 3 Ambon dengan jumlah 37 siswa. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan, maka akan diuraikan hasil penelitian sebagai berikut:
Tes Awal (Pre-Test) Siswa
Sebelum melaksanakan proses belajar mengajar di kelas, siswa diberikan tes awal (pre-test). Tes
ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kesiapan dan pengetahuan awal siswa terhadap
materi yang akan diajarkan. Tes awal terdiri dari 10 soal PG dan 5 soal essay yang disusun
berdasarkan materi yang diajarkan yaitu senyawa hidrokarbon (alkana, alkena, dan alkin), sifat
fisika, jenis isomer, dan reaksi sederhana alkana, alkena, dan alkena. alkuna. Data hasil uji
pendahuluan ditunjukkan pada Tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1. Data Prestasi Belajar Siswa Pada Tes Awal (Pre-test)


Interval F FR% Kualifikasi
85 - 100 - - sangat bagus
76 - 84 - - Bagus
72 - 75 - - adil
< 72 37 100 miskin
Total 37 100

Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa nilai tes awal yang diperoleh siswa tergolong rendah yang
dibuktikan dengan hasil tes awal siswa yang berada pada kualifikasi kurang baik/gagal.
Hasilnya adalah karena pengetahuan awal tentang bahan majemuk. Hidrokarbon ini masih minim
dan kurangnya kesiapan siswa untuk mengikuti proses pembelajaran. Murid-murid'

Hidrogen: Jurnal Kependidikan Kimia, Februari 2023, 11(1) |53


Machine Translated by Google

Karepesina, NG & Manuhutu, JB Penerapan Masalah Berbasis…

skor yang tergolong buruk untuk materi senyawa hidrokarbon ini dapat dipahami karena materi tersebut
belum pernah diajarkan kepada siswa sebelumnya. Pengetahuan dasar (kognitif) atau aspek yang paling
mendasar dari pengetahuan ini belum dikuasai oleh siswa.

Hasil Belajar Siswa Selama Proses Pembelajaran

Setelah proses tes awal dilakukan atau telah dilakukan, dilanjutkan dengan proses pembelajaran. Proses
pembelajaran dengan menggunakan model PBL dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan.
Selama proses pembelajaran, siswa akan dinilai melalui aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik.

Kemahiran Kognitif Siswa

Data penilaian kognitif siswa dapat diperoleh dari hasil penilaian proses kognitif siswa dalam mengerjakan
Lembar Kerja Siswa (LKPD). LKPD yang diberikan bertujuan untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap
materi senyawa hidrokarbon yang berlangsung selama tiga kali pertemuan. Data yang diperoleh dapat dilihat
pada Tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2 Data Kemampuan Kognitif Siswa Pada Setiap Pertemuan

Rapat I Rapat II FR (%) F FR (%) Pertemuan III


Interval F 81,08 F FR(%) Kualifikasi
85-100 30 22 59,46 14 37,84 sangat bagus
76 - 84 7 18,92 15 40,54 23 62,16 Bagus
72 - 75 - - - - - - adil
< 72 - - - - - - miskin
Jumlah 37 100 37 100 37 100

Berdasarkan data pada Tabel 2 dapat diketahui kemampuan kognitif siswa pada setiap pertemuan.
Penilaian Kognitif dinilai dalam kelompok. Pada pertemuan pertama (I) hampir semua siswa dapat menjawab
soal-soal yang ada di LKS, walaupun hasil tiap kelompok berbeda-beda tetapi hampir semua siswa mampu
mencapai kualifikasi sangat baik. Tercapainya hasil belajar kognitif siswa dengan kualifikasi sangat baik juga
dipicu oleh kemampuan siswa dalam memahami indikator yaitu keunikan atom karbon, jenis atom karbon
berdasarkan jumlah atom C yang terikat pada rantai karbon, dan klasifikasi senyawa karbon yang diajarkan
oleh guru. agar siswa dapat memecahkan masalah yang ada pada LKS yang diberikan guru untuk dipecahkan
mulai dari siswa mampu memberikan orientasi terhadap masalah yang diberikan. Siswa diperlihatkan gambar
dan narasi terkait indikator keunikan atom karbon. Selanjutnya dimana siswa dapat mempresentasikan hasil
yang telah mereka kerjakan dengan sangat baik dan mendiskusikan keberatan masing-masing kelompok.

Strategi guru dalam menerapkan model pembelajaran (PBL) diseimbangkan dengan apa yang diajarkan
guru selama proses pembelajaran sehingga apa yang diajarkan oleh guru dapat terekam dengan baik oleh
siswa. dan sampai pada tahap dimana siswa dapat mempresentasikan hasil yang telah mereka kerjakan
dengan sangat baik dan dapat menjawab keberatan dari masing-masing kelompok. Strategi guru dalam
menerapkan model pembelajaran (PBL) diseimbangkan dengan apa yang diajarkan guru selama proses
pembelajaran sehingga apa yang diajarkan oleh guru dapat terekam dengan baik oleh siswa. dan sampai
pada tahap dimana siswa dapat mempresentasikan hasil yang telah mereka kerjakan dengan sangat baik
dan dapat menjawab keberatan dari masing-masing kelompok. Strategi guru dalam menerapkan model
pembelajaran (PBL) diseimbangkan dengan apa yang diajarkan guru selama proses pembelajaran sehingga
apa yang diajarkan oleh guru dapat terekam dengan baik oleh siswa (Khery et al., 2013; Purwanto & Siregar, 2016). .

Pencapaian nilai siswa mulai berubah pada pertemuan kedua (II), terlihat jelas pada Tabel 4.2, terdapat 22
siswa (59,46%) dengan kualifikasi sangat baik, 17 siswa (40,54%) dengan kualifikasi baik, dan ada tidak ada
siswa dengan kualifikasi cukup dan kurang baik atau gagal. Hal ini dikarenakan jenis-jenis hasil belajar mulai
dikembangkan mulai dari

Hidrogen: Jurnal Kependidikan Kimia, Februari 2023, 11(1) |54


Machine Translated by Google

Karepesina, NG & Manuhutu, JB Penerapan Masalah Berbasis…

jenis hasil pengetahuan (C1), ke jenis hasil belajar pemahaman (C2), penerapan (C3), dan analisis (C4),
sehingga soal-soal yang dikerjakan siswa berubah tingkat kesulitannya. Meski begitu, siswa tetap
mencapai kualifikasi sangat baik dan baik. Pencapaian tersebut karena para siswa tersebut mampu
mengerjakan semua tahapan inti, mulai dari menentukan masalah hingga mengerjakan soal atau tugas
yang disediakan dalam LKS.

Pada pertemuan ketiga (III) terdapat 14 siswa (37,84%) dengan kualifikasi sangat baik, 23 siswa
(62,16%) dengan kualifikasi baik, dan tidak ada siswa dengan kualifikasi cukup dan kurang atau gagal.
Tabel 4.2 menjelaskan bahwa: terjadi penurunan hasil belajar kognitif jika dibandingkan dengan
pertemuan kedua (II). Penurunan hasil belajar pada pertemuan ketiga (III) karena pada pertemuan ketiga
(III) tingkat kesulitan dalam menentukan jenis isomer dan memprediksi reaksi sederhana hidrokarbon
(alkana, alkena, dan alkin).

Kemahiran Afektif Siswa

Penilaian keefektifan siswa dinilai dari setiap proses pembelajaran di kelas pada pertemuan I sampai
dengan pertemuan III. Aspek afektif sasaran meliputi ketekunan, ketelitian, dan kemampuan memecahkan
masalah yang logis dan sistematis. Aspek ini merupakan ranah yang ditunjukkan oleh perilaku yang
berhubungan dengan hal-hal emosional seperti perasaan, nilai, minat, perhatian, motivasi, dan sikap.
Penilaian afektif (sikap) ditunjukkan pada Tabel 3.

Tabel 3 Data Kemampuan Afektif Siswa Pada Setiap Pertemuan

Rapat I Rapat II Rapat III


Interval Kualifikasi
F FR (%) F FR (%) F FR (%) 27
85-100 72.97 24 27 72.97 sangat bagus
64,86
76 - 84 10 27.03 13 10 27.03 Bagus
35,14
adil
72 - 75 - - - - - -
- - - - - - miskin
< 72
Jumlah 37 100 37 100 37 100

Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa pada pertemuan I, II, dan III semua siswa berada pada kualifikasi
sangat baik dan baik dan tidak ada siswa yang berada pada kualifikasi cukup atau buruk atau tidak lulus.
Hal ini dikarenakan siswa memperhatikan materi yang disampaikan dengan baik dan serius dalam
diskusi kelompok dan siswa yang dapat menjelaskan juga kepada siswa yang masih belum memahami
materi tersebut. Kemampuan siswa pada setiap pertemuan berada pada kualifikasi yang bervariasi dan
juga meningkat menjadi kualifikasi sangat baik dan baik yang menandakan bahwa siswa dapat menerima
dengan sangat baik dan baik. Hasil tersebut diperoleh dari penjumlahan nilai afektif positif setiap siswa
yang dinilai dari segi tanggung jawab, kerjasama tim, disiplin, menghargai teman, dan kejujuran.
Penerapan pembelajaran berbasis masalah mampu menjadikan siswa memiliki sikap yang lebih baik
dalam pembelajaran IPA (Fauziah et al., 2016; Khery et al., 2013; Khoiriyah & Husamah, 2018; Purwanto
& Siregar, 2016)

Kemahiran Psikomotor Siswa

Penilaian aspek psikomotor siswa dilakukan untuk mengetahui keterampilan apa saja yang dikuasai
siswa. Hasil tersebut diambil dengan menggunakan lembar penilaian psikomotor untuk setiap proses
pembelajaran di kelas pada pertemuan I, pertemuan II dan pertemuan III. Penilaian psikomotor
ditunjukkan pada Tabel 4.

Data pada Tabel 4 menunjukkan hasil prestasi belajar psikomotorik siswa. Pada pertemuan I, II, dan III
semua siswa berada pada kualifikasi sangat baik dan baik dan tidak ada siswa yang berada pada
kualifikasi cukup dan buruk/gagal. Hal ini dikarenakan setiap siswa mampu antusias dalam menjawab,
menjelaskan, mempresentasikan, dan mempertanggungjawabkan pekerjaannya. Antusiasme siswa
dipicu oleh model PBL yang menuntut semua siswa untuk aktif

Hidrogen: Jurnal Kependidikan Kimia, Februari 2023, 11(1) |55


Machine Translated by Google

Karepesina, NG & Manuhutu, JB Penerapan Masalah Berbasis…

terlibat dalam proses pembelajaran dan bertanggung jawab atas apa yang telah dikerjakan pada lembar kerja
secara bersama-sama.

Tabel 4 Data Kemampuan Psikomotor Siswa Pada Setiap Pertemuan

Rapat I Pertemuan II Pertemuan III


Interval F FR (%) F FR (%) F FR (%) 22 Kualifikasi
85-100 59,46 24 64,86 29 78,38 sangat bagus
76 - 84 15 40,54 13 35,14 8 21,62 Bagus
72 - 75 - - - - - - adil

< 72 - - - - - - miskin

Jumlah 37 100 37 100 37 100

Penilaian proses pembelajaran aspek psikomotor untuk setiap proses pembelajaran yang dilaksanakan,
diperoleh dari keaktifan siswa dalam pembelajaran. Hampir semua siswa mendapat kesempatan untuk
menjawab, menjelaskan secara lisan, menuliskan dan menjelaskan apa yang mereka lakukan dan pahami.
Hal ini dijadikan nilai psikomotorik, tidak hanya pengetahuan yang dikuasai tetapi juga sejauh mana siswa
berani mengungkapkan apa yang diketahuinya.

Penilaian psikomotorik ini berkaitan dengan model yang digunakan dalam proses pembelajaran yaitu model
PBL. Dilihat dari hasil yang diperoleh, setiap pertemuan memiliki frekuensi yang berbeda mulai dari pertemuan
pertama hingga pertemuan ketiga mengalami peningkatan, dimana model pembelajaran pemecahan masalah
ini sudah mulai dikembangkan dan dipahami oleh siswa pada setiap pertemuan untuk menyelesaikan setiap
masalah dalam dibagikan LKPD. Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan
kemampuan beradaptasi dengan pengetahuan baru dari siswa (Khery, 2013).

Hasil Belajar Siswa pada Ujian Akhir

Ujian akhir dilakukan setelah siswa mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model PBL (Problem
Based Learning). Soal ujian akhir yang diberikan berupa 10 soal pilihan ganda dan 5 soal esai. Berbeda
dengan tes awal (hampir semua siswa tidak mengisi jawaban soal: 1-5), untuk soal esai pada tes akhir semua
siswa menjawab/mengisi setiap soal yang diajukan, sedangkan untuk soal PG yang dipilih terdapat berubah
jika dibandingkan dengan pengujian awal. Hasil tes akhir siswa dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Data Prestasi Belajar Siswa pada Tes Akhir (Post Test)
Interval F FR (%) Kualifikasi
85 - 100 2 5,41 sangat bagus
76 - 84 27 72.97 Bagus
72 - 75 5 13.51 adil
< 72 3 8,11 miskin
Jumlah 37 100

Data pada Tabel 5 menunjukkan bahwa pencapaian hasil tes akhir siswa adalah 2 (5,41%) siswa dengan
kualifikasi sangat baik, 27 (72,97%) siswa dengan kualifikasi baik, 5 (13,51%) siswa dengan kualifikasi cukup,
dan 3 ( 8.11) siswa miskin/gagal. Hal ini dikarenakan seiring dengan proses belajar yang antusias, siswa
mulai terarah. Terlihat jelas bahwa selisih hasil tes akhir jauh lebih baik dari tes awal walaupun masih ada 3
(8.11) siswa yang berkualifikasi kurang baik atau tidak lulus, hal ini dikarenakan siswa tidak dapat mengerjakan
soal tes yang telah diberikan oleh peneliti. Siswa yang berkualifikasi sangat baik karena penyelesaian soal,
29 siswa tersebut dapat mengerjakan dengan baik dan benar.

Keberhasilan siswa mencapai ketuntasan belajar pada penelitian ini juga karena guru telah melaksanakan
proses pembelajaran dengan menggunakan model PBL yang juga didukung dengan penilaian kognitif, afektif,
dan psikomotorik. Hasilnya siswa dapat menjawab masing-masing

Hidrogen: Jurnal Kependidikan Kimia, Februari 2023, 11(1) |56


Machine Translated by Google

Karepesina, NG & Manuhutu, JB Penerapan Masalah Berbasis…

pertanyaan dan dapat mencapai kriteria penilaian untuk setiap aspek. Dari data tersebut dapat dikatakan
bahwa semua siswa dapat mencapai KKM setelah mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan
model Problem Based Learning (PBL). Dengan demikian, penggunaan model PBL dalam proses
pembelajaran efektif dalam mencapai ketuntasan belajar siswa.

Data Nilai N-gain

Peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat dengan menggunakan rumus N-gain. N-gain adalah selisih
skor pretest dan posttest, gain tersebut menunjukkan adanya peningkatan pemahaman atau penguasaan
konsep siswa setelah pembelajaran dilakukan oleh guru (Arikunto, 2016). Hasil pre-test dan post-test
dianalisis dengan menggunakan teknik n-gain untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setelah
diterapkan model pembelajaran PBL yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Hasil perhitungan skor N-gain


Selang F FR(100%) Kriteria
g > 0,7 28 75,68 tinggi
0,3<gÿ0,7 9 24,32 sedang
- - rendah
g ÿ 0,3
Jumlah 37 100

Data pada Tabel 4.6 menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa pada materi senyawa hidrokarbon
sebanyak 28 (75,68%) siswa berada pada kategori tinggi dan 9 (24,32%) siswa berada pada kategori
sedang. Dari uraian data N-gain dapat dikatakan bahwa secara keseluruhan terjadi peningkatan hasil
belajar siswa pada materi senyawa hidrokarbon dengan kriteria pencapaian N-gain sebesar 0,7 termasuk
dalam kategori tinggi.

Dengan keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran, tentunya ada kontribusi dari model pembelajaran
tersebut. Model Problem Based Learning (PBL), model pembelajaran berbasis masalah dapat memecahkan
masalah dapat merangsang kemampuan siswa untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa,
pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, pemecahan masalah juga dapat
membantu siswa untuk menerapkan pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan
materi yang diajarkan yaitu materi hidrokarbon yang senyawa kimia tersebut paling banyak ditemui dalam
kehidupan sehari-hari, dan pemecahan masalah dapat membantu siswa mengembangkan pengetahuannya
(Arends, 2008; Ersoy & Baser, 2014; Khoiriyah & Husamah, 2018; Silver-Hmelo, 2004; Surya et al., 2017;
Yuliati et al., 2018). Pemecahan masalah dapat melatih siswa berpikir dalam menghadapi sesuatu dan
dapat dijadikan sebagai evaluasi diri terhadap hasil dan proses pembelajaran.

Model Problem Based Learning (PBL) yang diterapkan pada materi senyawa hidrokarbon dapat
meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran dan mengembangkan proses berpikir siswa dalam
menyelesaikan masalah yang diberikan oleh guru secara individu maupun kelompok (Awang & Ramly,
2008; Khery et al.al., 2013; Khoiriyah & Husamah, 2018). Dengan demikian siswa dalam proses
pembelajaran lebih aktif sehingga guru hanya sebagai motivator dan fasilitator bagi siswa di kelas. Siswa
juga dapat memahami materi senyawa hidrokarbon dengan benar dan dapat meningkatkan hasil belajar
pada pelajaran yang diajarkan oleh guru.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa sebanyak 2 siswa (5,41%) berada pada
kualifikasi sangat baik, 27 siswa (72,97%) berada pada kualifikasi baik, 5 siswa (13,51%) berada pada
kualifikasi baik. kualifikasi sedang, dan 3 siswa (8,11%) tergolong kurang/gagal. Hasil analisis skor
normalized gain rata-rata seluruh siswa adalah 0,77 yang termasuk dalam kategori tinggi, hal ini
menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar pada materi senyawa hidrokarbon.

Hidrogen: Jurnal Kependidikan Kimia, Februari 2023, 11(1) |57


Machine Translated by Google

Karepesina, NG & Manuhutu, JB Penerapan Masalah Berbasis…

BIBLIOGRAFI

Arends, RI (2008). Belajar Mengajar: Belajar Mengajar (HP Soetjipto (ed.); Terjemahan). Pustaka Pelajar.
https://library.unismuh.ac.id/opac/detail-opac?id=331

Arikunto, S. (2016). Arikunto. 2016. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta:
Rineka Cipta. Rieneka Cipta.

Awang, H., & Ramly, I. (2008). Pendekatan Keterampilan Berpikir Kreatif Melalui Pembelajaran Berbasis
Masalah: Pedagogi dan Praktik di Kelas Teknik. Akademi Sains Dunia, Teknik 16(1), 635–640. http://
Dan
citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/download?doi=10.1.1.306.7430&rep=rep1&type=pd
teknologi,

Ernawati, D., & Ikhsan, J. (2016). Kata Pengantar: Konferensi Internasional tentang Tren Terkini dalam
Fisika (ICRTP 2016). Jurnal Fisika: Seri Konferensi, 755(1). https://doi.org/
10.1088/1742-6596/755/1/011001

Ersoy, E., & Baser, N. (2014). Pengaruh Metode Pembelajaran Berbasis Masalah di Perguruan Tinggi
terhadap Berpikir Kreatif. Procedia—Ilmu Sosial dan Perilaku, 116, 3494–
3498. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2014.01.790

Fauziah, N., Suryati, S., & Mashami, RA (2016). Pengembangan Modul Problem Based Learning (Pbl)
Berorientasi Green Chemistry Untuk Peningkatan Literasi Sains Siswa.
Hidrogen: Jurnal Kependidikan Kimia, 4(2), 94. https://doi.org/10.33394/hjkk.v4i2.94

Graaff, E. De, & Kolmos, A. (2003). Tinjauan Kritis Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Pendidikan
Arsitektur. Int. 19(5);
J. Engg Ed., 182–189. https://doi.org/10.52842/
conf.ecaade.2006.182

Herlina, H. (2020). Penerapan Problem Based Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kimia pada
Materi Hidrokarbon. Jurnal Pendidikan Sains PENDIPA, 4(3), 7–13. https://doi.org/10.33369/
pendipa.4.3.7-13

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2012). Kurikulum 2013. Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan. https://abbah.yolasite.com/resources/KURIKULUM 2013.pdf

Khairini, K., Khaldun, I., & Pada, AUT (2021). Pengaruh Lembar Kerja Siswa Melalui Jaringan Edmodo
terhadap Pemahaman Konsep dan Pembelajaran Mandiri Pada Bahan Hidrokarbon. Jurnal Penelitian
Pendidikan IPA, 7(3), 429. https://doi.org/10.29303/jppipa.v7i3.701

Khery, Y. (2013). Kesadaran Metakognitif, Proses Sains, dan Hasil Belajar Kimia Mahasiswa Divergen dan
Konvergen dalam PBL. Jurnal Pendidikan Sains, 1(4), 343–351.

Khery, Y., Subandi, S., & Ibnu, S. (2013). Metakognitif, Proses Sains, dan Kemampuan Kognitif Mahasiswa
Divergen dan Konvergen dalam PBL. Prisma Sains: Jurnal Pengkajian Ilmu Dan Pembelajaran
Matematika Dan IPA IKIP Mataram, 1(1), 37. https://doi.org/10.33394/j-ps.v1i1.517

Khoiriyah, AJ, & Husamah, H. (2018). Pembelajaran Berbasis Masalah: Keterampilan Berpikir Kreatif,
Keterampilan Pemecahan Masalah, dan Hasil Belajar Siswa Kelas VII. JPBI (Jurnal Pendidikan
Biologi Indonesia), 4(2), 151–160. https://doi.org/10.22219/jpbi.v4i2.5804

Listari, E. (2013). Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning Berorientasi


Chemoenterpreneurship terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa. Hidrogen: Jurnal Kependidikan Kimia,
1(2), 100. https://doi.org/10.33394/hjkk.v1i2.630

Hidrogen: Jurnal Kependidikan Kimia, Februari 2023, 11(1) |58


Machine Translated by Google

Karepesina, NG & Manuhutu, JB Penerapan Masalah Berbasis…

Lusiyana, L., Pardede, A., & Apriani, H. (2019). Efektivitas Model Pembelajaran PBL (Problem
Based Learning) pada Materi Tata Nama Senyawa Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X
MAN Kota Banjarbaru. Dalton: Jurnal Pendidikan Kimia Dan Ilmu Kimia, 2(2), 15–21.
https://doi.org/10.31602/dl.v2i2.2383
Mashami, RA, & Khaeruman, K. (2020). Pengembangan Multimedia Interaktif Kimia Berbasis
PBL (Problem Based Learning) untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Siswa.
Hidrogen: Jurnal Kependidikan Kimia, 8(2), 85. https://doi.org/10.33394/hjkk.v8i2.3138

Meutia, M. (2020). Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada Materi
Pokok Senyawa Hidrokarbon untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik di Kelas X
TKR SMK Muhammadiyah I Banda Aceh. Jurnal Serambi Akademica, 8(5), 731–745. http://
ojs.serambimekkah.ac.id/serambi akademika/article/view/3329%0Ahttp://
ojs.serambimekkah.ac.id/serambi akademika/article/download/3329/2517

Mulyasa, E. (2010). Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan


Menyenangkan (Mukhlis (ed.)). Rosda. https://inlislite.uin-suska.ac.id/opac/detail opac?
id=21146
Nasution, MK (2017). Penggunaan Metode Pembelajaran Dalam Peningkatan Hasil Belajar
Siswa Sekolah Tinggi Agama Islam Swasta Lantaboer Jakarta. Studia Didaktika: Jurnal
Ilmiah Bidang Pendidikan, 11(1), 9–16. https://core.ac.uk/download/pdf/267962028.pdf
Purwanto, P., & Siregar, S. (2016). Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Pbl)
Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Suhu Dan Kalor. Jurnal Ikatan Alumni
Fisika, 2(1), 25.
Safira, MP, & Effendi, E. (2022). Validitas Media Pembelajaran Interaktif Berbasis Website
CMS WordPress Pada Topik Hidrokarbon Untuk Pembelajaran SMA. Entalpi Pendidikan
Kimia, 3(1), 40–48.
Perak-Hmelo, CE (2004). Pembelajaran Berbasis Masalah: Apa dan Bagaimana Siswa Belajar?
Ulasan Psikologi Pendidikan, 16(3), 235–266.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. CV Alfabet.
Surya, E., Simamora, RE, & Rotua Sidabutar, D. (2017). Peningkatan Aktivitas Belajar dan
Keterampilan Pemecahan Masalah Siswa melalui Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)
di SMP. Artikel dalam International Journal of Sciences: Riset Dasar dan Terapan, 33(2),
321–331. http://gssrr.org/index.php?journal=JournalOfBasicAndApplied
Yuliati, L., Parno, P., Hapsari, AA, Nurhidayah, F., & Halim, L. (2018). Membangun Keterampilan
Literasi Ilmiah dan Pemecahan Masalah Fisika melalui Pembelajaran Berbasis Inkuiri untuk
Pendidikan STEM. Jurnal Fisika: Seri Konferensi, 1108(1). https://doi.org/10.1088/1742-
6596/1108/1/012026

Zakir, S., Maiyana, E., Nur Khomarudin, A., Novita, R., & Deurama, M. (2021). Pengembangan
Media Pembelajaran Hidrokarbon Berbasis Animasi 3D. Jurnal Fisika: Seri Konferensi,
1779(1). https://doi.org/10.1088/1742-6596/1779/1/012008

Hidrogen: Jurnal Kependidikan Kimia, Februari 2023, 11(1) |59

Anda mungkin juga menyukai